• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Enkripsi Citra dan Teks Menggunakan Algoritma Diffie-Hellman dan ElGamal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aplikasi Enkripsi Citra dan Teks Menggunakan Algoritma Diffie-Hellman dan ElGamal"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Aplikasi Enkripsi Citra dan Teks Menggunakan Algoritma Diffie-Hellman

dan ElGamal

Luthfiatun Nisa1, Tutuk Indriyani2, Maretha Ruswiansari3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Informasi, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Email: nisanisa389@gmail.com

Abstract. Data security becomes the most important thing in information storage. One of

them is a security in exchanging messages. Therefore, an encryption method is needed. In encryption, there are symmetric and asymmetric encryptions. Asymmetric encryption is considered more secure because it uses two different key types than symmetric encryption which uses only one type of key. ElGamal is one of the asymmetric encryption algorithms in which advantage lies on the calculation of discrete logarithm that are difficult to solve. Meanwhile, Diffie-Hellman is one of the key exchage process algorithms that generates secret key during communication process to keep the key secrecy. In this research, a combination of Diffie-Hellman and ElGamal algorithms is used to secure text and image messages. the combination of these two algorithms consist of 4 processes, namely the process of key exchange, key generation, encryption, and decryption. The research results showed that 10 text files of 10 Kb to 100 Kb obtained the average time of encryption 119.9 ms, decryption 248.3 ms, and throughput 600.9 Kbps. Meanwhile, for image files with the size 100 x 100 pixels up to 1000 x 1000 pixels, the average time of encryption 2623.4 ms, decryption 4349.5 ms, Mean Square Error (MSE) value 213.95 with the decreasing percentage 27.67%, and value Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) 173.27 dB with the increasing percentage 1.94%. in addition, the results of avalanche effect testing obtained that the shift bits percentage in the text file was 85.18% and that in the image file was 84.46%.

Keywords: Image, Diffie-Hellman, ElGamal. Encryption, Text.

Abstrak. Keamanan data menjadi suatu hal yang paling penting dalam penyimpanan

informasi. Salah satunya adalah keamanan saat melakukan pertukaran pesan, baik berupa teks maupun citra. Untuk itulah metode enkripsi diperlukan. Dalam enkripsi, terdapat enkripsi simetris dan asimetris. Enkripsi asimetris dianggap lebih aman karena menggunakan dua jenis kunci yang berbeda dibandingkan enkripsi simetris yang hanya menggunakan satu jenis kunci. ElGamal merupakan salah satu algoritma enkripsi asimetris, kelebihannya terletak pada perhitungan logaritma diskrit yang sulit untuk dipecahkan. Sementara itu, Diffie-Hellman merupakan salah satu algoritma dalam proses pertukaran kunci yang menghasilkan secret key pada saat proses komunikasi untuk menjaga kerahasiaan kunci. Dalam penelitian ini, diterapkan kombinasi antara algoritma Diffie-Hellman dan ElGamal untuk mengamankan pesan teks dan citra. Kombinasi kedua algoritma ini terdiri dari 4 proses, yaitu proses pertukaran kunci, pembangkitan kunci, enkripsi, dan dekripsi. Dari hasil penelitian, untuk 10 file teks dengan ukuran 10 Kb hingga 100 Kb diperoleh rata-rata waktu enkripsi sebesar 119.9 ms, dekripsi sebesar 248.3 ms, serta throughput sebesar 600,96 Kbps. Sementara itu untuk file citra dengan ukuran 100×100 piksel hingga 1000×1000 piksel, diperoleh rata-rata waktu enkripsi sebesar 2623.4 ms, dekripsi sebesar 4349.5 ms, nilai Mean Square Error (MSE) sebesar 213.95 dengan presentase penurunan sebesar 27.67% , dan nilai Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) sebesar 173.27 dB dengan presentase kenaikan sebesar 1.94%. Selain itu, dari hasil pengujian avalanche effect, diperoleh presentase pergeseran bit pada file teks sebesar 85.18% dan pada file citra sebesar 84.46%.

