• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Bakteri Penyebab Infeksi Kulit dan Pola Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Pada Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Bakteri Penyebab Infeksi Kulit dan Pola Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Pada Tahun 2015"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

CURRICULUM VITAE

Nama : Nurul Barorah Binti Aminudin

Tempat / Tanggal Lahir : Kuala Lumpur / 4 Maret 1994

Agama : Islam

Alamat : Kompleks Tasbi 1, Blok F 40 b Medan

Riwayat Pendidikan 1. Taski Abim Al – Muttaqin, Alam Jaya, Selangor. 2. Sekolah Kebangsaan Taman Cuepacs, Cheras,

Selangor.

3. Sekolah Agama Tahfiz Abim Al – Muttaqin, Alam Jaya, Selangor.

4. Muslim National School, Clonskeagh Mosque, Dublin 14, Ireland.

5. Sekolah Kebangsaan Taman Puteri, Jalan Hulu Langat, Selangor.

6. Sekolah Agama KAFA integrasi , Cheras, Selangor.

7. Sekolah Menengah Kebangsaan Dusun Nanding, Jalan Hulu Langat, Kampung Dusun Nanding, Selangor.

8. President College , Kuala Lumpur 9. Universitas Sumatera Utara, Medan Riwayat Pelatih 1. Peserta Penerimaan Mahasiswa Baru 2012

2. Peserta Seminar Motivasi Jati Diri dan Pendidikan, „Enroute To Be Good Muslim Doctors‟ 2014

(2)
(3)

Frequencies

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(4)

Luka Bakar 8 21.1 21.1 94.7

Dan lain-lain 2 5.3 5.3 100.0

Total 38 100.0 100.0

Jenis Bakteri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(5)

Crosstabs

Umur * Jenis Infeksi Kulit Crosstabulation

Jenis Infeksi Kulit

Impetigo Folikulitis Furunkel Abses Ulkus Luka Bakar

(6)

lain-Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin * Jenis Infeksi

Kulit 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%

Jenis Kelamin * Jenis Infeksi Kulit Crosstabulation

(7)
(8)

Crosstabs

Jenis Kelamin * Jenis Bakteri Crosstabulation

(9)

Crosstabs

Umur * Lokasi Infeksi Kulit Crosstabulation

(10)

Crosstabs

Jenis Kelamin * Lokasi Infeksi Kulit Crosstabulation

(11)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Infeksi Kulit * Jenis

Bakteri 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%

Jenis Infeksi Kulit * Jenis Bakteri Crosstabulation

Jenis Bakteri

Jenis Infeksi Kulit * Lokasi

(12)
(13)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Bakteri * Lokasi Infeksi

Kulit 38 100.0% 0 .0% 38 100.0%

Jenis Bakteri * Lokasi Infeksi Kulit Crosstabulation

(14)

Master Tabel

PREVALENSI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI KULIT DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2015

No Nama Umur Jenis

Kelamin Jenis Infeksi Kulit Jenis Bakteri Lokasi Infeksi Kulit

1 AA 73 P Furunkel Streptococcus pyogenes Regio abdominalis

2 AB 77 L Furunkel Streptococcus pyogenes Generalisata

3 AC 38 P Abses Karbunkel Staphylococcus aureus Tungkai atas

4 AD 27 L Folikulitis Staphylococcus aureus Digiti minimi

5 AE 12 L Impetigo Kristosa Streptococcus B-hemolyticus Ekstremitas bawah

6 AF 5 P Impetigo Staphylococcus aureus Tungkai bawah

7 AG 20 L Folikulitis Staphylococcus aureus Bahu

8 AH 27 L Furunkel Staphylococcus aureus Mandibula

9 AI 48 P Impetigo Pustulosa Staphylococcus aureus Regio abdominalis

10 AJ 38 L Furunkel Staphylococcus aureus Tungkai atas

11 AK 63 P Folikulitis Staphylococcus aureus Regio plantar

12 AL 61 P Impetigo bulosa Staphylococcus aureus Generalisata

13 AM 40 P Furunkel Staphylococcus aureus Tungkai atas

14 AN 11 P Furunkel Staphylococcus aureus Muka

15 AO 31 P Abses Staphylococcus aureus Tungkai atas

16 AP 23 L Furunkel Staphylococcus aureus Ekstremitas bawah

17 AQ 17 P Impetigo bulosa Staphylococcus aureus Ekstremitas bawah

18 AR 28 P Furunkel Staphylococcus aureus Tungkai bawah

19 AS 16 P Furunkel Staphylococcus aureus Tungkai atas

(15)

21 AU 15 L Folikulitis Staphylococcus aureus Bahu

22 AV 72 L Impetigo bulosa Staphylococcus aureus Dada

23 AW 21 L Furunkel Staphylococcus aureus Tungkai atas

24 AX 11 L Furunkel Staphylococcus aureus Axilla

25 AY 61 P Ulkus Citrobacter fruendii Tungkai

26 AZ 63 L Ulkus Acinetobacter fruendii Tungkai

27 BA 49 L Kusta Acinetobacter fruendii Dada

28 BB 24 L Ulkus Klebsiella pneumoni Ekstremitas

29 BC 56 P Abses Acinetobacter fruendii Tungkai, pedis

30 BD 16 L Vertigo Citrobacter fruendii Kening

31 BE 26 L Luka Bakar Serratia fonticola Ekstremitas

32 BF 35 P Luka Bakar Staphylococcus aureus Tungkai

33 BG 7 L Luka Bakar Pseudomonas aeriginosa Muka (telinga)

34 BH 13 L Luka Bakar Enterococcus faccium Tungkai

35 BI 14 L Luka Bakar Proteus mirabilis Tungkai

36 BJ 56 P Luka Bakar Burkholderia cepacia Tungkai bawah

37 BK 17 L Luka Bakar Burkholderia cepacia Ekstremitas,

(16)

Master Tabel

PREVALENSI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI KULIT DI RSUP

HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2015

(17)

