• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN P (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN P (1)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM MULTISTAKEHOLDER PENDIDIKAN

Umi Arifah

Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Kebumen Email: umiarifah87@gmail.com

Abstrak

Manajemen dalam suatu lembaga pendidikan harus dijalankan dengan baik untukmenjaga keberlangsungan hidup lembaga pendidikan tersebut. Salah satu komponen yang dapat mengembangkan sebuah lembaga pendidikan tersebut adanya pengelolaan sistem informasi dengan baik. Pengelolaan sistem informasi ini dilaksanakan untuk Pendidikan Islam yang diselenggaran oleh sekolah/madrasah, keluarga dan masyarakat dengan harapan mewujudkan tujuan pendidikan. Fakta dilapangan masih banyak para pengelola pendidikan yang belum mengaplikasikan sistem informasi manajemen yang berdampak pada kurang optimal lembaga pendidikan dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan, monitoring dan evaluasi. Dengan pengelolaan yang tidak dilandasi ilmu manajemen akan mempengaruhi proses dan hasil yang tidak efektif dan efisien sehingga lembaga pendidikan mengalami kemunduran. Permasalahan pendidikan yang terjadi dapat dihadapi melalui sistem informasi yang terintegrasi dengan lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan formal, informal dan nonformal.

Kata Kunci : Sistem Informasi Manajemen, Pendidikan Islam, Multistakeholder Pendidikan

A. Pendahuluan

(2)

memperbaiki perdaban umat manusia. Era baru dalam dunia pendidikan memiliki tantangan yang lebih besar untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang semakin baik. Salah satu tantangan terbesar yaitu mempertahankan dan mengembangakan lembaga pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat global. Tuntutan masyarakat yang semakin besar terhadap pendidikan menjadikan kualitas pendidikan harussemakin ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan tidak memudar.

Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Hal tersebut mendudukkan pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang harus dilakukan terus menerus, sehingga pendidikan dapat digunakan sebagai wahana dalam membangun watak bangsa.1

Upaya peningkatan kualitas pendidikan ini dilihat dengan berkembangnya suatu lembaga dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang mendukung untuk pengelolaan atau manajemen yang baik, salah satunya yaitu dengan pengelolaan sistem informasi secara tepat dan cepat dalam lembaga pendidikan.

Pengelolaan suatu informasi dalam institusi atau lembaga pendidikan merupakan bagian dari sistem pendidikan itu sendiri. Informasi yang dikelola dengan baik hendaknya berada dalam suatu sistem pengelolaan informasi. Semua fungsi manajemen dalam lembaga pendidikan dapat berhasil dilaksanakan apabila ditopang oleh suatu sistem yang menyediakan informasi secara tepat dan akurat. Informasi yang dikelola dengan tepat sangat diperlukan untuk perencanaan, pengambilan keputusan dan pengendalian. Melalui informasi yang akurat inilah seorang manajer atau penanggung jawab pendidikan mampu mewujudkan tujuan pendidikan.2

1 E.Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifkasi uru, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007), hlm.17.

2 Helmawati, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja

(3)

Namun masih banyak para pengelola lembaga pendidikan yang belum menjalankan sistem informasi manajemen ini, walaupun mereka sudah mengetahui sistem tersebut sehinggan perkembangan ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini tidak dapat diikuti dengan baik. Pengelolaan pendidikan yang kurang maksimal berdampak pada output

pendidikan yang kurang maksimal.

Minimnya pengelolaan dan penggunaan secara maksimal informasi yang diperlukan membuat para pengelola dan pengguna jasa pendidikan menghadapi banyak kendala. Wajar saja jika akhirnya ini menyebabkan banyaknya permasalahan pendidikan di Indonesia. Kurangnya perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengendalian, khususnya dalam Pendidikan Nasional termasuk Pendidikan Islam, membuat krisis berkepanjangan di lingkungan pendidikan, mulai dari tujuan pendidikan (beriman dan bertakwa) yang belum tercapai, krisis moral yang tiada henti, pendidikan yang tidak mengindahkan tuntutan atau harapan masyarakat (lulusan yang berilmu dan memiliki keterampilan sehingga mampu hidup mandiri dan sejahtera), kebijakan pendidikan yang belum merata, problem manajemen, krisis kepemimpinan, minimnya sumber daya manusia (SDM) handal, krisis finansial, hingga problem kelembagaan pendidikan.

Muncul beberapa permasalahan dalam pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia.

Pertama, Krisis Moral. Konsepsi moralitas bangsa Indonesia harus berdasarkan atas nilai-nilai dan budaya yang diyakini masyarakatnya. Oleh karena itu konsep moralitas yang direncanakan harus berdasarkan nilai-nilai yang diajarkan agama. Konsepsi moralitas disini tentang tindakan yang benar dan baik berasaskan agama Islam. Dekadensi moral atau kemerosotan moral dikalangan pelajar baik dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi sungguh sangat mengkhawatirkan.

(4)

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 3

Melihat kondisi yang saat ini terjadi dimana pendidikan dianggap belum memenuhi harapan masyarakat dan masih belum bisa menghadapi tantangan dan tuntunan zaman. Karena pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempaan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, global dan nasional.

Kedua, permasalahan pendidikan sebagai suatu sistem sosial. Pendidikan sebagai suatu sistem berarti pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Maka, dalam peningkatan kualitas manusia Indonesia, pemerintah tidak menjadi satu sistem yang lepas dengan pihak swasta dan masyarakat. Hubungan pemerintah, masyarakat, dan swasta merupakan hubungan yang tidak terpisahkan satu sama lain, sehingga tidak heran jika setiap warga negara apapun profesinya bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.

Ketiga, Permasalahan Kebijakan Pendidikan. Kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran diantaranya, (1) standar dan pengembangan kurikulum; (2) visi, misi, penetapan tujuan dan target pendidikan; (3) rekrutmen dan pembinaan tenaga kependidikan; (4) pengelolaan dan pembinaan kesiswaan; (5) penyediaan buku pelajaran; (6) penyediaan dan pemeliharaan sarana pendidikan; (7) penyediaan dan perawatan fasilitas pembelajaran; (8) pengadaan, perawatan, dan penggunaan perpustakaan dan laboratorium sekolah; dan sebagainya yang dapat memberi dukungan pada kualitas pembelajaran. Sedangkan

3Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Undang-Undang Republik

(5)

kebijakan yang berkaitan dengan manajemen institusi pendidikan diantaranya yaitu: (1) pengalokasian sumber-sumber anggaran dan penggunaannya, (2) pengelolaan gedung, (3) pengelolaan peralatan dan perlengkapan, (4) pengelolaan fasilitas dan sebagainya.

Keempat, Problem Manajemen. Banyak sekolah atau madrasah yang ada di Indonesia dikelola dengan manajemen apa adanya saja atau yang sudah biasa dijalankan. Tidak ada upaya melakukan perbaikan kualitas sesuai dengan mandat Standar Nasional Pendidikan dengan menerapkan manajemen berbasis sekolah yang diwujudkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, transparansi dan akuntabilitas.

Kelima, krisis kepemimpinan. Banyak sumber daya manusia yang berpotensi besar menjadi pemimpin dalam suatu lembaga, namun yang memiliki kriteria cerdas dan bermoral baik itulah yang tidak gampang untuk ditemukan. Karena banyak orang yang memiliki pengetahuan luas, kemampuan menejerial baik, tetapi terkendala dengan kasus moral yang kurang baik baik terkait kasus korupsi atau afair.

Keenam, minimnya sumber daya manusia yang handal. Terkait sumber daya manusia yang handal bukan hanya secara kuantitas tetapi juga secara kualitas yang berdampak pada minat masyarakat untuk mau menggunakan jasa lembaga pendidikan yang ada. Dengan sumber daya manusia yang handal diharapkan dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan mewujudkan tujuan pendidikan lembaga tersebut.

