• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN KETUBAN PECAH DINI DAN PROLAPS TALI PUSAT DI RUANGAN SASANDO RSUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN KETUBAN PECAH DINI DAN PROLAPS TALI PUSAT DI RUANGAN SASANDO RSUD"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN KETUBAN PECAH DINI DAN PROLAPS TALI PUSAT DI RUANGAN SASANDO

RSUD Prof. Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG TANGGAL 22-26 APRIL 2016

OLEH :

YOSEVINA MOI ROGA NIM: 132111095

PROGAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG

(2)

ii

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN KETUBAN PECAH DINI DAN PROLAPS TALI PUSAT DI RUANGAN SASANDO

RSUD Prof. Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG TANGGAL 22-26 APRIL 2016

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (Amd.Keb)

OLEH :

YOSEVINA MOI ROGA NIM: 132111095

PROGAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG

(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN KETUBAN PECAH DINI DAN PROLAPS TALI PUSAT DI RUANGAN SASANDO RSUD Prof. Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG” ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun.

Kupang, Desember 2016 Yang menyatakan

Yosevina Moi Roga 132111095

(4)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN Laporan tugas akhir ini telah di setujui

Pada tanggal :

Menyetujui

Pembimbing I

Maria C.F.Djeky SST, M.Kes

Pembimbing II

Endah Dwi Pratiwi, SST

Mengetahui

Ketua

STIKes CHM-Kupang

drg. Jeffrey Jap, M.Kes

Ketua

Prodi DIII Kebidanan

(5)

v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Laporan tugas akhir ini dengan judui “ASUHAN KEBIDANAN PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN KETUBAN PECAH DINI DAN PROLAPS TALI PUSAT DI RUANGAN SASANDO RSUD Prof. Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG” Tanggal 22 April S/D 26 April 2016 telah disetujui dan diajukan dalam seminar Karya Tulis Ilmiah, Mahasiswa atas nama : Yosevina Moi Roga Nim 13.21.11095 Program Studi D III Kebidanan STIKes Citra Husada Mandiri Kupang. Benar-benar diuji dan dipertahankan di depan tim penguji ujian Karya Tulis Ilmiah pada tanggal………2016

Tim Penguji

Ketua : Ummu Zakiah, SST, M.Keb ……….

Anggota: Maria C.F.Djeky SST, M.Kes ……….

Endah Dwi Pratiwi, SST ……….

Mengetahui, Ketua

STIKEes CHM-Kupang

drg.Jeffrey Jap, M.Kes

Ketua

Prodi D III Kebidanan

(6)

vi

BIODATA PENULIS

Nama : Yosevina Moi Roga

Tempat dan tanggal lahir : Piga, 22 September 1995

Agama : Katolik

Alamat : Jl. Manafe No. 17 Kayu putih Oebufu Kupang

Riwayat Pendidikan :

1. SDK Piga– Ngada (2001 - 2007 )

2. SMPK Kartini Mataloko- Ngada ( 2007 - 2010) 3. SMAN 1 Bajawa - Ngada (2010-2013)

4. Sedang menyelesaikan pendidikan Diploma III Kebidanan di Stikes Citra Husada Mandiri Kupang (2013 – Sekarang)

(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Karena Masa Depan Sungguh Ada,

Dan Harapanmu Tidak Akan Hilang .

Amsal, 23:18.

PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiah saya persembahkan

untuk Tuhan Yesus Dan Bunda Maria,

Kedua orangtua tercinta, saudara dan saudariku tersayang,

sahabat-sahabtku untuk semua pemberian dan pengorbanan

yang tidak pernah terhenti

(8)

viii ABSTRAK

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Citra Husada Mandiri Kupang

Jurusan Kebidanan Kupang Studi Kasus, Desember 2016

Yosevina Moi Roga

NIM: 132111095

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN KETUBAN PECAH DINI DAN PROLAPS TALI PUSAT DIRUANGAN SASANDO RSUD Prof. DR. W. Z. YOHANNES KUPANG TANGGAL 22 S/D 26 APRIL 2016

Latar Belakang: Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Sekarang ini secara umum sudah diterima bahwa setiap kehamilan membawa resiko bagi ibu, WHO memperkirakan bahwa sekitar 15 % dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya, serta dapat mengancam jiwanya. Pada tahun 2015 jumlah persalinan KPD sebanyak 128 orang dan jumlah persalinan KPD yang di akhiri dengan SC sebanyak 50 orang atau 39,06 %. Salah satu upaya penanganan yang dilakukan yaitu deteksi dini, yang dapat dilakukan melalui pelayanan dan Asuhan Antenatal Care (ANC) yang berkualitas yang merupakan cara untuk memonitoring dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal agar tidak menjadi abnormal serta mengurangi aktifitas atau istrahat pada akhir triwulan kedua atau ketiga .

Tujuan: Melakukan Asuhan Kebidanan pada Primigravida dengan Ketuban Pecah Dini dan Prolaps Tali Pusat di Ruang Sasando Prof. dr.W.Z. Johannes Kupang dengan pendekatan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney.

Metode : Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu menggambarkan Asuhan Kebidanan Pada Primigravida Dengan Ketuban Pecah Dini dan Prolaps Tali Pusat Di Ruangan Sasando RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang. Simpulan : Asuhan kebidanan telah dilaksanakan sesuai dengan diagnosa dan masalah kebidanan telah teratasi dengan baik, pasien dirawat 4 hari di ruangan Sasando.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KETUBAN PECAH DINI DAN PROLAPS TALI PUSAT DI RUANGAN SASANDO RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG TANGGAL 22 S/D 26 APRIL 2016’’ dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan (Amd.Keb) di STIKes Citra Husada Mandiri Kupang.

Dalam penulisan studi kasus ini, penulis mendapat dukungan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Maria C.F.Djeky, S.ST., M.Kes. selaku pembimbing I, dan Endah Dwi Pratiwi, SST, selaku pembimbing II yang telah bersedia membimbing dan mendampingi saya dalam melaksanakan dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Bersamai ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Abraham Paul Liyanto selaku Pembina Yayasan Citra Bina Insan Mandiri Kupang.

2. drg. Jeffrey Jap, M.Kes selaku Ketua STIKES Citra Husada Mandiri Kupang.

(10)

x

3. Ummu Zakiah, SST, M.Keb. selaku ketua Prodi DIII Kebidanan STIKes Citra Husada Mandiri Kupang dan sekaligus ketua tim penguji, yang telah mengijinkan dan menguji laporan tugas akhir ini.

4. Ny. I.T. dan keluarga atas kesediaan menjadi responden pengambilan laporan tugas akhir ini.

5. Para dosen Program Studi DIII Kebidanan yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis dalam mengikuti pendidikan.

