SKRIPSI
PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus di Dinas Pemerintahan Kota Medan)
OLEH
ELVIRA OSTI 110503092
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah” adalah
benar hasil karya saya sendiri dan judul tersebut belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa dalam konteks penulisan skripsi level
program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan
jelas, benar dan apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak
benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera
Utara.
Medan, 25 Mei 2015 Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Sistem Akuntansi Pemerintah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Penelitian ini mengumpulkan bukti-bukti empiris. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden. Responden merupakan pegawai akuntansi di setiap SKPD di Dinas Pemerintahan Kota Medan, dan pegawai fungsional di Inspektorat Pemerintah Kota Medan.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode regresi linear berganda diketahui variabel Sistem Akuntansi Pemerintah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah secara bersamaan atau simultan mempengaruhi variabel Kualitas Laporan Keuangan pada tingkat signifikansi 5%. Pengaruh yang terjadi antara Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dengan variabel Kualitas Laporan Keuangan signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%. Namun Pengaruh yang terjadi antara Sistem Akuntansi Pemerintah dengan variabel Kualitas Laporan Keuangan tidak signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%.
ABSTRACT
THE EFFECT OF GOVERNMENT ACCOUNTING STANDARD AND GOVERNMENT INTERNAL CONTROL SYSTEM FOR QUALITY OF
GOVERNMENT FINANCIAL REPORT
This study aimed to analyze the influence of variables Government Accounting System and Internal Control System for Quality of Government Financial Statements. This study collects empirical evidence. The sample in this study were 30 respondents. Respondents are employees of accounting in each SKPD in Medan City Government Office, and employees of the Government Inspectorate functional in the city of Medan.
Based on the results of data processing using multiple linear regression method known variables Government Accounting System and Internal Control System affect Quality of Government Financial Statements simultaneously, at a significance level of 5%. Influences that occur between the Government Internal Control System with Quality variable Financial Statements statistically significant at the 5% significance level. But the influence that occurs between the Government Accounting System with the variable quality of the Financial Statements are not statistically significant at the 5% significance level.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan hormat yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan kuasaNya saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Skripsi saya ini berjudul Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Tujuan penyusunan skripsi ini adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi
Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, saya memperoleh banyak
bimbingan, dukungan, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materil
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku ketua
departemen S1 Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far. M.M., Ak.,
selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak., selaku Ketua Program Studi S1
Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara.
4. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si, PhD, Ak.selaku Dosen Pembimbing, atas
bimbingan dan arahan Ibu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Bapak
Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak., selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs.
Syamsul Bahri TRB, MM, Ak.selaku Dosen Pembanding, atas segala
saran dan masukan yang telah diberikan selama ini.
5. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak., selaku Dosen Wali yang telah membantu
saya dalam konsultasi akademik selama perkuliahan.
6. Kedua orangtua saya yang telah membimbing dan selalu memberikan
arahan kepada saya serta teman-teman saya atas dukungan dan
semangatnya selama ini.
Saya berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak. Saya juga
berharap semoga skripsi ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya dan dapat menambah ilmu bagi yang membaca.
Medan, 25 Mei 2015 Penulis
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 9
2.1.1 .. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan PemerintahDaerah ... 9
2.1.2 Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan ... 12
2.1.3 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah... 15
2.1.4 Laporan Keuangan ... 17
2.1.4.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 17
2.1.4.2 Manfaat Laporan Keuangan ... 18
2.1.4.3 Tujuan Laporan Keuangan ... 18
2.1.5 Basis Akuntansi ... 20
2.1.6 Komponen – Komponen Dalam Laporan Keuangan .... 22
2.1.6.1 Laporan Realisasi Anggaran (LRA) ... 22
2.1.6.2 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih ... 24
2.1.6.3 Neraca... 24
2.1.6.4 Laporan Operasional ... 27
2.1.6.5 Laporan Arus Kas (LAK) ... 28
2.1.6.6 Laporan Perubahan Ekuitas ... 28
2.1.6.7 Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) ... 29
2.1.7 Prinsip-Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan .... 29
2.2 Penelitian Terdahulu ... 33
2.3 Keterkaitan Antar Variabel dengan Hipotesis ... 35
2.3.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan ... 35
2.3.2 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan ... 36
2.4 Kerangka Konseptual ... 37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 39
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
3.3 Definisi Operasional ... 39
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 40
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 41
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 42
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 43
3.8 Metode Analisis ... 43
3.8.1 Statistik Deskriptif ... 43
3.8.2 Uji Kualitas Data ... 44
3.8.2.1 Uji Validitas ... 44
3.8.2.2 Uji Reliabilitas... 44
3.8.3 Uji Asumsi Klasik ... 45
3.8.3.1Uji Normalitas ... 45
3.8.3.2Uji Multikolinearitas ... 46
3.8.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 46
3.8.4 Analisis Regresi Linear Berganda ... 47
3.8.5 Pengujian Hipotesis ... 47
3.8.5.1 Koefisien Determinasi ... 48