20 Anugerah 2 1 2 2 1

21 Hendra 1 1 2 2 6

22 Siad 5 1 1 2 7

23 Mataka 2 1 3 2 8

24 Namensan 1 1 3 2 9

Keterangan

Umur Jenis Kelamin Jenis Infeksi Kulit

1. ≤15 tahun 1. Laki-laki 1. Impetigo

2. 16-30 tahun 2. Perempuan 2. Folikulitis

3. 31-45 tahun 3. Furunkel

4. 46-60 tahun 4. Abses

5. >60 tahun

Jenis Bakteri Lokasi Infeksi

1. Streptococcus

Pyogenes 1. Regio

2. Staphylococcus Aureus 2. Generalisata

3. Streptococcus B-Hemolyticus 3. Tungkai

(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Adam J. S. MD., A. B. D., M.D. 2008 Current Management of Acute

Cutenous Wounds. Available from

http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra0707253 [ Accessed 6 Desember 2015]

Adeyemi A., S. M., I. G., 2009. Leg Ulcer in Older People . Available from : http://www.bjmp.org/content/leg-ulcers-older-people-review-management [ Accessed 6 Desember 2015]

Victoria J.F. MD., L. B. (2008). Disease and Disorder Textbook. Marshall Cavendish Corporation.

Jose A.S., D. F. (2013). Skin and Soft Tissues Infections and Associated Complications among Commercially Insured Patients Aged 0 - 64 Years with and without Diabetes. Pubmed Central. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3622669/ [ Accessed 31 May 2015] .

J., P. D. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pioderma (6 ed.). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kenneth J.T. MD., N. C. (1996). Common Bacterial Infections. Bacterial Infections. Streptococcal infection of skin and soft tissues. Retrieved 2015 л 31-May from Cleveland Clinic: http://www.clevelandclinicmeded.com//medicalpubs/diseasemanag ement/dermatology/common-skin-infections/Default.htm

Raza A. PhD. (1996). Microbial infection of skin and nails. (4th Edition ed.). (B. S., Ed.) Texas.

Geo. F. Brooks MD, S. A. Mikrobiologi Kedokteran. Bakteriologi (25 ed.). (d. D. dr. Aryandhito W.N., Trans.) McGraw - Hill Education (Asia). H.Mc.C, T. (2007). The Nature of Disease Textbook. Pathology of Health

Profession. Skin Infection. Lippincott Williams & Wilkins.

(20)

Andrew C.S., A. W. (2009). Methodology and Principal. High Burden of Impetigo and Scabies. Available from : http://journals.plos.org/plosntds/article?id=10.1371/journal.pntd.0000 467 [ Accessed 31 May 2015] .

staff, W. (2005). Epidemiology and management of common skin disease in Children indeveloping countries. Epidemiology of common skin disease in developing countries. Available from : http://whqlibdoc.who.int/hq/2005/who_fch_cah_05.12_eng.pdf [ Accessed 31 May 2015] , p. 4.

(21)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang prevalensi bakteri penyebab infeksi kulit di beberapa pelayanan kesehatan di Kota Medan pada tahun 2015 diuraikan berdasarkan kerangka konseptual di bawah :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Bakteri penyebab infeksi kulit  Staphylococcus aureus

kulit yang lain : kusta  Luka bakar

(22)

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Definisi

Bakteri penyebab infeksi kulit adalah dimana terjadi pertumbuhan bakteri yang berlebihan di epitel kulit yang menyebaban keluhan infeksi kulit pada seseorang itu.

3.2.2 Cara Ukur

Cara pengukuran dengan menggunakan metode data sekunder yaitu data rekam medis yaitu tentang prevalensi pasien bakteri penyebab infeksi kulit dari rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.

3.2.3 Alat Ukur

Data dan informasi tentang prevalensi bakteri penyebab infeksi kulit dari isi rekam medis dikumpulkan dan disusun sesuai dengan prevalensi pasien dengan menggunakan program SPSS

3.2.4 Hasil Pengukuran

(23)

3.2.5 Skala Pengukuran

(24)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dalam mengidentifikasi mengenai prevalensi bakteri penyebab infeksi kulit. Rancangan penelitian ini adalah bersifat cross – sectional study dimana penelitian yang dilakukan dengan cara

pengumpulan data sekunder dari penelitian yang melakukan observasi satu kali dan pengukuran variebel pada satu saat tertentu dalam mengidentifikasi jenis bakteri yang tersering penyebab infeksi kulit.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah semua pasien yang mengidap penyakit kulit yang disebabkan infeksi bakteri di RSUP Haji Adam Malik, Medan.Sampel penelitian ini merupakan semua data rekam medis dari pasien infeksi kulit disebabkan bakteri di RSUP Haji Adam Malik, Medan .

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu atau periode penelitian direncanakan selama bulan September hingga Desember 2015

(25)

4.4 Metode Pengambilan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu dari rekam medis. Peneliti akan mencari dan mengumpul data dan informasi tentang prevalensi bakteri penyebab infeksi kulit dengan variebel yang diteliti

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan menggunakan sistem komputerisasi dengan software SPSS (Statistical Package for the Social Science). Data dan

(26)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini menggunakan rekam medis yang berisikan data – data sampel pasien dengan Bakteri penyebab Infeksi Kulit. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis, sehingga peroleh hasil penelitian sebagaimana dalam paparan di bawah ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik ( RSUP HAM ) yang bertempat di Jalan Bunga Lau No. 17 Medan, Indonesia. RSUP HAM merupakan rumah sakit pemerintah tipe A, berlokasi di Kecamatan Medan Tuntungan; tepatnya di bagian divisi Rekam Medis Kulit dan Kelamin di lantai 1 dan di Instalasi Mikrobiologi Klinik di lantai 2.

5.1.2 Data Karekteristik

Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami infeksi kulit yang disebabkan Bakteri dan berobat di RSUP HAM, Medan. Jumlah sampel yang seharusnya ada 128 orang, akan tetapi terdapat sampel yang masuk kriteria eksklusi yakni memiliki data rekam medis yang tidak lengkap dan tidak akurat sehingga jumlah akhir sampel pada penelitian ini menjadi 38 orang.

