• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kerawanan Tanah Longsor pada Objek Pariwisata Swafoto Di Desa Wisata Mangunan, Dlingo, Bantul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Kerawanan Tanah Longsor pada Objek Pariwisata Swafoto Di Desa Wisata Mangunan, Dlingo, Bantul"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

K ajian K erawanan Tanah Longsor pada O bjek Pariwisata Swafoto D i Desa W isata M angunan, Dlingo, Bantul

Rum aisha

rum aisha.ais@ gm ail.com

Dr. Eko Haryono e.haryono@ ugm .ac.id

Abstract

Mangunan Tourism V illage is a rapidly grow ing swafoto tourism site. On the other hand, the due are a is prone to landslide hazard which have a detrime ntal effect on the sustainability of tourism. F or this re ason, it is necessary to study on the susceptibility of landslide s in the area. This research aim s at identifyimg the seuceptibility of landslides in swafoto tourism site in Mangunan T ourism Village, Dlingo, Bantul. Landslide susceptibility was conducte d by overlaying five paramete rs (rainfall, slope, geology, soil depth and land use). The weight of each paramete r was determind by the A naly tical Heirarci P rocess (AH P) method. The results shows that the five tourist object are at a high of susceptibility , namely W atu Lawang, Hutan Pinus Sari, Seribu Songgo Langit, Jurang Tembelan and Kebun B uah Mangunan. There are two objects with m oderate and low susceptibility namely telaga giri and bukit m ojo and namely the Buk it Panguk and Watu Mabur.

Keywords: landslide susceptibility, tourism, swafoto, Desa Wisata Mangunan

Intisari

Desa W isata M angunan m em iliki potensi wisata yang sedang berkem bang pesat berupa ekow isata swafoto. Secara fisik, wilayah tersebut m em iliki potensi la in berupa ancam an be ncana longosr. U ntuk itu perlu dilakukan sebuah kajian m engenai kerawanan longsor di daerah tersebut yang bertujuan m engidentifikasi tingkat kerawanan longsor pada objek pariwisa ta swafoto di Desa W isata M angunan, Dlingo, Bantul. Penentuan tingka t kerawanan longsor m enggunaka n m etode tum pa ng susun dari lim a param eter (curah hujan, kem iringan lereng, geologi, kedalam an tana h dan penggunaan laha n) yang a da. Bobot m asing-m asing param eter dicari denga n m etode Analy tical Heirarcy Process (AHP). Hasil penelitia n m enunjukkan ba hwa Objek wisata yang berada pada tingkat kerawanan tin ggi seba nyak lim a objek, yaitu W atu Lawang, Huta n Pinus Sari, Seribu Songgo Langit, Jurang Tem belan dan Kebun Buah M angunan. Objek wisata dengan tingkat kerawanan se dang dan rendah sebanya k dua objek, yaitu Telaga Giri dan Bukit M ojo serta bukit Panguk dan W atu M abur.

(2)

2

PENDAH ULUAN

Jenis bencana yang sering m elanda Indonesia adalah bencana tana h longsor. Tanah longsor m erupaka n bentuk dari adanya perpindahan m assa ta nah secara alam i, dalam waktu yang singkat de ngan volum e besar (Setiawan dkk., 2017). Daerah yang rawan terhadap longsor dilihat dari topografinya a dalah pegunungan dan perbukitan de ngan lereng sedang hingga terjal. Keseta bila n lereng dipengaruhi karena adanya gem pa bum i serta aktifitas m anusia (Subekti, 2012).

Data BPBD Kabupaten Bantul m enunjukkan ba hwa selam a kurun waktu satu tahun, ya itu pada tahun 2016 terjadi sebanyak 78 bencana ta nah longsor dibandingkan dengan bencana yang lain. Kecam atan yang banyak m enga lam i tanah longsor di Bantul tia p tahunnya antara lain Kecam atan Piyungan, Pundong, Ka sihan, Dlingo, Pajangan, Sedayu, Pleret, dan Im ogiri dari tujuh belas kecam atan yang ada (Iffaani dan Indrapertiwi, 2017). Selain itu, dari sum ber ya ng sam a ditem uka n tiga titik kejadian ta nah longsor pada tahun 2017 serta sem bilan titik pasca kejadian ba dai siklon di Desa W isata M angunan. Awal tahun 2018 pa da Bulan

M aret kem bali ditem ukan titik keja dian tanah longsor di daerah penelitian.

