• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021): , p-issn , e-issn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021): , p-issn , e-issn"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

177

Efektivitas Penggunaan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) SebagaiPengendalian InfestasiArgulus sp. Pada Ikan Koi (Cyprinus carpio)

The Effectiveness of using Papaya Leaf Extract(Carica papaya L.) as Infestation ControlArgulus sp. in Koi Fish (Cyprinus carpio)

Khoiriah Harahap1), Suri Purnama Febri1)*, Siti Komariyah1), Iwan Hasri2)

¹Program Studi Akuakultur Fakultas Pertanian Universitas Samudra

2Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih

*Korespondensi: [email protected] Received: June 2021 Accepted: October 2021

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menganalisa efektivitas ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai pengendali infestasi Argulus sp. pada ikan koi (Cyprinus carpio) dan menganalisa konsentrasi ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) yang tepat untuk pelepasan Argulus sp.

pada tubuh ikan koi (Cyprinus carpio). Metode yang digunakan adalah laboratorium eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang di lakukan adalah P1 (8 ml), P2 (10 ml), P3 ( 12 ml), P4 (14 ml) dengan tiga ulangan. Hasil uji Anova menunjukkan perendaman ekstrak daun pepaya berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap waktu pelepasan Argulus sp., waktu kematian Argulus sp.,mortalitas Argulus sp., sedangkan terhadap survival rate (SR)tidak berpengaruh nyata (P<0,05). Ekstrak daun pepaya terbaik bagi pengendalian infestasi Argulus sp. pada ikan koi yaitu pada perlakuan P4 (14 ml) dengan waktu rata-rata kematian 8 menit 90 detik.

Kata Kunci : ekstrak daun pepaya, ikan koi, Argulus sp., Infestasi

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the effectiveness of papaya leaf extract (Carica papaya L.) as a control for Argulus sp. on koi fish (Cyprinus carpio) and analyzed the appropriate concentration of papaya leaf extract (Carica papaya L.) for the release of Argulus sp. on the body of koi fish (Cyprinus carpio). The method used is an experimental laboratory with a completely randomized design (CRD). The treatments were P1 (8 ml), P2 (10 ml), P3 (12 ml), P4 (14 ml) with three replications. The results of the ANOVA test showed that the immersion of papaya leaf extract had a significant (P>0.05) effect on the release time of Argulus sp., Argulus sp.death time, Argulus sp.'s mortality, while it had no significant effect (P<0.05) on survival rate ( SR). The best papaya leaf extract for controlling Argulus sp. in koi fish, namely in treatment P4 (14 ml) with an average time of death 8 minutes 90seconds.

Keywords: papaya leaf extract, koi fish, Argulus sp., Infestation

PENDAHULUAN

Pada pasar nasional dan internasional, ikan koi (Cyprinus carpio) merupakan jenis ikan air tawarbernilai ekonomis yang tinggi serta memiliki warna tubuh yang menarik, berbentuk tubuh yang ideal sehingga memiliki prospek penjualan yang baik (Azmi et al., 2013). Di Indonesia ikan koibukanlah komoditas baru,hanya saja di masyarakat kurang dikenal jika di bandingkan dengan

ikan mas koki. Tingginya akan permintaan ikan koi membuat para pembudidayauntuk meningkatkan usaha budidaya ikan tersebut(Ulfiana et al., 2012).

Di Indonesia hingga saat ini yang menjadi masalah utama pada budidaya ikan hias diantaranya adalah penyakit. Penyakit menyebabkan kerugian ekonomis karena memperlambat pertumbuhan sehingga periode pemeliharaan lebih lama, tingginya

(2)

178 penggunaan pakan, tingginya padat tebardan kematian sehingga berakibat pada menurunnya jumlah produksi (Handajani dan Samsundari, 2005 dalam Annur et al., 2021).

Beberapa aspek yang berperan penting menyebabkan adanya penyakit pada ikan yaitu inang, agen penyakit dan lingkungan.

Jika salah satu dari ketiga unsur tersebut ada, maka peluang adanya penyakit akan besar terjadi. Pada ikan koi penyakit yang sering menyerang adalah penyakit parasitik oleh Argulussp.dari sub kelasBranchiura.

