• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Aktivitas Wisata Terhadap Kualitas Air di Obyek Wisata Nagori Karang Anyer Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Aktivitas Wisata Terhadap Kualitas Air di Obyek Wisata Nagori Karang Anyer Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun Sumatera Utara"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

A. Data umum Jumlah tanggungan : ... orang

B. Persepsi penduduk sekitar B.1. Sarana prasarana

1. Bagaimana mendapatkan sumber air bersih? a. PDAM c. Sumur bor

b. Sumur gali d. Sungai

2. Apakah Kondisi transportasi kewisata karang anyer sudah terpenuhi? a. Kurang c. Baik

b. Cukup d. Tidak Tahu

3. Bagaimana kondisi jalan ke pemandian Sungai Karang Anyer? a. Kurang c. Baik

b. Cukup d. Tidak Tahu

(2)

5. Apakah pengelola menyediakan tempat sampah di kawasan ini? a.>10 buah c. <5 buah

b. 5>10 buah d. 0 buah

6. Bagaimana kondisi tempat sampah? a. Kurang c. Baik

b. Cukup d. Tidak Tahu

7. Apakah di tempat wisata terdapat mck dan tempat bersih? a. Ya c. Tidak tahu

b. Tidak

B.2. Aktivitas

1. Apakah anda mengetahui dan memahami peraturan berkunjung di karang anyer? a. Ya b. Tidak

2. Apakah pengelola pernah memberitahu mengenai aturan pembuangan sampah? a. Ya b. Tidak

3. Apakah anda pernah membuang sampah ke perairan? a. Pernah

Karena tidak ada tong sampah

Karena jarak tong sampah yang terlalu jauh

Karena tidak ada petugas/pengelola yang mengawasi b. Tidakpernah

4.Apakah ada papan pengumuman tentang larangan membuang sampah ke sungai? a. Ada

b. Tidak ada

5. Bagaimana persepsi bapak / ibu mengenai potensi wisata di wisata ini? a. Kurang c. Baik

b. Cukup d. Sangat baik

6. Apakah menurut saudara/i pengelolaan kawasan wisata ini sudah menjaga kelestarian alam?

a. Ya, karena b. Belum, karena

7. Secara umum, bagaimana kesan anda tentang pengelolaan sampah atau Kebersihan setalah melakukan kunjungan kesungai karang anyer?

a. Puas

(3)

Saran anda untuk pengelola wisata sungai karang anyer ini? ………..

9. Apakah anda merasa nyaman berwisata di Sungai Karang Anyer ini? a. Sangat nyaman

b. Cukup nyaman c. Tidak nyaman

10. Apakah Sungai Karang Anyer memberikan keindahan untuk anda? a. Ya

(4)

Lampiran 2. Data Parameter Fisika Kimia dan Biologi Air Sungai Karang Anyer (Minggu I)

minggu parameter satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 rata-rata

I

kecerahan m 0,8 1 1,5 1,1

arus m/s 0,33 0,8 0,5 0,543333

suhu c 27,5 27 27 27,16667

pH 6 6,5 7 6,5

DO mg/l 7 6,8 5 6,266667

BOD mg/l 0,12 0,72 1,11 0,65

colifecal mpn/ml 230 9200 9200 6210

Nitrat mg/l 0,7 0,868 1,154 0,907333

Fosfat mg/l 0,09 0,158 0,153 0,133667

minggu parameter satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 rata-rata

II

kecerahan M 0,7 1 1,5 1,066667

arus m/s 0,33 0,7 0,5 0,51

suhu C 27 28 28 27,66667

pH 6 6 6,5 6,166667

DO mg/l 6,68 6 5,5 6,06

BOD mg/l 0,79 1,52 1,12 1,143333

nitrat mg/l 0,7 0,8 1,2 0,9

faosfat mg/l 0,13 0,14 0,176 0,148667

(5)

Lampiran 2. Lanjutan

minggu

parameter satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 rata-rata

III

kecerahan m 1 1,2 1,7 1,3

arus m/s 0,38 0,8 0,7 0,626667

suhu c 27 28 27 27,33333

pH 6 6 7 6,333333

DO mg/l 6 6,27 5,5 5,923333

BOD mg/l 0,98 0,12 0,11 0,403333

nitrat mg/l 0,786 0,89 1,108 0,928

fosfat mg/l 0,11 0,09 0,176 0,125333

colifecal mpn/ml 239 8900 9000 6046,333

minggu parameter satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 rata-rata

IV

kecerahan m 0,8 1,3 1,8 1,3

arus m/s 0,38 0,7 0,7 0,593333

suhu c 27 28 27 27,33333

pH 6 7 7 6,666667

DO mg/l 6 6,33 5,57 5,966667

BOD mg/l 0,63 0,77 1,13 0,843333

colifecal mpn/ml 230 9230 9300 6253,333

nitrat mg/l 0,712 0,834 1,198 0,914667

(6)

Lampiran 3. Penilaian Skor Parameter Fisika dan Kimia Air (Metode Storet) Stasiun I (Kontrol)

Peruntukan Kelas I PP No. 82 Tahun 2001 paramete

r satuan

Baku mutu

hasil pengukuran skor Ma

Peruntukan Kelas II PP No. 82 Tahun 2001

(7)

Lampiran 3. Lanjutan

Peruntukan Kelas III PP No. 82 Tahun 2001 paramete

r satuan

Baku mutu

hasil pengukuran skor Max

Peruntukan Kelas IV PP No. 82 Tahun 2001

(8)

Lampiran 3. Lanjutan Stasiun II (aktivitas wisata)

Peruntukan Kelas I PP No. 82 Tahun 2001

paramete

Peruntukan Kelas II PP No. 82 Tahun 2001

(9)

Lampiran 3. Lanjutan

Peruntukan Kelas III PP No. 82 Tahun 2001 paramete

Peruntukan Kelas IV PP No. 82 Tahun 2001

(10)

Lampiran 3. Lanjutan

Stasiun III (Kolam Budidaya)

Peruntukan Kelas I PP No. 82 Tahun 2001

paramete

r satuan

Baku mutu

hasil pengukuran skor Ma

Peruntukan Kelas II PP No. 82 Tahun 2001

(11)

Lampiran 3. Lanjutan

Peruntukan Kelas III PP No. 82 Tahun 2001 paramete

Peruntukan Kelas IV PP No. 82 Tahun 2001

(12)
(13)

Lampiran 5. Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana yang ada di kawasan Sungai Karang Anyer

No Variabel Jumlah Pengunjung

N %

Tujuan Wisata

1. Frekuensi Kunjungan

Sering 28 65.11

Tidak Sering 12 27.91

Belum Pernah 3 6.98

43 100

2. Tujuan Kedatangan

Rekreasi 43 100

4. Waktu Kunjungan

1 – 5 Jam 43 100

1 harian 0 0

Lebih dari 1 hari 0 0

43 100

5. Rencana datang kembali

Ya 41 95.35

Tidak 2 4.65

43 100

Aktivitas

1. Memahami peraturan

Ya 38 88.37

3. Dari mana mengetahui peraturan

Pengelola 3 6.98

Papan informasi 37 86.04

Teman 3 6.98

(14)

Lampiran 5. Lanjutan

No Variabel Jumlah

Pengunjung

%

N 4. Pengelola memberikan himbauan

Ya 43 100

1. Pernah membuang sampah

Pernah 23 53.49

3. Sarana dan prasarana memadai

(15)

Lampiran 6. Perhitungan Sampel Pengunjung

� = �

1 +� (�)2

� = 2000

1 + 2000(0,15)2

� = 2000

1 + 2000(0,0225)

� = 2000 1 + 45

� =2000 46 � = 43 orang

Keterangan :

n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasi

(16)

Lampiran 7. Penilaian persepsi wisatawan terhadap keindahan dan

Kriteria keindahan alam di Sungai Karang Anyer dikatakan indah dengan nilai 81,40 yaituKa≤75%.

Keterangan:

Ers : Jumlah responden yang mengatakan indah Ero : Jumlah seluruh responden

Na : Nilai keindahan alam (%)

Kriteria kenyamanan di Sungai Karang Anyer dikatakan cukup nyaman dengan nilai 95,35 yaitu Na≤75%.

