• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021): , p-issn , e-issn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Airaha, Vol.10, No.02 (Dec 2021): , p-issn , e-issn"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

273

Penerapan Teknologi Akuaponik Teknik Media Bed: Dasar Penentuan Rasio Kepadatan Ikan yang Ideal

Application of Aquaponics Technology Media Bed Technique: The Basis for Determining the Ideal Fish Stocking Ratio

Joni Johanda Putra*, Taufik Budhi Pramono, Agung Cahyo Setyawan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman

*Corespondensi : jonijohandaputra@unsoed.ac.id Received : November 2021 Accepted : December 2021

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan kepadatan ikan dan volume media terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) serta menentukan rasio kepadatan efektif pada pembudidayaan akuaponik teknik media bed.

Penelitian ini dilakukan pengukuran parameter diantaranya adalah laju pertumbuhan spesifik ikan, rasio konversi pakan yang diberikan, kualitas air serta tingkat kelangsungan hidup (survival rate). Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan (rasio tebar ikan 1 ekor/L media bed; 2 ekor/L media bed; 3 ekor/L media bed; dan 4 ekor/L media bed) serta dilakukan tiga kali pengulangan pada penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata panjang ikan akhir antara 6,5 – 9,5 cm, dan rata-rata berat ikan akhir kisaran 5 – 17 gram. Nilai kepadatan optimum dan produktivitas ikan terbaik dari penelitian ini yaitu pada P4 dengan padat tebar 20 ekor per liter air dengan hasil yang signifikan.

Kata Kunci: Ikan nila, akuaponik, media bed, rasio tebar, pertumbuhan, kelangsungan hidup.

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of differences in fish density and media volume on the growth and survival of tilapia (Oreochromis niloticus) and to determine the effective density in aquaponic culture using bed media techniques. In this study, parameters were measured including the specific growth rate of fish, feed conversion ratio, water quality and survival rate. The experimental design used in this study was a completely randomized design (CRD) with 4 treatments (1 fish stocking ratio/L media bed; 2 fish/L media bed; 3 fish/L media bed;

and 4 fish/L media bed). ) and was repeated three times in this study. The results showed that the average length of the final fish was between 6.5 – 9.5 cm, and the average weight of the final fish was in the range of 5 – 17 grams. The optimum density value and the best fish productivity from this study were at P4 with a stocking density of 20 fish per liter of water with significant results.

Keywords: Tilapia, aquaponics, media bed, stocking ratio, growth, survival rate.

PENDAHULUAN

Industri akuakultur memiliki peranan strategis dalam penyediaan pemenuhan dan ketahanan pangan dunia di tengah terus terjadinya ledakan penduduk (Chaireni et al., 2020; Fedoroff et al., 2010; Dillard, 2006).

Pemenuhan kebutuhan pangan dunia untuk pangan ikan dari sektor akuakultur tersebut

umumnya diupayakan dengan penerapan sistem intensif. Sistem intensif pada usaha akuakultur memiliki karakteristik resiko yang sangat tinggi dan memiliki beberapa permasalahan diantaranya yaitu inefisiensi pakan, biaya produksi, kualitas air, limbah, produktiftas, performa pertumbuhan, biomassa panen serta peningkatan dampak

(2)

274 lingkungan (degradasi tanah dan air) (Avnimelech, 2006; Avnimelech, 2007;

Hwang et al., 2021; Soedibya et al., 2017).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu teknis produksi pangan yang berkelanjutan. Teknologi akuaponik merupakan solusi teknis dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

Teknologi akuaponik merupakan cara pembudidayaan terintegrasi antara akuakultur (ikan, udang dan moluska) dan hidroponik (tanaman sayur) secara simbiotik dalam suatu sistem tertutup (Sastro, 2015; Zalukhu et al., 2016). Teknologi ini secara teknis dapat diterapkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam berbagai skala usaha, hemat lahan dan penggunaan air yang efisien melalui resirkulasi (Simeonidou et al., 2012;

Effendi et al., 2015) dan meminimalisir dampak yang terjadi pada lingkungan (Riolly Cahyantara & Cordova, 2017).

Akuaponik merupakan sistem single recirculating system yang sangat kompleks.

