ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana gambaran Schwartz’s Values pada Mahasiswa
yang Berusia 18-22 tahun
dengan Latar Belakang Budaya Batak Karo di Universitas “X” Medan. Sampel penelitian ini berukuran 201 mahasiswa Batak Karo di Universitas “X” Medan, sebagian besar berjenis kelamin perempuan dan kedua orang tua bersuku Karo.Alat ukur yang digunakan adalah Portrait Value Questionnaire (PVQ) yang dikembangkan oleh Schwartz, 1992. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey. Data yang diperoleh berskala ordinal, selanjutnya diolah dengan menggunakan Smallest Space Analysis (SSA) dengan menggunakan program Hebrew University Data Analysis Package (HUDAP) dan SPSS versi 12.
Data diolah melalui tiga cara yaitu content, structure, dan hierarchy Schwartz’s values. Dalam content, kedelapan Schwartz’s Values yaitu universalism, security, self-direction, achievement, traditional, stimulation, hedonism,dan power value teridentifikasi dan memiliki region masing-masing, sedangkan conformity dan benevolence tergabung dalam satu region. Dalam structure, hubungan compatibilities dan conflict antar values teridentifikasi sesuai dengan teori Schwartz. Hierarchy values pada penelitian ini adalah conformity, benevolence, universalism, security, self-direction, achievement, traditional, stimulation, hedonism,dan power value.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENEGESAHAN ... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 7
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Kegunaan Penelitian ... 8
1.5. Kerangka Pikir ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Values ... 24
2.1.1. Definisi Values ... 24
2.1.2. Tipe Values ... 25
2.1.3. Stuktur Dinamik Relasi Value ... 28
2.1.4. Struktur Tipe dan Second Order Value Type ... 32
2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi value ... 33
2.2. TRANSMISSION DAN PERKEMBANGAN BUDAYA ... 38
2.2.1. Enkulturasi dan Sosialisasi ... 38
2.3. KEBUDAYAAN ... 47
2.3.1. Definisi Kebudayaan ... 47
2.3.2. Tiga wujud Kebudayaan ... 48
2.3.4. Unsur-Unsur Kebudayaan ... 49
2.4. Batak Karo ... 49
2.4.1. Adat-Adat Kebudayaan Batak Karo ... 51
2.4.2. Kekerabatan pada Masyarakat Karo ... 54
2.5. Masa Remaja 2.5.1. Tahap Perkembangan Remaja ... 60
2.5.2. Perkembnagan Kognitif Remaja ... 60
2.5.3. The Transition into Adulthood in Contemporary Society ... 63
2.5.4. Transformations in Family Relations ... 63
2.5.6. The Development of Autonomy ... 65
2.6. Multikulturasi ... 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 67
3.2. Skema Rancangan Penelitian ... 67
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 68
3.3.1. Variabel Penelitian ... 68
3.3.2. Definisi Operasional ... 68
3.4. Alat Ukur ... 70
3.4.1. Kuesioner ... 70
3.4.2. Prosedur Pengisian ... 71
3.4.3. Sistem Penilaian ... 72
3.4.4. Data Penunjang ... 72
3.4.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 73
3.4.5.1. Validitas ... 73
3.4.5.2. Reliabilitas ... 73
3.5. Populasi Target dan Teknik Pengambilan Sampel ... 74
3.5.1. Populasi Target ... 74
3.5.2. Karakteristik Populasi ... 74
3.5.3. Teknik Penarikan Sampel ... 75
3.5.4. Ukuran Sampel ... 75
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Responden ... 77
4.1.1. Jenis Kelamin Responden ... 77
4.1.2. Usia Responden ... 78
4.1.3. Agama Responden ... 79
4.1.4. Bahasa sehari-hari Responden ... 79
4.1.5. Penghasilan Keluarga ... 80
4.1.6. Strategi Akulturasi Responden ... 81
4.1.7. Transmisi Budaya Responden ... 82
4.2. Hasil ... 83
4.2.1. Content ... 83
4.2.2. Structure ... 86
4.2.3. Hierarchy ... 87
4.3. Pembahasan ... 88
4.3.1. Content ... 88
4.3.2. Structure ... 92
4.3.3. Hierarchy ... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 104
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.2. Kisi-kisi Portrait Value Questionnaire (PVQ) ... 71
Tabel 3.3. Validitas alat ukur ... 73
Tabel 3.3. Reliabilitas alat ukur ... 74
Tabel 4.1. Jenis Kelamin Responden ... 77
Tabel 4.2. Usia Responden ... 78
Tabel 4.3. Agama Responden ... 79
Tabel 4.4. Bahasa sehari-hari Responden ... 79
Tabel 4.5. Penghasilan Keluarga ... 80
Tabel 4.6. Strategi Akulturasi Responden ... 81
Tabel 4.7. Transmisi Budaya (Enkulturasi)... 82
Tabel 4.8. Transmisi Budaya (Akulturasi) ... 83
Tabel 4.9. Korelasi antara Tipe Values ... 86
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kata Pengantar Kuisioner
Lampiran 2 Data Individu Lampiran 3 Data Penunjang
Lampiran 4 Potrait Value Questionnaire Lampiran 5 Data Skor Mentah Responden
Lampiran 6 Tabel Hirarki berdasarkan Jenis Kelamin Lampiran 7 Tabel Hirarki berdasarkan Agama
Lampiran 8 Tabel Hirarki berdasarkan Bahasa Sehari-hari Lampiran 9 Tabel Hirarki berdasarkan Penghasilan Keluarga Lampiran 10 Tabel Hirarki berdasarkan Strategi Akulturasi
Kata Pengantar
Sehubungan dengan Tugas Akhir (Skripsi) Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Maranatha berjudul ”Studi Deskriptif Mengenai
Schwartz’s Values pada Mahasiswa
dengan Latar Belakang Budaya Batak Karo di Universitas “X” Medan”, saya selaku
peneliti memohon kerjasama dan kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner berikut ini.