(27)

Table 5.1.1Data Karekteristik Pasien

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki – Laki 23 60,5

Perempuan 15 39,5

Total 38 100,0

Jenis Infeksi Kulit Jumlah Persentase (%)

(28)

lain - lain

Total 38 100,0

Jenis Bakteri Jumlah Persentase (%)

Streptococcus sp. 3 7,9

Staphylococcus sp. 23 60,5

Klebsiella sp. 1 2,6

Lokasi Infeksi Kulit Jumlah Persentase (%)

Abdominalis 4 10,5

(29)

sebanyak 14 (36,8%) berusia 16 – 30 tahun. Kemudian diikuti pula dengan kelompok kedua terbanyak, sebanyak 7 ( 18,4%) berusia di atas 60 tahun. Kelompok yang terakhir, paling sedikit sebanyak 4 ( 10,5%) berusia 46 – 60 tahun.

Seterusnya, kelompok data karakteristik pasien melalui jenis kelamin adalah laki – laki lebih banyak berbanding perempuan dengan 23 ( 60,5%) pasien laki – laki. Manakala kelompok perempuan sebanyak 15 (39,5%)

Berikutnya, data karakteristik pasien dengan menurut jenis infeksi kulit penyebab bakteri primer dan sekunder.Jenis infeksi kulit primer yang terbanyak adalah jenis infeksi Furunkel sebanyak 11 (28,9%).Manakala , pada infeksi kulit sekunder yang terbanyak adalah jenis infeksi Luka Bakar sebanyak 8 (21,1%).

Selanjutnya, berdasarkan jenis bakteri penyebab infeksi kulit primer dan sekunder. Kelompok jenis bakteri penyebab infeksi kulit primer, sebanyak 23 (60,5%) yaitu daripada kelompok Staphylococcus sp. .

(30)

5.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Prevalensi Pasien dengan Bakteri penyebab infeksi kulit di RSUP HAM, Medan pada tahun 2015.Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpul data dari informasi dalam rekam medis pasien Infeksi Kulit penyebab Bakteri.Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan informasi pasien langsung di kartu status penderita.

5.2.1 Data Karekteristik

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian di RSUP HAM, Medan didapati bahwa pasien dengan Infeksi Kulit penyebab Bakteri menurut usia dapat diketahui bahwa jumlah kasus Bakteri penyebab Infeksi Kulit terbanyak pada kelompok usia dewasa yaitu 16 – 30 tahun sebanyak 14 kasus (36,8 %) diikuti dari usia diatas 60 tahun sebanyak 7 kasus (18,4 %). Manakala kelompok usia yang paling sedikit adalah usia lanjut yaitu 46 – 60 tahun sebanyak 4 kasus (10,5%). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan WHO pada tahun 2005 di dapati penderita Infeksi Kulit penyebab Bakteri lebih banyak pada usia lebih muda di Nigeria sebanyak 12% dengan usia muda pada setiap usia. Selain itu, hasil daripada menurut umur kejadian infeksi penyebab daripada bakteri ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Raza Aly pada tahun 1996 di dapati infeksi sistemik juga memiliki manifestasi kulit yaitu daripada infeksi kulit sekunder tersebut.

(31)

dengan sebanyak 0 kasus adalah pada jenis infeksi kulit Erysipelas, Selulitis, Pitted Keratolysis, Staphylococcus Scaled Syndrome dan Intertrigo.Hasil ini mendekati penelitian Andrew pada tahun 2009, infeksi kulit dengan kasus tertentu adalah daripada prevalensi di negara Tropis.Manakala jenis infeksi kulit disebabkan bakteri tanpa kasus adalah jarang atau tidak ada terjadinya infeksi bakteri pada negara yang bukan negara tropis.

Berdasarkan pembagian prevalensi Bakteri penyebab Infeksi kulit berdasarkan jenis bakteri yang paling banyak adalah bakteri Staphylococcus sp. dengan 23 kasus (60,5%). Manakala kelompok jenis

bakteri yang paling sedikit adalah Enterobacter sp.,Pseudomonas sp., Citrobacter sp., Proteus sp., Serratia sp. dengan kasus sebanyak 1

(2,6%). Menurut Adhi pada 2010, Staphylococcus sp. adalah bakteri yang menkontribusi penyakit kulit secara signifikan dan menurut Vincent pada tahun 2008 bakteri Staphylococcus sp. adalah antara bakteri penyebab infeksi kulit yang mayoritas dan signifikan. Selain itu, hasil ini mendekati dengan penelitian Coleman pada tahun 2008 tujuan utama yang sama dengan melihat prevalensi infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri yang paling sering terjadi infeksi kulit.

(32)

5.3 Hasil pola kepekaan bakteri penyebab infeksi kulit terhadap

antibiotik di RSUP Haji Adam Malik.

No. JENIS BAKTERI JUMLAH

Total bakteri tumbuh 38 100,0

Grafik 5.3.1 Pola Sensitivitas bakteri gram negatif terhadap

antibiotik

aeruginosa, Burkholderia cepacia (%)

(33)

100 100

AMK SAM MEM GEN TZP CTX CAZ IMP CRO FEP

Pola sensitivitas bakteri Citrobacter fruendii, Klebsiella pneumoni. (%)

AMK SAM MEM CIP GEN TZP LVX CAZ TGC TMP CRO FEP

Pola sensitivitas bakteri Acinetobacter baumanii dan Proteus mirabilis (%)

(34)

Grafik 5.3.2 Pola sensitivitas bakteri gram positif terhadap

antibiotik

100

50

100 100 100 100 100 100

100 100 100

AMK SAM MEM CIP GEN TZP LVX NET IMP

Pola sensitivitas bakteri Enterococcus faccium, Serratia fonticola (%)

Enterococcus faccium Serratia fonticola

50 100

50 100

75 89

50

100 100

50

100 100 100 100 100

100 100

CEC SAM MEM CLI AMX CIP GEN OXA AMC LVX ERY NIT TCY TGC CRO CXM Pola sensitivitas bakteri Staphylococcus sp. dan Streptococcus

sp. (%)

(35)
(36)

5.4 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pola kepekaan bakteri dengan sensitivitas dan resistensi terhadap antibiotik pada pasien yang menderitai infeksi kulit disebabkan bakteri daripada faktor predisposisi tertentu di RSUP HAM, Medan pada tahun 2015.Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data dari informasi dalam rekam medis di bahagian instalasi mikrobiologi klinik dengan pola kepekaan bakteri terhadap antibiotik.Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan informasi pasien dari status penderita.

