• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI KONAWE UTARA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LAMPIRAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA

NOMOR 6 TAHUN 2016

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

(RPJMD)

KABUPATEN KONAWE UTARA

2016 - 2021

BAB IV

ANALISIS ISU – ISU STRATEGIS

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

(BAPPEDA)

KABUPATEN KONAWE UTARA

2016

(2)

4 - 1

BAB IV

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

4.1 Permasalahan Pembangunan

Permasalahan pembangunan dan isu strategis serta visi dan misi yang dirumuskan merupakan langkah untuk mencapai sasaran utama pembangunan jangka menengah yang didukung dengan arah kebijakan pembangunan daerah. Pembangunan jangka menengah daerah dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan yang didalam implementasinya dapat diartikan sebagai sebuah perubahan tingkat kesejahteraan yang dilaksanakan secara sengaja dan terukur. Perencanaan pembangunan daerah diharapkan nantinya mampu menepis ketidakpastian dalam proses perubahan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut, oleh karena itu hakikat perencanaan itu adalah memperkecil peluang munculnya ketidakpastian.

Secara umum, perencanaan merupakan upaya manusia meminimalkan ketidakpastian dan perencanaan yang ideal adalah langkah-langkah yang dilakukakan manusia agar ketidakpastian semakin dekat dalam kehidupan manusia. Salah satu langkah untuk mewujudkan perencanaan yang ideal sebagai dasar utama dalam perumusan visi dan misi pembangungan jangka menengah daerah yakni perlu merumuskan dan mengidentifikasi isu-isu strategis dan permasalahan-permasalahan pembangunan yang secara eksisting terjadi.

Analisis permasalahan pembangunan daerah dan isu-isu strategis daerah merupakan salah satu bagian terpenting, sehingga didalam penyajian analisis ini akan menjelaskan butir-butir penting isu-isu strategis yang akan dihadapi dalam pembangunan daerah dalam 5 (lima) tahun mendatang.

Penyajian atas analisis permasalahan pembangunan daerah dan isu-isu strategis dimaksudkan agar menjadi input bagi perumusan tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan yang bersifat prioritas sesuai dengan visi misi Bupati dan Wakil Bupati Terpilih. Analisis permasalahan pembangunan daerah dikategorikan menjadi 9 (sembilan) kelompok analisis. Selanjutnya dilakukan analisis singkat atas aspek strategis yang berasal dari luar daerah yang berpengaruh kepada proses pembangunan di Kabupaten Konawe Utara. Terakhir, disajikan strategi umum yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan yang diharapkan.

(3)

4 - 2 4.1.1 Kesejahteraan Masyarakat

Sebagaimana pembahasan pada bab II sebelumnya, tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Konawe Utara hingga saat ini masih relatif rendah dalam kurun waktu lima tahun yakni tahun 2011 hingga 2015. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya rata-rata pendapatan perkapita (lihat tabel 2.13), masih tingginya proporsi penduduk miskin (lihat tabel 2.21) dan rendahnya angka Indeks Pembangunan Manusia (lihat tabel 2.20). Implikasi dari rendahnya kesejahteraan itu adalah kehidupan bidang sosial lain menjadi terbatas dan kurang berkembang. Hal ini dapat diamati dari rendahnya kegiatan kepemudaan (lihat tabel 2.49), budaya (lihat analisis 2.3.1.14), pendidikan (lihat analisis 2.3.1.1), dan kesehatan (lihat tabel 2.27) yang dicapai.

Kesejahteraan merupakan indikator komposit yang mengandung banyak aspek dan demikian pula dengan faktor yang menjadi penyebabnya. Di Kabupaten Konawe Utara, rendahnya kesejahteraan tersebut ditemukan terkait dengan beberapa aspek penting, yakni produktivitas sektor pertanian yang belum optimal, aspek ketenagakerjaan yang rendah, lapangan kerja yang terbatas, juga aspek pemasaran produk dan infrastruktur penunjang yang terbatas.

Secara umum, Kabupaten Konawe Utara merupakan daerah yang sangat potensial dalam bidang pertanian dan secara khusus di sub sektor tanaman bahan pangan dan perikanan. Namun demikian, potensi itu belum dikelola dengan baik sehingga produktivitas yang dihasilkan masih rendah. Kondisi ini masih ditambah dengan belum berkembangnya sistim pemasaran pertanian dan hasil perkebunan, yang semua itu membawa dampak pada rendahnya penghasilan penduduk yang bekerja di sektor pertanian dalam arti luas. Padahal, sebagian besar penduduk Konawe Utara hidup dari sektor pertanian (lihat tabel 2.8).

Kurang tergarapnya potensi pada sektor pertanian itu salah satunya disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia yang terbatas. Dari aspek pendidikan formal, capaian kinerja pendidikan Kabupaten Konawe Utara sesungguhnya sudah dapat dikatakan baik, akan tetapi dari segi kualitas masih relatif rendah. Sebagai gambaran, hampir 90 persen Aparatur Sipil Negara di Kabupaten Konawe Utara masih berasal dari luar daerah dan bahkan berdomisili di luar Kabupaten Konawe Utara, adalah salah satu indikasi bahwa belum tersedia sumber daya manusia yang memadai di daerah ini.

(4)

4 - 3 Penyebab lain dari kurang tergarapnya potensi pertanian yang ada adalah pasar yang masih terbatas. Pasar produk pertanian hanya di Kabupaten Konawe Utara, sementara kesejahteraan (daya beli) penduduk Kabupaten Konawe Utara masih relatif rendah, akibatnya berpengaruh pada harga jual produk yang juga relatif rendah. Sementara pemasaran ke luar daerah terkendala berbagai aspek, mulai dari transportasi yang terbatas hingga pengolahan produk yang belum dilakukan. Aspek lain yang menjadi penyebab dari rendahnya kesejahteraan di Kabupaten Kabupaten Utara adalah kurangnya lapangan kerja yang tersedia. Hal ini berkaitan dengan rendahnya tingkat investasi yang terjadi (lihat analisis iklim investasi dan daya saing). Kurangnya lapangan pekerjaan berdampak langsung pada penghasilan yang menjadi komponen penting untuk mendeteksi tingkat kesejahteraan.

Gambar 4.1.

Analisis Permasalahan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Utara

Berdasarkan analisis yang ditunjukkan pada gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa isu strategis pertama yang dihadapi oleh Kabupaten Konawe Utara adalah rendahnya kesejahteraan yang disebabkan oleh belum optimalnya potensi sumberdaya alam terbesar (pertanian dalam arti luas) dan sumberdaya mineral yang ada, sebagai akibat dari jaringan pasar yang kurang dan redahnya kualitas SDM secara umum. Hal ini masih dipersulit dengan terbatasnya lapangan pekerjaan di luar pertanian, yang kesemuanya bermuara pada rendahnya kesejahteraan masyarakat masyarakat di Kabupaten Konawe Utara.

Akar Permasalahan Inti Permasalahan Dampak

Produktifitas Sektor Pertanian Belum Optimal Tingkat Pendidikan Masih

Rendah Kurang Tersedianya

Lapangan Kerja Kurangnya Sarana dan

Prasarana Penunjang Ekonomi Sosial Masyarakat Rendahnya Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan Masyarakat Kurang Berkembang

(5)

4 - 4 4.1.2 Infrastruktur (Pekerjaan Umum dan Perhubungan)

Indikator tingkat kesejahteraan lainnya adalah infrastruktur. Di Kabupaten Konawe Utara Infrastruktur penunjang pembangunan ekonomi maupun sosial dan budaya yang masih relatif terbatas (lihat analisis 2.3.1.3). Hal tersebut dapat dilihat dengan kondisi infrastruktur jalan di Kabupaten Konawe Utara yang berstatus jalan kabupaten masih terdapat jalan dengan kondisi rusak yakni sepanjang 141,25 km, kondisi rusak sedang 119,76 km dan kondisi baik sepanjang 438,54 km. Begitupula kondisi infrastruktur jembatan yang kualitasya masih relatif rendah dimana masih terdapat jembatan kayu dengan kondisi rusak berat sebanyak 3 buah dan kondisi rusak sedang sebanyak 2 buah. Sedangkan jembatan semi permanen dengan kondisi rusak berat sebanyak 2 buah dan kondisi rusak sedang sebanyak 1 buah.

