• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Airaha, Vol. IX, No. 2 Dec 2020 : , p-issn , e-issn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Airaha, Vol. IX, No. 2 Dec 2020 : , p-issn , e-issn"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

161

Struktur Komunitas dan Sebaran Lamun di Pulau Soop - Kota Sorong Community Structure and Seagrass Distribution in Soop Island - Sorong City

Handayani, M. Ali Ulath, Amir M. Suruwaky, Mustasim, Abdul Ghofir Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang

*Corespondensi: handayanisorong.hs@gmail.com Received : November 2020 Accepted : December 2020

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis dan komposis lamun, penutupan lamun, kerapatan jenis lamun, dan sebaran lamun di Perairan Pulau Soop Kota Sorong-Papua Barat. Metode penelitian adalah eksploratif, yang mana pengambilan data keragaman jenis, komposisi dan kerapatan dilakukan menggunakan transek garis. Pengambilan data dengan Transek garis yang dilakukan pada setiap stasiun dengan cara posisi tegak lurus dengan garis pantai sepanjang setiap 10 m. Setiap transek garis dilakukan pencatatan data pada setiap 10 m tersebut, yang dimulai dari tepi pantai sampai tubir atau kedalaman tertentu. Data primer meliputi jenis lamun, tipe substrat, kerapatan, dan estimasi tutupan serta titik koordinat luasan dan titik pengambilan sampel. Kemudian data di analisis dan dibuatkan dalam bentuk peta dengan menggunakan software Arc-gis 10.6. Berdasarkan hasil penelitian di Perairan Pulau Soop terdapat 7 jenis lamun yaitu yaitu jenis Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprici, Cymodocea serrulate, Thalassodendron ciliatum, Halophila ovalis, Enhalus acoroides dan Halodule uninervis. Penutupan lamun tertinggi di stasiun penelitian sebelah Utara perairan pulau Soop sebesar 51,58%, sedangkan penutupan lamun tertinggi di stasiun penelitian sebelah Selatan pulau Soop sebesar sebesar 38.35%. Luas sebaran lamun di sebelah utara dan selatan Perairan Pulau Soop sekitar 2.665.00 m2.

Kata kunci: Jenis, komposisi, penutupan, lamun ABSTRACT

This study aims to analyze seagrass type and composter, seagrass closure, seagrass density, and seagrass distribution in the Waters of Soop Island, Sorong City, West Papua. The research method is explorative, where the data collection of diversity of types, compositions and densities is carried out using line transek. Data collection with Transek line is done at each station by perpendicular position with a coastline every 10 m. Each line transek is recorded at every 10 m, starting from the foreshore to tubir or a certain depth. Primary data include seagrass type, substrate type, density, and cover estimation as well as area coordinates and sampling points. Then the data is analyzed and made in the form of a map using Arc-gis 10.6 software. Based on the results of research in the Waters of Soop Island there are 7 types of seagrass, namely syringodium isoetifolium, Thalassia hemprici, Cymodocea serrulate, Thalassodendron ciliatum, Halophila ovalis, Enhalus acoroides and Halodule uninervis. The highest seagrass closure at the North soop island water research station was 51.58%, while the highest seagrass closure at the south research station of Soop island was 38.35%. Seagrass distribution area to the north and south of Soop Island Waters is about 2,665.00 m2.

Keywords: Type, composition, seagrass, distribution

PENDAHULUAN

Lamun (seagrass) merupakan tumbuhan laut yang berbunga (angiospermai) dapat tumbuh dengan baik dalam lingkungan

laut yang dangkal serta memiliki produktivitas tinggi bagi kehidupan organisme yang ada di perairan, baik digunakan sebagai tempat untuk mencari

(2)

