• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESENTRALISASI FISKAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESENTRALISASI FISKAL"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Course Title

Lecturer

:

:

Desentralisasi Fiskal

Dr. Tb. Ace Hasan Syadzily M.Si

[email protected]

:

Facebook: acehasansyadzily

Twitter: acehasan76

DESENTRALISASI FISKAL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN – JAKARTA

(2)

2

Hubungan Keuangan

Pusat - Daerah

Menyangkut pembagian:

Tanggung jawab

Sumber penerimaan

Kekuasaan

(3)

3

Desentralisasi membawa perubahan drastis

dlm hubungan antar pemerintahan,

terutama hubungan Propinsi-Kab/Kota

Otda Kab/Kota yang tinggi dibarengi

peluang

partisipasi politik

yang tinggi.

* Bupati/Walikota dipilih secara

mandiri oleh DPRD

* Ada BPD – demokrasi desa

Kewenangan daerah otonom yang luas

Definisi “kewenangan lain” juga luas. Aplikasinya

(4)

§

Peningkatan posisi politik daerah otonom

(kab/kota)

§

Potensi pendapatan daerah yang kaya SDA

meningkat

§

Bagaimana dengan daerah yang miskin SDA?

§

Peluang pemerataan antar daerah karena ada dana

perimbangan

§

Ada kewajiban Pemerintah Pusat memberikan

DAU minimal 25% dari penerimaan dalam negeri

(5)

5

KERANGKA HUBUNGAN PUSAT-DAERAH

Beban APBN

DEKONSENTRASI

Beban APBD

PAD:

Pajak Daerah, Retribusi

Daerah, Hasil BUMD,

dll. penerimaan yg sah

DANA BAGI HASIL:

PBB, PPH

BPHATB, PKB & BBN-KB

Bagi hasil SDA

DANA ALOKASI UMUM

DANA ALOKASI KHUSUS

PINJAMAN DAERAH:

LN & DN

Jangka pendek & panjang

HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT-DAERAH

DESENTRALISASI

BEBAN PEMERINTAH

YANG MENUGASKAN

TUGAS PERBANTUAN

HUBUNGAN FUNGSI

PUSAT-DAERAH

(6)
(7)

HUBUNGAN APBN DAN APBD

I.

PENERIMAAN DALAM NEGERI

A.

Penerimaan Perpajakan

1.

Pajak Dalam Negeri

a.

Pajak Penghasilan (PPh)

-

Migas

-

Non Migas

b.

Pajak Pertambahan Nilai (PPn)

c.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

d.

Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB)

e.

Cukai

f.

Pajak Lainnya

2.

Pajak Perdagangan Internasional

a.

Bea Masuk

b.

Pajak/Pungutan Ekspor

B.

Penerimaan Negara Bukan Pajak

1.

Sumber Daya Alam

a.

Minyak Bumi

b.

Gas Alam

c.

Pertambangan Umum

d.

Kehutanan

-

IHPH

-

PSDH

-

Dana Reboisasi

e.

Perikanan

2.

Bag. Pem. Atas Laba BUMN

3.

PNBP Lainnya

4.

Laba Bersih Minyak

7

II.

DANA PERIMBANGAN

A.

Dana Bagian Daerah

1.

PPh Perorangan

2.

PBB

3.

BPHTB

4.

Minyak Bumi

5.

Gas Alam

6.

Pertambangan Umum

7.

Kehutanan

8.

Perikanan

B.

Dana Alokasi Umum

C.

Dana Alokasi Khusus

20%

95,7%

100%

15%

30%

50%

80%

90%

25%

40%

Diantaranya Dana Reboisasi

AP

BD

AP

(8)

8

Landasan Kebijakan Pengelolaan Keuangan

Daerah Dalam Penyelenggaraan Daerah

(9)

POLA HUBUNGAN KEUANGAN

PUSAT-DAERAH

9

(10)

10

(11)

11

(12)

No

Jenis Pajak

Pemerintah Pusat

Pemerintah Propinsi

Pemerintah Kabupaten/Kota

Pangsa (%)

Basis Pajak

Pangsa (%)

Basis Pajak

Pangsa (%)