Hal ini dikarenakan terdapat tiga organisme yaitu ikan, tanaman, dan bakteri nitrifikasi yang digabungkan dalam satu sistem keharaan. Sistem keharaan akuaponik adalah sistem yang setimbang antara sub sistem pemeliharaan ikan sebagai produsen hara, sub sistem tanaman sebagai pengguna, dan ditengahnya adalah sub sistem mikroba sebagai pengurai substansi organic serta ammonia (Somerville et al., 2014).

Berdasarkan praktek baik (best practices) pada sistem akuaponik, pakan ikan memiliki nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan, akan tetapi kebutuhan tersebut berbeda dengan kebutuhan tanaman (Roosta & Hamidpour, 2011). Perbedaan kebutuhan ini pada akhirnya akan sangat mempengaruhi produktifitas sistem akuaponik.

Aplikasi sistem akuaponik yang telah diterapkan meliputi kombinasi berbagai macam jenis ikan dan tanaman seperti; lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) dan bayam (Effendi, Utomo, et al., 2015), ikan Nila (Oreochromis sp)-selada air (Lactuca sativa) (Effendi et al., 2017), ikan Gold Fish (Carassius auratus) dan Arugula (Eruca vesicaria) (Kizak & Kapaligoz, 2019), ikan

Nila-Kangkung, Sawi dan Selada (Mulqan, Afdhal, et al., 2017), Red Claw Crayfish- Lettuce (Lactuca sativa) dan Pak Choi (Brassica chinensis) (Sundar & Chen, 2020), ikan lele (Clarias sp) dan kangkung (Ipomoea aquatic) dan Pak Choi (Brassica chinensis) (Effendi, Amalrullah Utomo, et al., 2015).

Salah satu teknik akuaponik yang masih belum banyak dikembangkan adalah teknik media bed. Teknik media bed merupakan teknik pembudidayaan secara hidroponik menggunakan hamparan substrat kasar dan porous sebagai media tanam (Bernstein, 2011). Hamparan media tersebut memungkinkan air tersaring secara utuh dalam kondisi tenang sehingga air yang melewati media bed dapat terfiltrasi dengan optimal. Teknik media bed ini mudah dikelola karena memiliki mekanisme kerja yang sederhana, low maintenance, serta permasalahan teknis yang minim (Somerville et al., 2014; Bernstein, 2011; E. Rakocy et al., 2017). Keberhasilan teknik media bed sangat bergantung pada penentuan rasio antara subsistem akuakultur (kepadatan) dan volume media bed hidroponik.

Rasio kepadatan ikan per volume air dengan media bed tanaman yang tidak seimbang akan menyebabkan beberapa hal seperti pertumbuhan ikan-tanaman tidak optimal, hara/nutrisi yang kurang, dan limbah yang dihasilkan dari ikan relative banyak, serta proses penguraian yang tidak optimal (Bernstein, 2011; Somerville et al., 2014).

Bernstein (2011) melaporkan bahwa dibutuhkan rasio 1:1 hingga 2:1 antara kepadatan/volume air dan media bed agar unit tanaman efektif mereduksi limbah akuakultur, sedangkan (Somerville et al., 2014) melakukan rasio dari pemberian 200 gram pakan/hari dengan 300 liter media bed pada kedalaman 30 cm. Jumlah ikan berlebih dalam subsistem akuakultur menyebabkan saluran air tersumbat dan proses penguraian tidak optimal, karena kuantitas limbah melebihi daya dukung remediasi media secara fisik maupun kimiawi. Sedangkan jumlah ikan yang terlalu sedikit juga menyebabkan masalah keharaan tanaman. Akibatnya,

(3)

275 pembudidayaan berjalan tidak optimal bahkan berpotensi kegagalan produksi.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rasio jumlah ikan dan volume media terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus) serta menentukan rasio tebar efektif pada pembudidayaan akuaponik teknik media bed.

METODE PENELITIAN Materi Penelitian

Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan bobot awal ikan 4 gram, panjang awal ikan 5 cm dan tanaman kangkung (Ipomoea aquatica) yang dipelihara dalam sistem akuaponik media bed.