3.8.5.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 48
3.8.5.3 Uji Signifikansi Individual (Uji t) ... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif ... 50
4.2 Uji Kualitas Data ... 50
4.2.1 Uji Validitas ... 50
4.2.2 Uji Reliabilitas ... 52
4.3 Uji Asumsi Klasik ... 52
4.3.1 Uji Normalitas ... 52
4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 55
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 56
4.4 Analisis Regresi Linear Berganda ... 57
4.5 Pengujian Hipotesis... 58
4.5.1 Koefisisen Determinasi ... 58
4.5.2 Uji F... 59
4.5.3 Uji t ... 60
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 65
5.2 Saran... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 68
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ... 34
3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel .... 40
4.1 Uji Validitas �1 ... 51
4.2 Uji Validitas �2 ... 51
4.3 Uji Validitas � ... 51
4.4 Uji Reliabilitas �1,�2,� ... 52
4.5 Uji Normalitas ... 53
4.6 Uji Multikolinearitas ... 56
4.7 Analisis Regresi Linear Berganda ... 57
4.8 Koefisien Determinasi ... 59
4.9 Uji F ... 60
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 37
4.1 Normal P – P Plot ... 54
4.2 Histogram ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 57
2. Statistik Deskriptif ... 63
3. Uji Kualitas Data ... 64
4. Uji Normalitas ... 73
5. Uji Multikolinearitas ... 75
6. Uji Heteroskedastisitas ... 76
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH TERHADAP
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Sistem Akuntansi Pemerintah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Penelitian ini mengumpulkan bukti-bukti empiris. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden. Responden merupakan pegawai akuntansi di setiap SKPD di Dinas Pemerintahan Kota Medan, dan pegawai fungsional di Inspektorat Pemerintah Kota Medan.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode regresi linear berganda diketahui variabel Sistem Akuntansi Pemerintah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah secara bersamaan atau simultan mempengaruhi variabel Kualitas Laporan Keuangan pada tingkat signifikansi 5%. Pengaruh yang terjadi antara Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dengan variabel Kualitas Laporan Keuangan signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%. Namun Pengaruh yang terjadi antara Sistem Akuntansi Pemerintah dengan variabel Kualitas Laporan Keuangan tidak signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%.
ABSTRACT
THE EFFECT OF GOVERNMENT ACCOUNTING STANDARD AND GOVERNMENT INTERNAL CONTROL SYSTEM FOR QUALITY OF
GOVERNMENT FINANCIAL REPORT
This study aimed to analyze the influence of variables Government Accounting System and Internal Control System for Quality of Government Financial Statements. This study collects empirical evidence. The sample in this study were 30 respondents. Respondents are employees of accounting in each SKPD in Medan City Government Office, and employees of the Government Inspectorate functional in the city of Medan.
Based on the results of data processing using multiple linear regression method known variables Government Accounting System and Internal Control System affect Quality of Government Financial Statements simultaneously, at a significance level of 5%. Influences that occur between the Government Internal Control System with Quality variable Financial Statements statistically significant at the 5% significance level. But the influence that occurs between the Government Accounting System with the variable quality of the Financial Statements are not statistically significant at the 5% significance level.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan
pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan
strategis yang telah ditetapkan. Dalam rangka pertanggungjawaban tersebut
diperlukan penerapan sistem pelaporan keuangan yang tepat, jelas dan terukur
sesuai dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Oleh karena itu diperlukan
upaya reformasi dan pengembangan, khususnya di bidang akuntansi
kepemerintahan, yang berkesinambungan sehingga terbentuk suatu sistem yang
tepat.
Dengan adanya laporan keuangan, baik keuangan pusat maupun daerah
diharapkan dapat dikelola dengan baik dalam rangka mengelola dana publik
secara transparan, ekonomis, efisien, efektif dan akuntabel. Adanya laporan
keuangan tersebut perlu dipertimbangkan lebih lanjut kegunaan laporan sebagai
suatu kewajiban belaka tanpa menjadikan keuangan itu sebagai sumber informasi
untuk menentukan dan mengambil kebijakan dalam mengembangkan dan
menumbuhkan wilayahnya.
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban
dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara
umum. Pada tahun 2005 Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar ini
dibutuhkan dalam rangka penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD. Tujuan diberlakukannya hal tersebut adalah agar laporan keuangan
lebih accountable dan semakin diperlukannya peningkatan kualitas laporan
keuangan.
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber daya. Apabila informasi yang terdapat di
dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah memenuhi kriteria karakteristik
kualitatif laporan keuangan pemerintah seperti yang disyaratkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, berarti pemerintah daerah mampu
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah.
Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan yang dihasilkan oleh
pemerintah daerah harus sesuai dengan kriteria nilai informasi yang disyaratkan
peraturan undangan. Apabila tidak sesuai dengan
perundang-undangan, maka akan mengakibatkan kerugian daerah, potensi kekurangan
daerah, kekurangan penerimaan, kelemahan administrasi, ketidakhematan,
ketidakefisienan, dan ketidakfektifan (Yuliani, 2010)
Hasil pemeriksaan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada
keuangan entitas pemerintah pusat/daerah dibanding Semester I Tahun 2012.
Perbaikan opini tersebut antara lain disebabkan entitas telah menindaklanjuti
rekomendasi BPK. Peningkatan kualitas tersebut dapat dilihat dari semakin
meningkatnya entitas yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
dan kecenderungan menurunnya jumlah entitas yang memperoleh opini Tidak
Wajar (TW) dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Jumlah Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) yang memperoleh opini WTP juga meningkat dari 67
menjadi 113.
