• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII PERAN AKTOR PANGADANGU MAHAMU DALAM UPAYA PENYEDERHANAAN ADAT KEMATIAN DI DESA RAMUK, KABUPATEN SUMBA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VII PERAN AKTOR PANGADANGU MAHAMU DALAM UPAYA PENYEDERHANAAN ADAT KEMATIAN DI DESA RAMUK, KABUPATEN SUMBA TIMUR"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

79

BAB VII

PERAN AKTOR PANGADANGU MAHAMU DALAM UPAYA

PENYEDERHANAAN ADAT KEMATIAN DI DESA RAMUK,

KABUPATEN SUMBA TIMUR

Pembahasan ini akan menjelaskan peran aktor dalam forum penyederhanaan adat kematian sebagai praktek tindakan aktor yaitu merupakan muara dari habitus dan juga modal aktor yaitu adat kematian yang menstrukturkan sistem. Praktek aktor adalah hasil interaksi kompleks habitus dikali (modal+area). Artinya bahwa praktek aktor merupakan hasil dari kemampuan aktor mengolah habitus dan modal dalam arena adat kematian yaitu melalui kemampuannya dalam mereproduksi habitus dan modal yang dimiliki secara pribadi dan kelompok (forum). Praksisnya melalui instrumen forum untuk merubah sistem dan struktur adat kematian. Dalam artian bahwa tindakan aktor (menciptakan penyederhanaan adat kematian) yang bermuara pada habitus dan modal yang dimiliki aktor dalam arena (adat kematian). Sebagai wujud produk habitus aktor membentuk forum untuk penyederhanaan adat kematian.

Seperti yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, bahwa penelitian ini berupaya menjelaskan peran aktor Pangadangu Mahamu dalam upaya penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk, maka aktor yang akan dijelaskan dalam hasil penelitian ini juga dipilih oleh peneliti berdasarkan intesitas peran yang dilakukannya selama proses penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk. Aktor-aktor tersebut antara lain: 1) Bapak Lapoe mokoe sebagai ketua forum peduli adat pangadangu mahamu 2) Bapak Marius Kuramoki sebagai wakil ketua satu dan merupakan Tim sosialisasi di Desa Ramuk 3) Paulus K Tarap sebagai wakil ketua dua forum dan merupakan Tim sosialisasi di Desa Ramuk 4) Umbu Reku sebagai aktivis LSM 5) Stepanus M awang sebagai aparat pemerintah Desa Ramuk 6) Yusak Nd Juruhapa sebagai tokoh adat Desa Ramuk 7) Yonathan P Ratudima sebagai tokoh masyarakat Desa Ramuk. Aktor-aktor tersebut memiliki peran dalam forum penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk yaitu

(2)

80

dalam proses pendekatan kabihu, pendekatan sosialisasi dan deklarasi penyederhanaan adat kematian. Aktor-aktor ini memiliki ciri khas masing-masing karena memiliki modal dan habitus yang berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan habitus dan modal ini disebabkan perbedaan latar belakang aktor, jika dianalogikan bahwa penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk sebagai ranah (field) maka akan terjadi “struggle” modal dan habitus setiap aktor.

Proses penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu tahap pendekatan kabihu, Tahap sosialisasi dan Tahap deklaraasi penyederhanaan adat kematian.

7.1

Peran Aktor Dalam Tahap Pendekatan

Kabihu

Keberhasilan penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk tidak terlepas dari peran aktor dalam pendekatan kabihu. Pendekatan yang dilakukan oleh aktor-aktor ini adalah melakukan pertemuan dengan kabihu-kabihu yang ada di Desa Ramuk. Pada pendekatan ini dilakukan dengan dua cara yaitu identifikasi masalah dan pendekatan sosialisasi kabihu yang dilakukan oleh bapak Paulus, Marius dan Umbu Reku. Forum melakukan dua cara ini sebagai strategi awal dalam merancang penyederhanaan adat kematian di desa Ramuk. Habitus yang dimiliki oleh aktor-aktor ini adalah bersumber dari pengetahuan tentang adat kematian yaitu kemampuan mereka dalam mereproduksi habitus dan juga modal. Modal yang dimiliki aktor-aktor ini adalah forum peduli adat pangadangu mahamu sebagai salah satu lembaga pemberdaya masyarakat. Pada pembahasan sebelumnya bab V dan VI sudah benyak menggambarkan habitus dan modal yang mendorong aktor untuk berperan. Modal yang dimiliki antara lain modal simbolik, modal sosial dan modal budaya.

7.1.1Strategi aktor dalam mengidentifikasi masalah

Identifikasi masalah yang dimaksud adalah sebelum melakukan sosialisasi di masyarakat, aktor-aktor terlebih dahulu mengidentifikasi bentuk pelaksanaan adat kematian yang sering dilakukan di Desa Ramuk. Bapak Paulus, Marius dan Umbu Reku melakukan pendekatan dengan semua tokoh-tokoh yang berpengaruh di desa seperti tokoh kabihu, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda mapun pemerintah desa. Indentifikasi dalam hal ini adalah melihat

(3)

