MAHASISWA DAN DUNIA GEMERLAP MALAM
(Studi Deskriptif tentang kehidupan gemerlap mahasiswa di Kota Medan)
SKRIPSI SARJANA
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh:
NUGRAHA HYBRIANTO
070905005
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL
PERNYATAAN ORIGINALITAS
MAHASISWA DAN DUNIA GEMERLAP MALAM
(Studi Deskriptif Tentang Kehidupan Gemerlap Mahasiswa di Kota Medan)
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.
Medan, Januari 2014 Penulis
ABSTRAK
Nugraha Hybrianto 2014 judul skripsi : “MAHASISWA DAN DUNIA GEMERLAP MALAM” (Studi Deskriptif Tentang Kehidupan Gemerlap Mahasiswa di Kota Medan). Skripsi ini terdiri dari enam bab, halaman, tabel, foto dan beberapa lampiran yang terdiri dari surat penelitian dan gambar.
Mahasiswa merupakan status ataupun jabatan dari seseorang yang
sedang mengambil pendidikan di perguruan tinggi, baik itu gelar diploma
maupun kesarjanaan. Menjadi seorang mahasiswa dalam penelitian ini
adalah sebuah status yang semestinya dijunjung tinggi antara hak dan
kewajiban yang dimilikinya. Tulisan ini mendeskripsikan bagaimana
seorang mahasiswa dalam pergaulannya, baik itu di dalam maupun di luar
kampus. Seorang mahasiswa sepatutnya menjadi teladan bagi masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari, karena kalangan mahasiswa merupakan
kaum terpelajar. Selain itu, mahasiswa merupakan aset bangsa dan negara
dalam pembangunan di masa yang akan datang. Mahasiswa sebagai agen
perubahan (agent of change) harus dibina secara intelektual dan dibentuk
moralnya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Di dalam skripsi ini, penulis memaparkan mahasiswa dengan gaya
hidup yang dimilikinya. Gaya hidup yang dimaksudkan oleh penulis yakni
gaya hidup para mahasiswa yang gemar melakukan aktivitas di
tempat-tempat hiburan malam. Dimana seharusnya sebagai seorang mahasiswa,
mereka memiliki jadwal kegiatan yang sangatlah padat, tetapi disini
penulis menceritakan, bahwa mahasiswa yang memilih untuk terjun
menjadi pengunjung di tempat hiburan malam kebanyakan karena
pemilihan akan gaya hidup yang dilakoni mahasiswa tersebut.
Dalam hal analisis dan pengolahan data, penulis menggunakan
analisis kualitatif. Bukan hanya analisis data saja yang berupa kualitatif,
dalam penelitian yang telah dilakukan ini. Pengumpulan data yang
dilakukan penulis yakni dengan menggunakan observasi partisipasi dan
wawancara mendalam dengan subjek penelitian, yakni mahasiswa yang
sudah dikenal melalui jalinan kekerabatan yang dibangun oleh peneliti.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan menjadi
mahasiswa yang memilih untuk terjun ke dalam dunia gemerlap malam
merupakan gaya hidup yang sudah tidak lazim lagi pada saat ini. Adanya
aktivitas mahasiswa yang cenderung glamour dan ingin eksis dengan gaya
hidup memasuki tempat-tempat hiburan malam tidak selalu merusak
ataupun mengganggu jadwal kuliah yang dimiliki mahasiswa tersebut.
Karena aktivitas dunia gemerlap malam ini, tidaklah setiap harinya
dilakukan mahasiswa tersebut. Dan juga, melalui penelitian yang telah
dilakukan, kebanyakan mahasiswa memilih gaya hidup seperti ini, karena
mereka ingin menambah relasi dan awalnya karena mereka diajak oleh
teman-temannya juga. Ajakan itu pun lantas dituruti bagi mahasiswa yang
memiliki rasa ingin taunya tinggi, karena mereka juga merasakan
kejenuhan dalam aktivitasnya sehari-hari di kampus, maka mereka
mengikuti ajakan tersebut.
Ucapan Terima Kasih
Alhamdulillahirabbil’alamin
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Mahasiswa Dunia Gemerlap Malam (Studi Deskriptif Tentang Kehidupan Gemerlap Mahasiswa di Kota Medan)”ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak pihak
yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya
kepada kedua Orang Tua yang tersayang, Ayahanda Ir. Arief
Hadyroekanto dan Ibunda Ir. Ruellia Hybrida, yang tak pernah lelah
memberikan perhatian dan kasih sayangnya hingga pada saat ini.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini,
tanpa bantuan dari kalian penulis tidak mampu untuk melewati ini semua.
Kepada Ibu Prof. Chalida Fachrudin selaku dosen pembimbing
skripsi, yang selalu bersabar memberikan bimbingan, motivasi, arahan,
dan waktu, serta perhatiannya kepada penulis, mulai penelitian sampai
akhirnya penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Drs. Yance selaku dosen penguji. Terima kasih juga kepada
Ibu Tjut Syahriani, M.Sos selaku dosen penasehat akademik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Fikarwin Zuska
selaku Ketua Departemen Antropologi, dan Bapak Agustrisno, MSP,
selaku Sekretaris Departemen Antropologi yang sering mengajak
berdiskusi mahasiswa tentang tulisan ilmiah yang akan dibuat. Rasa terima
kasih yang banyak juga penulis haturkan kepada Bapak Dekan Fakultas
pemimpin dan pemberi kebijakan bagi seluruh Aktivitas Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik USU.
Kepada seluruh pengajar Departemen Antropologi FISIP USU
yang telah memberikan begitu banyak ilmu, wawasan serta pengetahuan
baru bagi penulis selama proses belajar ini berlangsung. Serta Kak
Nurhayati selaku staf administrasi Departemen Antropologi dan Kak
Sofiana yang telah banyak memberikan bantuan.
Pada kesempatan ini secara pribadi penulis mengucapkan beribu
terima kasih untuk abangda-abangda dan adinda-adinda yang sudah
banyak peluang waktu untuk penulis selama melakukan observasi.
Penulis mengucapkan berterima kasih kepada seluruh keluarga dan
adik tercinta yang terus mendukung tanpa rasa lelah. Terima kasih kepada
keluarga besar ayahanda penulis, yaitu Om,Tante, Mbak dan juga mas-mas
yang berada di Jawa. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
keluarga besar ibunda, nantulang, tulang, bibi, mama, mami serta keluarga
Tarigan yang berada di Pancur Batu. Buat Almarhum Orang Tua ayahanda
penulis, Eyang Kakung dan Eyang Putri atas kasih sayang kalian selama
ini dan juga dukungan kalian. Serta Almarhum Orang Tua Ibu, Kakek dan
Nenek, terima kasih atas dukungannya.
Kepada seluruh Kerabat Antropologi FISIP USU, mulai dari
alumni hingga junior-junior yang masih aktif kuliah, terutama teman
seangkatan dan seperjuangan di stambuk 2007, Jonathan Tarigan, Septian
Hadapi Lubis, Hendrik Sibarani, Wahyu Tata’ Mutalim, Khairil Fikri,
Mhd. Fahrizal, Rabitha, Azizah, Siti Diannur, Fauzi Abdullah dan teman
angkatan lainnya yang tidak mungkin diucapkan satu persatu, terima kasih
atas seluruh cerita suka dan duka yang kita alami selama kuliah, terutama
sahabat saya Wahyu Tata’ Mualim agar sekiranya menyelesaikan
kuliahnya. Kepada kerabat-kerabat stambuk 2008, Taufik, Iphin dan
Nesya, terima kasih atas dukungan kalian. Kerabat stambuk 2009, Samuel
Panjaitan, terutama Agus Samuel yang telah banyak sekali membantu
menyelesaikan skripsi ini, kiranya Agus mendapatkan banyak berkat dan
rezeki. Kerabat stambuk 2010 dan 2011, penulis mengucapkan terima
kasih atas dukungan kalian. Serta stambuk 2012, Ali Agasi dan Fahjrin
Febrian, terima kasih atas kebersamaan yang terjalin diantara kita selama
ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada adik-adik
stambuk 2013, saya mau kalian harus semangat dalam berkuliah,
hendaknya jangan seperti abang-abang dan kakak-kakak kalian yang lain.
Penulis secara pribadi mengucapkan terima kasih kepada seluruh alumni.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman
seperguruan Tae Kwon Do atas dukungannya serta Pelatih Tae Kwon Do,
penulis mengucapkan terima kasih selama pengarahannya menjadi murid
yang berguna untuk menghadapi lawan-lawan yang berat dan juga sudah
membuat penulis hingga sampai sabuk merah. Sekali lagi penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Dan di sini penulis
mengucapkan terima kasih kepada abang-abng tukang di Jalan Perjuangan
Binjai dan abang-abang supir angkot Binjai atas canda tawa kalian selama
ini.
Kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membalas segala
kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis.
Menyadari akan keterbatasan penulis, maka skripsi atau hasil penelitian ini
masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu koreksi dan masukan
dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil penelitian ini sangat
penulis harapkan. Semoga tulisan ini berguna bagi pihak-pihak yang
memerlukannya.