Keterangan:

Ers : Jumlah responden yang mengatakan nyaman Ero : Jumlah seluruh responden

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, S. 1996. Dampak Pencemaran terhadap Fisik-Kimia Air. Materi Kursus AMDAL. PPLH UNDIP. Semarang

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Daratan. USU press. Medan

Boyd, C. E. 1999. Management of Shrimp Ponds to Reduce the Eutrophication Potential of Effluents. The Advocate. New York.

Darmayati. Y. 2002. Studi Pencemaran di Perairan Pesisir Kalimantan Timur Aspek Bakteriologi. Jurnal LIPI. Vol. 35 No. 2 Hal: 273-290.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Fardiaz. S. 1992. Polusi air dan udara. Kanisius. Yogyakarta

Ginting, O. 2011. Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien (Nitrat dan Fosfat) dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba. Jurnal Perikanan. Vol. 1. No. 2 Halm. 4-25

Hardjojo, B dan Djokosetiyanto. 2005. Pengukuran dan Analisis Kualitas Air Edisi Kesatu. Universitas Terbuka. Jakarta

Hendrawati. 2007. Analisis Beberapa Parameter Kimia Dan Kandungan Logam Pada Sumber Air Tanah Di Sekitar Pemukiman Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Isnaini, a. 2011 penilaian kualitas air dan kajian potensi situ salam sebagai wisata air di universitas indonesia, depok. Fakultas mipa program pasca sarjana ui. Depok

Jangkaru. 2000. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kartawan. 2004. Menumbuhkan Perekonomian Melalui Pembangunan Pariwisata. Jurnal Ekonomi & Bisnis. 1 (9):1-9.

Kementrian Lingkungan Hidup. 2004. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendaian Pencemaran Air. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.

(18)

Maniagasi, R, S.S. Tumembouw, Y. Mundeng. 2013. Analisis Kualitas Fisika Kimia Air di Areal Budidaya Ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Budidaya Perairan. Volume 1 Nomor 2. Hlm: 29-37

Maryono, Agus. 2009. Kajian Lebar Sempadan Sungai (Studi Kasus Sungai-Sungai Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Dinamika TEKNIK SIPIL. 9 (56 – 66): 1-10. Yogyakarta.

Meta. 2002. Planning for Marine Ecotourism in the UE Atlantic Area. University of the West England, Bristol.

Minggawati, I dan Lukas. Studi Kualitas Air Untuk Budidaya Ikan Karamba di Sungai Khayan.Jurnal Media SainS, Volume 4 Nomor1 .Universitas Kristen Palangkaraya. Palangkaraya.

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta.

Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti. Jakarta.

Nugraha, S. 2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin Dan Krejcie-Morgan: Telaah Konsep dan Aplikasi, disampaikan pada diskusi ilmiah jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Unpad. Bandung.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001.Tentang Pengelolaan Kualitas Air danPengendalian Pencemaran Air. Jakarta.

Pragawati. B. 2009. Pengelolaan SumberDaya Pesisir untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Pantai Binangun Kabupaten Rembang Jawa Tengah. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pratiwi, I. 2010. Teknik Cerdas Budidaya Ikan Mas. Seri Perikanan Modern. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Razzak, M. N. Dan Suniarti. 2011. Pemetaan Potensi Ekowisata Di Taman Nasional Baluran. 24( 3) : 15.

Sari, K. Y. 2011. Analisis Spasial Citra Satelit Landsat untuk Penetuan Lokasi Budidaya Keramba Jaring Apung Ikan Kerapu di Perairan Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.

Sasongko, A. L. 2006. Kontribusi Air Limbah Domestik Penduduk di Sekitar Sungai Tuk terhadap Kualitas Air Sungai Kaligarang serta Upaya Penanganannya. [Tesis] Program Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Dipenegoro. Semarang.

(19)

Warlina, L.2004. Pencemaran Air: Sumber, dampak dan Penanggulangannya. Disertasi. Program pasca sarjana/s3, ipb.

Wijaya, H. K. 2009. Komunitas Perifition dan Fitoplankton serta parameter fisika-kimia perairan sebagai penentu kualitas air di bagian hulu sungai cisadane, jawabarat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yulianti. 2010. Akumulasi Logam pb di Perairan Sungai Sail dengan Menggunakan Bioakumulator Enceng Gondok. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol.15 No. 1 : 39-49.

(20)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2015. Penelitian dilaksanakan di daerah Wisata Sungai Pemandian Alam Karang Anyer, Kabupaten Simalungun. Penentuan Stasiun dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling serta pengambilan Sampel dilakukan pada 3 stasiun. Analisis sampel air dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Medan. Kuesioner untuk pengelola dan pengunjung terdapat pada Lampiran 1. Lokasi Penelitian disajikan pada Gambar 2.

(21)

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan adalah kamera digital, GPS, buku dan alat tulis untuk menulis, kalkulator, keping Secchi, cool box, dan peralatan analisa kualitas air seperti DO meter, termometer, pH meter. Bahan yang digunakan adalah kuisioner, akuades dan es.

Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan di lapangan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil adalah data umum masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah sungai tersebut, contoh : nama, jenis kelamin, umur, pendidikan dan data kondisi sosial ekonomi masyarakat melalui kuisioner dan melakukan pengukuran kualitas air. Data yang nilainya langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, pH, arus, kecerahan, oksigen terlarut, serta hasil kuisioner terhadap pengunjung dan penduduk sekitar. Data lain seperti Colifaecal hasilnya diperoleh melalui analisis laboratorium.

Data sekunder yang diambil adalah melalui studi literatur (studi pustaka), jurnal penelitian di lokasi lain dan buku-buku yang terkait dengan penelitian ini. Data yang dikumpulkan meliputi kondisi sumberdaya alam, keadaan umum kawasan serta kondisi sosial masyarakat.

Penentuan Stasiun

(22)

Deskripsi Area

Stasiun I :Stasiun ini terletak di Nagori Karang Anyar, Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun. Daerah ini merupakan daerah yang masih sedikit aktivitas masyarakat didalamnya. Wilayah ini berada pada 3°0'26.741"LU 99°7'36.016"BT. Stasiun I dapat dilihap pada Gambar 3.

Gambar 3. Stasiun I

Stasiun II : Stasiun ini terletakdi Nagori Karang Anyar, Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.Daerah ini merupakan daerah aktivitas masyarakat

seperti wisata

(23)

Gambar 4. Stasiun II

Stasiun III : Stasiun ini terletakdi Nagori Karang Anyar, Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.Daerah ini merupakan daerah Perikanan. Wilayah ini berada pada 3°0'31.392"LU 99°7'39.115"BT. Stasiun III dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Stasiun III

Pengukuran Faktor Fisika, Kimia, dan Biologi Perairan

(24)

Tabel 2. Parameter Kualitas Air Dan Metode Analisis

Parameter Satuan Metode Analisi/Alat Lokasi Fisika

Nitrat (NO3-N) mg/L spektrofotometeri Ex situ Fosfat (PO4-P) mg/L spektrofotometeri Ex situ

Biologi

Colifaecal Jumlah/100ml MPN Ex situ

Analisis Data Pengunjung

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode purposive sampling (sesuai dengan tujuan penelitian), yaitu cara pengambilan sampel sesuai

tujuan penelitian, yang bertujuan agar sampel mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi. Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomuniaksi dengan baik. Menurut Arikunto (1998) jika subjek penelitian atau wisatawan kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil antara 10%-15% sebagai ukuran sampel. Dengan rumus Slovin dalam Nugraha (2007)

� = �

1 +� (�)2

(25)

n : Ukuran sampel yang dibutuhkan N : Ukuran populasi

e : Margin error yang diperkenankan (10%-15%)