Perkem bangan w isata swafoto yang cukup pesat di Desa M angunan akan terancam dengan adanya be ncana longsor, m enginga t daerah tersebut secara m orfologi m erupakan perbukitan. Identifikasi pote nsi be ncana alam disam ping potensi sum berdaya a lam m erupakan salah satu aspek penting da lam pertim banga n perum usan kebijakan pengem bangan wilayah (Ruswandi dkk, 2008).

Pengurangan risiko terjadinya longsor juga penting dilakukan de ngan analisis risiko dim ana hal pertam a yang harus dilakukan ada lah m engidentifika si daerah rawan be ncana. Pengurangan risiko penting dilakukan pada daerah pene litian dim ana banyak berdiri objek wisa ta yang sedang berkem bang dan m enjadi m inat tujua n wisa tawan yang cukup tinggi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah m engidentifikasi tingkat kerawanan longsor pa da objek pariwisata swafoto di Desa W isata M angunan, Dlingo, Bantul.

Lokasi pe nelitian kerawanan longsor pa da objek pariwisa ta swafoto dilakukan di Desa W isata M angunan,

(3)

3 Kecam atan Dlingo. Secara geografis Desa W isata M anguna n se perti pada gam bar 1 berada pada zona 49M dengan koordinat 434000 – 439000 m T da n 9120000 - 9125000 m U. W ilayah pene litian berdasarkan pe ta geologi lem bar Yogyakarta ska la 1: 100.000 tahun 1995 terdiri ata s tiga form asi, yaitu Form asi

W onosari, Form asi Ngelanggeran dan Form asi Sam bipitu. Ketiga form asi yang m enyusun Desa M angunan m asuk ke dalam m asa kenozoikum dan zam an tersier. Variasi ketinggian Desa W isata M angunan berkisar antara 499,683 m dpl – 4,731 m dpl.

Gam bar 1. Lokasi Penelitian

M ETO DE

M etode untuk m engetahui tingkat kerawanan longsor adalah denga n ove rlay sem ua param eter dengan m em berikan skor pada m asing-m asing kondisi per param eter. Selanjutnya dilakukan pem bobotan m enggunaka n m etode kuantitatif berjenjang tertim bang, dengan asum si bahwa setia p param eter m em iliki pengaruh yang berbeda terhadap kerawanan longsor.

Alat yang digunaka n dalam penelitian ini antara lain: Software ArcGIS, G lobal Positioning System (GPS), kam era, alat ukur m orfom etri m edan dan checklist tanah longsor. Lim a param eter dalam kerawanan longsor dibuat de ngan m engolah beberapa data, diantaranya : Peta Rupa Bum i Indonesia lem bar Im ogiri skala 1 : 25.000 (digita l), citra google earth, peta geologi lem bar Yogyakarta

(4)

4 skala 1 : 100.000, peta tanah digital, peta kontur digita l, dan peta curah hujan digital. Da ta pendukung yang digunaka n berupa data curah huja n stasiun Terong tahun 1985-2016 serta data keja dian longsor Kecam atan Dlingo tahun 2017-2018.

Hasil pem bua tan peta param eter yang ada, selanjutnya dila kukan va lida si atau pengecekan di la pangan berdasarkan bentuklahannya. Peta kem iringa n lereng yang dicek dila pangan didapa tkan de ngan m em buat Digital Elevation Mode l (DEM ) dari kontur daerah ka jian. Data penggunaan lahan didapatka n de ngan m elakukan ide ntifikasi m enggunakan peta digital Rupa Bum i Indonesia lem bar Im ogiri skala 1:25000 dan dikoreksi m enggunaka n citra. Titik kejadia n longsor

aktual juga diidentifikasi se bagai inform asi utam a terkait kajia n kerawanan yang dilakukan. Untuk persebaran objek wisata diketa hui dengan m elakukan plotting kesem bilan objek di De sa W isata M angunan.