Ketujuh, krisis finansial. Pengelolaan keuangan dalam lembaga pendidikan harus menerapkan prinsip efektif dan efisien. Dalam pengelolaannya harus konsisten dari perencanaan yang sudah disusun sehingga dapat implementasinya tidak menyimpan dan sesuai dengan yang diharapkan. Maka prosesnya harus menggunakan prinsip transparansi dan akuntabilitas publiknya tinggi.

(6)

nilai-nilai (norma), keyakinan (agama), pengetahuan, dan interaksi hubungan sosial. 4

Dengan berbagai permasalah yang muncul terkait pendidikan tersebut cara yang dilakukan untuk mengatasinya dengan pengelolaan sistem informasi yang terintegrasi dengan lembaga-lembaga pendidikan, baik melalui lembaga pendidikan yang formal, non formal ataupun informal yang menerapkan Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan Islam yang diterapkan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

B. Sistem Informasi Manajemen 1. Sistem

Secara etimologis, sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu

systema yang berarti: (1) keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian; (2) hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen secara teratur. Dengan demikian, kata

systema berarti himpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur yang merupakan satu keseluruhan, sehingga pada suatu sistem terdapat beberapa sistem kecil (secondary system, subsystem). Oleh karena itu, sistem harus memenuhi unsur-unsur yang meliputi komponen, relevansi, fakta, prinsip, doktrin, fungsi dan tujuan bersama. Unsur-unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang satu dan lainnya saling terkait atau saling mendukung dalam mencapai tujuan organisasi.5

Selain pengertian sistem diatas, ada beberapa pengertian sistem menurut beberapa ahli, dengan mengutip dari Eti Rochaety pengertian sistem sebagai berikut:

a. Sistem adalah seperangkat unsur yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam satu lingkungan tertentu (Ludwig, 1997).

b. Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan (A. Rapoport, 1997).

(7)

c. Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian yang saling mempengaruhi (L.Ackof, 1997).

d. Sistem merupakan bagian-bagian yang beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai beberapa tujuan (Gordon B. Davis, 1995).

e. Sistem yaitu sekelompok elemen yang terintegrasi untuk mencapai suatu tujuan (Raymond McLeod, 2001).

f. Ryans (1998) System it any identifable, assemblage of element (object, person, activities, information record, etc) which are interrelated by process or structure and which are presumed to function as an organizational entity generating an observable (or sometimes merely inferable) product.

g. William A. Shorde (1995) dalam bukunya Organization and Management menyebutkan ada sekitar enam ciri sebuah sistem, yaitu perilaku berdasarkan tujuan tertentu, keseluruhan, keterbukaan, terjadi transformasi, terjadi korelasi, memiliki mekanisme kontrol artinya terdapat kekuatan yang mempersatukan dan mempertahankan sistem yang bersangkutan.

h. Budi Sutedjo (2002) sistem adalah kumpulan elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan.

Jenis sistem secara umum terdiri dari sistem terbuka dan sistem tertutup (Open-Loop and Closed-Loop System). Sistem terbuka adalah sistem yang tidak memiliki sasaran, pengendalian mekanis, dan umpan balik. Sedangkan sistem yang tertutup, yaitu sebuah sistem yang memiliki sasaran, pengendalian mekanis, dan umpan balik (Rayamond Mc Leod, Jr., 2001). Kedua jenis sistem tersebut dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:

7 Jurnal Kajian Manajemen Pendidikan Islam dan Studi Sosial |

INPUT

TRANSFORMATIO

PROCESS/

(8)

Gambar 1.2Closed-Loop System (Sistem Tertutup)6

2. Infomasi

Ada beberapa definisi informasi menurut beberapa ahli, sebagai berikut :

a. Informasi yaitu data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi penerima dan memiliki nilai nyata yang dibutuhkan untuk proses pengambilan keputusan saat ini maupun saat mendatang (Gordon B. Davis, 1995). b. Informasi menurut Budi Sutedjo (2002: 168) merupakan hasil

pemrosesan data yang diperoleh dari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan dan dibutuhkan dalam pemahaman fakta-fakta yang ada.

c. Informasi, yaitu sebuah pernyataan yang menjelaskan suatu peristiwa (suatu objek atau konsep) sehingga manusia dapat membedakan sesuatu dengan yang lainnya (Samuel Elion, 1992).

3. Manajemen

Secara umum dikatakan bahwa manajemen merupakan proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan

6 Ety Rochaety, dkk, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,

2009), hlm 2-3.

OBJECTIVES

CONTROL

MECHANISM

TRANSFORMATION

OUTPU

T

INPUT

(9)

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dam pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya (Goerge R. Terry, 1997).

Definisi lain menyatakan bahwa manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan antaranggota organisasi dengan menggunakan seluruh sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Stoner AF, 1998).

Pada dasarnya dalam proses penggunaan sistem informasi, seorang manajer sebelumnya harus memahami posisi dari hierarki/tingkatan manajemen dimana dia berada. Sumber informasi yang dibutuhkan oleh seorang manajer atau pimpinan lembaga pendidikan yang menduduki posisi paling atas cenderung lebih banyak dari luar organisasi/lembaga pendidikan tersebut. Semakin rendah tingkat manajerial seseorang maka lebih banyak dibutuhkan sumber informasi dari internal organisasi atau lembaga pendidikan yang bersangkutan. Dengan demikian, pimpinan lembaga pendidikan yang menduduki posisi top manajemen semakin banyak untuk mencari sumber informasi dari eksternal organisasi. Hal ini diperlukan untuk pengembangan organisasi, komparasi dengan lembaga pendidikan yang ada, mencari strategi baru untuk inovasi demi peningkatan kapabilitas organisasi. Dengan demikian, lembaga pendidikan yang dipimpinnya memiliki daya saing yang tinggi untuk mempertahankan eksistensi di masa mendatang.7

4. Sistem Informasi Manajemen

Stoner (1996) mendefinisikan sistem informasi manajemen sebagai sebuah metode formal untuk menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi manajemen yang diperlukan untuk mempermudah proses pengambilan keputusan, dan memungkinkan fungsi-fungsi dari manajemen seperti

(10)

perencanaan, pengendalian, dan operasional organisasi dapat dilaksanakan secara efektif.

Sistem tersebut menyediakan informasi tentang peristiwa-peristiwa masa lalu, masa kini, dan proyeksi masa yang akan datang, disamping informasi mengenal peristiwa-peristiwa relevan yang terjadi di dalam dan diluar organisasi tersebut.8

C. Pendidikan Islam 1. Pendidikan

Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Hak tersebut mendudukkan pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang harus dilakukan terus-menerus, sehingga pendidikan dapat digunakan sebagai wahana dalam membangun watak bangsa.9Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk kepribadian manusia. Dengan pendidikan inilah manusia dapat meningkatkan harkat dan martabatnya.

John Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. Menurut Dictionary of Education (dalam Ara Hidayat dan Imam Machali) disebutkan bahwa, pendidikan adalah (1) keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat dimana mereka hidup. (2) proses sosial dimana orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih ddan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah),

8Helmawati, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2015), hlm. 21-22.

9E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifkasi uru (Bandung: Remaja Rosdakarya,

(11)

sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.10

Dalam perspektif ke-Indonesiaan pengertian, fungsi dan tujuan pendidikan terumuskan pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 dan 3 yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.11

Suatu lembaga pendidikan dapat dikatakan bertanggungjawab, berwibawa dan memiliki peran aktif jika didalamnya terdapat tenaga-tenaga kependidikan khususnya tenaga pendidik yang memiliki rasa tanggung-jawab yang tinggi, profesional dibidangnya serta memiliki lekatan nilai-nilai moral untuk dapat diakui guru yang berwajah dan berwibawa.12

2. Pendidikan Islam

Secara terminologi, terdapat beberapa pendapat ahli pendidikan islam dalam mengartikan Pendidikan Islam,antara lain:

10Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan (Yogyakarta:Kaukaba,2012),

hlm. 20.

11 Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta:2003).