Disamping peningkatan kualitas laporan keuangan pada tahun 2013, BPK
juga mencatat kasus-kasus yang sering terjadi dari tahun ke tahun dan memiliki
nilai yang relatif besar. Kasus- kasus tersebut antara lain adalah kekurangan
penerimaan, baik yang berasal dari penerimaan yang belum/tidak ditetapkan atau
dipungut/diterima/disetor ke kas negara/daerah maupun denda keterlambatan
pekerjaan. Selain itu, BPK juga menemukan kasus seperti pengelolaan aset yang
tidak sesuai dengan peraturan pemerintah dan kelemahan yang terdapat dalam
sistem pengendalian intern.
Dari hasil pemeriksaan keuangan yang dilaporkan dalam Ikhtiar Hasil
Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2013, BPK telah memeriksa 415 LKPD
Tahun 2012 dari 529 pemerintah daerah tingkat provinsi/kabupaten/kota. Cakupan
pemeriksaan keuangan tersebut meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
realisasi anggaran (LRA) atau laporan surplus (defisit) atau laporan aktivitas,
laporan perubahan ekuitas dan rasio modal, serta laporan arus kas (LAK). Hasil
kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. LK yang seharusnya disusun
oleh Pemerintah Daerah dalah sebanyak 524, namun opini LKPD baru diberikan
kepada 415 LKPD Tahun 2012 disebabkan beberapa pemerintah daerah belum
dapat menyelesaikan penyusunan laporan keuangan dan/atau terlambat
menyerahkan kepada BPK. Terhadap 415 LKPD Tahun 2012, BPK memberikan
opini WTP atas 113 entitas (termasuk 41 entitas dengan opini WTP-DPP), opini
WDP atas 267 entitas, opini TW atas 4 entitas, dan opini TMP atas 31 entitas.
Hasil pemeriksaan atas LKPD menunjukkan peningkatan persentase opini
WTP, dan penurunan persentase opini WDP serta TMP. Kondisi tersebut secara
umum menggambarkan perbaikan yang dicapai oleh entitas pemerintahan daerah
dalam menyajikan suatu laporan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip yang
berlaku. Selanjutnya, penyajian suatu laporan keuangan yang wajar merupakan
gambaran dan hasil dari pengelolaan keuangan yang lebih baik.
Adapun permasalahan-permasalahan atas LKPD Tahun 2012 yang tidak
memperoleh opini WTP antara lain adalah pada akun aset tetap yang belum
dilakukan inventarisasi dan penilaian, penatausahaan kas yang tidak sesuai dengan
ketentuan, piutang, investasi permanen dan non permanen, penyertaan modal
belum disajikan dengan menggunakan metode ekuitas, saldo dana bergulir belum
disajikan dengan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan, penatausahaan
persediaan tidak memadai, dan pertanggungjawaban belanja hibah tidak sesuai
dengan ketentuan, belanja barang dan jasa, belanja pegawai, dan belanja modal.
2013 terdiri atas 26 LKPD provinsi, 309 LKPD kabupaten, dan 80 LKPD kota.
Terhadap 80 LKPD kota Tahun 2012, BPK memberikan opini WTP atas 30
entitas, opini WDP atas 46 entitas, dan opini TMP atas 4 entitas.
Laporan Keuangan Pemerintah Kota/Daerah (Pemko/Pemda) harus disusun
berdasarkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) seperti yang diamanatkan dalam
pasal 56 ayat (4) UU nomor 01 tahun 2004 yang menyatakan kepala Organisasi
Perangkat Daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang memberikan
pernyataan bahwa pengelolaan APBD di lingkungan tempat kerjanya telah
diselenggarakan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern yang memadai dan
laporan keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan. Peran SPI adalah untuk meningkatkan kinerja, transparansi, dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara. Presiden selaku Kepala Pemerintahan
mengatur dan menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan
pemerintahan secara menyeluruh. Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah
(PP) yang mengatur Sistem Pengendalian Intern baru ditetapkan pada tahun 2008
yaitu PP nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern pemerintah
(SPIP)
Hasil evaluasi oleh BPK menunjukkan bahwa LKPD yang memperoleh opini
WTP dan WDP pada umumnya memiliki pengendalian intern yang sudah
memadai. Adapun LKPD yang memperoleh opini TW dan TMP memerlukan
perbaikan pengendalian intern dalam hal keandalan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan. Masih banyaknya opini TW dan TMP yang diberikan
menemukan beberapa kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan
pelaporan, yang tediri atas pencatatan tidak/belum dilakukan secara akurat, proses
penyusunan laporan tidak sesuai dengan ketentuan, terlambat menyampaikan
laporan, sistem informasi akuntansi dan pelaporan tidak memadai, sistem
informasi akuntansi dan pelaporan belum didukung SDM yang memadai.
Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah masih belum memenuhi kriteria
nilai informasi yang disyaratkan. Mengingat bahwa karakterisktik kualitatif
merupakan unsur penting dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebagai
dasar pengambilan keputusan, maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi keandalan dan ketepatan waktu pelaporan keuangan
pemerintah daerah.