5.4.1 Pola kepekaan bakteri terhadap antibiotik

Berdasarkan hasil yang di dapat pada penelitian di RSUP HAM , Medan di ketahui bahwa pola kepekaan sensitivitas yang terbanyak adalah daripada bakteri Staphylococcus aureus dengan 18 antibiotik yang sensitif. Seterusnya , pola kepekaan antibiotik kedua terbanyak adalah daripada bakteri Acinetobacter baumanii dengan 11 antibiotik. Pada penelitian ini 17 antibiotik daripada bakteri Staphylococcus aureus yang sensitif terhadap Cefaclor 50%, Sulbactam 100%,

(37)
(38)

Table 5.3.3 Pola kepekaan jenis bakteri gram negatif terhadap antibiotik

No Nama Bakteri Jumlah

persentas e dari seluruh

isolat Gram negatif

(%)

% sensitivitas terhadap antibiotik

AMK SAM MEM AMX CIP GEN TZP LVX

CTX CAZ IMP

TGC CRO

TMP FEP

1 Pseudomonas aeruginosa 1 2,6 % 0 0 0 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0

2 Citrobacter fruendii 2 5,3 % 100 100 0 0 0 100 0 0 100 100 100 0 100 0 100

3 Klebsiella pneumonia 1 2,6 % 100 50 0 0 0 100 100 0 100 50 0 0 50 0 50

4 Acinetobacter baumanii 3 7,9 % 100 100 67 0 33 50 33 50 0 33 75 100 100 33

5 Proteus mirabilis 1 2,6 % 100 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 Enterococcus faccium 1 2,6 % 100 50 100 0 100 100 0 100 0 67 100 0 0 0 0

7 Burkholderia cepacia 2 5,3 % 100 50 50 0 50 0 0 50 0 50 0 0 0 0 0

(39)

Table 5.3.4 pola kepekaan jenis bakteri gram positif terhadap antibiotik

AMK : Amikacin LVX : Levofloxacin

SAM: Sulbactam CTX : Cefotaxime

MEM : Meropenem CAZ : Ceftazidime

AMX : Amoxicillin IMP : Imipenem

CIP : Ciprofloxacin TGC : Tigecycline

GEN : Gentamicin CRO : Ceftriazone

TZP : Tazobactam TMP : Trimethoprim

FEP : Cefepime CEC : Cefaclor

CLI : Clindamycin OXA : Oxacillin

AMC : Amoxicillin / Clavulanic acid ERY : Erythromycin

(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa prevalensi pasien bakteri penyebab infeksi kulit terbanyak adalah dari kelompok usia muda 16 – 30 tahun, dengan infeksi kulit terbanyak adalah Furunkel pada infeksi kulit primer manakala infeksi kulit sekunder terbanyak daripada faktor predisposisi adalah Luka Bakar , jenis bakteri yang signifikan dan terbanyak Staphylococcus sp.pada infeksi primer maupun pada infeksi sekunder dan sering terjadi pada tungkai dari lokasi infeksi kulit.

6.2 Saran

1. Setiap pasien yang mungkin menderita Infeksi Kulit penyebab Bakteri segera di rawat ke Rumah Sakit supaya tidak terjadi infeksi yang berlanjutan dan tingkat komplikasi menjadi semakin memberat

2. Setiap pasien harus mampu untuk menjaga kebersihan dan higienitas demi kesehatan individu dan orang lain, yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri, misalnya mencuci tangan sebelum melakukan pekerjaan, mencuci pada bagian atau lokasi yang tersering membiaknya bakteri selepas melakukan yang kurang higienitas dan sanitasi.

(41)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi kulit

2.1.1 Definisi

Manusia adalah host alami bagi banyak spesies bakteri mendiami pada suatu permukaan di kulit sebagai flora normal. Bakteri juga dapat di kelompokkan dari beberapa flora bakteri dari kulit. Terdiri dari 3 kelompok flora normal yaitu Resident flora yang bermaksud mikroorganisme tertentu yang hidup menetap dan selalu dijumpai pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu. Seterusnya, Temporary resident flora yang dimaksudkan sebagai bakteri yang kontaminasi, berkembang biak dan dijumpai pada bagian tubuh tertentu tetapi hanya sementara. Selain itu, Trasient flora yang dikenali sebagai bakteri yang mengkontaminasi pada bahagian kulit tertentu, tetapi tidak berkembang biak pada permukaan tersebut. (Gerd et al, 1965)

(42)

2.1.2 Etiologi

Kulit lebih terdedah pada lingkungan daripada organ lain. Hal ini dapat disebabkan, beberapa atau secara minor terjadinya infeksi yang tertutup oleh lapisan kasar,keratin kering yang mengandungi beberapa nutrisi untuk membantu pertumbuhan bakteri pada permukaan kulit. Streptococci dan Stapylococci dapat menyebabkan terjadi abses.Impetigo dan erysipelas adalah penyakit kulit yang disebabkan terinfeksi bakteri Staphylococcus maupun Streptococcus dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.( McConell , 2007)

Penyakit kulit yang utama dan mengkontribusi secara signifikan ialah Staphylococcus aureus dan Streptococcus B hemolytikus dan Staphylococcus epidermidis.Staphylococcus epidermidis adalah salah satu bakteri flora normal yang menetap di kulit bahkan jarang menyebabkan infeksi.( Adhi et al, 2010)

2.1.3 Faktor Risiko

Bahawasanya, apabila terdapat faktor risiko tertentu yang dapat berpotensiasi dalam terjadinya infeksi kulit yang disebabkan terinfeksinya bakteri, dan mungkin etiologi adalah perjalanan penyakit dan respon terhadap perawatan khusus.Faktor risiko adalah untuk mengembangkan jenis bakteri penyebab infeksi kulit belum terbukti berkorelasi dengan keparahan penyakit.Dengan demikian, penggunaan faktor risiko untuk tujuan diagnostik memerlukan penyelidikan lebih lanjut. (Vincent et al, 2008)