Medan, Januari 2014
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Nugraha Hybrianto, 070905005, lahir
pada tanggal 27 Juni 1989 Medan.
Anak pertama dari kedua bersaudara
dari pasangan Ir. Arief Hadyroekanto
dan Ir. Ruellia Hybrida. Penulis telah
menyelesaikan pendidikan, yakni :
SD : Negeri 02 Gunung Tua,
Tapanuli Selatan (2001)
SMP : Swasta Tunas Karya, Batang Kuis (2004)
SMA : Swasta Ahmad Yani, Binjai (2007)
Tahun 2007 meneruskan pendidikan kesarjanaan di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik dengan spesifikasi Ilmu Antropologi.
Pengalaman organisasi penulis di kampus antara lain Anggota HMI
Komisariat FISIP USU, dan Anggota Brigade Mahasiswa USU MPI.
Penulis juga mempunyai organisasi di luar kampus, yakni Wakil sekretaris
Partai Gerindra Binjai tahun 2011 dan Pelatih Tae Kwon Do Binjai tahun
2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dan
segala urusan dalam memenuhi persyaratan memperoleh gelar kesarjanaan
dalam bidang Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
di Universitas Sumatera Utara.
“MAHASISWA DAN DUNIA GEMERLAP MALAM (Studi
Deskriptif Tentang Kehidupan Gemerlap Mahasiswa di Kota Medan)”,
yang menjadi judul dari skripsi ini merupakan syarat untuk menyelesaikan
studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera
Utara dalam bidang Antropologi Sosial. Di dalam skripsi ini terdapat
analisis yang didasarkan pada observasi partisipasi dan wawancara
mendalam penulis dengan subjek penelitian, yakni mahasiswa dari
perguruan tinggi negri maupun swasta yang ada di Kota Medan.
Mahasiswa yang diteliti penulis juga merupakan mahasiswa yang memilih
gaya hidup gemar melakukan aktivitas untuk pergi ke tempat-tempat
hiburan malam yang ada di Kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan penulis, mahasiswa yang gemar melakukan aktivitas
dugem tidaklah selalu berdampak buruk terhadap studi di perkuliahannya.
Karena mereka juga tidak selalu mengutamakan gaya hidup mereka itu
dibandingkan dengan aktivitas kuliah yang dimiliki mereka. Dugem di saat
ini memang sudah menjadi gaya hidup bagi kalangan mahasiswa tertentu,
dan biasanya mahasiswa yang memilih gaya hidup ini adalah mahasiswa
dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, ataupun mereka yang bergaul
dengan teman-teman mereka, dimana status dari keluarganya juga
memang lumayan dalam hal perekonomiannya, selain itu teman-teman
sepergaulannya juga gemar untuk mencari kesenangan di tempat hiburan
Mahasiswa yang memiliki hobi mencari kesenangan di tempat
hiburan malam tidaklah bisa dinilai hanya dengan sebelah mata saja di saat
ini, karena perkembangan zaman, dan era globalisasi yang ada sekarang
semakin membuat gaya hidup yang dahulunya dinilai buruk oleh
masyarakat justru sekarang bukan lagi menjadi hal yang tabu. Mahasiswa
yang lekat dengan status sebagai kaum berpendidikan juga sekarang
menjadi pengunjung yang dominan di tempat-tempat hiburan malam yang
ada di Kota Medan. Penatnya suasana perkotaan, jenuhnya pikiran dengan
segala aktivitas yang monotone, dan juga faktor pergaulan menjadikan
tempat hiburan malam sebagai suatu sarana dalam melepaskan beban
pikiran yang ada di dalam diri mahasiswa tersebut.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran bagi para
pembaca untuk perbaikan menuju kesempurnaan skripsi ini. Walaupun
demikian, besar harapan penulis, skripsi ini dapat menjadi bahan referensi
bagi para pembaca, khususnya mahasiswa antropologi, yaitu sebagai
penambah wawasan selama masa perkuliahan, ataupun menjadi referensi
apabila suatu hari nanti dilakukan lagi penelitian yang mampu meneruskan
pemikiran dari penulis.
Medan, Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i
ABSTRAK ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
RIWAYAT HIDUP ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Tinjauan Pustaka... 8
1.3. Perumusan Masalah ... 12
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12
1.5. Metode Penelitian ... 13
BAB II GAMBARAN UMUM DUNIA GEMERLAP MALAM ... 16
2.1. Sejarah Singkat Dunia Gemerlap Malam ... 16
2.2. Dunia Gemerlap di Indonesia ... 19
BAB III POTRET HIBURAN DUNIA GEMERLAP MALAM DI KOTA MEDAN ... 25
3.1. Tentang Kota Medan ... 25
3.1.1. Gambaran Umum Kota Medan ... 26
3.1.2. Sejarah Kota Medan ... 30
3.1.3. Kehidupan Sosial Kota Medan ... 32
3.1.4. Transportasi di Kota Medan ... 34
3.1.5. Objek Wisata di Kota Medan ... 36
3.1.6. Pusat Perbelanjaan ... 42
3.2. Sejarah Hiburan Malam di Kota Medan ... 45
3.2.1. Tempat-tempat Hiburan Malam di Kota Medan ... 48
3.2.2. Perkembangan Hiburan Dunia Gemerlap Malam di Kota Medan ... 49
3.3. Kategori Hiburan Malam Yang Diminati Mahasiswa ... 51
3.4. Tempat Hiburan Malam Yang Menjadi Lokasi Penelitian ... 53
BAB IV MAHASISWA DAN GAYA HIDUP ... 65
4.1. Defenisi Mahasiswa ... 65
4.1.1. Defenisi Mahasiswa Menurut Peraturan Pemerintah dan Para Ahli ... 69
4.1.2. Peran, Fungsi dan Posisi Mahasiswa ... 70
4.2. Defenisi Gaya Hidup ... 73
4.2.1. Gaya Hidup Menurut Para Ahli ... 75
BAB V AKTIVITAS MAHASISWA DAN DUNIA GEMERLAP
MALAM ... 80
5.1. Defenisi Aktivitas ... 80
5.2. Aktivitas Mahasiswa... 81
5.3. Aktivitas Mahasiswa Dan Dunia Gemerlap Malam ... 82
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...86
6.1. Kesimpulan...86
6.2. Saran... ....87
DAFTAR PUSTAKA... ....88
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Batas Wilayah Kota Medan ... 27 Tabel 2 : Jumlah Penduduk Kota Medan ... 29 Tabel 3 : Perbandingan Etnis di Kota Medan Pada Tahun 1930, 1980 dan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Lokasi Kota Medan di Pulau Sumatera ... 26
Gambar 2 : Kota Medan Tahun 1920-an ...31
Gambar 3 : Lambang Kota Medan ... 32
Gambar 4 : Becak Bermotor (Betor) Sebagai Alat Transportasi Darat di Kota Medan ... 34
Gambar 5 : Kuli Cina dari Shanton Melabuh di Belawan ... 35
Gambar 6 : Logo Visit Medan Tahun 2012 ... 37
Gambar 7 : Istana Maimun ... 38
Gambar 8 : Menara Air Tirtanadi... 40
Gambar 9 : Merdeka Walk Medan1 ... 41
Gambar 10 : Baliho Promosi Tempat Hiburan Malam di Kota Medan ...50
Gambar 11 : Diskotik New Zone ... 55
Gambar 12 : Promosi di New Zone ...56
Gambar 13 : Papan Billboard M3 Pada Gedung Thamrin Plaza ... 58
Gambar 14 : Lobby M3 ... 59
Gambar 15 : Situasi di Dalam M3 ... ... 61
Gambar 16 : Mahasiswa Yang Menikmati Malam di Diskotik ...83
Gambar 17 : Mahasiswa Yang Sedang Berjoget di Dalam Diskotik ... 84
ABSTRAK
Nugraha Hybrianto 2014 judul skripsi : “MAHASISWA DAN DUNIA GEMERLAP MALAM” (Studi Deskriptif Tentang Kehidupan Gemerlap Mahasiswa di Kota Medan). Skripsi ini terdiri dari enam bab, halaman, tabel, foto dan beberapa lampiran yang terdiri dari surat penelitian dan gambar.
Mahasiswa merupakan status ataupun jabatan dari seseorang yang
sedang mengambil pendidikan di perguruan tinggi, baik itu gelar diploma
maupun kesarjanaan. Menjadi seorang mahasiswa dalam penelitian ini
adalah sebuah status yang semestinya dijunjung tinggi antara hak dan
kewajiban yang dimilikinya. Tulisan ini mendeskripsikan bagaimana
seorang mahasiswa dalam pergaulannya, baik itu di dalam maupun di luar
kampus. Seorang mahasiswa sepatutnya menjadi teladan bagi masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari, karena kalangan mahasiswa merupakan
kaum terpelajar. Selain itu, mahasiswa merupakan aset bangsa dan negara
dalam pembangunan di masa yang akan datang. Mahasiswa sebagai agen
perubahan (agent of change) harus dibina secara intelektual dan dibentuk
moralnya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Di dalam skripsi ini, penulis memaparkan mahasiswa dengan gaya
hidup yang dimilikinya. Gaya hidup yang dimaksudkan oleh penulis yakni
gaya hidup para mahasiswa yang gemar melakukan aktivitas di
tempat-tempat hiburan malam. Dimana seharusnya sebagai seorang mahasiswa,
mereka memiliki jadwal kegiatan yang sangatlah padat, tetapi disini
penulis menceritakan, bahwa mahasiswa yang memilih untuk terjun
menjadi pengunjung di tempat hiburan malam kebanyakan karena
pemilihan akan gaya hidup yang dilakoni mahasiswa tersebut.