IHPS I Tahun 2013 mengungkapkan sebanyak 13.969 kasus kelemahan sistem
pengendalian intern. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.589 kasus merupakan
temuan yang berdampak finansial yaitu temuan ketidakpatuhan terhadap
ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian,
dan kekurangan penerimaan senilai Rp10,74 triliun. Rekomendasi BPK terhadap
kasus-kasus tersebut antara lain adalah penyerahan aset dan/atau penyetoran ke
kas negara/daerah/ perusahaan milik negara/daerah. Adapun sebanyak 5.747 kasus
merupakan kelemahan SPI, sebanyak 2.854 kasus penyimpangan administrasi,
serta ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan sebanyak 779 kasus
senilai Rp46,24 triliun. Rekomendasi BPK atas kasus tersebut adalah perbaikan
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul : “Pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Dinas
Pemerintahan Kota Medan
2. Apakah ada pengaruh pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintahan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
diDinas Pemerintahan Kota Medan
3. Apakah ada pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan
pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Dinas Pemerintahan Kota
Medan
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahterhadap
Kota Medan
2. Untuk mengetahui pengaruh Sistem Pengendalian Intern
Pemerintahterhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di
Dinas Pemerintahan Kota Medan
3. Untuk mengetahui Pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan dan
Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Dinas Pemerintahan Kota
Medan
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pemerintah daerah agar menjadi pertimbangan dalam
penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang
diharapkan mampu meningkatkan pemahaman terkait dengan Kualitas
Laporan Keuangan daerah.
3. Bagi para akademisi atau pembaca, penelitian ini akan menambah
wawasan tentang pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan
pemerintah daerah dan juga dapat memberikan sumbangan wawasan
terhadap penelitian akuntansi khususnya di bagian akuntansi pemerintahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Dalam SAP Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, karakteristik kualitatif
laporan keuangan ada 4, yaitu: a. Relevan b. Andal c. Dapat dibandingkan d.
Dapat dipahami. Keempat karakteristik tersebut merupakan prasyarat normatif
yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki.
a. Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat
di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi
masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa
lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevandapat
dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
Informasi yang relevan apabila:
1. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value) Informasi memungkinkan
2. Memiliki manfaat prediktif (predictive value) Informasi dapat membantu
pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa
lalu dan kejadian masa kini.
3. Tepat waktu Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
bergunadalam pengambilan keputusan.
4. Lengkap Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap
mungkin,mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada.Informasi
yang melatar belakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam
laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam
penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.
b. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut
secara potensial dapat menyesatkan.
Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
1. Penyajian Jujur Informasi, menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
2. Dapat Diverifikasi (verifiability), Informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali
oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak
berbeda jauh.
3. Netralitas, Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak
pada kebutuhan pihak tertentu.
c. Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara
internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila
suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang
diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas
pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada
kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut
diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
d. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan
pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas
pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi
yang dimaksud.
2.1.2 Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan
Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintahan dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan mengatakan bahwa : Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) adalah Prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan adanya standar ini maka
laporan keuangan harus didasarkan pada standar ini sehingga laporan keuangan
yang disajikan dapat menyajikan informasi yang lengkap dan dapat diandalkan.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 24
Tahun 2005. SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP), dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi
Pemerintahan dan disusun mengacu kepada Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan. SAP harus digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan
keuangan pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah.
Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan selengkapnya
adalah sebagai berikut:
• Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010
• Lampiran I Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
• Lampiran III Proses Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam
Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan. Standar akuntansi pemerintahan tersebut disusun oleh
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan yang independen dan ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan
Pemeriksa Keuangan.
Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku
penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan
pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam
Lampiran III. Penyusunan PSAP dilandasi oleh Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan, yang merupakan konsep dasar penyusunan dan pengembangan
Standar Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan bagi Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna
laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Keuangan Negara tersebut,
Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan
tersebut menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja
dana. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat
sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang- Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa selama
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum
dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 (lima)
tahun. Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 perlu diganti.
Lingkup pengaturan Peraturan Pemerintah ini meliputi SAP Berbasis Akrual
dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Akrual terdapat pada
Lampiran I dan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh
setiap entitas. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual pada Lampiran II berlaku selama
masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis
Akrual. Penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual ini dilaksanakan sesuai
dengan jangka waktu sebagaimana tercantum dalam Lampiran II. Selanjutnya,
setiap entitas pelaporan, baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual.
Walaupun entitas pelaporan untuk sementara masih diperkenankan
menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas pelaporan diharapkan
dapat segera menerapkan SAP Berbasis Akrual. Laporan keuangan yang
dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan untuk memberi
manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun
dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya
yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh. Selain mengubah
basis SAP dari kas menuju akrual menjadi akrual, Peraturan Pemerintah ini
mendelegasikan perubahan terhadap PSAP diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan. Perubahan terhadap PSAP tersebut dapat dilakukan sesuai dengan
dinamika pengelolaan keuangan negara. Meskipun demikian, penyiapan
pernyataan SAP oleh KSAP tetap harus melalui proses baku penyusunan SAP dan
mendapat pertimbangan dari BPK.