Data yang Anda berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian ini. Selain itu, data
yang Anda berikan juga akan digunakan semata-mata untuk kepentingan penelitian
ini dan akan dijamin kerahasiannya. Untuk itu Anda diharapkan untuk memberikan
jawaban yang jujur, yang sesuai dengan keadaan diri Anda.
Atas kerjasama dan partisipasinya saya ucapkan banyak terimakasih.
April 2007,
Hormat Saya,
DATA INDIVIDU
Silahkan isi atau beri tanda (X) dalam kotak sesuai dengan diri anda.
1. Jenis Kelamin
:
Laki-laki
Perempuan
2. Usia
: ...tahun
3. Agama
: ...
4. Bahasa sehari-hari
:
Bahasa Karo
Bahasa
Indonesia
Lain-lain, yaitu...
5. Penghasilan keluarga
:
Atas
Menengah ke atas
Menengah ke bawah
Bawah
DATA PENUNJANG
A.
Berilah tanda (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri anda dan keadaan orang tua anda menurut
anda.
NO
BUDAYA
Menurut saya, orang tua saya
menganggap
Bagi saya
Penting Cukup Penting
Kurang Penting
Tidak Penting
Penting Cukup Penting
Kurang Penting
Tidak Penting
1.
Persentabi sintua (menghormati orang Karo yang lebih
tua yang masih hidup)
2.
Ziarah (menghormati orang Karo yang sudah
meninggal).
3.
Nampati kalak karo (membantu orang yang berasal
dari suku Karo).
4.
Ertutur (cara memanggil orang Karo)
5.
Ndalenken adat Karo
(mengikuti, menerapkan,
melestarikan dan menanamkan tradisi/ kegiatan adat
Karo sejak kecil).
6.
Pulung (berkumpul dengan orang-orang Karo).
7.
Hukum Karma.
8.
Rakut sitelu (strata sosial)
9.
Menikah dengan orang yang berasal dari suku Karo.
10.
Sri pengidah (berbuat adil)
11.
Sisampat-sampaten (gotong royong).
12.
Kehamaten (kesopanan).
13.
Pulung muat si mehuli (menyelesaikan masalah dengan
musyawarah).
B.
Secara umum, budaya yang saya pegang sekarang (cara berpakaian, bahasa sehari-hari, makanan, minuman, cara
bertingkah laku, ritual serta budaya-budaya yang lainnya) merupakan hasil dari pengaruh:
A.
Budaya Karo dan budaya lain yang sama kuat pengaruhnya.
B.
Budaya Karo yang lebih kuat pengaruhnya daripada budaya lain.
C.
Budaya Lain yang lebih kuat pengaruhnya daripada budaya Karo.
D.
Budaya Karo dan budaya lain yang sama lemah pengaruhnya.
C.
Isilah tabel di bawah ini dengan memberi tanda checklist ( ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan penghayatan
anda.
Sejauhmana orang-orang disekitar anda mempengaruhi masuknya budaya Karo kedalam diri anda:
Orang-orang di sekitar anda
Mendalam CukupMendalam
Kurang
Mendalam
Tidak
Mendalam
Orang tua
Orang dewasa lain yang sebudaya
Orang dewasa lain yang berbeda budaya
Teman sebaya yang sebudaya
Dibawah ini digambarkan mengenai diri seseorang. Bacalah gambaran tersebut sebaik-baiknya. Lalu tentukan
sejauh mana gambaran itu mirip atau tidak mirip dengan anda. Berilah tanda (X) pada kotak yang anda pilih
No
Pernyataan
Sangat mirip saya Mirip sayaLebih kurang mirip saya Sedikit mirip saya Tidak mirip saya Sangat tidak mirip saya
1 Memikirkan ide ide baru dan menjadi kreatif sangat penting bagi dia. Dia menyukai mengerjakan sesuatu menurut caranya sendiri yang original.