Dalam hal analisis dan pengolahan data, penulis menggunakan
analisis kualitatif. Bukan hanya analisis data saja yang berupa kualitatif,
dalam penelitian yang telah dilakukan ini. Pengumpulan data yang
dilakukan penulis yakni dengan menggunakan observasi partisipasi dan
wawancara mendalam dengan subjek penelitian, yakni mahasiswa yang
sudah dikenal melalui jalinan kekerabatan yang dibangun oleh peneliti.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan menjadi
mahasiswa yang memilih untuk terjun ke dalam dunia gemerlap malam
merupakan gaya hidup yang sudah tidak lazim lagi pada saat ini. Adanya
aktivitas mahasiswa yang cenderung glamour dan ingin eksis dengan gaya
hidup memasuki tempat-tempat hiburan malam tidak selalu merusak
ataupun mengganggu jadwal kuliah yang dimiliki mahasiswa tersebut.
Karena aktivitas dunia gemerlap malam ini, tidaklah setiap harinya
dilakukan mahasiswa tersebut. Dan juga, melalui penelitian yang telah
dilakukan, kebanyakan mahasiswa memilih gaya hidup seperti ini, karena
mereka ingin menambah relasi dan awalnya karena mereka diajak oleh
teman-temannya juga. Ajakan itu pun lantas dituruti bagi mahasiswa yang
memiliki rasa ingin taunya tinggi, karena mereka juga merasakan
kejenuhan dalam aktivitasnya sehari-hari di kampus, maka mereka
mengikuti ajakan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penelitian yang telah dilakukan ini membahas tentang kehidupan
gemerlap malam dikalangan Mahasiswa di Kota Medan, Provinsi
Sumatera Utara. Fenomena yang diteliti ini merupakan suatu fenomena
yang terdapat di dunia hiburan malam, misalnya diskotik1 dan club
malam2
Diskotik dan club malam berbeda dengan tempat nongkrong yang telah menjadi tempat favorit para remaja dan mahasiswa di
Kota Medan. Kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang datang dari budaya
barat, dimana diskotik dan club malam sudah menjadi tempat yang biasa
dikunjungi oleh mereka.
3
1
diskotik mirip klub, lagu nya berat dan volume musik sangat kencang, varietas lagunya menonjol
di seputar disko 80-90an, elektro, funk.
biasa, dimana diskotik memiliki kelebihan yang sangat jauh dibandingkan
dengan tempat-tempat nongkrong pada umumnya. Biasanya diskotik
berada di tengah-tengah Kota Medan, namun sekarang tempat ini sudah
bertebaran di seluruh wilayah sudut Kota Medan. Diskotik sangat populer
bagi kaum muda, banyak para remaja dan mahasiswa yang menghabiskan
waktu luang mereka ditempat ini, mereka merasa lebih modern apabila
mereka mengisi waktu luang mereka di diskotik. Tempat ini tidak pernah
2
Klub adalah tempat istirahat yang buka pada waktu larut malam. Berupa
dilengkapi ruang tarian dan layanan DJ yang memainkan
3
Nongkrong merupakan gabungan dari 2 buah kata yaitu ‘ngonkong’ dan ‘nagkring’, namu lebih
kita kenal sebagai kegiatan berkumpul, berbincang, bercanda dan bersantai disuatu tempat yang
dilakukan sendiri ataupun beramai-ramai.
sepi dan keberadaannya dicari oleh orang-orang yang haus akan hiburan
malam.
Peneliti tertarik mengetahui tentang dunia gemerlap malam ini,
didasarkan pada pengamatan (observasi) yang telah dilakukan di Diskotik
New Zone dan di Diskotik Millenium Three (M3) yang berada di kota
Medan. Dalam hasil observasi yang didapat oleh peneliti, sangat banyak
mahasiswa ataupun mahasiswi yang menjadi pengunjung di diskotik
tersebut. Iringan musik yang kuat sangat dinikmati oleh para pengunjung,
mereka berjoget seperti orang yang kerasukan, bahkan mereka sampai ada
yang berjingkrak-jingkrak dan menari diatas meja.
Musik adalah teman sejati yang selalu dimainkan didalam diskotik.
Musik-musik yang biasa dimainkan di diskotik bukanlah musik biasa,
musiknya harus bertempo cepat dengan suara bass yang kuat pula, seperti
musik techno4. Suara musik yang sangat keras tidak mengganggu
pendengaran mereka, tetapi mereka mengikuti irama musik yang
dimainkan oleh DJ (disk jokey)5. Kerasnya suara musik live6
4
Musik Techno: Musik Tehnoligi Elektronika, muncul pada dekade 80-an di Eropa dengan
sebutan musik disko yang bertempo tinggi.
membuat
mereka menggerakkan badan mereka, mereka berjoget tanpa ada rasa
tanggal 31 Oktober 2013). 5
Disjoki atau joki cakram Disc jockey, disingkat DJ, atau kadang-kadang
"deejay") adalah seseorang yang terampil memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang
telah direkam sebelumnya. Umumnya media hasil rekaman yang digunakan adalah medi
atau cakram.
6
Musik live adalah pertunjukan musik langsung, pertunjukan musik.
malu. Pihak Event Organizer7 biasanya telah menyediakan para penari
sexy (sexy dancer)8
Globalisasi
, penari-penari itu biasanya membuat para pengunjung
diskotik makin bersemangat untuk berjoget, selain itu keberadaan para
penari sexy semakin menghidupkan suasana diskotik tersebut.
Peneliti sangat penasaran dan sangat tertarik untuk mengetahui
tentang gambaran gaya hidup mahasiswa di dunia gemerlap Kota Medan
dan keseharian mereka, serta faktor-faktor apa saja membuat fenomena
hiburan dunia gemerlap diterima di Kota Medan khususnya oleh
mahasiswa. Ketertarikan ini juga dipicu oleh keinginan peneliti untuk
mengetahui lebih jauh, apa saja ciri khas dari beberapa diskotik dan club
malam yang telah diteliti. 9
dan perkembangan teknologi menyebabkan industri
wisata dan hiburan malam berkembang pesat di Kota Medan. Hal ini
terbukti dengan banyaknya tempat-tempat hiburan yang ada di kota ini,
mulai dari cafe10
7
Event orginazer adalah istilah untuk penyedia jasa profesional penyelenggara acara. Atau untuk
mudahnya disebut EO, tugas dari EO. adalah membantu kliennya (client) untuk dapat
menyelenggarakan acara yang diinginkan.
, club, diskotik, dan tempat karaouke. Tidak dapat
dipungkiri Medan tak pernah sepi dari kunjungan turis domestic dan
mancanegara. Inilah yang membawa arus pembauran budaya asing di kota
ini, selain budaya orang-orang metropolitan yang telah terkontaminasi.
8
Sexy Dancer adalah penari menggairahkan, sekelompok wanita menari dengan musik house
berbusana minim/seksi, memikat/memancing seksnya laki-laki.
9
Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh
dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk
yang lain sehingga batas-batas suatu
10
Cafe merupakan suatu tempat yang menyediakan makanan dan minuman dengan berbagai
fasilitas tertentu yang disediakan (Proposal penelitian Agus Samuel H.S, mahasiswa Antropologi
Bagi orang-orang yang telah terbawa arus budaya Barat ini, dunia
malam bukanlah suatu aktifitas yang tabu lagi bagi mereka, bahkan hal ini
telah menjadi suatu konsumsi diri. Orang-orang ini disebut sebagai
penikmat dunia malam. Dari dunia malam inilah muncul sebuah trend
yang disebut dugem (dunia gemerlap)11
Dunia malam adalah aktifitas yang ada saat malam tiba. Hiburan
malam, tempat hiburan, dan para penikmatnya adalah satu paket pengisi
dunia malam. Malam hari adalah milik mereka yang mencari kesenangan
duniawi. Waktunya untuk bersantai dan menikmati hidup. Misalnya saja
bersuka ria di berbagai club malam, cafe, diskotik, karaoke atau pusat
hiburan lainnya. Biasanya yang menjadi tempat favorit untuk dugem
adalah diskotik dan club malam. Di dalam diskotik para dugemers .