Basis Pajak

1

Pajak Penghasilan

100

Besar

-

-

-

-2

Pajak Pertambahan Nilai

100

Besar

-

-

-

-3

Pajak Ekspor

100

Bervariasi

-

-

-

-4

Potongan Impor

100

Besar

-

-

-

-5

Kendaraan bermotor

-

-

100

Besar

-

-6

Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor

-

-

100

Besar

-

-7

Pajak Bahan Bakar

10

Besar

45

Besar

8

Pajak Bumi & Bangunan

10

Besar

16

Sedang

64

Besar

9

Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan

20

16

-

64

Sedang

10

Hotel dan Restoran

-

-

-

-

100

Bervariasi,

Sedang

11

Penerangan Jalan

-

-

-

-

100

Sedang

12

Iklan

-

-

-

-

100

Sedang

13

Bahan bangunan

-

-

-

-

100

Kecil

14

Air Minum

-

-

-

-

100

Kecil

15

Hiburan

-

-

-

-

100

Kecil

12

(13)

SIKLUS PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

Januari - April

Mei - Agustus

September - Oktober

Dewan

Perwakilan

Rakyat

Presiden dan

Sidang Kabinet

Departemen

Keuangan

Bappenas

Departemen

Teknis/Lembaga

Pemerintah

Daerah

Dewan

Perwakilan

Rakyat Daerah

Dokumen yang

dihasilkan

▲ Prioritas Nasional ▲ Perkiraan Sumber Daya

▲ Pagu Anggaran Sementara Dept/Lemb ▲ Indikasi Dana Perimbangan

▲ Rencana Kerja dan Anggaran Sementara Dept/Lemb ▲ Rencana Kerja dan Anggaran Sementara Daerah

▲ Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal dan Kerangka Eko. Makro (15

Mei)

▲ RAPBN dan Nota Keuangan (15 Agustus) ▲ Pagu Anggaran Program

▲ Dana Perimbangan

▲ Rencana Kerja dan Anggaran Dept/Lemb ▲ Rencana Kerja dan Anggaran Daerah

▲ Pengesahan UU APBN (31 Oktober) ▲ Keppres Alokasi Anggaran ▲ Dokumen Anggaran Dept/Lemb ▲ Pengesahan APBD

▲ Dokumen Anggaran Daerah

13

Rencana Pemb. Jangka

Menengah Sasaran Makro dan Fiskal, Prioritas dan Pagu Sementara Proyeksi Sumber Daya Indikasi Pagu Anggaran Prog. Panja Anggaran Kebijakan dan Anggaran Komisi Sektoral Pembahasan RAPBN Undang-Undang APBN Rencana Strategis Dept/Lemb Rencana Tahunan Dept/Lemb Rencana Strategis Daerah Rencana Tahunan Daerah Kerangka Makro dan Fiskal Statement Pagu Anggaran Program RAPBN Draft Rencana Kerja Pemerintah Rencana Kerja dan Anggaran Nasional Rencana Kerja Kementrian Lembaga Rencana Kerja dan Anggaran Dept/Lemb

Rencana Kerja dan Anggaran Sementara Daerah

Rencana Kerja dan Anggaran Daerah Keppres ttg Alokasi Anggaran Dokumen Pelaksanaan Anggaran Dokumen Anggaran Pembahasan RAPBD APBD

(14)
(15)

15

(16)

16

SISTEM HUBUNGAN KEUANGAN

PUSAT DAERAH

Prinsip-prinsip pengaturan hubungan keuangan

pusat-daerah :

1.

Dekonsentrasi urusan pusat dibiayai dari dan

atas beban APBN

2.

Desentralisasi urusan daerah dibiayai dari dan

atas beban APBD

3.

Urusan pusat / daerah oleh pusat atas beban

APBD

4.

Bila sumber penerimaan daerah tidak mencukupi

(17)

17

HUBUNGAN KEUANGAN ANTAR

PEMERINTAH

Ø

3 MACAM TRANSFER:

1.

Bagi hasil: Revenue Sharing

2.

Dana Alokasi Umum (DAU)

3.

Dana Alokasi Khusus (DAK)

Ø

25% penerimaan dalam negeri pemerintah pusat (APBN)

akan didistribusikan kepada Pemda dalam bentuk DAU

Ø

10% DAU akan diberikan kepada provinsi dan 90% kepada

kabupaten/kota

(18)

18

KRITERIA FORMULA DAU

þ

SEDERHANA

þ

OBYEKTIF

þ

SECARA UMUM DITERAPKAN

þ

AKUNTABEL & TRANSPARAN

þ

Hubungan antara kebutuhan fiskal dan kapasitas lokal

harus jelas

þ

Setiap Pemda akan mendapat DAU

þ

Formula menggunakan variabel sebagaimana ditentukan

oleh UU No.25 & konsep

fiscal gap

þ

Indikator kinerja: Coefficient of Variance and Williamson

Index

(19)

19

FORMULA DAU

§

DAU = f (Fiscal Need, Fiscal Capacity)