Salah satu cara pengendalian ektoparasit Argulus sp. pada ikan koi adalah dengan pemberian ekstrak daun papaya.

Kandungan yang terdapat pada daun papaya salah satunya adalah zat alkaloid carpain yaitu dapat membuat Argulus sp. tidak mampu menempel pada inangnya.

Berdasarkan uraian inilah sehingga perlu dilakukan penelitian terkait efektivitas penggunaan ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai pengendalian infestasiArgulus sp. pada ikan Koi (Cyprinus carpio).

BAHAN DAN METODE

Adapun rancangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan pada masing- masing perlakuan yaitu, P1 (Penambahan 8 ml ekstrak daun pepaya / 10 L air), P2 (Penambahan 10 ml ekstrak daun pepaya / 10 L air), P3 (Penambahan 12 ml ekstrak daun pepaya / 10 L air), P4 (Penambahan 14 ml ekstrak daun pepaya / 10 Lair).

Sebelum diberikan perlakuan ikan mas koi berukuran 3-6 cm, diaklimatisasi terlebih dahulu selama 24 jam terhadap media budidaya. Pembuatan ekstrak buah papaya mengacu pada(Haser et al., 2018b). Pertama- tama daun pepaya yang masih segar kemudian potong atau diiris tipis-tipis, Setelah dipotong daun pepaya di angin- anginkan kurang lebih selama 1-2 minggu sampai daun pepaya kering, Daun pepaya yang sudah kering selanjutnya dilakukan proses pembuatan ekstrak, dimana pembuatan

ekstrak ini akan dilakukan di Lab Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala. Untuk proses ekstrak digunakan pepaya yang telah dikeringkan kemudian dihaluskan dan serbuk di tambahkan dengan 200 ml etanol/10 gram serbuk daun pepaya. Selanjutnya ekstrak daun pepaya yang telah dicampur etanol disaring dengan menggunakan whatman paper no. 1 yang ditampung dalam baskom untuk dipekatkan dengan menggunakan rotari evaporator pada suhu 45˚C, hingga diperoleh hasil ekstrak yang siappakai.

Parameter Uji Survival Rate(SR)

Pengamatan yang dilakukan dengan menghitung survival rate ikan koi menggunakan rumus (Effendie, 1979) dalam (Haser et al., 2018a):

Keterangan :

SR : Survival rate (%)

Nt : Jumlah ikan akhir (ekor) N0 : Jumlah ikan awal (ekor) Gejala Klinis Ikan Koi

Pengamatan gejala klinis dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi ikan saat terserang Argulus sp..

Waktu Pelepasan Argulus sp.

Pengamatan yang akan dilakukan mengamati pelepasan Argulus sp. pada ikan koi dengan menuliskan waktu pelepasan Argulus sp. tersebut.

Persentase Pelepasan Argulus sp.

Persentase pelepasan Argulus sp. yaitu pada waktu 15 menit sekali diihat dengan kasat mata. Cara pengamatan yaitu ikan koi satu persatu dimasukkan dalam 3 beaker gelas kemudian menyusul Argulus sp.

sebanyak 3 ekor dimasukkan dan di tunggu selama 15 menit, apabila Argulus sp. sudah menempel pada ikan koi (telah terinfestasi Argulus sp.) maka dimasukkan ke dalam wadah toples yang telah terisi air (Kismiyati et al., 2009). Selama pengamatan ini waktu pelepasan dicatat pada menit keberapa Argulus sp. lepas dari ikankoi.

Waktu Kematian Argulus sp.

Pengamatan yang dilakukan dengan menghitung waktu kematian Argulus sp.

(3)

179 menggunakan rumus Alwi (1994) dalam Aalberg et al. (2016):

Keterangan : t : waktu (s)

wk : waktu kematian Argulus sp.(s) wt : waktu infestasi Argulus sp.(s) Mortalitas Argulus sp.

Pengamatan yang dilakukan dengan menghitung mortalitas Argulus sp. dengan menggunakan rumus Alwi (1994) dalam Aalberg et al. (2016):

Keterangan :

MR : Laju Mortalitas (%)

No : Jumlah awal pengamatan Argulus sp.