Wilayah Kabupaten Konawe Utara berada di jalur Lintas Timur Sulawesi (Trans-Sulawesi), namun demikian jalan menuju kecamatan ataupun pusat pusat produksi, terutama pertanian, perkebunan dan perikanan masih sangat terbatas. Akibatnya, sarana trasportasi umum belum berkembang baik dari jumlah armada angkutan darat maupun terminal angkutan darat yang belum optimal. Jumlah angkutan darat yang ada di Kabupaten konawe utara hanya berjumlah 71 unit sedangkan jumlah terminal hanya terdapat 1 unit. Permasalahan transportasi khususnya transportasi darat merupakan permasalahan yang sangat kompleks, karena transportasi merupakan suatu sistem yang saling berkaitan, maka satu masalah yang timbul disatu unit ataupun satu jaringan akan mempengaruhi sitem tersebut. Hasil akhir dari semua ini dari sisi ekonomi adalah tidak/kurang berharganya produk yang telah dihasilkan karena tidak dapat dengan cepat sampai ditangan konsumen.

Gambar 4.2.

Analisis Permasalahan Infrastruktur Kabupaten Utara

Akar Permasalahan Inti Permasalahan Dampak

Kondisi Infrastruktur Belum Memadai Minimnya Sarana

Transportasi Kurang Optimalnya Terminal Angukutan Darat

Terbatasnya Akses Ke Pusat-pusat

Produksi

Pemasaran Hasil Produsi Pertanian yang Belum Optimal

(6)

4 - 5 4.1.3 Pendidikan

Sejalan dengan permasalahan kesejahteraan sosial masyarakat, kinerja pendidikan formal di Kabupaten Konawe Utara juga kurang optimal dimana angka rata-rata angka melek huruf Kabupaten Konawe Utara tahun 2016 mencapai diatas 90 persen, rata-rata lama sekolah 8,34 persen, serta Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni (lihat analisis 2.2.2). Tentu saja implikasi dari kurang otimalnya capian kinerja pendidikan yang akan berdampak luas pada indikator komposit kesejahteraan, yakni IPM. Kurang otimalnya kinerja pendidikan formal berkaitan dengan beberapa aspek, baik dari sisi pemerintah maupun dari sisi masyarakat. Dari sisi masyarakat, kesadaran akan pentingnya pendidikan masih relatif rendah, hal ini dapat dilihat pada angka partisipasi sekolah yang cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun dan bervariasi antar kecamatan.

Aspek penting lain pembentuk pendidikan yang berkualitas adalah sarana sekolah dan guru. Pada kedua aspek ini, di wilayah Kabupaten Konawe Utara menunjukan kinerja yang relatif kurang baik. Rasio guru murid mungkin sudah cukup baik walau belum yang terbaik, namun kualitas guru masih relatif terbatas. Sejalan dengan ketersediaan guru, ketersediaan sarana sekolah di daerah ini juga relatif lebih terbatas dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Sulawesi Tenggara.

Ketika persoalan jumlah terpenuhi, wilayah ini masih terkendala oleh aksesibilitas yang rendah. Wilayah geografis yang luas dengan pemukiman yang berpencar sangat menyulitkan pengadaan sarana sekolah yang memadai untuk setiap murid atau siswa sekolah, sehingga untuk menjangkau sarana sekolah murid harus menempuh jarak yang cukup jauh dan ketersediaan sarana transportasi umum yang masih sangat minim. Murid sekolah hanya mengandalkan tumpangan kendaraan pribadi masyarakat yang melintas.

Secara singkat, permasalahan aspek pendidikan di Kabupaten Konawe Utara dikemukakan pada Gambar 4.3. Dari analisis permasalahan yang dilakukan, terlihat bahwa mengikuti indikator kinerja pendidikan formal, maka kinerja pendidikan di Kabupaten Utara telah cukup baik.Namun demikian, analisis lebih mendalam atas aspek pendidikan terkait dengan kebutuhkan untuk pengembangan ekonomi lokal belum tersentuh. Misalnya, belum dapat dilakukan analisis yang cukup memadai untuk menilai apakah jenis sekolah yang ada (SD, SMP dan SMA) telah memadai, apakah mungkin diperlukan pendidikan

(7)

4 - 6 menengah kejuruan sesuai potensi yang ada di wilayah ini, misalnya SMK yang terkait dengan pengembangan kelautan dan pertambangan.

Gambar 4.3.

Analisis Permasalahan Pendidikan Formal Kabupaten Konawe Utara

4.1.4 Kesehatan

Permasalahan kesehatan Kabupaten Konawe Utara yang dideteksi dari tiga indikator, yakni angka kematian ibu, angka kematian bayi dan balita serta angka gizi buruk, masih menujukkan kinerja yang belum cukup baik (lihat Analisis 2.3.1.2). Hal tersebut ditunjukkan dengan masih terdapatnya Angka Kematian Ibu Melahirkan yaitu sebanyak 3 kasus, dan Angka Kematian Bayi sebanyak 6 kasus. Kinerja kesehatan yang belum cukup baik itu disebabkan oleh beberapa aspek penting, yakni SDM kesehatan, prasarana dan aspek masyarakat.

Sumber daya kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, bidan, sampai tenaga administrasi dan tenaga penyuluh kesehatan adalah ujung tombak sukses tidaknya pembangunan kesehatan. Dari data yang tersaji dari analisis pada bab II, terdeteksi bahwa jumlah tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Konawe Utara masih sangat kurang dibanding jumlah standar yang seharusnya tersedia.

Akar Permasalahan Inti Permasalahan Dampak

Rendahnya Kesadaran Masyarakat akan Pendidikan Aksesibilitas Menuju Fasilitas Pendidikan Minimnya Fasilitas Sekolah Rendahnya Pendidikan

Anak Usia Dini

Kualitas Pendidikan

Rendah IPM Rendah

Rasio Kebutuhan Guru Belum Merata Kompetensi SDM yang

(8)

4 - 7 Bidan sebagai tenaga paramedis yang sangat dapat diandalkan jumlahnya hanya setengah dari rasio ideal, apalagi dokter yang hanya seperempatnya. Tenaga perawat yang ada memang telah melebihi rasio ideal, tetapi tanaga perawat adalah tenaga medis yang secara kontinyu melayani masyarakat dalam melakukan perawatan di rumah sakit, puskesmas dan pelayanan kesehatan lainnya.

Dari jumlah tenaga medis yang ada, dinilai jumlahnya telah tercukupi, namun dari aspek jangkauan dan kualitas masih rendah. Puskesmas maupun Puskesdes yang ada belum sesuai dengan standar yang ideal. Akses yang rendah dari masyarakat tentu terkait penting dengan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang belum memadai. Sementara itu, Posyandu sebagai sarana kesehatan promotif dan preventif yang sangat dekat dengan masyarakat juga belum memiliki kinerja seperti yang seharusnya (idealnya).

Pada sisi lain, masyarakat sebagai pelaku utama kesehatan belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai pentingnya menjaga kesehatan dan mencegah orang untuk menjadi sakit. Pengetahuan yang terbatas itu ketika berhadapan dengan permasalah penyakit, baik degeneratif maupun infeksi, tidak segera mengetahui tanda maupun cara pencegahannya. Pada sisi lain, penyakit tersebut memiliki jangka waktu yang relatif pendek untuk diselamatkan ketika terjadi. Itulah sebabnya angka kematian cukup tinggi, padahal ini dapat dicegah jika pengetahuan masyarakat, terutama ibu, lebih baik. Pengetahuan yang kurang memang menjadi lingkaran setan karena disebabkan kondisi kemiskinan yang dialami.

Gambar 4.4.

Analisis Permasalahan Kesehatan Kabupaten Konawe Utara

Akar Permasalahan Inti Permasalahan Dampak

Rasio Tenaga Medis Kurang Merata Aksesibilitas Menuju

Fasilitas Kesehatan Tingkat Penegetahuan

Masyarakat Akan Kesehatan Masih Rendah

Derajat Kesehatan

(9)

4 - 8 4.1.5 Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup merupakan salah satu komponen penting dalam perencanaan pembangunan karena dalam proses pembangunan, lingkungan hidup ditempatkan sebagain input yang meliputi kehutanan, pertambangan dan energi, perumahan dan tata ruang. Kondisi lingkungan hidup di Kabupaten Konawe Utara mulai mengalami penurunan. Dalam musim penghujan kerap terjadi banjir dan tanah longsor akibat tingginya jumlah lahan kritis dan kerusakan kawasan hutan merupakan penyebab terjadinya bencana dan turunnya kualitas lingkungan.

Turunnya kualitas lingkungan sebagai akibat dari alih fungsi lahan yang dilakukan dalam rangka pertambahan penduduk dan pembangunan ekonomi. Namun tidak setiap alih fungsi lahan dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup, asalkan tetap memperhatikan aspek lingkungan yang dapat menyebabkan penurunanan kualitas lingkungan.