12
Kultur disko/clubbing
berdisko ria tanpa ada rasa canggung satu sama lain. 13
11
Dugem adalah singkatan dari kata kata dunia gemerlap,dimana ini bisa dikaitkan dengan tipe
dari beberapa orang / kelompok yang mengadakan suatu kegiatan pada malam hari berhiaskan
lampu yang gemerlap dengan cahaya yang di setting sedemikian rupa demi menambah semarak
suasana, biasanya disertai musik yang bertempo kuat.
lahir pada akhir dekade 80-an di Eropa,
dan lama kelamaan mulai mewabah ke seluruh penjuru pelosok dunia. Di
Amerikat Serikat jenis musik seperti ini kurang mendapat sambutan,
penduduk disana tetap setia dengan band rock kuno, rap, R&B, serta
hip-hop. Namun berbeda dengan di Indonesia, di negara kita jenis musik
disko/clubbing ini dapat diterima dan seolah-olah telah menemukan rumah
baru di Indonesia. Namun keterpurukan mulai melanda negara kita awal
tahun 1995, dimana muncul summer of love ala Batavia. Kemunculannya
memberi dampak buruk bagi negara kita. Negara ini dibanjiri oleh pil-pil
setan dan club-club yang sebelumnya lebih kalem dipenuhi oleh
orang-orang teler dan kegirangan, yang menikmati musik baru ini seperti
12
Dugemers adalah para pengunjung setia tempat hiburan malam (dunia gemerlap) di diskotik dan
cafe house musi
13
kesetanan. Semuanya ini terjadi sebelum krisis moneter (krismon), dimana
Soeharto masih berkuasa dan Indonesia masih dikenal sebagai Macan
Asia. Tempat club-club ini menghasilkan rupiah yang berlimpah dan
tempat-tempat hiburan yang lebih mewah pun dibangun. Itulah sekilas
mengenai awal mula masuknya bentuk hiburan malam di Indonesia.
Potret keberadaan hiburan malam14
Bundaran Majestik
di Kota Medan berawal dari
keinginan warga kota yang haus akan hiburan, akibat aktivitas dan
rutinitas kehidupan yang padat sekaligus sebagai simbol pergaulan ala
metropolitan dengan geliat mesum dan lainnya. Sebut saja beberapa
kawasan yang karena memang daerah atau kawasan tersebut menjadi
simbol hiburan di Kota Medan, seperti Jalan Pemuda, Jalan Padang Bulan,
Jalan Ahmad Yani, dan Bundaran Majestik menuju arah Jalan Nibung
Raya.
15
14
yang dikenal dengan daerah ekspresi
kebebasan, bagi warga Kota Medan. Dari dahulu sampai sekarang masih
menjadi salah satu kawasan aksi massa, mulai dari mahasiswa yang
menyampaikan aspirasi secara terbuka terhadap berbagai permasalahan
sosial, politik, ekonomi dan lainnya, sampai sebagai simbol teatrikal. Jalan
Sekip sebagai daerah peruntungan, karena aktivitas perjudian yang
memang dari dahulu menjadi geliat nadi undian, sebut saja undian pacuan
kuda ala anak muda tahun 1980 – an sampai dengan judi bola pada tahun
1990 – an dan judi Togel, yang mampu menghidupi begitu banyak orang,
bahkan diasumsikan Medan sebagai kota judi, begitu juga fenomena itu
dapat kita saksikan sejak awal tahun 2000–an, nasib dan daerah Jalan
Nibung Raya sebagai kawasan pemuas syahwat. Sebut saja kawasan Jalan
Nibung Raya, konotasi (padanan keadaan) yang tergambar dalam benak
warga Medan merupakan sebuah gambaran kehidupan malam dengan
berbagai kesenangan di dalamnya, salah satunya diramaikan dengan
berdirinya Diskotik Super, sejak tahun 1980. Berada di tengah Kota
Medan di Kecamatan Medan Petisah, dan sampai saat ini masih
beroperasi.
Melihat perkembangan pesat Kota Medan dengan tingkat tekanan
pekerjaan yang semakin kompleks, dan sebagai salah satu ajang untuk
bertemu dengan teman- teman baru dan sebagai bagian dari gaya hidup
Metropolitan, diskotik masih menjanjikan untuk memenuhi semuanya itu.
Dalam penelitian ini, penulis membahas keterkaitan mahasiswa
dalam dunia gemelap malam. Defenisi mahasiswa secara umum kita
ketahui sebagai pelajar yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Negeri
maupun Perguruan Tinggi Swasta, terutama dalam penelitian yang dibahas
ini memusatkan perhatian pada mahasiswa yang ada di kota Medan.
Mahasiswa seyogianya merupakan seorang pelajar yang
mempunyai segudang aktivitas kampus secara internal maupun eksternal.
Yakni mulai dari kegiatan belajar mengajar di kampus, mengerjakan
berbagai macam tugas yang diberikan oleh para staff pengajar (dosen),
kegiatan-kegiatan kampus yang dilakukan dengan teman sejawatnya di
kampus seperti organisasi kemahasiswaan yang ada di setiap kampus,
hingga kegiatan mereka di luar kampus, seperti aktivitas nongkrong
diantara para mahasiswa.
Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa mengandung
makna bahwa mahasiswa yang kelak mampu untuk meneruskan
pembangunan dan mengendalikan negara di masa depan nantinya. Jika
dilihat dari makna tersebut, maka mahasiswa dituntut untuk menjadi orang
yang memiliki pengetahuan, kemampuan (skill) di suatu bidang. Maka
dari itu, mahasiswa harus mampu memupuk dirinya menjadi orang-orang
yang kuat dalam artian tersebut.
Menarik pengertian diatas, mahasiswa seharusnya mempunyai
agenda kegiatan yang mampu menempah dirinya sendiri menjadi
seseorang yang berguna bagi bangsa dan negara. Namun, apabila dikaitkan
dengan judul penelitian yang akan diteliti, maka selayaknya para
mahasiswa tidak mempunyai waktu untuk masuk ke dalam jerat dunia
Namun fakta yang ditemukan peneliti dalam observasi yang telah
dilakukan, banyak mahasiswa yang menjadi pengunjung mayoritas di
dalam diskotik tersebut. Mahasiswa yang ada di diskotik bukan saja pada
waktu-waktu akhir pekan maupun pada saat liburan saja, tetapi hampir
setiap harinya pasti ada saja mahasiswa yang menikmati dunia gemerlap
malam ini.
Mahasiswa juga menjadi pengunjung yang bahkan sangat
menikmati suasana di diskotik. Hal ini terbukti dengan adanya intensitas
kedatangan mahasiswa yang sering mengunjungi tempat hiburan malam.
Mahasiswa yang mengunjungi tempat hiburan malam seperti lokasi yang
telah ditetapkan oleh peneliti yakni Diskotik New Zone dan Diskotik M3,
ada yang datang bersama teman-temannya, baik itu teman yang satu
kampus maupun yang berbeda kampus dan ada pula yang datang hanya
bersama teman wanitanya (pacar, ataupun wanita yang memang bersedia
diajak untuk pergi berjoget bersama).
Fakta yang ditemukan peneliti sebenarnya bukanlah fenomena
yang baru, tetapi ini merupakan fenomena yang sudah lama terjadi, namun
ini sangatlah menarik, karena dalam hal ini, peneliti sebagai mahasiswa
antropologi16
Gaya hidup dunia gemerlap tidak semata-mata selalu buruk dalam
kaidahnya, apalagi jika ditinjau dari sudut pandang antropologi, tentunya
mahasiswa memilih untuk berdugem karena ada alasan yang mendasari
mereka, baik itu dari segi pergaulan, prinsip dari masing-masing pribadi,
maupun strata gaya hidup mahasiswa, dimana memang si mahasiswa mengulas ini secara perspektif antropologi.
Antropologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia dan juga
melihat sesuatu hal sebagai bagian dari kehidupan manusia saat ini,
dimana mahasiswa merupakan manusia dengan berbagai aktivitas baik itu
di dalam kampus maupun diluar kampus. Dalam hal ini, peneliti
mendeskripsikan dunia gemerlap mahasiswa dengan sudut pandang
antropologi, mengapa mahasiswa memilih gaya hidup dugem dalam
rangkaian aktivitasnya.
16
tersebut memiliki materi yang cukup untuk memasuki gaya hidup dugem
tersebut.
Dunia gemerlap mahasiswa yang akan dihadapi si peneliti
merupakan gaya hidup yang muncul di perkotaan. Dapat kita ketahui
sendiri, bahwa defenisi perkotaan merupakan suatu daerah teritorial yang
selalu berhubungan dengan pusat dari berbagai aktivitas, seperti aktivitas
ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kota juga sebagai tempat
bermukimnya manusia dengan segala aktivitasnya, dan juga sering
dikaitkan dengan tingkat daya pikir manusia yang jauh lebih maju
dibandingkan dengan pedesaan. Dengan artian seperti itu, maka warga
kota memerlukan tempat hiburan sebagai sarana untuk menghilangkan
kepenatan dari segala pergelutan kehidupan yang dihadapi manusia.
Tidak dapat dipungkiri, kota memang memiliki segudang tempat
hiburan yang disediakan untuk warganya, seperti tempat hiburan malam
yang akan diteliti oleh penulis. Tempat hiburan malam ini dapat diartikan
jelek dengan sebagian orang yang memang menganggapnya sebagai suatu
tempat yang memiliki arti negatif, tetapi bagi sebagian orang, munculnya
tempat hiburan malam di perkotaan sangat lah berguna, karena bagi
mereka, melalui tempat hiburan malam lah mereka mendapatkan
kesenangan untuk melepaskan segala beban aktivitas yang dimiliki.