Persepsi wisatawan terhadap keindahan dan kenyamanan kawasan

Analisis mengenai persepsi wisatawan digunakan untuk mengetahui tingkat keindahan dan kenyamanan Sungai Karang Anyer. Tingkat keindahan dan kenyamanan menurut Yulianda (2004) dibagi atas keindahan dan kenyamanan alam lokasi wisata. Penilaian terhadap keindahan kawasan dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan (kuisioner) yang ditujukan kepada wisatawan. Keindahan yang dinilai adalah keindahan alami, tidak termasuk buatan manusia. Secara kuantitatif dapat dihitung dengan rumus (Yulianda, 2004):

Ka = ���

��� x 100%

Keterangan :

ERs : Jumlah responden yang mengatakan indah ERo : Jumlah seluruh responden

Ka : Nilai keindahan alam (%) Kriteria/nilai keindahan alam : Ka ≥ 75% : indah (3)

40% ≤ Ka ≤ 75% : cukup indah (2) Ka < 40% : tidak indah (1)

(26)

membuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (Yulianda, 2004):

Na = ���

��� x 100%

Keterangan:

Ers : Jumlah responden yang mengatakan nyaman Ero : Jumlah seluruh responden

Na : Nilai kenyamanan alam (%) Kriteria/nilai kenyamanan alam : Na ≥ 75% : nyaman (3) 40% ≤ Na ≤ 75% : cukup nyaman (2) Na < 40% : tidak nyaman (1)

Metode Storet

Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode Storet ini dapat diketahui parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip, metode Storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan sebagai berikut.

(27)

Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode Storet dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Lakukan pengumpulan data kualitas air secara periodik sehingga membentuk data dari waktu ke waktu (time series data).

2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.

3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤ baku mutu) maka diberi skor 0.

4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu) maka diberi skor yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air

Jumlah Contoh Nilai Parameter

Fisika Kimia

< 10

Maksimum -1 -2

Minimum -1 -2

Rata-rata -3 -6

≥ 10

Maksimum -2 -4

Minimum -2 -4

Rata-rata -6 -12

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter Fisika Kimia Perairan

Parameter fisika dan kimia air yang diukur pada saat pengamatan meliputi suhu, DO, pH, BOD, nitrat, dan fosfat. Dari masing-masing stasiun, yaitu stasiun I yang merupakan daerah yang tidak ada aktivitas (kontrol), stasiun II yaitu daerah pemandian atau wisata, dan stasiun III sebagai daerah perikanan masyarakat. Hasil penelitian parameter fisika dan kimia perairan memiliki nilai bervariasi yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdapat pada lampiran 2, tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu jauh antara masing-masing stasiun. Parameter fisika dan kimia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Parameter Fisika dan Kimia sungai Karang Anyer

Parameter Satuan Baku Mutu Air Kelas Stasiun

(29)

Suhu

Suhu di sungai Karang Anyer tidak memiliki perbedaan yang terlalu besar. Stasiun I memiliki suhu rata-rata 27,12 ºC, stasiun II memiliki suhu rata-rata 27,75 ºC, dan stasiun III memiliki suhu rata-rata 27,25 ºC. Grafik suhu ditampilkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Histogram Suhu sungai Nagori Karang Anyer Kecerahan

Tingkat kecerahan pada sungai Karang Anyer cukup cerah, pada stasiun I dan stasiun II cahaya matahari dapat menembus dasarnya, kecerahan pada stasiun I 0,825 meter, pada stasiun II 1,125 meter, dan pada stasiun III 1,625 meter. Grafik kecerahan dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Histogram Kecerahan sungai Nagori Karang Anyer 0

0.5 1 1.5 2

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

K

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

(30)

Arus

Kecepatan arus pada di Karang Anyer tidak begitu deras, pada stasiun I kecapatan arus 0,355 meter/detik, stasiun II 0,75 meter/detik, pada stasiun III kecepatan arus 0,6 meter/detik. Grafik arus ditampilkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Histogram Arus sungai Nagori Karang Anyer Oksigen Terlarut

Kelarutan Oksigen (DO) pada sungai Karang Anyer memiliki kisaran DO rata-rata yang hampir sama pada setiap stasiun. Stasiun I memiliki DO rata-rata-rata-rata yaitu 6,4 mg/L, stasiun II memiliki DO rata-rata yaitu 6,3 mg/L, dan stasiun III memiliki DO rata-rata yaitu 5,4 mg/L. Grafik kelarutan oksigen (DO) ditampilkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Histogram

DO sungai Nagori Karang Anyer 0

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

K

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

(31)

Drajat Keasaman (pH)

Pada sungai Karang Anyer diperoleh pH rata-rata tiap stasiun pada kisaran 6. Pada stasiun I memiliki pH rata-rata yaitu 6, stasiun II memiliki pH rata-rata yaitu 6,4, dan stasiun III memiliki pH rata-rata yaitu 6,8. Grafik pH ditampilkan pada Gambar 10.

Gambar 10.

Histogram pH sungai Nagori Karang Anyer BOD

Nilai BOD pada sungai Karang Anyer memiliki nilai BOD yang berbeda pada setiap stasiun. Stasiun I memiliki nilai BOD rata-rata yaitu 0,6 mg/L, stasiun II memiliki BOD rata-rata yaitu 0,79 mg/L, stasiun III memiliki nilai BOD yaitu 0,88 mg/L. Grafik BOD ditampilkan pada Gambar 11.

Gambar 11. Histogram BOD sungai Nagori Karang Anyer 5.4

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

p

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

(32)

Nitrat

Pada sungai Karang Anyer nilai nitrat pada masing-masing stasiun memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Stasiun I memiliki kandungan nitrat rata-rata yaitu 0,7 mg/L, stasiun II memiliki kandungan nitrat rata-rata yaitu 0,8, dan stasiun III memiliki kandungan nitrat rata-rata yaitu 1,1. Grafik nitrat ditampilkan pada Gambar 12.

Gambar 12. Histogram Nitrat sungai Nagori Karang Anyer Fosfat

Stasiun I memiliki kandungan fosfat yaitu 0,10 mg/L, stasiun II memiliki

kandungan fosfat yaitu 0,12 mg/L, dan stasiun III memiliki kandungan fosfat yaitu 0,16

mg/L. Grafik fosfat ditampilkan pada Gambar 13.

Gambar 13. Histogram Fosfat sungai Nagori Karang Anyer 0

0.05 0.1 0.15 0.2

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

K

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

(33)

Colifaecal

Hasil pengamatan (analisis laboratorium) di hulu Sungai Karang Anyer danhilir ditemukan adanya bakteri Colifaecal. Bakteri Colifaecal tertinggi terdapat di stasiun II dan III dan bakteri Colifaecal terendah terdapat distasiun I. Grafik biologi ditampilkan pada Gambar 14.

Gambar 14. Histogram Colifaecal sungai Nagori Karang Anyer

Analisis Dampak Wisata Terhadap Kualitas Air Sungai

Beragam aktivitas yang terdapat di sepanjang Sungai Karang Anyer seperti aktivitas wisata sedikit banyaknya dapat mempengaruhi kualitas perairan, dampak aktivitas wisata terhadap kualitas air sungai ditunjukkan oleh hasil analisis pada beberapa parameter kualitas air. Hasil analisis kualitas air menunjukkan bahwa terdapat beberapa parameter pencemaran telah melampaui baku mutu yang ditetapkan yaitu sampah, dan Colifaecal. Beberapa indikator yang menunjukkan terjadinya pembuangan limbah ke lingkungan antara lain:

1. Tumpukan sampah, baik anorganik (plastik, botol, kemasan makanan dll) maupun sampah organik.

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

(34)

2. Tingginya nilai konsentrasi bakteri Colifaecal di sungai disebabkan oleh feses dan keberadaan Colifaecal yang cukup tinggi di perairan disebabkan karena sebagian besar masyarakat yang bermukim di tepi sungai masih belum memiliki sistem sanitasi yang baik.

Status Mutu Air

Kualitas air yang ditentukan dari nilai parameter fisika dan kimia perairan dilakukan dengan menggunakan metode Storet untuk memperoleh total skor yang menunjukkan status mutu air terdapat pada lampiran 3. Pemberian skor setiap parameter per stasiun dikelompokkan sesuai peruntukan baku mutu air kelas I (bahan baku air minum dan peruntukan lain dengan syarat kualitas air yang sama), II (prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan pertanaman), III (pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan pertanaman), dan IV (pertanaman) dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Lampiran 4.