(ekor)

Nt : Jumlah akhir pengamatan Argulus

sp.(ekor)

Pengukuran Kualitas Air

kualitas air yang dilakukan pengukuran yaitu suhu, pH dan DO yang diukur setiap hari yaitu pada pagi, siang, dan sore hari.

Analisis Data

Data pengamatan dianalisis dengan menggunakan ANOVA untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati. Jika berpengaruh nyata maka akan dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui pebedaan antar perlakuan.

HASIL DAN BAHASAN Survival Rate (SR)

Hasil Survival Rate (SR) yang diinfestasi Argulus sp. yang diberi ekstrak daun pepaya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Survival Rate (SR) Ikan Koi Gambar 1, menunjukkan bahwa ekstrak

daun pepaya dengan berbagai dosis yang direndam dengan waktu 12 jam pada ikan koi yang diuji tantang dengan Argulus sp. tidak berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap nilai SR ikan Koi. Nilai SR pada semua perlakuan yaitu 100%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya tidak menyebabkan kematian pada ikan koi. Sementara pada hasil penelitian sebelumnya pada semua perlakuan tidak ada ikan yang mengalami kematian, tetapi pergerakan ikan melemah. Hal ini menunjukkan bahwa perendaman ikan dengan perasan daun pepaya menggunakan konsentrasi ≤ 30% aman digunakan pada ikan dengan lama waktu perendaman 20 menit, namun ≤ 30% pada konsentrasi melebihi 20 menit perendaman ikan mengalami kematian (Puspitasari et al., 2012).

Gejala Klinis Ikan Koi

Azmi et al. (2013) mengatakan ikan yang terserang Argulus sp. mengalami keabnormalan tingkah laku, yaitu berenangnya tidak beraturan, menggesekkan tubuhnya pada wadah dan berenang mendekati aerasi. Gejala klinis ikan yang terinfestasi Argulus sp. ditandai dengan seringnya ikan menggesekkan badan pada benda-benda seperti batu, tanaman air, dasar/dinding akuarium, ikan terlihat kehilangan keseimbangan, pasif dengan berdiam pada dasar perairan, ikan mempunyai reaksi yang lambat atau sama sekali tidak bereaksi ketika disentuh dengan tangan. Hal ini merupakan reaksi awal ikan yang terserang oleh parasit Argulus sp. pada saat pengamatan berlangsung. Argulus sp.

yang menginfestasi inang juga dapat

(4)

180 menyebabkan luka pada permukaan tubuh, pendarahan, berenang tidak teratur, kehilangan keseimbangan, dan produksi

lendir yang berlebih (Taylor et al., 2005).

Pengamatan gejala klinis ikan koi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 . Gejala klinis ikan koi paska infestasi Argulus sp.

Perlakuan Tingkah Laku Ikan Kerusakan Morfologi Gambar Kerusakan Ikan 8 ml/L Ikan awalnya

berenang normal, semakin lama ikan mulai berenang lambat, gerakan naik turun kepermukaan

Luka pada bagian perut, sisik ikan rontok

10 ml/L Ikan berenang mendekati aerasi, menggosok-gosokkan badan ke dinding wadah dan berenang tidak beraturan

Luka pada bagian sirip ekor, sisik rontok dan sirip punggung luka

12 ml/L Ikan berdiam di wadah, mengeluarkan

feses secara

berlebihan, dan gerakan berenang naik turun permukaan

Sisik ikan rontok, warna kulit ikan mulai

memudar, dan

pendarahan pada punggung ikan.

14 ml/L Ikan mengeluarkan feses dan lendir secara berlebihan, gerakan semakin lambat dan berenang

kepermukaan

Pendarahan pada sirip perut, warna kulit memudar, sisik ikan rontok, luka pada bagian sirip ekor.

Keterangang: (A) Luka pada bagian sirip ekor, (B) Sisik ikan ekor, (C) Pendarahan pada punggung ikan, (D) Pendarahan pada sirip dada.