Kota juga sebagai pusat pendidikan, dalam artian di kota memang
banyak para pelajar yang berasal dari suatu daerah terpencil (desa) ataupun
dari luar Kota Medan, yang datang ke kota untuk menuntut ilmu demi
memperoleh kehidupan yang layak juga. Para pelajar bersedia untuk
meninggalkan daerah asalnya, dengan harapan di kota mampu untuk
mendapatkan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup.
Dalam penelitian yang telah dilakukan ini, membahas dugem
dengan kaitannya kepada mahasiswa. Mahasiswa yang diteliti ini, bukan
hanya mahasiswa yang memang berasal dari kota Medan saja, melainkan
juga membahas mahasiswa yang berasal dari desa, yang datang ke Kota
Dalam fenomena dugem ini, peneliti juga melihat, bahwa
mahasiswa yang gemar untuk berdugem bukan sekedar mahasiswa yang
berasal dari Kota Medan saja, tetapi juga banyak mahasiswa yang berasal
dari desa (luar Kota Medan) gemar untuk berdugem. Inilah yang menjadi
sangat menarik di dalam penelitian ini, karena peneliti mencari data,
mengapa mahasiswa yang berasal dari luar Kota Medan juga memilih gaya
hidup demikian. Dilihat dari alasan awal mahasiswa yang berasal dari luar
Kota Medan datang adalah untuk menuntut ilmu dan memperoleh
pengalaman hidup agar kelak nantinya menjadi penerus bangsa seperti
yang dicita-citakan keluarganya di kampung halaman mereka. Namun jika
para mahasiswa tersebut terjun ke dalam gaya hidup dunia gemerlap, tentu
saja mereka bisa melupakan alasan mereka datang ke kota.
1.2.Tinjauan Pustaka
Penelitian yang telah dilakukan ini melihat bahwa mahasiswa
adalah pengunjung yang paling banyak dalam meramaikan dunia hiburan
malam. Tempat hiburan malam khususnya yang berada dikota Medan
memang sudah tidak terhitung lagi jumlahnya dan keberadaannya selalu
dicari oleh banyak mahasiswa. Didalam diskotik atau club malam, para
mahasiswa itu seolah-olah ingin menunjukkan gengsinya, karena secara
materi biaya yang dikeluarkan di dalam diskotik akan tergolong lebih
mahal daripada di tempat nongkrong biasa. Tempat hiburan malam sering
digunakan para mahasiswa tersebut sebagai gaya hidup zaman sekarang.
Dengan segala fasilitas yang yang diberikan oleh pengolah tempat hiburan
tersebut, mahasiswa akan selau mendapatkan kesenangan yang diinginkan
oleh mereka. Alunan musik live akan selalu setia menemani malam
mereka, ditambah lagi banyak wanita-wanita cantik bertebaran di setiap
meja. Para pelayan seperti waitress17
17
Waitress adalah pelayan wanita yang mengantar pesanan minum di diskotik ke sofa tamu.
pemandangan indah itu akan memanjakan mata meraka yang selau
menggeliat mencari wanita-wanita cantik untuk didekati dan menemani
malam mereka di sana.
Mahasiswa yang datang ke tempat hiburan malam biasanya adalah
mahasiswa yang sudah tidak asing lagi dengan minuman alkohol. Mereka
akan merasa tidak lengkap kebahagiannya apabila tidak minum, karena
iringan musik yang bertempo kencang itu harus diimbangi dengan
minuman yang keras juga. Untuk itu, si pengolah tempat hiburan malam,
biasanya telah menyediakan minuman-minuman yang mengandung
alkohol, dari mulai yang rendah alkohol sampai yang paling tinggi kadar
alkoholnya. Biasanya yang sering dipesan oleh mahasiswa adalah vodka18
Gaya hidup sangat mempengaruhi setiap penampilan seseorang,
dan orang-orang akan cenderung memilih produk, aktivitas atau jasa yang
dapat menunjang penampilannya. Dalam Kamus Besar Bahasa ,
mereka sangat menyukai jenis minuman alkohol yang ini. Selain itu, bir
juga akan selalu setia di setiap meja mereka, rasa pahit dan kecut
diminuman itu, bukanlah hal yang aneh lagi bagi mereka, mereka
menganggap itulah gaya mereka.
Gaya hidup adalah cara bagaimana seseorang hidup. Banyak
mahasiswa yang merasa dirinya akan lebih gaul dan tidak akan
ketingggalan zaman apabila mereka akrab dengan tempat hiburan malam,
misalnya saja diskotik. Gaya hidup tempat hiburan malam adalah suatu
pola hidup yang menyangkut bagaimana orang menggunakan waktu dan
uangnya terutama dalam hal pilihan nongkrong dengan teman-temannya.
tanggal 4 November 2013).
18
Vodka adalah Jenis minuman yang berakohol kadar 40% yang dapat di temukan di diskotik, jika
di minum secara berlebihan akan menyebabkan mabuk hilang kedali akal sehat.
Indonesia19
Gaya hidup dalam tempo cepat dapat didefenisikan sebagai suatu
cara pandang untuk melihat interaksi manusia melalui simbolisme yang
kasat mata dan terjadi secara cepat
, gaya hidup diartikan sebagai pola tingkah laku sehari-hari
terkait dengan interaksi manusia dalam masyarakat. Gaya hidup menurut
Weber (Sunarto, 2000:93), berarti persamaan status kehormatan yang
ditandai dengan konsumsi terhadap simbol-simbol gaya hidup yang sama.
Gaya hidup menurut Nugroho J. Setiadi (2003:148) secara luas
didefenisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana
orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap
penting dalam lingkungannya (minat), dan apa yang mereka pikirkan
tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya.
20
Sudah biasa apabila manusia memiliki keinginan dan hasrat ingin
senang. Itu adalah hal yang wajar. Bagi para mahasiswa, setiap keinginan
untuk senang-senang sering didapati dengan cara nongkrong bersama
teman-temannya. Dengan begitu para mahasiswa cenderung selalu
mengikuti tren yang sedang berkembang, karena para mahasiswa ini . Misalnya gaya berpakaian, interaksi
manusia di suatu tempat, seperti tempat hiburan, cafe, penggunaan
transportasi serta penggunaan teknologi. Dalam hal ini, kebiasaan
mahasiswa yang suka atau gemar pergi ke tempat hiburan malam
digolongkan dalam gaya hidup dalam tempo cepat. Mereka dengan
mudahnya terpengaruh oleh oleh budaya yang datang dari luar.
Mahasiswa dalam kesehariannya cenderung mencari suatu hal
yang baru demi menemukan siapa jati dirinya. Mereka selalu membuka
diri terhadap hal-hal yang baru. Jika mereka tidak mengikuti tren yang
sedang berkembang, mereka akan merasa sangat ketinggalan zaman,
sehingga mereka akan senantiasa mencari informasi tentang hal-hal yang
baru.
19
20
Yasraf Amir Piliang, “Imagologi dan Gaya Hidup,” Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas,
mencari tempat-tempat nongkrong yang akan membuat mereka merasa
lebih dianggap gaul.
Dalam kajian yang telah diteliti ini, peneliti juga mengambil
pemikiran dari sudut pandang Antropologi Perkotaan, dimana menurut N.
Daldjoeni (dalam S. Menno, 1992:35) mengatakan bahwa kota dapat
didekati dari dua aspek, yakni aspek fisik (pengkotaan fisik) dan aspek
mental (pengkotaan mental). Aspek pertama menyangkut dengan luas
wilayah, kepadatan penduduk, dan tata guna tanah yang non-agraris.
Aspek kedua bertalian dengan orientasi nilai serta kebiasaan hidup
penduduk kota. Orientasi yang kedua inilah yang menjadi fokus perhatian
antropologi, tanpa mengabaikan aspek-aspek lainnya yang juga
berpengaruh atas nilai dan kebiasaan hidup.
Mengambil pengertian diatas, sebenarnya dapat dikatakan bahwa
kecenderungan para mahasiswa untuk mengikuti tren adalah efek dari
globalisasi. Globalisasi menyebabkan gaya hidup mahasiswa kontemporer,
dan media massa juga turut mempengaruhi perkembangan gaya hidup
mahasiswa tersebut21
1. M3-Millenium Three Entertainment,
. Melalui globalisasi yang terjadi pada saat inilah,
maka nilai dan kebiasaan mahasiswa tersebut muncul. Padahal yang kita
ketahui sendiri, dampak globalisasi itu sangat lah banyak, ada yang
berdampak positif bagi kehidupan masyarakat, dan ada pula yang
berdampak negatif dalam perkembangannya.
Peningkatan hiburan malam dapat terlihat jelas dari perkembangan
pesat dunia hiburan malam itu sendiri, misalnya cafe, diskotik, club malam
dan tempat-tempat dugem sejenis lainnya. Di kota Medan sendiri ada
banyak sekali tempat hiburan malam yang sudah terkenal, seperti :
2. Astronot Diskotik,
3. Jungle Diskotik,
4. Ozon Discotheque,
21
Khasanah (skripsi), Gaya Hidup Anak Punk di Yogyakarta, (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta:
5. Pesona Diskotik,
6. Planet Discotheque,
7. New Zone,
8. Iguana Discotheque,
9. Lee Garden,
10.Super Discotheque,
11.Entrance Music Temple,
12.Retro,
13.Tobasa Club Hotel Danau Toba International,
14.XXX Entertainment,
15.Zodiak Pub, dll22
Di tempat-tempat hiburan seperti inilah sebagian mahasiswa di
Kota Medan sering berkecimpung, dan hiburan malam seperti ini biasanya
adalah untuk kalangan masyarakat yang ekonominya menengah keatas
(termasuk mahasiswa didalamnya).