(12)

a. Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar di pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama menurut ukuran-ukuran Islam.13

b. Muhammad Quthb memberi pengertian pendidikan Islam, sebagaimana yang dikutip oleh Abdullah Idi, sebagai usaha untuk melakukan pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, baik dari segi jasmani maupun rohani, baik dari kehidupan fisik maupun mentalnya, dalam melaksanakan kegiatannya dibumi ini.14

c. Menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Islam adalah sikap pembentukan manusia yang lainnya berupa perubahan sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan petunjuk agama Islam.15 d. Menurut Hasan Langgulung, Pendidikan Islam adalah proses

penyiapan generasi muda untuk mengisi peran, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasil di akhirat.16

e. Menurut Konferensi Pendidikan Islam se-dunia yang ke-2 (1980), Pendidikan Islam harus ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan personalitas manusia secara menyeluruh dengan cara melatih jiwa, akal, perasaan, dan fisik manusia. Sedangkan tujuan akhir pendidikan diarahkan pada upaya merealisasikan pengabdian manusia kepada Allah, baik pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan secara luas.17

13 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al Maarif, 1980),

hlm. 19.

14 Abdullah Idi, Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana,

2006), hlm. 47-48.

15 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 25.

16 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam (Bandung: Al Maarif,

1980), hlm. 94.

17Helmawati, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja

(13)

D. Multistakeholder Pendidikan

Pendidikan yang merupakan modal bagi kesejahteraan dan kebahagiaan di kemudian hari harus dterapkan oleh beberapa pihak dalam pendidikan, diantaranya:

1. Pendidikan Informal

Pendidikan informal yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai pendidik pertama dan utama memiliki tanggungjawab penuh terhadap keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Dengan adanya informasi yang diperoleh sejak dini maka orang tua dapat merencanakan pendidikan anak-anaknya, yang setidaknya dapat membantu anak-anaknya menjadi manusia yang akan berperilaku sesuai perintah Tuhannya, dan akan berguna tidak hanya untuk dirinya tetapi juga untuk orang lain yang akan beruntung di dunia dan akhirat.

Pendidikan oleh orang tua ini membantu anak-anak mengetahui informasi tentang lembaga pendidikan, ruang lingkup pendidikan yang akan membantu dalam pengembangan potensi yang dimiliki anak-anak, ataupun informasi tentang tujuan pendidikan itu sendiri. Dan melalui informasi ini juga bisa dimanfaatkan oleh orang tua dalam melakukan evaluasi dan penilaian dalam pendidikan yang nantinya bisa menjadi tolak ukur atas kemajuan pengembangan potensi anak.

2. Pendidikan Formal

Di lingkup pendidikan formal sebagai penanggung jawab adalah kepala sekolah/madrasah yang dalam menjalankan kinerjanya memerlukan adanya informasi yang akan digunakan dalam menyusun perencanaan pendidikan. Perencanaan pendidikan yang disusun haruslah mengacu pada standar pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah.

(14)

dan mengajar sebelumnya harus menyusun perencanaan pembelajaran terlebih dahulu dengan tujuan memudahkan dalam memantau keberhasilan pencapaian dalam kelas.

3. Pendidikan Nonformal

Mengacu dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di Pasal 26, dinyatakatan dalam beberapa pasal diantaranya:

(1) Pendidikan Nonformal diselanggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

(2) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

(3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

(4) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majlis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Melihat dari beberapa pasal diatas dalam pendidikan nonformal banyak pihak yang bisa terlibat didalamnya untuk menjadi bagian dari stakeholder pendidikan pada jalur nonformal.

(15)

Sistem Informasi Manajemen merupakan suatu metode yang digunakan untuk menyediakan informasi akurat bagi suatu manajemen, terutama bagi pimpinan pada suatu lembaga pendidikan. Oleh karena itu pemimpin dalam lembaga pendidikan ketika melaksanakan aktivitas sehari-hari hendaknya menjalankan fungsi-fungsinya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Dalam menjalankan fungsi-fungsi tersebut pimpinan memerlukan informasi yang tepat, akurat, cepat, dan relevan sehingga tujuan akan terlaksana secara efektif dan efisien. Untuk itu, agar informasi yang diperlukan sesuai dengan harapan dan mampu mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, perlu dikelola dalam suatu sistem yaitu sistem informasi manajemen pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu modal untuk menuju masa depan yang lebih baik. Untuk mendapatkan output pendidikan sesuai dengan harapan, maka perlu adanya perencanaan yang baik dan tepat. Agar pendidikan bisa menjadi modal untuk kesejahteraan pada masa yang akan datang, pendidikan perlu direncanakan dengan baik, yang dapat di dilaksanakan melalui:

1. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Islam dalam Keluarga (Informal)

Informasi untuk pendidikan dalam keluarga memiliki beberapa manfaat, diantaranya: (a) menambah pengetahuan bagi setiap anggota keluarga terutama orangtua, (b) mengurangi ketidakpastian terutama pada saat akan membuat perencanaan atau pengambilan keputusan pendidikan, (c) memberikan standar, patokan, aturan, atau ukuran dalam pelaksanaan kegiatan, salah satunya memberikan standar bagi perencanaan dan pengambilan keputusan dalam pendidikan, (d) mengurangi resiko kegagalan.

(16)

manusia menjadi manusia yang manusiawi. Melalui informasi yang dimiliki, orangtua sebagai penanggungjawab pertama dan utama pendidikan anak akan mampu menggali secara seimbang seluruh potensi yang dimiliki baik itu potensi jasmani, potensi spiritual (rohani) dan juga potensi akal. Keseimbangan tumbuh kembang potensi-potensi ini disinyalir akan membuat manusi menjadi manusia yang manusiawi dan unggul. Sayangnya, banyak sekali informasi yang diperoleh dari media cetak, elektronik, maupun informasi tentang keluarga yang beragama Islam tetapi tidak berperilaku Islami. Banyaknya kasus KDRT, penyelewengan hingga perceraian sudah tidak dapat dihitung lagi. Begitu pula dengan anak-anak yang berperilaku tidak sesuai rencana (tujuan) pendidikan. Pendidikan yang tidak tepat yang diperoleh dari keluarga membuat banyak permasalahan setiap anggota keluarga itu sendiri, terlebih anak-anak.

Agar tujuan pendidikan dalam keluarga dapat terwujud, ayah atau ibu perlu membuat perencanaan program pendidikan. Perencanaan pendidikan dalam keluarga dapat dirancang dalam beberapa program, diantaranya :

a) Perencanaan Pemilihan Pasangan Hidup

(17)

Helmawati (2015) menyampaikan, sebagai keluarga ideal setidaknya memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

3. Sebuah keluarga dikatakan keluarga jika diikat dalam perkawinan atau pernikahan.

4. Perkawinan harus sah menurut agama dan hukum negara. 5. Menikah harus dengan pasangan yang memiliki keyakinan

yang sama.

6. Memiliki anggota yang lengkap (ayah, ibu, dan anak).

7. Sebuah keluarga mengharapkan memiliki keturunan sebagai salah satu tujuan perkawinan.

8. Setiap pasangan satu sama lain harus saling mengenal. 9. Pasangan hidup bersama dan satu sama lain harus saling

menyayangi sehingga ada ikatan batin.

10. Setiap anggota hendaknya menciptakan dan merasakan hidup tenteram dan bahagia.

11. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban masing-masing.

12. Saling menghormati hak dan kewajiban setiap anggota keluarga.

13. Dalam keluarga dibuat pembagian tugas kerja sesuai dengan porsinya.

14. Memiliki waktu yang cukup untuk berkumpul bersama keluarga.

15. Komunikasi lancar dalam keluarga.

16. Perlu ada bimbingan dan pembinaan, serta pengawasan dalam keluarga.18

Sebuah keluarga tidak akan pernah menjadi keluarga ideal jika tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan terutama oleh agama dan hukum yang berlaku di negara dan masyarakat. Diperlukan adanya sebuah perencanaan pembentukan keluarga dengan memperhatikan beberapa persyaratan untuk memudahkan orangtua dalam mendidik

(18)

anak bersama-sama sehingga tujuan pendidikan dalam keluarga tercapai.

b) Perencanaan Pola Asuh Anak dan Komunikasi dalam Keluarga

Mengutip pada Helmawati (2015), pola asuh orangtua terhadap anak bisa dilakukan dengan beberapa macam, diantaranya:

(1) Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoiter biasanya pola komunikasi yang dilakukan adalah satu arah, yang biasanya segala aturan orangtua harus ditaati anak-anaknya. Sehingga orangtua lebih memaksakan pendapat ataupun keinginan kepada anak tanpa mempertimbangkan apa yang diinginkan oleh anak tersebut. Bahkan anak tidak memiliki peluang untuk menyampaikan apa yang dipikirkan, dirasakan ataupun yang diinginkan anak tersebut.