Pengamatan bagian eksternal dilakukan dengan mengamati perubahan yang terjadi pada tubuh ikan koi. Gejala klinis eksternal terlihat pada seluruh tubuh pasca infestasi Argulus sp. yaitu seperti pendarahan pada sirip ekor, ekor pada ikan tidakutuh lagi, luka pada permukaan tubuh, dan produksi lendir berlebih. Terjadinya luka atau pendarahan pada bagian tubuh ikan koi yang terinfestasi Argulus sp. karena selain menempel dan menghisap darah ikan, Argulus sp. juga mengeluarkan cairan racun. Pendarahan pada ikan karena serangan Argulus sp. disebabkan oleh iritasi dari bahaya alat penghisap (stylet/sucker) (Steckler & Yanong, 2013).

Adapun cara parasit Argulus sp.

menyerang ikan koi yaitu dengan menghisap

darahnya menggunakan sucker, sehingga ikan memiliki luka yang di akibatkan serangan dari Argulus sp. yang akan menimbulkan pendarahan dan kerusakan pada jaringan luar tubuh ikan koi kemudian terjadi inflamasi pada tubuh ikan koi tersebut.

Pengendalian Argulus sp. dilakukan menggunakan ekstrak daun pepaya, daun pepaya memiliki kandungan zat aktif yaitu salah satunya adalah alkaloid carpain yang dapat mengakibatkan Argulus sp. tidak dapat menempel padainangnya.

Waktu Pelepasan

Berdasarkan hasil uji analisis varian (Anova) air ekstrak daun pepaya berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap waktu pelepasan Argulus sp. (Tabel 2).

A A

A

B

B

C C B

(5)

181

Tabel 2. Waktu Pelepasan Argulus sp. yang direndam ekstrak daun pepaya

Perlakuan Waktu Pelepasan (menit) Pelepasan (%)

8 ml/L 16,09±0,00d 100±0,00

10 ml/L 8,26±0,08c 100±0,00

12 ml/L 4,88±0,29b 100±0,00

14 ml/L 2,73±0,24a 100±0,00

Keterangan: Huruf yang beda pada kolom yg sama menunjukkan bahwa perlakuan berbeda nyata, nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata dan standart error.

Berdasarkan uji lanjut Duncan didapatkan hasil bahwa pelepasan Argulus sp.

pada ikan koi yang direndam esktrak daun pepaya berbeda nyata (P<0,05) pada semua perlakuan. Semakin tinggi dosis ekstrak daun pepaya yang diberikan maka semakin cepat Argulus sp. yang lepas. Argulus sp. yang lepas disebabkan adanya kandungan zat alkanoid pada daun pepaya (Carica papaya L.) dan perubahan kualitas air yang telah diberikan ekstrak daun pepaya dapat mengubah kondisi lingkungan sehingga peluang Argulus sp. untuk tetap menempel sangat rendah dan Argulus sp. dapat melepaskan diri. Ekstrak daun pepaya yang diberikan dengan dosis yang tepat membuat Argulus sp.tidak nyaman dengan perubahan lingkungan dikarenakan Argulus sp. tidak dapat beradaptasi dan menginfestasi inangnya dengan waktu yang lama sehingga melepaskan diri dari ikan (Yıldız &

Kumantas, 2002).

Pada perlakuan P4 terlihat waktu tercepat Argulus sp. lepas yaitu pada waktu 2 menit 73 detik dengan dosis ekstrak daun pepaya14 ml/L, hal tersebut disebabkan Argulus sp. tidak mampu bertahan terhadap kandungan anti parasit yaitu alkaloid carpain yang terdapat pada kandungan daun pepaya.

Pada penelitian sebelumnya perasan daun pepaya yang konsentrasi 30% rata-rata dapat melepaskan Argulus sp. sebanyak 88%

dengan perendaman selama 20 menit.

Persentase pelepasan Argulus sp. pada semua perlakuan 100% hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dapat melepaskan Argulussp.

Waktu Kematian Argulussp.

Berdasarkan hasil uji analisis varian (Anova) ekstrak daun pepaya pada media pemeliharaan ikan koi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kematian Argulus sp.

(Tabel 3).

Tabel 3. Waktu kematian Argulus sp. setelah direndam ekstrak daun papaya

Perlakuan Waktu kematian (menit)

8 ml/L 34,87±0,33d

10 ml/L 23,01±0,00c

12 ml/L 11,51±0,00b

14 ml/L 8,90±2,30a

Keterangan: Huruf yang beda di kolom yg sama menunjukkan bahwa perlakuan berbeda nyata, nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata dan standart error.