162 makan (feeding ground), sebgai tempat untuk memijah (spawning ground) ataupun sebagai tempat untuk pengasuhan (nursery ground), serta mampu meredam kekuatan arus dan gelombang sepanjang pantai (Phillips dan Menez, 1988; Kiswara 1997; Arifin dan Jompa, 2005; Kawaroe, 2009; Takaendengan dan Azkab, 2010; Yunita et al., 2020). Seagrass adalah sumberdaya laut yang sangat penting bagi kehidupan baik secar ekologis maupun secara ekonomis (Phillips & Menez, 1988; den Hartog C, Kuo J. C 2006; Wahyudin et al., 2016). Seagrass itu sendiri merupakan sumber makanan penting bagi ikan dugong dan termasuk sumber makanan bagi penyu hijau (Chelonia mydas) Lanyon et al. (1989). Seagrass juga berfungsi sebagai penahan sedimen dan nutrient yang turun ke laut. Seagrass atau Lamun merupakan suatu ekosistem yang sangat berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di perairan laut (Dahuri et al., 2003).

Sebaran lamun yang ditemukan di perairan Indonesia menurut Azkab (1999) terdiri dari 12 jenis dan diantaranya Halophila spinolosa yang sebarannya terbatas dan terdapat di perairan Irian Jaya. Perairan kota Sorong bagian dari wilayah perairan Irian Jaya (Papua) yang memiliki potensi padang lamun, namun dengan meningkatnya aktivitas di sekitar perairan Kota Sorong seperti pengerukan dan penimbunan/reklamasi, penambangan menyebabkan sedimentasi di wilayah pesisir yang dapat merusak ekosistem tersebut. Aktivitas yang semakin marak di wilayah pesisir menjadi isu penting terutama bagi nelayan tradisional yang melakukan kegiatan penangkapan di perairan Kota Sorong. Keberadaan informasi sebaran, kerapatan jenis dan keanekaragaman flora dan fauna yang berassosiasi dengan lamun perlu dilakukan sebagai upaya perlindungan dan pelestarian ekosistem lamun di perairan Kota Sorong. Hal ini didasarkan karena masih kurangnya informasi terhadap lamun di Indonesia khususnya di perairan Kota Sorong.

Tujuan penelitian yakni menganalisis struktur komunitas lamun, penutupan dan luas sebaran lamun di perairan Pulau Soop Kota Sorong.

METODE DAN ANALISIS DATA

Penelitian ini dilaksanaan pada Bulan April sampai dengan November tahun 2018 di sebelah Utara dan Selatan perairan Pulau Soop Kota Sorong. Adapun alat dan bahan yang digunakan selama pengambilan data adalah, GPS, meteran (100 meter), kuadrat yang berukuran 50 x 50 cm (PVC 0.5 Inch), lembar kerja lapangan yang terdiri atas : kertas tahan air (newtop), papan preparat, pensil 2b, patok besi, pelampung tanda, tali, box, dan longboat.

Metode penelitian adalah eksploratif, yang mana pengambilan data keragaman jenis, komposisi dan kerapatan dilakukan menggunakan transek garis mengikuti metode yang telah dimodifikasi dari English et al. (1994). Pengambilan data dengan Transek garis yang dilakukan pada setiap stasiun dengan cara posisi tegak lurus dengan garis pantai sepanjang setiap 10 m. Setiap transek garis dilakukan pencatatan data pada setiap 10 m tersebut, yang dimulai dari tepi pantai sampai tubir atau kedalaman tertentu. Data primer meliputi jenis lamun, tipe substrat, kerapatan, dan estimasi tutupan serta titik koordinat luasan dan titik pengambilan sampel. Kemudian data di analisis dan dibuatkan dalam bentuk peta dengan menggunakan software Arc-gis 10.6.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Komposisi Lamun

Jenis lamun yang ada di Kepulauan Soop, Kota Sorong – Papua Barat merupakan padang lamun yang multispesies, hal ini berdasarkan hasil pengambilan data yang dilakukan di setiap stasiun penelitian yaitu sebelah utara pula Soop terdapat 7 (tujuh) jenis lamun yaitu jenis Thalassia hemprici, Thalassodendron ciliatum, enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodecea serrulate, Syringodium isoetifolium, Halodule uninervis, dan Enhalus acoroides. Sedangkan di stasiun penelitian sebelah selatan ditemukan 5 (lima) jenis dan komposisi lamun yang terdapat di stasiun penelitian bagian Selatan Pulau Soop adalah jenis Cymodecea serrulate, Syringodium isoetifolium, Halodule uninervis, dan Enhalus acoroides, dan