Jika ditinjau dari sektor pertambangan, sektor tersebut biasanya ditempatkan sebagai musuh lingkungan hidup, namun pada hakekatnya kedua sektor tersebut dapat hidup berdampingan guna menunjang kesejahteraan masyarakat asalkan prosesnya dilakukan secara baik dengan selalu memperhatikan aspek lingkungan hidup agar tidak terjadi bencana banjir dan tanah longsor. Untuk itu fungsi pengawasan perlu dioptimalkan, mulai dari perizinan hingga tahap pengolahan.

Masyarakat di Kabupaten Konawe Utara saat ini masih ada sebagian yang bergantungkan hidupnya pada hasil hutan sebagai penunjang ekonomi masyarakat, walaupun berdasarkan analisis pada bab II sebelumnya, sebagian besar masyarakat bekerja pada sektor pertanian, perikanan dan perkebunan. Kurangnya lapangan kerja yang tersedia menjadi penyebab dari hal tersebut. Jika hal ini terus menerus dibiarkan maka kerusakan lingkungan di Kabupaten Konawe Utara tidak dapat dihindari. Pemanfaatan hutan tanpa izin sangat jelas menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan, sebab selain menyebabkan terjadinya pengambilan sumberdaya hutan secara berlebihan (melebihi kapasitas dan daya dukungnya) juga memiliki potensi konflik antar masyarakat.

Penurunan kualitas lingkungan hidup selain yang disebutkan sebelumnya, hal yang terpenting lainnya adalah masalah persampahan. Sampah menjadi hal yang biasanya kurang diperhatikan didaerah yang memiliki jumlah penduduk sedikit. Namun ketika jumlah penduduk yang tiap tahun mengalami peningkatan

(10)

4 - 9 yang diikuti dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat, maka volume sampah yang dihasilkan pun akan semakin besar yang semula hanya bersifat sampah organik menjadi sampah anorganik. Hingga saat ini di Kabupaten Konawe Utara belum memiliki tempat pembuangan sampah sementara dan tempat pembungan sampah akhir, sehingga perilaku masyarakat tidak punya pilihan selain membuang sampah di sungai, selokan dan sebagainya.

Mengakomodasi pertambahan penduduk dan pembangunan wilayah Kabupaten Konawe Utara dikaitkan dengan aspek lingkungan, maka dalam pengelolaanya semestinya mendapat perhatian penting baik dari masyarakat itu sendiri maupun pemerintah setempat. Optimalisasi fungsi kawasan yang telah disebutkan dalam RTRW Kabupaten Konawe Utara sangat diperlukan agar manajemen kawasan yang dihuni oleh masyarakat dapat termanfaatkan dengan baik.

Gambar 4.5.

Analisis Permasalahan Lingkungan Hidup Kabupaten Konawe Utara

4.1.6 Sosial

Permasalahan dalam bidang sosial terkait erat dengan persoalan PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) di Kabupaten Konawe Utara, dimana jumlah PMKS terus meningkat tiap tahunnya, dimana pada tahun 2016 jumlah penduduk lanjut usia sebanyak 258 jiwa sedangkan disabilitas sebanyak

Akar Permasalahan Inti Permasalahan Dampak

Kurangnya Fungsi Pengawasan Konfersi Lahan hutan ke

Non Huntan Perilaku Masyarakat yang

Kurang Memperhatikan Aspek Lingkungan Menurunnya Kualitas Lingkungan Terhambatnya Pembangunan

Belum Optimalnya Tata Kelola Kawasan

(11)

4 - 10 14 jiwa. Terdapat beberapa penyebab meningkatnya jumlah PMKS di Kabupaten Konawe Utara, yakni yang pertama; pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti dengan bertambahnya jumlah lapangan kerja yang tersedia, sehingga terjadi pengangguran dan setengah pengangguran yang memiliki pendapatan atau upah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan pekerja penuh.

Permasalahan yang kedua adalah tidak adanya data PMKS yang valid, sehingga pendataan masalah kesejahteraan sosial di Kabupaten Konawe Utara tidak dapat terdeteksi secara menyeluruh. Hal ini tentu saja dapat menghambat penanggulangan masalah tersebut ditambah lagi kemampuan petugas yang relatif terbatas dalam penanganan masalah PMKS. Kurangnya tenaga dan sarana dalam program pengentasan PMKS menjadikan program tersebut tidak berjalan secara optimal sehingga program tersebut menjadi tidak berkelanjutan. Ketika program tersebut tidak berkelanjutan maka dengan sangat mudah sasaran program tersebut dan permasalahan sosial dapat terus tumbuh.

Hal lain yang dapat memperparah kesejahteraan sosial adalah pemberdayaan kaum perempuan baik dipemerintahan maupun di lembaga swasta. Ketika kaum perempuan dikesampingkan dalam sistem pembangunan daerah maka daerah tersebut sangat rentan terjadinya kesenjangan sosial yang berdampak pada peningkatan jumlah kemiskinan pada suatu daerah dan kemudian menjadi bagian dari PMKS daerah.

Gambar 4.6.

Analisis Permasalahan Sosial Kabupaten Konawe Utara

Akar Permasalahan Inti Permasalahan Dampak

Rasio Pertumbuhan Penduduk dan Lapangan

Kerja yang Tersedia Data PMKS yang Tidak

Valid Rendahnya SDM Dalam Pengentasan PMKS Meningkatnya Jumlah PMKS Lambatnya Pertumbuhan Ekonomi Kurang Optimalnya Program PMKS Rendahnya Keterlibatan Perempuan Dalam Pembangunan Daerah

(12)

4 - 11 4.1.7 Pelayanan Umum

Isu masalah rendahnya kualitas pelayanan publik dan tata kelola pemerintahan mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan hingga tingkat kelurahan/desa, relatif masih sering terjadi. Permasalahan dalam bidang pelayanan umum masyarakat meliputi pelayanan bidang kesehatan, pendidikan, perizinan, kependudukan dan kebutuhan data.

Rendahnya kualitas pelayanan umum di Kabupaten Konawe Utara terkait dengan beberapa aspek, mulai dari infrastruktur hingga pelayanan publik. Pada sisi pemerintah, terdapat persoalan terkait masalah SOP, dimana SOP sebagai dasar untuk melakukan pelayanan belum dimiliki oleh semua SKPD yang memiliki fungsi pelayanan. Akibatnya, pelayanan yang diselenggarakan sangat bergantung pada standar subjektivitas pemberi pelayanan, yakni petugas itu sendiri. Keadaan ini diperburuk oleh rendahnya kualitas SDM yang harus melakukan pelayanan. Dari sisi pendidikan, petugas yang melakukan pelayanan telah cukup tinggi, akan tetapi dari sisi kualitas pelayanannya masih kurang baik. Belum ada data survey kepuasan pelayanan yang dilakukan.

Hal lain terkait dengan aspek pelayanan umum di Kabupaten Konawe Utara adalah masih minimnya sarana dan prasarana penunjang pelayanan sehingga mengakibatkan mutu pelayanan juga berkurang.

Mutu pelayanan yang kurang baik tersebut yang jika dibiarkan terus-menerus secara langsung berdampak pada iklim investasi di Kabupaten Konawe Utara. Pelayanan yang buruk berkaitan langsung dengan biaya pelayanan, karena ketika biaya pelayanan mahal dampak selanjutnya diikuti oleh nilai produk yang ada juga mahal, artinya daya saing dan mutu yang dihasilkan oleh produk itu tentu menjadi rendah.

(13)

4 - 12 Gambar 4.7.

Analisis Permasalahan Pelayanan Umum Kabupaten Konawe Utara

4.1.8 Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM

Bidang perindustrian, perdagangan dan UMKM merupakan bidang yang memiliki keterkaitan yang erat sehingga bidang tersebut dianalisis dalam satu kerangka analisis. Berdasarkan hasil kajian data pada bab II sebelumnya, permasalahan utama terkait dengan bidang tersebut adalah rendahnya nilai produktivitas sektor perindustrian, perdagangan, koperasi dan UMKM. Hal ini terkait erat jika ditinjau dari sisi pemerintahan maupun dari sisi masyarakat sebagai pelaku dalam bidang tersebut.

Jika ditinjau dari sisi masyarakat, kegiatan ekonomi yang banyak terdapat di Kabupaten Konawe Utara adalah UMKM yang rata-rata masih berskala kecil dan mikro. Hal tersebut dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi masyarakat yang masih rendah terkait masalah permodalan dan diperparah dengan sifat usaha masyarakat yang hanya sekedar mengisi kegiatan. Rendahnya tingkat kewirausahawan masyarakat yang ada di Kabupaten Konawe Utara dalam aktivitas industri, menjadikan nilai produk yang dihasilkan tidak memiliki daya saing dan tidak memiliki nilai pasar. Ketika pasar tidak dapat diperoleh, maka perputaran ekonomi dalam hal ini modal usaha masyarakat menjadi tidak berjalan dan pada akhirnya timbul permasalahan klasik yakni tidak adanya modal usaha serta keterbatasan sarana dan prasarana penunjang ekonomi masyarakat.