Segi positif dari pola asuh ini yaitu anak menjadi penurut dan cenderung akan menjadi disiplin yakni mentaati peraturan yang ditetapkan orangtua. Namun mungkin saja anak tersebut hanya mau menunjukkan disiplinnya dihadapan orangtua, padahal dalam hatinya anak membangkang, sehingga ketika berada di belakang orangtua anak akan bertindak lain. Kalau ini terjadi, msks perilaku yang dilakukannya hanya untuk menyenangkan hati orangtua atau untuk menghindari dirinya dari hukuman. Perilaku ini akhirnya membuat anak memiliki dua kepribadian yang bukan merupakan refeksi kepribadian sesungguhnya.

(2) Pola Asuh Permisif

(19)

keinginan anak cenderung akan dituruti dan diperbolehkan oleh orangtuanya. Dampak negatif dari pola ini kurangnya sikap disiplin anak pada aturan sosial yang berlaku dimasyarakat. Namun disamping dampak negatif, pola ini juga memiliki dampak positif yaitu adanya rasa tanggungjawab anak karena kepercayaan penuh dari orangtua sehingga sering muncul kreatifitas, inovasi dan kemandiarian anak.

(3) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis menekankan komunikasi dua arah antara anak dan orangtua sehingga anak juga diberikan tanggungjawab namun masih dalam pengawasan orangtua. Terdapat sisi positif dari pola ini yaitu anak akan menjadi individu yang bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya, percaya kepada orang lain dan menjadi pribadi yang jujur.

(4) Pola Asuh Situasional

Pola asuh model ini merupakan model yang penerapannya bisa menggunakan beberapa pola asuh dalam menghadapi situasi tertentu. Pola asuh ini lebih feksibel karena dalam bisa dilaksanakan beberapa pola sekaligus untuk mengatasi beberapa kondisi yang dihadapi, harapannya dengan pola asuh ini juga untuk memberikan pola asuh yang baik dan berdampak positif terhadap anak.

c) Perencanaan Proses Pendidikan Islam dalam Keluarga

Dalam setiap proses pendidikan dalam keluarga diharapkan bisa berhasil dengan baik, maka orangtua mengetahui prinsip-prinsip dalam mendidik anak. Prinsip-prinsip dalam mendidik anak yang harus diperhatikan sebagai berikut:

(1) Prinsip Menyeluruh

(20)

(3) Prinsip Kejelasan

(4) Prinsip Tidak Ada Pertentangan

(5) Prinsip Realistis dan Dapat Dilaksanakan (6) Prinsip Perubahan yang diinginkan

(7) Prinsip Menjaga Perbedaan-Perbedaan Perseorangan (8) Prinsip Dinamis

2. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Islam di Sekolah/Madrasah (Formal)

Lembaga pendidikan formal dalam pelaksanaan proses pendidikan harus menyesuaikan dengan standar nasional pendidikan yaitu tentang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan yang didalamnya memuat beberapa komponen, diantaranya: a) Standar Isi; b) Standar Proses; c) Standar Kompetensi Lulusan; d) Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan; e) Standar Sarana dan Prasarana; f) Standar Pengelolaan; g) Standar Pembiayaan; h) Standar Penilaian. Standar nasional pendidikan ini berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu.

Dalam lembaga pendidikan formal Sistem Informasi Manajemen dimanfaatkan dan diterapkan oleh beberapa stakeholder didalamnya, diantaranya:

a) Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Islam bagi Kepala Sekolah/Madrasah

(21)

sumber daya alam di lembaga tersebut. Penyusunan program dan kegiatan dbuat adanya skala prioritas sehingga kepala sekolah/madrasah mampu mewujudkan tujuan pendidikan sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga mewujudkan efektif dan efisiensi kinerja.

Setelah perencanaan dan prioritas kegiatan tersebut disusun, maka kepala sekolah/madrasah dapat memusatkan perhatian kepada kinerja guru dan stafnya untuk memenuhi ketentuan standar pendidikan di lembaga yang dipimpinnya dan untuk mencapainya diperlukan adanya data dan informasi yang akurat tentang sumber daya manusia dan sumber daya alam yang dimiliki lembaga pendidikan yang dipimpinnya.

Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengendalian atau pengawasan pada seluruh kegiatan dalam lingkungan pendidikan yang berada dalam tanggung jawabnya. Pengendalian dilakukan agar seluruh proses kegiatan pendidikan dalam lembaga tersebut berjalan sesuai rencana yang telah diprogramkan sebelumnya.

b) Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Islam bagi Guru

Guru merupakan orang tua kedua bagi anak dalam mengemban amanah dalam membantu anak menggali potensi yang dimiliki anak sehingga anak memiliki ilmu pengetahuan, kepribadian dan keterampilan yang baik. Maka dalam menjalankan tugasnya tersebut guru perlu membutuhkan informasi dari siswa yang berhubungan dengan kesehatan jasmani, minat, bakat dan prestasi dari peserta didik.

(22)

kegiatan belajar-mengajar. Dengan informasi yang baik dapat membantu pihak-pihak yang memerlukan untuk melakukan perencanaan, pengambilan keputusan dan pengendalian.

Misalnya dalam perencanaan program pembelajaran maka dapat diaplikasikan saat penyusunan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Silabus bermanfaat sebagai pedoman untuk pengembangan pembelajaran lebih lanjut, misalnya dalam membuat rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem penilaian. Sedangkan RPP menjadi standar pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien.

c) Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Islam bagi Staf Administrasi

Staf administrasi merupakan bagian dalam sistem pendidikan yang berfungsi membantu pengelolaan administrasi seluruh kegiatan pendidikan. Staf administrasi akan mengumpulkan data, mengelola, menyimpan, menggandakan, dan membantu pihak-pihak yang memerlukan data atau informasi untuk perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengendalian terutama bagi kepala sekolah/madrasah, para pendidik termasuk juga orangtua.

3. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Islam di Masyarakat (Nonformal)

(23)

Masyarakat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam memberi arahan terhadap pendidikan anak, terutama terhadap pemimpin masyarakat. Pemimpin masyarakat muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak didik menjadi anggota yang taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarga, kelompok sepermainan, kelompok kelas dan sekolahnya. Bila anak telah besar diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga desa, warga kota dan warga negara. Dengan demikian, dipundak mereka terpikul keikutsertaan membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini berarti bahwa pemimpin dan penguasa di masyarakat ikut bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan. Sebab tanggung jawab pendidikan pada hakikatnya merupakan tanggung jawab moral dari setiap orang dewasa baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok sosial. Tanggung jawab ini ditinjau dari segi ajaran Islam, secara implisit mengandung pula tanggung jawab dalam hal pendidikan.

Zakiyah mengutip Al-Syaibani mengemukakan bahwa diantara ulama-ulama mutakhir yang telah meyentuh persoalan tanggung jawab adalah Abbas Mahmud Al-Akkad yang menganggap rasa tanggung jawab sebagai salah satu ciri pokok bagi manusia. Sehingga dapat ditafsirkan bahwa manusia merupakan makhluk yang bertanggung jawab. Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang beriman, dan anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikitpun dari pahala (amal) mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Q.S. At-Tur : 21).19

Semua manusia memiliki tanggung jawab membina, memakmurkan, memperbaiki, mengajak pada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar. Maka sudah sangat jelas bahwa tanggung jawab seseorang tidak hanya

(24)

untuk diri sendiri tetapi juga kepada orang lain di masyarakat pada umumnya.