(3)

163 Cymodocea rotundata (Cr),. Hal ini seiring dengan hasil penelitaian yang dilakukan Irawan et al., (2020) di Pulau Ayau dan sekitarnya menemukan bahwa jenis lamun yang ada disekitar tersebut multispesies dimana ditemukan antara 2 – 5 spesies lamun. Demikian halnya yang ditemukan oleh Hoek et al., (2016) mendapatkan 8 spesies lamun di Kampung Samate, Raja Ampat – Papua Barat. Jenis-jenis lamun tersebut berada pada kedalaman perairan 1 – 2 meter dengan substrat dasar perairan pasir, pasir berbatu, lumpur dan pasir berlumpur. Lamun dapat hidup pada berbagai macam tipe daerah/substrat, mulai dari substrat yang berlumpur hingga substrat yang terdiri dari lebih 40% endapan lumpur dan fnemud. Substrat memegang peranan penting bagi lamun untuk hidup karena substrat sebagai pelindung lamun dari pengaruh arus laut serta sebagai pemasok nutrient bagi lamun itu sendiri (Kiswara dan Hutomo, 1985; Dahuri, 2003). Erftemeijer (1993) menuliskan bahwa lamun dapat tumbuh subur pada daerah yang terjadi pasang surut terbuka serta pada perairan pantai yang substratnya berupa lumpur, lumpur berpasir, kerikil/batu-batu kecil, maupun patahan dari karang yang mati. Kebutuhan akan substrat yang paling utama bagi pengembangan pertumbuhan lamun adalah ketebalan sedimen yang cukup. Oleh karena itu, jenis tekstur sedimen apapun yang terdapat pada daerah padang lamun yang menjadi kebutuhan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan daerah padang lamun yaitu tergantung dari kedalaman atau ketebalan sedimennya sebagai substrat tempat lamun tumbuh.

Jenis-jenis lamun yang ditemukan di perairan Pulau Soop memiliki keunikan masing-masing yakni keunikan dari lamun jenis Thalassia hemprici adalah ketebalan rhizoma mencapai 5 mm, dan kebanyakan ditemukan Panjang daun mencapai 40 cm dan lebar daun antara 0,4 – 1,0 cm, helai daun berbentuk pita, jenis Thalassodendron ciliatum mempunyai ciri khas yaitu batang tumbuh dengan tegak, jumlah daun antara 4 – 6 helai, dan Panjang daun mencapai 10 cm

serta kebanyakan berasosiasi dengan terumbu karang.

Jenis Syringodium isoetifolium memiliki ciri rhizoma antar fragmen berkisar antara 1 – 5, Panjang daun mencapai 16 cm dengan lebar daun antara 1 – 3 mm, kemudian memiliki Bunga jantan dan betina, sedangkan jenis lamun Halophila ovalis memiliki helai daun yang berbentuk bulat, Panjang daun berkisar 1 – 4 cm, lebar daun berkisar 0,5 – 2,0 cm, dan mampu tumbuh hingga kedalaman 25 m. Jenis lamun Cymodecea serrulate memiliki kekhasan sendiri dimana rhizome berbentuk silinder dengan Panjang berkisar 4 – 25 cm, jumlah akar antara 1 – 3 helai, jumlah daun berkisar 3 – 5 lembar, Panjang daun antara 4 – 16 cm, lebar daun berkisar 1 – 6 mm dan sering ditemukan didaerah intertidal. Lamun jenis Halodule uninervis juga memiliki keunikan tersendiri dimana jumlah tulang kurang dari 13 batang, ujung-ujung daunnya mirip trisula, sering ditemukan pada substrat berpasir, berlumpur bahkan diterumbu karang. Selain itu terdapat juga jenis Enhalus acoroides juga ditemukan di Pulau Soop dimana jenis ini memiliki ciri Panjang daun bisa mencapai 1 meter, sementara ujung daun membulat, helai daun sejajar (linier), memiliki buah yang berbentuk bulat, dan tumbuh subur pada daerah yang berlumpur. Adapun jenis lamun yang ditemukan pada saat pengambilan data di Perairan Pulau Soop dapat dilihat pada Gambar 1.