81

bentuk, cara dan susunan pelaksanaan adat kematian yang sering dilakukan di Desa Ramuk. Kemudian membuat point-point penting yang di jadikan sebagai draf sementara yang menjadi acuan aktor dalam melakukan sosialisasi. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Paulus selaku aktor yang berperan dalam tahap ini: “Memang kalau dari identitas masalahnya kita sebelum menyampaikan ini penyederhanaan adat. Kita identifikasi dulu masalahnya yang ada di desa seperti bagaimana penyimpanan mayat, cara undangnya, penguburannya, masalah makan minumnya, cara membalas pembawaan yera-anakawini itu bagaimana dalam hal persoalan budayanya di sana. Setelah kita identifikasi masalahnya di sana baru keluar itu akta notaries. Kita atur anggaran rumah tangganya persoalan apa yang ada di sana yang paling menonjol kita tidak berani melakukan, kita datang di masyarakat harus sudah ada bahan dari mereka. Jadi kalau kita sudah ada dari mereka kita lakukan identifaksi masalah ini setelah itu baru kita lakukan sosialisasi sampai nanti itu deklarasi. Kita lakukan ini juga supaya ada bahan karena penyederhanaan adat ini bukan dari atas tapi kita angkat dari masyarakat ini sendiri. Kita tidak boleh radikal orang Sumba ini nanti dibilang pemaksaan lagi ini tidak bagus jadi kita ikut dulu maunya masyarakat kita lakukan pelan-pelan melakukan percerahan terutama pencerahan yang kita lakukan yang menyentuh kehidupan sosial dia nah itu gampang diterima ide itu tadi. Ide atau gagasan ini sudah di bangun jalan, jadi tidak pusing lagi karena ini di tentukan oleh masyarakat sendiri, kepribadian dia sendiri dan keinginan moral dia sendiri persoalan di masyarakat sumba ini. Jadi pendekatan inilah kami lakukan di forum”32

Strategi yang di gunakan oleh aktor ini menggunakan pola pendekatan kekeluargaan hal ini dilakukan supaya menghindari unsur-unsur yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Sebelum melakukan sosialisasi di desa forum mengidentifikasi bentuk-bentuk pelaksanaan adat kematian seperti bentuk pelaksanaan uapacara adat kematian, cara penguburan orang meninggal, cara udangnya, cara membalas pemberian yera dan anakawini. Kemudian membuat draf konsep sementara dan di tuangkan dalam akte notaris yang memiliki anggaran rumah tangga yang menjadi bahan forum dalam melakukan sosialisasi di masyarakat. Draf yang sudah dibuat oleh forum ini juga selanjutnya di musyawarahkan lagi di masyarakat untuk mencapai kesepakatan bersama oleh

(4)

82

semua masyarakat. Mengidentifikasi masalah adat kematian dengan bertolak pada persoalan pendidikan dan ekonomi. Strategi yang dipaparkan sebagai peluang untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pentingnya pendidikan, seperti yang disampaikan oleh bapak Umbu Reku :

“Kami selalu memberikan arahan tentang anak-anak, kita berfokus pada pendidikan anak. Ketika terjadi hal-hal dalam diskusi itu kita masuk menjelaskan tentang pentingnya anak dan tujuan akhirnya ini kalau kita melakukan mempunyai kesepakatan bersama untuk kita bisa meringankan beban ini jadi kami masuk untuk meluruskan dan menjelaskan apa tujuan kedepannya dan mereka memahami itu. Saya sering mengatakan kalau bapaknya hanya tamat SD anaknya harus tamat SMP-SMA dan seterusnya. Perubahan-perubahan ini yang kita lakukan. Mengidentifikasi persoalan adat kematian ini kan saya lihat kondisi masyarakat to makanya saya berusaha dekati tokoh-tokoh yang berpengaruh untuk mensosialisasikan masalah penyederhanaan budaya kematian ini. Memang tidak semua kebijakan yang kami sudah buat disepakati semua tetapi banyak di revisi tetapi lama-lama juga masyarakat setuju dengan kebijakan dan pada waktu sosialisasi juga kami langsung revisi di depan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh adat yang hadir disitu. Ya mulai dari sosialisasi kebijakan, revisi kebijakan sehingga muncul kebijakannya sampai pada akhirnya nanti deklarasi penyederhanaan adat kematian”33

Pendekatan dengan menggunakan strategi pendidikan ternyata dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk mau melakukan penyederhanaan adat kematian. Hal ini tidak terlepas dari habitus dan modal yang dimiliki oleh aktor untuk mempengaruhi masyarakat. Habitus aktor ini adalah kemampuan dalam mereproduksi habitus yaitu dengan melihat dampak dan pergeseran adat kematian. Potensi yang dimiliki oleh masyarakat adalah keinginan mereka untuk menyekolahkan anak. Hal inilah yang mendorong masyarakat untuk sadar dan mau menyederhanakan adat. Pola pikir yang dipaparkan ini juga ternyata membuat masyarakat sadar untuk turut serta dalam proses penyederhanaan adat kematian. Selain itu juga pendekatan dengan tokoh-tokoh di desa berjalan dengan baik karena Umbu Reku ini sudah memiliki jaringan dan hubungan baik dengan masyarakat Desa Ramuk. Jaringan yang dimiliki bapak Umbu Reku sudah

(5)

83

berjalan lama karena Desa Ramuk merupakan salah satu wilayah binaan lembaga Wahana Visi Indonesia (WVI).