Untuk membuat suatu perencanaan pendidikan, masyarakat memerlukan informasi-informasi yang berkaitan dengan pendidikan, karena dengan adanya informasi ini akan membantu masyarakat. Maka dari itu dalam menetapkan pendidikan dalam masyarakat, para penanggung jawab pendidikan di masyarakat khususnya orang tua perlu mengetahui tujuan pendidikan, setelah itu barulah merencanakan komponen pendidikan lainnya untuk mencapai tujuan pendidikan.

Dengan adanya pendidikan masyarakat berharap anak-anak mereka memiliki pengetahuan yang baik, berakhlak mulia dan memiliki keterampilan sehingga mereka akan mudah dalam mencari pekerjaan nantinya. Dalam masyarakat yang perlu memperoleh pendidikan bukanlah hanya anak-anak namun para orang dewasa pun memerlukan pendidikan sehingga dapat dikatakan sebagai pendidikan seumur hidup.

Masyarakat pada umumnya akan memilih lembaga pendidikan nonformal yang tidak memerlukan biaya besar, serta waktunya feksibel. Yang menjadi tujuan utamanya mereka tetap memperoleh ilmu pengetahuan yang diperlukannya dan untuk ilmu pengetahuan keagamaan yang akan mengarahkan pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Disamping itu yang bersifat duniawi, masyarakat juga memerlukan ilmu pengetahuan tentang pendidikan, kesehatan, gizi, pengelolaan keuangan yang baik agar hidup sejahtera baik dunia dan akhirat.

Agar lembaga-lembaga pendidikan di masyarakat sesuai dengan tujuan yang diinginkan, maka perlu adanya pengawasan yang bisa dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal. Pengawasan yang dilakukan terhadap lembaga pendidikan tersebut akan memberikan kontribusi yang baik bagi pengguna dan seluruh komponen pendidikan.

(25)

Sistem Informasi Manajemen merupakan bagian dari ilmu manajemen yang didalamnya menjalankan fungsi perencananaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian yang dilaksanakan dalam sebuah organisasi atau lembaga termasuk lembaga pendidikan. Agar tercipta keseberhasilan dalam menjalankan fungsi manajemen tersebut yang harus dilaksanakan adalah menerapkan sistem informasi yang mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan para pengelola lembaga terkait.

Ada beberapa kriteria informasi yang baik dan bermanfaat diantaranya informasi yang telah diolah dan dianalisis, memiliki arti dan bermanfaat bagi penggunanya. Karena setiap orang memerlukan informasi, semakin akurat informasi maka semakin tinggi mutunya dan semakin aman pengguna dapat menggunakananya dalam pengambilan keputusan.

Dalam pelaksanaannya, informasi dapat membantu penggunanya untuk membuat perencanaan dan program kerja, pengambilan keputusan dan pengendalian. Informasi juga bermanfaat untuk menambah pengetahuan yang dimiliki, mengurangi ketidakpastian, mengurangi resiko kegagalan, mengurangi keanekaragaman/variasi yang tidak diperlukan, dan memberi standar, aturan, ukuran, keputusan yang menentukan pencapaian sasaran dan tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Daradjat, Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Helmawati. 2015. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Agama Islam,

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hidayat, Ara, dan Imam Machali. 2012. Pengelolaan Pendidikan.

(26)

Idi, Abdullah danToto Suharto. 2006. Revitalisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Langgulung, Hasan. 1980. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Bandung: Al Maarif.

Marimba, Ahmad D. 1980.Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al Maarif.

Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifkasi uru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rochaety, Ety, Pontjorini Rahayuningsih, dan Prima Gusti Yanti. 2009.Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Shulhan, Muwahid. 2004. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bina Ilmu.

MENEJEMEN PENDIDIKAN GERAKAN SANTRI

(Kontribusi Santri Dalam Menyiapkan Masyarakat Global)

Sulis Rokhmawanto

IAINU Kebumen

Email. Sulisrokhmawanto.@gmail.com

Abstraksi

(27)

santri yang memiliki komitmen tinggi terhadap idiologinya, terhadap masyarakat, dan memiliki iwa patriotisme yang tinggi terhadap negaranya. Spirit santri ditunjukan dengan gerakan pendidikan kepada masyarakat disekitarnya untuk mempersiapkan masyarakat global. Wujud dari pelaksanaan tersebut dalah mewujudkan masyarakat akademik dan masyarakat religius.

Kata kunci : santri, globalisasi, pendidikan, dan kontribusI

A. Pendahuluan

Globalisasi bukanlah sesuatu yang harus diingkari oleh masyarakat. Karena globalisasi adalah sebuah perkembangan zaman yang akan membawa manusia kearah sistem pemersatuan masyarakat dunia. Hal ini sudah menjadi kesepakatan masyarakat internasional melalui perwakilannya dari setiap negara. Jika kita tengok maksud dan tujuan dari globalisasi adalah sesuatu yang bagus. Namun pada kenyataanya, ditengah arus globalisasi, yang terjadi dalam masyarakat bukanlah menunjukan gejala positif, namun sebaliknya, yaitu gejala negatif. Diantara gejala tersebut adalah terjadinya dis-integrasi sosial dalam masyarakat. Disintegrasi sosial tersebut diantaranya disebabkan oleh banyak sebab yang saling berhubugan, diantarany adalah adanya disintegrasi bangsa, disintegrasi idiologi, dan juga radikalisasi. Disintegrasi sosial dalam masyarakat sangat terlihat, diantaranya adalah memudarnya kultur masyarakat yang menunjukan kebersamaan, munculnya ogoisme yang tinggi, pertikaian, dan lain sebagainya.

(28)

pendidikan. Jika masyarakatnya adalah seorang pelaku politik, maka dia juga akan berpolitik dengan ikhlas demi tegaknya demokrasi di negara yang ia cintai, bukan sebaliknya, guru mengajar karena ingin mendapatkan uang profesinya, sehingga guru tersebut dalam mengajarkan siswanya tentang ilmu pengetahuan hanya bersifat formalitas, tanpa memperhatikan kualifikasi pelaksanaan sebuah pendidikan, sehingga pada akhirnya pendidikan hanya sebagai penulis legalitas melalui proses yang ada, yang selanjutnya akan berakibat kepada “rendahnya” kualitas out put peserta didik. Sedangkan bagi seorang pelaku politik dia akan menghalalkan segala cara untuk mencapai suatu kedudukan yang orientasinya adalah mendapatkan finansial, yang akan berakibat kepada perpecahan dalam masyarakat, dan mengarah kepada disintegrasi pada negara.

Satu hal yang paling tidak diinginkan oleh suatu negara adalah terjadinya disintegrasi bangsa. Jika kita cermati, disintegrasi bangsa diantara salah satu penyebabnya adalah tipisnya jiwa patriotisme dalam individu suatu masyarakat negara, sehingga dengan demikian masyarakat suatu negara akan mudah memiliki tujuan yang bersifat individu dan sementara sebagaimana contoh ditas.

(29)

apa yang terjadi pada kelompok masyarakatnya, yang mana hal ini akan mengarahkan kapada konfik dan perpecahan juga.

Begitu parahnya kondisi yang terjadi dalam masyarakat global saat sekarang ini. Ada gejala lain dalam masyarakat menuju global sekarang ini, yaitu adanya gejala radikalisasi. Gejala ini sangat terlihat dalam masyrakat yang biasanya baru mengenal suatu keyakinan agama (islam) sehingga mereka melakukan amaliah kehidupan yang menurutnya berdasakan idiologi agama, namun sebenarnya berdasakan frame/kerangka penglihatan yang lain, apa yang dilakukan adalah bagian dari amaliah radikal, sehingga justru akan memunculkan permasalahan baru dalam masyarakat.