Akar Permasalahan Inti Permasalahan Dampak

Minimnya SDM SKPD Belum Memiliki SOP Dalam Memberi Pelayanan Prosedur Pelayanan

Dirasakan Masih Sulit Pelayanan Umum

Belum Optimal Rendahnya Mutu Pelayanan Minimnya Sarana dan

Prasarana Penunjang Kegiatan Pelayanan Kurangnya Koordinasi

Antar Sektor Pemberi Pelayanan

(14)

4 - 13 Gambar 4.8.

Analisis Permasalahan Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Konawe Utara

4.1.9 Iklim Investasi dan Daya Saing Daerah

Iklim investasi dan daya saing daerah terkait dengan kemampuan pemerintah daerah untuk mendorong perekonomian dan kesejahteraannya agar lebih banyak diperankan oleh masyarakat. Sebagaimana yang dikatakan literatur, negara yang kuat adalah negara yang perannya dimainkan secara seimbang oleh negara dan masyarakat. Peran penting dari masyarakat dalam bidang perekonomian dan kesejahteraan adalah tercermin oleh nilai investasi yang dilakukan di daerah tersebut.

Sebagaimana yang ditunjukkan pada pembahasan bab II sebelumnya mengenai data investasi yang ada di Kabupaten Konawe Utara, dapat dilihat bahwa investasi yang ada di Kabupaten Konawe Utara setiap tahunnya hampir tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Rendahnya iklim investasi dalam daerah dapat mempengaruhi secara langsung daya saing daerah dan keinginan masyarakat untuk berinvestasi di wilayah ini. Ketika investasi kurang berkembang, maka yang terjadi kemudian adalah terbatasnya lapangan kerja yang tersedia, pendapatan (perkapita) yang cenderung rendah, angka kemiskinan yang tinggi dan indikator pembangunan manusia (IPM) yang rendah. Permasalahan yang besar ini disebabkan oleh 4 hal yakni aspek sumber daya manusia, admisnistrasi dan hukum, pasar maupuan infrastruktur penunjuang yang belum dikelola secara optimal.

Akar Permasalahan Inti Permasalahan Dampak

Rendahnya Inovasi Industri

Pemasaran Hasil Indusri Tidak Optimal Minimnya Modal Usaha

bagi UMKM Rendahnya

Produktivitas

Rendahnya Mutu dan Kualitas Hasil

Industri Minimnya Saranadan

Prasarana Penunjang Promosi Hasil Industri yang Belum Optimal

(15)

4 - 14 Gambar 4.9.

Analisis Permasalahan Iklim Investasi dan Daya Saing Daerah Kabupaten Konawe Utara

Dari sisi pemerintahan, baik investor lokal, nasional maupun asing, sangat membutuhkan jaminan kepastian usaha ketika hendak melakukan investasi. Dari aspek ini, maka Kabupaten Konawe Utara masih harus bekerja lebih keras, karena selain faktor kepastian hukum, faktor keamanan dan kenyamanan juga berpengaruh terhadap iklim investasi di daerah, misalnya timbulnya tindak kriminal ataupun demonstrasi yang secara langsung menjadi faktor penghambat bagi investor.

Prosedur pelayanan perijinan, kepastian kepemilikan lahan juga menjadi aspek yang perlu menjadi perhatian penting lainnya. Dalam proses analisis data-data terkait dengan aspek ini belum ditemukan, ini dapat menjadi indikasi bahwa masalah ini pantas diperhatikan jika ingin menarik investor.

Suatu investasi akan menjadi pengungkit pembangunan dan menumbuhkan perekonomian daerah jika dilengkapi dengan sejumlah infrastruktur. Kondisi faktual menyebutkan bahwa dilihat dari aspek infrastruktur, Kabupaten Konawe Utara belum begitu baik. Jalan menuju daerah produksi masih sangat terbatas ditambah ketersediaan listrik dan air yang merupakan kebutuhan utama untuk mendukung investasi masih sangat terbatas. Demikian pula dengan infrastruktur pendukung yang bersifat penunjang seperti hotel dan restoran serta jasa lain yang masih terpusat di ibukota kabupaten.

Akar Permasalahan Inti Permasalahan Dampak

Minimnya Keterampilan dalam Meningkatkan

Nilai Produk Kepastian hukum Bagi

Investor Jaringan dan Tujuan

Pemasaran Produk BelumTerkelola Rendahnya Daya Saing Daerah Terbatasnya Lapangan Kerja, Rendahnya Tingkat Kejahteraan, Rendahnya Nilai Produktivitas Infrastruktur Penunjang

(16)

4 - 15 Aspek berikutnya adalah pasar yang memang masih terbatas karena belum mampu memanfataakn pasar yang lebih luas. Pasar lokal tidak cukup menjanjikan untuk diandalkan karena hasil analisis yang ada menyebutkan bahwa daya beli masyarakat lokal rendah. Akan tetapi, ketika hendak memasarakan produk keluar dari Kabupaten Konawe Utara, infrastruktur jalan dan transportasi juga terbatas. Akibatnya biaya transportasi menjadi mahal. Kondisi ini masih ditambah dengan kurangnya upaya untuk mempromosikan produk unggulan yang ada di Kabupaten Konawe utara.

4.1.10 Pembangunan Perdesaan

Seperti yang dibahas pada permasalahan sebelumnya, hampir semua permasalahan pembangunan disebabkan oleh minimnya ketersediaan infrastruktur yang merupakan faktor penting untuk mendorong konektivitas yang merupakan kunci pertumbuhan suatu wilayah dan menjadi salah satu faktor penting penentu pertumbuhan ekonomi dan daya saing daerah. Kesemuanya itu pada hakikatnya tidak lain untuk mengatasi ketimpangan pembangunan daerah yang saat ini menjadi permasalahan hampir diseluruh daerah dan menjadi isu global.

Ketimpangan pembangunan daerah terutama pada ketersediaan infrastruktur dasar antar kota dan desa menjadi permasalahan utama pembangunan daerah. Saat ini ketersediaan infrastruktur di wilayah pedesaan yang ada di Kabupaten Konawe Utara masih sangat minim, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat diukur dari rendahnya Indeks Pembangunan Desa (IPD) di Kabupaten Konawe Utara.

IPD mengklaster desa kedalam tiga kelompok, yaitu; Desa Mandiri, Desa Berkembang, dan Desa Tertinggal. Selain itu terdapat lima variabel (dimensi) utama yang menjadi tolak ukur dalam IPD; Pertama, Pelayanan Dasar yang bertujuan untuk mewujudkan kebutuhan akan pelayanan dasar bagi masyarakat di Kabupaten Konawe Utara yang difokuskan pada pelayanan dasar bidang pendidikan dan pelayanan dasar bidang kesehatan. Kedua, Kondisi Infrastruktur yang bertujuan untuk pemenuhan akan kebutuhan infrastuktur dasar guna menunjang kehidupan masyarakat yang meliputi ketersediaan ketersediaan infrastruktur penunjang ekonomi, ketersediaan infrastruktur energi, ketersediaan infrastruktur air bersih serta ketersediaan infrastruktur komunikasi dan informasi. Ketiga, Aksesibilitas/Transportasi yang berfungsi sebagai penghubung dalam

(17)

4 - 16 kegiatan ekonomi masyarakat yang meliputi ketersediaan sarana transportasi dan kemudahan aksesibilitas akan sarana transportasi tersebut. Keempat, Pelayanan Umum yang terdiri dari pelayanan barang dan jasa, pelayanan administratif dengan tujuan memperkuat demokrasi, kohesi sosial dan perlindungan lingkungan dan Kelima adalah Penyelenggaraan Pemerintah yang merupakan indikasi kinerja pemerintahan desa dalam bentuk pelayanan administatif bagi masyarakat.

Gambar 4.10.

IPD Provinsi Sulawesi Tenggara, Tahun 2014

Gambar 4.11.