SAP merupakan dasar pencatatan laporan keuangan permerintah. Laporan
keuangan yang tidak dibuat berdasarkan SAP hasilnya tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Dengan adanya SAP, maka pencatatan laporan keuangan
akan menjadi transparan dan akurat, sehingga dapat meningkatkan kualitas
laporan keuangan pemerintah.
2.1.3 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Pengendalian Intern didefinisikan merupakan suatu cara untuk
mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi, serta
berperan penting dalam pencegahan dan pendeteksian penggelapan (fraud).
Pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam
mencapai sasaran dan menjamin atau menyediakan informasi keuangan yang
andal, serta menjamin ditaatinya hukum dan peraturan yang berlaku.
Di lihat dari tujuan tersebut, maka sistem pengendalian intern dapat dibagi
1. Pengendalian intern akuntansi. Dibuat untuk mencegah terjadinya
inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan organisasi dan
memeriksa keakuratan data akuntan si. Sebagai contoh, adanya pemisahan
fungsi dan tanggung jawab antar unit organisasi.
2. Pengendalian administratif. Dibuat untuk mendorong dilakukannya
efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Contohnya
adalah adanya pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang
ada, untuk kemudian diambil tindakan. Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah merupakan suatu langkah nyata pemerintah dalam
memberikan acuan serta pijakan bagi pemerintah daerah agar pengelolaan
keuangan dapat dilaksanakan secara akuntabel dan transparan.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP,
adalah SistemPengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di
lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah meliputi :
1. Lingkungan Pengendalian
2. Penilaian Resiko
3. Kegiatan Pengendalian
4. Informasi dan Komunikasi
SPIP berfungsi sebagai pengawas dan pemantau dalam pencatatan laporan
keuangan pemerintah dan diterapkan untuk menjamin bahwa laporan keuangan
yang dibuat telah bebas dari cacat hukum.
2.1.4 Laporan Keuangan
2.1.4.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi suatu entitas pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja entitas
tersebut. Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi - transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai data, juga dapat dikatakan sebagai
informasi. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi
mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan
suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Laporan Keuangan merupakan laporan yang menunjukan semua aktifitas
operasi atau transaksi yang dilakukan suatu entitas pelaporan keuangandalam
suatu periode tertentu. Laporan Keuangan yang disajikan harus menyangkut
semua informasi yang terjadi dalam Pemerintah Daerah tersebut sehingga tidak
menimbulkan prasangka negatif dari pihak luar dan laporan keuangan yang
disajikan tersebut relevan, andal, dapat dipahami, dan dapat dimengerti untuk
Dalam Brigham dan Huoston (2010:84) “laporan keuangan adalah
beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi
penting juga untuk memikirkan aset-aset nyata yang berada di balik angka
tersebut. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) “Laporan keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang digunakan untuk
menganalisa kekuatan dan seberapa besar kondisi finansial perusahaan yang
berguna untuk mengevaluasi keadaan finansial pada masa lalu, sekarang, dan
memproyeksikan hasil yang akan datang”.
Pada umumnya pengertian Akuntansi antara Pemerintahan dan Pihak
Swasta adalah sama, yaitu sama-sama melakukan kegiatan pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksitransaksi ekonomi yang terjadi.
Namun, yang membedakannya adalah harus diperhatikannya penekanan dalam hal
siapa yang mengelola sumber dananya dan darimana sumber dana tersebut apakah
dari perseorangan atau entitas pelaporan lain atau organisasi lain. Akuntansi
Pemerintahan adalah suatu proses pengumpulan, pencatatan, pengklasifikasian,
penganalisaan, dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu pemerintahan yang
menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang
berguna untuk mengambil keputusan. Akuntansi Keuangan Daerah adalah suatu
sistem Informasi Pengidentifikasian, pencatatan, pengklasifikasian,
mengikhtisarkan, dan mengkomunikasikan kegiatan suatu daerah berupa
2.1.4.2 Manfaat Laporan Keuangan
Di dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 8
dinyatakan beberapa manfaat laporan keuangaan untuk beberapa pihak yaitu:
a. Membantu investor, kreditor, dan pengguna lain yang potensial dalam
membuat keputusan lain yang sejenis secara rasional.
b. Membantu investor, kreditor, dan pengguna lain yang potensial dan
memperkirakan jumlah, waktu dan ketidakpastian penerimaan kas di masa
yang akan datang yang berasal dari pembagian dividen ataupun
pembayaran bunga dan pendapatan dari penjualan.
c. Berisi tentang sumber daya perusahaan
d. Berisi tentang prestasi perusahaan selama satu periode investor dan
kreditor sering menggunakan informasi masa lalu untuk menaksir prospek
perusahaan.
2.1.4.3 Tujuan Laporan Keuangan
Dalam Kasmir (2010) ada beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan
laporan keuangan yaitu:
a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal
yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang
d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
e. Memberikan informasi tentang perubahan yang terjadi terhadap aktiva,
pasiva, dan modal perusahaan.
f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam
suatu periode.
g. Memberikan informasi tentang catatan atas laporan keuangan.
h. Informasi keuangan lainnya
2.1.5 Basis Akuntansi
Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menerapkan
kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan
keuangan. Menurut KSAP PP No. 24 Tahun 2005, bahwa : Basis akuntansi ada 2
(dua), yaitu:
a. Basis Kas
Basis Kas merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam
akuntansi, dimana pencatatan basis kas adalah teknik pencatatan ketika transaksi
terjadi dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain
Akuntansi Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi
dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar yang
digunakan untuk pengakuan pendapatan belanja dan pembiayaan.