2 Kekayaan merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia menginginkan memiliki banyak uang dan barang barang yang mahal.
3 Dia berpendapat bahwa penting setiap orang didunia ini diperlakukan secara sama. Dia ingin bersikap adil terhadap setiap orang, bahkan orang yang tidak dikenalnya sekalipun
4 Penting baginya untuk memperlihatkan kemampuannya. Dia ingin orang mengaguminya karena apa yang dikerjakannya.
5 Penting baginya untuk hidup dalam suatu lingkungan yang aman. Dia menghindari segala sesuatu yang dapat membahayakan keselamatannya.
6 Dia berpandangan bahwa mengerjakan berbagai hal yang berbeda dalam hidupnya itu sesuatu yang penting. Dia selalu berusaha mencari sesuatu yang baru untuk dilakukan
7
Dia percaya bahwa orang sebaiknya mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya. Dia berpandangan orang seyogyanya taat pada peraturan sepanjang waktu, meskipun tak ada yang mengawasinya.
8 Penting baginya untuk mendengarkan orang yang berbeda dengan dirinya. Meskipun dia tak setuju dengan mereka, dia tetap ingin mengerti mereka
9 Dia berpandangan, penting untuk tidak mengharapkan lebih dari apa yang dimiliki. Dia percaya bahwa orang seharusnya puas dengan apa yang dimilikinya
10 Dia mencari kesempatan yang memungkinkannya untuk bersenang-senang. Penting baginya untuk mengerjakan sesuatu yang memberinya kegembiraan.
11 Adalah penting baginya untuk memutuskan sendiri apa yang dilakukannya. Dia suka kebebasan untuk merencanakan dan memilih aktivitas aktivitas bagi dirinya sendiri.
12 Dia beranggapan penting baginya untuk menolong orang disekelilingnya. Dia ingin memperhatikan orang lain.
No
Pernyataan
Sangat mirip saya Mirip saya Lebih kurang mirip saya Sedikit mirip saya Tidak mirip saya Sangat tidak mirip saya13 Menjadi orang sukses adalah sesuatu yang penting baginya. Dia ingin tampil mengesankan dimata orang lain.
14 Penting baginya bahwa negaranya aman dari ancaman baik dari dalam maupun dari luar. Dia berpandangan bahwa keteraturan sosial seyogyanya diperhatikan dan dijaga. 15 Dia menyukai risiko. Dia selalu mencari tantangan.
16 Penting baginya untuk berperilaku sopan santun. Dia menghindarkan segala sesuatu yang akan dinilai salah oleh orang lain.
17 Penting baginya posisi yang memiliki kewenangan dan dapat memerintah orang lain. Dia ingin orang lain mengerjakan apa yang dikatakannya.
18 Penting baginya untuk loyal terhadap teman temannya. Dia mau mencurahkan perhatiannya kepada orang orang yang dekat dengannya.
19 Dia percaya bahwa orang harus menjaga alam. Menjaga lingkungan adalah sesuatu yang penting baginya.
20 Kepercayaan agama merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk mentaati apa yang diharuskan oleh agamanya.
21 Dia ingin segala sesuatu teratur dan rapi. Dia tidak menginginkan segalanya berantakan.
22 Dia berpandangan bahwa orang harus memiliki minat pada banyak hal. Dia memiliki rasa ingin tahu dan ingin mengerti banyak hal.
23 Dia percaya bahwa semua orang didunia harus hidup dalam keselarasan. Mempromosikan perdamaian kepada semua kelompok didunia penting baginya
24 Dia beranggapan penting baginya untuk berambisi. Dia ingin memperlihatkan kapabilitas dan kemampuannya.
25 Cara yang paling baik menurutnya dalam mengerjakan sesuatu adalah cara yang sesuai dengan tradisi. Penting baginya untuk mengikuti adat istiadat yang telah diperolehnya. 26 Menikmati hidup adalah sesuatu yang penting. Dia suka memanjakan dirinya.
27 Penting baginya untuk merespons kebutuhan orang lain. Dia berusaha membantu orang yang dikenalnya
28 Kepatuhan merupakan hal yang penting baginya. Dia percaya bahwa dia harus menghormati orang tuanya dan orang lain yang lebih tua
No
Pernyataan
Sangat mirip saya Mirip saya Lebih kurang mirip saya Sedikit mirip saya Tidak mirip saya Sangat tidak mirip saya30 Dia menyukai kejutan kejutan dalam hidupnya. Penting baginya untuk memiliki hidup yang menggairahkan dan menggembirakan.
31 Dia berusaha sekuat tenaga supaya tak jatuh sakit. Kesehatan adalah sesuatu yang penting baginya.
32 Kemajuan dalam hidup merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk lebih baik dari yang lain.
33 Memaafkan orang yang menyalahi dirinya merupakan sesuatu yang penting. Dia berusaha melihat sisi baik mereka dan tidak mendendam
34 Penting baginya untuk menjadi orang yang independent/tak bergantung pada orang lain. Dia lebih mengandalkan dirinya sendiri.