IPD Kabupaten Konawe Utara, Tahun 2014 (Sumber: Bappenas RI, 2015)

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara Buton Utara Konawe Utara Kolaka Timur Konawe Kepulauan

Pelayanan Dasar Infrastruktur Aksesibilitas/Transportasi Pelayanan Umum Penyelenggaraan Pemerintah IPD Konut 36.12 30.37 83.26 47.55 62.58

(18)

4 - 17 Berdasarkan data Bappenas, IPD Kabupaten Konawe Utaratahun 2014 menunjukkan nilai rata-rata yang masih rendah yaitu 48,40 dengan jumlah desa yang ada sebanyak 117 desa. Berdasarkan persentase klasifikasi desa yang dibagi menjadi tiga bagian yakni desa tertinggal, desa berkembang dan desa mandiri, terdapat 61,48 persen masuk dalam kategori desa tertinggal, 38,52 persen masuk dalam kategori desa berkembang dan tidak ada yang masuk dalam kategori desa mandiri. Jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Konawe Utara berada pada posisi kedua terendah setelah Kabupaten Konawe Kepulauan. Artinya mulai dari infrastruktur, sarana dan prasarana hingga penyelenggaraan pemerintah di pedesaan masih sangat lemah. Untuk itu sudah seharusnya hal tersebut menjadi fokus utama Kepala Daerah dalam perencanaan pembangunan lima tahun kedepan. Selain itu pembangunan kawasan pedesaan yang bertujuan untuk mengatasi ketimpangan pembangunan antar desa merupakan amanat Undang-Undang yang menyebutkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melaksanakan pembangunan kawasan pedesaan.

Gambar 4.12.

Analisis Indeks Pembangunan Desa Kabupaten Konawe Utara

Dampak

Rendahnya Daya Saing Daerah

Akar Permasalahan Inti Permasalahan

Pelayanan Dasar masih rendah Rendahnya Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi masih rendah Ketimpangan Pembangunan Pelayanan Umum Infrastruktur Penunjang

Investasi masih Minim Penyelenggaraan

Pemerintahan desa/kelurahan

(19)

4 - 18 4.2 Telaah Kebijakan

Telaah kebijakan dilakukan agar perencanaan pembangunan daerah mengadopsi atau selaras dengan kebijakan pembangunan nasional yang ditetapkan dalam RPJMN yang berhubungan atau mempengaruhi pembangunan daerah serta selaras dengan kebijakan pembangunan provinsi yang ditetapkan dalam RPJMD provinsi.

4.2.1 Telaah Kebijakan Pembangunan Nasional

4.2.1.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 - 2019

Secara umum struktur Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 - 2019 diuraikan sebagai berikut :

Gambar 4.13

Struktur RPJMN 2015 - 2019

Adapun keterkaitan Visi-Misi, Nawacita, dan Trisaksi dalam RPJMN 2015 – 2016 dijabarkan pada tabel 4.1. berikut ini:

VISI :

Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong

7 MISI NAWACITA 9 Agenda Prioritas TRISAKTI Berdikari dalam Bidang Ekonomi Berkepribadian dalam Bidang Kebudayaan Berdaulat dalam Bidang Politik 12 Program Aksi

(20)

4 - 19 Tabel 4.1.

Keterkaitan Visi-Misi, Nawacita, dan Trisakti

VISI : TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG

7 MISI Mewujudkan keamanan nasional yang

mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. NAWACITA - 9 AGENDA PRIORITAS

Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Melakukan revolusi

karakter bangsa. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

BERDAULAT DALAM BIDANG POLITIK

(12 Program Aksi, 115 Prioritas Utama) BERDIKARI DALAM BIDANG EKONOMI (16 Program Aksi) BERKEPRIBADIAN DALAM BIDANG KEBUDAYAAN (3 Program Aksi) 1. Membangun wibawa politik LN dan mereposisi peran Indonesia dalam isuisu global 2. Menguatkan sistem pertahanan negara 3. Membangun politik keamanan dan ketertiban masyarakat 4. Mewujudkan profesionalit as intelijen negara 5.Membangun keterbukaan informasi dan komunikasi publik 6.Mereformasi sistem dan kelembagaan demokrasi 7.Memperkuat politik desentralisasi dan otda 8.Mendedikasika n diri untuk memberdayaka n desa 9. Melindungi dan memajukan hak-hak masyarakat adat 10.Pemberdayaan Perempuan dalam politik dan pembangunan 11.Mewujudkan sistem dan penegakan hukum yang berkeadilan 12.Menjalankan reformasi birokrasi dan pelayanan publik 1. Dedikasikan pembangunan kualitas SDM 2. Membangun kedaulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan 3. Mendedikasikan program u/ membangun daulat energi berbasis kepentingan nas. 4. Untuk penguasaan SDA melalui 7 langkah & mem-bangun regulasi mewajibkan CSR &/atau saham u/ masyarakat lokal/ sekitar tambang, penguatan kapasitas pengusaha nasional (trmsuk penambang rakyat) dlm pengelolaan tambang berkelanjutan. 5. Membangun pemberdaya an buruh 6. Membangun sektor keuangan berbasis nasional 7. Penguatan investasi domestik 8. Membangun penguatan kapasitas fiskal negara 9. Membangun infrastruktur 10. Membangun ekonomi maritim 11. Penguatan sektor kehutanan 12. Membangun

tata ruang dan lingkungan berkelanjutan 13. Membangun perimbangan pembangunan kawasan 14. Membangun karakter dan potensi wisata 15. Mengembangk an kapasitas perdagangan nasional 16. Pengembanga n industri manufaktur 1.Berkomitmen mewujudkan pendidikan sbg Pembentuk karakter bangsa 2. Akan memperteguh kebhinekaan Indonesia dan memperkuat restorasi sosial 3. Akan membangun jiwa bangsa melalui pemberdayaan pemuda dan olah raga Sumber : Bappenas, RPJMN 2015 - 2019

Berdasarkan visi-misi diatas, arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 adalah:

1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkelanjutan merupakan landasan utama untuk mempersiapkan Indonesia lepas dari posisi sebagai negara berpendapatan menengah menjadi negara maju. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ditandai dengan terjadinya transformasi ekonomi melalui penguatan pertanian, perikanan dan pertambangan, berkembangnya industri manufaktur di berbagai wilayah, modernisasi sektor

(21)

4 - 20 jasa, penguasaan iptek dan berkembangnya inovasi, terjaganya kesinambungan fiskal, meningkatnya daya saing produk ekspor non-migas terutama produk manufaktur dan jasa, meningkatnya daya saing dan peranan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi, serta meningkatnya ketersediaan lapangan kerja dan kesempatan kerja yang berkualitas.

2. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) yang Berkelanjutan. Arah kebijakan peningkatan pengelolaan dan nilai tambah SDA adalah dengan meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal pertanian, meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditi pertanian dan perikanan, meningkatkan produktivitas sumber daya hutan, mengoptimalkan nilai tambah dalam pemanfaatan sumber daya mineral dan tambang lainnya, meningkatkan produksi dan ragam bauran sumber daya energi, meningkatkan efisiensi dan pemerataan dalam pemanfaatan energi, mengembangkan ekonomi kelautan yang terintegrasi antarsektor dan antarwilayah, dan meningkatnya efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan keragaman hayati Indonesia yang sangat kaya.

3. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan Pemerataan. Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur perumahan dan kawasan permukiman (air minum dan sanitasi) serta infrastruktur kelistrikan, menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan. Kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah Swasta.

4. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam dan Penanganan Perubahan Iklim. Arah kebijakan peningkatan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana dan perubahan iklim adalah melalui peningkatan pemantauan kualitas lingkungan, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, penegakan hukum lingkungan hidup; mengurangi risiko bencana, meningkatkan ketangguhan pemerintah dan masyarakat terhadap bencana, serta memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

(22)

4 - 21 5. Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh. Landasan pembangunan yang kokoh dicirikan oleh meningkatnya kualitas pelayanan publik yang didukung oleh birokrasi yang bersih, transparan, efektif dan efisien; meningkatnya kualitas penegakan hukum dan efektivitas pencegahan dan pemberantasan korupsi, semakin mantapnya konsolidasi demokrasi, semakin tangguhnya kapasitas penjagaan pertahanan dan stabilitas keamanan nasional, dan meningkatnya peran kepemimpinan dan kualitas partisipasi Indonesia dalam forum internasional.

6. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan. Sumberdaya manusia yang berkualitas tercermin dari meningkatnya akses pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan dengan memberikan perhatian lebih pada penduduk miskin dan daerah 3T; meningkatnya kompetensi siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains dan Literasi; meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan, terutama kepada para ibu, anak, remaja dan lansia; meningkatnya pelayanan gizi masyarakat yang berkualitas, meningkatnya efektivitas pencegahan dan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, serta berkembangnya jaminan kesehatan.

7. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah. Pembangunan daerah diarahkan untuk menjaga momentum pertumbuhan wilayah Jawa-Bali dan Sumatera bersamaan dengan meningkatkan kinerja pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua; menjamin pemenuhan pelayanan dasar di seluruh wilayah bagi seluruh lapisan masyarakat; mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan; membangun kawasan perkotaan dan perdesaan; mempercepat penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan mengoptimalkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. 4.2.1.2 Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Dalam rangka optimalisasi pelayanan publik, perlu didorong percepatan pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal yang terkait sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Penerapan Standar Pelayanan Minimal di Kabupaten Konawe Utara akan disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan, prioritas dan kemampuan keuangan daerah serta

(23)

4 - 22 kemampuan kelembagaan personil daerah dalam bidang bersangkutan, dengan rincian sebagai berikut:

1. Bidang Kesehatan, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor741/MENKES/PER/VII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan.