6. Kedua orangtua tercinta, Bapak Yoseph Roga Mitang dan Mama Benedikta Bebhe Bay, yang telah memberikan dukungan, motivasi dan moril serta doa selama penulis menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

7. Tanta tercinta Maria Beo Mitang, kakak Eman, Anyel, Mersi, Pepi, Wempi dan keponakanku Milan, Rival, Dwiny, serta Derik tersayang yang telah memberikan dukungan, motivasi dan moril serta doa selama penulis menyelesaikan laporan laporan tugas akhir ini.

8. Sahabat-sahabat dan adik-adiku tersayang, Evra, Mersi, Ina, Ika, Elen, orys, In, Marty, Elen Boro, Priska, Kolin, helmy jun, abong, An chika, Yuli dan Sandri yang telah mendukung penulis dengan caranya masing-masing.

(11)

xi

9. Teman-teman seperjuangan Prodi DIII Kebidanan angkatan VI kelas B dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan baik motivasi maupun moril kepada penulis dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini.

10. Semua pihak yang terlibat secara moril maupun materil dalam penyelesaian studi kasus ini.

Semoga Tuhan membalas semua budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan dan dukungan dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna, tetapi penulis berharap bahwa karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan/kebidanan.

Kupang, Desember 2016

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Cover Luar ... i

Halaman Cover Dalam ... ii

Surat Pernyataan ... iii

Lembar Persetujuan ... iv

Lembar Pengesahan ... v

Lembar Biodata Penulis ... vi

Motto dan Persembahan ... vii

Abstrak ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xii

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Singkatan ... xviii

Daftar Lampiran ... xxi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah………... ... 3 1.3 Tujuan Penelitian………... ... 4 1.4 Manfaat Penelitian………... ... 5 1.5 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Kehamilan ... 8

(13)

xiii

2.1.1 Filosofi Asuhan Kehamilan ... 8

2.1.2 Ruang Lungkup Asuhan Kehamilan ... 9

2.1.3 Standar Asuhan Kehamilan ... 11

2.1.4 Tujuan Asuhan Kehamilan ... 12

2.1.5 Tanda-tanda kehamilan ... 13

2.1.6 Pemeriksaam Kehamilan ... 20

2.1.7 Tanda- Tanda Dini Bahaya atau Komplikasi Ibu Dan Janin masa kehamilan ... 23

2.2 Teori Ketuban Pecah Dini ... 25

2.2.1 Pengertian ... 25

2.2.2 Etiologi ... 26

2.2.3 Tanda dan gejala ... 28

2.2.4 Diagnosis Kebidanan ... 29

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang ... 31

2.2.6 Komplikasi ... 32

2.2.7 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini ... 33

2.2.8 Pencegahan ... 38

2.3 Teori Prolaps Tali Pusat ... 38

2.3.1 Pengertian ProlapsTali Pusat ... 38

2.3.2 Etiologi ProlapsTali Pusat ... 39

2.3.3 Patofisiogi ProlapsTali Pusat ... 41

2.3.4 Diagnosis ... 42

(14)

xiv

2.4 Konsep Dasar Seksio Sesarea ... 47

2.4.1 Pengertian ... 47

2.4.2 Jenis –Jenis Seksio Sesarea ... 47

2.4.3 Indikasi Seksio Saesarea ... 49

2.4.4 Komplikasi Seksio sesarea ... 51

2.4.5 Penatalaksanaan Pasien Pre –SC dan Post SC ... 52

2.5 Manajemen kebidanan ... 58

2.5.1 Pengertian Manajemen Kebidanan ... 58

2.5.2 Tujuan Manajemen Kebidanan ... 59

2.5.3 Prinsip Manajemen Kebidanan ... 59

2.5.4 Sasaran Manajemen Kebidanan ... 60

2.5.5 Langkah- Langkah Manajemen Kebidanan Menurut 7 langkah Varney ... 62

2.6 Konsep Asuhan Ketuban Pecah Dini Dan Prolaps Tali Pusat ... 75

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian dan Rancangan Penelitian ... 89

3.1.1 Desain Penelitian ... 89

3.1.2 Rancangan Penelitian ... 89

3.2 Populasi Sampel dan Sampling ... 90

3.2.1 Populasi ... 90

3.2.2 Sampel ... 90

3.2.3 Sampling ... 91

(15)

xv

3.3 Kerangka Kerja ... 91

3.4 Pengumpulan Data dan Analisa Data ... 91

3.4.1 Pengumpulan Data ... 91

3.4.2 Proses Pengumpulan Data ... 92

3.4.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 94

3.4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 94

3.4.5 Analisa Data ... 94

3.4.6 Etika Penelitian ... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 97

4.1. Gambar Lokasi Penelitian ... 97

4.2. Tinjauan Kasus ... 98

4.2.1 Pengkajian ... 98

4.2.2 Analisa Masalah Dan Diagnosa ... 101

4.2.3 Antisipasi Masalah Potensial ... 101

4.2.4 Tindakan Segera ... 102 4.2.5 Perencanaan ... 102 4.2.6 Pelaksanaan ... 104 4.2.7 Evaluasi ... 106 4.3. Pembahasan ... 109 4.3.1. Pengkajian ... 109

4.3.2. Analisa Masalah Dan Diagnosa ... 109

4.3.3. Mengidentifikasi Antisipasi Masalah Potensial ... 111

(16)

xvi 4.3.5. Perencanaan ... 113 4.3.6. Pelaksanaan ... 114 4.3.7. Evaluasi ... 115 BAB V PENUTUP ... 117 5.1 Kesimpulan ... 117 5.2 Saran ... 118 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

No Judul

Halaman

(18)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A : Abortus AH : Anak Hidup ANC : Antenatal Care ASI : Air Susu Ibu BAB : Buang Air Besar BAK : Buang Air Kecil C : Celcius

Cm : Centimeter D5 : Dectrosa 5 %

DJJ : Denyut Jantung Janin DS : Data Subyektif

DO : Data Obyektif G : Gravida G : Gram

HB : Hemoglobin

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir IRT : Ibu Rumah Tangga

IV : Intravena

KB : Keluarga Berencana KG : Kilo Gram

KIE : Komunikasi Edukasi KPD : Ketuban Pecah Dini

(19)

xix KU : Keadaan Umum

Lila : Lingkar Lengan Atas MG : Miligram

ML : Mili Liter N : Nadi

NTT : Nusa Tenggara Timur Ny : Nyonya.