(43)

ini termasuk penyakit kritis, usia tua, faktor immunocompromised, penyakit hati dan ginjal, serta pembuluh darah (terutama pada limfatik atau vena). Hal ini dapat dikaitkan dengan bahagian tertentu yang mengakibatkan infeksi kulit adalah salah satunya pada tungkai bawah telah terbukti menjadi lokasi yang paling sering untuk terjadinya infeksi pada kulit. Menurut Björnsdóttir et al pada tahun 2005, terdapat pengukur dalam memungkinkan suatu infeksi kulit dari tungkai bagian bawah berdasarkan pada terdapat bakteri Staphylokokus aureus dan streptokokus beta-hemolitik, Staphylococcus aureus atau streptokokus beta-hemolitik di jaring kaki dapat terjadi erosi atau borok pada tempat tertentu. (Vincent et al, 2008)

Selain itu, beberapa faktor risiko pasien terkait dapat berkorelasi dengan prognosis yang lebih buruk, kemajuan yang lebih cepat dari penyakit, penyembuhan lebih lambat dan, juga, patogen resisten dalam pengobatan.Salah satu faktor risiko penyebab infeksi kulit adalah disebabkan immunocompromised pada tubuh, insufisiensi vaskular atau neuropati harus dipertimbangkan dalam penentuan tingkat keparahan penyakit.( Coleman et al, 2008)

Kategori kedua adalah faktor risiko berdasarkan etiologi terjadinya cedera (trauma) atau eksposur daripada trauma tertentu meningkatkan kemungkinan terjadi infeksi penyebab mikroba tertentu. (Coleman et al, 2008)

2.1.4 Patogenesis

(44)

pada tubuh seseorang itu. Dimulakan dengan memproduksi infeksi asimtomatik atau penyakit tingat sederhana, daripada membunuh host, atau mikroorganisme tersebut yang biasanya tinggal menetap di tubuh seseorang itu dapat terjadi kemungkinan mikroorganisme tersebut berpindah dalam transmisi tubuh yang lain. (Coleman et al, 2008)

Tempat masuk bakteri patogen ke dalam tubuh yang paling sering adalah daerah pertemuan membrane mukosa dan kulit: saluran nafas (saluran atas dan bawah), saluran percernaan ( terutama di mulut) , genital dan saluran kemih. Daerah abnormal mukosa dan kulit (misalnya, luka terbuka, luka bakar dan luka lain) juga sering menjadi tempat masuknya bakteri.Kulit dan mukosa yang normal memberikan pertahanan primer terhadap infeksi.Untuk menimpulkan penyakit, patogen tersebut harus menembus pertahanan ini. (Coleman et al, 2008)

Proses infeksi terjadi adalah, apabila bakteri telah menempel atau melekat pada sel host yang biasanya pada sel epitel. Sesudah bakteri menetapkan lokasi infeksi primer, bakteri dapat berkembang biak dan menyebar secara langsung melalui jaringan atau melalui sistem limfatik ke aliran darah. Infeksi ini atau dikenali sebagai bakterimia dapat berlangsung sesaat atau menetap dan memungkinkan bakteri mencapai jaringan tertentu yang cocok untuk perkembangbiakannya.( Melnick et al, 2010)

(45)

infeksi. Interaksi antara bakteri dan permukaan jaringan pada proses adhesi adalah kompleks. Beberapa faktor memainkan peranan penting: hidrofobisitas permukaan dan muatan permukaan akhir, molekul terikat pada bakteri (ligan) dan interaksi reseptor sel host. Bakteri dan sel host umumnya memiliki muatan permukaan negatif, dan dengan demikian, terjadi kekuatan elektrostatik repulsif.Kekuatan ini diatasi melalui interaksi hidrofobik dan interaksi yang lebih spesifik.Pada umumnya, makin besar sifat hidrofobik, makin besar adheren pada sel host.Perbedaan galur infeksi dapat bergantung pada perbedaan sifat hidrofobik dan kemampuan perlengketan ke sel host yang beragam.( Jawetz et al, 2010)

Seterusnya , faktor invasi terhadap sel dan tempat pertumbuhan bakteri pada jaringan adalah bagi banyak bakteri penyebab – penyakit, invasi pada epitel pertumbuhan bakteri merupakan hal yang sangat penting pada proses infeksi. Invasi adalah istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan masuknya bakteri ke dalam sel pejamu, menyatakan secara tidak langsung suatu peran aktif organisme dan peran pasif sel pejamu.Pada banyak infeksi, bakteri menghasilkan faktor virulensi yang mempengaruhi sel pejamu, menyebabkan sel pejamu fagosit atau mencerna bakteri. Sel pejamu berperan sangat aktif pada proses ini. (Adelberg et al, 2010)

(46)

kematian bakteri dan sebagian selama pertumbuhan.Mungkin tidak perlu dilepaskan untuk timbulnya aktivitas biologis.Faktor toksin pada golongan endotoksin hanya dijumpai pada bakteri gram negatif. (Adelberg et al, 2010)

2.1.5 Klasifikasi bakteri penyebab infeksi kulit

Klasifikasi bakteri penyebab infeksi kulit atau dikenali sebagai pyoderma merupakan upaya untuk mengintegrasikan berbagai entitas klinis, etiologi dan tingkat keparahan dalam cara yang terorganisasi. Klasifikasi yang berubah – ubah tetapiberguna untuk infeksi bakteri primer dan sekunder berdasarkan pada berikut. Table berikut tidak secara keseluruhan tetapi hanya mencakup penyakit kulit yang lebih umum.