Alat

Alat yang digunakan pada sistem akuaponik teknik media bed yaitu Styrofoam berukuran 80x40x40 cm dan 48x32x29 cm;

pompa akuarium kapasitas 700 L/h; pipa akuarium dan pipa keni L; pita ukur dan terminal listrik. Alat yang digunakan untuk pengambilan data yaitu termometer; jangka sorong digital; DO meter; keping sechii kecil;

dan botol sampel.

Bahan

Bahan yang digunakan pada sistem akuaponik teknik media bed yaitu air; pasir malang; pakan komersil (protein 28%); test kit PF-12 (alat ukur ammonia, nitrat, nitrit, dan fosfat); kertas lakmus; ikan nila (Oreochromis niloticus); rockwool; dan tanaman kangkung (Ipomoea aquatica) benih usia 20 hari setelah penyemaian.

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Penelitian ini mengacu pada penelitian (Nugroho et al., 2012) serta (Azhari et al., 2018). Penelitian ini menggunakan perlakuan yaitu:

P1 : 5 ekor dengan media bed (rasio tebar 1:1) P2 : 10 ekor dengan media bed (rasio tebar

2:1)

P3 : 15 ekor dengan media bed (rasio tebar 3:1)

P4 : 20 ekor dengan media bed (rasio tebar 4:1)

Pengambilan data kualitas air mengacu pada (Azhari et al., 2018) dilakukan setiap 5 hari selama 30 hari pemeliharaan, sedangkan pengambilan data pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan serta pertumbuhan tanaman dilakukan di hari ke 30 pemeliharaan. Data kualitas air yang diambil meliputi parameter oksigen terlarut (DO);

derajat keasaman (pH); suhu; Total Ammonia Nitrogen (TAN); nitrat (NO3); dan Total Dissolve Solids (TDS).

Analisis Data

Data pertumbuhan dan kelangsungan hidup O. niloticus serta pertumbuhan tanaman kangkung (Ipomoea aquatica) dianalisis secara ANOVA untuk mengetahui signifikansi antar perlakukan. Uji lanjut BNT dilakukan apabila hasil analisis ANOVA berbeda signifikan. Hasil analisis dideskripsikan dengan diagram batang. Data kualitas air dianalisis secara deskriptif menggunakan Gambar. Pengolahan data dilakukan menggunakan software SPSS. Data berbentuk persentase ditransformsi arsin terlebih dahulu sebelum dianalisis. Hipotesis analisis ANOVA adalah sebagai berikut.

H0 : Jika nilai P<0,5 maka hasil antar perlakuan berbeda signifikan

H1 : Jika nilai P>0,5 maka hasil antar perlakuan tidak berbeda signifikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata panjang ikan akhir antara 6,5 – 9,5 cm, dan rata-rata berat ikan akhir antara 5 – 17 gram. Nilai tertinggi dari penelitian ini yaitu pada P4 dengan padat tebar 20 ekor per liter air. Bobot rata-rata awal ikan yang diuji yaitu 4 gram dengan panjang awal 5 cm.

setelah dipelihara selama 30 hari, ikan mengalami pertambahan berat dan panjang.

Hasil uji anova menunjukan adanya perbedaan signifikan antar perlakuan yang dilakukan. Pengukuran panjang ikan awal dan akhir tersaji pada Gambar 1. Gambar 2 menunjukan pengukuran bobot ikan awal menunjukan hasil pengukuran bobot ikan selama 30 hari.

(4)

276 Berdasarkan hasil pengukuran terlihat adanya penambahan bobot dan panjang pada ikan setelah 30 hari pemeliharaan.

Penambahan berat dan panjang tertinggi ada pada perlakuan P4 sedangkan terendah pada kontrol. Berdasarkan perhitungan One Way ANOVA diperoleh hasil adanya perbedaan signifikan antar perlakuan yang diberikan, hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah pemberian pakan (Azhari et al, 2018).

Setelah dilakukan uji BNT, diperoleh hasil panjang ikan pada perlakuan P2 tidak berbeda

nyata terhadap P1 sedangkan pada hasil berat akhir ikan pada perlakuan P1 tidak berbeda nyata terhadap Kontrol. Menurut Azhari et al, (2018), pertambahan berat ikan tidak terlepas dari pakan yang diberikan.