Akrual Teknik Basis Akrual memiliki fitur pencatatan dimana transaksi
sudah dapat dicatat karena transaksi tersebut memiliki implikasi uang masuk atau
keluar di masa depan. Transaksi dicatat pada saat terjadinya transaksi walaupun
uang belum benar-benar diterima atau dikeluarkan. Dengan kata lain basis akrual
digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana. Jadi basis akrual
adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa itu terjadi
tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Basis akrual
adalah : Suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi
diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
ransaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan.
Dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai dengan saat
terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling
komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat.
Manfaat basis akrual antara lain:
a. Memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah
b. Menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban
pemerintah
c. Bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa
2.1.6 Komponen-Komponen dalam Laporan Keuangan
Berdasarkan SAP Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010,
Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari
laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga
seluruh komponen menjadi sebagai berikut:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
c. Neraca
d. Laporan Operasional
e. Laporan Arus Kas
f. Laporan Perubahan Ekuitas
g. Catatan Atas Laporan Keuangan
2.1.6.1Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Nurlan Darise menyatakan bahwa Laporan realisasi anggaran pemerintah
daerah merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan
pemakaian sumber alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola
oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan
relisasi dalam suatu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung oleh
Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan
pembiayaan.
Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya
yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah.
b. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran
Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
c.Transfer
Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan
dan dana bagi hasil.
d. Pembiayaan (financing)
Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak
berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali
dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahuntahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat
lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian
pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
2.1.6.2 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Menurut SAP PP Nomor 71 Tahun 2010 bahwa : “Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo
Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) dimaksudkan untuk
memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo anggaran dan pembiayaan
pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus menyajikan rincian lebih
lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Struktur LP-SAL baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.
2.1.6.3 Neraca
Menurut Jumingan, Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang
aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal sendiri (owners’ equity) dari suatu
perusahaan pada tanggal tertentu. Biasanya pada saat buku ditutup yakni akhir
bulan, akhir triwulan, atau akhir tahun. Laporan posisi keuangan, atau disebut
juga dengan neraca ataupun laporan aktiva dan kewajiban, adalah laporan
keuangan yang menyajikan posisi aktiva, hutang dan modal pemilik pada satu saat
tertentu. (Indra Bastian). Neraca pemerintah daerah memberikan informasi bagi
ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Aset, kewajiban, dan
ekuitas dana merupakan rekening utama laporan yang masih dapat dirinci lagi
menjadi subrekening. Neraca mencantumkan pos-pos berikut:
1. Aset.
Aset yaitu sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipilih.
Aset diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu : asset lancar dan asset tidak
lancar. Pengakuan Aset Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa
depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai yang dapat diukur
dengan andal. Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya berpindah.
Pengukuran Aset Pengukuran aset sebagai berikut:
a. Kas dan piutang dicatat sebesar nilai nominal
b. Investasi jangka pendek dicatat sebagai nilai perolehan
c. Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan, biaya standar, dan nilai
wajar
Kewajiban adalah utang yang timbul dari masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Karakteristik
esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban masa kini
yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi
di masa yang akan datang.
Kewajiban diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu: Kewajiban Jangka
Pendek (utang pemerintah daerah yang jatuh temponya kurang dari satu tahun)
dan Kewajiban Jangka Panjang (utang pemerintah yang jatuh temponya lebih
dari satu tahun/12 bulan setelah tanggal pelaporan)
Pengakuan Kewajiban Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban yang ada sekarang. Kewajiban diakui pada saat dana
pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul. Kewajiban dicatat sebesar
nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan
dalam mata uang rupiah.
3. Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antar aset
dan kewajiban pemerintah pada tanggal pelaporan. Saldo ekuitas di Neraca
berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan perubahan Ekuitas. Ekuitas dana
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Ekuitas Dana Lancar, yaitu selisih antara asset lancar dengan kewajiban
b. Ekuitas Dana Investasi, yaitu cerminan dari kekayaan pemerintah daerah
yang tertanam dalam investasi jangka panjang, asset tetap, dan asset lainnya
yang dikurangi dengan kewajiban jangka panjang.
c. Ekuitas Dana Cadangan, yaitu cerminan dari kekayaan pemerintah daerah
yang dicadangkan untuk tujuan tertentu.
2.1.6.4 Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh Pemerintah
Pusat/Daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode
pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan operasional terdiri
dari pendapatan laporan operasional, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa.
Masing masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan Laporan operasional adalah hak pemerintah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
b. Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.
c. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang
dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain,
termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa
operasi biasa,tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di
luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.