7.1.2Strategi Sosialisasi Tingkat Kabihu

Setelah melakukan identifikasi masalah dan persoalan adat kematian, Bapak Paulus, Marius dan Umbu Reku kemudian melakukan sosialisasi melalui pendekatan kabihu. Aspirasi masyarakat yang diperoleh dari proses identifikasi masalah yaitu seperti bentuk dan cara pelaksanaan adat kematian baik prosesnya maupun dampak dari adat kematian. Pada awalnya memang masyarakat masih pro dan kontra terhadap penyederhanaan adat kematian hal karena masyarakat belum mengetahui secara utuh aspek-aspek yang di sederhanakan dalam upacara adat kematian. Masyarakat yang kontra ingin mempertahankan status quo dan prestice sosial sedangkan untuk masyarakat yang pro terhadap penyederhanaan adat kematian beranggapan bahwa adat kematian mengalami pergseran. Selain itu juga berpendapat bahwa dapat membantu meringankan beban ekonomi. Untuk itu diperlukan strategi pendekatan kabihu. Aktor-aktor ini mendekati tokoh kunci di setiap kabihu yang ada di Desa Ramuk untuk menyaring inspirasi karena tokoh- tokoh kabihu inilah yang lebih mengetahui susunan dan bentuk pelaksanaan adat kematian di Desa Ramuk. Forum mengumpulkan tokoh-tokoh kabihu untuk membahas isi kebijakan penyederhanan adat (draf kebijakan sementara). Tujuan dari pertemuan ini untuk menyaring aspirasi dari masing-masing kabihu yang ada di desa Ramuk. Strategi ini digunakan supaya tokoh-tokoh kabihu terlibat langsung dalam merumuskan persoalan penyederhanaan adat kematian. Pendekatan yang dilakukan ini sebagai modal kekuatan aktor dalam upaya penyederhanaan adat kematian di desa Ramuk. Namun setelah sosialisasi yang dilakukan ini di respon dengan baik oleh kabihu-kabihu, apa yang di sampaikan oleh aktor-aktor forum sesuai dengan keinginan masyarakat. Hal ini perkuat oleh Bapak Marius sebagai berikut :

“Pertama sekali ini kita dekati itu tokoh-tokoh yang berpengaruh di tingkat desa, kami kumpulkan semua tokoh yang berpengaruh di kabihu masing-masing untuk membahas isi kebijakan tadi umbu tetapi dari setiap desa yang di sosialisasikan itu umbu tidak ada lagi yang di rubah rata-rata mereka semua setuju dengan isi kebijakan ini hanya di setiap sosialisasi itu paling hanya beberapa orang saja yang

(6)

84

kontra umbu. Tapi itu kalau ada yang kurang setuju kami langsung revisi memang di depan tokoh-tokoh itu isi kebijakan tadi umbu kami juga tidak memaksa itu isi kebijakan umbu jika ada yang perlu di revisi kami revisi sesuai keinginan dari masing-masing marga/kabihu yang ada kemudian setelah itu kami sah kan kebijakan itu dan nanti menjadi acuan dalam mebuat perjanjian deklarasi”34

Pertemuan yang dilakukan oleh aktor Pangadangu Mahamu ini dengan kabihu-kabihu membahas ulang persoalan upacara adat kematian. Setelah pertemuan kabihu tersebut selanjutnnya aktor ini juga menyampaikan kepada tokoh-tokoh yang hadir bahwa nantinya dilakukan sosialisasi secara terbuka dengan semua masyarakat. Pada pertemuan yang dilakukan aktor Pangadungu Mahamu bersepakat untuk lakukan sosialisasi di Desa Ramuk yang diikuti oleh semua masyarakat. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan bapak Paulus selaku tim sosialisasi di desa Ramuk:

“Pertemuan pertama itu kami undang tokoh-tokoh kunci di desa untuk datang diskusi dan musyawarah dengan kami dalam membahas persoalan adat kematian ini. Jadi yang hadir waktu itu yang kami undang pemerintah desa, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh kabihu dan lain-lain. Pola pendekatan yang kita bangun yaitu relasi kekeluargaan, relasi masyarakat untuk menerima ide ini. Yang di Ramuk itu bagus, begitu kita sosialisasikan ini waktu itu 100 lebih tokoh yang hadir dan itu luar biasa, saya junjung mereka untuk menyampaikan ide/pemikiran mereka ternyata responnya sangat positif”35

Pola pendekatan kekeluargaan yang dilakukan oleh aktor Pangadangu Mahamu ini memudahkan proses penyederhanaan adat kematian akan berjalan baik dan lancar. Pola yang dibangun dengan mendekati tokoh-tokoh yang berpengaruh di desa dengan membangun jaringan dan komunikasi yang baik sehingga dalam proses penyederhanaan tidak ada unsur pemaksaan. Peran yang dilakukan oleh aktor tidak terlepas dari habitus dan modal yang dapat mepengaruhi pola pikir masyarakat. Strategi pendekatan aktor Pangadangu Mahamu ini diungkapkan kembali oleh bapak Paulus sebagai berikut :

“Kita merumuskan kebutuhan-kebutuhan ekonomi saja, disitu kita tidak otoriter begitu nanti orang tidak akan terima kita jadi kita harus

34

Wawancara Dengan Bapak Marius 22 Januari 2016

(7)