Panjang kangkung pada awal pemeliharaan yaitu 8 cm, setelah 30 hari dipelihara dalam sistem akuaponik, kangkung mengalami pertambahan panjang yang berbeda-beda.

rata-rata bobot akhir kangkung antara 5,7 – 15,7 gram (Tabel 1), rata-rata panjang berkisar antara 44,3 – 61,25 cm, rata-rata panjang daun akhir berkisar antara 5,6 - 6,6 cm, rata-rata lebar daun akhir berkisar antara 1,3 – 1,5 cm. data panjang awal dan akhir kangkung dapat dilihat pada Gambar 4.

Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat pertambahan panjang batang tertinggi ada pada perlakuan P4 yaitu dengan rata-rata panjang sebesar 61,25 cm. Pada Tabel 1, bobot akhir kangkung tertinggi apada perlakuan P4 dan terendah pada perlakuan P1.

Hasil uji BNT menunjukan perlakuan P2 tidak berbeda nyata terhadap P1 sedangkan antara 2 perlakuan lainnya sangat berbeda nyata. selain dipengaruhi oleh unsur hara yang tersedia dalam air dan yang terserap oleh tanaman, kerapatan dalam menanam kangkung juga berpengaruh terhadap pertumbuhan kangkung.

Tabel 1. Rata-rata bobot kangkung setelah pemeliharaan selama 30 hari.

Perlakuan Rata-Rata Bobot Kangkung (gram)

P1 5,7a

P2 8ab

P3 10,7c

P4 15,7d

Gambar 2. Pengukuran bobot ikan akhir

44.3 48.2 52.5 61.25

0 20 40 60 80

P1 P2 P3 P4

Panjang kangkung

Perlakuan

Gambar 4. Pengukuran panjang batang kangkung awal dan akhir

5 5 5 5 5

6.7 7.2 7.7 8 9

0 2 4 6 8 10

K P1 P2 P3 P4

Panjang (cm)

Perlakuan

U1 U2 Panjang Awal Ikan U3

Gamba 3. Pengukuran bobot ikan awal

6 6

11 11 14

0 5 10 15 20

K P1 P2 P3 P4

Bobot ikan (Gram)

Perlakuan

U1 U2 U3

Gambar 1. Pengukuran panjang ikan awal dan akhir

4 4 4 4 4

0 1 2 3 4 5

K P1 P2 P3 P4

Berat (g)

Perlakuan

(5)

277 Kerapatan dapat mengoptimalkan pertumbuhan, namun di lain sisi bisa menyebabkan terjadinya perebutan zat hara, air dan ruang tumbuh bagi tanaman (Mulqan et al., 2017; Widyatmoko et al., 2019).

Hasil yang diperoleh pada Gambar 5 dapat diketahui panjang rata-rata daun mempunyai panjang yang berbeda-beda setiap perlakuannya. Panjang daun tertinggi ada pada perlakuan P4 yaitu 6,7 cm, sedangkan terendah pada P2 yaitu 5,7 cm.

sedangkan lebar daun pada hasil yang diperoleh memiliki lebar yang hampir sama.

Hasil tertinggi pada lebar rata-rata daun adalah 1,5 cm pada P1 dan terendah 1,3 cm pada perlakuan lainnya. Hasil uji One Way ANOVA menunjukan hasil bahwa panjang dan lebar rata-rata daun antar perlakuan tidak berbeda nyata. Perbedaan panjang dan lebar daun dapat juga dipengaruhi oleh bentuk daun yang bundar ataupun memanjang.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, suhu rata-rata kontrol lebih rendah dari perlakuan, hal ini diduga adanya aerator yang terus menerus menyuplai oksigen ke dalam air sehingga suhu air menjadi lebih rendah.

Hasil pengamatan suhu pada tabel 2 menunjukan suhu yang diperoleh masih dalam kisaran normal untuk budidaya ikan Nila. Menurut Zalukhu (2016), suhu optimal untuk pertumbuhan ikan Nila berkisar antara 25-30°C.

Nilai pH yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan kontrol lebih tinggi dari perlakuan yang ada. Namun secara keseluruhan nilai pH masih pada nilai optimal

untuk pemeliharaan ikan nila. Nilai pH optimal dalam pembesaran ikan Nila menurut (Zalukhu et al., 2016) berkisar antara 6—8,5.