35 Stabilitas pemerintahan merupakan hal yang penting. Dia gelisah bila tatanan sosial terganggu, sehingga tatanan sosial harus dijaga.
36 Dia berpandangan penting untuk bersikap sopan pada orang lain. Dia berusaha untuk tidak mengganggu dan menjengkelkan orang lain
37 Dia benar benar ingin menikmati hidup. Memiliki waktu untuk bersenang senang merupakan sesuatu yang penting baginya.
38 Penting baginya untuk rendah hati dan sederhana. Dia tidak berusaha menarik perhatian orang kepada dirinya
39 Dia selalu menginginkan menjadi orang yang membuat keputusan. Dia suka menjadi seorang pemimpin
40
Hierarki berdasarkan Jenis Kelamin
value
Laki-laki
value
perempuan
Mean
Rank
Sd
Mean
rank
sd
co
4,85
1
0,68
Co
4,78
1
0,65
be
4,75
2
0,74
be
4,68
2
0,73
tr
4,74
3
0,74
se
4,62
3
0,67
sd
4,68
4
0,78
un
4,54
4
0,69
Se
4,60
5
0,78
Sd
4,51
5
0,76
tr
4,47
6
0,71
ac
4,46
6
0,77
Ac
4,45
7
0,96
Tr
4,40
7
0,71
St
4,36
8
0,90
He
4,26
8
1,06
he
4,01
9
1,10
St
4,02
9
0,79
po
3,85
10
1,10
Po
3,54
10
0,89
Hierarki berdasarkan Agama
rank val
Islam
val
Katolik
val
k.protestan
Mean
sd
Mean
sd
Mean
sd
1
co 4,5476 ,72292
co 4,9937 ,69219 co
4,8036
,63740
2
ac 4,5357 ,66279
un 4,8125 ,62600 be
4,7482
,71752
3
sd 4,4167 ,83790
be 4,8063 ,74138 un
4,6259
,74582
4
he 4,3490 ,74824
se 4,8000 ,72607 se
4,5900
,70897
5
un 4,3410 ,62022
sd 4,7687 ,77498 sd
4,5643
,75708
6
se 4,3905 ,76544
ac 4,6313 ,89153
tr
4,4321
,69417
7
be 4,2619 ,68226
tr
4,6187 ,75953 ac
4,3946
,87278
8
tr
4,0952 ,56167
st
4,4003 ,82045
st
4,1266
,87113
9
st
4,0152 ,83366
he 4,1170 ,94738 he
4,1216 1,15679
10
po 3,5867 ,96480
po 3,6500 ,95819 po
3,6953 1,02843
Hierarki berdasarkan Bahasa Sehari-hari
rank val
Karo
val
Indonesia
val
campuran
Mean
sd
Mean
sd
Mean
sd
1
co 4,8906 ,64426
co 4,7193 ,61538 Co 5,0106 ,76072
2
be 4,7578 ,68534
be 4,6639 ,75499
be 4,7926 ,70580
3
un 4,6194 ,61165
st 4,5984 ,78174
se 4,7830 ,84835
4
se 4,6125 ,67190
un 4,5861 ,72412
un 4,7651 ,76958
5
sd 4,4531 ,69976
se 4,5443 ,67800
tr
4,6915 ,78230
6
tr
4,4063 ,70353
ac 4,4570 ,83486
sd 4,6596 ,79643
7
ac 4,3906 ,75385
tr
4,3422 ,65492
ac 4,5000 ,99318
8
st 4,3650 ,80516
he 4,2732 1,04367 st
4,2485 ,90722
9
po 3,8747 1,08727 st 4,0877 ,85392
he 4,0783 1,19187
10
he 3,7509 ,96486
po 3,6365 1,01764 po 3,6387 ,91143
Hierarki berdasarkan Penghasilan Keluarga
rank
val
B
val
MA
val
mb
me
sd
Me
sd
Me
sd
1
un
5,4433 ,34429co
4,8349 ,64631co
4,7772 ,686862
sd
5,5000 ,66144be
4,7146 ,72493be
4,7038 ,740263
ac
5,5000 ,43301se
4,6283 ,67918un
4,6191 ,739904
st
5,4467 ,69256un
4,6225 ,69917se
4,5696 ,770295
po
5,3333 ,33501sd
4,6132 ,74573sd
4,5326 ,791636
se
5,2667 ,61101tr
4,4835 ,69116tr
4,3614 ,719977
co
5,2500 ,66144ac
4,4741 ,82443ac
4,4022 ,891018
tr
4,9167 ,62915st
4,2987 ,73928st
3,9789 ,938629
he
4,7800 1,16889he
4,2769 1,02503he
3,9712 1,1207310
be
4,6667 1,01036po
3,7168 1,05299po
3,5726 ,91169Hierarki berdasarkan Strategi Akulturasi
rank val
Integrasi
valSeparasi
valAsimilasi
valMarjinalisasi
mean sd Mean sd Mean Sd Mean sd
1 co 4,7882 ,61782 co 5,0112 ,66633 be 4,7500 ,81009 un 4,6383 ,75461
2 sd 4,6647 ,69710 se 4,8627 ,59616 co 4,6081 ,70843 be 4,5417 ,95247
3 be 4,6500 ,67832 be 4,7910 ,71456 se 4,5459 ,74034 co 4,5417 ,59193
4 un 4,5725 ,70079 un 4,7852 ,69470 un 4,4959 ,77198 sd 4,5417 ,85834
5 ac 4,5059 ,82914 tr 4,6604 ,67659 sd 4,4662 ,74340 se 4,3167 ,93986
6 se 4,4824 ,73114 sd 4,5709 ,86362 he 4,3962 1,10189 st 4,1675 ,89370