2. Bidang Lingkungan Hidup, berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan DaerahKabupaten/Kota. 3. Bidang Pemerintahan Dalam Negeri, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 62 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Kabupaten/Kota.

4. Bidang Sosial, berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 129/HUK/2008tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

5. Bidang Perumahan Rakyat, berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22/PERMEN/M/2008 tentang standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

6. Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan, berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan.

7. Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, berdasarkan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor: 55/Hk-010/B5/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota.

8. Bidang Pendidikan Dasar, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Dasar.

9. Bidang Pekerjaan Umum, berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tanggal 25 Oktober 2010 tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum.

10. Bidang Ketenagakerjaan, berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 15/MEN/X/2010 tanggal 29 Oktober 2010 tentang SPM Bidang Ketenagakerjaan.

(24)

4 - 23 11. Bidang Ketahanan Pangan, berdasarkan Peraturan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/T.140/12/2010 tanggal 22 Desember 2010 tentang SPM Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 12. Bidang Komunikasi dan Informasi, berdasarkan Peraturan Menteri Informasi

dan Komunikasi Nomor 22/PER/M.Kominfo/12/2010 tanggal 20 Desember 2010 tentang SPM Bidang Komunikasi dan Informasi.

13. Bidang Kesenian, berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM 106/HK.501/MKP/2010 tentang SPM Bidang Kesenian.

14. Bidang Penanaman modal, berdasarkan Peraturan Kepala Badan koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2011.

15. Bidang Perhubungan khusus angkutan masal berbasis jalan, berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.10 Tahun 2012

4.2.1.3 Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development

Goals/SDGs) adalah seperangkat target yang berhubungan dengan

pengembangan internasional di masa mendatang. Target-target ini dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan dipromosikan sebagai Tujuan Global untuk Pembangunan yang Berkelanjutan. SDGs menggantikan Tujuan Pembangunan Milenium yang tidak lagi berlaku terhitung mulai akhir 2015. Ada 17 tujuan dan 169 target spesifik untuk tujuan-tujuan tersebut.

Walaupun RPJMN 2015 - 2019 terlebih dahulu ditetapkan, namun Nawa Cita RPJMN dan SDGs menunjukkan konvergensi, dimana tujuan global sebagian besar telah tercermin dalam agenda nasional. SDGs bukan hanya merupakan pemenuhan komitmen internasional tetapi merupakan penajaman upaya pencapaian sasaran-sasaran pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Untuk itu, SDGs menjadi salah satu acuan dalam kebijakan pembangunan Nasional saat ini. Sejalan dengan rencana pembangunan nasional, pengarusutamaan SDGs juga harus dilakukan dalam proses perencanaan di tingkat daerah.

Pengarusutamaan SDGs dalam pembangunan daerah diarahkan untuk dapat menjawab permasalahan kesejahteraan masyarakat serta mengakomodasi nilai–nilai lokal dan karakteristik masing-masing daerah. Konsep SDGs pada intinya bertujuan untuk membawa pembangunan ke arah yang lebih adil bagi

(25)

4 - 24 semua pihak. Adapun ketujuh belas tujuan pembangunan berkelanjutan terdiri dari :

1. Menghapuskan kemiskinan (Mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya di semua tempat).

2. Menghapuskan kelaparan (Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, serta menggalakkan pertanian yang berkelanjutan).

3. Hidup sehat (Memastikan hidup yang sehat dan menggalakkan kesejahteraan untuk semua usia).

4. Pendidikan berkualitas (Memastikan pendidikan berkualitas yang terbuka dan setara serta menggalakkan kesempatan untuk belajar sepanjang umur hidup pada semua orang).

5. Kesetaraan gender (Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua wanita dan anak perempuan).

6. Air bersih dan sanitasi (Memastikan ketersediaan dan pengelolaan yang berkesinambungan atas air dan sanitasi untuk semua orang).

7. Energi yang bisa diperbarui dan terjangkau (Memastikan akses pada energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern bagi semua orang). 8. Ekonomi dan pekerjaan yang baik (Menggalakkan perkembangan ekonomi

yang berkesinambungan, terbuka, dan berkelanjutan, lapangan kerja yang utuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak bagi semua orang).

9. Inovasi dan infrastruktur yang baik (Membangun infrastruktur yang tahan lama, menggalakkan industrialisasi yang berkesinambungan dan terbuka, serta mendorong inovasi).

10. Mengurangi kesenjangan (Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara).

11. Kota dan komunitas yang berkesinambungan (Membuat kota dan pemukiman manusia terbuka, aman, tahan lama, serta berkesinambungan). 12. Penggunaan sumber-sumber daya yang bertanggung jawab (Memastikan

pola-pola konsumsi dan produksi yang berkesinambungan).

13. Tindakan iklim (Mengambil tindakan mendesak untuk memerangi perubahan iklim dan pengaruhpengaruhnya).

14. Lautan yang berkesinambungan (Melestarikan dan menggunakan samudra, laut, dan sumber-sumber daya maritim secara berkesinambungan untuk pengembangan yang lestari).

(26)

4 - 25 15. Penggunaan tanah yang berkesinambungan (Melindungi, mengembalikan, dan menggalakkan penggunaan yang lestari atas ekosistem daratan, mengelola hutan secara berkesinambungan, memerangi penggundulan hutan, dan memperlambat serta membalikkan degradasi tanah serta memperlambat hilangnya keragaman hayati).

16. Kedamaian dan keadilan (Menggalakkan masyarakat yang damai dan terbuka untuk pengembangan yang lestari, memberikan akses pada keadilan untuk semua orang dan membangun institusi yang efektif, bertanggung jawab, serta terbuka di semua tingkatan).

17. Kemitraan untuk pengembangan yang lestari (Memperkuat cara-cara penerapan dan menghidupkan kembali kemitraan global untuk pengembangan yang berkesinambungan).

4.2.2 Telaah Kebijakan Pembangunan Provinsi Sulawesi Tenggara 2013 - 2018

Arah kebijakan dan strategi pembangunan Sulawesi Tenggara yang akan dilaksanakan selama 2013 - 2018 adalah :

Misi Pertama, Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia

1. Bidang Pendidikan, melalui strategi pertama,Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang berkualitas, dengan arah kebijakan (1) Mengembangkan sarana prasarana SD melalui Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun berupa penambahan RKB dan ruang Penunjang dan rehabilitasi ruang kelas serta sarana penunjangnya; (2) Mengembangkan sarana prasarana SMP melalui Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun berupa penambahan RKB dan ruang Penunjang dan rehabilitasi ruang kelas serta sarana penunjangnya; (3) Membangun dan meningkatkan sarana prasarana SMA dan SMK melalui Program Pendidikan Menengah berupa pembangunan/pengembangan unit sekolah,ruang kelas baru, gedung laboratorium, ruang praktek serta sarana penunjangnya. Strategi kedua, Penyediaan dana subsidi pendidikan bagi siswa berprestasi untuk melanjutkan pendidikan tinggi, dengan arah kebijakan Menyiapkan biaya pendidikan melalui Program Cerdas Sultraku. Strategi ketiga, Penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan anak usia dini, Non Formal, dan Informal (PAUDNI), dengan arah kebijakan (1) Mengembangkan sarana prasarana PAUD melalui program

(27)

4 - 26 pendidikan PAUD berupa penambahan ruang kelas baru beserta penunjangnya; (2) Meningkatkan pelayanan pendidikan layanan khusus melalui program pendidikan luar biasa (PLB); (3) Menurunkan angka buta aksara melalui program pendidikan non formal. Strategi keempat, Meningkatnya minat dan budaya baca masyarakat, dengan arah kebijakan Meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat melalui program pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan. Strategi kelima, Meningkatkan jumlah tenaga pendidik yang berkompeten dan berkualitas, dengan arah kebijakan (1) Menetapkan jumlah kebutuhan tenaga pendidik PAUD melalui program pengawasan terhadap distribusi tenaga pendidik; (2) Menetapkan jumlah kebutuhan tenaga pendidik melalui program pengawasan terhadap distribusi tenaga pendidik. Strategi keenam, Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan PAUD, Pendidikan dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Non Formal, Pendidikan Luar Biasa, Pendidik/Tenaga kependidikan, dan manajemen pelayanan pendidikan, dengan arah kebijakan peningkatan kualitas pelayanan pendidikan PAUD, SD, SMP, dan SMA/SMK melalui program PAUD,Wajar Dikdas 9 Tahun, Dikmen,PNF,PLB,PMPTK dan Manajemen Pelayanan Pendidikan.