Pada stasiun I dan II diperoleh skor 0 pada semua peruntukan, maka air dapat digolongkan dalam kelas I (tidak tercemar). Pada Stasiun III diperoleh skor -10 pada peruntukan Kelas I, dan skor 0 pana peruntukan kelas II dan kelas III sehingga di golongkan tercemar sedang. Kualitas air berdasarkan parameter fisika dan kimia air dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kualitas Fisika dan Kimia Sungai Karang Anyer

Kelas Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Skor Kualitas Air Skor Kualitas Air Skor Kualitas Air

(35)

Sarana dan Prasarana Masyarakat

Sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Sarana prasarana yang terdapat di Nagori Karang Anyer masih sangat minim namun termasuk dalam kategori baik. Hal ini didukung oleh persepsi masyarakat terhadap sarana dan prasarana yang ada di Nagori Karang Anyer. Adapun sarana prasarana yang terdapat yaitu:

1. Akses jalan beraspal, sarana air bersih yang dimanfaatkan penduduk berasal dari PDAM, listrik yang sudah menjangkau hampir semua masyarakat

2. Tempat sampah yang minim di setiap rumah karena penanganan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga masih dilakukan secara individu oleh masyarakat dengan cara dibakar di tempat atau dibuatkan lubang kemudian ditimbun.

3. Terdapat MCK dan septic tank di setiap rumah penduduk. Analisis kualitas air yang dilakukan ditemukan bakteri Colifaecal sebagai bioindikator penurunan kualitas air

Sarana dan Prasarana di Sungai Karang Anyer

Akses untuk menuju objek wisata Sungai Karang Anyer tergolong mudah karena merupakan jalanan beraspal dan dapat ditempuh dalam waktu singkat karena tidak terjadi kemacetan di sepanjang jalan menuju objek wisata ini. Kendaraan yang dapat dipergunakan ke objek wisata Sungai Karang Anyer adalah angkutan umum ataupun kendaraan pribadi.

(36)

pengunjung dalam jumlah yang banyak, tempat penyewaan ban untuk melakukan aktivitas renang, tempat parkir baik untuk sepeda motor dan mobil merupakan fasilitas pelengkap agar pengunjung merasa aman memarkirkan kendaraannya, beberapa unit toilet dan sebuah mushollah. Kebutuhan air bersih di Sungai Karang Anyer dipenuhi dari sumber mata air dan PDAM. Jaringan listrik dialiri dari PLN semua rumah tangga menggunakan listrik, termasuk untuk penerangan jalan. Data tabulasi kuisioner pengunjung dan Sarana dan prasarana disajikan pada Lampiran 5.

(37)

0.00%

Penilaian Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan Populasi responden kuisioner untuk pengunjung adalah 43 orang, hasil ini diperoleh dari perhitungan sampel pengunjung, data perhitungan sampel pengunjung dapat dilihat pada lampiran 6. Persepsi wisatawan terhadap kenyamanan kawasan Sungai Karang Anyer dinyatakan nyaman oleh sebanyak 41 orang responden dari total 43 orang responden. Hasil dari 41 orang responden tersebut diperoleh nilai kenyamanan kawasan sebesar 95,35 %. Nilai tersebut masuk ke dalam kisaran antara ≥ 75% yang menunjukkan bahwa kriteria kenyamanan kawasan di Sungai Karang Anyer adalah nyaman. Penilaian persepsi wisatawan terhadap kenyamanan dan Keindahan disajikan di Lampiran 7.

Berdasarkan persepsi wisatawan tersebut, tingkat kenyamanan Sungai Karang Anyer sangat mendukung pengembangan kegiatan wisata. Grafik persepsi wisatawan terhadap kenyamanan dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. kenyamanan

(38)

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00%

indah cukup indah tidak indah

P

e

rs

e

n

ta

se

Keindahan

Kesan

(39)

Pembahasan Suhu

Hasil pengukuran suhu di Sungai Karang Anyer menunjukkan bahwa nilai rata-rata suhu air pada setiap stasiun yaitu 27,12 ºC pada stasiun I (Kontrol), 27,7 ºC pada stasiun II (aktivitas wisata) dan 27,25 ºC pada stasiun III (budidaya). Kondisi cuaca pada saat pengamatan cerah. Hal ini sesuai dengan Boyd dalam Maniagasi, dkk., (2013) bahwa variasi suhu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain tingkat intensitas cahaya yang tiba di permukaan perairan, keadaan cuaca, awan dan proses pengadukan.

Hasil pengukuran suhu air selama penelitian memperlihatkan bahwa temperatur air pada masing-masing stasiun penelitian tidak menunjukan variasi yang tinggi, yaitu berkisar antara 27,12 ºC – 27,7 ºC. Rata-rata temperatur air tertinggi terdapat pada stasiun II (27,7 ºC) dan rata-rata temperatur air terendah terdapat pada stasiun I (27,12ºC). Kondisi rata-rata nilai temperatur air pada semua stasiun penelitian, baik stasiun yang terdapat aktifitas wisata maupun stasiun budidaya dan stasiun kontrol masih berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh organisme. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2003) yang menyatakan bahwa kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan organisma pada perairan adalah berkisar 20 - 30 ºC.

Kecerahan

(40)

Arus

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa arus di stasiun 1 sebesar 0,355 m/detik, kecepatan arus di stasiun 2 sebesar 0,75 m/detik dan kecepatan arus pada stasiun 3 0,6 m/detik. Kecepatan arus tertinggi terdapat pada stasiun 2. Kecepatan arus dalam suatu badan sungai tidak dapat ditentukan dengan pasti karena arus pada suatu sungai sangat mudah berubah, menurut Barus (2004) sangat sulit membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus karena di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari periode ke periode tergantung dari fluktuasi aliran air serta kondisi substrat yang ada. Pada musim penghujan akan mempengaruhi kecepatan arus.

Dissolved Oxsigen (DO)

Kandungan DO tertinggi terdapat pada stasiun I (kontrol) sebesar 6,42 mg/L dan terendah pada stasiun III (aktivitas budidaya) sebesar 5,39 mg/L. Daerah kontrol tidak terdapat aktivitas manusia dan merupakan sumber mata air sehingga memiliki kandungan DO yang tinggi, sedangkan pada stasiun 3 kadar DO yang rendah diduga karena banyaknya limbah organik yang berasal dari aktivitas budidaya dan aktifitas wisata pada stasiun 2 yang terbawa arus ke stasiun 3, limbah organik mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai dengan memanfaatkan oksigen yang terlarut dalam air sehingga berakibat terhadap berkurangnya kandungan oksigen terlarut dalam air.

(41)

2001, maka sungai Karang Anyer pada semua stasiun penelitian masih memenuhi kriteria baku mutu air untuk kelas I.

pH

Hasil yang diperoleh dari pengukuran pH air, dapat dijelaskan bahwa nilai pH air pada masing-masing stasiun penelitian tidak memperlihatkan variasi yang menyolok, dimana rata-rata pH antar stasiun berada pada kisaran 6 – 6,87. Rata-rata nilai pH air tertinggi ditemukan pada stasiun III sebesar 6,87, dan rata- rata nilai pH terendah ditemukan pada stasiun I (kontrol) sebesar 6. Perubahan nilai pH bisa disebabkan oleh masukan pakan pada perairan dan aktivitas pemandian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ginting (2011) yaitu perubahan pH bisa dipengaruhi oleh adanya senyawa-senyawa yang masuk kedalam lingkungan perairan.

Secara umum nilai pH yang didapatkan dari semua stasiun penelitian berada dibawah nilai ambang batas baku mutu air untuk kelas I (Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001), dan mampu mendukung kehidupan setiap biota perairan seperti yang dinyatakan dalam keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No.51/MNLH/I/2004, bahwa kisaran pH yang dapat menopang kehidupan organisme perairan adalah 6.50-8.50.