Jenis-jenis lamun yang hidup di perairan pulau Soop, memiliki parameter lingkungan suhu perairan sekitar 32C – 33C artinya masuk dalam kisaran optimal untuk pertumbuhan lamun. Suhu yang baik dapat mempengaruhi proses metabolism penyerapan unsur hara serta kelangsungan hudup lamun (fotosintesis, laju respirasi, dan

pertumbuhan) (Brouns and Heijs, 1986;

Marsh et al, 1986).

Secara umum padang lamun yang terdapat di perairan Pulau Soop dikategorikan tipe campuran (mixed vegetation), sesuai dengan pendapat Hutomo (1997) bahwa perairan yang memiliki lebih dari satu jenis lamun merupakan jenis lamun campuran.

(4)

164 Jenis dan komposisi lamun menyebar merata di lokasi penelitian perairan bagian Utara Pulau Soop namun yang utama adalah jenis Syringodium isoetifolium (Si), Cymodocea serrulata (Cs), Halodule uninervis (Hu) dan Enhalus acoroides (Ea). Hal ini terlihat dari kemunculan jenis lamun tersebut pada setiap transek dalam satu kuadrat. Sedangkan jenis dan komposisi

lamun yang terdapat di stasiun penelitian bagian Selatan Pulau Soop adalah jenis Syringodium isoetifolium (Si), Cymodocea serrulata (Cs), Cymodocea rotundata (Cr), Halodule uninervis (Hu) dan Enhalus acoroides (Ea). Jenis dan komposisi lamun yang ditemukan di stasiun penelitian perairan Pulau Soop bagian Utara dan Selatan disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Jenis dan komposisi lamun di stasiun penelitian perairan bagian Utara pulau Soop

No Spesies Transek 1 Transek 2 Transek 3

1 Thalassia hemprici (Th)

2 Thalassodendron ciliatum (Tc)

3 Syringodium isoetifolium (Si)   

4 Halophila ovalis (Ho)  

5 Cymodocea serrulata (Cs)   

6 Halodule uninervis (Hu)   

7 Enhalus acoroides (Ea)   

Tabel 2. Jenis dan komposisi lamun di stasiun penelitian perairan bagian Selatan pulau Soop

No Spesies Transek 1 Transek 2 Transek 3

1 Thalassodendron ciliatum (Tc)  

2 Cymodocea rotundata (Cr)   

3 Syringodium Isoetifolium (Si)   

4 Halophila ovalis (Ho)  

5 Cymodocea serrulata (Cs)   

6 Enhalus acoroides (Ea)   

Penutupan Lamun di Perairan Pulau Soop Hasil penelitian untuk penutupan lamun tertinggi di stasiun penelitian sebelah Utara perairan pulau Soop sebesar 51,58%, sedangkan penutupan lamun tertinggi di stasiun penelitian sebelah Selatan pulau Soop sebesar sebesar 38.35%. Jenis Syringodium isoetifolium (Si) merupakan jenis lamun yang paling dominan di stasiun penelitian baik sebelah Utara maupun sebelah Selatan perairan Pulau Soop yakni dengan penutupan sebesar 30% pada transek 1,24% pada t transek 2 dan 11% pada transek ketiga. Disusul oleh jenis Cymodocea serrulata (Cs) yakni 12% di transek 1,5% di transek 2 dan 6,3% pada transek ketiga. Hasil penutupan

lamun per jenis di sebelah Utara Perairan Pulau Soop disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 1.