P : Partus

PAP : Pintu Atas Panggul

PMS : Penyakit Menular Seksual PPV : Pengeluaran Pervaginam RL : Ringer Laktat

RR : Respirasi Rate S : Suhu

SC : Seksio Sesarea

TBBJ : Tafsiran Berat Badan Janin TD : Tekanan Darah

TFU : Tinggi Fundus Uteri TT : Tetanus Toxoid TP : Tafsiran Partus. TTV : Tanda –Tanda Vital UK : Usia Kehamilan USG : Ultrasonografi VT : Vagina Touch

(20)

xx WITA : Waktu Indonesia Tengah

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pengantar Pengambilan Data dan Studi Kasus... 121

Lampiran 2 : Surat Keterangan Selesai Studi Kasus ... 122

Lampiran 3 : Lembar Permintaan Menjadi Responden ... 123

Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 124

Lampiran 5 : ASKEB ... 125

(22)

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Sekarang ini secara umum sudah diterima bahwa setiap kehamilan membawa resiko bagi ibu. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 15 % dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya, serta dapat mengancam jiwanya (Fadlun 2012).

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetrik berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal, dan menyebabkan infeksi pada ibu (Prawirohardjo, 2007). Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan (Sujiyatini, dkk 2009). KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Insidens ketuban pecah dini kurang bulan 2-4 % pada kehamilan tunggal dan 7-10 % pada kehamilan kembar). Prolaps tali pusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi kurang dari 1 per 200

(23)

kelahiran, tetapi dapat mengakibatkan tingginya kematian janin. Prolaps tali pusat (atau Tali pusat menumbung, prolaps funikuli) mengacu kepada peristiwa turunnya tali pusat kedalam vagina. Prolaps tali pusat ini terjadi kapan saja. Prolaps tali pusat merupakan keadaan emergensi yang memerlukan tindakan segera untuk menyelamatkan janin, tali pusat dapat terkompresi diantara janin dan serviks atau pelvis ibu (Lockhart, 2014).

Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2014, cakupan penanganan komplikasi kebidanan secara nasional pada tahun 2014 sebesar 74,56%, dan penyebab langsung komplikasi maternal di indonesia terkait kehamilan, persalinan, terutama yaitu perdarahan 30,3 %, hipertensi 27,1 %, infeksi 7,3 %, abortus 1,6 % dan lain - lain 40,8 % (Profil Kesehatan Indonesia 2014). Berdasarkan data di Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2013, cakupan penanganan komplikasi kebidanan sebesar 52,12 % dan penyebab langsung komplikasi maternal adalah perdarahan 28%, eklmsia 24%, dan infeksi 11% (Profil Kesehatan NTT tahun 2013). Berdasarkan data RSUD Prof Dr.W.Z. Johannes Kupang pada tahun 2015 jumlah persalinan KPD sebanyak 128 orang dan jumlah persalinan KPD yang di akhiri dengan SC pada tahun sebanyak 50 orang atau 39,06 % (Rekam medik RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang).

Komplikasi ketuban pecah dini mengarah pada persalinan preterm, partus lama, perdarahan postpartum, infeksi intrapartal atau

(24)

dalam persalinan, infeksi puerperalis atau masa nifas. Hal ini tentunya akan meningkatkan resiko prematuritas dan komplikasi perinatal serta neonatal termasuk kematian janin (Krisnadi, dkk 2009). Komplikasi yang terjadi jika terjadi prolaps tali pusat seperti laserasi jalan lahir, ruptur uteri, atonia uteri akibat anesthesia sebagai akibat usaha untuk menyelamatkan janin (Prawirohardjo, 2009). Dan komplikasi lain seperti angka seksio sesarea meningkat (Dutton, 2002).

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup efektif seperti mengurangi aktifitas, atau istrirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga (Sujyatini, 2009). Deteksi dini pemeriksaan ANC sangat penting untuk mendeteksi secara dini komplikasi dan penyulit persalinan serta mendidik wanita dan keluarga tentang kehamilan dann nifas (Fadlun, 2011).

Berdasarkan urian di atas penulis tertarik ingin melakukan studi kasus dengan judul ’’Asuhan Kebidanan Pada Primigravida Dengan Ketuban Pecah Dini Dan Prolaps Tali Pusat Di Ruangan Sasando RSUD Prof. Dr W.Z. Johannes Kupang’’.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan permasalahan dalam studi kasus yaitu:”Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Primigravida dengan Ketuban Pecah Dini dan Prolaps Tali Pusat di Ruang Sasando Prof. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG” dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan.

(25)

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum :

Melakukan asuhan kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan pada Primgravida dengan Ketuban Pecah Dini dan Prolaps Tali Pusat di Ruangan Sasando RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada primigravida dengan ketuban pecah dini dan prolaps tali pusat.

2. Menginterpretasi data untuk menentukan diagnosa, masalah dan kebutuhan pada primigravida dengan ketuban pecah dini dan prolaps tali pusat.

3. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada primigravida dengan ketuban pecah dini dan prolaps tali pusat.

4. Mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi pada primigravida dengan ketuban pecah dini dan prolaps tali pusat.

5. Merencanakan asuhan pada primigravida dengan ketuban pecah dini dan prolaps tali pusat.

6. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada primigravida dengan ketuban pecah dini dan prolaps tali pusat.

(26)

7. Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada primigravida dengan ketuban pecah dini dan prolaps tali pusat.

8. Menganalisis teori dan kasus pada primigravida dengan ketuban pecah dini dan prolaps tali pusat.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Secara Teori

Hasil penulisan dapat digunakan untuk mengidentifikasi kasus Ketuban Pecah Dini dan Prolaps Tali Pusat.

1.4.2. Secara Praktik 1. Bagi penulis

Agar mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang nyata pada asuhan kebidanan pada kasus primigravida dengan Ketuban Pecah Dini dengan prolaps tali pusat.

2. Bagi institusi Pendidikan.

Agar dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk memberikan pendidikan mata kuliah kegawatdaruatan maternal tentang asuhan kebidanan pada primigravida dengan Ketuban Pecah Dini dan prolaps tali pusat.

3. Bagi Tempat Penelitian

Agar dapat menjadi gambaran informasi sehingga dapat meningkatkan manajemen asuhan kebidanan pada kasus

(27)

primigravida dengan Ketuban Pecah Dini dengan prolaps tali pusat.

4. Bagi Masyarakat

Dengan mengetahui kasus ini masyarakat lebih waspada dan akan meningkatkan kunjungan antenatal pada ibu hamil untuk mendeteksi komplikasi yang akan terjadi.

1.5. SistematikaPenulisan BAB I PENDAHULUAN

Dalam hal ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan studi kasus, manfaat penulisan studi kasus, dan sistematika penulisan studi kasus. BABII TINJAUAN TEORI

Tinjauan teori berisi tentang konsep dasar kehamilan, konsep Dasar Ketuban Pecah Dini, Konsep Dasar Prolaps Tali Pusat, Konsep Dasar Seksio Sesarea, Manajemen Kebidanan dan Konsep Asuhan Ketuban Pecah Dini Dan Prolaps Tali Pusat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian menguraikan desain penelitian, kerangka penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel.