Biochemical Oxygen Demand (BOD)

(42)

Ginting (2011) yang menyatakan bahwa menumpuknya senyawa organik di perairan akan berakibat terhadap semakin meningkatnya proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga berakibat terhadap meningkatnya konsentrasi BOD pada badan perairan tersebut.

Peningkatan BOD merupakan dampak dari pemberian pakan yang berlebihan pada kegiatan budidaya. Menurut Anggoro (1996) menumpuknya bahan pencemar organik di perairan akan menyebabkan proses dekomposisi oleh organisme pengurai juga semakin meningkat, sehingga konsentrasi BOD juga meningkat. Oleh karena itu, adanya perbedaan nilai BOD pada stasiun penelitian mengindikasikan perairan yang terdapat aktivitas budidaya menghasilkan limbah yang berakibat terhadap semakin meningkatnya proses dekomposisi oleh organisme pengurai.

Nitrat

Nilai rata-rata konsentrasi nitrat tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu 1,16 mg/l dan terendah pada stasiun I yaitu 0,72 mg/l, bila dibandingkan dengan standar baku mutu air kelas 1 Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001, masih sangat jauh dari batas yang ditentukan yaitu 10 mg/l.

Konsentrasi nitrat tertinggi terdapat pada stasiun 3, tingginya konsentrasi nitrat pada stasiun 3 diduga karena nutrient pada stasiun 1 dan 2 terbawa arus ke stasiun 3, selain itu sisa pakan dari kegiatan budidaya dapat memberikan pengaruh terhadap konsentrasi nitrat diperairan. Menurut Ginting (2011), input pakan pada kegiatan budidaya ikan mempunyai kontribusi terhadap pengkayaan nitrat dalam badan air dengan koefisien determinasi sebesar 86 %.

(43)

sesuai dengan Managiasi (2013) kadar nitrat yang lebih dari 0.2 mg/L dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi perairan, dan selanjutnya dapat menyebabkan blooming sekaligus merupakan faktor pemicu bagi pesatnya pertumbuhan tumbuhan air seperti eceng gondok. Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan sumber nutrisi utama bagi pertumbuhan fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kadar nitrat yang lebih dari 5 mg/L menggambarkan telah terjadinya pencemaran

Fosfat

Nilai rata-rata konsentrasi fosfat tertinggi berada pada stasiun 3 yaitu 0,16 mg/l dan konsentrasi fosfat terendah berada pada stasiun 1 yaitu 0,10 mg/l. Tingginya fosfat pada stasiun 3 dan stasiun 2 berasal dari aktivitas domestik karena setiap sisa atau buangan rumah tangga (mandi, cuci, kakus) dan penggunaan deterjen yang mengandung fosfat. Menurut Sasongko (2006), fosfat dapat bersumber dari air buangan penduduk, penggunaan deterjen, dan sisa makanan yang dibuang ke perairan.

Jika dilihat dari kandungan fosfatnya, perairan sungai Karang Anyer tergolong tidak memiliki kesuburan tinggi. Nugroho (2006) menyatakan bahwa klasifikasi kesuburan perairan berdasarkan kandungan fosfat 0,10 – 0,20 mg/L tergolong perairan dengan kesuburan tinggi.

Colifaecal

(44)

terdapat pada stasiun 3 (aktivitas budidaya) dan konsentrasi kelimpahan Colifaecal terendah terdapat di stasiun 1 (kontrol). Hasil Colifaecal yang diperoleh pada stasiun 2 dan 3 tersebut tidak sesuai dengan baku mutu. Jumlah maksimum Colifaecal yang diperbolehkan menurut baku mutu Menteri Lingkungan Hidup No. 28 Tahun 2001 air mensyaratkan bagi kegiatan wisata adalah 1000 MPN/100 ml.

Tingginya nilai konsentrasi bakteri Colifaecal di stasiun 2 dan 3 disebabkan oleh sumber utama Colifaecal adalah feses dan keberadaan Colifaecal yang cukup tinggi di perairan disebabkan karena sistem sanitasi yang kurang baik di stasiun 2 yang merupakan daerah aktivitas wisata.

Darmayati (2002) menyatakan bahwa dalam menentukan kawasan pariwisata, perlu dipertimbangkan kesehatan masyarakat konsumen pengguna kawasan pariwisata tersebut. Disamping itu, aktivitas berenang di kawasan tersebut akan juga membahayakan bagi kesehatan wisatawan di perairan tersebut. Masuknya ke dalam tubuh manusia dapat melalui makanan yang tercemar bakteri pathogen tersebut, ataupun kontak dengan tubuh manusia atau terminum pada saat sedang berenang. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri ini diantaranya adalah keberadaan oksigen, nutrien dan temperatur yang sesuai.

Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air

(45)

oleh alam maupun kegiatan manusia). adanya tumpukan sampah pada daerah aktivitas wisata disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan kebersihan. Semakin tinggi tingkat kunjungan khusus pada hari libur sekolah, sampah-sampah banyak berserakan. Tempat sampah yang tersedia disepanjang jalan kawasan wisata tidak cukup membantu menanggulangi sampah yang berserakan.

Hasil pengamatan parameter kimia perairan dampak wisata tidak berpengaruh besar terhadap kondisi parameter kimia perairan, hal ini di tunjukkan dari hasil pengamatan, dimana parameter kimia perairan masih dibawah baku mutu Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001, yang mengisyaratkan peruntukannya untuk sarana/prasarana reksreasi air.

Hasil pengamatan secara biologis pada stasiun 2 dan 3 menunjukkan mikroorganisme terutama colifaecal melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001. Tingginya nilai konsentrasi bakteri Colifaecal di stasiun 2 dan 3 disebabkan oleh sumber utama Colifaecal adalah feses dan

keberadaan Colifaecal yang cukup tinggi di perairan disebabkan karena sistem sanitasi yang kurang baik di stasiun 2 yang merupakan daerah aktivitas wisata, Menurut Sastrawijaya (2000) diacu oleh Isnaini (2011) colifaecal adalah bakteri coli yang berasal dari kotoran manusia dan hewan mamalia

(46)

entritis. Masuknya ke dalam tubuh manusia dapat melalui makanan yang tercemar

bakteri patogen tersebut, ataupun kontak dengan tubuh manusia atau terminum pada saat sedang berenang.

Status Mutu Air

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil pengukuran yaitu pada stasiun 3 diperoleh skor -10 pada kelas I yang artinya perairan dalam keadaan tercemar ringan. Namun pada stasiun 1 dan stasiun 2 yaitu pada kelas I sampai dengan kelas IV memilki skor 0 yang berarti perairan masih dalam keadaan memenuhi baku mutu. Pemberian skor pada masing-masing stasiun dilakukan menggunakan metode storet untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan sehingga dapat diketahui parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Hal ini sesuai dengan KMNLH tahun 2003 yang menyatakan bahwa prinsip metode storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air.

(47)

Penilaian Persepsi Wisatawan Terhadap keindahan dan Kenyamanan Kawasan Persepsi terhadap keindahan dan kenyamanan kawasan sungai Karang Anyer dinyatakan indah oleh sebanyak 35 orang responden dari total 43 orang responden. Hasil dari 35 orang responden tersebut diperoleh nilai keindahan kawasan sebesar 81,40%. Nilai tersebut masuk ke dalam kisaran antara ≥75% yang menunjukkan bahwa kriteria keindahahn kawasan di sungai Karang Anyer adalah indah. Keindahan alam tersebut menjadikan salah satu daya tarik sungai Karang Anyer. Daya tarik yang ada dapat dikembangkan lebih baik lagi untuk kegiatan ekowisata dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan. Menurut Pragawati (2009) bahwa keindahan kawasan dapat menunjang dalam pengembangan daerah tersebut sebagai kawasan ekowisata. Oleh karena itu, diperlukan upaya dalam peningkatan pemeliharaan kelestarian sumberdaya. Keindahan dan kelestarian alam merupakan faktor utama yang diperlukan dalam pengembangan kawasan ekowisata.