Tabel 2. Hasil pengukuran kisaran nilai suhu dan pH selama 30 hari

Kandungan oksigen terlarut dalam perairan merupakan parameter penting dalam kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan.

Berdasarkan hasil pada tabel 1, nilai DO pada penelitian kali ini lebih tinggi pada kontrol. jal ini diduga karena adanya masukan oksigen secara terus menerus oleh aerator pada selama pemeliharaan serta kepadatan yang rendah pada kontrol sehingga nilai DO lebih tinggi dari akuaponik. Nilai DO yang diperoleh masih kisaran optimum untuk budidaya ikan Nila. Kisaran DO yang optimum untuk pertumbuhan ikan nila pada kolam air tenang yaitu ≥3 mg.L-1 (Zalukhu et al., 2016). Nilai DO pada penelitian ini lebih rendah dari penelitian (Azhari & Tomasoa, 2018) dimana kisaran DO yang diperoleh antara 4,47-5,67.

Tabel 3. Hasil pengukuran kisaran nilai nitrit dan nitrat selama 30 hari

Perlakuan NO2 NO3

Kontrol 10 50-100

P1 0 10-100

P2 0 50-100

P3 0 100-250

P4 0 100-250

Nilai nitrit yang diperoleh pada perlakuan lebih rendah dari kontrol, hal ini diduga akar kangkung mampu menyerap nitrit dalam air untuk digunakan sebagai zat hara untuk pertumbuhan tanaman sehingga kadar ntrit dalam air sangat berkurang (Jampeetong et al., 2012). Menurut (Septiani, 2020) nitrat digunakan tanaman sebagai nutrisi untuk tumbuh. Sedangkan nilai nitrat yang diperoleh pada hasil perlakuan P3 dan P3 lebih tinggi dari kontrol, P1 dan P2, hal ini di dapat terjadi karena adanya perbedaan padat tebar pada tiap perlakuan sehingga adanya perbedaan jumlah nitrat yang dihasilkan.

Perlakuan Suhu (°C) pH Kontrol 26-28 7,0 - 8,0

P1 27-29 6,0 - 7,0

P2 27-29 6,0 - 7,0

P3 27-29 6,0 - 7,0

P4 27-29 6,0 - 7,0

6.3 5.7 5.8 6.7

1.5 1.3 1.3 1.3 0

2 4 6 8

P1 P2 P3 P4

cm

Perlakuan

Panjang daun lebar daun

Gambar 5. Pengukuran panjang dan lebar daun

(6)

278 Menurut (Azhari et al, 2018; Asni et al., 2020), konversi amonia menjadi nitrat dipengaruhi oleh kandungan oksigen terlarut dalam air.

Nilai amonia pada penelitian ini diperoleh nilai kisaran 0-0,03 mg/l, hal ini diduga karena bertambahnya jumlah feses dalam air dan ikan mati yang berada di air sebelum diangkat dari air semakin menambah nilai amonia dalam air. Nilai amonia yang masih dapat ditoleransi oleh ikan dalam budidaya adalah <0,02 mg/l (Zalukhu, 2016).

Walaupun nilai yang dperoleh pada penelitian ini lebih besar dari nilai BSNI namun hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari (Zalukhu et al., 2016) dimana nilai amonia pada sistem akuaponik menggunakan ikan nila juga memiliki nilai yang melebihi batas.

Tabel 4. Hasil pengukuran kisaran nilai amonia, fosfat dan DO selama 30 hari

Perlakuan NH3 PO4 DO

Kontrol 0,00014-0,013 >2 9,6-12

P1 0-0,00014 >2 4,6-

4,8

P2 0-0,06 >2 4,4-

4,7

P3 0,014 >2 4-4,3

P4 0,03 >2 3,8-

4,1 Nilai fosfat yang diperoleh dalam penelitian kali ini lebih dari 2 mg.L-1. Keberadaan fosfat menjadi salah satu indikator produktivitas perairan. Menurut Budi Utami et al., (2019) keberadaan fosfat dalam perairan budidaya berasal dari feses ikan yang terakumulasi pada dasar perairan.