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Berisi pada asuhan kebidanan pada ibu hamil di ruang sasando sesuai manajemen dari pengkajian sampai evaluasi. Sedangkan dalam pembahasan kasus, penulisan kasus

(28)

menjelaskan tentang masalah – masalah atau kesenjangan antara teori dari kasus yang penulis temukan di lapangan. BAB V PENUTUP

(29)

8

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1. Filosofi Asuhan Kehamilan

Filosofi kebidanan adalah falsafah atau keyakinan setiap bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Kita percaya bahwa wanita adalah seorang yang kuat dan cerdas, serta mampu membuat keputusan mereka sendiri tentang kesehatan mereka. Sedangkan tugas seorang bidan adalah membantu wanita menyelesaikan bermacam-macam tahap kehidupan (Hani, dkk 2010).

Kehamilan, kelahiran, dan menopaus merupakan kejadian normal dalam kehidupan, walaupun hal tersebut adalah suatu hal yang normal, tetapi potensi terjadinya patologi pada wanita dan bayi tetap ada. Sebagai bidan pemberi pelayanan mengharapkan bahwa semua berjalan normal, untuk itu kepuasan dan keselamatan pasien dimaksimalkan. Wanita mempunyai kebenaran dalam pemberian, kenyamanan pelayanan kesehatan tanpa dasar pembatasan dalam gaya hidup, ras, agama, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, dan usia (Hani, dkk 2010).

(30)

2.1.2. Ruang Lingkup Asuhan Kehamilan

Asuhan antenatal yang optimal hanya dapat dicapai bila layanan yang diberikan cukup fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan ibu hamil. Keluarga dianjurkan untuk berpartisipasi secara penuh dalam pengambilan keputusan dan mendapatkan kepuasan emosional dari pengalaman melahirkan.

Dalam memberikan asuhan pada ibu hamil, bidan harus memberikan pelayanan secara komprehensif atau menyeluruh. Adapun lingkup asuhan kebidanan pada ibu hamil:

1. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisa setiap kunjungan pemeriksaan ibu hamil.

2. Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap.

3. Melakukan pemeriksaan abdomen termasuk tinggi fundus uteri posisi atau presentasi dan penurunan janin.

4. Melakukan penilaian pelvic, ukuran dan penurunan janin. 5. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk

denyut jantung janin dengan fetoskope atau pinar dan gerakan janin dengan palpasi.

6. Menghitung usia kehamilan dan hari perkiraan lahir. 7. Mengkaji status nutrisi dan hubungan dan pertumbuhan

(31)

8. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungan dengan komplikasi.

9. Memberikan penyuluhan tanda-tanda bahaya dan bagaimana menghubungi bidan.

10. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hiperemesis gravidarum abortus dan preeklampsia ringan.

11. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan kehamilan.

12. Memberikan imunisasi.

13. Mengidentifikasikan penyimpangan kehamilan normal dan penanganannya termasuk rujukan tepat pada: kurang gizi, pertumbuhan janin tidak adekuat, PEB dan hipertensi, perdarahan pervaginam, kehamilan ganda aterm, kematian janin, oedema dam signifikan, sakit kepala berat, gangguan pandangan, epigastrium karena hipertensi, ketuban pecah sebelum waktunya.

14. Memberikan bimbingan dan dukungan persiapan melahirkan dan menjadi orangtua.

15. Bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku kesehatan selama hamil seperti nutrisi latihan keamanan, dan merokok.

(32)

16. Penggunaan jasa secara aman dan obat-obatan tradisional yang tersedia (Marmi, 2011).

2.1.3. Standar Asuhan Kehamilan

Asuhan antenatal yang baik sangat penting untuk hasil kehamilan yang baik karena sebagian besar dari kematian ibu bisa dihindarkan melalui asuhan antenatal, intranatal, dan postnatal yang bermutu tinggi. Selama masa antenatal, pemberi asuhan kesehatan akan memperoleh kesempatan untuk menyentuh banyak hidup wanita dan barangkali bisa membantu mengubah tragedi kehilangan nyawa para ibu.

Masa antenatal mencakup waktu kehamilan mulai hari pertama haid yang terakhir (HPHT) atau Last Menstruation Period (LMP) sampai permulaan dari persalinan yang sebenarnya, yaitu 280 hari, 40 minggu, 9 bulan, 7 hari. Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Standar minimal asuhan kebidanan adalah sebagai berikut:

1. Timbang Berat Badan. 2. Ukur Tekanan Darah.

3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU). 4. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid).

5. Pemberian Tablet Besi (minimum 90 tablet selama kehamilan).

(33)

6. Tes terhadap PMS (penyakit menular seksual).

7. Temu Wicara dalam rangka persiapan rujukan (Hani, dkk 2010).

2.1.4. Tujuan Asuhan Kehamilan

Tujuan asuhan kebidanan dalam kehamilan pada prinsipnya adalah memberikan layanan atau bantuan untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga. Kegiatan yang dilakukan di dalam pelayanan kebidanan dapat berupa upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan.

1. Tujuan utama asuhan antenatal adalah sebagai berikut:

a. Untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu.

b. Mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa.

c. Mempersiapkan kelahiran. d. Memberikan pendidikan.

2. Tujuan asuhan antenatal yang lain adalah sebagai berikut.

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu juga bayi.

(34)

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal selama kehamilan. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Sekarang ini secara umum sudah diterima bahwa setiap kehamilan membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Dari 5.600.000 wanita hamil di indonesia, sejumlah besar akan mengalami suatu komplikasi atau masalah yang bisa menjadi fatal (Hani, dkk 2010).

2.1.5. Tanda-tanda Kehamilan

Tanda-tanda keamilan adalah perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita hamil menyebabkan timbulnya perubahan

(35)

-perubahan yang menjadi tanda-tanda kehamilan. Tanda-tanda kehamilan tersebut antara lain tanda tidak pasti (presumtive sign),

tanda kemungkinan (probability sign) dan tanda pasti (positive sign)

(Hani, dkk 2010).

1. Tanda tidak pasti (presumtive sign)

Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari pengakuan atau yang di rasakan dari wanita hamil.