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Aktivitas wisata di Nagori Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun tidak mencemari kualitas air. Suhu pada Sungai Karang Anyer masih dalm normal yaitu 27 °C, kecerahan pada stasiun I 0,8 m, stasiun II 1,1 m, stasiun III 1,6. Arus terendah terdapat pada stasiun I 0,355 m/detik dan tertinggi pada stasiun II 0,75 m/detik. DO terendah pada stasiun III yaitu 5,4 mg/L dan tertinggi pada stasiun 6,42 mg/L. pH pada sungai karang anyer masih dalam normal yaitu kisaran antara 6. BOD terendah pada stasiun 0,63 mg/L, tertinggi pada stasiun III yaitu 0,86 mg/L. Nitrat terendah pada stasiun I 0,72 mg/L dan tertinggi pada stasiun III 1,16 mg/L. Fosfat terendah pada stasiun I yaitu 0,10 mg/L dan tertinggi pada stasiun III 0,16 mg/L. Coalifaecal yang ada di Sungai Karang Anyer terendah pada stasiun I dan tertinggi pada stasiun II dan stasiun III karena adanya aktivitas.

2. Persepsi wisatawan terhadap keindahan kawasan Sungai Karang Anyer diperoleh nilai keindahan kawasan sebesar 81,40%, dinyatakan indah oleh 35 orang responden dari 43 orang responden. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kriteria keindahan kawasan di Sungai Karang Anyer adalah cukup indah. Sedangkan persepsi wisatawan terhadap kenyamanan sebesar 95,35% dari 43 responden sebanyak 41 orang responden mengatakan nyaman.

Saran

(49)
(50)

TINJAUAN PUSTAKA

Sungai

Sungai merupakan daerah yang dilalui badan air yang bergerak dari tempat yang tinggi ketempat yang lebih rendah dan melalui permukaan atau bawah tanah. Karena itu dikenal istilah sungai dan sungai bawah tanah. Sebuah sungai dapat dibedakan menjadi hulu, hilir dan muara. Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan sungai yang dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat serta mempunyai populasi biota yang sedikit. Sungai bagian hilir umumnya lebih lebar, tebingnya curam atau landai, badan air dalam, keruh, aliran air lambat dan biota populasi didalamnya banyak. Sedangkan muara adalah bagian sungai yang berbatasan dengan laut. Dibagian sungai ini mempunyai tebing landai dan dangkal, badan air dalam, keruh serta mengalir lambat (Kordi dan Andi, 2010).

Sungai merupakan suatu sistem yang dinamis dengan segala aktivitas yang berlangsung antara kompnen-komponen lingkungan yang terdapat di dalamnya. Adanya dinamika tersebut akan menyebabkan suatu sungai berada dalam keseimbangan ekologis sejauh sungai itu tidak menerima bahan-bahan asing dari luar. Pengaruh bahan asing pada batas-batas kisaran tertentu masih dapat ditolerir dan kondisi keseimbangan masih tetap dapat dipertahankan. Apabila suatu sungai menerima limbah dalam jumlah sedikit atau masih dalam batas toleransinya, maka limbah tersebut akan dapat dinetralisir oleh adanya dinamika ekologis tersebut (Barus, 2004).

(51)

sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian sungai harus dilindungi dan dijaga ke lestariannya, di tingkatkan fungsi dan ke manfaatannya, dan dikendalikandampak negatif terhadap lingkungannya. Dalam rangka mewujudkan kemanfaatan sungai serta mengendalikan kerusakan sungai, perlu ditetapkan garis sempadan sungai, yaitu garis batas perlindungan sungai. Garis sempadan sungai ini selanjutnya akan menjadi acuan pokok dalam kegiatan pemanfaatan dan perlindungan sungai serta sebagai batas permukiman di wilayah sepanjang sungai (Maryono, 2009).

Wisata Sungai

Di Indonesia istilah pariwisata dimulai pada awal tahun enampuluhan. Istilah ini semakin menjadi pembicaraan, terutama setelah Presiden Suharto menyampaikan kata sambutan dalam pertemuan ramah tamah dengan para peserta seminar dan rapat kerja kepariwisataan tanggal 27 Nopember 1982 di istana negara. (Pendit, 1994). Untuk menyamakan pemahamanmengenai istilah-istilah dan pengertian pariwisata, di Indonesia mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan, yang menyatakan bahwa Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (Kartawan, 2004).

(52)

diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi negara. Majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada jumlah wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan peningkatan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata akan berkembang dengan baik. Negara indonesia yang memiliki pemandangan alam yang indah sangat mendukung bagi berkembangnya sektor ndustri pariwisata di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, potensi indonesia untuk membangun industri pariwisata sangatlah besar (Meta, 2002).

Menurut Razzak dan Surianti (2011) Untuk mernbedakan pengcrtian antara wisata, wisatawan, pariwisata, keparirwisataan, usaha pariwisata obyek dan daya tarik wisata, serta kawasan wisata, studi ini akan menggunakan definisi yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (pasal 1), yaitu: 1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok

orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

(53)

5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

6. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

7. Kawasan pariwisata Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

8. Wisata kesehatan adalah perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan tertentuj untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan, seperti mata air panas yang mengandung mineralyang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara menyehatkanatau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjaditiga kelompok yaitu (Yulianda, 2007) :

a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.

b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budayasebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.

(54)

wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan.

Parameter Fisika Kimia Perairan

Kualitas suatu perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan makhluk hidup di perairan itu sendiri. Lingkungan yang baik (hiegienis bagi hewan diperlukan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya) (Minggawati dan Lukas, 2012).

Kualitas air merupakan faktor fisik, kimia, dan biologi dari perairan yang mempengaruhi organisme perairan. Kualitas air yang cocok bagi ikan budiaya di perairan tercantum di PP RI No:82 Tahun 2001 Kelas III (Tambunan, 2010).

a. Suhu

Produktivitas suatu perairan sangat ditentukan oleh sifat fisika dan kimia serta organisme hidup pendukung lainnya. Suhu perairan merupakan faktor pembatas dari proses produksi di perairan. Suhu yang terlalu tinggi dapat merusak jaringan tubuh fitoplankton, sehingga akan mengganggu proses fotosintesa dan menghambat pembuatan ikatan-ikatan organik yang kompleks dari bahan organik yang sederhana serta akan mengganggu kestabilan perairan itu sendiri (Yuningsih, dkk., 2014).

(55)

Penurunan suhu udara pada malam hari, pada waktu hujan atau pada waktu sinar matahari terhalang oleh awan, asap, debu atau pelindung Iainnya akan menurunkan suhu air permukaan. Jika proses penurunan suhu udara terus berlangsung sehingga suhu air permukaan sama dengan suhu lapisan bawah maka akan terjadi proses pencampuran. Apabila penurunan suhu air permukaan terus berlanjut sehingga lebih dingin dibanding dengan suhu air di dasar maka akan terjadi proses pembalikan (Up Welling atau Turn Over) (Jangkaru, 2000).

b. Arus

Menurut Barus (2004) Arus air adalah faktor yang mempunyai peranan sangat penting baik pada perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air yang pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehigga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut. Selain itu dikenal arur laminar, yaitu arus air yang bergerak ke satu arah tertentu saja.

c. Oksigen Terlarut

(56)

pencampuran (mixing), dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air (Effendi, 2003).

d. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar asam/basa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepas sejumlah ion Hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam/ basa. Di dalam air yang bersih

jumlah konsentrasi ion H+ dan OH- berada dalam keseimbangan, sehingga air yang bersih akan bereaksi normal. Peningkatan ion hidrogen akan menyebabkan nilai pH turun dan disebut sebagai larutan asam. Sebaliknya apabila ion hidrogen berkurang akan menyebabkan nilai pH naik dan keadaan ini disebut sebagai larutan basa. Nilai pH yang ideal untuk mendukung kehidupan organisme aquatik pada umumnya terdapat antara 7-8,5 (Barus, 2004).