UU menggariskan bahwa:

§

Fiscal Capacity = (Regional GDP, Human Resources,

Industry, Natural Resources)

§

Fiscal

Needs

=

(Population,

Area,

Geographical

Condition, and Level Income with poverty alleviation)

(20)

20

FORMULA DAU

Implementasi :

FISCAL CAPACITY

w

Local Own Revenue Potential = f (GRDP for Industry and

Services)

w

Property Tax Sharing = f (Industry Potential)

w

Personal Income Tax Sharing = f (Human resources)

w

Natural

Resources

Revenue

Sharing

=

f(Natural

Resources )

w

Fiscal Capacity = Local Own Revenue Potential + Property

Tax Sharing + Private Income Tax Sharing + Natural

Resources Sharing

(21)

21

Sumber: DJPK (2014)

(22)

22

SKEMA DAU

DAU

2002

FORMULA

Menurut

UU 25 /1999

KAPASITAS FISKAL

§

Industry

§

Natural Resources

§

Human Resources

§

GRDP

KEBUTUHAN FISKAL

§

Population

§

Area

§

Geography

§

Income (Poor)

VARIABEL FISKAL

§

GRDP of Industry

and Services

§

Property Tax Sharing

§

Natural Recources

Tax Sharing

§

Income Tax Sharing

VARIABEL KEBUTUHAN

§

Population

§

Area

§

Construction Index

§

Poverty Gap

(23)

23

PROSES FORMULA

FISCAL CAPACITY

FISCAL NEEDS

FISCAL GAP

Fiscal Needs – Fiscal Capacity

BOBOT DAU LOKAL

Local Fiscal Gap

National Fiscal Gap

PROVINSI

10% x 25% x National Revenue x Weight

KABUPATEN/KOTA

(24)

PENDAPATAN ASLI DAERAH

Hasil Pajak Daerah

Hasil Retribusi Daerah

Hasil BUMD & Pengelolaan SDA

dll, termasuk penjualan aset daerah & jasa giro

DANA PERIMBANGAN

Bagian Daerah (Dana Bagi Hasil)

PBB

Bea Perolehan Hak atas Tanah & Bangunan

Penerimaan dari SDA

Dana Alokasi UMUM

Dana Alokasi KHUSUS

PINJAMAN DAERAH

Pinjaman dalam negeri & luar negeri

Pinjaman jangka pendek & jangka panjang

LAIN-LAIN PENERIMAAN YANG SAH

(a.l. hibah, penerimaan dari Propinsi

atau Daerah Kab/Kota lainnya)

(25)

No.

Jenis Penerimaan

Undang – Undang

Otonomi Khusus

NAD

Papua

1.

PBB

90

90

2.

BPHTB

80

80

3.

IHH

80

80

4.

Provisi Sumber Daya Hutan

80

80

5.

Iuran Eksplorasi dan Ekploitasi

Pertambangan

80

80

6.

Land Rent Pertambangan

70

70

7.

Royalti Minyak

70

70

8.

Royalti Gas

40

40

9.

Perikanan

20

20

25

(26)

Kriteria Penjelasan

Umum 1. Diprioritaskan untuk daerah-daerah yang memiliki kemampuan fiskal rendah atau di bawah rata-rata.

2. Perhitungan kemampuan fiskal daerah didasarkan pada Indeks dari selisih realisasi penerimaan Daerah tidak termasuk Sisa Anggaran Lebih (ASL) dengan belanja pegawai negeri sipil daerah (fiskal netto) pada APBD Tahun Anggaran 2001.

Khusus Pengalokasian DAK diprioritaskan untuk daerah-daerah : 1. Daerah-daerah di wilayah Propinsi Papua 2. Daerah -daerah di wilayah Propinsi NAD

3. Daerah-daerah pemekaran tahun 2001 sebanyak 12 kabupaten/kota 4. Daerah -daerah pemekaran tahun 2002 sebanyak 22 kabupaten/kota

5. Daerah-daerah induk tahun 2002 sebanyak 18 kabupaten / kota untuk bidang infrastruktur. 6. Daerah-daerah Ketahanan Pangan untuk bidang infastruktur.