Table 2.1.5 Klassifikasi bakteri penyebab infeksi kulit

Penyakit Agen umum

Primer

Impetigo

 Impetigo krustosa Streptococcus �– hemolyticus  Impetigo bulosa Staphylococcus aureus

Selulitis dan erisipelas Grup A Streptococci Staphylococcus scaled syndrome S. aureus

Folikulitis S. aureus

Superfisial follikulitis

Staphylococcus follikulitis S. aureus

Gram – negatif follikulitis Klebsiella pneumoniae, Enterobacter aerogene, Proteus vulgaris

Furunkel S. aureus

(47)

Sekunder

Ulkus diabetikum Citrobacter fruendii, Acinetobacter

baumanii

Luka Bakar Pseudomonas aeruginosa, Burkholderia

cepacia ( Medical Microbiology, 4th edition)

2.1.6 Gambaran Klinis

Primer

 Impetigo

(48)

 Selulitis dan erysipelas

Streptococcus pyogenes adalah agen yang paling umum dari selulitis, peradangan difus jaringan ikat longgar, terutama jaringan subkutan.Patogen umumnya menginvasi di permukaan kulit, dan membantu perkembangan infeksi oleh adanya edema jaringan.Selulitis mungkin timbul di kulit normal.Namun, lesi selulitis dapat terjadi eritematosa, edema, berbatas tegas, dan lembut, dengan batas yang buruk.erisipelas lebih superfisial, dengan margin tajam yang bertentangan dengan definisi selulitis. Lesi biasanya terjadi di pipi.

 Staphylococcus Scaled Syndrome

Staphylococcal scalded skin syndromes disebut juga Lyell penyakit atau Toksik Epidermal Nekrolisis , dimulai sebagai lesi lokal, diikuti oleh eritema luas dan pengelupasan kulit. Gangguan ini disebabkan oleh kelompok fase II staphylococci yang menguraikan toksin epidermolitik.Penyakit ini lebih sering terjadi pada bayi dibandingkan pada orang dewasa.

 Folikulitis

(49)

sebagai folikulitis staphylococcal.Lesi primer adalah putih manakala pada jerawat folikel adalah berwarna kuning, berbentuk datar atau kubah.

 Furunkel

Kelainan berupa nodus hematosa berbentuk kerucut, ditengahnya terdapat pustule.Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah membentuk fistel.Tempat predileksi ialah tempat yang banyak friksi.Misalnya di aksila.

 Pitted keratolysis

Pitted keratolysis adalah infeksi superfisial permukaan plantar,

menghasilkan penampilan seperti „punched – out‟ .Terowongan

bisa terjadi daerah berbentuk tidak teratur erosi pada superfisial. Terowongan yang dihasilkan oleh proses litik yang menyebar ke perifer. Daerah yang paling sering terinfeksi adalah tumit, bola kaki, bantalan volar, dan jari-jari kaki. Kelembaban dan suhu tinggi sering pada faktor yang memberatkan keadaan.

( Medical Microbiologi , 4th edition )

Sekunder

 Ulkus diabetikum

(50)

 Luka bakar

Luka bakar penyebab tersering terjadi berasal dari sumber panas yang kering seperti api, atau lembab seperti cairan atau gas panas. Luka bakar dapat berupa pembengkakan dan pelepuhan pada kulit.

( Pierce A et al, 2006 )

2.1.7 Diagnosis

Langkah pertama dalam mencurigakan terjadi infeksi kulit penyebab bakteri adalah terdapat tanda dan gejala terhadap infeksi kulit tersebut. Sebagai contoh terdapat minimum kriteria adalah lesi kulit dengan inflamasi tetrad khas - nyeri, eritema, edema dan kehangatan. Tergantung pada luas dan lokasi infeksi, disfungsi dari daerah yang terkena (misalnya, tangan atau kaki) juga dapat terjadi. Tanda-tanda lain dan gejala, termasuk krepitus, bula, anestesi dan perdarahan,serta terjadinya reaksi tubuh sistemik adalah demam pada seseorang itu. Hal ini, meningkatkan kecurigaan dan mengkonfirmasikan diagnosis. (Vincent et al, 2008)

Investigasi pada diagnosa bakteri penyebab infeksi kulit termasuk kultur darah, swab jaringan dan kultur, aspirasi jarum, x-ray, USG dan computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) layar, tergantung pada manifestasi klinis. Dalam adanya gejala sistemik, seperti demam dan hipotensi, kultur darah membantu untuk menilai bakteremia. Kultur darah menghasilkan hasil yang rendah, dengan kurang dari 5% dari kasus yang positif. (Vincent et al, 2008)

(51)

patogen dan yang mewakili hanya kolonisasi kulit. Pada kerusakan kulit yang disebabkan oleh luka adalah yang ditandai dengan manifestasi cardinal infeksi kulit, swab jaringan adalah yang paling berguna, karena memberi nilai probabilitas yang tinggi dalam mendeteksi bakteri penyebab infeksi kulit. (Coleman et al, 2008)

2.1.8 Tatalaksana

(52)

2.1.9 Komplikasi

Faktor resiko Etiologi umum Empiris antibiotik

Infeksi ringan ( daerah di atas bagian pinggang)

Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes

Kloxasilin, Sefalezin, atau Klindamisin( jika terdapat alergi pada penicillin) Infeksi pada tangan Staphylococcus aureus,

Streptococcus pyogenes

Sefazolin, Seftriazon

Infeksi berat (diatas bahagian pinggang)

Staphylococcus aureus Sefazolin kemudian diberikan kloxasillin atau Sefalezin atau Metronidazol( jika terdapat bakteri bersifat anaerob)

Komplikasi, atau gejala sisa, biasanya terkait dengan infeksi kulit.Komplikasi ini termasuk limfadenitis, myositis / necrotizing fasciitis, gangren, osteomyelitis, bakteremia, endokarditis, septikemia, atau sepsis.Karena tumpang tindih spektrum klinis, pada empat terakhir digabungkan menjadi satu kelompok komplikasi.( Jose et al , 2013)

(53)