Dari penjelasan diatas, penulis membahas bagaimana tempat
hiburan malam, yang terdiri dari segala macam properti pendukungnya,
pengelola, pengguna (dalam tulisan ini melihat mahasiswa sebagai
pengunjung tempat hiburan) serta aturan yang ada di tempat hiburan
malam tersebut.
.
1.3.Perumusan Masalah
Berangkat dari pemaparan tulisan diatas, maka penulis
memfokuskan rumusan masalah ini pada pembahasan sebagai berikut :
22
1. Apa yang membuat mahasiswa di Kota Medan memilih gaya hidup
dugem ?
2. Bagaimana keterkaitan antara dugem dengan aktivitas mahasiswa ?
1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dengan membaca latar belakang dan rumusan masalah di atas,
maka tujuan dan manfaat penelitian ini yaitu :
1. Untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan kuliah S1 pada
Departement Antropologi FISIP USU.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung semakin
banyaknya tempat hiburan malam di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui fenomena sikap perilaku gaya hidup mahasiswa
terhadap hiburan malam itu sendiri.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hiburan malam terhadap
kegiatan kampus mahasiswa.
Selain itu, penulisan yang akan dilakukan ini juga bertujuan untuk
menambah wacana dan referensi bagi para akademisi dalam melihat
fenomena keberadaan hiburan malam di Kota Medan.
Manfaat dari penelitian ini tidak hanya dirasakan oleh si peneliti
saj, tetapi juga bermanfaat bagi semua. Karena dalam penelitian ini, kita
dapat melihat fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar kita.
Penulis mengharapkan supaya masyarakat khususnya mahasiswa dapat
bersikap arif dan bijaksana dalam menanggapi permasalahan tentang
1.5.Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu pedoman yang penting bagi
seorang penelitian karena tanpa metode penelitian, peneliti akan sulit
untuk memahami hasil dari sebuah penelitian. Sebenarnya metode
penelitian23 adalah cara alamiah untuk memperoleh data24
Penelitian yang telah dilakukan ini adalah penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan tempat hiburan malam sebagai
tempat nongkrong para mahasiswa di Kota Medan. Penelitian kualitatif
didasarkan pada upaya untuk membangun pandangan mereka yang diteliti
secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit
dengan
kegunaan dan tujuan tertentu.
25
Dalam penelitian ini, peneliti telah mengumpulkan berbagai
informasi dan data
.
26
A. Teknik Observasi
dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
Penelitian ilimiah metode observasi bisa diartikan pengamatan dan
pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
diselidiki27
23
. Dalam menggunakan metode observasi, penulis mencoba
mengamati tindakan, aktivitas, relasi mahasiswa dengan hiburan yang
dinikmati dibeberapa tempat di Kota Medan seperti diskotik, club malam,
November 2013). 24
Data dalam penelitian akan dibagi dalam data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang didapat di lapangan (fieldwork) melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder
merupakan data pendukung yang didapat dari kepustakaan (library research), media massa, jurnal,
hasil penelitian, dan lain sebagainya. 25
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 6. 26
Data yang dimaksud merupakan hasil wawancara, observasi, gambar, video, catatan lapangan,
pernyataan informans, dan lain sebagainya. 27
Dendi Sutarto. Sutrisno Hadi. Metodologi Reserch, (Jakarta: Yasbit Fakultas Psikologi UGM.
cafe dan lain-lain. Kemudian hasil observasi ini dijadikan sebagai langkah
awal dalam melakukan penelitian selanjutnya.
Untuk lokasi lapangan sebagai sumber data penelitian, peneliti kali
ini mencoba mendeskripsikan di Diskotik Millenium Three (M3) dan
Diskotik New Zone. Di tempat ini penulis menilai sebagai tempat yang
mewakili usia remaja sampai umur dewasa (khususnya usia mahasiswa).
B. Teknik Wawancara
Metode wawancara atau interview merupakan salah satu teknik
pokok dalam penelitian kualitatif. Wawancara dalam penelitian tidaklah
bersifat netral, melainkan dipengaruhi oleh kreatifitas individu dalam
merespon realita dan situasi ketika berlangsungnya wawancara.
Karakteristik pewawancara seperti ras, kelas sosial, dan masalah gender
atau sebagainya juga mempengaruhi berlangsungnya wawancara. Jadi
wawancara merupakan produk dari interaksi yang khas28. Maka peneliti
berusaha dan harus memahami situasi lapangan dan dapat mempersiapkan
alat-alat yang diperlukan dalam wawancara, sehingga mendapatkan hasil
yang sesuai dengan apa yang peneliti harapkan.
Dengan mengingat latar belakang kehidupan mahasiswa yang
berada di Kota Medan berasal dari daerah-daerah dan suku-suku yang
berbeda, maka untuk cara kerja peneliti dalam hal wawancara, peneliti
menggunakan metode parsitipartoris, yaitu dimana peneliti terjun sendiri
kelapangan untuk mewawancarai dan melihat kondisi lapangan. Selain
dilapangan, peneliti juga melihat sendiri pendapat mereka secara langsung
di kediaman mereka (rumah dan kost) dan pendapat mereka ketika mereka
berada di dunia kampus.
28
Moh. Soehoda,” Pengantar Penelitian Sosiologi Kualitatif”, Buku Daras, Program Studi
C. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara dokumentasi adalah pengumpulan
data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumentasi dapat
berupa buku, majalah, artikel ataupun yang berkaitan dengan topik
penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data yang
mendukung data primer yang diperoleh di lapangan29
D. Informan Penelitian
. Peneliti juga telah
melampirkan beberapa foto-foto untuk menunjang keaslian daripada
penelitian yang dilakukan di lapangan.
Dalam hal ini, peneliti mencari terlebih dahulu beberapa informan
pangkal untuk mendapatkan informasi mengenai gaya hidup dunia
gemerlap, agar wawancara mendalam yang dilakukan menghasilkan data
dan informasi yang baik. Adapun informan pangkal tersebut yaitu :
Individu yang ada di tempat hiburan malam (New Zone dan M3). Pelayan diskotik (New Zone dan M3).
Setelah informasi didapat peneliti, maka peneliti menetapkan siapa
yang akan dijadikan informan kunci. Informan kunci dalam penelitian ini
adalah mahasiswa yang sudah terbiasa keluar masuk diskotik di tempat
penelitian.
Untuk memperkuat data yang diinginkan, peneliti telah
menambahkan wawancara dengan informan biasa, seperti :
Masyarakat yang ada di sekitar tempat diskotik (New Zone dan
M3).
Individu (mahasiswa) yang tertarik terhadap diskotik.
29
BAB II
GAMBARAN UMUM DUNIA GEMERLAP MALAM
2.1.Sejarah Singkat Dugem (tempat hiburan malam)
Awal munculnya hiburan malam dimulai dari manusia mengenal
musik. Musik adalah beberapa nada atau suara yang disusun sedemikian
rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan. Musik
merupakan bagian dari kebudayaan yang terus berkembang sepanjang
waktu. Tempat dugem pun muncul ketika musik disko30
Diskotik menjadi salah satu lokasi pembaratan masyarakat lokal
yang diawali dengan proses pengenalan kata-kata atau uacapan bahasa
asing serta musik dan lagu-lagu barat. Adapun diskotik (discotheque –
dalam bahasa Perancis) sebenarnya berasal dari kata disco (disko) yang
berarti gedung tempat menyimpan koleksi piringan hitam ; lembaga yang
menyimpan koleksi piringan hitam untuk tujuan ilimiah ; suatu tempat
atau gedung yang dipakai untuk mendengarkan musik disko yang diiringi
tarian atau dansa oleh para pengunjungnya
sedang booming
(sedang hangat-hangatnya).
31
Sedangkan musik disko berasal dari irama Soul, serta perpaduan
antara irama Romawi, Rhythm dan Blues, yang kemudian dalam
perkembangannya, disko berubah menjadi musik bergaya meriah, yang
merangsang penggemarnya untuk melakuakan gerakan-gerakan tari .
30
Disko adalah gaya dalam musik pop yang lincah dan digemari oleh remaja (bersifat
kontemporer). 31
tertentu. Dan ajojing (dansa) adalah istilah baru lagi untuk gengsot atau
istilah kunonya melantai32
Selain itu diskotik berfungsi sebagai sarana mengindentifikasi diri
dengan cara mencari jati diri dengan mencari pergaulan baru di dalam
diskotik. Akhirnya, fungsi yang terakhir adalah asosiasi. Dalam fungsi ini,
setiap pengunjung datang ke diskotik untuk bergaul dan memperluas
pertemanan dengan berinteraksi dengan tamu-tamu lain yang datang ke
diskotik
.