2. Bidang Kesehatan, melalui strategi pertamaMeningkatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan anak, dengan arah kebijakan Meningkatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan anak melalui program bina kesehatan ibu dan KB serta bina kesehatan anak. Strategi kedua, Meningkatkan upaya pengendalian penyakit, dengan arah kebijakan Meningkatkan upaya promotif dan preventif melalui pengembangan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan. Stratagi ketiga, Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan, dengan arah kebijakan Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kefarmasian melalui penyediaan, pendistribusian dan pengawasan obat, vaksin dan perbekalan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Strategi keempat, Meningkatkan mutu dan akses pelayanan gizi masyarakat, dengan arah kebijakan Meningkatkan mutu dan akses pelayanan gizi melalui upaya pencegahan dan penanggulanan kekurangan gizi. Strategi kelima, Mengembangkan sistem jaminan kesehatan yang berkeadilan terjangkau seluruh masyarakat Sulawesi Tenggara, dengan arah kebijakan Pengembangan jaminan kesehatan melalui perluasan program pembebasan

(28)

4 - 27 biaya pengobatan dan sistem jaminan kesehatan lainnya. Strategi keenam, Mengembangkan kesadaran, kemauan dan kemandirian masyarakat untuk Hidup Sehat. Strategi ketujuh, Pengembangan kesadaran, kemauan dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat melalui peningkatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam PHBS dan Desa Siaga. Strategi kedelapan, Meningkatkan Komitmen stakeholder untuk berpartisipasi dalam menekan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kesejahteraan keluarga, dengan arah kebijakan, Meningkatkan komitmen stakeholder untuk berpartisipasi dalam menekan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan peran serta dan pemberdayaan masyarakat untuk berwawasan Kependudukan melalui Pendekatan (KIE), dan pelayanan KB bagi masyarakat miskin.

3. Bidang sosial, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak, melalui strategi pertama, Mengembangkan kompetensi aparat petugas pelayanan dan rehabilitasi serta pemberdayaan dan perlindungan PMKS, dengan arah kebijakan Mengembangkan kompetensi aparat melalui pendidikan teknis pelayanan kesos. Strategi kedua, Meningkatkan dan memperluas jangkauan program meliputi jumlah, persebaran dan proporsi sasaran program, didukung oleh anggaran yang realistis, dengan arah kebijakan Meningkatkan dan memeratakan pelayanan sosial yang adil, dalam arti bahwa setiap orang khususnya penyandang masalah kesejahteraan sosial berhak memperoleh pelayanan sosial. Strategi ketiga, Meningkatnya pelayanan rehabilitasi sosial dalam Panti Sosial, dengan arah kebijakan Meningkatkan kualitas layanan dengan memelihara dan meningkatkan sarana dan prasarana pendukung operasional teknis. Strategi keempat, Pendayagunaan Kerjasama dan Jaringan Penajaman program dan kegiatan yang disepakati oleh pihak-pihak terkait dalam rangka optimalisasi sasaran secara efektif dan efisien, dengan arah kebijakan Menciptakan iklim dan sistem yang mendorong peningkatan dan pengembangan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan social. Strategi kelima, Meningkatkan fasilitas layanan keagamaan, dengan arah kebijakan Peningkatan fasilitas pelayanan kelembagaan keagamaan. Strategi keenam, Mengembangkan pemahaman dan komitmen pemerintah dan masyarakat untuk melaksanakan PUG, dengan arah kebijakan Mengembangkan pemahaman dan komitmen pemerintah dan masyarakat

(29)

4 - 28 untuk melaksanakan PUG melalui peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan. Strategi ketujuh, Meningkatkan kualitas hidup perempuan, dengan arah kebijakan Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia (perempuan) melalui peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan peningkatan kapasitas perempuan se-Sulawesi Tenggara. Strategi kedelapan, Meningkatkan pemahaman pemenuhan hak anak, perlindungan anak dan pemenuhan dan perlindungan anak berkebutuhan khusus, dengan arah kebijakan Meningkatkan pemahaman pemenuhan hak anak, perlindungan anak dan pemenuhan dan perlindungan anak berkebutuhan khusus. Strategi kesembilan, Meningkatan kapasitas dan partisipasi lembaga/ organisasi masyarakat pemerhati perempuan, anak dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia utamanya perempuan dalam semua bidang pembangunan, dengan arah kebijakan Peningkatan kapasitas kelembagaan PUG dan anak melalui keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak dan perempuan dan penguatan kelembagaaan pengarusutamaan gender dan anak.

Misi Kedua, Pembangunan Ekonomi

1. Peningkatan Ekonomi Masyarakat Berbasis Komoditas dan Pengembangan Investasi Daerah, melalui strategi pertama, Rehabilitasi sumber daya pertanian sebagai pemulihan kemampuan produktifitas sumber daya pertanian baik sumber daya alam maupun prasarana pertanian, dengan arah kebijakan Peningkatan produksi dan produktifitas komoditas pertanian sekaligus pendapatan masyarakat melalui intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, dan rehabilitasi serta penyediaan sarana dan prasarana pertanian. Strategi kedua, Mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya lahan dan air secara lestari, dengan arah kebijakan Pengembangan dan pemanfaatan sumber daya lahan dan air secara lestari, dengan menetapkan skala prioritas kawasan pengembangan mendorong pola partisipatif, menggalang sinergi dan meningkatkan mutu koordinasi, pemberdayaan kelembagaan dan SDM pertanian. Strategi ketiga, Pengembangan pusat-pusat komoditi unggulan daerah, dengan arah kebijakan, Peningkatan pengembangan ekonomi komoditi unggulan melalui inovasi dan produktivitas kerakyatan. Strategi keempat, Mempromosikan hasil-hasil komoditi tanaman pangan dan peternakan, dengan arah kebijakan Mengembangkan sistem

(30)

4 - 29 akses pemasaran komoditas pertanian. Strategi keempat, Meningkatkan penyediaan infrastruktur energi kelistrikan, dengan arah kebijakan Meningkatkan cakupan dan akses masyarakat terhadap ketenagalistrikan dan penyediaan pembangkit tenaga listrik mandiri. Strategi kelima, Meningkatnya produktivitas pertambangan, dengan arah kebijakan, (1) Meningkatkan kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB; (2) Pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan potensi energi dan sumber daya mineral melalui pengembangan regulasi, peningkatan kapasitas dan Pengembangan usaha pertambangan rakyat. Strategi keenam, Pengembangan dan penguatan industri kecil, menengah, dan besar, melalui kebijakan Peningkatan kontribusi industri dan perdaganagan terhadap perekonomian daerah. Strategi ketujuh, Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi dan UKM, dengan arah kebijakan Pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan koperasi dan UKM. Strategi kedelapan, Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembiayaan petani, dengan arah kebijakan Mendorong masyarakat dalam mengakses pembiayaan. Strategi kesembilan, Revitalisasi kelembagaan petani, dengan arah kebijakan Melanjutkan dan memantapkan kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat, antara lain : LEM Sejahtera. Strategi kesepuluh, Meningkatkan kualitas sumber daya manusia petani dan nelayan, dengan arah kebijakan Meningkatkan kualitas sumber daya manusia petani dan nelayan melalui pendidikan dan pelatihan. Strategi kesebelas, Optimalisasi hasil produksi perikanan tangkap serta revitalisasi dan pembangunan pelabuhan perikanan, dengan arah kebijakan Optimalisasi hasil produksi perikanan tangkap serta revitalisasi dan pembangunan perikanan melalui pengembangan kawasan industri perikanan terpadu, motorisasi, peningkatan jumlah armada dan alat tangkap, serta peningkatan kapasitas kelembagaan nelayan. Strategi keduabelas, Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar berbasis komoditi unggulan, dengan arah kebijakan Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar berbasis komoditi unggulan melalui ekstensifikasi, rehabilitasi dan revitalisasi lahan budidaya serta peningkatan kapasitas kelembagaan pembudidaya ikan. Strategi ketigabelas, Pengembangan Unit Perbenihan Rakyat (UPR) dan balai benih perikanan, dengan arah kebijakan Pengembangan Unit Perbenihan Rakyat (UPR) dan balai benih perikanan melalui penyediaan induk unggul, peningkatan dan rehabilitasi sarana

(31)