Ditengah kondisi masyarakat yang demikian, terdapat angin segar yang nampaknya dirindukan oleh sebagian masyarakat yang memiliki keinginan dan wawasan global, namun masyarakat tersebut belum dapat menentukan langkah untuk menjadi dan menjadikan masyarakat global. Angin segar tersebut adalah para santri, yang memiliki komitmen, jiwa patriotisme, idiologi yang tegak dan harum, serta berwawasan maju. Para santri ini melakukan gerakan yang tersistem dengan baik, terukur dengan baik dan juga legal menurut bangsa dan agama. Perilaku para santri ini dapat dinilai sebagai relationship, respectability, dan

responbility. Dimana mereka dapat menjadikan bagian dari orang lain dan sebaliknya, menghormati orang lain, dan menempatkan diri ditengah perbedaan. Selain itu mereka juga dapat mendemonstrasikan kebajikan dengan tepat, mendemonstrasikan pengetahuan dalam rangka memahami dan memahamkan orang lain. Selain itu juga adanya deminstrsi sensabilitas yang ditunjukan dalam penilaian berdasarkan etika dan situasi moral sosial.20

B. Pembahasan

1. Santri

Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa dunia pendidikan dituntut menciptakan out put yang berkulitas. Termasuk didalamnya

(30)

adalah pendidikan islam. Kualitas tersebut diantaranya ditunjukan oleh kemampuan out put suatu lembaga pendidikan untuk dapat merubah kondisi dirinya sendiri, lingkungan dan masyarakat pada umumnya.

Dengan derasnya arus globalisasi, yang semua itu berimbas kepada semua sektor kehidupan, baik sosial, ekonomi, politik, religius dan lain sebagainya. Arus globalisasi telah menggerus dan merubah kondisi sosial masyarakat, khususnya di Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan bergesernya amaliah kearifan lokal, bergeser menjadi berorientsi finansial. Misalnya saja budaya lokal gotong royong pada masyarakat yang semakin sulit untuk dijumpai. Pada bidang ekonomi, terjadi proes perkembangan yang begitu cepat, dimana masyarakat diarahkan untuk mengikuti sistem ekonomi masyarakat global yang mengarah kepada sistem ekonomi monopoli. Sedangkan pada bidang politik, masyarakat dituntut tidak hanya menghadapi politik lokal, maupun politik negara, namun juga dituntut menghadapi politik dunia. Pada dataran religius, masyarakat dihadapkan dengan banyaknya model religiusitas yang hadir dilingkungannya, yang mana semua itu berslogan ketuhanan dan keberagamaan. Namun didalamnya mengandung berbagai muatan untuk tujuan tertentu.

Dengan adanya fenomena yang demikian, para santri yang terdidik dan memiliki kegelisahan, mereka melakukan gerakan. Gerakan tersebut bersifat terencana, terstruktur, jelas, dan terukur dengan evaluasi, serta memiliki tujuan jangka panjang yang jelas. Diantara tujuan tersebut adalah mempertahankan eksisitensi nilai-nilai kebersamaan dalam hidup umat manusia.

(31)

santri ingin mengadakan kegiatan, yaitu gerakan pendidikan, mereka melakukan silaturahim kepada para sespuh. Ketiga, bahwa dalam gerakan pendidikan, para santri menciptakan kurikulum pembelajaran yang dapat membangunkan semangat, dan membakar semangat para jamaah/peserta. Keempat, hal yang khas dan menunjukan nilai akademis adalah adanya evaluasi yang bersifat jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Hal inilah yang menjadikan para santri layak untuk disebut sebagai “santri akademik” dikalangan masyarakat. Selain itu masih ada lagi, yang memperkuat bahwa para santri ini layak untuk disebut sebagai santri akademik, karena sesuai dengan tuntutan dunia akademik/dunia pendidikan, mereka memiliki target perubahan pada masyarakat yang dapat diukur dengan ukuran yang abstrak, yitu pembangunan kemandirian masyarakat, kekompakan masyarakat melalui organisasi, mengedepankan semangat kebersamaan, dan melawan kebatilan dengan metode pendidikan dan mengangkat isu-isu yang kekinian.

2. Pendidikan oleh santri akademik

(32)

kemunduran dan hal yang kurang baik dalam masyarakat yang sedang menghadapi perkembangan global.

Kurikulum yang dibangun dalam pendidikan oleh para santri diantaranya, berpijak kepada kurikulum kultural. Artinya kurikulum disusun melaui pendekatan kearifan lokal, yaitu kebersamaan, dan terstruktur. Materi kurikulum yang diusung adalah materi orientasi, dimana para peserta pendidikan diberikan penguatan tentang jati diri peserta, bahwa mereka adalah masyarakat islam aswaja, islam rokhmatanlil’alamin yang memiliki power yang berupa semangat kebangsaan/patriotisme dan juga memiliki potensi tersembunyi barupa doa dari para ulama, khususnya para kiai-kiai sepuh.

Muatan kurikulum yang kedua adalah penguatan aswaja, dimana dalam materi ini para peserta diberikan bekal ilmu dan pengetahuan tentang sanat/urutan idiologi yang diyakini dalam islam aswaja,islam rokhmtn lil’alamin. Sehingga dengan pengetahuan dan ilmu ini para peserta yakin akan kebenaran apa yang diyakini dan apa yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Materi ini dianggap penting oleh para penggagas pendidikan kader, dengan alasan bahwa muslim rokhmatan lil’alamin adalah muslim yang memiliki runtutan keilmuan yang jelas dan bersumber dari nabi Muhamad SAW.

Dalam menghadapai perkembangan idiologi baru yang muncul pada msyarakat global sekarang ini, kegiatan pendidikan dibekali dengan penguatan idiologi, dan strategi memperkuat diri dalam hal idiologi dan keyakianan, yang mana bekal ini dapat disampaikan kepada masyarakat muslim yang lainnya berdasarkan tingkatan pendidikan masing-masing individu.

(33)

meminimalisir adanya kecenderungan untuk saling memandang salah kelompok lain dan memandang paling benar kelompoknya sendiri. Sehingga dengan hal ini diharapkan dapat meminimalisir konfik idiologi yang ada dalam masyarakat.

Sebagai bentuk keholostisan kurikulum yang ada dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan para santri akademik, proses pendidikan dituntut untuk mengaplikasikan apa yang telah didapatkan dalam pendidikan ini melalui program semacam pengabdian terhadap masyarakat, sesuai dengan rencana tindak lanjut dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana pelaksanaan pendidikan dilaksanakan.

Untuk menunjang kesehatan para peserta pendidikan, para peserta juga diberikan bekal ilmu kesehatan jasmani. Dalam hal ini santri akademik, sebagai penggagas dan juga pelaksana pendidikan, mereka menggandeng tenaga ahli yaitu diantaranya para pemandu senam atau juga tentara nasional Indonesia (angkatan darat) untuk mengisi materi kesehatan jasmani. Sebetulnya materi ini tidak hanya bertujuan untuk menunjang kesehatan jasmani saja, namun juga bertujuan untuk memberikan bekal kedisiplinan. Alasan ini cukup masuk akal, karena dalam era globalisasi, kedisiplinan adalah hal yang penting dalam rangka mencapai suatu tujuan yang tepat waktu.

Sebagai bentuk evaluasi atas kegiatan pendidikan, para peserta, mendapat evaluasi dari pelaksana untuk melaporkan hasil pengabdian terhadap masyarakat, terkait masalah yang dihadapi, selanjutnya para peserta mendapatkan masukan untuk tindakan lebih lanjut. Hal ini dilakukn secara terus menerus dan berkesinambungan sampai mendapatkan tujuan yang telah direncanakan, yaitu kemandirian masyarakat, dan kebenaran idiologi berdasarkan wawasan ahlu sunah waljamaah, islam yang rokhmatan lil’alamin.

(34)

Jika dilihat dengan kacamata sosiologi, para santri akademik adalah manusia yang hidup pada masa sekarang ini. Dimana semua manusia saat sekarang ini mendapatkan tantangan perkembangan globalisasi. Dengan demikian maka jelas, bahwa para santri adalah manusia yang juga mendapatkan tantangan tersebut, sehingga mereka juga dituntut untuk mempersiapkan generasi yang “siap” dalam menghadapi globalisasi dari berbagai sektor kehidupan. Baik dari sosial, pendidikan, ekonomi, budaya, polotik, keamanan, termasuk juga didalmnya kesehatan.