85

menghargai semua pandangan, semua pendapat, semua pikiran kemudian kita rangkum kita tawarkan lagi. Setelah itu oke sama-sama jalan aman dan tidak ada tantangan jadi untuk mengambil kebijakan untuk mengambil keputusan karna itu di dalam sosialisasi melalui pertemuan-pertemuan kekeluargaan kita memberi luang kepada mereka seluas-luasnya untuk memberikan ide/pikiran dan kemudian itu kita tawar lagi ke mereka kemudian sudah itu kita tawar kembali lagi. Pertama kita lakukan pendekatan dulu dengan tokoh-tokoh di desa itu ada beberapa marga misalnya ada 10 marga kira-kira diantara 10 marga itu siapa yang paling berpengaruh di situ kita lakukan pendekatan dengan mereka kita komunikasikan. Nah kita sudah yakinkan mereka oke baru kita tentukan waktu sosialisasinya. Kita jadwalkan itu pertemuan kami komunikasi lagi dengan tokoh desa kalau sudah oke kami pergi lagi untuk sosialisasikan ini materi bersama dengan tokoh-tokoh yang ada di desa. Jadi misalnya ada 5 keluarga atau 5 tokoh dari marga itu yang suda sepaham dengan kita ya mudah sudah kalau kita sosialisasikan untuk ambil keputusan kita dalam bentuk forum adat antar desa suda sangat mudah begitu. Dalam deklarasi nanti dari marga di masing-masing yang ada diambil tokoh-tokoh sebagai saksi untuk bentuk satu perjanjian supaya tidak lagi di langgar. Jadi anggota forum di desa ini membantu kami untuk melihat, mengevaluasi prilaku masyarakat”

Tahap pra sosialisasi kabihu yang dilakukan oleh forum peduli adat dengan pendekatan tokoh-tokoh yang berpengaruh di desa menjadi strategi forum dalam uapaya penyederhanaan adat kematian. Pola ini di bangun supaya memudahkan forum untuk melakukan sosialisasi di masyarakat karena sudah memiliki orang-orang kunci di desa. Setelah pertemuan awal yang dilakukan tokoh-tokoh yang hadir dalam pertemuan tersebut diberi tugas lagi oleh forum peduli adat untuk menyampaikan penyederhanaan adat kematian dan mengajak masyarakat untuk mengikuti sosialisasi yang akan dilakukan di desa Ramuk. Tokoh tersebut antara lain adalah Bapak Stepanus, Yusak dan Yonathan. Pada ketiga tokoh inilah yang berperan memberitahu dan mengajak semua masyarakat mau melakukan penyederhanaan adat kematian. Kemudian mereka ini juga mengajak masyarakat untuk mengikuti sosialisasi adat kematian yang dilakukan oleh aktor-aktor Pangadangu Mahamu. Setelah itu ketiga aktor ini berkomunikasi lagi dengan forum peduli adat untuk lakukan sosialisasi. Ketiga aktor dapat melakukan ini karena memiliki habitus dan modal, aktor-aktor ini

(8)

86

mempertaruhkan modal untuk mempengaruhi masyarakat untuk mengajak, membujuk dan meyakinkan masyarakat tentang penyederhanaan adat kematian.

7.2

Peran Aktor Dalam Tahap Pendekatan Sosialisasi

Pada tahap ini dilakukan dengan dua pendekatan yang merupakan perjuangan aktor dalam proses penyederhanaan adat kematian antara lain; strategi aktor dalam mempengaruhi masyarakat dan sosialisasi terbuka.

7.2.1 Strategi Aktor Dalam Mempengaruhi Masyarakat (mengajak, membujuk dan meyakinkan masyarakat)

Seperti yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya yaitu proses penyederhanaan adat kematian, bahwa setelah tahap pendekatan kabihu dilakukan selanjutnya dilakukan melalui sosialisasi. Pada tahap ini yang memiliki peran berpangaruh adalah Bapak Stepanus, Yusak dan Yonathan. Ketiga aktor ini berperan karena memiliki habitus dan modal. Aktor-aktor ini berperan dalam mengajak, membujuk dan memberitahu masyarakat terkait penyederhanaan adat kematian. Dalam konteks Pierre Bourdieu bahwa proses ini terjadi pertarungan simbolik yaitu aktor-aktor mempertaruhkan modal simbolik, modal sosial dan modal budaya untuk mempengaruhi masyarakat. Penyederhanaan adat kematian sebagai arena akan menjadi ranah pertarungan modal. Aktor-aktor ini memiliki peran untuk membantu aktor Pangadangu Mahamu untuk bersama-sama melakukan sosialisasi di masyarakat. Selain itu juga aktor-aktor ini berperan dalam mengajak, membujuk dan meyakinkan masyarakat untuk mau menyederhanakan adat kematian. Namun kendala mendasar yang dihadapi dalam proses penyederhanaan adat kematian adalah masih ada masyarakat yang kontra terhadap penyederhanaan adat kematian. Hal ini tidak menutup kegigihan bagi aktor-aktor untuk mempengaruhi masyarakat agar melakukan penyederhanaan adat kematian. Strategi yang dilakukan oleh aktor ini adalah menggunakan habitus dan modal untuk mempengaruhi masyarakat. Modal yang dimiliki oleh aktor-aktor ini adalah modal simbolik dan modal social. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Bapak Stepanus selaku pemerintah desa:

“Ya, memang sulit awalnya, tahu sendiri kita orang disini masih terikat sekali dengan adat. Memang butuh waktu yang lama untuk

(9)