Olah da ta dengan m etode overlay dilakukan pada software ArcGIS. Sebelum nya terle bih dahulu dilakukan pencarian nilai bobot pada se tiap param eter (kriteria) m enggunakan m etode AHP. Analythical Hierarchy Process m erupakan m etode da lam penyele saian m asalah dengan prinsip dasar, yaitu penguraian (decom position), perbandingan berpasangan (comparative judgement), sintesa prioritas (synthesis of priority) dan konsistensi logis (logical consiste ncy) (Hidayah dkk., 2017).

H ASIL DAN PEM BAH ASAN

Hasil identifika si lapa ngan m enunjukkan terdapa t sem bilan objek wisata di daerah pene litian, yaitu O bjek W isata Bukit M ojo, Bukit Panguk, W atu Lawang, W atu M abur, Pinus Asri, Seribu Songgo Langit, Kebun Buah M angunan, Telaga Giri dan Jurang Tem bela n. Letak

kesem bilan objek wisata berdasarkan bentuklahannya, terdapat em pat objek wisata yang berada di bentuklahan karst sedangka n lim a objek w isata lainnya berada di bentuklahan struktural. Karaktersistik m asing-m asing objek w isata dapat diliha t pada tabel 1.

(5)

5

Tabel 1. Karakteristik O bjek W isata

N o Nam a W isata

K oordinat K arakteristik

X Y Tahun

Berdiri

K em iringan

Lereng Atraksi W isata

Daya Tam pung 1 W atu Lawang 435896 9122395 Juli 2016 25-40% Kabut pagi, dan dapat foto diatas

tebing 288 orang 2 Hutan Pinus Asri 437365 9123769 2015 8-25% Hutan pinus yang luas 216 orang 3 Kaki Langit 437364 9123409 M aret 2016 8-25% Sunrise paling bagus dan pinus 486 orang 4 Kebun Buah M angunan 436576 9122183 2003 8-25% Pem andangan sungai dan

perkebunan -

5 W atu M abur 438404 9121368 2014 3-8%

Pem andangan yang lepas serta dapat m elihat kerlap kerlip gunungkidul pada m alam hari

-

6 Bukit Penguk 438349 9120106 2016 3-8% Sunrise dan awan 720 orang 7 Jurang Tem belan 437164 9122278 2016 8-25% Adanya spot foto kapal tetanic 576 orang 8 Bukit M ojo 437551 9120521 2015 3-8% Sunset dan Sunrise 312 orang 9 Telaga Giri Kediwung 438091 9120632 2016 3-8% Adanya wisata air -

Hasil pem buatan peta kerawanan longsor di Desa W isata M angunan (lihat gam bar 2) m enunjukkan bahwa sebaran zonasi daerah rawan m em iliki kem iripan dengan peta kem iringan lereng, curah hujan da n geologi. Kelas kerawana n di daerah penelitian dibagi m enjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Tiga kelas tersebut didapa tkan dari ha sil konversi skor kum ulatif dari sem ua param eter yang berkisar antara 0,054909 sam pa i 0,233557.

Berdasarkan tabel 2 m enunjukkan bahwa terdapa t perbedaan luasa n pada

m asing-m asing ke las, untuk kelas kerawanan rendah sebesar 14,59% atau setara dengan luasan 162 ha. Kelas kerawanan seda ng sebesar 30,09% atau setara dengan lua san 334 ha dan kelas kerawanan tinggi sebesar 55,31% atau setara dengan luasan 614 ha. Kelas kerawanan tinggi m em iliki luas yang paling besar sedang kelas keraw anan rendah m em iliki luas yang paling kecil. Hal ini m enunjukkan ba hwa sebagian dari Desa W isata M angunan berada pa da zona kerawanan tinggi.