Begitu banyak dan kompleksnya tantangan yang dihadapi para santri akademik yang bersifat teknis. Dalam hal kegiatan yang bersifat formal, penyelesaian telah dihadapi dengan segala upaya dan usaha serta doa, dengan harapan tantangan tersebut dapat diakomodir. Mselain itu masih ada tantangan yang bersifat laten, yaitu tantangan-tentang yang menyangkut masa lalu yang dibuka kembali oleh segelintir orang yang berusaha untuk membalikan fakta melalui forum internsional, sebagaimana yang banyak didapat informasi ini melalui media pemberitaan, diantaranya adalah tantangan neo liberal. Tantangan yang dihadapi melalui jalur internasional, yaitu pengadilan internasional yang berada di Denhag Belanda tentang masa lalu perjuangan para pehlawan Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Hal ini adalah salah satu tantangan yang bersifat terbuka dan dalam jangkauan internasional. Dimana tantangan ini menuntut para santri akademik untuk dapat menjelaskan kembali fakta sejarah pergerakan organisasi islam dalam perjuangan melawan komunis.21

Sedangkan tantangan laten yang bersifat nasional adalah adanya manuver neo kominis melalui jalur istana. Hal ini bukan sekedar tantangan dalam mengejawantahkan kebenaran sejarah, namun juga tantangan yang menuntut para santri akademik dibidang patriotisme atau bela bangsa.

21 Abdul un’im, Menghadpi Manuver Neo Komunis (Jakarta:yayasan prakarsa kemandirian dan ketahanan

(35)

Selain tantangan tersebut masih ada tantangan lain, yaitu tantangan dari akar rumput. Tantangan akar rumut ni para pelakunya paling tidak dapat dipetakan menjadi dua, yaitu dari ekstern msyarakat islam dan dari intern masyarakat islam sendiri. Akar rumput ekstern adalah masyarakat islam diluar masyarakat islam rokhmatanlil’alamin yang memiliki keinginan untuk menghilangkan eksisitensi silam rohmah dari hadapan masyarakat.

Ekspansi yang dilakukan oleh akar rumput ekstern diantaranya adalah adanya reformasi idiologi yang menanggalkan idiologi silam rokhmatan lil’alamin melalui berbagai gerakan dan aktivitas. Sedangakan akar rumput intern adalah masyarakat islam rokhmatan lil’alamin itu sendiri adalah adanya masyarakat islam yang mengalami kebingungan terhadap ideologi yang ia yakini sendiri, sehingg masyarakat ini cenderung menerima islam yang meninggalkan konsep rokhmtan lil’alamin. mereka menerima keyakinan islamnya tetapi tidak melaksanakan konsep islam yang rokhmatan lil’alamin. Ini dapat disebut sebagai pola ambivalensi. Ini disebut sebagai Pola keyakinan ambivalen. Pola keyakinan ini diwujudkan dalam bentuk tindakan-tindakan ambiguitas, asimilasi, dan dissimulasi.22 Tantangan ini memiliki bobot yang kuat, sehingga perlu adanya pemetaan dalam menyelesaiakn dan mempersiapkan masyarakat global.

4. Menejemen pendidikan santri akademik dalam memajukan masyarakat islam

Dalam perjalanan pelaksnaan pendidikan, para santri akademik tidak terlepas dari apa yang disebut dengan seni menejemen. Secara implisit seni ini adalah seni dalam mengelola pelaksanaan pendidikan, seni dalam melihat tantangan global, serta seni dalam mengelola potensi dan sumber daya yang ada dalam masyarakat yang dipersiapkan menuju masyarakat global.

22Tadjoer Ridjal, Tamparsasi Tradisi Santri Pedesaan Jawa (Surabaya: Yayasan Kampusina, 2004),

(36)

Menejemen pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari sebuah perencanaan, yang memiliki tujuan yang jelas sebagaimana telah dijelaskan pada paparan yang sebelumnya. Perencanaan yang dilakukan berupa mencari dan meminta pertimbangan dari para senior pelaksana pendidikan, yaitu pra kiai-kiai sepuh, mencari referensi tentang suatu permasalahan dan juga mencari informasi tentang keadaan suatu masyarakat islam di Indonesia pada umumnya. Perencanaan yang selanjutnya adalah prumusan, metode dan upaya menyelesaikan permasalahan umat islam, yaitu yang terkait dengan isu organisasi, isu politik, isu ekonomi, dan isu ketahanan negara. Perencanaan tersebut dituangkan untuk dijadikan kurikulum dan materi utama dalam pendidkan. Selain perencanaan kurikulum, perencanan pelaskasaan juga dipersiapkan dengan matang, dari pemateri yang diberikan bekal secara optimal, waktu pelaksanaan, sampai dengan evaluasinya.

Pelaksanaan pendidikan dilaksnakan secara berantai. Sehingga kegiatan ini dapat terukur dan terstruktur berdasarkan pemetaan wilayah yang menjadi target, yaitu seluruh wilayah Indonesia. Dalam pelaksnaan pendidikn, untuk mempermudah pelaksnaan yang selanjutnya, para peserta diminta untuk mengembangkan jaringan alumni dengan saling memberi informasi dari perkembangn rencana tindak lanjut yang telah direncanakan sebelumnya.

Sebagai langkah kontroling, pelaksanaan pendidikan, pengontrolan dilakukan langsung oleh para pendidik, yang selanjutnya diberikan masukan untuk mencapai tujuan yang lebih optimal melalui kerjasama dengan para alumnus pendidikan kader penggerak diwilayah lain, elemen masyarakat, dan juga pemerintah setempat.

5. Santri mewujudkan masyarakat akademik

(37)

langsung maupun tidak langsung telah mengalami suatu proses, yaitu metamorfosisi sosial menuju masyarakat yang lebih baik dari segala sektor kehidpannya. Namun demikian, semua ini adalah sebagai sebuah realita yang belum optimal, dimana kondisi masyarakat sekarang memiliki gejala budaya negatif, yaitu adanya budaya instan dalam masyarakat.

Dengan melihat fenomena tersebut, para santri akademik mengalami kegelisahan yang luar biasa, karena akibat budaya instan akan berdampak pada kondisi keruskan sistem pada masyarakat. Sebagai contohnya , dibidang demokrasi, banyak para pemain demokrasi mengambil jalur instan untuk mencapai tujuan kemenangan dirinya. Kondisi ini jelas sangat merusak sistem sosial yang ada dalam masyarakat sehingga juga berimbas kepada sektor kehidupan yang lainnya. Seperti melemahnya nilai-nilai kearifan lokal, melemahnya idiologi dan keyakinanan religius masyarakat, melemahnya esensi pendidikan, dan melemahnya jiwa patriotisme dalam masyarakat.

Dengan demikian semkin jelas bagaimana kondisi masyarakat kita akhir-akhir ini. Bagi para santri hal tersebut adalah tantangan untuk mencari solusi, bagaimana mereka dapat mewujudkan msyarakat yang harmonis dalam ikatan idiologi religius. Hal ini didukung adaya keyaakinan bahwa keberhasilan melakukan perubahan pada masyarakat diantaranya didukung oleh faktor sosial dan usaha keras para kiai.23 Diadakannya dialog antar lapisan masyarakat oleh para santri kademik melalui mimbar keilmuan, diketuknya hati para masyarakat untuk melihat dan membela tanah air, digiatkannya kembali gerakan pendidikan melalui slogan ayo mondok, diadakan kontes demokrasi melalui mimbar demokrasi yang dilaksanakan dengan pelibatan langsung para santri akadeik didalamnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Cholison24 dalam partai politik.