Darurat medis-bedah ini adalah, invasif, infeksi pada jaringan lunak yang mengancam jiwa disebabkan oleh sifat agresifnya bakteri, bakteri biasanya membentuk gas, yang terutama melibatkan fasia superfisial dan menyebar dengan cepat pada jaringan subkutan dan pada relatif kulit dan otot yang mendasarinya. Presentasi klinis termasuk demam, tanda-tanda toksisitas sistemik dan nyeri dari proporsi pada gambaran klinis. Umumnya pada penelitian sebelum, gambaran klinis temuan kulit di awal perjalanan penyakit dapat di diagnosakan dan konfirmasi terhadap diagnosis tersebut sering dilakukan setelah debridement. Keterlambatan diagnosis dan / atau perawatan berkorelasi dengan hasil yang buruk, yang menyebabkan sepsis dan / atau menyebabkan kegagalan organ multiple.Organ radiografi polos, CT atau magnetic resonance imaging dapat membantu untuk mendiagnosa terjadi necrotizing fasciitis. (Matthew S. , 2010)

2.1.10 Prognosis

(54)
(55)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Penyakit kulit yang disebabkan infeksi dapat disebabkan oleh virus, rickettsia, bakteri, jamur tetapi berdasarkan judul menekankan tentang bakteri penyebab infeksi kulit.Infeksi kulit dapat berupa primer atau sekunder.Infeksi primer memiliki morfologi karakteristik dan kursus, yang menginisiasikan oleh organisme tunggal, dan biasanya terjadi pada kulit yang normal.Penyebab infeksi yang paling sering adalah disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, dan bakteri Coryneform.Impetigo, folikulitis, bisul, dan erythrasma adalah contoh umum.Infeksi sistemik juga mungkin memiliki manifestasi kulit.Infeksi sekunder berasal dari penyakit pada kulit.( Raza Aly , 1996)

(56)

Infeksi bakteri penyebab penyakit kulit adalah yang di sebabkan infeksi pada anak-anak biasanya sebagian besar lebih tinggi dibandingkan dewasa.Prevalensi bakteri penyebab infeksi kulit di seluruh dunia menurut WHO pada populasi umum di negara berkembang adalah sebanyak 18 sesuai dengan kriteria tertentu.Jumlah prevalensi sebanyak 18 adalah terhitung sebagai jarak perbedaan umur yang berlainan. Terdapat beberapa laporan tentang peningkatan prevalensi penyakit kulit (terutama contoh pada kasus pioderma) dapat terjadi pada kelompok penduduk tertentu seperti anak jalanan di Kenya terdapat prevalensi sebanyak 50,9% , prevalensi pada karya anak pada usia lebih muda di Nigeria yang mengidap infeksi penyakit kulit adalah sebanyak 12%, manakala di perkampungan Amerindian di Amazonia sebanyak 11%, hutan desa yang berada di Panama adalah sebanyak 11 – 20 % berdasarkan umur tertentu. (World Health Organisation , 2005)

Seterusnya , prevalensi di negara Tropis secara mutlak adalah sebanyak 1259 (36,4%). Berdasarkan klasifikasi terjadinya infeksi pada tingkat ringan sebanyak 640 (18,5%) , sedang sebanyak 182 (5,3%) dan pada tingkat berat adalah sebanyak 63 (1,8%). (Andrew et al, 2009)

(57)

1.2RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan

“prevalensi bakteri paling sering penyebab infeksi kulit di beberapa

pelayanan kesehatan di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015”.

1.3TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah mengetahui jenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi kulit di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015 1.3.2 Tujuan Khusus

i. Mengidentifikasi jenis bakteri penyebab infeksi kulit di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015.

ii. Mengidentifikasi jenis infeksi kulit primer seperti Impetigo, Folikulitis, Furunkel, Erysipelas, Selulitis, Staphylococcus Scaled Skin Syndrome, Pitted Keratolisis dan infeksi kulit sekunder seperti Ulkus Diabetikum, Luka Bakar, Ulkus pada kelainan kulit.

iii. Mengidentifikasi lokasi infeksi kulit tersering penyebab pembiakan bakteri.

(58)

1. 4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Bagi klinis

Menambah pengetahuan dalam meningkatkan pelayanan di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015

1.4.2. Bagi Masyarakat

(59)

ABSTRAK

Bakteri penyebab infeksi kulit adalah terjadinya pertumbuhan bakteri secara berlebihan berdasarkan virulensi daripada masing – masing bakteri di epitel kulit tertentu yang menyebabkan keluhan infeksi kulit pada seseorang itu.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi bakteri penyebab infeksi kulit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2015 berdasarkan jenis infeksi kulit primer yaitu impetigo, folikulitis, furunkel, erysipelas, selulitis, staphylococcus scaled syndrome, pitted keratolisis dan infeksi sekunder pada kulit

seperti ulkus diabetikum, ulkus pada kelainan kulit seperti kusta dan luka bakar.

Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif, sampel penelitian sebanyak 128 orang.Cara pengambilan sampel adalah seluruh anggota populasi sebagai sampel dan data sampel diolah oleh program SPSS dan di interpretasikan dalam bentuk table.

Prevalensi bakteri daripada infeksi kulit primer adalah Staphylococcus sp. sebanyak 23 (60,5%) manakala pada infeksi kulit

dari faktor predisposisi adalah dari bakteri Acinetobacter baumanii sebanyak 4 (10,5%).

(60)

ABSTRACT

Bacteria that cause skin infections is the occurrence of excessive

bacterial growth based virulence of each specific bacteria on the

epithelium that can cause skin infection.

The purpose of this study was to determine the prevalence of

bacteria that cause skin infections in the General Hospital Haji Adam

Malik, Medan in 2015 based on the type of primary of skin infection

impetigo, folliculitis, furuncles, erysipelas, cellulitis, staphylococci

scaled syndrome, pitted keratolisis and type of secondary of skin

infections are diabetic ulcers, ulcers on skin disorders such as leprosy

and burns.

This is a descriptive retrospective study, the study sample as many

as 128 people. The entire population is taken as the sample and the

sample data is processed by the SPSS program and interpreted in the

form of a table.

The prevalence of bacteria that cause skin infection in primary skin

infection is Staphylococcus sp. as many as 23 (60.5%) while from the

skin infection cause by predisposing factors of skin infection is

Acinetobacter baumannii 4 (10.5%).