Tabel 2. Kelas Kerawanan Longsor

N o. Kelas Keraw anan N ilai Luasan (h a) Presentase

1 Rendah 0,054909 – 0,1220 19 162 14,59

2 Sedang 0,122020 – 0,1524 64 334 30,09

3 Tinggi 0,152456 - 0,2335 67 614 55,31

(6)

6 Hasil penelitian ini didukung pula oleh da ta dalam pene litian lainnya, dim ana desa yang m asuk da lam zona m erah untuk Kecam atan Dlingo adalah Desa M angunan dan Desa M untuk (W antoro dan Ardya, 2017). Desa M angunan se ndiri disebutkan jum lah rum ah yang m asuk dalam zona m erah sebanyak 143 bangunan. Cakupan area kelas kerawanan ta nah longsor tinggi

berada di bagian utara daerah penelitian dan sedikit dibagian sisi tebing tim ur dan barat. Kelas kerawanan tanah longsor sedang dom ina n berada di bagian se latan Desa W isata M angunan dan sedikit di bagian utara. Kelas kerawanan rendah berada di bagian utara pada bentuklahan lem bah antar perbukitan.

Gam bar 2. Peta K eraw anan Tanah Longsor

Hasil lapangan m enunju kkan bahwa titik keja dian longsor ditem ukan pada daerah de ngan ketinggian diata s 300 m dpl. Titik perse baran kejadian tanah longsor ini berkaitan dengan hasil pem buatan peta kerawanan, dim ana titik tanah longsor yang ada berada pa da kelas kerawanan tinggi. Inform asi terka it dengan data titik ke jadian tana h longsor juga didapa tkan dari BPBD Kabupaten

Bantul. Badan Penanggulangan Bencana Daerah m enyajika n data kejadian da lam kurun waktu dua tahun terakhir, yaitu tahun 2017 dan 2018 pada loka si yang berbeda.

Kejadian tana h longsor di Desa W isata M angunan terjadi di beberapa dusun, yaitu Dusun Sukoram e, Dusun Cem pluk dan Dusun M angunan m asing-m asing satu titik pada tahun 2017. Pasca

(7)

7 badai cem paka m elanda, pada tanggal 28 Novem ber 2017 ditem ukan titik longsor yang lain sebanyak sem bilan titik, yaitu dua titik di Dusun Cem pluk, dua titik di Dusun Kanigoro, satu titik di Dusun M angunan dan em pat titik di Dusun

Sukoram e. Awal tahun 2018 ditem ukan kem bali titik longsor sebanyak sa tu titik di Dusun Sukoram e. Hasil identifika si lapangan ditem ukan lim a titik ke jadian di Dusun M angunan dan Dusun S ukoram e seperti pada gam bar 3.

Gam bar 3.Kejadian Tanah Longsor di Lereng Tepi Jalan (Foto oleh Rum aisha)

Longsor yang terjadi ham pir sem uanya berada pada lereng di tepi jalan. Tentu jala n m enjadi hal yang sa ngat penting sebaga i penunjang aksesibilitas khususnya bagi wisatawan untuk m enuju lokasi obje k wisa ta. Berdasarkan hasil pengam atan pada lim a titik keja dian longsor aktual, terdapat dua tipe tanah longsor, yaitu tipe tanah longsor transasional dan rayapa n. Tipe tanah longsor transasiona l sem uanya ditem ukan pada lereng ditepi jala n. Tipe ini m erupakan tipe tanah longsor yang bidang gelinc ir m assa tanah atau batuannya relatif rata atau m enggelom bang landai. Sedangkan tipe rayapan m erupakan jenis tanah longsor yang bergerak lam bat,

biasanya jenis ini ham pir sulit dikenali. Jenis rayapan da pat diidentifikasi de ngan m eilihat kondisi pohon/tiang listrik/rum ah yang m iring kearah bawah.