Kisaran nilai pH yang baik adalah berkisar antara 7 – 8. Terjadinya perubahan nilai pH disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : peningkatan gas CO

2 sebagai hasil pernafasan dari organisme aquatik, pembakaran bahan organik di dalam air oleh jasad renik, rendahnya konsntrasi oksigen terlarut, kandungan garam (salinitas) yang tinggi, jumlah padat tebar yang tinggi, keadaan suhu air yang tidak stabil, serta tingginya tingkat kekeruhan melebihi ambang batas (Pratiwi, 2010).

e. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

(57)

makaberarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi.Konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasi air pada suhu 20 0

Cselama 5 hari, dan nilai BOD yang menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsidapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelumdan sesudah inkubasi (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005).

Wijaya (2009) menyatakan bahwa perairan alami memiliki nilai BOD antara 0,5 – 7,0 mg/l. Selain itu, buangan hasil limbah domestic dan industry juga mempengaruhi nilai BOD (Effendi, 2003). Lee, dkk., (1978) diacu Wijaya (2009) mengklasifikasikan besarnya tingkat pencemaran perairan untuk kehidupoan organism akuatik berdasarkan BOD5 seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Kualitas Air Berdasarkan BOD5

BOD5 Kualitas Air

< 3 Sumber: Wijaya (2009)

f. Kecerahan

Kecerahan merupakan kemampuan cahaya matahari untuk menembus perairan. Kemampuan cahaya tersebut dipengaruhi oleh kekeruhan air. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi. Misalnya pernapasan dan daya lihat organisme akuatik serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekeruhan air adalah partikel halus yang tersuspensi seperti lumpur, jasad renik (plankton) dan warna air (Sari, 2011).

(58)

ataupun limbah pakan yang terdapat pada titik sampling. Menurut Alianto dkk (2007) cahaya merupakan faktor pembatas bagi adanya bahan organik yang penting bagi produktivitas primer perairan. Menurut Rohyati dkk (2003), kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi (Yuningsih, 2014).

g.Nitrat

Nitrat merupakan produk akhir dari proses penguraian protein dan diketahui sebagai senyawa yang kurang berbahaya dibandingkan dengan amonium/amoniak atau nitrit. Nitrat adalah zat nutrisi yang dibutuhkan oleh organisme untuk tumbuh dan berkembang (Barus, 2004).

h. Fosfor

Fosfor berasal terutama dari sedimen yang selanjutnya akan terfiltrasi ke dalam air tanah dan akhirnya masuk ke dalam sistem perairan terbuka (sungai dan danau). Selain itu, dapat berasal dari atmosfer dan bersama dengan curah hujan masuk ke dalam sistem perairan (Barus, 2004). Fosfat adalah bahan nutrisi yang menstimulasi pertumbuhan yang sangat luar biasa pada alga dan rumput-rumputan dalam danau, estuaria, dan sungai berair tenang (Sasongko, 2006).

Baku Mutu Kualitas Air

(59)

1. Kelas satu ( I ) : bahan baku air minum dan peruntukan lain aadengan asyarat kualitas air yang sama.

2. Kelas dua ( II ) : prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan aaikan air tawar, peternakan, pertanaman, dan aaperuntukan alain dengan syarat kualitas air yang aasama.

3. Kelas tiga ( III ) : pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, aapertanaman, dan peruntukan lain dengan syarat aakualitas air yang sama.

(60)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sungai merupakan salah satu sumber air yang telah lama dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai aktivitas dalam menunjang kehidupan. Namun sejalan perkembangan, banyak fungsi sungai yang semakin hari semakin beragam seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seluruh proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam media air. Air dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk berbagai keperluan seperti keperluan rumah tangga, pertanian, transportasi bahkan sampai industri (Hendrawati, 2007).

Sungai memiliki potensi alam yang banyak tersebar di berbagai wilayah Indonesia serta memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan sebagai objek wisata alam. Karakter sungai menyimpan satu daya tarik tersendiri. Kedekatannya dengan alam bisa menjadi salah satu pilihan untuk mengembangkan fasilitas rekreasi. Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam yang berfungsi serbaguna bagi kehidupan makhluk hidup.

(61)

Sungai Nagori Karang Anyar terlalu berlebih, maka dapat mengakibatnya fungsi dari sungai tidak sesuai lagi untuk peruntukannya dalm mendukung kehidupan organisme akuatik yang ada dan juga kebutuhan masyarakat disekitar sungai (Yulianti, 2010).

Aktivitas masyarakat terutama kegiatan wisata di Sungai Nagori Karang Anyar berpengaruh terhadap faktor fisika, kimia dan biologi yang ada pada sungai tersebut, oleh karena peneliti tertarik untuk mengetahiu dampak kegiatan wisata terhadap kualitas air Nagori Karang Anyar di kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Perumusan Masalah

Objek Wisata Sungai Nagori Karang Anyar merupakan objek wisata yang cukup tenar dikalangan masyarakat kabupaten Simalungun, selain tempat wisatanya yang mudah dijangkau serta biaya administrasinya yang ekonomis. Di objek wiasata tersebut terdapat beberapa aktivitas masyarakat seperti pemandian, hingga dijadikan sebagai tempat budidaya perikanan bagi masyarakat sekitar dapat menyebabkan perubahan pada kualitas air baik secara fisika, kimia, dan biologi.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh aktivitas masyarakat terhadap perubahan kualitas air di Objek Wisata Nagori Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun?

2. Bagaimana persepsi pengunjung dan pengelola terhadap aktivitas masyarakatdi Objek Wisata Nagori Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun?

(62)

Sungai Nagori Karang Anyer dimanfaatkan sebagai objek wisata masyarakat. Aktivitas wisata menghasilkan limbah melalui mandi, cuci maupun kakus (MCK). Jika limbah yang masuk keperairan terlalu berlebih makan dapat menyebabkan penurunan kualitas air baik secara fisika, kimia dan biologi sehingga tidak lagi sesuai digunakan sebagai sarana wisata. Maka dari itu perlu dilakukan pengelolaan terhadap kawasan wisata sungai Nagori Karang Anyer dengan mengetahui dampak aktivitas wisata yang ditimbulkan terhadap kualitas air. Kerangka pemikiran tertera pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Aktivitas Wisata

Kualitas Air

Dampak Aktivitas Wisata Terhadap Kualitas Air Sungai di Objek Wisata Nagori Karang Anyar

Sungai Nagori Karang Anyer

Biologi

(63)

Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui pengaruh aktivitas wisata terhadap kualitas air di Objek Wisata Nagori Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.

2. Untuk Menilai persepsi pengunjung dan pengelola terhadap aktivitas masyarakat di Objek Wisata Nagori Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.

Manfaat

1. Memberikan informasi mengenai perubahan faktor fisika dan kimia serta pengaruhnya terhadap total Colifaecal yang diakibatkan aktivitas masyarakat di Objek Wisata Nagori Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.

(64)

ABSTRAK

FAEZATUR RAHMAN PURBA. Dampak Aktivitas Wisata Terhadap Kualitas Air Sungai Di Obyek Wisata Nagori Karang Anyer Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Di bawah bimbingan TERNALA ALEXANDER BARUS dan RUSDI LEIDONALD.

Sungai Karang Anyer merupakan salah satu sumber air yang telah lama dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai aktivitas, terutama aktivitas wisata. Keberadaan aktivitas wisata dapat mempengaruhi kualitas air Sungai Karang Anyer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak aktivitas wisata terhadap kualitas air berdasarkan parameter fisika kimia dan biologi. Parameter fisika kimia air dianalisis dengan metode Storet dan parameter biologi dianalisis dengan metode analisis secara deskriptif. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2015. Penentuan Stasiun dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Stasiun yang digunakan terdiri atas stasiun I (yang sedikit aktivitas masyarakatnya), stasiun II (Aktivitas wisata), dan stasiun III (Kawasan Budidaya). Hasil penelitian menunjukkan aktivitas wisata tidak mempengaruhi kualitas air parameter fisika kimia namum mempengaruhi colifaecal. Berdasarkan parameter fisika dan kimia air, stasiun I, II dan III memenuhi bakumutu air Kelas II (prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertanaman, dan peruntukan lain dengan syarat kualitas air yang sama).