(2)

1. Pendahuluan

Keamanan data menjadi suatu hal yang paling penting dalam penyimpanan informasi. Salah satunya adalah keamanan saat melakukan pertukaran pesan. Apalagi jika pesan tersebut berisi informasi yang sangat penting dan bersifat rahasia yang menyangkut sebuah organisasi atau perusahaan. Kebutuhan akan keamanan data inilah yang mendorong terciptanya metode untuk mengamankan suatu data, metode inilah yang disebut dengan kriptografi. Kriptografi terdiri berbagai metode yang digunakan untuk mengamankan suatu data, salah satunya adalah enkripsi,

yaitu mengubah informasi asli (plaintext) menjadi sandi-sandi atau kode yang tidak dimengerti

(ciphertext) dan tidak dapat di dekripsi oleh pihak yang tidak memiliki wewenang atas informasi tersebut.

Terdapat dua jenis enkripsi berdasarkan jumlah kuncinya, yaitu enkripsi simetris yang

menggunakan satu jenis kunci dan enkripsi asimetris (public key encryption) yang

menggunakan dua jenis kunci (public key dan private key). Dalam proses enkripsi, kunci

merupakan elemen penting, untuk itu kerahasiaan kunci sangat diperlukan. Salah satu metode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan kunci adalah dengan pertukaran kunci. Metode ini

memungkinkan kedua pihak saling bertukar secret key yang hanya diketahui oleh pihak

tersebut dan kemudian dapat digunakan untuk enkripsi pesan berikutnya. Diffie-Hellman

merupakan salah satu algoritma dalam pertukaran kunci, algoritma ini terbatas pada proses pertukaran kunci saja, sehingga membutuhkan algoritma lain untuk proses enkripsi dan dekripsi. Efektifitas algoritma ini adalah sulitnya menghitung logaritma diskrit. Permasalahannya adalah

bagaimana cara mendistribusikan secret key tersebut secara aman. Apabila pendistribusian

secret key salah, maka informasi dapat mudah diakses oleh pihak lain dalam pengirimannya. Salah satu solusi dalam mendistribusikan secret key ini adalah dengan menggunakan enkripsi asimetris pada proses enkripsi dan dekripsinya. Beberapa algoritma enkripsi dan dekripsi

asimetris diantaranya adalah RSA, ElGamal, Rabin, dan ECC.

Performansi algoritma dianggap ElGamal lebih baik dibandingkan dengan algoritma RSA

pada skalabilitas, power consumption, serta implementasi pada hardware dan software [1]. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini, diterapkan algoritma Diffie-Hellman dengan ElGamal.

Penelitian ini menggunakan algoritma Diffie-Hellman dalam proses pertukaran kunci,

sementara proses pembangkitan kunci, enkripsi, dan dekripsi menggunakan algoritma ElGamal.

2. Metode

Pada penelitian ini, aplikasi yang dibangun adalah aplikasi enkripsi yang dapat mengirim pesan terenkripsi dan mendekripsi pesan yang diterima. Faktor yang mendasari dibentuknya aplikasi ini adalah keamanan data. Keamanan data telah menjadi aspek yang sangat penting dari suatu sistem informasi [2]. Untuk keperluan tersebut, maka diperlukan sebuah teknik kriptografi dengan menggunakan algoritma enkripsi dan dekripsi data. Algoritma enkripsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah algoritma enkripsi Diffie-Hellman dan ElGamal.

2.1 Enkripsi dan Dekripsi

Enkripsi (encryption) merupakan suatu proses di mana sebuah pesan asli (plaintext)

ditranformasikan atau diubah menjadi bentuk pesan lain yang tidak dapat dibaca (ciphertext)

menggunakan suatu fungsi matematis kunci tertentu yang disebut key.

Sementara Dekripsi (descryption) merupakan proses kebalikan dari enkripsi, dimana

ciphertext dirubah kembali ke plaintext dengan menggunakan fungsi matematis dan key [3]. Dalam Notasi Matematis, proses enkripsi dan dekripsi dapat dijabarkan menjadi E(p) = c,

dimana fungsi enkripsi E memetakan plaintext p ke enkripsi ciphertext c. Sedangkan pada

proses kebalikannya D(c) = p, dimana fungsi dekripsi D memetakan ciphertext c ke plaintext p.