2.1.6.5 Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan arus kas menyajikan informasi tentang penerimaan dan
pengeluaran kas selama satu periode tertentu.Penerimaan dan pengeluaran kas
diklasifikasikan menurut kegiatan operasi, kegiatan pendanaan, dan kegiatan
investasi. Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan
setara kas pada tanggal pelaporan.(Nurlan Darise, 2008). Laporan Arus Kas
menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintahpusat/daerah selama periode
tertentu.Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan
pengeluaran kas, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara
UmumNegara/Daerah.
b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara
Umum Negara/Daerah.
2.1.6.6Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
2.1.6.7 Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK)
Menurut Adanan Silaban dan Hamonangan Siallagan, “Catatan atas laporan
keuangan berisi informasi yang tidak dapat diungkapkan dalam keempat laporan
keuangan, yang mengungkapkan seluruh prinsip, prosedur, metode, dan teknik
yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut. Catatan atas
Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang
tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan
akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.
2.1.7 Prinsip-Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan
yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dalam menyusun standar,
penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya,
serta pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang
disajikan. Menurut SAP Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Berikut ini
adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan
pemerintah:
b. Prinsip nilai historis
c. Prinsip realisasi
d. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal
e. Prinsip periodisitas
f. Prinsip konsistensi
g. Prinsip pengungkapan lengkap
h. Prinsip penyajian wajar.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah
adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan Laporan operasional, beban,
aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal peraturan perundangan mewajibkan
disajikannya laporan keuangan dengan basis kas, maka entitas wajib menyajikan
laporan demikian. Basis akrual untuk Laporan operasional berarti bahwa
pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi
walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh
entitas pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan
penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan
dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan
seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula pada Laporan
operasional.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka
LRA disusun berdasarkan basis kas, berarti bahwa pendapatan dan penerimaan
atau oleh entitas pelaporan; serta belanja, transfer dan pengeluaran pembiayaan
diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
Namun demikian, bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis
akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual. Basis akrual untuk Neraca
berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya
transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada
keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar.
Nilai Historis Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang
dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh
aset tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara
kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang
akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah. Nilai historis lebih dapat
diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat
diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai wajar
aset atau kewajiban terkait.
Realisasi Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang tersedia yang telah
diotorisasikan melalui anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan
digunakan untuk membayar utang dan belanja dalam periode tersebut. Mengingat
LRA masih merupakan laporan yang wajib disusun, maka pendapatan atau
belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah
againstrevenue principle) dalam akuntansi pemerintah tidak mendapat penekanan
sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial.
Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form) Informasi
dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta peristiwa lain yang
seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan
disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek
formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak
konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus
diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Periodisitas Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan
perlu dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat
diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama
yang digunakan adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulanan, dan
semesteran juga dianjurkan.
Konsistensi Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang
serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi
internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu
metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai
dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu
memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas
perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Pengungkapan Lengkap Laporan keuangan menyajikan secara lengkap
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka laporan
keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.
Penyajian Wajar Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan. Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat
diperlukan bagi penyusun laporan keuangan ketika menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan
mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan
sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung
unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian
sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak
dinyatakan terlalu rendah.
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu dan hasil ujiannya dapat dilihat pada Tabel
2.1 dibawah ini :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
Cox, Clifford T; Wichmann,
The Perceived Quality of Internal Control
Kualitas Sistem Pengendalian
Henry Jr. (1993)
Systems and Reports For State and Local Government Capacity: The Case of a SAP Tahun 2005
Standar Akuntansi
Penerapan SAP di Inspektorat keuangan berada di tingkat sedang. dan positif antara SPIP dengan Nilai pelaporan
keuangan pemerintah.
memiliki pengaruh Intern, Pelaporan Keuangan
Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara sistem
2.3.Keterkaitan Antar Variabel dengan Hipotesis
2.3.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Standar Akuntansi Pemerintahan dibutuhkan dalam rangka penyusunan
laporan keuangan yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran,
Pemerintahan ini juga merupakan pelaksanaan Pasal 184 ayat (1) dan (3)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan
bahwa laporan keuangan pemerintah daerah disusun dan disajikan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan di yakini berdampak pada
peningkatan kualitas pelaporan keuangan di pemerintah pusat dan daerah.
H1 = Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan secara positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
2.3.2 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Menurut Mahmudi (2007: 27) menyatakan bahwa:
“Untuk menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah diperlukan proses dan
tahap-tahap yang harus dilalui yang diatur dalam sistem akuntansi pemerintah
daerah. Sistem akuntansi di dalamnya mengatur tentang sistem pengendalian
intern (SPI), kualitas laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh bagus tidaknya
sistem pengendalian intern yang dimiliki pemerintah daerah”.
H2 = Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah secara positif terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
H3 = Pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Pengendalian Intern
2.4 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang diajukan untuk penelitian ini adalah seperti
pada Gambar 2.1 dibawah ini :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hipotesis Asosiatif,
yaitu pernyataan tentang gabungan antar dua variable atau lebih. Sifat hubungan
antar variable tidak ditinjau dari sudut sebab-akibat (kausal), tetapi hanya Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (X2)
Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah (Y)
mempertanyakan ada tidaknya hubungan yang terjadi antara variable-variabel
tersebut. Dua variable dikatakan mempunyai hubungan jika satu variable berubah
maka variable lain juga berubah. Perubahan pada variable-variabel tersebut boleh
disebabkan faktor-faktor lain yang berada di luar variable-variabel itu.