(65)

ABSTRAK

FAEZATUR RAHMAN PURBA. Tourism activity effect to river water quality on Nagori Karang Anyer tourism object Gunung Maligas districs, North Sumatera Simalungun Regency. Under the guidence of Mr. Ternala Alexander Barus and Rusdi Leidonald

Karang Anyer River is one of water source that. Was used for a long time by socrety to every activities especially tourism activity. The tourism activity could affect the water quality on Karang Anyer river. This research aims to know the tourism activities effect to water quality based on physic chemistry, and biology parameter. Physic and chemistry parameter analyzed with storet method and biological parameter anlyzed with by descriptive method. This research held at august antil september 2015. Station determination is done by using purposive sampling method. The first station are placed in a bit of sociery activities, the second station are placed in tourism activities, and the third station are placed in aquaculture region. Result of the researc indicate that tourism activities are not affect the water quality but affect the colifaecal. Based on water physic and chemistry parameter, the I, II, and III station fill the second class of water quality standar (water recreation tool/infrastucture, fresh water of fish aquaculture, farm, garden and the other needs with the same water quality requierement).

(66)

DAMPAK AKTIVITAS WISATA TERHADAP KUALITAS AIR

SUNGAI DI OBYEK WISATA NAGORI KARANG ANYER

KECAMATAN GUNUNG MALIGAS KABUPATEN

SIMALUNGUN SUMATERA UTARA

SKRIPSI

FAEZATUR RAHMAN PURBA

100302004

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

(67)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Dampak Aktivitas Wisata Terhadap Kualitas Air di Obyek Wisata Nagori Karang Anyer Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

Nama Mahasiswa : Faezatur Rahman Purba NIM : 100302004

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus, M.Sc Rusdi Leidonald, SP, M.Sc Ketua Anggota

Mengetahui

(68)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Faezatur Rahman Purba

Nim : 100302004

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Dampak Aktivitas Wisata Terhadap Kualitas Air di Obyek Wisata Nagori Karang Anyer Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun Sumatera Utara” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Medan, Maret 2016

Faezatur Rahman Purba

(69)

ABSTRAK

FAEZATUR RAHMAN PURBA. Dampak Aktivitas Wisata Terhadap Kualitas Air Sungai Di Obyek Wisata Nagori Karang Anyer Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Di bawah bimbingan TERNALA ALEXANDER BARUS dan RUSDI LEIDONALD.

Sungai Karang Anyer merupakan salah satu sumber air yang telah lama dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai aktivitas, terutama aktivitas wisata. Keberadaan aktivitas wisata dapat mempengaruhi kualitas air Sungai Karang Anyer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak aktivitas wisata terhadap kualitas air berdasarkan parameter fisika kimia dan biologi. Parameter fisika kimia air dianalisis dengan metode Storet dan parameter biologi dianalisis dengan metode analisis secara deskriptif. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September 2015. Penentuan Stasiun dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Stasiun yang digunakan terdiri atas stasiun I (yang sedikit aktivitas masyarakatnya), stasiun II (Aktivitas wisata), dan stasiun III (Kawasan Budidaya). Hasil penelitian menunjukkan aktivitas wisata tidak mempengaruhi kualitas air parameter fisika kimia namum mempengaruhi colifaecal. Berdasarkan parameter fisika dan kimia air, stasiun I, II dan III memenuhi bakumutu air Kelas II (prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertanaman, dan peruntukan lain dengan syarat kualitas air yang sama).

(70)

ABSTRAK

FAEZATUR RAHMAN PURBA. Tourism activity effect to river water quality on Nagori Karang Anyer tourism object Gunung Maligas districs, North Sumatera Simalungun Regency. Under the guidence of Mr. Ternala Alexander Barus and Rusdi Leidonald

Karang Anyer River is one of water source that. Was used for a long time by socrety to every activities especially tourism activity. The tourism activity could affect the water quality on Karang Anyer river. This research aims to know the tourism activities effect to water quality based on physic chemistry, and biology parameter. Physic and chemistry parameter analyzed with storet method and biological parameter anlyzed with by descriptive method. This research held at august antil september 2015. Station determination is done by using purposive sampling method. The first station are placed in a bit of sociery activities, the second station are placed in tourism activities, and the third station are placed in aquaculture region. Result of the researc indicate that tourism activities are not affect the water quality but affect the colifaecal. Based on water physic and chemistry parameter, the I, II, and III station fill the second class of water quality standar (water recreation tool/infrastucture, fresh water of fish aquaculture, farm, garden and the other needs with the same water quality requierement).

(71)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 06 Juli 1992, sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak U. Purba dan Ibu N. Sinaga. Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Swasta Taman Siswa Pematangsiantar 1998 − 2004, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Mts Al-kautsar Panei Tongah tahun 2004 − 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Taman Siswa Pematangsiantar pada tahun 2007 − 2010. Penulis diterima di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (MSP FP USU) pada tahun 2010 melalui jalur PMP (Pemanduan Minat dan Prestasi). Penulis mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli sampai Agustus 2013 di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelabuhan Perikanan Pantai Idi Rayeuk Aceh Timur.

(72)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Aktivitas Wisata Terhadap Kualitas Air Sungai Di Obyek Wisata Nagori Karang Anyer Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun”. Skripsi ini diajukan sebagai satu dari beberapa syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis Bapak U. Purba dan Ibu N. Sinaga yang telah membesarkan dan mendidik penulis sampai saat ini bahkan juga yang telah memberikan dukungan materi dan moril kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(73)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman mahasiswa program studi Manajemen Sumberdaya Perairan yang terdiri atas abang-kakak senior angkatan 2009, khususnya teman-teman angkatan 2010, dan adik-adik yunior angkatan 2011 sampai angkatan 2015 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen Sumberdaya Perairan.

Medan, Maret 2016

(74)
(75)

Alat dan Bahan ... 17

Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan ... 21

Penilaian Persepsi Wisatawan Terhadap Keindahan dan Kenyamanan Kawasan ... 33

Pembahasan ... 35

Parameter Fisika dan Kimia Perairan ... 35

Analisis Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air 41

Status Mutu Air ... 43

(76)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 3

2. PetaLokasi Objek Wisata Nagori Karang Anyer Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun... 16

3. Lokasi Stasiun I (Kontrol) ... 18

4. Lokasi Stasiun II (Aktivitas Wisata) ... 18

5. Lokasi Stasiun III (Kolam Budidaya) ... 19

6. Grafik Suhu ... 25

7. Grafik Kecerahan ... 25

8. Grafik Arus ... 26

9. Grafik Kelarutan Oksigen (DO) ... 26

10.Grafik pH ... 27

11.Grafik Biochemichal Oxigen Demand (BOD) ... 27

12.Grafik Nitrat(NO3-N) ... 28

13.Grafik Fosfat(PO4³¯ -P) ... 28

14.Grafik Colifaecal ... 29

15.Grafik Kenyamanan ... 34

Gambar

Gambar 2. Peta lokasi penelitian
Gambar 3. Stasiun I
Gambar 5. Stasiun III
Tabel 2. Parameter Kualitas Air Dan Metode Analisis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian pengaruh penggunaan jurnal belajar dalam pembelajaran Class Wide Peer Tutoring terhadap kemampuan berpikir kritis, hasil yang didapatkan

[r]

Efektifitas dalam kaitannya dengan proses manajemen risiko perbankan dalam mengendalikan risiko kredit, adalah upaya yang dilakukan telah memanfaatkan

(4) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertanggung jawab kepada Kepala dan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan dan

Dalam penggunaannya, game ini menggunakan tampilan yang sangat sederhana, cukup menarik, dan juga sangat mudah digunakan bagi semua kalangan. Pernyataan diatas berdasarkan

(1) Dengan ditetapkannya Peraturan Walikota Ini maka Keputusan Walikota Solok Nomor 8 Tahun 2004 Tentang Penetapan Peruntukan Kawasan Menurut Jenis Usaha, Peruntukan

Aplikasi pemesanan tiket memerlukan suatu media promosi dan informasi yang lebih efektif dan efesien.Website pada penulisan ilmiah ini ditujukan untuk mempermudah pengguna jasa

[r]