(3)

Gambar 1. Proses Enkripsi dan Dekripsi

2.2 Algoritma Enkripsi

Algoritma enkripsi dapat diartikan sebagai suatu fungsi matematis yang digunakan untuk melakukan enkripsi dan dekripsi [4]. Berdasarkan jumlah kuncinya, algoritma enkripsi

dibagi menjadi dua macam yaitu algoritma simetris (symmetric algorithms) dan algoritma

asimetris (asymmetric algorithms). Keamanan algoritma simetris tergantung pada kunci,

membocorkan kunci berarti bahwa orang lain dapat mengenkripsi dan mendekripsi pesan. Agar komunikasi tetap aman, kunci harus tetap dirahasiakan. Sifat kunci yang seperti ini membuat pengirim harus selalu memastikan bahwa jalur yang digunakan dalam pendistribusian kunci adalah jalur yang aman atau memastikan bahwa seseorang yang ditunjuk membawa kunci untuk dipertukarkan adalah orang yang dapat dipercaya. Masalahnya akan menjadi rumit apabila komunikasi dilakukan secara bersama-sama oleh sebanyak n pengguna, maka risiko kebocoran

kunci akan semakin besar. Sementara itu, algoritma asimetris memiliki kunci publik (public)

dan kunci privat (private), dimana kunci publik bersifat umum, artinya kunci ini tidak

dirahasiakan sehingga dapat dilihat oleh siapa saja. Sedangkan kunci privat adalah kunci yang dirahasiakan dan hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengetahuinya. Keuntungan utama dari algoritma ini adalah memberikan jaminan keamanan kepada siapa saja yang melakukan pertukaran informasi meskipun di antara mereka tidak ada kesepakatan mengenai keamanan pesan terlebih dahulu maupun saling tidak mengenal satu sama lainnya [4].

2.3 Diffie-Hellman

Algoritma kunci publik diterbitkan pertama kali dalam makalah Diffie dan Hellman

yang didefinisikan sebagai kriptografi kunci publik dan biasanya disebut sebagai Diffie-Hellman

Key Exchange (pertukaran kunci) atau Protokol Diffie-Hellman. Tujuan dari algoritma ini adalah untuk memungkinkan dua pengguna saling bertukar kunci secara aman, kemudian dapat

digunakan untuk enkripsi dan dekripsi pesan berikutnya. Algoritma ini memungkinkan dua user

saling bertukar secret key secara aman, kemudian dapat digunakan untuk enkripsi pesan

berikutnya algoritma ini terbatas untuk pertukaran key. Efektifitas dari algoritma ini tergantung

pada tingkat kesulitan dalam komputasi logaritma diskrit. Contoh Masalah logaritma diskrit:

Jika p adalah bilangan prima dan g dan y adalah sembarang bilangan bulat, carilah x sedemikian

sehingga gx = y (mod p). Secara umum algoritma Diffie-Hellman dapat digambarkan pada

Gambar 2.

(4)

2.4 ElGamal

Dibuat oleh Taher Elgamal pada tahun 1985. Pertama kali dikemukakan di dalam makalah

berjudul "A public key cryptosystem and a signature scheme based on discrete logarithms”.

Algoritma ini merupakan bagian dari enkripsi asimetris dan merupakan cipher blok, yaitu

melakukan proses enkripsi pada blok-blok plainteks dan menghasilkan blok-blok cipherteks yang kemudian dilakukan proses dekripsi dan hasilnya digabungkan [2].

Algoritma ElGamal terdiri dari tiga proses, yaitu proses pembentukan kunci, proses

enkripsi dan proses dekripsi. Keamanan algoritma ElGamal terletak pada kesulitan

penghitungan logaritma diskrit pada bilangan modulo prima yang besar sehingga upaya untuk menyelesaikan masalah logaritma ini menjadi sangat sukar. Algoritma ini mempunyai kelebihan pada enkripsi, yaitu untuk plainteks yang sama akan menghasilkan cipherteks yang berbeda. Algoritma ini juga akan menghasilkan jumlah cipherteks dua kali lipat dibandingkan plainteksnya.