Bentukla han yang m enyusun Desa W isata M angunan m enjadi dasar da lam m elakukan va lida si be berapa param eter yang telah disebutkan se belum nya. Lim a param eter yang ada m em iliki kontribusi yang berbeda terhadap kerawana n tanah longsor. Penentua n besar atau kecilnya pengaruh tersebut da pat dicari de ngan m enggunaka n m etode AHP.

M etode AHP ini dapat dilakukan dengan cara m anual atau m enggunakan aplika si Expert Choice. Penelitian oleh

(8)

8 Sudarto dan Putra tahun 2017 dilakukan untuk m em bandingkan dua jenis m etode AHP. Penelitian tersebut m enunjukkan bahwa penggunaan A HP secara m anual lebih efektif dibandingkan de ngan m enggunaka n aplikasi Expert Choice. Hal ini dikarenaka n penggunaan aplikasi tidak dapat m engha silkan nilai konsistensi rasio yang konsisten (Setiawa n dkk., 2017).

Hasil olah da ta m enggunakan m etode AHP pada tabel 3 m enunjukkan bahwa curah hujan m em iliki bobot yang

paling be sar dibandingkan de ngan keem pat param eter lainnya. Adapun curah hujan m em iliki bobot sebesar 0,406. Hal ini m enunjukkan bahwa curah hujan m erupakan param eter yang paling m em pengaruhi kerawanan tanah longsor di Desa W isa ta M angunan de ngan presentase pengaruh 40,6%. Dasar pem berian nilai tinggi pada curah hujan disesuaikan dengan kondisi di lapa ngan dan hasil dari studi literatur pene litian sebelum nya.

Tabel 3. Hasil Pem bobotan Param eter M enggunakan A HP

Parameter CH Lereng K edalaman

Tanah G eologi PL Bobot CH 1,00 3,00 2,50 2,50 5,00 0.406 Lereng 0,70 1,00 3,00 3,00 2,00 0.279 K edalaman Tanah 0,50 0,70 1,00 1,10 1,10 0.136 G eologi 0,30 0,50 0,50 1,00 1,10 0.099 PL 0,30 0,30 0,50 0,60 1,00 0.080 R asio Konsistensi = 0,07 11

Kerawanan tanah longsor apabila dikaitkan dengan obje k wisata yang ada di De sa W isata M angunan dapa t dilihat secara spatial pada gam bar 4 Peta persebaran objek w isata berdasarkan kerawanan longsor m enunjukkan bahwa sem bilan obje k wisata berada di tingkat kerawanan yang berbeda. Selain itu, pada sem ua tingkat kerawanan terdapat objek wisata ya ng berdiri. Hasil identifika si lebih rinci dapat dilihat pada tabe l 4.

Objek w isata ya ng berada pada tingkat kerawanan tinggi sebanyak lim a objek, ya itu W atu Lawang, Huta n Pinus Asri, Seribu Songgo Langit, Jurang Tem belan dan Kebun Buah M angunan. Objek wisa ta pada tingkat kerawanan sedang sebanya k dua objek, yaitu Telaga Giri da n Bukit M ojo. O bjek wisa ta pada tingkat kerawana n rendah juga terdapat dua objek, yaitu Bukit Panguk dan W atu M abur.

(9)

9

Tabel 4. Tingkat Kerawanan Longsor per Objek W isata

Tingkat Keraw anan Longsor pada Pariwisata Sw afoto

Tinggi Sedang R endah

W atu Law ang Telaga G iri Bukit Panguk H utan Pinus A sri Bukit M ojo W atu M abur

Seribu Songgo Langit

Jurang Tembelan K ebun Buah M angu nan

Objek wisata yang berada di zona kerawanan tinggi sem uanya berada di bentuklahan lereng ata s hingga lereng tengah perbukitan sesar baturagung dengan form asi ngelanggeran. Kondisi fisik inilah yang m enjadikan daerah tersebut rawa n terhada p tanah longsor. Penggunaan lahan di lokasi m em berikan pengaruh yang cukup besar da lam

m em pekecil pote nsi tejadinya tanah longsor khususnya pada objek w isata Hutan Pinus Asri dan Seribu Songgo Langit. Hal ini dikarenakan pada kedua objek wisa ta tersebut m erupa kan da erah hutan lindung denga n pohon yang dom inan tum buh berupa pinus de ngan tajuk daun yang rapat dan akar yang kokoh.