Pada stasiun penelitian di sebelah Selatan perairan pulau Soop, penutupan jenis lamun masih didominasi oleh jenis Syringodium isoetifolium (Si) yakni 14% di kuadrat 1,21% pada kuadrat 2 dan 30% pada kuadrat ketiga. selanjutnya diikuti dengan jenis lamun sama dengan stasiun penelitian sebelumnya yakni Cymodocea serrulata (Cs) yakni 4,4% pada transek 1; 7,23 pada transek 2; dan 9,8% pada transek ketiga. Penutupan lamun per jenis di sebelah Selatan Perairan Pulau Soop disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 2.

(5)

161

Tabel 3. Penutupan lamun di stasiun peneltian bagian Utara Perairan Pulau Soop

Gambar 1. Diagram penutupan lamun di stasiun penelitian bagian Utara perairan Pulau Soop

Tabel 4. Penutupan lamun di stasiun peneltian bagian Selatan Perairan Pulau Soop

No Spesies Transek (%) Transek (%) Transek (%) 1 Thalassia hemprici (Th) - - 3,9 2 Thalassodendron ciliatum (Tc) - - 3,9

3 Syringodium isoetifolium (Si) 30 24 11

4 Halophila ovalis (Ho) - - 3,9

5 Cymodocea serrulata (Cs) 12 5 6,3

6 Halodule uninervis (Hu) 9,6 1,7 10

7 Enhalus acoroides (Ea) 4,5 12,8 9,1

No Spesies Transek (%) Transek (%) Transek (%)

1 Thalassodendron ciliatum (Tc) 1,3 0,9 0

2 Cymodocea rotundata (Cr) 0,4 2 2,7

3 Syringodium isoetifolium (Si) 14 21 30

4 Halophila ovalis (Ho) 0 0,5 0,2

5 Cymodocea serrulata (Cs) 4,4 7,23 9,8

6 Enhalus acoroides (Ea) 4,6 3,5 1,8

0 5 10 15 20 25 30

(6)

162

Gambar 2. Diagram penutupan lamun di stasiun penelitian bagian Selatan Perairan Pulau Soop

Gambar 3. Luasan lamun di stasiun penelitian perairan Pulau Soop

Lamun yang hidup di perairan pulau Soop berada pada kedalaman 1 – 3 meter dan selalu tergenang air, hal ini ditunjukkan dengan tingginya prosentase penutupan jenis lamun Syringodium isoetifolium (Si) pada kedua stasiun penelitian. Syringodium Isoetifolium (Si) yang memiliki ciri-ciri

rhizoma antar fragmen 1 – 5, panjang daun 16 cm dengan lebar 1 – 3 mm, bentuk daun yang silinder dan terdapat rongga udara di dalamnya serta memiliki bunga jantan dan betina hidup pada habitat yang selalu tergenang. Pendapat ini diperkuat oleh Kiswara et al., (1997) yang melaporkan

1.3 0.4 14 0 4.4 4.6 0.9 2 21 0.5 7.23 3.5 0 2.7 30 0.2 9.8 1.8 0 5 10 15 20 25 30 35

(7)

162 bahwa jenis lamun Syringodium isoetifolium dapat tumbuh subur pada perairan yang selalu tergenang oleh air.