Teknis 1. Kriteria teknis kegiatan DAK untuk bidang pendidikan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional, bidang kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, bidang infrastruktur jalan dan irigasi ditetapkan oleh Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah dan bidang prasarana pemerintahan oleh Menteri Dalam Negeri bersama dengan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

2. Kriteria teknis ditetapkan oleh masing-masing Menteri yang bersangkutan setelah berkonsultasi dengan DPOD. 3. Kriteria teknis kegiatan bidang pendidikan dengan mempertimbangkan :

a. Indeks Kerusakan Bangunan SD / MI b. Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)

4. Kriteria teknis kegiatan bidang kesehatan dengan mempertimbangkan :

a. Human Poverty Index( Indeks kemiskinan masyarakat yang terdiri dari persentasi penduduk dengan angka harapan hidup sampai dengan 40 tahun, persentase penduduk tanpa jangkauan air bersih, persentase penduduk tanpa jangkauan fasilitas kesehatan, dan persentase balita dengan gizi buruk)

b. Indeks jumlah Puskesmas, Puskesmas Keliling, dan Puskesmas Pembantu c. Indeks Ketahanan Konstruksi

5. Kriteria teknis kegiatan bidang infrastruktur meliputi : a. Kriteria teknis untuk prasarana jalan. b. Kriteria teknis untuk prasarana irigasi

6. Kriteria Teknis untuk prasarana jalan dengan mempertimbangkan bidang infrastruktur meliputi: a. Kondisi mantap jalan Provinsi, Kabupaten/Kota

b. Pelayanan jalan terhadap wilayah c. Bobot beban lalu lintas

d. Indeks Kemahalan Konstruksi

1. Kriteria Teknis untuk prasarana irigasi dengan mempertimbangkan: a. Rata-rata produksi padi sawah (ton/ha)

b. Kerapatan Daerah irigasi terhadap wilayah (km2/ha) c. Kondisi prasarana irigasi

d. Indeks Kemahalan Konstruksi

1. Kriteria teknis kegiatan bidang prasarana pemerintahan dengan mempertimbangkan kebutuhan minimum prasarana dan sarana fisik untuk

mendukung kegiatan aparatur pemerintah daerah pemekaran.

26

(27)

§

Lebih mampu memenuhi kebutuhan lokal

§

Lebih memberi peluang kaum miskin untuk

terlibat dalam penentuan kebijakan

§

Meningkatkan akses masy pd pemerintah

§

Mengurangi resistensi thd pembangunan

§

Mengurangi kemacetan administrasi

§

Lebih efektif memobilisasi sumberdaya lokal

§

Lebih mudah membangun koordinasi

(28)

§

PP 105

à

Keuda

à

Anggaran Kinerja

§

PP 108

à

Pertanggungjawaban Kepala Derah

à

Kinerja

§

Keterlambatan Implementasi menyebabkan perhatian pada

pelayanan publik bagi kaum miskin terbengkalai.

(29)

29

Dana

Alokasi

Khusus

Pembiayaan kegiatan rutin dan

pembangunan di Daerah

Bagi hasil

penerimaan

dgn Daerah

Dana

Alokasi

Umum

Dana

Darurat

Pendapatan

Asli Daerah

Pinjaman

Daerah

Dana Perimbangan

Sumber-Sumber Penerimaan

Daerah di Masa Mendatang

APBN

Pemerintah Daerah

& DPRD

(30)

30

Fokus Analisis :

Tanggapan Kebijakan

Daerah

Bagaimana Proses Kebijakan?

UU22/99

UU25/99

Proses:

Perda &

Implementasi

Poor

Users

Of Public Services

- Health

-

Education

-

Land Adm

SME:

-

Farmers

-

Traders

-

SSE

Referensi

Dokumen terkait

1) Didasarkan pada perencanaan investasi dan/ atau operasi yang jelas dan dituangkan dalam rencana strategis, rencana kerja tahunan, serta anggaran tahunan yang mengacu pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2002 merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA) Tahun 2002, di samping

Oleh karena itu, Rencana Strategis FH UNEJ Tahun 2021-2025 digunakan sebagai acuan dalam hal penyusunan Rencana Program Kerja Tahunan, Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan

Direktorat Keuangan, Umum, Kepatuhan dan Manajemen Risiko mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan rencana strategis dan Rencana Bisnis Anggaran tahunan, rencana

Rencana Kinerja Tahunan ini disusun berdasarkan pada Rencana Strategis (RENSTRA) Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangka Tahun 2015-2019 serta Indikator Kinerja Utama Tahun

Pembahasan dan penetapan rancangan undang-undang tentang perubahan APBN dilakukan oleh Pemerintah bersama dengan Badan Anggaran dan komisi terkait dalam waktu paling lama 1 (satu)

Dari total kebutuhan pendanaan pembangunan infrastruktur yang mencapai Rp 5.519 triliun, dukungan dari pemerintah atau Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN diharap mencapai Rp 2.216

Pengertian dan Fungsi APBN Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah rencana