Tanda-tanda tidak pasti ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut: a. Amenore (berhentinya menstruasi)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenore dapat dikonfirmasi dengan memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT), dan untuk memperkirakan usia kehamilan dan taksiran persalinan. Tetapi amenore juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor pituitari dan faktor lingkungan, malnutrisi dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan.

b. Mual (nausea) dan muntah (emesis)

Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi

(36)

hari yang disebut morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampaui sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut

hiperemesis gravidarum.

c. Ngidam (sering mengingini makanan tertentu)

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian di sebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

d. Syncope (pingsan)

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu.

e. Kelelahan

Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal metabolisme pada kehamilan, yang akan meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.

f. Payudara tegang

Estrogen meningkatkan perkembangan duktus pada payudara, sedangkan progesteron menstimulasi

(37)

perkembangan sistem alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormon-hormon ini menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran puting susu serta pengeluaran colostrum.

g. Sering miksi

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang terjadi pada triwulan pertama akibat desakan uterus terhadap kandung kemih. Pada triwulan kedua biasanya keluhan ini akan berkurang karena uterus membesar keluar dari rongga panggul.

h. Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan BAB.

i. Pigmentasi kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit. Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini:

1) Sekitar pipi, cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi, hidung, pipi dan leher).

(38)

3) Dinding perut: striae lividae/gravidarum (terdapat pada seorang primigravida, warnanya membiru), striae nigra, linea alba menjadi lebih hitam (linea grisea/nigra).

4) Sekitar payudara: hiperpigmentasi areola mamae sehingga terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar montgomeri menonjol dan pembuluh darah menifes sekitar payudara.

5) Sekitar pantat dan paha atas: terdapat striae akibat pembesaran bagian tersebut.

j. Epulis

Hipertropi papilla ginggivae/gusi, sering terjadi pada triwulan pertama.

k. Varices atau penampakan pembuluh darah vena

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis, serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan.

(39)

2. Tanda kemungkinan probability sign.

Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil. Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal-hal berikut ini:

a. Pembesaran perut

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan ke empat persalinan.

b. Tanda hegar

Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri.

c. Tanda Goodel

Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir.

d. Tanda chadwicks

Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.

e. Tanda piscaseck

Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.

(40)

f. Kontraksi Braxton Hicks

Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat di amati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya, dan kekuatannya sampai mendekati persalinan.

g. Teraba Ballotement

Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat di rasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan myoma uteri.

h. Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif

Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang di produksi oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan.

3. Tanda Pasti (Positive Sign)

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukan langsung keberadaan janin, yang dapat di lihat langsung oleh pemeriksa.

(41)

Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut ini: a. Gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin ini harus dapat di raba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin baru dapat di rasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu

b. Denyut jantung janin

Dapat di dengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskope Leanec, DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu.

c. Bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini dapat di lihat lebih sempurna lagi menggunakan USG.

d. Kerangka janin

Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG. (Hani, dkk 2010).

2.1.6. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memastikan seorang wanita sedan hamil atau tidak, bukan pemeriksaan yang dilakukan pada seorang wanita ketika ia sudah

(42)

diketahui hamil. Pemeriksaan ini terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul dan pemeriksaan laboraturium (Hani, dkk 2010).

1. Anamnese

Dengan anamnesis dapat diketahui tanda-tanda berikut ini: a. Terhentinya menstruasi (amenore).

b. Mual muntah.

c. Pembesaran payudara dan pelebaran puting susu. d. Peningkatan frekuensi berkemih.

e. Kelelahan.

f. Perubahan warna pada payudara seperti menghitamnya puting serta aerola primer dan sekunder.

g. Peningkatan suhu bassal tubuh tanpa adanya infeksi h. Pengeluaran colostrum dari puting susu.

i. Salivasi berlebihan. j. Tanda chadwik.

k. Quickening (gerakan janin pertama yang dirasakan biasanya UK 16-18 minggu).

l. Pigmentasi kulit seperti cloasma, striae pada payudara dan abdomen, line nigra, jaring-jaring pembuluh darah dan palmer eritme.

2. Pemeriksaan fisik

(43)

b. Perubahan warna pada payudara.

c. Pembesaran payudara dan pelebaran puting susu. d. Pembesaran abdomen.

e. Teraba garis janin. f. Ballotemen. g. Gerakan janin. h. Bunyi jantung janin. 3. Pemeriksaan pelvis.

a. Pembesaran pelvis. b. Perubahan bentuk uterus. c. Tanda piskacek.

d. Tanda Hegar. e. Tanda goodell.

f. Teraba kontraksi braxton hicks. g. Tanda Chadwick.

4. Tes laboraturium dan pemeriksaan penunjang a. Tes kehamilan positif.

b. USG tampak keberadaan janin.

(44)

2.1.7. Tanda- Tanda Dini Bahaya Atau Komplikasi Ibu Dan Janin Masa Kehamilan

A. Tanda – tanda bahaya pada kehamilan muda 1. Hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan mual dan muntah pada kehamilan yang menetap, dengan frekuensi muntah lebih dari 5 kali dalam sehari, disertai dengan penurunan berat badan .dan dapat ,menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, kekurangan gizi bahkan kematian.

2. Perdarahan pervaginam a. Abortus

Abortus adalah berakhirnya kehamilan oleh akibat- akibat tertentu pada usia kehamilan 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup didunia luar kandungan. b. Kehamilan mola

Kehamilan mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi, hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili korealis disertai dengan degenerasi hidropik. Tandanya adalah adanya perdarahan, besar uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan, keluar jaringan mola.

(45)

c. Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri seperti di ovarium, serviks dan tuba fallopi.

3. Hipertensi gravidarum

Hipertensi dalam kehamilan berarti wanita telah menderita hipertensi sebelum hamil atau disebut preeklampsia tidak murni. Hipertensi dalam kehamilan sering dijumpai dalam klinis yang terpenting adalah menegakan diagnosis seawal mungkin.

4. Nyeri perut bagian bawah

Nyeri perut atau abdomen yang menancam jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang meskipun telah istirahat. Hal ini bisa terjadi pada kehamilan ektopik, abortus, penyakit radang pelvik, persalinan preterm, gastritis, solusio plasenta, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya (Marmi, 2011).

B. Tanda – Tanda Bahaya Pada Kehamilan Lanjut 1. Perdarahan pervaginam

a. Plasenta previa

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen

(46)

bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.

b. Solusio plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya abnormal sebelum janin lahir.

2. Keluar cairan pervaginam

Keluar cairan pervaginam adalah pecahnya membran ketuban janin secara spontan sebelum usia 37 minggu atau sebelum persalinan dimulai (Marmi, 2011).

2.2. Teori Ketuban Pecah Dini 2.2.1. Pengertian

Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Sujiyatini dkk, 2009). Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) atau ketuban pecah dini (KPD) ketuban pecah prematur (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir atau vagina sebelum proses persalinan (Feryanto, 2011). Ketuban pecah prematur adalah pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset persalinan (Feryanto, 2011). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum

(47)

inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. (Nugroho, 2010). KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Nugroho, 2010).

KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka dan kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration Distress Syndrome) (Nugroho, 2010).

2.2.2. Etiologi

Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan dapat menjadi faktor predisposisi adalah:

1. Infeksi

Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.

(48)

2. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan dan curetage).

3. Tekanan intrauterine yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion gamelli.

4. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai dengan infeksi.

5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap bagian bawah (Sujiyatini, dkk 2009).

Beberapa faktor lain etiologi KPD :

a) Faktor golongan darah akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.

b) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu. c) Faktor multi gravitas, merokok dan perdarahan antepartum. d) Defisisensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin c)

(49)

Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan berkaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran kelahiran prematur merokok dan perdarahan selama kehamilan Beberapa faktor resiko dari KPD:

1. Inkompetensi serviks (leher rahim) 2. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih) 3. Riwayat KPD sebelumnya.

4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban. 5. Kehamilan kembar.

6. Trauma.

7. Serviks (leher rahim) yang pendek (< 25 mm) pada usia kehamilan 23 minggu.

8. Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis. 2.2.3. Tanda Dan Gejala

1. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.

2. Aroma air ketuban berbau manis, dan tidak berbau seperti amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris merah darah.

3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.

(50)

4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda tanda infeksi yang terjadi (Nugroho, 2010).

2.2.4. Diagnosa Kebidanan

Menegakan diagnosa KPD secara tepat dan penting karena diagnosa yang positif palsu berarti melakukan interfensi seperti melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negative palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat (Sujiyatini dkk, 2009).

Diagnosa KPD ditegakan dengan cara: 1. Anamnesa

Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan caran yang banyak secara tiba –tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut his belum teratur atau belum ada dan belum ada pengeluaran lendir darah.

2. Inspeksi

Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.

(51)

3. Pemeriksaan dengan speculum.

Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari ostium uteri eksternum, kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk atau mengejan atau mengadakan manuvover valsava, atau bagian terendah digoyangkan akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.

4. Pemeriksaan dalam

a. Didapat cairan didalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi

b. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan, yang belum dalam persalinan tidak perlu di adakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi pathogen.

c. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin. (Sujiyatini dkk, 2009).

(52)

2.2.5. Pemeriksan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna konsentrasi bau dan pHnya.

b. Cairan yang keluar dari dalam vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine atau secret vagina air.

c. Sekret vagina ibu hamil pH “4-5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna tetap kuning.

d. Tes Lakmus (tes nitrazin) jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.

e. Mikroskopik (tes pakis) dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan di biarkan kering. Pemeriksaan miroskopis menunjukan gambaran daun pakis (Nugroho, 2010).

2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

a. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.

b. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion. Walaupun pendekatan dengan diagnosis KPD yang cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD

(53)

sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana (Nugroho, 2010).

2.2.6. Komplikasi

Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah:

1. Prognosis ibu

a. Infeksi intrapartal /dalam persalinan.

Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas.

b. Infeksi puerperalis / masa nifas. c. Dri labour/ partus lama.

d. Perdarahan postpartum

e. Meningkatkan tindakan operatif obstetric (khususnya sc) f. Morbiditas dan mortalitas maternal (Marmi, 2010).

2. Prognosis janin a. Prematuritas

Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur diantaranya adalah respiratory distress syndrome, hypothermia, neonatal feeding problem.

(54)

c. Hipoksia dan asfeksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi). Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, partus lama, apgar skore rendah, perdarahan intracranial.

d. Sindrom deformitas janin

e. Terjadi akibat oligohidramnion. Diantaranya terjadi hipoplasia paru, deformitas ekstermitas dan pertumbuhan janin terhambat.

f. Morbiditas dan mortalitas perinatal (Marmi, 2010). 2.2.7. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya. Penatalaksaan KPD masih dilema bagi sebagian besar ahli kebidanan, selama masih dilema bagi sebagian besar ahli kebidanan, selama masih beberapa masalah yang masih belum terjawab. Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mungkin mengakhiri kehamilan akan menaikan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikan insidens chorioamniotis.

Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberikan kematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi

(55)

yang akan memperjelek prognosis janin. Penatalaksanaan KPD tergantung pada umum kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera di lakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umu kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan perlu evaluasi hati- hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru - paru sudah matang chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya periode laten. Kebanyakan penulis sepakat mengambil dua faktor yang harus di pertimbangkan dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap penderita KPD yaitu umur kehamilan dan ada tidaknya infeksi pada ibu (Sujiyatini dkk, 2009).

1. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (>37 minggu) Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dengan durasi KPD keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan tersebut periode latent. Makin muda umur kehamilan makin memanjang. Pada hakekatnya kulit ketuban

(56)

yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda- tanda persalinan maka lakukan induksi persalinan, dan bila gagal lakukan bedah Caesar.

Pemberian antibiotiik profilakisis dapat memberikan infeksi pada ibu. Walaupun antibiotic tidak berfaedah terhadap janin dalam uterus namun pencegahan terhadap chorioamnitis lebih penting dari pada pengobatannya sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan setelah diagnosis KPD ditegakan dengan pertimbangan: tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa penulis menyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten. Durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi.

Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan komplikasinya. Pengawasan

(57)

yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his yang terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat) (Sujiyatini dkk, 2009).

2. Penatalaksanaan kehamilan preterm (<37 minggu).

Pada kasus - kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak dijumpai dengan tanda - tanda infeksi pengelolaannya bersifat konservatif disertai dengan pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilakis. Penderita baru dirawat dirumah sakit ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tokolitic Agent di berikan juga tujuan menunda proses persalinan.

Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada penderita KPD dengan kehamilan kurang bulan agar tercapainya kematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda- tanda infeksi, maka dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan.

Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi- komplikasi yang kadang- kadang

(58)

tidak ringan. Komplikasi- komplikasi yang dapat terjadi janin sampai mati, emboli air ketuban.

Kegagalan induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedah Caesar. Seperti dengan pengelolaan KPD yang cukup bulan, tindakan bedah Caesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogianya ada indikasi obstertrik yang lain, misalnya kelainan letak, janin partus tidak maju.

Selain komplikasi – komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatakan pengelolaan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi intrauterine.

Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari pemeriksaan tanda-tanda vital terutama temperature setiap 4 jam, pengawasan denyut jantung janin, pemberian antibiotic ditegakan dan selanjutnya setiap 6 jam.

Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah di laporkan secara pasti dapat menurunkan RDS. The National Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intramnion. Sediaan terdiri

(59)

atas betametason 2 dosis masing masing 12 mg I.M, tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing masing 6 mg setiap 12 jam (Sujiyatini dkk, 2009).