7 tr 4,4147 ,63802 ac 4,5037 ,78152 ac 4,3514 ,92507 ac 4,1667 1,24011
8 he 4,2044 1,02722 st 4,2445 ,89043 tr 4,2432 ,74649 tr 3,8958 ,78667
9 st 4,1805 ,79976 he 4,0052 1,08952 st 4,0089 ,94777 he 3,7217 1,22117
10 po 3,7612 1,07627 po 3,6418 ,98700 po 3,5668 ,85991 po 3,5825 1,05436
Tabel Responden berdasarkan Penghayatan Budaya Responden
(Tabel Orang Tua)
Penghayatan Budaya
Frekuensi Persentase (%)
Kurang Penting
1
0,49
Cukup Penting
19
9,55
Penting
181
90,06
TOTAL
201
100
(Tabel Anak)
Penghayatan Budaya
Frekuensi Persentase (%)
Kurang Penting
1
0,49
Cukup Penting
56
27,86
Penting
144
71,65
TOTAL
201
100
Correlations Structure
sd
st
he
ac
po
se
co
tr
be
un
sd
1,000
st
,423(**)
1,000
he
,247(**)
,185(**)
1,000
ac
,365(**)
,266(**)
,242(**)
1,000
po
,278(**)
,276(**)
,220(**)
,530(**)
1,000
se
,246(**)
,246(**)
,105
,313(**)
,102
1,000
co
,296(**)
,236(**)
-,046
,263(**)
,069
,454(**)
1,000
tr
,280(**)
,206(**)
,106
,192(**)
,018
,462(**) ,573(**)
1,000
be
,344(**)
,261(**)
,020
,229(**)
,011
,358(**) ,558(**) ,492(**)
1,000
un
,434(**)
,271(**)
,134
,261(**)
,098
,498(**) ,457(**) ,485(**) ,608(**) 1,000
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, orang Batak mendiami sebagian besar daerah pegunungan Sumatra Utara, mulai dari perbatasan Nanggroe Aceh Darussalam di utara sampai ke perbatasan dengan Riau dan Sumatra Barat di sebelah selatan. Selain itu, orang Batak juga mendiami tanah datar yang berada di antara daerah pegunungan dengan pantai Timur Sumatra Utara dan pantai Barat Sumatra Utara (Koentjaraningrat, 1985: 94).
2
Menurut mereka, justru hal itulah yang diwanti-wanti oleh nenek moyang mereka. Setiap orang tua akan berpesan kepada anaknya: “Bersaing kau!”, yang kemudian sangat dipatuhi oleh anaknya, sehingga persaingan telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari orang Batak, termasuk di antara mereka sendiri (www.incis.or.id).
Orang Batak selalu berusaha untuk menjaga tanah leluhurnya agar dapat mewariskan kepada anak cucunya kelak, sehingga mereka berusaha untuk tidak menjual tanah leluhurnya tersebut. Apabila ada pendatang dari luar, orang Batak mengusahakan agar pendatang tersebut menggarap tanah miliknya, bukan membeli ataupun menguasainya. Oleh karena itu, pada umumnya orang Batak tidak merasa tersaingi oleh para transmigran, karena mereka ahli dalam bertani dan menganggap orang-orang transmigran adalah orang-orang yang malas (www.incis.or.id).
Secara geografis, orang Batak dapat dibagi ke dalam lima suku, yaitu : (1) Batak Toba (Tapanuli): mendiami Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, menggunakan bahasa Batak Toba, (2) Batak Simalungun:
mendiami Kabupaten Simalungun, sebagian Deli Serdang, dan menggunakan bahasa Batak Simalungun, (3) Batak Pakpak: mendiami Kabupaten Dairi, dan Aceh Selatan, dan menggunakan bahasa Pakpak, (4) Batak Mandailing:
3
kelima suku Batak ini, suku Batak Karo bersikukuh tidak menyebut dirinya sebagai kelompok etnis Batak, tetapi cukup dengan orang Karo saja. Hal ini dikarenakan orang Karo tidak sepenuhnya berasal dari etnis Batak, melainkan campuran dari pendatang yang kemudian bergabung dengan orang Karo, antara lain marga Colia, Pelawi, Brahmana. (Prof Dr. Henry G Tarigan, UPI Medan. www.incis.or.id). Terdapat lima marga di Tanah Karo yang dikenal dengan MERGA SILIMA (5 Marga) yaitu: marga Karo-Karo, Ginting, Sembiring, Perangin-angin, dan Tarigan.
