• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Kemampuan Berbicara melalui Strategi Bermain Peran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III Sdn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan Kemampuan Berbicara melalui Strategi Bermain Peran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III Sdn"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI STRATEGI BERMAIN PERAN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KELAS III SDN

ARTIKEL

Oleh

YUNIAR NIM. F34211436

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK 2013

(2)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI STRATEGI BERMAIN PERAN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KELAS III SDN

Yuniar, Sri Utami, Suhardi Marli Prodi PGSD FKIP UNTAN Email: yuniar_pgsd@yahoo.co.id

Abstrak : Masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan Metode Bermain peran pada siswa kelas III SDN dengan menjawab pertanyaan bacaan? (2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Metode Bermain peranpada siswa kelas III SDN? (3) Bagaimana hasil pembelajaran dengan Metode bermain peran padasiswakelas III SDN? Metode penelitian ini adalah metode deskriptif,. Sifat penelitian bersifat kualitatif. Subjek penelitian guru, kolaborator dan murid kelas III Sekolah Dasar Negeri5 Segedong, Kabupaten Pontianak yang berjumlah 17 orang. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik obsservasi langsung, teknik dokumenter, dan alat pengumpul data yang digunakan adalah pedoman observasi dan catatan tentang hasil belajar murid. Dengan memggunakan metode bermain peran siswa kelas II SDN 05 Segedong Tahun pelajaran 2012/2013 mengalami peningkatan. Kemampuan hasil berbicara, siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dari rata-rata nilai siswa pada siklus I meningkat pada siklus II. Dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan.

Kata kunci : berbicara, , Metode bermain peran

Abstrack : The problem of this study were ( 1 ) How to use a method of planning the learning Playing the role of third grade students reading at SDN to answer questions ? ( 2 ) How is the implementation of learning by using the method Playing peranpada third grade students of SDN ? ( 3 ) What learning outcomes by methods play a role padasiswakelas III SDN ? This research method is descriptive method . The nature of qualitative research . Research subject teachers , collaborators and third grade elementary school students Negeri5 Segedong , Pontianak District totaling 17 people . The technique used in this study is a direct obsservasi techniques , documentary techniques , and tools used for collecting data is a record of observation and student learning outcomes . With memggunakan method of playing the role of second grade students of SDN 05 Segedong school year 2012/2013 has increased . Ability to speak results , students in learning has increased from an average student scores in the first cycle increased in the second cycle . From the first cycle to the second cycle increased .

Keywords : talk , Method of playing a role

ahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah, baik dari tingkat sekolah hingga ke perguruan tinggi. Untuk itu dengan mudah mengikuti proses belajar mengajar sehingga benar–benar bisa memahami materi pembelajaran Bahasa Indonesia, diperlukan suatu keterampilan berbahasa yang memadai. Pada hakekatnya belajar Bahasa Indonesia adalah belajar komunikatif. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.Pembelajaran bahasa,selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa juga meningkatkankemampuan memperluas

(3)