2.2.8. Pencegahan

Beberapa pencegahan dapat dilakukan namun belum ada yang terbukti cukup efektif mengurangi aktifitas atau istrirahat pada akhir triwulan kedua atau awal triwulan ketiga dianjurkan (Sujiyatini dkk, 2009).

2.3. Teori Prolaps Tali Pusat

2.3.1. Pengertian Prolaps Tali Pusat

Prolaps tali pusat adalah keadaan tali pusat ada disamping atau di bawah bagian terendah janin. Prolaps tali pusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi kurang dari 1 per 200 kelahiran, tetapi dapat mengakibatkan tingginya kematian janin. Oleh karena itu diperlukan keputusan yang matang dan pengelolaan segera (Prawirohardjo, 2010).

Tali pusat menumbung atau prolaps tali pusat atau prolaps funikuli adalah peristiwa turunnya tali pusat kedalam vagina sehingga berada didepan persenting part. Prolaps ini dapat terjadi kapan saja ketika membran pecah khususnya jika presenting part belum masuk dengan pas kedalam serviks. Prolaps tali pusat merupakan keadaan emergensi yang memerlukan tindakan segera untuk menyelamatkan janin tali pusat dapat terkompresi diantara

(60)

janin dan serviks atau pelvis ibu dan dengan demikian akan mengganggu perfusi fetoplasental (Lockhart, 2014).

2.3.2. Etiologi Prolaps Tali Pusat 1. Etiologi fetal

a. Presentasi abnormal.

Presentasi abnormal terdapat pada hampir setengah kasus-kasus tali pusat menumbung. Oleh karena 95 % presentasi kepala, sebagian besar tali pusat menumbung terjadi pada presentasi kepala. Meskipun demikian insidensi relative yang paling tinggi berturut-turut adalah sebagai berikut letak lintang, presentasi bokong, terutama, bokong kaki, dan presentasi kepala.

b. Prematuritas.

Dua faktor memainkan peranan dalam kegagalan untuk mengisi PAP, bagian terbawah yang kecil dan seringnya kedudukan abnormal pada persalinan permatur kematian janin tinggi. Salah satu penyebabnya adalah karena bayi yang kecil tidak tahan terhadap trauma dan anoksia. Sebab yang lain adalah keengganan melakukan operasi besar pada ibu jika kemungkinan untuk menyelamatkan bayinya hampir tidak ada.

(61)

c. Kehamilan ganda.

Faktor- faktor yang berpengaruh disini meliputi gangguan adaptasi frekuensi persalinan abnormal yang lebih besar,insidensi hidramnion yang tinggi dan pecahnya ketuban.

d. Hidramnion.

Ketika ketuban pecah sejumlah besar cairan mengalir keluar dari tali pusat hanyut kebawah (Oxorn, 2010).

2. Etiologi maternal dan Obstetrik a. Disproporsi kepala panggul

Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak dapat turun dan pecahnya ketuban diikuti tali pusat menumbung.

b. Bagian terendah yang tinggi

Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi meskipun panggul normal, terutama pada multipara. Bila pada saat ini ketuban pecah maka tali pusat dapat turun kebawah (Oxorn, 2010).

3. Etiologi tali pusat dan plasenta a. Tali pusat yang panjang

Semakin panjang tali pusat maka semakin muah menumbung.

(62)

b. Plasenta letak rendah

Jika plasenta terletak dekat cerviks maka ia akan menghalangi penurunan bagian terendah. Disamping itu insersi tali pusat lebih dekat cerviks. (Oxorn, 2010).

4. Etiologi iatrogenic

Sepertiga kali tali pusat menumbung terjadi selama tindakan obstetric.

a. Pemecahan ketuban secara artificial

Bila kepala masih tinggi, atau bila tali pusat abnormal makan pemecahan ketuban dapat diikuti dengan tali pusat menumbung.

b. Pembebasan kepala Dari PAP

Kepala di naikan ke atas panggul untuk mempermudah putaran paksi.

c. Fleksi kepala yang semula dalam keadaan ekstensi d. Versi ektraksi (Oxorn, 2010).

e. Ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2010). 2.3.3. Patofisiologi prolaps tali pusat

Tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir akan mengurangi sirkulasi plasenta. Bila tidak dikoreksi, komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian janin.

Obstruksi yang lengkap dari tali pusat menyebabkan dengan segera berkurangnya detak jantung janin (deselarasi variabel). Bila

(63)

obstruksinya hilang dengan cepat, detak jantung janin akan kembali normal. Akan tetapi bila obstruksinya menetap terjadilah deselarasi yang dilanjutkan dengan hipoksia langsung terhadap moikard sehingga mengakibatkan deselerasi yang lama .Bila dibiarkan terjadi kematian janin.

Seandainya obstruksinya sebagian akan menyebabkan akselerasi detak jantung. Penutupan vena umbilikalis mendahului penutupan arteri yang menghasilkan hipovolemi janin dan mengakibatkan akselerasi jantung janin. Gangguan aliran darah yang lama melalui tali pusat menghasilkan asidosis respiratoir dan metabolic yang berat, berkurangnya oksigenasi janin, bradikardia yang menetap dan akhirnya kematian janin. Prolaps tali pusat tidak berpengaruh langsung pada kehamilan atau jalannya persalinan (Prawirohardjo, 2010).

2.3.4. Diagnosis

Diagnosis prolaps tali pusat dapat melibatkan beberapa cara: 1. Melihat tali pusat keluar dari introitus vagina.

2. Teraba tali pusat pada waktu pemeriksaan dalam.

3. Auskultasi terdengar jantung yang ireguler, sering dengan bradikardi yang jelas, terutama berhubungan dengan kontraksi uterus.

4. Monitoring denyut jantung yang berkesinambungan memperlihatkan adanya deselerasi variable.

(64)

5. Tekanan pada bagian terendah janin oleh manipulasi eketerna terhadap pintu atas panggul menyebabkan menurunnya detak jantung secara tiba-tiba yang menandakan kompresi tali pusat (Prawirohardjo, 2010).

2.3.5. Penanganan Prolaps Tali Pusat

Tali pusat menumbung dibiarkan dan persalinan diteruskan dalam kedaan –kedaan sebagai berikut :

1. Bila janin meninggal.

2. Bila janin diketahui abnormal.

3. Bila janin masih sangat prematur sehingga tidak ada harapan untuk dapat hidup. Tidak ada gunanya memberikan resiko kepada ibu.

Usaha- usaha untuk mengurangi kompresi tali pusat dan memperbaiki keadaan janin adalah sebagai berikut:

1. Penolong memasukan satu tangan kedalam vagina dan mendorong bagian terendah keatas menjauhi tali pusat. Pada waktu yang bersamaan dilakukan persiapan untuk menolong persalinan.