Budaya Karo dapat bertahan karena terus diturunkan oleh orang tua, paman, bibi, dan orang dewasa lainnya kepada anak/keturunannya yang juga berasal dari budaya Karo. Ketika anak-anak Karo masih kecil, mereka sering dibawa untuk mengikuti kegiatan-kegiatan adat terutama pesta pernikahan. Hal ini dilakukan agar dalam diri anak-anak Karo tertanam nilai-nilai moral budaya karo sehingga dapat terus mewarisi nilai-nilai budaya Karo. Walaupun anak-anak tersebut belum dapat memahami makna yang tersirat dalam setiap bentuk kegiatan budaya Karo, namun semakin dewasa pemahaman dan kemampuan berpikirnya tentang budaya Karo akan semakin terinternalisasi dalam dirinya.
4
dan juga dengan perempuan dari saudara perempuan ayahnya. Laki-laki Karo dapat menikah dengan perempuan Karo yang bukan rimpal mereka, asalkan memiliki hubungan kekerabatan yang jauh. Pada perempuan Karo, mereka lebih dibiasakan untuk ‘menunggu’ lamaran dari laki-laki, sehingga jika mereka ‘mengejar’ laki-laki maka dianggap tidak mempunyai harga diri. Jika perempuan tersebut belum juga mendapatkan pasangan hidupnya, maka orang tua dari perempuan tersebut yang akan mencarikan jodoh untuknya. Adat ini terus dijalankan untuk menghormati tradisi-tradisi yang sudah ada sejak dulu, juga agar pasangan yang menikah diberi keselamatan dan kebahagiaan (Koentjaraningrat, 1985: 102).
5
Kebudayaan Karo tidak terlepas dari nilai yang dianut oleh masyarakat Karo. Nilai-nilai penting yang mendasari individu untuk bertingkahlaku ini sering disebut sebagai values (Schwartz, 2001). Values sendiri terbentuk melalui proses transmisi yang mekanismenya sama seperti proses terbentuknya belief, yaitu keyakinan apakah sesuatu itu benar/salah, baik/buruk, atau dikehendaki/tidak dikehendaki. Dalam proses transmisi terdapat tiga komponen utama, yaitu cognitive, affective dan behavior (International Encyclopedia of The Social Science, 1998).
Schwartz mendefinisikan nilai (values) sebagai suatu keyakinan dalam mengarahkan tingkah laku sesuai dengan keinginan dan situasi yang ada. Menurut Schwartz, terdapat sepuluh tipe values yaitu tradition value, hedonism value, benevolence value, conformity value, universalism value, stimulation value, self-directive value, achievement value, power value, dan security value (Zanna: 5).
6
Remaja Karo dewasa ini tidak ada yang secara jelas mengetahui tentang adat-istiadat yang ada di Batak Karo. Umumnya remaja tersebut hanya mengetahui nama kegiatan adat dan hanya sedikit saja yang mengetahui maksud dari kegiatan tersebut, serta cara menjalankan kegiatan adat tersebut. Remaja Karo akan lebih mengetahui dan mengerti tentang adat Karo setelah mereka menikah. Hal ini dikarenakan, setelah mereka menikah, mereka akan sering mengikuti kegiatan-kegiatan adat Karo, sehingga dengan sendirinya mereka akan belajar mengenai kegiatan adat dan peraturan-peraturan adat (wawancara dengan salah satu tokoh adat Karo di Medan, yaitu Manase Sembiring).
7
sepermainan yang berasal dari suku lain. Semua Schwartz’s values terdapat di masyarakat Karo, tetapi berbeda derajatnya, sehingga peneliti ingin melihat derajat Schwartz’s values budaya Karo pada mahasiswa Karo yang sudah berbaur dengan berbagai jenis suku lainnya di Universitas “X” Medan.
1. 2. Identifikasi Masalah
Bagaimana gambaran Schwartz’s values pada mahasiswa yang berusia 18-22 tahun dengan latar belakang budaya Batak Karo di Universitas “X” Medan.
1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. 3. 1. Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini ialah untuk memperoleh gambaran mengenai Schwartz’s values pada mahasiswa yang berusia 18-22 tahun dengan latar belakang budaya Batak Karo di Universitas “X” Medan.