Sebaran Lamun di Perairan Pulau Soop Berdasarkan hasil pengambilan data koordinat potensi lamun di lokasi penelitian, Luas sebaran lamun di perairan pulau Soop dianalisis dengan pemetaan menggunakan software Arc-gis 10.6, maka hasil penelitian diperoleh bahwa luas sebaran lamun di pulau Soop sekitar 2.665.00 m2. Hasil pemetaan luas sebaran lamun disajikan pada Gambar 3.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis lamun yang terdapat di sebelah Utara Perairan Pulau Soop terdapat 7 jenis yaitu Thalassia hemprici, Thalassodendron ciliatum, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, dan Enhalus acoroides. Sedangkan di sebe;ah selatan Perairan Pulau Soop terdapat 5 (lima) jenis yaitu yringodium isoetifolium (Si), Cymodocea serrulata (Cs), Cymodocea rotundata (Cr), Halodule uninervis (Hu) dan Enhalus acoroides (Ea).Penutupan lamun tertinggi di stasiun penelitian sebelah Utara perairan pulau Soop sebesar 51,58%, sedangkan penutupan lamun tertinggi di stasiun penelitian sebelah Selatan pulau Soop sebesar sebesar 38.35%, dimana Jenis Syringodium isoetifolium (Si) merupakan jenis lamun yang paling dominan. Luas sebaran lamun sekitar 2.665.00 m2.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin dan Jamaluddin Jompa. 2005. Studi Kondisi dan Potensi Ekosistem Padang Lamun Sebagai Daerah Asuhan Biota LauT. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Jilid 12, Nomor 2: 73-79.

Azkab, Husni. 1999. Pedoman Inventarisasi Lamun. Oseana, Volume XXIV; Nomor 1, 1999 : 1- 16.

Bengen DG. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Bio-Fisik. Sinopsis. Pusat Kajlan Sumberdaya Pesisir dan Laut IPB. Bogor.

Brouns, J.J.W.M and Heijs, H.M.L., 1986. Production and Biomass of the Seagrasses in Queensland water. Current State of Knowledge. CRC Reef Research Centre. Australia

Dahuri, R., 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

den Hartog C, Kuo J. C 2006.Taxonomy and Biogeography of Seagrasses. In: Larkum AWD, Orth RJ, Duarte CM, editors. Seagrass: Biology, Ecology and Conservation. Netherlands:Springer. P.1—23.

English, S., C. Wilkinson and V. Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Published on behalf of the ASEAN-Australia Marine Science. Townswile.

Erftemeijer, P. L. A., 1994. Differences in Nutrient Concentration and Resources between Seagrass Communities on Carbonate and Terrigenous Sediments in South Sulawesi, Indonesia. Bulletin of Marine Science 54(2), 403-419. Hemminga, M. A. dan Duarte. C. M. 2000.

Seagrass Ecology. Cambridge :

Cambridge University Press . Australia. Kawaroe M, Nugraha AH dan Juraij. 2016.

Ekosistem Lamun. IPB Press. Bogor Kiswara W. 1997. Struktur komunitas padang

lamun perairan Indonesia. p. 54-61. In: Inventarisasi dan evaluasi potensi laut-pesisir, geologi, kimia, biologi, dan ekologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Kiswara W. 1999. Perkembangan Penelitian Ekosistem Padang Lamun di Indonesia. Proseding Seminar Tentang Osenolgy. Puslitbang Oseanology LIPI. Jakarta. 181 – 186.

Kiswara dan Hutomo, 1985; . Habitat dan Sebaran Geografik Lamun. Oseana, Volume X, No 1. LIPI. Jakarta.

Lanyon, J., C. J. Limpus, and H. Marsh. 1989. Dugongs and Turtles; Grazers in the Seagrass System. In Biology of Seagrass. A treatles on the Biology of Seagrass with a Special reference to the

(8)

163 Australian Region. (Eds. A.W. D. Larkum, A. J. McComb and S. A. Shepherd).

Marsh JA, WC Dennison, RS Alberte. 1986. Effects of Temperature on Photosynthesis and Respiration in Eelgrass (Zostera marina). J. Exp. Mar.Biol. Ecol. 101 : 257-267.

McKenzie LJ, Yoshida RL. 2014. Proceedings of a workshops for monitoring seagrass habitats in Cape York Peninsula. Yuku-Baja-Muliku Ranger Base, Archer Point, Queensland, 24—25 July 2014.

Philips, R.C. & Menez, E.G. (1988). Seagrass. Smithsonian Institution Press. Washington D.C.

Takaendengan, Karel dan Muhammad Huzni Azkab. 2010. Struktur Komunitas Lamun di Pulau Talise, Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 36(1): 85- 95, ISSN 0125-9830.