87

kasih pemahaman dan yakinkan mereka untuk mau sederhanakan adat, dengan bergabung saya di forum ini masyarakat dapat melihat sehingga apa yang saya sampaikan mereka dengar. Jadi saya sampaikan kepada mereka pentingnya penyederhanaan adat kematian. Jadi saya mulai bujuk, ajak dan meyakinkan ini masyarakat untuk lakukan penyederhanaan adat kematian”36

Setara dengan strategi yang dilakukan oleh bapak Stepanus, bapak Yusak juga memiliki cara yang sama seperti berikut:

“Memang susah bujuk mereka ini awalnya. Jadi saya punya cara lain untuk bisa bujuk mereka. Nah, kebetulan saya wunang (juru bicara) kalau setiap ada adat baik adat kematian atau adat perkawinan saya selalu omong tentang penyederhanaan adat. Saya kan wunang jadi mereka mau dengar saya karena saya yang sering jadi kunci adat. Ya, mau tidak mau harus ikut sudah. Saya juga rasa betul pengaruh adat ini apa-apa yang dibutuhkan dalam adat ini kadang juga memberatkan ekonomi kita, jadi saya memberikan pemahaman di mereka supaya mau sederhanakan adat kematian”37

Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan bapak Yonathan yang turut berperan dalam proses ini yaitu dia mempertaruhkan modal untuk mempengaruhi masyarakat, seperti yang dikatakan:

“Awalnya susah karena memang kita tidak tahu ya penyederhanaan adat kematian itu, ini kan muncul tiba-tiba juga jadi masyarakat pro dan kontra karena mereka ini beranggapan merubah budaya. Terutama ini pada masyarakat yang merasa mampu lah atau maramba mereka ini. Saya punya cara sendiri untuk ajak mereka ikut sosialisasi. Saya bilang sama masyarakat bahwa yang mengangkat gagasan ini mereka mantan bupati Sumba Timur, mantan camat dan tokoh pemerintah daerah juga yang lain. Jadi mereka ini orang-orang besar saya bilang sama mereka tapi mereka mau mengajak masyarakat untuk menyederhanakan adat saya bilang begitu. Sehingga waktu saya omong seperti itu, masyarakat yang awalnya kasih respon negatif akhinya kasih respon positif sudah jadi mereka ikut sudah toh. Saya bilang begini di mereka ini saja orang-orang besar mau melakukan ini penyederhanaan adat kematian mengapa kita tidak lakukan begitu to akhirnya masyarakat ini bisa berpikir sudah to. Dengan saya omong begitu juga mereka ini mau dengar saya omong juga.”38

36 Wawancara Bapak Stepanus Pada Tanggal 03 Pebruari 2016 37 Wawancara Bapak Yusak Pada Tanggal 28 Januari 2016

38

(10)

88

Strategi aktor dalam mempengaruhi masyarakat yaitu berangkat dari hibitus dan modal yang dimiliki oleh masing-masing aktor untuk dapat mempengaruhi masyarakat supaya mau melakukan penyederhanaan adat kematian. Modal-modal yang dimiliki oleh aktor-aktor ini adalah modal simbolik, budaya dan sosial. Dengan modal yang dimiliki dapat menentukan perannya dalam mempengaruhi dan mengajak masyarakat dalam menyederhanakan adat kematian. Melalui modal yang dimiliki oleh setiap aktor ini juga dapat membentuk unsur kepercayaan masyarakat (jaringan) karena memiliki posisi yang sangat penting di masyarakat desa Ramuk.

7.2.2 Strategi Aktor Dalam Pendekatan Sosialisasi Terbuka

Sesuai dengan kesepakatan awal yaitu antara tim sosialisasi pangadangu mahamu dengan tokoh-tokoh di desa bersepakat untuk melakukan sosialisasi terbuka yang melibatkan semua elemen masyarakat. Pada sosialisasi tersebut di hadiri oleh semua elemen masyarakat seperti tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah serta semua kabihu-kabihu yang ada di desa Ramuk. Sehingga pada sosialisasi tersebut dihasilkan keputusan bersama oleh semua masyarakat. Kesepakatan yang di hasilkan dalam sosialisasi tersebut berdasarkan permintaan dan keinginan masyarakat yang sesuai di desa Ramuk. Setelah hasil pertemuan pertama yang dilakukan oleh bapak Marius, Paulus dan Umbu Reku bersama dengan tokoh desa yaitu bapak Stepanus, Yusak dan Yonathan bersepakat untuk lakukan sosialisasi penyederhanaan adat kematian di masyarakat secara terbuka. Pada tahap ini dilakukan sosialisasi dan musyarah secara terbuka oleh semua eleman masyarakat. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Bapak Marius dan Paulus yang juga memiliki pernyataan yang mirip :

“Pada pertemuan sosialisasi ini yang hadir waktu itu tokoh pemerintah desanya, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama serta semua masyarakat termasuk tokoh kabihu-kabihu. Luar biasa sekali responnya, kalau di desa Ramuk ini rata-rata menerima penyederhanaan adat kematian. Kemarin saat kami sosialisai di Ramuk masyarakat senang begitu kami sampaikan ini gagasan/ konsep penyederhanaan adat masyarakat bilang bagus sudah kalau

(11)

89

ada pemikiran begini mereka bilang. Jadi pada saat sosialisasi waktu itu mereka minta untuk deklarasi sudah”39