1. 3. 2. Tujuan Penelitian
8
1. 4. Kegunaan Penelitian
1. 4. 1. Kegunaan Ilmiah
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi ilmu Psikologi sosial dan Psikologi lintas budaya, khususnya mengenai values pada mahasiswa yang berusia 18-22 tahun dengan latar belakang budaya Batak Karo di Universitas “X” Medan.
2. Penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Schwartz’s values.
I. 4. 2. Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi kepada masyarakat, terutama masyarakat Batak Karo mengenai gambaran Schwartz’s values yang ada pada mahasiswa yang berusia 18-22 tahun dengan latar belakang budaya Batak Karo di Universitas “X” Medan sehingga masyarakat Karo dapat lebih mengajarkan values yang dirasa penting kepada remaja Karo.
9
1. 5. Kerangka Pikir
Dalam kehidupannya, manusia tidak pernah lepas dari kebudayaan, baik itu membawa ataupun menerima suatu kebudayaan tertentu. Kebudayaan ini tergantung dari kebiasaan di tempat mereka tinggal. Mereka membentuk suatu kelompok dan menjalankan kebiasaan-kebiasaan melalui proses belajar yang ada pada kelompok tersebut, dan tak jarang kelompok tersebut mendapat pengaruh dari kelompok-kelompok lain yang berada disekitarnya. Kebiasaan-kebiasaan ini akan terus dilaksanakan secara turun-temurun melalui proses belajar oleh anak dan cucu mereka, lama-kelamaan kebiasaan tersebut bersifat menetap sehingga hal itu akan membentuk ciri khas pada kelompok tersebut, atau yang biasa disebut dengan kebudayaan.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik individu dengan belajar (Koentjaraningrat, 1985: 94). Kebudayaan yang terbentuk di suatu daerah dapat berbeda dengan kebudayaan yang ada di daerah lain, karena proses terbentuknya suatu kebudayaan dipengaruhi oleh faktor iklim, letak geografis, masyarakat, dan keadaan alam.
10
bersifat simbolis saja. Tujuan cabur bulung adalah untuk menghindarkan malapetaka bagi salah satu pihak, yang diketahui dari suratan tangan, mimpi, atau karena seorang diantaranya sering sakit. Dalam perkawinan Batak Karo, ada juga istilah gancih abu (ganti tikar), yaitu bila seorang perempuan menikah dengan seorang laki-laki menggantikan kedudukan saudaranya yang telah meninggal sebagai istri. Hal ini bertujuan untuk meneruskan hubungan kekeluargaan, melindungi kepentingan anak yang telah dilahirkan pada perkawinan pertama, dan untuk menjaga keutuhan harta dari perkawinan pertama. Biasanya sebelum dilangsungkan pesta perkawinan, masing-masing calon pengantin melihat dahulu apakah mereka mendahului kakak/abangnya untuk berkeluarga. Jika mereka mendahului, maka harus diadakan upacara khusus yang disebut nabei (membayar utang) kepada kakak yang dilangkahinya (nuranjang), yang bertujuan agar perasaan dan tendi (jiwa) kakak/abang yang dilangkahi tidak terganggu sehingga tidak terjadi malapetaka (Prinst, 2004: 78).
11
Masyarakat Karo adalah masyarakat tani. Oleh karena itu, mereka sangat jujur termasuk terhadap alam. Kejujuran ini diketahui dari ungkapan adat mbuah page nisuan, merih manuk niasuh (berlimpah hasil pertanian dan berkembang biak ayam yang diternakkan), artinya jika kita ingin mendapatkan sesuatu maka kita harus berusaha mendapatkannya, suatu hasil tidak akan datang cuma-cuma tanpa ada usaha (Prinst, 2004: 70).
12
Pada masyarakat Karo sering didengar ucapan “la tengka nggelar-gelari, turah pagi jaung ibas igung” yang berarti “dilarang menyebut-nyebut nama (orang), karena dapat menyebabkan jagung tumbuh di hidung”. Ucapan tersebut dipergunakan oleh orang tua supaya anak belajar untuk menghormati dan menghargai orang lain, terutama yang lebih tua. Ungkapan ini disampaikan untuk menakut-nakuti anak-anak. Untuk memanggil orang lain, orang Karo menggunakan sebutan bapak, mamak/nande, kakak, abang, agi, kila, bibi, mama, mami, silih, eda, permain, bebere, dan sebagainya menurut aturan kekerabatan tertentu. Orang yang suka menggelar-gelari (memanggil nama orang lain dengan sesuka hati) dikatakan sebagai orang yang tidak tahu adat, orang yang dibenci masyarakat (Henry Guntur Tarigan, 1990).
Hubungan kekerabatan dalam masyarakat Karo diketahui melalui ertutur. Jika orang Karo bertemu dengan orang Karo lainnya biasanya akan segera bertutur. Dalam bertutur mereka akan saling menanyakan merga atau beru, bebere, soler, kampah, binuang dan kempunya, namun sekarang yang umum ditanyakan hanyalah merga atau beru dan beberenya saja. Hal selanjutnya yang ditanyakan adalah tempat tinggal, asal orang tua, dan beberapa hal lain yang dianggap penting. Hal ini dilakukan untuk menjalin relasi yang erat dengan sesama (E.P Gintings, 1995).