(38)

Semua itu adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang sadar akan adanya proses, sebagaimana dalam ajaran islam, bahwa apa yang ada didunia ini adalah berjalan berdasarkan proses sunatulloh, dan sebab akibat yang terjadi dilingkungan alam semesta, termasuk didalamnya adalah manusia. Yang menjadi ciri khas keberhasilan yang bersifat sementara bagi para santri akademik dalam mewujudkan masyarakat akdemik adalah tersadarnya masyarakat islam nahdlatul ulama yang telah mengikuti pendidikan kader untuk melakukn hal yang terbaik bagi dirinya sendiri sekaligus untuk masyarakat yang lainnya, dengan prinsip berjalan berlandaskan keyakianan idiologi yang diyakininya dalam ruang organisasi yang diikutinya.

Dalam perjalanan yang ada sementar untuk saat ini, hal tersebut terlihat akademik, karena masyarakat ini juga berusaha melakukan aktifitas-aktifitas yang didalamnya ada kegiatan musyawarah, melihat dan menyelesaikan satu masalah, menciptakan suatu tujuan yang terencana, terstrukur dan terukur.25 Dan yang tidak ketinggalan adalah dimunculkannya budaya diskusi yang dilanjutkan dengan penulisan karya ilmiah dalam rangka untuk melakukan “soft war” perang pemahaman dengan pihak lain yang berusaha menguasai panggung eksisitensi secara sepihak, dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan, yaitupara “instanis”.

Selain usaha mewujudkan santri akademik yang demikian itu, masih ada budaya akademik yang khas yang juga diabadikan oleh para santri akademik. Budaya akademik tersebut adalah budaya takdzim terhadap para guru. Mengapa ini dikatakan usaha dalam mewujudkan masyarakat akademik, konteks takdzim yang diangkat disini adalah bagaimana masyarakat dapat mengakui keberadaan orang yeng usianya lebih tua dan memiliki kontribusi positif bagi masyarakat sekitar menuju kepada paradigma dan amaliah hidup

25 Bagian dari tujuan pendidikan yang ada di Indonesi sebagaimna tercantum dalam UU

(39)

yang lebih baik. Seperti halnya dilakukan kepada para guru ngaji, kiai dan tokoh masyarakat yang lainnya. Hal ini membawa pengaruh yang cukup signifikan, dalam menciptakan masyarakat yang kondusif, dalam rangka membangun hubugan damai dengan masyrakat lain.

Ukuran keberhasilan hal yang dilakukan oleh masyarakat akademik disini tidak ditujukan oleh adanya angka nominal sebagai indeks keberhasilan, namun keberhasilan masyarakat akademik diukur pada waktu setelah melakukan usaha dan tindakan dalam kegiatan. Indikasi keberhasilan tersebut diantaranya adalah adanya signal perubahan dalam suatu masyarakat, dengan indikasi munculnya semangat, dan pencerahan yang diterima oleh masyarakat lain.

Evaluasi yang dilakukan oleh masyarakat akademik disini adalah berdasarkan masalah yang dihadapi, dan melihat bagaimana cara mengatsinya. Hal ini memang nampak sederhana dan juga kurang terukur, namun bagi pelaksanaan pendidikan kader yang terpenting bukan sederhana atau kerumitan yang dihadapi, tetapi adalah semangat dan orientasiya menuju kepada perubahan yang lebih baik.

6. Santri mewujudkan masyarakat religius

(40)

melakukan perwujudan cintanya itu dengan simbul hormat terhadap bendera.

Selain contoh tersebut, masih ada contoh pada bidang yang lain, yaitu bidang pendidikan. Pendidikan adalah sebuah amaliah mulia, dimana menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban tanpa memandang adanya batasan usia manuasia dengan prioritas tujuan adalah mewujudkan perubahan kearah yang lebih baik dalam masyarakat. Dengan adanya gelombang globalisasi, orientasi tersebut seakan hanyut hilang entah kemana, sehingga orientasi pendidikan sebagai budaya akademik yang mulia hilang. Orientasi tersebut bergeser kearah monopoli finansial belaka, hal ini menjadi salah satu penyebab dalam masyarakat akan munculnya masalah baru dalam bidang pendidikan.

Para santri akademik, dengan melihat sedikit realita kehidupan menuju globalissi mereka tidak tinggal diam. Dalam bahasa jawa para santri akademik cancut tali wondo/bergegas untuk segera berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut dengan slogan dan semangat patriotisme. Selain itu santri akademik juga berusaha membaca tentang semangat para guru bangsa, yaitu para kiai sebagai salah satu guru menuju kemerdakaan bangsa. Hal itu diperkuat, bahwa keberhasilan religiusitas Islam terjadi karena beberapa faktor seperti sosial, ekonomi, dan politik.26 Para santri akademik juga melihat faktor pendidikan sebagai jalur menuju msyarakat religius. Alasannya adalah karena dengan jalur pendidikan, karakter khusus bagi masyarakat muslim akan terbentuk, serta untuk dapat mengajak masyarakat kembali kepada orientasi pendidikan yang mulia. Hal ini dilakukan dengan banyak melaksanakan kampanye pendidikan kader penggerak.

Semangat para santri akademik tidak berorientasi kepada finanslial, namun dengan berorientasi semanagat religius. Para santri mampu berusaha memaparkan esensi dan orientasi semangat kebangsaan yang mengandung nilai religiusitas bagi

(41)

masyarakat. Dengan semangat uswah atau contoh, para santri akademik bergerak melakukan gerakan sehingga dapat menjadi contoh bagi masyarakat lain untuk melakukan gerakan yang sama, yaitu memupuk jiwa patriotisme dalam bingkai dan ruh religius bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang diajarkan oleh senior sebelumnya, bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman.27

Terkait dengan esensi pendidikan yang diusung, bahwa materi yang disampaikan dalam proses pendidikan kader penggerak semuanya diluruskan dengan prinsip religiusitas islam bagi masyarakat. Dengan materi ini, maka masyarakat dengan sadar menjadi semakin meningkat semanagat religiusitas keislamannya. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya semangat kepedulian terhadap sesama dan kesadaran akan diri sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan individu lain.

7. Resolusi santri dalam menghadapi tantangan globalisasi

Dalam menghadapai tantangan globalisasi, tantangan yang berskala internasional, nasional, maupun tantangan dari akar rumput, para santri akademik mengedepankan resolusi alamiah. Resolusi alamiah disini adalah pemecahan masalah dengan mengedepankan prinsip kemanusiaan, yang berupa pengembangn potensi manusia yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan. Hal ini dipandang sebagai nilai bawaan alamiah, bahwa manusia memiliki potensi untuk dibina melalui jalur pendidikan. Selain itu adanya asumsi bahwa hadirnya Islam di ruang publik secara umum bisa dilihat sebagai penyebaran nilai-nilai, ajaran, simbol-simbol Islam kepada masyarakat dengan memanfaatkan ruang publik, yaitu ruang atau arena, baik nyata maupun virtual, yang digunakan secara bersama oleh warga masyarakat untuk mengkomunikasikan dan menegosiasikan berbagai ide dan

27 Gagasan ini muncul dari K.H. Wahab Hasbulloh, dia adalah salah satu pendiri Nahdlatul

Gambar

Gambar 1.2Closed-Loop System (Sistem Tertutup)6

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen yang digunakan untuk mengukur budaya sekolah adalah kuesioner yang dirumuskan oleh peneliti sendiri dalam bentuk skala psikologis yang dibangun dari

The Study of Interruption ina Mixed-Gender Talk Show Conversation Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Metode yang lain seperti yang diusulkan Deng, P.-H [5], perancangan menggunakan dielektrik resonator antena untuk dapat menghasilkan antena yang memiliki.. gain yang

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

didik memang merupakan masalah serius yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Dengan tiadanya sikap disiplin dan tanggung jawab tentu saja proses pendidikan tidak.. akan

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis penggunaan bahan ajar sejarah Indonesia yang digunakan di SMA Negeri 1 Surakarta, (2) Mendeskripsikan prosedur

Proses bisnis yang dirancang pada sistem informasi pemesanan ruangan memiliki perbedaan dengan proses bisnis yang terdapat di SoloMovie saat ini. Terdapat dua perbedaan

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA REPUBLIK