Konsentrasi fosfat yang tinggi diduga karena penumpukan feses dan sisa pakan yang tidak dimakan pada dasar perairan serta fosfar yang mengendap di dasar air sehingga belum optimal dalam menyerap fosfat dalam air (Ade Lestari et al., 2015). Menurut Budi Utami et al., (2019) konsentrasi fosfat yang tinggi menyebabkan pertumbuhan akar menjadi lebih panjang yang menyebabkan pertumbuhan akar tidak sesuai dengan pertumbuhan bagian atas dan menyebabkan tanaman mudah kekeringan.

Menurut hasil yang diperoleh dari pertumbuhan ikan dan kualitas air, sistem akuaponik ini dapat membantu ikan menyerap pakan lebih optimal dan menjaga kualitas air sehingga ikan mampu bertahan hidup serta mengatasi permasalahan ketersedian air.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil yang didapatkan pada penelitian ini, dapat disimpulkan yaitu rasio tebar yang efektif dan produktivitas ikan serta tanaman kangkung terbaik pada akuaponik media bed adalah perlakuan P4 dengan padat tebar ikan 20 ekor/liter air dengan volume media tanaman kangkung berjumlah 4 tanaman per media.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberi kesempatan penulis sehingga mendapatkan Dana Riset Peningkatan Kompetensi tahun 2021 dengan

nomor kontrak:

T/865/UN23.18/PT.01.03/2021. Terimakasih kepada rekan dan mahasiswa Fakultas Perikanan Universitas Jenderal Soedirman yang telah banyak membantu pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ade Lestari, N. A., Diantari, R., & Efendi, E.

(2015). Penurunan Fosfat Pada Sistem Resirkulasi Dengan Penambahan Filter Yang Berbeda. E-Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan, 3(2), 367–

374.

https://doi.org/10.23960/jrtbp.v3i2.648p 367-374

Asni, Rahim, & Marwayanti. (2020). Sistem Akuaponik Dapat Meningkatkan Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio).

Jurnal Veteriner, 21(1), 136–142.

https://doi.org/10.19087/jveteriner.2020.

21.1.136

Avnimelech, Y. (2006). Bio-filters: The need for an new comprehensive approach.

Aquacultural Engineering, 34(3), 172–

178.

(7)

279 https://doi.org/10.1016/j.aquaeng.2005.0 4.001

Avnimelech, Y. (2007). Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge bio-flocs technology ponds.

Aquaculture, 264(1–4), 140–147.

https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.200 6.11.025

Azhari, D., & Tomasoa, A. M. (2018). Kajian Kualitas Air dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dibudidayakan dengan Sistem Akuaponik. Akuatika Indonesia, 3(2), 84–90.

https://doi.org/10.24198/jaki.v3i2.23392 Bernstein, S. (2011). Aquaponic Gardening.

In Library and Archives Canada Cataloguing. New Society Publishers P.O. Box 189, Gabriola Island, BC V0R 1X0, Canada (250) 247-9737 Library.

www.newsociety.com

Budi Utami, T. S., Hasan, Z., Laksmini Syamsuddin, M., & Hamdani, H. (2019).

Fitoremediasi Limbah Budidaya Ikan Koi (Cyprinus carpio) dengan Beberapa Tanaman Sayuran dalam Sistem Resirkulasi Akuaponik. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, X(2), 81–88.

Chaireni, R., Agustanto, D., Amriza Wahyu, R., & Nainggolan, P. (2020). Ketahanan Pangan Berkelanjutan. Jurnal Kependudukan Dan Pembangunan Lingkungan, 1(2), 70–79.

http://jkpl.ppj.unp.ac.id/index.php/JKPL/

article/view/13

Dillard, V. (2013). The great balanceing act.

Flexo, 31(12), 16–20.

E. Rakocy, J., P. Masser, M., & M. Losordo, T. (2017). Recirculating Aquaculture Tank Production Systems: Aquaponic Integrating Fish and Plant Culture.

Oklahoma Cooperative Extension Service SRAC-454, 8(3), 1–16.

Effendi, H., Amalrullah Utomo, B., Maruto Darmawangsa, G., & Elfida Karo-Karo, R. (2015). Fitoremediasi Limbah Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) dengan Kangkung (Ipomoea aquatica) dan Pakcoy (Brassica rapa chinensis) dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Ecolab, 9(2),

80–92.

https://doi.org/10.20886/jklh.2015.9.2.80 -92

Effendi, H., Utomo, B. A., & Darmawangsa, G. M. (2015). Phytoremediation of freshwater crayfish (Cherax quadricarinatus) culture wastewater with spinach (ipomoea aquatica) in aquaponic system. AACL Bioflux, 8(3), 421–430.