(10)

10 Objek lain pa da kerawanan tinggi yang m em iliki potensi lebih besar dibandingan dua objek w isata sem belum ya adala h W atu Lawang dan Jurang Tem belan. Ha l ini dikarenakan letaknya yang berada di bibir tebing dan di atas bebatuan. Letaknya yang m em bahayakan ini dapat sewaktu-waktu m engalam i runtuhan, de ngan tipe tanah longsor berupa runtuhan batuan. Pem ilihan lokasi yang tepat serta pem iliha n ba han ba ngunan spot foto harus m enjadi perhatian yang seirus ba gi pihak pe ngelola untuk m engurangi risiko bencana.

Objek wisa ta Seribu S onggo Langit m em iliki beberapa spot foto ya ng berada di daerah lem bah a ntar lereng, sehingga lokasi tersebut seperti dikelilingi oleh tebing. Obje k wisata ini terdapat satu titik yang diindika si m erupakan longsor rayapan sepe rti ya ng terdapat pada gam bar 5. Penentua n jenis tanah longsor ini ditandai dengan adanya penggal lereng ya ng m iring dengan pepohonan diatasnya yang juga berdiri m iring. Hal ini te ntu m em berikan tanda tersendiri bagi pihak pengelola untuk lebih waspada terhadap kondisi sekitar serta terka it dengan pem iliha n titik pendirian foto baru.

Gam bar 5.Longsor Rayapan di Obje k W isata (Foto oleh Rum aisha) Objek wisa ta yang berada pada

kerawanan sedang, ya itu Te laga Giri dan Bukit M ojo buka n berarti tidak berada di pinggir te bing. Hal ini dikarenakan kedua objek w isa ta tersebut berada di bentuklahan perbukita n karst dengan tanah yang tipis da n kem iringan lereng yang landa i hingga m iring. Sedangkan kedua objek lainnya yang berada di zona

kerawanan rendah berada pada puncak perbukitan yang lokasinya relatif datar dengan m aterial perm ukaannya didom inasi oleh batuan terum bu.

Em pat objek w isata pada kerawanan sedang dan renda h tetap harus m endapatkan perhatian dari pihak pengelola, khususnya terkait dengan spot foto yang berada di pinggir lereng atau

(11)

11 jurang. M engingat em pa t objek w isata ini terletak di puncak perbukitan ya ng m em iliki pem andanga n alam cukup m enarik dan berkesan bagi para pengunjung.

Adanya pote nsi longsor dengan beberapa tingka tan (tinggi, sedang dan rendah) m enjadi landa san dalam m enentukan m itigasi yang tepa t. Spot foto yang rawa n terha dap longsor a dalah yang terle tak pada bibir tebing dan dibawah lereng. Selain itu, spot foto yang didirikan di atas pohon m em iliki bahaya yang cukup be sar apabila terja di longsor. Longsor yang terjadi di beberapa titik banyak dipic u oleh intensitas curah hujan yang tinggi.

Kondisi ini dapat m enja di dasar ba gi pihak pengelola agar m em buat suatu kebija kan ketika hujan deras m elanda daerah penelitian.

Rekom endasi yang dapat diberikan pada setiap spot foto ya ng rawan dapat diberi papan peringatan agar pengunjung tidak m endekati daerah tersebut. Papan peringatan ini dapat berupa him ba uan untuk tidak berlam a -lam a berada di spot foto tersebut serta him bauan untuk m enjauhi lereng. Inform asi m engenai bata s m aksim al pengunjung dapat berofot juga m enjadi penting untuk disam pa ikan pada m asing-m asing spot foto.