2.5 Throughput

Throughput didefinisikan sebagai banyaknya data yang diterima dalam selang waktu pengiriman tertentu. Dalam enkripsi, throughput dapat diartikan sebagai perbandingan ukuran

plaintext dan waktu enkripsi yang dibutuhkan [5]. Throughput dapat dirumuskan sebagai berikut:

(1)

2.6 Mean Square Error (MSE)

MSE adalah salah satu metode untuk menghitung nilai error kuadrat rata-rata antara citra

asli dan citra hasil dekripsi. Semakin kecil nilai MSE, maka dapat diartikan bahwa citra hasil

dekripsi semakin baik [5].

(2)

M dan N merupakan dimensi citra, f dan f0 merupakan fungsi intensitas dari citra asli dan

citra hasil dekripsi, serta (i, j) menunjukkan posisi piksel.

2.7 Peak Signal to Noise Ratio (PSNR)

PSNR digunakan untuk mengetahui perbandingan kualitas citra asli dan citra setelah

didekripsi. Untuk menentukan nilai PSNR, maka harus mengetahui nilai MSE terlebih dahulu.

Kualitas citra dikatakan baik apabila nilai PSNR diatas 40 dB [6].

(3)

2.8 Avalanche Effect

Avalanche effect digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan bit yang terjadi

antara input dan output sebuah algoritma enkripsi [7] Suatu avalanche effect dikatakan baik

apabila perubahan bit yang dihasilkan berkisar antara 45 – 60 % atau lebih.

(5)

2.9 Gambaran Umum Sistem

Pada penelitian ini, adapun sistem yang dibangun merupakan aplikasi enkripsi pada pesan

teks, file rich text, dan citra menggunakan hybrid algoritma Diffie-Hellman dan ElGamal.

Proses dimulai saat pengirim dan penerima pesan saling melakukan pertukaran kunci, kemudian

penerima akan membangkitkan kunci dan menghasilkan public key dan private key. Public key

ini akan dikirimkan pada pengirim untuk mengenkripsi pesan, sementara private key akan

digunakan penerima untuk mendekripsi pesan. Gambaran umum sistem pada penelitian ini dapat ditunjukkan pada Gambar 3.

NETWORK

Diffie-Hellman ElGamal Server Client Client 1 A Pertukaran Kun ci Pertukaran Kun ci A p > g p,g,n p > g p,g,n x x' Pertukaran Kun ci Pertukaran Kun ci A A K = K K = K Pembangkitan Kun ci Pub lic Key Private Key Enkrip si Ciph er (a,b) Dekripsi Plain Text / Citra (m) pub lic key

Plain Text / Citra

(m)

ciph er (a,b)

Gambar 3. Desain Sistem

Pada Gambar 3, adapun sistem yang dibangun merupakan aplikasi enkripsi pada pesan

teks, file rich text, dan citra menggunakan hybrid algoritma Diffie-Hellman dan ElGamal.

Proses dimulai saat pengirim dan penerima pesan saling melakukan pertukaran kunci, kemudian

penerima akan membangkitkan kunci dan menghasilkan public key dan private key. Public key

ini akan dikirimkan pada pengirim untuk mengenkripsi pesan, sementara private key akan

digunakan penerima untuk mendekripsi pesan.

2.10 Skenario Pengujian

Dalam penelitian ini, parameter yang ingin diuji adalah waktu komputasi, nilai throughput,

nilai mean square error (MSE), nilai peak signal to noise ratio (PSNR), dan nilai Avalance

Effect. Pengujian waktu komputasi dilakukan dengan menghitung waktu yang digunakan dalam proses enkripsi dan proses dekripsi. Pengujian throughput dilakukan dengan menghitung ukuran pesan sebelum dienkripsi dan membandingkannya dengan waktu enkripsi yang dibutuhkan. Pengujian nilai MSE dilakukan dengan cara menghitung nilai error kuadrat rata-rata antara citra asli dan citra hasil dekripsi. Semakin kecil nilai MSE, maka nilai error dianggap semakin kecil.

(6)

Pengujian PSNR digunakan untuk mengetahui perbandingan kualitas citra asli dan citra setelah didekripsi. Untuk menentukan PSNR, maka harus mengetahui nilai MSE terlebih dahulu. Semakin tinggi nilai PSNR, maka citra asli dan citra hasil dekripsi dianggap semakin mirip.