2. Pasien diletakan dengan sikap lutut dada atau trendelenburg, dengan pingggul atas dan kepala di bawah.

3. Diberikan oksigen dan masker kepada ibu. 4. Denyut jantung janin diperiksa dengan teliti.

(65)

5. Dilakukan pemeriksaan vaginal untuk menentukan presentasi, pembukaan serviks, turunnya bagian terendah dan keadaan tali pusat.

Jika pembukaan sudah lengkap dilakukan usaha usaha pelbagai presentasi sebagai berikut :

1. Presentasi kepala, kepala terendah di dalam panggul, ekrtaksi dengan forceps.

2. Presentasi kepala, kepala tinggi, versi ektraksi. Cara ini mengandung baya terjadinya rupture uteri tetapi oleh karena ini merupakan usaha dalam keadaan putus asa untuk menyelamatkan anak maka risiko harus di ambil.

3. Presentasi bokong: kedua kaki diturunkan dan bayi di lahirkan sebagai presentasi bokong kaki secepat mungkin.

4. Letak lintang: versi dalam menjadi presentasi kaki di lakukan ekstraksi.

Jika pembukaan belum lengkap dilakukan usaha-usaha sebagai berikut:

1. Sectio caesarea merupakan pilihan utama selama bayinya cukup bulan dan dalam keadaan baik. Nasib bayi pada section sesarea jauh lebih baik di banding kelahiran dengan cara yang lain. Bahaya untuk ibu juga sangat kurang di banding dengan melahirkan bayi secara paksa pada pembukaan belum lengkap.

(66)

Sementara dilakukan persiapan operasi diadakan usaha-usaha untuk mengurangi kompresi tali pusat seperti di atas.

2. Reposisi tali pusat dan dicoba, jika tidak dapat dikerjakan sectio caesarea. Tali pusat di bawa ke atas kedalam panggul uterus, sedang bagian terendah janin di dorong kebawah uterus masuk pangul kemudian di tahan. Kadang –kadang reposisi tali pusat berhasil tetapi umumnya kita kehilangan banyak waktu yang berharga pada waktu melakukannya.

3. Jika usaha ini tidak berhasil, pasien dipertahankan dalam posisi trendelenburg dengan harapan tali pusat tidak tertekan sehingga bayi tetap dapat hidup sampai pembukaan menjadi cukup lebar untuk memungkinkan lahirnya bayi.

4. Dilatasi serviks secara manual, insisi cervik, dan cara-cara lain untuk memaksakan pembukaan scerviks tidak akan pernah dapat diterima. Keberhasilannya kecil sedang risiko untuk ibu besar (Oxorn, 2010).

Penanganan Prolapus Tali Pusat Menurut Lokasi / Tingkat Penilaian (Prawirohardjo, 2006)

(67)

Polindes  Lakukan periksa dalam jika ketuban sudah pecah dan bagian bawah janin belum turun

 Jika teraba tali pusat, pastikan tali pusat masih berdenyut atau tidak dengan meletakan tali pusat di antara kedua jari.  Lakukan reposisi tali pusat. Jika berhasil

usahakan bagian terbawah janin memasuki rongga panggul dengan menekan fundus uteri dan usahakan dengan segera persalinan pervaginam  Suntikan terbutalin 0,25 mg subkutan  Dorong ke atas bagian terbawah janin

dan segera rujuk ke puskesmas atau langsung kerumah sakit

Puskemas  Lakukan periksa dalam jika ketuban sudah pecah dan bagian bawah janin belum turun

 Jika teraba tali pusat , pastikan tali pusat  meletakan tali pusat di antara kedua jari.  Lakukan reposisi tali pusat. Jika berhasil

usahakan bagian terbawah janin memasuki rongga panggul dengan menekan fundus uteri dan usahakan dengan segera persalinan pervaginam  Suntikan terbutalin 0,25 mg subkutan  Dorong ke atas bagian terbawah janin

dan segera rujuk kerumah sakit

Rumah sakit  Lakukan evaluasi / penanganan seperti diatas

 Jika persalinan pervaginam tidak mungkin terjadi segara lakukan seksio sesarea

(68)

2.4. Konsep Dasar Seksio Sesarea 2.4.1. Pengertian.

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn, 2010).

Sc adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan beratdi atas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Prawirohardjo, 2009).

2.4.2. Jenis - Jenis Seksio Saserea.

Ada beberapa jenis seksio saserea yang dikenal menurut (Mochtar, R 1998).

A. Abdomen (Seksio Sesarea Abdominalis). 1. Seksio sesarea transperitonealis

1) Seksio sesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri.

2) Seksio sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.

2. Seksio Sesarea Ekstraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.

B. Vagina (Seksio Sesarea Vaginalis)

Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesarea dapat dilakukan sebagai berikut :

(69)

2. Sayatan melintang (transversal) menurut kerr. 3. Sayatan huruf T (T-incision).

1) Seksio Sesarea Klasik (Korporal).

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.

Kelebihan:

 Mengeluarkan janin lebih cepat.

 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.

 Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal. Kekurangan:

 Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik.

 Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.

2) Seksio Sesarea Ismika (Profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang – konkaf pada segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira -kira 10 cm.

Kelebihan :

 Penjahitan luka muda.

Gambar

Gambar 3.2 Kerangka kerja penelitian studi kasus ibu primigravida  dengan KPD dan Prolaps Tali Pusat

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Untuk mempelajari dan memahami asuhan kebidanan pada kasus ibu nifas dengan atonia uteri di RSUD Karanganyar secara komprehensif. Metode: Observasional deskriptif

Tujuan untuk mempelajari dan memahami asuhan kebidanan pada kasus retensio sisa plasenta di RSUD Kota Surakarta secara komprehensifx. Metode : Observasional

Tujuan penulisan studi kasus ini adalah mempelajari dan memahami penerapan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan plasenta previa totalis.. Metode penulisan studi kasus ini

Tujuan penyusunan studi kasus ini adalah untuk mempelajari dan memahami proses asuhan kebidanan pada akseptor MOW menggunakan manajemen kebidanan Varney.. Jenis penelitian

Tujuan untuk mempelajari dan memahami Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin dengan Induksi atas indikasi Ketuban Pecah Dini di RSUD Sukoharjo secara

Tujuan untuk mempelajari dan memahami asuhan kebidanan pada kasus bayi baru lahir dengan makrosomia di RSUD Pandan Arang secara komprehensif.. Metode :Observasional

Jenis penelitian adalah studi kasus asuhan kebidanan komprehensif di Puskesmas Silawan, dilakukan dengan menggunakan metode studi penelaahan kasus yang terdiri

Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas dengan menggunakan Manajemen Asuhan Kebidanan 7