Wahyudin, Y., Kusumastanto, T., Andrianto, L. & Wardiatno, Y. (2016). Jasa Ekosistem Lamun Bagi Kesejahteraan Manusia. Omni-Akuatika. 12 (3): 29- di wilayah pesisir Bintan timur Kepulauan Riau. Laporan Akhir. Program Riset Kompetetif LIPI, Sub Program Sensus Biota Laut, LIPI.

Thom RM dan Long WJ.L. 2001. Improving Seagrass Habitat Quality. Global Seagrass Research Methods. 407 -421.

Tomascik TAJ. Mah, A Nontji dan Moosa MK. 1997. The Ecology of the

Indonesien seas. P. In the Republic of Singapore.

Touchhette BW. 2007. The biology and ecology of seagrasses. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 350: 1 - 2 .

Waycott M, Short F, Carruthers T, Dennison W. 2007. Global seagrass distribution and diversity: A bioregional model. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 350: 3-20.

Kiswara, Wawan dan Winardi. 1997. Sebaran Lamun di Teluk Kutadan Teluk Gerupuk, Lombok. Dalam: Dinamika komunitas biologis pada ekosistem lamun di PulauLombok, Indonesia. S. Soemodiharjo, O. H. Arinardi danI. Aswandy (Eds.). Puslitbang Oseanologi - LIPI, Jakarta, 1994: 11 – 25.

Yunita, R. R., Suryanti, S., & Latifah, N. (2020). Biodiversitas Echinodermata pada Ekosistem Lamun di Perairan

Pulau Karimunjawa, Jepara. Jurnal

Kelautan Tropis, 23(1), 47-56.

Irawan, A., Hafizt, M., & Hernawan, U. E.

(2020). Community Structure And

Condition Of Seagrass Meadows In

Ayau Islands, Raja Ampat

Regency. Marine Research in

Indonesia, 45(1).

Hoek, F., Razak, A., Hamid, H., Muhfizar, M., Suruwaky, A. M., Ulat, M. A., Mustasim., ... & Arfah, A. (2016). Struktur Komunitas Lamun di Perairan Distrik Salawati Utara Kabupaten Raja

Gambar

Tabel 2. Jenis dan komposisi lamun di stasiun penelitian perairan bagian Selatan pulau Soop
Gambar 1. Diagram penutupan lamun di stasiun penelitian bagian Utara perairan  Pulau Soop
Gambar  2.  Diagram  penutupan  lamun  di  stasiun  penelitian  bagian  Selatan  Perairan Pulau Soop

Referensi

Dokumen terkait

Transaksi restrukturisasi entitas sepengendali dicatat dengan menggunakan metode yang sama seperti metode penyatuan kepemilikan. Selisih antara harga pengalihan dengan proporsi

Nilai intrinsik dari saham dan obligasi sama dengan nilai sekarang dari sejumlah arus kas yang diharapkan akan diterima oleh investor dari saham dan obligasi tersebut.. METODE

(9) Calon peserta didik baru yang dinyatakan lulus seleksi di SMK diharuskan mendaftar ulang pada tanggal 7 sampai 11 Juli 2009 di sekolah tempat calon... b

Kali ini saya akan membuat sebuah kalkulator yang sederhana sekali dengan memakai kelas QLineEdit dan teknik casting (konversi tipe data) dari QString ke int (dan sebaliknya)..

pada ikan koi (Cyprinus carpio) dan menganalisa konsentrasi ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) yang tepat untuk pelepasan Argulus sp.. pada tubuh ikan koi (Cyprinus

Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) digunakan untuk mengukur tingkat pendapatan dibandingkan biaya yang dikeluarkan pada usaha perikanan Bagan Tancap di perairan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan secara umum bahwa penerapan model artikulasi memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa

Laju Pertumbuhan spesifik yang diperoleh pada penelitian ini adalah berada pada kisaran 3.6%-4.8% perhari, dimana laju pertumbuhan spesifik tertinggi adalah pada