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa masyarakat berantusias menerima penyederhanaan adat kematian. Partisipasi masyarakat ini sangat mendukung upaya penyederhanaan adat kematian. Pada awalnya kesulitan yang dihadapi ialah masih ada masyarakat yang kontra terhadap penyederhanaan adat kematian. Namun setelah dijelaskan maksud dan tujuan penyederhanaan adat kematiaan tersebut kemudian masyarakat mau melakukan penyederhanaan adat kematian40. Dalam musyawarah dan sosialisasi yang dilakukan oleh aktor dalam forum bersama semua elemen masyarakat bersepakat untuk menerapkan penyederhanaan adat kematian yaitu mengurangi unsur-unsur dalam pelaksanaan adat kematian yang memiliki dampak secara ekonomi. Berikut ini adalah tabel yang merupakan hasil kesepakatan/keputusan bersama dalam sosialisasi penyederhanaan adat kematian di desa Ramuk dan juga merupakan hasil dari perjuangan aktor dalam upaya penyederhanaan adat kematian.

Tabel. 7.1

Hasil kesepakatanan penyederhanaan adat kematian di desa Ramuk No Aspek/Unsur Keputusan Bersama

1 Lama penyimpanan mayat/jenasah

(biasanya berbulan-bulan atau

bertahun-tahun)

Semua kabihu di desa ramuk bersepakat paling lama 8 hari penyimpanan mayat.

2 Cara mengundang Apabila ada kematian atau kedukaan, maka

pada hari yang sama baik koster gereja maupun keluarga duka “Membunyikan Bel Gereja”sebagai tanda ada kedukaan sekaligus merupakan undangan resmi dari keluarga duka buat masyarakat desaa Ramuk.

3 Cara pelayanan makan dan minum Semua kabihu di desa Ramuk sepakat :

A. Maksimal 5 kali makan secara nasional

 Makan pada saat

paborung/pahaungu/papalang

39 Hasil Wawancara dengan Bapak Marius dan Paulus di rumahnya masing-masing Pada Tanggal 22 dan 21 Januari 2016

40 Observasi dan pengalaman penulis saat mengikuti pertemuan kabihu yang dilakukan tahun 2013

masih terjadi pro dan kontra terhadap penyederhanaan adat kematian tetapi setelah tahun 2014 masyarakat mau menerima penyederhanaan adat kematian. Masyarakat yang awalnya kontra kemudian menjadi pro terhadap penyederhanaan adat kematian. Kemudian pengalaman penulis selama penelitian tahun 2016 bahwa Desa Ramuk sudah menerapkan penyederhanaan adat kematian yaitu melalui deklarasi.

(12)

90

(pindah mayat)

 Makan pada musyawarah keluarga

dalam pembentukan panitia

 Makan pada saat pamatu maling

(makan terakhir)

 Makan pada saat penguburan

B. Malam dan siang harinya dilayani minum saja

C. Pakameting ditiadakan 4 Pembawaan yera dan ana kawini dan

cara membalasnya

Semua kabihu di desa ramuk bersepakat ;

1. yera dan ana kawini apapun

pembawaannya dibalas secara

sederhana untuk semua yera 1 ekor babi dan semua ana kawini 1 ekor babi.

2. Untuk yera maasing-masing satu buah mamuli humba dan lulu amah.

ana kawini satu lembar kain/sarung.

Untuk itu memiliki bahasa adat yang tidak memiliki beban, bahasa adatnya yaitu : “baka bihu ana allah ta, baka bihu nai karitu ta, takarainya na wai mmaringu, wai mallala kata tapa hewa dangu baha eti, riki mata, ka ambu ningu ki ai mapa toabangu, rumba mapa hiru, la pullu nai karitu. kawangu andjaka da kalambi nggu”

5 Kain yubuhu/kain palumburung Semua kabihu di desa ramuk bersepakat :

Perkabihu atau marga satu lembar

kain/sarung untuk yera dan satu buah mamuli/lulu amah untuk anakawini.

6 Penyuguhan sirih pinang Semua kabihu di desa Ramuk bersepakat :

Bagi setiap rombongan (pahapa mborung) yakni untuk laki-laki satu tanga wahil sirih pinang dan untuk wanita satu tanga wahil.

7 Sumbangan duka Semua kabihu desa Ramuk bersepakat :

a. setiap anggota keluarga (KK) bersepakat setiap kali ada kedukaan didalam desa wajib

memberikan sumbangan duka sesuai

kesepakatan bersama.

b. pengumpulan sumbangan duka diatur dalam keputusan desa atau setiap masing-masing ketua RT sebagai penanggung jawab c. besarnya sumbangan duka Rp.100.000 (seratus ribu rupiah) setiap kepala keluarga

8 Sanksi/Denda Apabila ada yang melanggar salah satu atau

seluruhnya dari unsur-unsur penyederhanaan adat yang telah disepakati,semua kabihu maka bersepakat untuk dikenakan denda atau sanksi bagi yang melanggarnya, dengan iuran duka sebesar 1000.000 (satu juta rupiah)

(13)

91

perhari. Dan uangnya dimasukkan untuk kas desa.

Tabel diatas merupakan hasil keputusan musyawarah yang sudah di sepakati bersama oleh semua elemen masyarakat desa Ramuk. Dari tabel diatas terlihat bahwa adanya nilai-nilai bisa mempererat hubungan kekeluargaan dan kegotong royongan. Jika dilihat bahwa penyederhanaan adat kematian ini memiliki nilai positif bagi masyarakat karena dapat mengurangi beban ekonomi masyarakat Tabel diatas bertujuan untuk mengurangi unsur-unsur dalam pelaksanaan adat kematian yang memiliki beban ekonomi. Dapat di simpulkan bahwa masyarakat sudah mulai sadar dan mau berubah ke kehidupan yang lebih baik untuk itu sebagai respon masyarakat ini melakukan tindakan praktek yaitu praktek penyederhanaan adat kematian.