Berdasarkan Tabel 3, semua perlakuan penelitian berbeda nyata. Hal ini menunjukkan dosis pemberian ekstrak daun pepaya dapat mempercepat kematian Argulus sp. Daun pepaya mengandung berbagai zat yaitu papain, flavonoid, alkaloid, saponin, glikosida dan senyawa fenol yang membuat daun pepaya memiliki aktivitas anti bakteri (Akujobi et al., 2010). Menurut Haser et al.

(2018b) kandungan zat aktif dalam daun pepaya salah satunya adalah alkaloid carpain.

Alkaloid carpain merupakan insektisida yang mempengaruhi sistem saraf yang mengakibatkan impuls saraf akan mengalami simulasi dan menunjukkan gejala yang tidak terkendali dan mengakibatkan Argulus sp.

tidak dapat menempel lagi pada inang.

Menurut Yildiz dan Kumantas (2002), carpain termasuk alkaloid dalam golongan pyrolidine. Alkaloid golongan pyrolidine merupakan racun saraf bagi golongan Arthropoda, bekerja cepat menimbulkan

(6)

182 gejala kelumpuhan dan akhirnya mengakibatkan kematian. Alkaloid ini aman bagi manusia dan hewan. Alkaloid golongan pyrolidine mudah terurai sehingga tidak meninggalkan residu bagi lingkungan.

Pada saat perlakuan ekstrak daun pepaya ada beberapa Argulus sp. yang masih hidup, hal ini disebabkan karena Argulus sp.

mampu bertahan hidup pada inangnya dan mampu bertahan hidup pada saat perubahan lingkungan. Argulus sp. mengalami kematian

setelah beberapa menit perendaman ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) disebabkan oleh kandungan zat aktif alkaloid yang terdapat pada daun pepaya sehingga membuat Argulus sp. lepas dan mati.

Mortalitas Argulus sp.

Berdasarkan hasil dari uji analisis varian (Anova) perlakuan ekstrak daun pepaya terhadap mortalitas Argulus sp.

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap mortalitas Argulus sp. Tabel 4.

Tabel 4. Mortalitas Argulus sp. setelah direndam ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

Perlakuan Mortalitas (%)

8 ml/L 35,56 % ± 9,77a

10 ml/L 46,67%± 0,00b

12 ml/L 57,78 % ± 0,00b

14 ml/L 80,00 % ± 0,00d

Keterangan: Huruf yang berbeda di kolom yg sama menunjukkan bahwa perlakuan berbeda nyata, nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata dan standart error.

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa semua perlakuan berbeda nyata (P<0,05).

Dilihat dari nilainya, Argulus sp. yang paling banyak mati yaitu pada P4. Semakin tinggi dosis ekstrak daun pepaya yang diberikan maka semakin banyak Argulus sp. yang mati, persentase kematian, yaitu 80% pada dosis yang paling tinggi (14 ml/L).

Daun pepaya juga memiliki senyawa aktif seperti saponin. Saponin ini melakukan penghambatan dengan cara membentuk senyawa kompleks dengan membran sel melalui ikatan hidrogen sehingga dapat menghancurkan sifat permeabilitas membran sel dan akhirnya dapat menimbulkan kematian pada sel (Martins et al., 2004).

Saponin mengandung senyawa polar yang dapat larut pada air dan sifat non polarnya karena saponin memiliki gugus hidrofob yaitu aglikon. Karena saponin terdispersi diantara senyawa polar dan non polar maka dapatlah membentuk busa dan busa ini dengan mudah akan mengganggu metabolisme parasit hingga akhirnya terjadi kematian (Puspitasari et al., 2012).

Pengukuran Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor utama kegiatan budidaya, kualitas air yang baik tidak akan menjadi hambatan dalam kegiatan budidaya, sebaliknya apabila kualitas air

tidak baik maka akan mempengaruhi kelangsungan hidup ikan budidaya. Salah satu dampak dari kualitas air yang tidak baik adalah kurangnya nafsu makan ikan, stress, dan mudah terserang penyakit (Purba et al., 2017). Parameter yang dibutuhkan dalam kualitas air yaitu berkisar normal.