Sementara itu, pengujian avalanche effect dilakukan untuk menghitung jumlah perubahan bit

pada penerapan algoritma enkripsi. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan bit-bit

file input (plainteks) dengan bit-bit fileoutput (cipherteks).

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Perangkat Uji Coba

Untuk melakukan uji coba aplikasi ini menggunakan laptop dengan spesifikasi perangkat

keras (hardware) dan perangkat lunak (software) sebagai berikut : (1) Processor Intel® Core™

i3-2330M CPU @ 2.20 GHz. (2) Memori RAM 2 GB. (3) Hardisk 500 GB. (4) Sistem Operasi

Windows 8.1 64-bit.

3.2 Program Aplikasi

Aplikasi ini dibuat dengan bahasa pemrograman Java dengan source code editor NetBeans

IDE 8.1 dan jdk16.

3.3 Hasil Pengujian Waktu Enkripsi dan Dekripsi

Tabel 1. Hasil Pengujian Waktu Enkripsi dan Dekripsi Teks

Ukuran (Kb) Enkripsi Dekripsi

10 16 62 20 27 94 30 31 125 40 47 156 50 78 203 60 109 203 70 125 250 80 203 328 90 250 422 100 313 640 Rata-rata 119.9 248.3

Dari Tabel 1, diperoleh rata-rata waktu enkripsi untuk file dengan ukuran 10 Kb hingga

100 Kb adalah 119.9 ms dan rata-rata waktu dekripsi adalah 248.3 ms. Dapat diketahui bahwa

rata-rata waktu dekripsi lebih lama dibandingkan waktu enkripsi hal ini dikarenakan proses

dekripsi membutuhkan nilai n’ sebagai public key yang diperoleh dari proses pembangkitan

kunci. Sehingga waktu komputasinya sedikit lebih lama dibandingkan waktu enkripsi yang

hanya menggunakan private key.

Gambar 4 menunjukkan bentuk visualisasi waktu enkripsi dan dekripsi pada file dokumen.

Grafik tersebut menunjukkan bahwa waktu komputasi berbanding lurus dengan ukuran file.

Semakin besar ukuran file maka waktu enkripsi dan dekripsi akan semakin lama.

Dari Tabel 2, diperoleh rata-rata waktu enkripsi untuk file citra dengan ukuran 100x100

piksel hingga 1000x1000 piksel adalah 2623.4 ms dan rata-rata waktu dekripsi adalah 4349.5

ms.

Gambar 5 menunjukkan bentuk visualisasi waktu enkripsi dan dekripsi pada file citra.

Grafik tersebut menunjukkan bahwa waktu komputasi berbanding lurus dengan ukuran piksel. Semakin besar ukuran piksel maka waktu enkripsi dan dekripsi akan semakin lama.

(7)

Gambar 4. Grafik Pengujian Waktu Enkripsi dan Dekripsi File Dokumen

Tabel 2. Hasil Pengujian Waktu Enkripsi dan Dekripsi Citra

Ukuran (Piksel) Enkripsi Dekripsi

100 x 100 203 265 200 x 200 266 281 300 x 300 344 422 400 x 400 1516 2422 500 x 500 2031 2703 600 x 600 2719 4861 700 x 700 3562 6143 800 x 800 4125 7894 900 x 900 5359 8704 1000 x 1000 6109 9800 Rata-rata 2623.4 4349.5

Gambar 5. Grafik Pengujian Waktu Enkripsi dan Dekripsi File Citra

3.4 Hasil Pengujian Throughput

Pengujian throughput dilakukan dengan menghitung ukuran pesan sebelum dienkripsi dan

membandingkannya dengan waktu enkripsi yang dibutuhkan dan dinyatakan dalam satuan

(8)

Tabel 3. Hasil Pengujian Throughput

Ukuran (Kb) Enkripsi Dekripsi

10 16 625 20 27 740.5319149 30 31 967.7419355 40 47 851.0638298 50 78 641.025641 60 109 550.4587156 70 125 560 80 203 394.08867 90 250 360 100 313 319.4888179 Rata-rata 119.9 600.960835

Berdasarkan Tabel 3, diperoleh rata-rata throughput untuk file dokumen berukuran 10 Kb

hingga 100 Kb adalah 600.96 Kbps.