7.2.3 Strategi Aktor Dalam Tahap Implementasi Kesepakatan penyederhanaan adat kematian

Setelah strategi-strategi diatas dilakukan bahwa aktor-aktor tidak berhenti hanya sampai di situ saja, tetapi dilakukan lagi tahap percobaan dari hasil kesepakatan yaitu implementasi kesepakatan (pra penyederhanaan adat kematian) seperti yang di sampaikan bapak Lapoe di bawah ini:

“Setelah tim ini selesai sosialisasi begitu masyarakat dikasih waktu lagi enam bulan sampai satu tahun bahkan ada yang sampai dua tahun untuk coba mempraktekkan penyederhanaan adat begitu, jadi kalau sudah sedikit berhasil kami dari forum buat deklarasi sudah di desa untuk lakukan penyederhanaan adat itu. Jarak yaitu kurang lebih satu tahun karena kami juga di forum ini tidak terlalu buru-buru juga untuk langsung deklarasi begitu na nanti dibilang pemaksaan lagi oleh masyarakat kepada forum jadi kami hindari itu, jadi kami itu memberikan kebebasan kepada masyarakat sendiri yang ambil keputusannya begitu na”41

Setara dengan hal ini juga diperkuat oleh pernyataan bapak Marius:

“Setelah kami tim ini stelah selesai sosialisasi begitu kami beri waktu kepada masyarakat untuk coba mempraktekkan apa yang kami sudah sosialisaskan tadi. Jadi tunggu kira-kira beberapa bulan, satu tahun sampai dua tahun begitu untuk melihat perkembangan

(14)

92

masyarakat sesudah itu kami pergi lagi berkomunikasi dengan pemerintah desa dengan tokoh-tokoh desa untuk berdiskusi menentukan waktu deklarasi begitu jadi tidak mudah juga bagi kami di forum ini pekerjaan berat juga bagi kami jadi kami ini harus siap mental juga dimasyarakat. Kami di forum ini tidak memaksa masyarakat harus ikut kami punya mau begitu jadi kami beri kebebasan kepada masyarakat untuk menyampaikan persoalan dan keluhannya jadi kami hanya membantu masyarakat saja. Kerja kami juga ini sesudah sosialisasi kami bawa lagi hasil itu ke rapat pengurus forum disitu kami bawas ulang lagi draf yang sudah kami buat dan sosialisaskan tadi sesuaikan lagi dengan kesepakatan masyarakat. Sesudah itu kami merancang lagi draf kesepakatan sebagai acuan deklarasi. Deklarasi nanti ini dibaca ulang lagi di masyarakat dengan cara membuat perjanjian dan sumpah adat. Kalau sudah pukul gong, tikam babi dan penandatanganan perjanjian itu sebagai tanda bahwa penyederhanaan adat ini resmi diterapkan”42

Maksud dari pernyataan bapak Lapoe dan Marius diatas adalah bahwa setelah sosialisasi dan musyarawah selanjutnya di lakukan pra implementasi kesepakatan pada masyarakat. Tujuannya untuk melihat implementasi penyederhanaan adat di masyarakat selama kurang lebih satu tahun setelah itu baru deklarasi sebagai tahap akhir. Setelah implementasi kesepakatan dilakukan forum peduli adat ini berkomunikasi lagi dengan desa untuk menentukan waktu deklarasi. Selain itu yang dilakukan aktor Pangadangu Mahamu membawa hasil kesepakatan penyederhanaan adat kematian ini di Forum Peduli Adat tingkat kabupaten untuk dibahas ulang dan membuat draft yang menjadi acuan dalam deklarasi penyederhanaan adat kematian.

7.3

Peran aktor dalam deklarasi penyederhanaan adat

kematian

Tahap ini merupakan tahap akhir perjuangan aktor-aktor dalam upaya penyederhanaan adat kematian di Desa Ramuk. Deklarasi penyederhanaan adat kematian sebagai akhir perjuangan aktor terlihat bahwa masyarakat mau menerapkan penyederhanaan adat kematian. Semua aktor-aktor turut berperan dalam mensukseskan penyederhanaan adat kematian. Pada tahap ini aktor-aktor baik dari forum peduli adat maupun semua elemen masyarakat turut berperan

(15)

93

dalam deklarasi penyederhanaan adat kematian. Walaupun latar belakang aktor berbeda-beda, namun relasi dan kapasitas antar aktor sudah terjalin lama baik sebelum proses penyederhanaan adat maupun dalam proses penyederhanaan adat kematian yang dilakukan. Perjuangan aktor-aktor adalah dicapai satu kesepakatan bersama dengan semua elemen masyarakat dengan cara membuat perjanjian baik tertulis mapun tidak tertulis seperti sumpah adat atau ritual adat. Deklarasi penyederhanaan adat sebagai satu nilai yang sudah disepakati oleh semua masyarakat menjadikan ini sebagai tindakan praktek aktor.