K ESIM PULAN

Objek wisa ta yang berada pada tingkat kerawanan tinggi sebanyak lim a objek, yaitu W atu Lawang, Hutan Pinus Asri, Seribu Songgo Langit, Jurang Tem belan da n Kebun Buah M angunan. Objek w isata dengan tingka t kerawanan sedang seba nyak dua objek, yaitu Telaga Giri dan Bukit M ojo. Objek w isata dengan tingka t kerawana n renda h juga terdapat dua obje k, yaitu Bukit Panguk dan W atu M abur. Dari sem ua objek wisata yang ada, spot foto yang rawan terhadap longsor terle tak di bibir jurang.

DAFTAR PUSTAK A

Badan Penanggula ngan Bencana Daerah. 2016. Laporan Tahunan BP BD Bantul 2016. Bantul : BPBD Bantul.

Hidayah, A., Paharuddin da n M uh. A ltin M assiani. 2017. Analisis Rawan Bencana Longsor M enggunakan M etode AHP (A naliytic al Hierarchy Process) di Kabupaten Toraja Utara. Jurnal Geoce lebes Vol. 1, No. 1, Hal: 1-4.

Iffani, M dan Centauri Indrapertiwi. 2017. Ana lisis Sebaran Kelom pok Rentan di Ka wasan

(12)

12 Rawan Bencana Longsor untuk Penanggulangan Bencana di Kecam atan Dlingo, Kabupaten Bantul. Jurnal Rise t Dae rah Vol. XVI, No. 2 hal. 2735-2757. Ruswandi, dkk. 2008. Identifikasi Potensi Bencana Alam dan Upaya M itigasi yang Paling Sesuai Diterapkan di Pesisir Indram ayu dan Ciam is. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 1-19.

Setiawan, B. S., Sudarto dan Aditya, N. P. 2017. Pem etaan Daerah Rawan Longsor di Kecam atan Pujon M engguna kan M etode Analy tic Hierarchy Process (AHP). Jurnal Tanah dan

Sumberdaya Lahan V ol. 4, No. 2, Hal 567-576.

Subekti, Aji B. 2012. Tingkat Kerawanan Longsorlahan dengan M etode Weight of Evidence di Sub-DAS Secang Kabupate n Kulonprogo. Skripsi. Fakultas Geografi, Universitas Ga djah M ada.

W antoro, D wi da n Ardya. 2017. Im plem entasi Teknologi Konstruksi Sistem Rum ah Tahan Gem pa pa da Batuan Stim ulan Bahan Baku Bangunan A ncam an Bencana Tanah Longsor. Jurnal R iset Daerah Vol. XVI, No. 1. April 2017.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik O bjek W isata
Tabel 3. Hasil Pem bobotan Param eter M enggunakan A HP

Referensi

Dokumen terkait

'I thought you said you didn't realise you had visitors?' the Doctor asked.. 'You are a doctor, aren't you?' Her

Linearisasi digunakan untuk mendekati respon sistem non-linear dengan PD linear yang kemudian dapat dianalisa dengan TL. Pendekatan linear terhadap sistem non-linear dapat

Bahan pangan yang memiliki kadar air sangat rendah (aw < 0,1), oksidasi berlangsung sangat cepat dan pada aktivitas air lebih tinggi (aw = 0,55-0,85), laju oksidasi kembali

Kualifikasi terhadap penyedia jasa konstruksi yang telah melengkapi dokumen kualifikasi. Pembuktian kualifikasi dilakukan dengan cara melihat keaslian

Lokasi relatif objek wisata Danau Teluk Gelam di Desa Mulya Guna Kecamatan Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir ini strategis, karena didukung oleh jalan

a. Prinsip ilmiah, hal ini berdasarkan dalam pelaksanaan supervisi akademik, kepala sekolah memberikan evaluasi kepada guru berdasarkan masalah-masalah yang

Data yang diperoleh dari hasil penelitian untuk menguji hipotesis lebih lanjut efektivitas perlakuan daun Afrika terhadap kadar glukosa dari semua kelompok

Hal ini dilakukan untuk menambah informasi yang berhubungan dengan kakteristik perkembangan moral dan religi pada peserta