Pemberian ekstrak daun pepaya pada media pemeliharaan ikan koi dapat mempengaruhi kualitas air tersebut yaitu terjadinya kenaikan suhu dan pH air. Namun kisaran suhu dan pH tersebut tidak berdampak buruk pada ikan koi, dan masih mendukung kegiatan budidaya ikan koi, hal tersebut dapat dilihat dari tidak adanya kematian pada ikan koi sebagaimana yang terlihat pada Gambar 1.

Pada kegiatan budidaya ikan koi suhu yang baik adalah 23oC - 30oC dengan pH ikan koi adalah 6,5 - 9,0 (Khairuman et al., 2008), dan kandungan DO yang baik pada ikan koi yaitu 5 ppm. Namun pada konsentrasi yang lebih kecil dari 5 ppm ikan koi bisa hidup akan tetapi nafsu makan pada ikan koi menurun. Semakin tinggi kandungan oksigen terlarut dalam air semakin baik untuk keperluan budidaya (Mas’ud, 2019).

Pengukuran kualitas air sebelum dan sesudah diberikan ekstrak daun pepaya dapat dilihat pada Tabel 5.

(7)

183 Tabel 5. Kualitas Air

Perlakuan

Sebelum Penambahan Ekstrak Daun Pepaya

Sesudah Penambahan Ekstrak Daun Pepaya

Suhu (°C) pH DO (ppm) Suhu (°C) pH DO (ppm)

8 ml/L 21,8 7,7 7 22,6 8 7

10 ml/L 21,8 7,9 7 22,8 7 7

12 ml/L 21,6 7,6 7 22,6 8 7

14 ml/L 22,0 7,9 7 23,2 8 7

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman ekstrak daun pepaya pada ikan koi sebagai pengendalian Argulus sp. tidak berpengaruh nyata (P>0.05) pada survival rate, namun berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap waktu pelepasan Argulus sp., waktu kematian

Argulus sp., dan mortalitas Argulussp.

Semakin besar dosis yang diberikan maka semakin cepat dan banyak Argulus sp. yang lepas dan mati. Dosis ekstrak daun papaya terbaik yaitu pada 14 ml/L. Waktu Argulus sp. mati setelah pemberian ekstrak daun pepaya paling cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Aalberg, K., Koščová, L., Šmiga, Ľ., Košuth, P., Koščo, J., Oros, M., … Lazar, P.

(2016). A Study Of Fish Lice (Argulus Sp.) Infection In Freshwater Food Fish.

Folia Veterinaria, 60(3), 54–59.

https://doi.org/DOI: 10.1515/FV-2016- 0030.

Akujobi, C. N., Ofodeme, C. N., & Enweani, C. A. (2010). Determination of antibacterial activity of carica papaya (pawpaw) extracts. Nigerian Journal of Clinical Practice, 13(1), 55–57.

Annur, A., Febri, S. P., & Syahril, M. (2021).

Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Ikan Kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina) Pada Keramba Jaring Apung Di Kuala Langsa. Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis (Journal of Tropical Fisheries Management), 5(1 SE-

Articles), 37–43.

https://doi.org/10.29244/jppt.v5i1.3454 4.

Azmi, H., Indriyanti, D. R., & Kariada, N.

(2013). Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Koi (Cyprinus Carpio L) Di Pasar Ikan Hias Jurnatan Semarang. Life Science, 2(2).

Haser, T. F., Febri, S. P., & Nurdin, M. S.

(2018a). Efektifitas Ekstrak Daun Pepaya Dalam Menunjang Keberhasilan Penetasan Telur Ikan Bandeng (Chanos

chanos Forskall). Jurnal Agroqua:

Media Informasi Agronomi Dan Budidaya Perairan, 16(2), 92.

https://doi.org/10.32663/ja.v16i2.427.

Haser, T. F., Febri, S. P., & Nurdin, M. S.

(2018b). Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Sintasan Ikan Bandeng ( Chanos chanos Forskall ). 1, 239–242.

Kismiyati, Subekti, S., Kusdarwati, R., &

Yusuf, R. W. N. (2009). Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Gram Negatif Pada Luka Ikan Maskoki (Carassius auratus) Akibat Infestasi Ektoparasit Argulus sp.