Gambar 6. Grafik Pengujian Throughput

Gambar 6 menunjukkan bentuk visualisasi throughput. Grafik tersebut menunjukkan file

dokumen berukuran 30 Kb memiliki nilai throughput paling tinggi. Hal ini dikarenakan

perhitungan throughput menggunakan perbandingan antara ukuran file dan waktu enkripsi,

sehingga semakin kecil selisih antara ukuran file dan waktu enkripsi, maka nilai throughput

akan semakin besar.

3.5 Hasil Pengujian Mean Square Error (MSE)

Pengujian nilai MSE dilakukan dengan cara menghitung nilai error kuadrat rata-rata antara

citra asli dan citra hasil dekripsi. Berdasarkan Tabel 4, diperoleh diperoleh nilai rata-rata seluruh

MSE adalah 213.9529047. Nilai ini diperoleh dari nilai rata-rata tiap intensitas piksel (R, G dan

B) berdasarkan ukuran piksel yang berbeda dengan rata-rata penurunan sebesar 27.67%.

(9)

Gambar 7 menunjukkan bentuk visualisasi rata-rata nilai MSE pada citra dengan berbagai

ukuran.Grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin besar dimensi citra maka nilai MSE akan

semakin kecil.

Tabel 4. Hasil Pengujian MSE

Ukuran (Piksel) MSE Presentase penurunan

100 x 100 625 0.0000000 200 x 200 740.5319149 46.8784116 300 x 300 967.7419355 36.6853569 400 x 400 851.0638298 30.2892849 500 x 500 641.025641 25.5062709 600 x 600 550.4587156 42.7353137 700 x 700 560 18.5116830 800 x 800 394.08867 17.5156165 900 x 900 360 15.7873841 1000 x 1000 319.4888179 15.1927020 Rata-rata 600.960835 27.6780026

3.6 Hasil Pengujian Peak Signal to Noise Ratio (PSNR)

Pengujian nilai PSNR dilakukan untuk mengetahui perbandingan kualitas citra asli dan citra

setelah didekripsi. Nilai PSNR ini diperoleh setelah mendapatkan nilai MSE.

Tabel 5. Hasil Pengujian PSNR

Ukuran (Piksel) PSNR Presentase Kenaikan

100 x 100 155.1563704 0,0000000 200 x 200 161.3642179 3.847102924 300 x 300 165.8226918 2.688699467 400 x 400 169.3955365 2.109172909 500 x 500 172.3687630 1.724921851 600 x 600 177.9009810 3.109717514 700 x 700 179.9566493 1.142313052 800 x 800 181.8947848 1.06552564 900 x 900 183.6229178 0.941131426 1000 x 1000 185.2847099 0.896885735 Rata-rata 173.2767622 1.9472745

Berdasarkan Tabel 5, diperoleh diperoleh nilai rata-PSNR adalah 173.2767622. Nilai ini

diperoleh dari nilai rata-rata tiap intensitas piksel (R. G dan B) berdasarkan ukuran piksel yang berbeda dengan rata-rata kenaikan sebesar 1.94%.

(10)

Gambar 8 menunjukkan bentuk visualisasi rata-rata nilai PSNR pada citra dengan berbagai ukuran. Grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin besar dimensi citra maka nilai PSNR akan semakin besar.

3.7 Hasil Pengujian Avalanche Effect

Pengujian avalanche effect diperoleh dari perbandingan bit antara plaintext dengan

ciphertext, yang kemudian akan dibagi dengan jumlah seluruh bit pada ciphertext. Pada file teks

diperoleh nilai avalanche effect sebesar 85.18%. Sementara itu, untuk file citra, diperoleh nilai

avalanche effect sebesar 84.46%.