(Sinulingga, 2011).
Hipotesis dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :
H1 = Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan secara positif
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
H2 = Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah secara positif terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
H3 = Pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Pengendalian Intern
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian menggunakan metode penelitian asosiatif kausal (sebab
akibat) dengan pendekatan kuantitatif . Perumusan masalah dengan penelitian
asosiatif adalah menghubungkan dua variabel atau lebih. (Erlina, 2011). Dengan
menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara
variabel yang diteliti. Tujuan penelitian asosiatif adalah melihat apakah ada
pengaruh dan seberapa besar pengaruh dari sebab akibat atau dari variabel
independen dan dependen penelitian. Penelitian kuantitatif dalam melihat
hubungan variabel terhadap objek yang diteliti lebih bersifat sebab akibat
(kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen
(Sugiyono, 2010).
3.2Tempat dan Waktu Penelitian
• Penelitian ini dilakukan Kantor Dinas Pemerintah Kota Medan (PEMKO
MEDAN).
3.3 Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah menjelaskan karakter objek ke dalam elemen
yang dapat diobservasi sehingga semua konsep dapat diukur di dalam penelitian
(Erlina 2011). Tujuan dari defenisi operasional adalah untuk memberikan
kejelasan akan variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian. Dalam penelitian
ini digunakan variabel dependen (bebas) dan variabel independen (terikat).
3.4 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel
Variabel penelitian yang digunakan terdiri dari variabel independen
yaituStandar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Kualitas Laporan Keuangan. Pada Tabel 3.1. secara rinci diuraikan definisi dan
indikator dari variabel yang akan diteliti.
Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Dimensi/Indikator Skala
Pengukuran
Prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan Laporan Keuangan
Pemerintah dalam rangka
menciptakan transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan
akuntansi pemerintah.
• Kesesuaian sistem akuntansi keuangan yang
digunakan sudah
memenuhi standar
akuntansi pemerintahan
(SAP) yang berbasis
akrual
• Prosedur pencatatan transaksi dilakukan
berdasarkan standar
pencatan akuntansi pada
umumnya
Meliputi rencana organisasi,
prosedur dan catatan yang
dirancang untuk menjaga
keterandalan data akuntansi
• Lingkungan Pengendalian
• Penilaian Resiko
• Kegiatan Pengendalian
• Informasidan
Ukuran-ukuran normatif yang
diwujudkan dalam informasi
akuntansi sehingga dapat
memenuhi tujuannya
• Memiliki manfaat umpan balik
• Memilikimanfaat prediktif
• Tepat waktu
• Lengkap
• Penyajiannya jujur
• Dapat diverifikasi
• Memenuhi unsur netralitas
• Dapat dibandingkan
• Dapat dipahami
Likert
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi
Populasi penelitian ini adalah pegawai akuntansi di beberapa SKPD di Dinas
Pemerintahan Kota Medan, dan pegawai fungsional di Inspektorat Pemerintah
Kota Medan.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu
teknik penentuan sampel atas dasar pertimbangan. Pemilihan sampel didasarkan
pada pertimbangan bahwa pegawai akuntansi di setiap SKPD merupakan pegawai
yang melakukan penyusunan laporan keuangan dan pegawai fungsional
Inspektorat Pemerintah Kota Medan bertanggung jawab atas pengawasan internal
Pemerintah Kota Medan.
3.6 Jenis dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah seluruh data yang
berkaitan dan yang mendukung dalam menampilkan masalah dan menganalisis
hipotesis yang terdiri dari data primer dan data sekunder.
a. Data Primer (primary data), yaitu data dan informasi dari tangan pertama
yaitu dari sumber utama data oleh peneliti. Sumber data primer antara lain
berupa :
• Kuesioner (Questionaire)
Kuesioner akan dikirim ke seluruh anggota populasi yang menjadi
responden. Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah
dikembalikan, maka peneliti akan melakukan pengolahan data apabila
b. Data Sekunder, (secondary data), yaitu data dan informasi yang dikumpulkan
bukan dari sumber utama tetapi dari sumber lain dimana data yang dimaksud
telah terkumpul. Sumber data sekunder antara lain berupa : • Laporan tahunan pemerintah daerah
• Profil dan struktur organisasi pemerintahan
• Laporan – laporan penelitian
• Buku, majalah dan jurnal yang diperoleh dari perpustakaan dan internet.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara :
• Kuesioner (Questionaire), yaitu suatu bentuk instrument pengumpulan data
dalam format pertanyaan tertulis yang dilengkapi dnegan kolom dimana
responden akan menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan
kepadanya. Kuesioner disampaikan secara langsung kepada responden.
• Observasi, yaitu melalui pengamatan secara langsung terhadap objek yang
dipelajari dalam lingkungan kerja alamiah. Dalam hal ini, observasi yang
dilakukan dalam lingkungan kerja alamiah dilakukan dengan pendekatan
non-partisipatoris dimana peneliti tidak terlibat secara langsung dengan tim kerja
(nonparticipant-observer) tetapi hanya melakukan observasi dari luar.
3.8 Metode Analisis
Metode yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah metode