Berikut ini caontoh susunan acara deklarasi penyederhanaan adat kematian, dimana semua elemen masyarakat turut berpartisipasi dalam upaya penyederhanaan adat kematian, sebagai berikut:

Gamabar 7.1.

Proses penandatanganan perjanjian kesepakatan dan diawali pemukulan Gong

Gambar tersebut menggambarkan proses dekarasi penyederhanaan adat kematian sebagai wujud dari respon masyarakat untuk menerapkan penyederhanaan adat kematian yaitu melalui penandatangan perjaanjian kesepakatan dan diiringi pemukulan gong/tambur sebagai bukti perjanjian kesepakatan. Penandatangan ini sebagai pembentuk nilai dan norma bersama oleh masyarakat yang juga di dasarkan dengan perjanjian adat.

(16)

94 Gambar 7.2.

Proses pembacaan kesepakatan diiringi sumpah perjanjian adat

Gambar tersebut menunjukkan bahwa penyederhanaan adat kematian tidak berakhir dari seremoni saja tetapi betul-betul diterapkan. Penandatanganan perjanjian dengan menggunakan sumpah adat merupakan strategi aktor dalam deklarasi penyederhanaan adat sebagai bukti bahwa masyarakat tidak lagi melanggar perjanjian yang sudah dibuat bersama. Keceriaan yang penuh kegembiraan,canda tawa dan semangat masyarkat saling bergandengan tangan yang terdiri dari tokoh kabihu-kabihu, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemerintah, tokoh pemuda, tokoh agama maupun tokoh perempuan sebagai bukti bahwa masyarakat betul-betul mau menerapkan penyederhanaan adat kematian. Peran dan dorongan Forum Peduli Adat Pangadangu Mahamu mampu merubah pola pikir masyarakat untuk berubah ke kehidupan yang lebih baik. Keberhasilan penyederhanaan adat kematian ini juga tidak terlepas dari peran semua elemen masyarakat yang turut berpartisi dalam proses ini.

(17)

95 Gamabar 7.3.

Partisipasi tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda

Gambar tersebut menunjukkan bahwa penyederhanaan adat kematian di desa Ramuk tidak terlepas dari peran dan keterlibatan tokoh adat, tokoh masyarakat maupun tokoh pemuda dalam mendukung penyederhanaan adat kematian yaitu dalam mempengaruhi masyarakat untuk membujuk, mengajak dan mendorong masyarakat untuk melakukan penyederhanaan adat kematian. Kerterlibatan mereka dalam proses penyederhanaan adat ini juga merupakan hasil dari mereproduksi habitus dan modal yaitu terbentuk melalui kesadaran batin maupun pengalaman melaksanakan adat kematian.

Keberhasilan penyederhanaan adat kematian di desa Ramuk merupakan praktek sosial yang merupakan hasil kerja habitus dikali modal. Partisipasi dari semua elemen masyarakat mampu membangun sebuah perubahan yaitu melakukan tindakan praktek penyederhanaan adat kematian. Hal ini juga dipengaruhi oleh habitus karena masing-masing aktor memiliki habitus, habitus inilah yang menjadi sumber penggerak tindakan praktek. Tindakan yang dilakukan aktor-aktor ini menghasilkan praktek penyederhanaan adat kematian. Kesepakatan penyederhanaan adat ini menjadi sebuah nilai/ norma bersama bagi masyarkat di desa Ramuk, maka prosesi adat kematian sebagai sebuah field sedang mereproduksi habitus baru menuju masyarakat sejahtera.

Gambar

Gambar  tersebut  menggambarkan  proses  dekarasi  penyederhanaan  adat  kematian  sebagai  wujud  dari  respon  masyarakat  untuk  menerapkan  penyederhanaan  adat  kematian  yaitu  melalui  penandatangan  perjaanjian  kesepakatan  dan  diiringi  pemukula
Gambar tersebut menunjukkan bahwa penyederhanaan adat kematian tidak  berakhir  dari  seremoni  saja  tetapi  betul-betul  diterapkan

Referensi

Dokumen terkait

Dia menfocuskan permbicaraannya pada karya- karyanya yang bersifat “ musik tradisional yang berusaha mendekati konsep estetika kontempor er.” Di Indonesia,

(4) Penggunaan dana yang diperoleh dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dan dikelola oleh Direktur sesuai dengan ketentuan

Berdasarkan hasil pre-test diperoleh 6 siswa yang mendapatkan skor tinggi yang termasuk prokrastinasi akade mik siswa dan a kan d iberikan perlakuan

berpendapat bahwa demokrasi memiliki kesamaan dan keselarasan dengan asas musyawarah dalam Islam, tetapi sebgaian yang lain berpendapat bahwa demokrasi merupakan hal yang

Abstract: This study aims to interpret the performance-based budgeting process by utilizing Planning, Budgeting and Reporting Information System (SIMRAL) in

Dalam melaksanakan penelitian hal yang harus diperhatikan adalah (a) Tanggung jawab, tanggung jawab terhadap profesi adalan bagaimana mengambangkan suatu penelitian yang

Oleh sebab itu berdasarkan pemaparan Faisal 13 bahwa Rupbasan tidak bertanggung jawab terhadap barang bukti sitaan di luar Rupbasan kecuali, kalau Rupbasan sendiri

Yaitu pelaku tindak pidana yang pada hakekatnya memenuhi semua unsur dari tindak pidana. Dalam arti sempit, pelaku adalah mereka yang melakukan tindak pidana.