wawasan, serta kompetensi dasar yang mencakup aspek mendengarkan, bebicara, berbicara,dan menulis. Aspek-aspek tersebut mendapat porsi yang seimbang dan disajikan secara terpadu. Berdasarkan wacana di atas, penulis berasumsi bahwa kemampuan berbicara sebagai suatu keterampilan gabungan dari bebagai aspek kemampuan berbahasa yang harus dikuasai oleh guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan yang direncanakan serta tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.Dalam hal ini apa yang diharapkan pada proses pembelajaran sangatlah sulit dimana proses pemahaman banyak faktor yang mempengaruhi.Diantaranya kemampuan siswa, kondisi tempat belajar, kondisi sosial masyarakat. Melihat kondisi yang demikian, peniliti merasa tergelitik untuk melakukan penelitian mengenai kemampuan berbicara pada kelas III SDN tahun pelajaran 2012/2013 sebagai tindak lanjutnya. Penulis pandang hal tersebut sangat penting, sesuai tuntutan KTSP, tepatnya Permen No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses mengenai visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Bersumber pada ketentuan struktur pada ketentuan struktur kurikulum untuk Sekolah Dasar dan Madrasyah Ibtidaiyah, pembelajaran bahasa Indonesia memiliki ketentuan untuk kelas I,II, hingga III, III,V, dan VI, karakteristik pembelajaran berbeda – beda. Untuk kelas I – III pembelajaran bahasa Indonesia bersifat tematik yang menekankan pada aspek peningkatan kemampuan menulis dan berbicara permulaan. Kegiatan pembelajaran ini untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dengan tema-tema pembelajaran bervariasi, sedangkan di kelasIV – VI dalam pembelajaran menggunakan pendekatan mata pelajaran tunggal. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia ini menekankan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan. Untuk itu, diperlukan usaha diperlukan bagi guru sebagai pendidik di sekolah agar meningkatkan kemampuan bahasa Indonesia dari berbagai aspek keterampilan, khususnya pada proses pembelajaran kemampuan berbicara di sekolah dasar sehingga siswa dari dasar sudah memiliki pondasi memahami bacaan, membuat dan menentukan pokok-pokok pikiran bacaan serta mampu membuat kesimpulan ide – ide bacaan atau isi cerita dengan baik. Siswa dapat mengembangkan kreatifitas, daya nalar dan imajinasi yang aktif, kreatif, dan inovatif pada suatu bacaan di sekolah maupun di luar sekolah.Masalah mendasar yang dihadapi oleh guru kelas III SDN pada pembelajaran bahasa Indonesia adalah rendahnya kemampuan berbicara siswa. Dari permasalahan di atas, dapat dipecahkan masalah dengan menggunakan metode Bermain peran.Dengan metode Bermain peran, siswa lebih menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru karena pembelajaran berlangsung lebih bervariasi. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik seperti yang telah dialami siswa kelas III SDN.

Berdasarkan dari latar belakang di atas, masalah umum penelitian sebagai berikut: “Bagaimanapeningkatan kemampuan berbicaramelalui metode Bermain peranpada siswa klas III SDN” ?

Agar permasalahan tidak terlalu luas dan memudahkan pembahasan masalah maka perlu dibuat submasalah.Submasalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan MetodeBermain peranpada siswa kelas III SDN dengan menjawab pertanyaan bacaan? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan MetodeBermain peran pada siswa kelas III SDN? 3. Bagaimana hasil pembelajaran dengan Metodebermain peran pada siswa kelas III SDN?

Tujuan umum dari penelitian tindakan kelas, di kelas IIISDN 05 Segedong adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara dengan metode bermain peran. rinciannya

(4)

sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan perencanaan yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan berbicaradengan metode bermain peran pada siswa kelas III SDN. 2. Mendeskripsikan pelaksanaan guru menerapkan metode bermain peran dalam pada siswa kelas III SDN. 3. Mendeskripsikan hasil peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran pada siswa kelas III SDN

Manfaat Penelitian: 1. Bagi Siswa. 2. Bagi Guru. 3. Bagi Sekolah.

Belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk dapat bertingkah laku baru dari hasil interaksi stimulus dan respon pada lingkungan belajar. Seseorang dianggap berhasil dalam belajar, jika ia mampu menunjukkan suatu perubahan tingkah lakunya. Menurut Robert M. Gagne (dalam subana dkk 2000;12). Belajar berlangsung dalam empat fase sebagai berikut : a. Fase apprehending :Memperhatikan stimulus tertentu, menangkap artinya, dan memahaminya, b. Fase acquisition : Melakukan sesuatu yang belum pernah diketahuinya, c. Fase strorage :Menyimpan apapun yang telah di pelajari, mengingatnya sebentar saja atau mengingat sepanjang hidup, d. Fase retrival: Mengambil apapun yang telah disimpan pada saat diperlukan atau menggunakannya untuk memecahkan masalah. Sedangkan menurut Yana wardhana (2010 ; 15) mengatakan bahwa belajar pada intinya adalah “ perubahan” Sikap mental dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Dengan kata lain, perubahan yang terjadi adalah berupa pemahaman mengenai apa yang dilihat dan didengar sehingga terjadi perubahan sikap dan tingkah laku dari apa yang diterimanya kemudian direspon. Apabila persoalan belajar keterampilan Proses situ dikaitkan dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), maka tampak beberapa kesamaan konseptual, baik belajar proses maupun keterampilan proses, keduanya mempunyai ciei-ciri : a. Menekankan pentingnya makna belajar untuk mencapai hasil belajar yang memadai, b. Menekankan pentingnya keterlinbatan siswa dalam proses pembelajaran, c. Menekankan bahwa belajar proses timbal balik yang dapat dicapai oleh anak didik, d. Menekankan hasil belajar secara tuntas dan utuh. Menurut Subana dan Sunarti (2000 ; 14) berdasarkan pengertian belajar dan mengajar, tampaknya keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Belajar menunjukan apa yang harus dilakukan peserta didik sebagai pihak yang menerima pelajaran, sedang mengajar menunjuk pada apa yang dilakukan oleh seorang guru dan peserta didik pada saat pengajaran. Karena keterkaitan itulah, sistem tersebut sering dinamakan pengajaran (instructional system) yang dikembangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Menurut Yana Wardhana (2010 ;23), berpendapat bahwa konteks pengajaran, perubahan tingkah laku peserta didik merupakan hasil dari usaha seorang guru melalui kegiatan mengajar. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa mengajar adalah suatu kegiatan guru dalam membantu dan membimbing peserta untuk dapat berubah dan berkembang menjadi seseorang yang mempunyai sikap, keterampilan, pengetahuan, dan penghargaan.

Menurut Pupuh Fathurrahman dan M. Sobri Sutikno (2012;11). Memperhatikan uraian tentang belajar dan mengajar sebagaimana dibahas diatas, akhirnya dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar memiliki ciri-ciri. Karena tujuan utama pendidikan Bahasa Indonesia adalah melatih siswa berbahas Indonesia secara terampil,latihan keterampilan berbahasa memang peran penting. Keterampilan berbahasa meliputi mendengarkan, berbicara,membaca dan menulis.

Berbicara masalah metode bermain peran tidak bisa lepas dari metode sosiodrama, sebab keduanya sama-sama dapat diterapkan dalam pengajaran IPS yangsukar dipisahkan satu sama lainnya. Bermain peran adalah salah satu bentuk permainanpendidikan yang dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, nilai,dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain (Husein Achmad. 1981:80). Dengan demikian bermain peran adalah merupakan suatu teknik atau cara agar para guru dan siswa memperoleh penghayatan nilai-nilai dan perasaan. Sedangkan sosiodrama berarti mandramatisasikan cara

(5)

tingkah laku di dalam hubungan sosial (Winarno Surachmad. 1973:125). Jadi metode sosiodrama adalah cara mengungkapkan kehidupan danhubungan sosial secara keseluruhannya pada sekelompok siswa. Sedangkan metodebermain peran ditekankan kepada setiap individu siswa dalam memerankan suatutokoh tertentu pada drama yang bersangkutan. Dengan metode bermain peran, diharapkan siswa dapat menghayati danberperan dalam berbagai figur khayalan atau figur sesungguhnya dalam berbagaisituasi. Metode bermain peran yang direncanakan dengan baik dapat menanamkankemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama dengan orang lain, menghargaipendapat dan kemampuan orang lain dan belajar mengambil keputusan dalamhubungan kerja kelompok. Metode ini dapat diterapkan pada pengajaran IPS denganpokok bahasan tentang hubungan kehidupan sosial, misalnya: peranan tokoh-tokoh,susunan dan masyarakat feudal. Melalui metode bermain peran dapat melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif

maupun psikomotor. Aspek kognitif meliputi pemecahan masalah, aspek afektifmeliputi sikap, nilai-niali pribadi/orang lain, membandingkan, mempertentangkannilai-nilai, mengembangkan empati atas dasar tokoh yang mereka perankan.Sedangkan aspek psikomotor terlihat ketika siswa memainkan peran di depan kelas.Dengan demikian diharapkan, minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran IPS yangselalu kaku dan menjemukan dapat disegarkan kembali.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Descriptive. Metode ini diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Suhardjono (2009;56) Penelitian DescriptIIIe merupakan paparan informasi tentang suatu gejala, peristiwa, kejadian sebagaimana adanya. Penelitian ini mengkaji dan memaparkan suatu keadaan sebagaimana adanya. Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu penelitian tindakan dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Istilah dalam dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukan isi yang terkandung didalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan. Pengertian kelas dalam penelitian Tindakan kelas, peneliti mengambil tempat di SDN, peneliti sebagai wali kelas (guru kelas) III dengan jumlah siswa 17 orang. Selain peserta didik bahwa yang menjadi subjek dalam penilitian adalah guru kelas III SDN.

Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan sebanyak dua siklus. Penelitian ini merupakan penelitian untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara melalui Bemain peran. Proses pelaksanaan secara bertahap-tahap berulang-ulang berkesinambungan sampai penelitian ini berhasil. Prosedurdan langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini mengikuti prinsip dasar PTK yang berlaku yaitu dimulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) Pengamatan dan evaluasi, (4) analisis dan refleksi yang kemudian diikuti perencanaan pada siklus ke dua. Seperti yang terdapat pada gambar berikut ini :

(6)

GAMBAR PROSEDUR PTK

Pelaksanaan tindakan dilakukan pada sesmeter satu Tahun pelajaran 2012/2013 tepatnya hari Kamis tanggal 17 Januari 2013, pukul 09.50-11.00. Alokasi waktu yang digunakan 2 X 35 Menit. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan guru adalah mengucapkan salam, mengecek kehadiran, menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan inti guru melakukan pelaksanaan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dirancang.

Pada tahap observasi peneliti dibantu oleh teman sejawat sebagai kolaborator untuk membantu mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan membuat lembar observasi yang telah disiapkan guru. Lembar observasi ini bertujuan untuk mendokumentasikan perubahan setelah diberi tindakan pada proses pembelajaran, hal-hal yang diamati dalam penelitian tindakan kelas, meliputi proses pembelajaran guru menggunakan strategi berpengaruh pada hasil belajar yang telah diberikan tindakan. Data yang diperoleh dari pengamatan dan observasi dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan refleksi.

Refleksi dilaksanakan setelah selesai tindakan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran dengan tindakan pada setiap siklus yang dilaksanakan. Deskripsi dari refleksi adalah berkaitan dengan proses pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IIISDN.

Siklus kedua ini dilakukan setelah melihat hasil belajar siswa kelas III SDN dalam bermain peran. Perbaikan ini tindakan siklus kedua adalah berbicara. Langkah-langkah PTK pada siklus kedua adalah sebagai berikut: a. Dengan pertimbangan hasil siklus satu, guru mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan, b. Guru kembali menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran, c. Menyusun sistem penilaian dan mempersiapkan perangkat hasil belajar, d. Mengukui keberhasilan tindakan pada

(7)

siklus dua sesuai pada tindakan pada siklus dua. Guru melakukan proses pembelajar berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode Bemain peran. Guru melakukan pendahuluan yangbertujuan memotIIIasi dan menyiapkan siswa sebelum pembahasan lebih lanjut, yang meliputi kegiatan: a. Kegiatan Awal, Guru mengucap salam, mengecek kehadiran, menyampaikan tujuan pembelajaran, serta mengkondisikan siswa agar siap belajar, b. Kegiatan inti dalam tahap ini guru melakukan kegiatan yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), c. Kegiatan Akhir Guru dan peserta didik membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran. Pengamatan dalam Penelitian Tindakan kelas ini dilakukan oleh satu orang kolaborator yaitu guru kelas IIISDN 05 Segedong. Kolaborator ini mengamati guru yang sedang melaksanakan tindakan, dan mengamati sikap dan hasil belajar siswa terhadap tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru bersama observer mendiskusikan pelaksanaan dan hasil yang telah dicapai. Hasil kajian tersebut sangat penting untuk menentukan langkah berikutnya, apakah perlu atau tidak dilanjutkan siklus III? Siklus II dapat terlaksana dengan baik. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat baik.hasil yang dicapai siswa dalam menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan meningkat.Hasil tersebut tentunya akan lebih baik apabila dilanjutkan pada siklus III, namun karena keterbatasan waktu maka penelitian ini berakhir pada siklus II.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan teknik tes. Teknik tes adalah pengambilan data berupa informasi mengenai pengetahuam, sikap, bakat, dan lain-lain yang dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan prosedur penilaian berupa evaluasi.