4 - 30 prasarana, penerapan sertifikasi perbenihan serta penguatan kelembagaan UPR. Strategi keempatbelas, Pengembangan industri pengolahan hasil perikanan, dengan arah kebijakan Pengembangan industri pengolahan hasil perikanan melalui penetapan industri perikanan terpadu dan pengembangan infrastruktur. Strategi kelimabelas, Memperluas kesempatan dan penyediaan lapangan kerja di perdesaan dan perkotaan, dengan arah kebijakan Peningkatan akses pencari kerja (angkatan kerja) terhadap lapangan kerja dan pengembangan informasi pasar kerja. Strategi keenambelas, Meningkatkan jumlah investor usaha kecil menengah dan Menurunnya waktu pengurusan administrasi perizinan, dengan arah kebijakan Penciptaan iklim usaha yang kondusif dan peningkatan promosi dan kerjasama investasi. Strategi Ketujuhbelas, Peningkatan promosi budaya, pariwisata dan ekonomi kreatif melalui pemasaran yang kreatif dan efektif, dengan arah kebijakan Meningkatkan jumlah investasi industri skala besar di daerah melalui peningkatan informasi peluang investasi di sektor industri skala besar melalui penyusunan profil peluang investasi, pengembangan datbase potensi komoditi, pameran investasi di dalam dan luar negeri, penyediaan kawasan industri. Strategi Kedelapan belas, Peningkatan iklim hubungan industrial yang kondusif dengan arah kebijakan Peningkatan perlindungan dan pengawasan tenaga kerja termasuk norma kerja, serta norma keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk meningkatkan kesejahteraan dunia kerja dan menciptakan hubungan yang kondusif. Strategi Kesembilan belas, Pembangunan permukiman transmigrasi baru pada kawasan strategis dan kawasan tertinggal dengan arah kebijakan Pembangunan permukiman transmigrasi baru pada kawasan strategis dan kawasan tertinggal melalui pemanfaatan sumberdaya alam untuk pembangunan kawasan transmigrasi atau lokasi permukiman transmigrasi. Strategi Kedua puluh, Pertumbuhan sektor pertanian dengan arah kebijakan Peningkatan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah melalui sektor pertanian. Strategi Kedua puluh satu, Pengendalian dan pengawasan hutan dengan arah kebijakan Pemanfaatan sumberdaya hutan secara profesional.

Misi Ketiga, Revitalisasi Pemerintah Daerah

Bidang Reformasi Birokrasi dan Reformasi Keuangan Daerah melalui strategi pertama, Peningkatan Kapasitas dan kelembagaan pemerintahan desa/kelurahan denga arah kebijakan Peningkatan kapasitas dan

(32)

4 - 31 kelembagaan pemerintahan desa/kelurahan melalui peningkatan kapasitas SDM aparatur dan manajerial pemerintahan desa/kelurahan. Strategi kedua, Peningkatan SDM aparat desa/kelurahan dengan arah kebijakan Peningkatan SDM aparat desa/kelurahan melalui penjenjangan pendidikan, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan. Strategi ketiga, Peningkatan sarana prasarana kelembagaan desa/kelurahan dengan arah kebijakan Peningkatan sarana prasarana kelembagaan desa/kelurahan melalui pembangunan dan peningkatan infrastruktur desa/kelurahan. Strategi keempat, Pengembangan regulasi kelembagaan desa/kelurahan dengan arah kebijakan Pengembangan regulasi kelembagaan desa/kelurahan melalui fasilitasi pengembangan peraturan desa/kelurahan. Strategi kelima, Meningkatkan kapasitas SDM Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) dan pasar desa dengan arah kebijakan Meningkatkan kapasitas SDM Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan pasar desa melalui pengembangan pendidikan dan pelatihan. Strategi keenam, Meningkatkan kapasitas Lembaga Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) dan pasar desa dengan arah kebijakan Meningkatkan kapasitas lembaga Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan pasar desa melalui pengembangan sarana prasarana ekonomi desa, sistem informasi manajemen BUMDes. Strategi ketujuh, Peningkatan SDM aparat desa/kelurahan dengan arah kebijakan Peningkatan SDM aparat desa/kelurahan melalui penjenjangan pendidikan, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan. Strategi kedelapan, Menetapkan pedoman APBD dengan arah kebijakan Peningkatan prasarana dan sarana penunjang serta dukungan alokasi biaya yang memadai. Strategi kesembilan, Meningkatkan kualitas perencanaan, penganggaran dan pengendalian secara terpadu antar lintas SKPD dengan arah kebijakan Peningkatan koordinasi, integrasi dan singkronisasi serta sinergi perencanaan pembangunan antar dan lintas SKPD. Strategi kesepuluh, Membuka layanan konsultasi dengan arah kebijakan Menjadi mitra SKPD Provinsi dan Pemerintah Kab/Kota dalam rangka asistensi dan konsultasi. Strategi kesebelas, Monitoring dan Evaluasi Hasil Tindak Lanjut Pemeriksaan Internal dan Eksternal dengan arah kebijakan Menjadikan Pemaparan Penyelesaian Tindak Lanjut menjadi agenda tetap. Strategi keduabelas, Pengembangan Profesi Pengawas Fungsional dengan arah kebijakan Mengembangkan Kompetensi Aparat Pengawas Bersertifikat melalui Penjenjangan Diklat Fungsional. Strategi ketigabelas, Pengembangan karier Pegawai Inspektorat

(33)

4 - 32 dengan arah kebijakan Mengembangkan Sumber Daya Aparatur dengan sistem pembinaan karier yang terbuka. Strategi keempatbelas, Membangun kesamaan pemahaman, pandangan dan komitmen bagi jajaran satuan polisi pamong praja dalam pelaksanaan operasi lapangan dengan arah kebijakan Peningkatan disiplin, pendidikan dan pelatihan serta rekrutment personil satuan polisi pamong praja. Strategi kelimabelas, Penempatan, pengembangan dan pemberdayaan aparatur sesuai potensi dan kompetensi pegawai negeri sipil dengan arah kebijakan Pengembangan sumber daya manusia aparatur melalui diklat jabatan, fungsional dan teknis serta promosi jabatan struktural dan fungsional. Strategi keenambelas, Meningkatkan pembinaan dan pemahaman sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan arah kebijakan Pemberian sanksi dan reward kepada pegawai negeri sipil yang indisipliner dan berprestasi. Strategi ketujuhbelas, Struktur politik dan infrastruktur politik dan suprastruktur politik dengan arah kebijakan Terlaksananya peningkatan kualitas infrastruktur politik dan suprastruktur politik. Strategi kedelapanbelas, Optimalkan penguatan nilai - nilai ideologi negara dan wawasan kebangsaan dengan arah kebijakan Terlaksananya penguatan nilai - nilai ideologi negara dan wawasan kebangsaan. Strategi kesembilanbelas, Meningkatkan sistem pengawasan isi siaran terhadap siaran radio dan televisi dengan arah kebijakan Mengembangkan kerjasama pengawasan isi siaran di kab/Kota melalui koordinasi, kemitraan dan sosialisasi dengan masyarakat. Strategi keduapuluh, Mengembangkan sistem pengawasan isi siaran dengan arah kebijakan Meningkatkan sistem pengawasan isi siaran terhadap siaran radio dan televisi melalui pemantauan isi siaran radio dan televisi secara rutin. Strategi keduapuluhsatu, Mengembangkan kerjasama pengawasan isi siaran di kab/Kota dengan arah kebijakan Meningkatkan koordinasi dengan mitra di kab/kota melalui rapat koordinasi dan rapat kerja. Strategi keduapuluhdua, Meningkatkan kapasitas SDM legislatif sesuai dengan fungsinya dengan arah kebijakan Peningkatan kapasitas anggota legislatif beserta kelembagaannya secara berkelanjutan.

Misi Keempat, Pembangunan Budaya Daerah

Memantapkan pembangunan budaya daerah, melalui strategi pertama, Penelusuran nilai-nilai seni dan situs budaya daerah dengan arah kebijakan Menelusuri nilai-nilai seni budaya daerah melalui pengkajian dan dialog seni

Referensi

Dokumen terkait

kandungan unsur hara yang diterima tanaman akan semakin tinggi pula, tetapi pemberian dosis pupuk yang berlebihan mengakibatkan tanaman akan layu dan

 Adanya penghasilan yang masih harus diterima atau adanya beban yang masih harus dibayar pada akhir periode akuntansi.. 7 Transaksi-transaksi tersebut diatas merupakan

Mempunyai rekadaya dan rayuan maut, bibirnya tebal, hidungnya besar, lehernya pendek, badannya tinggi, wajahnya ada tahi lalatnya atau ciri dari pada penyakit, warnanya

Dituangkan kedalam (DPAL-SKPD) Tahun Anggaran 2015 sesuai Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) Tahun Anggaran 2014 dengan berpedoman

[r]

DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI

BUPATI KONAWE KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN 5 NOMOR TAHUN 201 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLMN LINGKUNGAN HIDUP

Kajian dilakukan oleh Muhammad Andi (2012) untuk menganalisa jalur evakuasi kapal penyebrangan antar pulau. Dimana dari hasil kajiannya jalur evakuasi penumpang pada