Effendi, H., Wahyuningsih, S., & Wardiatno, Y. (2017). The use of nile tilapia (Oreochromis niloticus) cultivation wastewater for the production of romaine lettuce (Lactuca sativa L. var. longifolia) in water recirculation system. Applied Water Science, 7(6), 3055–3063.

https://doi.org/10.1007/s13201-016- 0418-z

Fedoroff, N. V., Battisti, D. S., Beachy, R. N., Cooper, P. J. M., Fischhoff, D. A., Hodges, C. N., Knauf, V. C., Lobell, D., Mazur, B. J., Molden, D., Reynolds, M.

P., Ronald, P. C., Rosegrant, M. W., Sanchez, P. A., Vonshak, A., & Zhu, J. K.

(2010). Radically Rethinking Agriculture for the 21st Century. Science, 327(5967), 833–834.

https://doi.org/10.1126/science.1186834 Hwang, J., Lee, J., Park, J. S., Choe, J. R.,

Lee, D., & Kim, H. (2021). Effect on Eel Anguilla japonica and Crop Growth by the Development of a Biofloc Technology ( BFT ) Aquaponic System.

Korean J Fish Aquat Sci, 54(4), 418–425.

Jampeetong, A., Brix, H., & Kantawanichkul, S. (2012). Effects of inorganic nitrogen forms on growth, morphology, nitrogen uptake capacity and nutrient allocation of four tropical aquatic macrophytes (Salvinia cucullata, Ipomoea aquatica, Cyperus involucratus and Vetiveria zizanioides). Aquatic Botany, 97(1), 10–

16.

https://doi.org/10.1016/j.aquabot.2011.1 0.004

Kizak, V., & Kapaligoz, S. (2019). ( Carassius Auratus ) in Microgreen Aquaponic and Recirculating Systems. Fresenius Environmental Bulletin, 28(9), 6460–

6466.

(8)

280 Mulqan, M., Afdhal, S., Rahimi, E., &

Dewiyanti, I. (2017). Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Gesit ( Oreochromis niloticus ) Pada Sistem Akuaponik Dengan Jenis Tanaman Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan

Unsyiah, 2(1), 183–193.

https://media.neliti.com/media/publicatio ns/188527-ID-pertumbuhan-dan-

kelangsungan-hidup-benih.pdf

Mulqan, M., Rahimi, S. A. El, & Dewiyanti, I. (2017). Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Gesit ( Oreochromis niloticus ). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan Unsyiah, 2(1), 183–193.

Nugroho, R. A., Pambudi, L. T., Chilmawati, D., & Condro, H. (2012). Aplikasi Teknologi Aquaponic Pada Budidaya Ikan Air Tawar Untuk Optimalisasi Kapasitas Produksi. SAINTEK PERIKANAN : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology, 8(1), 46–51.

https://doi.org/10.14710/ijfst.8.1.46-51 Riolly Cahyantara, A., & Cordova, H. (2017).

Rancang Bangun Sistem Pengendali Kadar Oksigen Terlarut dengan Algoritma Fuzzy Logic Controller pada Budidaya Akuaponik. Jurnal Teknik ITS, 6(2), 2337–3520.

Roosta, H. R., & Hamidpour, M. (2011).

Effects of foliar application of some macro- and micro-nutrients on tomato plants in aquaponic and hydroponic systems. Scientia Horticulturae, 129(3), 396–402.

https://doi.org/10.1016/j.scienta.2011.04.

006

Sastro, Y. (2015). Akuaponik : Budidaya Tanaman Terintegrasi Dengan Ikan , Permasalahan Keharaan dan Strategi Mengatasinya. Buletin Pertanian Perkotaan, 5(1), 33–42.