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Observasi ini digunakan untuk mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar.

Penjelasan tentang teknik tes tersebut diatas sejalan dengan pendapat Wina Sanjaya (2009;99) yang mengatakan bahwa tes instrument pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau penguasaan materi pembelajaran. Sedangkan teknik observasi adalah teknik mngumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatat dengan alat observasi tenyang hal-hal yang akan diamati dan diteliti.

Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penilaian ini adalah: a. Pedoman penilaian kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang terdapat pada teks bacaan, b. Pedoman observasi unturument penelitian adalah alat yang digunakan untuk k guru. Alat pengumpulan data tersebut digunakan peneliti agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Wina sanjaya (2009;102) yang mengatakan bahwa instrument penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk menganalisi data. Langkah-langkah yang akan digunakan dalam analisis data pada penelitian sebagai berikut: 1. Pengelompokkan aspek yang diamati meliputi pelaksanaan yang direncanakan dalam pembelajaran. 2. Analisis terlaksana atau tidaknya setiap aspek yang diamati pada setiap siklus. 3. Menetukan aspek yang dinilai dalam kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan. 4. Analisis hasil belajar siswa . 5. Mengadakan refleksi terhadap hasil yang diperoleh setiap siklus.

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Dari hasil observasi siklus I peneliti bersama guru kolabolator dapat menemukan data hasil kemampuan siswa kelas IIISDN 05 Segedong. Hasil kemampuan berbicara pada pembelajaran Bahasa Indonesia ada beberapa siswa yang belum lancar berbicara, 4 siswa (10,26%) sedangkan yang sudah lancar berbicara 35 siswa (89,74%). Hasil penilaian menunjukan bahwa nilai rata-rata dalam siklus I ini adalah 58,46 dan terdapat 33 (84,62%) pekerjaan siswa yang belum tuntas atau kurang dari 65. Adapun hasil nilai dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut.

Tabel 1

Data Hasil Belajar Siswa Siklus I

NILAI FREKUENSI Frel (%)

20-28 2 5,12 29-37 0 0 38-46 5 12,82 47-55 0 0 56-64 26 66,67 65-73 0 0 74-82 6 15,39 39 100

Pada tahap refleksi dilakukan setelah memperoleh data kemampuan berbicara dan observasi. Kegiatan diskusi dengan menyepakati penelitian dilanjutkan pada siklus ke II dikarenakan peningkatan kemampuan berbicara belum optimal. Berdasarkan hasil observasi bahwa masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I yang ditandai kurang ketuntasan pembelajaran. Hasil observasi ini dapat dijadikan bahan refleksi pelaksana terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Hasil pengamatan peneliti bersama kolabolator sebagai berikut. 1. Kegiatan awal. Pada langkah ini ada satu aspek yang belum terlaksana yaitu tahap guna mengkondisikan siswa agar siap belajar. Berdasarkan refleksi, tidak terlaksananya kegiatan ini disebabkan guru tidak mengkondisikan siswa sehingga membuat siswa bingung. 2. Pada kegiatan inti. Siswa terlihat sulit memahami penjelasan yang disampaikan guru. Berdasarkan refleksi, guru terlalu cepat didalam menjelaskan petunjuk berbicara. 3. Tidak semua siswa dibimbing oleh guru. Berdasarkan refleksi, guru terlalu banyak menjelaskan dan penjelasan yang terlalu cepat. 4. Guru tidak memotifasi siswa yang kurang aktif. Berdasarkan refleksi, guru memotifasi pada siswa yang aktif dan yang sudah mengerti dengan penjelasan guru. 5. Guru mengadakan refleksi. Pada akhir kegiatan inti guru dan siswa tidak mengadakan refleksi tentang pelajaran saat itu. Berdasarkan refleksi, tidak dilaksanakannya kegiatan ini disebabkan karena guru langsung memberikan tugas. Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi diatas, dapat peneliti dan kolabolator dalam tindakan peneliti kelas guru belum sepenuhnya dalam melakukan tindakan. Oleh karena itu, peneliti bersama kolabolator sepakat untuk memperbaiki tindakan yang belum terlaksana pada siklus I.

Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi pembelajaran siklus I yang dirasakan masih belum memuaskan. Siklus II yang dilakukan terdiri atas beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, hasil penelitian, dan refleksi. Selengkapnya penelitian tindakan kelas pada Siklus II. Tahap Perencanaan dilakukan pada hari Senin dan Selasa. Setelah melihat hasil di siklus I, peneliti bersama

(9)

kolabolator menyusun rencana pembelajaran yang berbeda dari siklus I agar siswa tidak hanya mengulang kegiatan yang sama dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan dilakukan pada hari Kamis tanggal 31 Januari 2013, pukul 09.50-11.00. alokasi waktu yang digunakan adalah 2 x 35 menit. Kegiatan yang dilakukan siswa dan guru. Peneliti melakukan pengamatan dengan merekam kejadian-kejadian selama proses pembelajaran. Pengamatan terhadap respon siswa dalam mengikuti pelajaran terdapat beberapa siswa yang kurang aktif. Sebelum melakukan kegiatan refleksi, peneliti bersama kolabolator menilai hasil siswa dalam berbicara teks yang agak panjang. Hasil pengamatan menunjukkan pelaksanaan guru menerangkan metode bermain peran. Menurut peneliti bersama kolabolator, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru melalui metode bermain peran ini sudah cukup berhasil dan siswa termotivasi dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti bersama kolabolator sepakat untuk tidak melaksanakan siklus selanjutnya.

Pembahasan

Rata-rata hasil siswa dalam pembelajran ini pada Siklus II mengalami peningkatan. Rata-rata hasil-hasil siswa padasiklus II adalah, 87,82. Peneliti bersama kalobolator menemukan bahwa 89,74% (15 siswa) dari 17 siswa sudah dinilai mampu dengan baik, sedangkan 10,26% (2 siswa) dari 17 siswa yang dinilai kurang dari 65 atau belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Berikut uraian hasil siswa pada siklus II. Dari 17 orang ada 2 siswa (10,26%) yang mendapat nilai 50, ada 5 siswa (28,20%) yang mendapat nilai 75, dan ada 10 siswa (61,54%) yang mendapat nilai 100. Dengan hasil ini membuktikan latihan-latihan pada siklusII melalui metode bermain peran sudah menunjukkan nilai yang baik dan sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) 65, seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2

Rekapitulasi nilai Siswa pada Siklus II NILAI FREKUENSI Frelatif (%)

50-59 2 10,26 60-69 0 0 70-79 5 28,20 80-89 0 0 90-100 10 61,54 17 100

Pada siklus II ini terlihat siswa bersemangat mengerjakan soal karena bisa berdiskusi menanyakan teman. Siswa yang tidak bisa menjawab soal bisa bertanya dan mendapat penjelasan langsung dari teman sehingga bisa membantu dalam memahami materi. Dengan demikian pada akhir semester siklus II ini, hasil pembelajaran sudah memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Berdasarkan uraian hasil belajar siswa pada siklus I ke siklus II, berikut disajikan tabel nilai rata-rata siswa pada setiap siklus.

Tabel 3

Nilai Rata-rata Siswa Dalam Evaluasi Pada Teks Bacaan Melalui Metode Bermain peran.