Jurnall Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 1(2), 129–134.

Martins, M. L., Tavares-Dias, M., Fujimoto, R. Y., Onaka, E. M., & Nomura, D. T.

(2004). Haematological alterations of Leporinus macrocephalus (Osteichtyes:

Anostomidae) naturally infected by Goezia leporini (Nematoda: Anisakidae) in fish pond. Arquivo Brasileiro de Medicina Veterinaria e Zootecnia,

56(5), 640–646.

https://doi.org/10.1590/s0102- 09352004000500011.

Mas’ud, F. (2019). Prevalensi dan Derajat Infeksi Dactylogyrus sp. pada Insang Benih Bandeng (Chanos chanos) di Tambak Tradisional, Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan Jurnal

(8)

184 Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 3(1), 27.

https://doi.org/10.20473/jipk.v3i1.1161 6.

Purba, F. A., Fikri, A., Rasuldi, R., WIlianti, M. I., & Febri, S. P. (2017). Hubungan Faktor Parameter Biologi Dan Fisika Perairan Terhadap Pertumbuhan Tiram Oyster Di Perairan Kota Langsa, Aceh.

Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika, 1(1), 64–71.

Puspitasari, P., Kismiyati, & Sulmartiwi, L.

(2012). Perasan daun pepaya (Carica papaya L.) sebagai pengendali infestasi Argulus pada ikan komet (Carassius auratus auratus). Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 4(1), 49–52.

Steckler, N., & Yanong, R. P. (2013).

Argulus (Fish Louse) Infections in Fish.

Edis, 2013(2), 1–4.

https://doi.org/10.32473/edis-fa184- 2012.

Taylor, N. G. H., Sommerville, C., &

Wootten, R. (2005). A review of Argulus spp. occurring in UK freshwaters. Environment Agency Report, 1–30.

Ulfiana, R., Gunanti, M., & Suprapto, H.

(2012). Tingkat Kejadian Aeromonasis Pada Ikan Koi (Cyprinus carpio carpio) Yang Terinfeksi Myxobolus koi Pada Derajat Infeksi Yang Berbeda [ Aeromonasis Incidence Rate In Koi (Cyprinus carpio carpio) That Infected Myxobolus koi At Different Degrees Of Inf. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan

Kelautan, 4(2).

https://doi.org/10.20473/jipk.v4i2.1156 8.

Yıldız, K., & Kumantas, A. (2002). Argulus Foliaceus Infection In A Goldfish (Carassius Auratus). Veterinary

Medicine, 57(2), 512.

https://doi.org/10.4324/9781315828428 -234.

Gambar

Gambar 1. Survival Rate (SR) Ikan Koi  Gambar 1, menunjukkan bahwa ekstrak
Tabel 1 . Gejala klinis ikan koi paska infestasi Argulus sp.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya) terhadap ikan mas (Cyprinus carpio L) yang terinfeksi bakteri Aeromonas

Pada Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baik kepada nelayan tradisional dan masyarakat, mengenai zona potensial panangkapan ikan

tidak semua nelayan mengetahui adanya IFM yang mampu menghasilkan produk berupa ice flake ini di Kota Padang ditambah lagi minimnya pengetahuan nelayan tentang

digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah benih ikan koi ukuran 5-10 cm ( Cyprinus carpio ) yang diperoleh dari penjual ikan di bursa ikan hias Jawa Timur

Laju Pertumbuhan spesifik yang diperoleh pada penelitian ini adalah berada pada kisaran 3.6%-4.8% perhari, dimana laju pertumbuhan spesifik tertinggi adalah pada

Benefit-Cost Ratio (B/C ratio) digunakan untuk mengukur tingkat pendapatan dibandingkan biaya yang dikeluarkan pada usaha perikanan Bagan Tancap di perairan

Berdasarkan hasil analisa Labor Utilization Rate (LUR) dengan menggunakan metode work sampling dilakukan pada 4 stasiun kerja yaitu skinning, filleting, trimming, dan

Penelitian tentang peningkatan nutrisi pakan ikan telah banyak dilakukan diantaranya Sundram, 2007, dalam tulisannya tentang Penambahan β-karoten dari minyak kelapa