Septiani, R. (2020). Pengaruh Tanaman Kangkung (Ipomea aquatica) Terhadap Konsentrasi Amonia Untuk Pertumbuhan Tanaman Pada Akuaponik Sederhana

(Vol. 9, Issue May).

https://www.slideshare.net/maryamkaze mi3/stability-of-

colloids%0Ahttps://barnard.edu/sites/def ault/files/inline/student_user_guide_for_

spss.pdf%0Ahttp://www.ibm.com/suppo rt%0Ahttp://www.spss.com/sites/dm- book/legacy/ProgDataMgmt_SPSS17.pd f%0Ahttps://www.nep

Simeonidou, M., Paschos, I., Gouva, E., Kolygas, M., & Perdikaris, C. (2012).

Performance of a small-scale modular aquaponic system. AACL Bioflux, 5(4), 182–188.

Soedibya, P. H. T., Pramono, T. B., &

Listiowati, E. (2017). Growth performance of African catfish Clarias gariepinus cultured in biofloc system at high stocking density. Jurnal Akuakultur

Indonesia, 16(2), 244.

https://doi.org/10.19027/jai.16.2.244-252 Somerville, C., Cohen, M., Pantanella, E., Stankus, A., & Lovatelli, A. (2014). Light avoidance by a non-ocular photosensing system in the terrestrial slug Limax valentianus. In FAO Fisheries and Aquaculture Technical Paper No. 589.

Rome, FAO. 262 pp.

https://doi.org/10.1242/jeb.208595 Sundar, L. S., & Chen, G. S. (2020). Study on

the growth performance of lettuce (Lactuca sativa) and pak choi (Brassica chinensis) in different aquaponic growing systems. Horticulturae, 6(4), 1–11.

https://doi.org/10.3390/horticulturae6040 069

Widyatmoko, Hefni, E., & TM Pratiwi, N.

(2019). Pertumbuhan dan sintasan ikan nila, Oreochromis niloticus (Linnaeus , 1758) pada sistem akuaponik dengan padat tanaman vetiver (Vetiveria zizanioides L . Nash) yang berbeda.

Jurnal Iktiologi Indonesia, 19(1), 157–

166.

Zalukhu, J., Fitrani, M., & Dwi Sasanti, A.

(2016). Pemeliharaan Ikan Nila dengan Padat Tebar Berbeda Pada Budidaya Sistem Akuaponik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1), 80–90.

Gambar

Tabel  1.  Rata-rata  bobot  kangkung  setelah  pemeliharaan selama 30 hari.
Tabel 2. Hasil pengukuran kisaran nilai suhu  dan pH selama 30 hari
Tabel  4.  Hasil  pengukuran  kisaran  nilai  amonia, fosfat dan DO selama 30  hari  Perlakuan  NH 3 PO 4 DO  Kontrol  0,00014-0,013  &gt;2  9,6-12  P1  0-0,00014  &gt;2   4,6-4,8  P2  0-0,06  &gt;2   4,4-4,7  P3  0,014  &gt;2  4-4,3  P4  0,03  &gt;2   3,8

Referensi

Dokumen terkait

Nilai intrinsik dari saham dan obligasi sama dengan nilai sekarang dari sejumlah arus kas yang diharapkan akan diterima oleh investor dari saham dan obligasi tersebut.. METODE

3) Tabung dikocok lagi dan pembacaan diulang seperti di atas; ini dilakukan 3 kali dan diambil harga rata-ratanya. Pada tiap-tiap pembacaan hidrometer diangkat dan

Memandangkan perancangan sumber manusia merupakan antara aktiviti pengurusan sumber manusia yang berperanan menentukan aliran masuk dan keluar tenaga kerja dalam

Bahan baku yang datang dari suplier ditempatkan dalam drum plastik yang ditambahkan es agar udang tidak mengalami kemunduran mutu. QC terlebih dahulu

Laju Pertumbuhan spesifik yang diperoleh pada penelitian ini adalah berada pada kisaran 3.6%-4.8% perhari, dimana laju pertumbuhan spesifik tertinggi adalah pada

pada ikan koi (Cyprinus carpio) dan menganalisa konsentrasi ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) yang tepat untuk pelepasan Argulus sp.. pada tubuh ikan koi (Cyprinus

Puji dan syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kenikmatan-Nya, sehingga alhamdulillah penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini

Media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas yaitu media visual (buku, gambar, puzzle, dsb). Penggunaan media visual cenderung lebih disenangi oleh