Makna diskotik sebenarnya lebih luas dari hanya sekedar musik
dan ajojing. Diskotik tidak hanya sebagai gedung untuk berajojing
(berdansa), tetapi juga ruang sosial yang memiliki beberapa fungsi. Fungsi
catharsis, menempatkan diskotik sebagai ruang pembebasan atau
pelepasan ketegnagan dan kecemasan dengan jalan mengalami kembali
dan mencurahkan keluar kejadian-kejadian traumatis dimasa lalu yang
semula dilakukan dengan cara menekankan emosi-emosi kedalam
“ketidaksadaran”. Sementara itu fungsi ekspresi diri bermakna bahwa
diskotik merupakan sarana dari para pengunjungnya untuk bebas
mengungkapkan perasaan.
33
Dengan bertambahnya kesibukan pekerjaan, maka rasa penat,
lelah, suntuk, stress dan jenuh selalu menjadi teman sejati. Untuk itu,
tempat hiburan sangatlah dibutuhkan untuk menghilangkan semua
kejenuhan itu. Diskotik, club, atau cafe akan dipenuhi oleh mereka yang
mencari hiburan pada malam hari. Apalagi buat mereka yang sibuk dengan
pekerjaan dari pagi sampai malam, maka tempat hiburan seperti diskotik
inilah yang akan dikunjungi oleh mereka, karena hanya diskotik lah
tempat yang dapat memberikan hiburan pada malam hari dan sampai larut .
32
“ Remang-Remang Disko : Ada yang seperti Anak Sekolah...” Dalam MIDI no. 66, 1976. Hal
28. 33
Anggadewi Moesono, Minat Remaja pada musik Disko : Profil Remaja Pengunjung Diskotik.
Pembinaan Anak dan Remaja, Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan
malam. Selain itu, banyak suasana berbeda yang diberikan diskotik, dan
suasana seperti ini tidak akan ditemui di tempat hiburan malam lain,
misalnya saja DJ, bartender, dan penari sexy.
Pada umumnya yang gemar mengunjungi diskotik atau
tempat-tempat semacam ini adalah kaum lelaki, karena di tempat-tempat inilah mereka
dapat merasa enjoy dengan musik, minuman dan banyak wanita yang
berpakaian sexy. Wanita-wanita yang datang ke diskotik biasanya akan
mengenakan pakaian yang sexy. Rok mini, baju ketat, baju tanpa lengan,
dan sepatu high hills akan menjadi pemandangan yang biasa didalam
diskotik. Wanita-wanita yang ada ditempat itu juga sepertinya sudah
terbiasa dengan rokok dan minuman keras, karena mereka juga tidak
merasa segan atau takut untuk merokok dan minum.
Keberadaan diskotik bukan lagi sebagai pengisi waktu luang,
melainkan sudah menjadi kebutuhan bahkan telah menjadikan diskotik
bagian dari tempat bersosialisasi dalam perkembangannya. “ Dua
golongan manusia sama bersantai tapi berbeda dalam gaya. Jarak yang
memisahkan abang-abang becak dengan mahluk-makhluk cosmopolitan
itu hanyalah beberapa ratus meter. Tetapi jurang sosial, ekonomi, dan
sejarah antara keduanya membuka lebar tak terjangkau”34. Disatu pihak
tampak tenaga kerja kasar dengan kebiasaan-kebiasaan yang diwariskan
turun temurun dan di lain pihak suatu masyarakat yang sedang
mempertontonkan gaya hidup barat. Tetapi kalau dilihat lebih cermat
maka semuanya adalah kesan-kesan luar dalam gaya hidup bersantai dan
berpakaian. Di dunia barat semuanya adalah produk sampingan dari
industrilialisasi dan efisiensi, kemajuan organisasi dan pemikiran sehat.
Disinilah dunia disko justru bertentangan dengan gaya hidup barat, dimana
bersantai adalah produk dari kerja keras35
Kemajuan pesat diskotik dan musik disko dimulai sejak tahun
1970-an dengan munculnya berbagai tempat berdisko di rumah-rumah dan .
34
diskotik-diskotik yang beroperasi di Jakarta yang kegiatannya didominasi
dimulai pada malam hari, antara pukul 20.00 WIB dan 24.00 WIB, tetapi
ada pula juga yang memulai pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIB dan
mengakhiri kegiatannya antara pukul 02.00 WIB dan 05.00 WIB.
Kemajuan pesat tersebut diiringi dengan bergesernya gaya hidup kalangan
diskotik.
Dahulu diskotik yang merupakan suatu tempat yang dianggap khas
dan jauh dari jangkauan anak muda maupun masyarakat, yakni para
pengunjung diskotik lebih cenderung orang-orang dewasa dan orang-orang
yang berlatar belakang sosial maupun ekonomi tertentu saja. Kini remaja,
bahkan anak-anak pra remaja mulai dapat mengunjungi diskotik, bahkan
diskotik kini identik dengan tempat berkumpulnya para remaja. Dan
kunjungan ke diskotik bukan lagi kunjungan akhir minggu, melainkan
cenderung dikunjungi setiap hari tanpa peduli hari libur atau bukan,
bahkan budaya remaja berkunjung ke diskotik bukan hanya milik budaya
remaja di kota-kota besar, namun juga sudah menjadi gaya hidup remaja di
pinggir kota. Bahkan kini agaknya berkunjung ke diskotik bukan lagi
sebagai pengisi waktu luang melainkan sudah menjadi kebutuhan bagi
remaja. Remaja pengunjung diskotik telah menjadikan diskotik sebagian
dari tempat sosialisasi dalam perkembangannya36
2.2.Dugem di Indonesia
.
Di awal tahun 1940-an musik gambus dan keroncong, dan musik
hawaiian sangat populer di Indonesia, yang pada saat itu penyanyi
terkadang merangkap menjadi pencipta lagu, seperti Said Effendi dan
Mashabi37
36
Pusat Penelitian Kemasyaraktan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, Minat
Remaja pada Musik Disko : Profil Remaja Pengunjung Diskotek. 37
Zeffry Alkatiry. Pasar Gambir, Komik Cinda & Es Shanghai Sisi Melik Jakarta 1970-an.
(Jakarta: Komunitas Bambu). 2010. Hal. 91.
itu didengarkan oleh pemuda-pemuda di Indonesia melalui siaran-siaran
radio luar negeri atau melalui film-film luar negeri, dan piringan hitam
mulai menarik para penikmat musik di Indonesia38. Film-film luar negeri
yang masuk Indonesia seperti Rock Around the Clock yang dibintangi
oleh Bill Haley & His Comets, membawa pengaruh berkembangnya musik
Rock ‘n’ Roll di Indonesia39
Selain itu, piringan hitam merupakan medium berkembangnya
musik Rock ‘n’ Roll di kalangan anak-anak muda golongan menengah,
pengaruh musik Rock ‘n’ Roll ditandai dengan masuknya jaringan hitam
kelompok-kelompok musik Inggris seperti The Shadows dan The
Beatles
.
40
. Semakin berkembangnya musik populer di Indonesia maka
festival musik, pergelaran musik, dan misi kesenian (yang mencakup
musik) mulai banyak diadakan, salah satunya pada tahun 1951 untuk
pertama kali Radio Republik Indonesia (RRI)41 mengadakan pemilihan
Bintang Radio, yang berisikan tangga lagu musik yang teratas yang terdiri
dari 3 (tiga) kategori yaitu musik hiburan, seriosa, dan keroncong42. RRI
yang merupakan medium komunikasi antara musisi dan Indonesia dan
pendengarnya, juga menyiarkan secara langsung musisi Indonesia dengan
seleksi ketat bagi para musisi-musisi yang akan tampil43
Semakin berkembangnya musik barat di Indonesia, juga
mempengaruhi para penyanyi musik hiburan pada saat itu. Penyanyi musik
hiburan seperti Sam Saimun, Bing Slamet, Nunu Moraza, Toto Mujiarto, .
38
Muhamad Mulyadi. Industri Musik Indonesia: Suatu Sejarah. Bekasi : Koperasi Ilmu
Pengetahuan Sosial. 2009. Hal. 30. 39
A Tjahjo Sasongko dan Nug Katjasungkana. ‘Pasang Surut Musik Rock di Indonesia’. Prisma,
No. 10, Oktober, 1991. Hal 49. 40Ibid.,
hal. 50. 41
Pada 11 September 1945, jaringan radio pemerintah, RRI didirikan sebagai konsorium delapan
stasiun lokal yang tadinya merupakan jaringan dibawah kontrol Jepang. 42
Ratna Juwita, dan Masnun Sutoto meniru gaya penyanyi Pop Barat seperti
Jim Reeves, Bing Crosby, dan Perry Commo44
Bukan hanya musik Pop Barat saja yang masuk dan berkembang di
Indonesia, musik Rock ‘n’ Roll juga sangat digandrungi para pemuda pada
saat itu, ini ditandai mulai seringnya panggung-panggung musik Rock
dipentaskan di ibukota Jakarta. Para penikmat musik Rock yang awalnya
hanya menikmati musik dari siaran radio dan piringan hitam, mulai
disuguhi dengan pertunjukan langsung musik Rock, bahkan sekaligus
menjadi industri musik panggung. Industri musik panggung adalah
menjual penampilan bermain musik secara langsung pada pementasan
musik. Penonton sebagai konsumen musik panggung tidak hanya
mengutamakan kualitas musik yang dimainkan, dalam industri musik
panggung tujuan lainnya adalah menjual penampilan bermain musik
secara langsung pada suatu pementasan musik. Penonton ingin juga
melihat gaya dan penampilan panggung para musisi. Jumlah persentasenya
adalah 50% lagu dan 50% lagi suasana panggung, gaya panggung, kostum,
dan tata panggung
.