4. Kesimpulan

Setelah melakukan beberapa uji coba terhadap sistem aplikasi ini, didapatkan beberapa

kesimpulan sebagai berikut: (1) Algoritma Diffie-Hellman dan ElGamal dapat dikombinasikan

untuk enkripsi dan dekripsi data dengan melalui 4 proses, yaitu proses pertukaran kunci, pembangkitan kunci, enkripsi, dan dekripsi. (2) Dari hasil pengujian, diperoleh rata-rata waktu

enkripsi file teks sebesar 119.9 ms, dekripsi 248.3 ms, dan throughput 600.96 Kbps. (3)

Rata-rata waktu enkripsi file citra sebesar 2623.4 ms dan waktu dekripsi 4349.5 ms. (4) Dari hasil

pengujian pada beberapa dimensi citra yang berbeda, rata-rata MSE pada citra sebesar 213.9 dan

PSNR sebesar 173.27 dB. Nilai ini menunjukkan kualitas citra cukup baik (diatas 40 dB). (5)

Semakin besar dimensi citra, maka nilai MSE tiap intensitas piksel akan semakin kecil, dengan

rata-rata penurunan sebesar 27.67%. (6) Semakin besar dimensi citra, maka nilai PSNR akan

semakin besar, dengan rata-rata kenaikan sebesar 1.94%. (7) Kombinasi algoritma Diffie

-Hellman dan ElGamal menghasilkan nilai avalanche effect sebesar 85.18% untuk file teks dan

84.46% untuk file citra. Nilai ini menunjukkan kombinasi algoritma cukup baik dengan hasil

pergeseran bit diatas 60%.

Referensi

[1] Shetty, Annapoorna., Shetty, Shravya., Krithika. 2014. A Review on Asymmetric Cryptography RSA

and ElGamal. India: IJIRCCE.

[2] ElGamal, Taher. 1985. A Public Key Cryptosystem and A Signature Scheme based on Discrete

Logarithm. Palo Alto: Springer.

[3] Widarma, Adi. 2016. Kombinasi Algoritma AES, RC4 dan ElGamal dalam Skema Hybrid untuk

Keamanan Data. Medan: Universitas Negeri Medan.

[4] Massandy, Danang Tri. 2009. Algoritma ElGamal dalam Pengamanan Pesan Rahasia. Bandung:

Sekolah Teknik Elektro dan Informatika.

[5] Kumar, Manish., Iqbal, Akhlaq., Kumar, Pranjal. 2016. A New RGB Image Encryption based on

DNA Encoding and Elliptic Curve Diffie-Hellman Cryptography. India: Elsevier.

[6] Cheddad, Abbas., Condell, Joan., Curran, Kevin., Kevitt, Paul Mc. 2009. Digital Image

Steganography: Survey and Analysis of Current Methods. UK: Elsevier.

[7] Sulaksono, Danang Haryo. 2016. Multiple Encrytion Menggunakan Metode Vigenere Chiper dan

Gambar

Gambar 1. Proses Enkripsi dan Dekripsi  2.2 Algoritma Enkripsi
Gambar 3. Desain Sistem
Gambar 4. Grafik Pengujian Waktu Enkripsi dan Dekripsi File Dokumen  Tabel 2. Hasil Pengujian Waktu Enkripsi dan Dekripsi Citra
Tabel 3. Hasil Pengujian Throughput
+2

Referensi

Dokumen terkait

Proses selanjutnya adalah pemindahan wort ke sebuah tangki, perpindahannya difasilitasi oleh sebuah alat yang dinamakan 'heat exchanger' di mana wort yang masih

Berangkat dari kompleksnya kebutuhan penyelenggaraan sebuah pernikahan dengan keterbatasan fasilitas yang ada di D.I Yogyakarta, muncul gagasan tentang adanya suatu Kompleks Sarana

Ciri terjadinya perubahan autolisis ini adalah dihasilkannya amoniak sebagai hasil akhir yang disebabkan oleh penguraian adenosine triphosphate (ATP) oleh enzim- enzim dalam

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan dari hasil wawancara anggota bahwa upaya pengurus dalam mensejahterakan anggota baik dari segi, informasi, pelayanan,

makanan atau minuman tunggal (jumlah tersebut biasanya didapatkan dalam 240 ml susu), menyebabkan jumlah laktosa lebih banyak yang masuk ke usus besar daripada

Puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan kemudahan yang selalu diberikan kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwasanya praktek perceraian masyarakat Desa Parit Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi tidak sesuai dengan ketentuan

resosialisasi/reintegrasi social. Selanjutnya tahap bimbingan lanjut. Dan terakhir adalah tahap terminasi, tahap ini merupakan tahap penghentian pelayanan sosial eks klien