Keyword : Virulence, Prevalence of bacteria, Primary skin infection,

(61)

KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI KULIT DAN POLA KEPEKAAN BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK DI

RSUP HAJI ADAM MALIK PADA TAHUN 2015

Oleh :

NURUL BARORAH BINTI AMINUDIN 120 100 457

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(62)
(63)

ABSTRAK

Bakteri penyebab infeksi kulit adalah terjadinya pertumbuhan bakteri secara berlebihan berdasarkan virulensi daripada masing – masing bakteri di epitel kulit tertentu yang menyebabkan keluhan infeksi kulit pada seseorang itu.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi bakteri penyebab infeksi kulit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2015 berdasarkan jenis infeksi kulit primer yaitu impetigo, folikulitis, furunkel, erysipelas, selulitis, staphylococcus scaled syndrome, pitted keratolisis dan infeksi sekunder pada kulit

seperti ulkus diabetikum, ulkus pada kelainan kulit seperti kusta dan luka bakar.

Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif, sampel penelitian sebanyak 128 orang.Cara pengambilan sampel adalah seluruh anggota populasi sebagai sampel dan data sampel diolah oleh program SPSS dan di interpretasikan dalam bentuk table.

Prevalensi bakteri daripada infeksi kulit primer adalah Staphylococcus sp. sebanyak 23 (60,5%) manakala pada infeksi kulit

dari faktor predisposisi adalah dari bakteri Acinetobacter baumanii sebanyak 4 (10,5%).

(64)

ABSTRACT

Bacteria that cause skin infections is the occurrence of excessive

bacterial growth based virulence of each specific bacteria on the

epithelium that can cause skin infection.

The purpose of this study was to determine the prevalence of

bacteria that cause skin infections in the General Hospital Haji Adam

Malik, Medan in 2015 based on the type of primary of skin infection

impetigo, folliculitis, furuncles, erysipelas, cellulitis, staphylococci

scaled syndrome, pitted keratolisis and type of secondary of skin

infections are diabetic ulcers, ulcers on skin disorders such as leprosy

and burns.

This is a descriptive retrospective study, the study sample as many

as 128 people. The entire population is taken as the sample and the

sample data is processed by the SPSS program and interpreted in the

form of a table.

The prevalence of bacteria that cause skin infection in primary skin

infection is Staphylococcus sp. as many as 23 (60.5%) while from the

skin infection cause by predisposing factors of skin infection is

Acinetobacter baumannii 4 (10.5%).

Keyword : Virulence, Prevalence of bacteria, Primary skin infection,

(65)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa atas karunia, rahmat kesehatan dan keselamatan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini pada tepat waktunya. Judul yang dipilih adalah “ Prevalensi Bakteri Penyebab Infeksi Kulit Dan Pola Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Pada Tahun 2015”, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pembelajaran semester VII di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, peneliti telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. dr. Rina Yunita, Sp. MK selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. dr. Hiro Hidaya Danial Nst., M.Ked (G), Sp. OG dan dr. Cut Aryfa Andra,

Sp. JP, selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

3. Orang tua peniliti, Almarhum Aminudin Mohamad dan Noraini Shariff yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun material dan keluarga besar yang telah banyak memberikan motivasi kepada peniliti.

4 Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan

(66)

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan akibat keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan yang sangat berarti guna menyempurnakan penelitian ini.

Akhirnya peneliti mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, bangsa dan negara, serta pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan , 7 Desember 2015, Peneliti,

(67)
(68)

2.1.9 Komplikasi ... 16

2.1.10 Prognosis ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERSIONAL ... 18

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 18

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

5.1.2 Prevalensi sampel ... 23

5.2 Pembahasan ... 28

5.2.1 Prevalensi pasien ... 28

5.3 Hasil Pola Kepekaan Antibiotik ... 30

5.3.1 Pola Sensitivitas gram negatif ... 30

5.3.2 Pola Sensitivitas gram positif... 32

5.3.3 Pola kepekaan jenis bakteri ... 34

(69)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

6.1 Kesimpulan ... 38

6.2 Saran ... 38

(70)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(71)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1.5 Klassifikasi bakteri penyebab infeksi kulit

10

Tabel 2.1.8 Empiris antibiotic berdasarkan jenis bakteri secara umum

(72)

DAFTAR SINGKATAN

RSUPHAM Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome

SSTIs Skin and Soft Tissue Infections CT Computed Tomography

HIV Human Immuno – deficiency Virus

MRSA Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus TSST Toxic Shock Syndrome Toxin

(73)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti ... 41

LAMPIRAN 2 Lembar izin Penelitian di RSUP HAM, Medan ... 42

LAMPIRAN 3 Data induk dan Hasil Output Penelitian ... 43

LAMPIRAN 4 Hasil Analisa Data... 46

Gambar

Table 5.1.1Data Karekteristik Pasien
Grafik 5.3.1 Pola Sensitivitas bakteri gram negatif terhadap
Grafik 5.3.2 Pola sensitivitas bakteri gram positif terhadap
Table 5.3.3 Pola kepekaan jenis bakteri gram negatif terhadap antibiotik
+3

Referensi

Dokumen terkait

Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence. Interval

Orthographic images can be extracted from both laser scanning point clouds and photogrammetric models, however the results are a much higher quality with the

Aplikasi ini dibangun dengan menggunakan perangkat lunak Macromedia Flash 8 yang mempunyai kemampuan untuk mendekskripsikan gambar memakai garis dan kurva, sehingga ukurannya dapat

Menu-menu yang dibuat pada website ini yaitu Halaman Home, Pulau Lombok, Jadwal Penerbangan, Kota Mataram, Pantai Senggigi,Pulau Gilis, Pulau Gili Trawangan, Pulau Meno, Pulau Gili

Program aplikasi ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 2005 yang merupakan pengembangan terbaru visual basic.Net dari Microsoft Corporation yang

Kepada Peserta Lelang 244234170, Untuk alat berat boleh menggunakan bacholoader, dengan catatan biaya operasional alat berat tersebut menyesuaikan dengan alat yang akan

Dimana diajukan lima variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati sebagai variabel bebas dan

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh nyata pada tinggi tanaman 20 dan 30 HST, jumlah daun umur 20 dan 30 HST, berat segar per