45
Band-band aliran Rock ‘n’ Roll yang diadaptasi dari musik Rock
‘n’ Roll dari Inggris dan Amerika mulai bermunculan dan menarik simpati
penikmat musik Rock ‘n’ Roll. Grup band tersebbut di antara lain adalah
God Bless
God Bless resmi terbentuk pada tanggal 5 Mei 1973, formasi band ini sampai 007 terdiri dari
Achmad Albar, Donny Fattah, Ian Antono, dan Abadi Soesman. Formasi ini sudah bebrapa kali
mengalami pergantian, orang-orang yang pernah mengisi formasi band God Bless di antaranya
Fuad, Soman Lubis, Oding Nasution, Debby Nasution, Keenan Nasution, Deddy Stanzah, dan
Teddy Sujaya. God Bless mengeluarkan beberapa album di antaranya God Bless (1976), Cermin
(1980), Semut Hitam (1988), Raksas (1989), The Story of God Bless (1990), Apa Kabar? (1997).
Sakrie, Denny (ed). Musisiku. Jakarta: Penerbit Republika. 2007).
,
47
The Rollies adalah sebuah band Jazz Rock Indonesia yang dibentuk di Bandung pada tahun 1967
dan sempat populer di era 60-an sampai dengan awal 80-an. Para personilnya antara lain terdiri
Scarles, Cikini Stone52Complex, Poppars, Acid Speed Rock Bands53
God Bless dengan gaya jenis musik dan sering memainkan
lagu-lagu dari grup band Kansas, suatu ketika dalam pementasannya di Taman
Ismail Marzuki pada 24 Mei 1975 pernah menampilkan gaya yang unik
dan eksentrik, grup band ini muncul ke depan panggung dengan dua peti
mati, kemudian keluarlah dua orang yang berada dalam peti mati sambil
bernyanyi dengan suara yang fals (suara sumbang atau plesetan dari kata
‘false’ dalam bahasa Inggris), sehingga menimbulkan kesan horor dalam
pementasan tersebut. Aksi panggung yang aneh-aneh yang ditampilkan .
Tidak ketinggalan juga, penyanyi Rock Indonesia pun bermunculan seperti
Mickey Jaguar, Farid Hardja, Fredy Tamaela, dan Ikang Fauzi. Aksi
panggung dari mereka memiliki ciri khas yang berbeda, namun sangat
identik dengan grup atau penyanyi Rock yang mereka adaptasi.
(trombon), Delly Joko Arifin (keyboards/vokal), Bonny Nurdaya (gitar) dan Teungku Zulian
Iskandar (saksofon). Selain itu mantan personilnnya antara lain adalah Deddy Stanzah, Didit
Maruto, Marwan dan Iwan Krisnawan. Disadur dari
48
AKA adalah akronim dari Apotik Kali Asin. Grup band ini dibentuk pada 23 Mei 1967 dengan
formasi awal: Ucok Harahap (vocal dan keyboard), Syech Abidin (drum dan vocal) Sonata
Tanjung (gitar dan vocal), Peter Wass (bass). Namun formasi tersebut pernah mengalami
pergantian,orang-orang yang pernah mengisi formasi AKA di antaranya adalah Lexy Rumagit,
Arthur Victor George Jean Anesz Kaunang. Album yang pernah dikeluarkan di antaranya adalah
Do What You Like (1971), Refelection (1971), Crazy Joe (1972), Sky Rider (1973), Cruel Side of
Suez War (1974), Shake Me (1975), Mr Bulldog (1976), Bertemu untuk Berpisah (1976). AKA
vol 7 (1973), Pop Melayu (1974). 49
27Setelah mendepak Ucok AKA, AKA akhirnya setuju mengganti nama menjadi SAS
(Sunantha Tanjung, Arthur Kaunang, Syech Abidin). Album yang pernah dikeluarkan antara lain :
Volume 1 Baby Rock (1975), Volume 2 Bad Shock (1976), Volume 3 (1977), Lapar, Exception
(1976). 50
Muhamad Mulyadi. Op. Cit., hal. 75. 51Ibid.,
52
Penyanyi utama Rolling Stones, Mick Jagger, memiliki pengaruh luar biasa, terutama pada
band-band di Bandung. Nama dan kebiasaan maupun judul lagu Stones menjadi semcam standar
oleh God Bless, dilakukan untuk menarik para penonton dan menampilkan
kesan yang berbeda dengan cara kreatif yang baru54
Tidak ketinggalan juga grup band AKA, sang vokalis Ucok
Harahap atau lebih dikenal dengan Ucok AKA sering menampilkan aksi
teatrikal, dia biasa sambil bernyanyi dengan gaya pertunjukan teater. Pada
pertunjukan Malam Show Musik Underground 1973 di GOR 10
November, Surabaya, yang diadakan pada akhir bulan September, dia
pernah menirukan gaya orang kemasukan setan, sambil menaiki tangga dia
meraih tiang gantungan, kaki diikat pada tali, dan kepala mengarah
kebawah tetapi tetap bernyanyi. Dalam keadaan seperti itu, para musisi
AKA mulai menusuki sang vokalis hingga berlumuran darah, namun darah
tersebut adalah darah imitasi, aksi panggung tersebut mendapat pujian dan
tepukan tangan dari penonton
.
55
Begitu besarnya pengaruh dan perkembangan musik-musik barat di
Indonesia, membuat majunya industri musik di Indonesia. Yang paling
terlihat adalah industri musik panggung yang akhirnya menjadi tren
dikalangan pemuda pada saat itu. Grup band dan penyanyi-penyanyi Pop,
Rock ‘n’ Roll di Indonesia pun banyak tercipta. Mereka biasanya
menggunakan atau mengadaptasi cara berpakaian, aksi panggung, dan
jenis musik dari grup band musik barat. God Bless yang biasanya
menyanyikan lagu-lagu dari grup Kansas, The Rollies yang memaikan
lagu dari Chicago, Trenchem yang sering tampil membawakan
lagu-lagu Deep Purple, dan AKA dan SAS yang mempunyai julukan Emerson
Lake Palmernya Indonesia
. Keterampilan bermain musik dan aksi
panggung yang aneh-aneh ala grup band masing-masing, menjadi daya
tarik bagi penonton untuk menonton kembali aksi panggung mereka jika
diadakan pementasan musik lagi, namun dengan aksi panggung yang
berbeda-beda saat mereka tampil.
Grup-grup band diatas bukan tidak bisa menciptakan karya-karya
kreatifitas hasil mereka sendiri, tetapi karena penonton lebih suka jika
mereka memainkan lagu grup-grup band barat57, daripada mendengarkan
karya mereka, terkadang penonton yang tidak puas melempari
macam-macam benda ke arah panggung jika grup band yang tampil tidak
membawakan lagu dari grup band bernuansa barat yang mereka
inginkan58
Dan engkau, hai pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi, engkau
yang tentunya anti imperialisme ekonomi dan menentang imperialisme
ekonomi, engkau yang menentang imperialisme politik, kenapa di
kalangan engkau banyak yang tidak menentang imperialisme
kebudayaan?. Kenapa di kalangan engkau masih banyak yang masih
Rock ‘n’ Roll-an, dansi-dansian ala cha-cha-cha, musik-musikan ala
ngak ngik ngek, dan lain-lain sebagainya lagi?
.
Begitu besarnya antusias dan berkembangnya musik populer barat
di Indonesia, tidak semua lapisan masyarakat bisa menerima pengaruh
budaya barat itu. Manifestasi Presiden Soekarno tahun 1959, yang
menyatakan bahwa musik dan lagu adalah sebagian dari kebudayaan yang
membangun mental. Mendesak anak-anak muda untuk melawan
kebudayaan asing atau negara-negara Nekolim
(Neo-Kolonialisme-Imperialis) Barat. Dalam pidatonya, Soekarno menyatakan :
59
Menyikapi manifestasi Presiden 1959, maka RRI, sebagai siaran
radio tunggal yang sering menyiarkan lagu-lagu populer barat, dengan
dikeluarkannya manifestasi tersebut, RRI mengeluarkan musik Rock barat
populer seperti Elvis Presley dan The Betales. Kemudian
rekaman-rekaman musik Rock dikumpulkan dan dibakar di depan umum60
57Ibid., hal. 77. 58Ibid.,
59
Krishna Sen dan David T. Hill. Media, Budaya, dan Politik di Indonesia. (Penerjemah: Sirikit
Syah). Jakarta: Institut Studi Arus Informasi dan PT. Media Lintas Inti Nusantara. 2001. Hal 195 60Ibid.,
hal. 196.