NO KETERANGAN NILAI RATA-RATA

1 SIKLUS I 58,46

2 SIKLUS II 87,82

(10)

menilai kemampuan siswa kelas II SDN Tahun Pelajaran 2012/2013

Untuk lebih jelasnya dibawah ini di sajikan gambar 2 manunjukkan adanya peningkatan rata-rata ketuntasan belajar siswa secara klasikal setelah dilakukan tindakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran secara klasikal dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

Tabel 4

Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal NO Keterangan Jumlah Siswa Nilai Rata-rata Kelas Ketuntasan Belajar 0-64 65-100 1 SIKLUS I 17 13 Siswa (84,62%) 4 Siswa (15,38%) 58,46 15,38% 2 SIKLUS II 17 2 Siswa (10,26%) 15 Siswa (89,74%) 87,82 89,74%

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran dalam proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya secara rinci dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Perencanaan yang dibuat guru dalam peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran pada siswa kelas III SDN 05 Segedong TahunPelajaran 2012/2013 sudah dilaksanakan dengan baik dengan menerapkan langkah-langkah pada metode bermain peran. Peneliti dan kolaborator membuat perencanaan dan menyiapkan perangkat mengajar yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP), menyusu beberapa evaluasi berupa tugas untuk dikerjakan oleh siswa. 2. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran pada siswa kelas III SDN 05 Segedong semester satu Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah peneliti (guru) melaksanakan perencanaan yang telah dibuat dan didukung oleh kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru sudah baik. Dengan memggunakan metode bermain peran siswa kelas II SDN 05 Segedong Tahun pelajaran 2012/2013 mengalami peningkatan. 3. Kemampuan hasil berbicara, siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan dari rata-rata nilai siswa pada siklus I meningkat pada siklus II. Dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Diharapkan guru mengetahui permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas dan mencari jalan keluar pemecahannya. Misalnya dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas seperti yang telah peneliti lakukan. Karena dengan penelitian tindakan kelas ini sangat bermanfaat bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran bahasa Indonesia maupun pelajaran lain. 2. Diharapkan metode bermain peran tidak hanya diterapkan pada materi pembelajaran berbicara saja, tetapi bisa diterapkan juga pada materi ajar yang lain. 3. Penelitian tindakan kelas yang sudah dilakukan supaya bisa menjadi masukan bagi sekolah dan guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia dan diharapkan ke depannya sekolah bersangkutan bisa lebih baik.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Badudu & Sutan mohammad Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

BSNP. 2008. KTSP SD Model Silabus kelas IV. Jakarta: Depdiknas Dirjen anajemen PendidikanDasar dan Menengah.

David, L.K. 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Davi_MC. Coy, Inc

Jihad Asep & Haris Abdul. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Presindo. Karsidi. 2008. Inilah Bahasa Indonesiaku. Surakarta:Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Nurcholis Hanif & Mafrukhi. 2007. Saya Senang Berbahasa Indonesia.Jakarta: Erlangga.

Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya Wina.2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana

Tarigan Henry Guntur. 2009. Strtegi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa.

Gambar

GAMBAR PROSEDUR PTK

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi konsumen terhadap iklan AMDK merek Amidis dapat dilihat dari sebagian besar konsumen yang menyatakan setuju mengenai kesan iklan AMDK merek Amidis menarik,

setelah melakukan penulisan, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan telah menjalankan hasil laba yang tidak baik dalam memeicu kinerja karyawan serta return on investment

- Bayi premature dan bayi usia ≤ 14 hari yang ibunya belum pernah menderita varicella atau herpes zoster. - Anak - anak yang menderita leukaemia atau

Nilai duga heritabilitas yang tinggi terdapat pada karakter jumlah polong per tanaman serta bobot biji per tanamana dari populasi 100 dan 200 Gy dapat dijadikan

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui sikap petani mengenai usahatani cabe rawit; (2) untuk mengetahui pengetahuan petani mengenai usahatani cabe rawit; (3) untuk

Selain dapat menimbulkan kebakaran hutan yang akhirnya dapat menimbulkan kabut asap, pembakaran lahan gambut menyebabkan reaksi gambut yang kaya akan kapur

These three things should be integrated into the museum products, so as to add value to the product for visitors, and provide a comprehensive experience to

dilakukan setiap hari dimana sering tidak terdatanya berapa BBM yang masuk dan berapa BBM yang telah terkirim setiap harinya. Sistem yang berjalan saat ini masih