13
tidak sopan), (5) Sumbang Perdalan (cara berjalan yang tidak baik), (6) Sumbang Pendahin (pekerjaan yang dibenci orang), (7) Sumbang Perukuren (cara berpikir yang jelek), (8) Sumbang Peridi (cara mandi yang dilarang oleh adat istiadat), (9) Sumbang Perpedem (cara tidur yang tidak baik) (www.sibayak.org). Sumbang si Siwah merupakan landasan bagi sistem kekerabatan dan dalam bertingkah laku, karena segala tingkah laku masyarakat Karo harus berdasarkan adat-istiadat yang berlaku, dan Sumbang si Siwah merupakan salah satu pedoman dalam bertingkah laku.
14
ditawarkan daliken si telu akan bervariasi, tergantung kepada masalah yang muncul (www.library.usu.ac.id).
Adat istiadat lain yang terdapat dalam Batak Karo ialah njujungi beras piher, yaitu suatu upacara yang dilakukan kepada seseorang sebagai ucapan syukur dan selamat, karena telah berhasil dalam menjalankan tugas tertentu, luput dari mara bahaya, sembuh dari penyakit, menerima seseorang dari tempat jauh, atau menerima tamu terhormat. Adat lainnya adalah mesur-mesuri, yaitu upacara tujuh bulanan bagi seorang perempuan yang sedang hamil. Ini bertujuan untuk mempersiapkan ibu untuk melahirkan anak agar ibu dapat melahirkan dengan selamat (Prinst, 2004: 275). Kebudayaan-kebudayaan ini berisi nilai-nilai atau values yang dianut oleh masyarakat Karo.
15
dalam bentuk tingkah laku, seperti bertingkah laku sesuai dengan values yang menonjol pada orang tersebut.
Values merupakan suatu keyakinan dalam mengarahkan tingkah laku sesuai dengan keinginan dan situasi yang ada (Schwartz, 2001). Menurut Schwartz, terdapat sepuluh tipe values, yaitu self-directive value, stimulation value, security value, conformity value, tradition value, benevolence value, universalism value, achievement value, power value, hedonism value (Schwartz dan Bilsky, 1987 dalam Zanna: 3).
Self-directive value, yaitu sejauh mana keyakinan individu mengutamakan pemikiran dan tindakan yang bebas dalam memilih, menciptakan, atau menyelidiki; merujuk pada kebebasan, memilih tujuan sendiri, dan berkeinginan keras. Stimulation value, yaitu sejauh mana keyakinan individu mengutamakan ketertarikan atau kesukaan terhadap sesuatu yang baru atau tantangan dalam hidup; merujuk pada kehidupan yang berwarna (ada perubahan-perubahan dalam hidup), dan kehidupan yang penuh kegembiraan.
16
sejauh mana keyakinan individu mengutamakan pengendalian diri dari tindakan yang dapat membahayakan orang lain atau ekspektasi sosial; biasanya ditunjukkan dengan perilaku disiplin diri, patuh, sopan, menghargai orang yang lebih tua. Hal ini biasanya ditunjukkan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua maka tidak boleh membantah dan menatap mata orang yang lebih tua tersebut, dan juga tidak boleh memanggil nama orang lain sembarangan.
Tradition Value, yaitu sejauh mana individu mengutamakan perilaku yang mengarah pada rasa hormat dan penerimaan bahwa budaya atau agama mempengaruhi individu; menunjuk pada sikap yang hangat, respek pada budaya, kesalehan, dan bisa menempatkan diri dalam bermasyarakat. Pada masyarakat Karo, dapat dilihat dari adat gancih abu, njujungi beras piher, dan Sumbang si Siwah. Benevolence Value, yaitu sejauh mana keyakinan individu mengutamakan perilaku untuk memperhatikan atau meningkatan kesejahteraan orang-orang terdekat; ditunjukkan dengan perilaku menolong, memaafkan, loyal, jujur, bertanggungjawab, dan setia kawan. Hal ini dapat dilihat dari adat gancih abu, mangkok lawes mangkok reh, dan ertutur.
17
Power Value, yaitu sejauh mana keyakinan individu mengutamakan perilaku yang mengarah pada pencapaian status sosial atau dominasi atas orang-orang atau sumber daya; value ini menunjuk pada social power, kekayaan, otoritas, pengakuan oleh orang banyak. Pada masyarakat Karo nilai ini dapat dilihat dari ertutur dan pepatah “mehamat erkalimbubu, metenget ersembuyak/ersenina, janah metami man anak beru” Hedonism Value, yaitu sejauh mana keyakinan individu mengutamakan kesenangan atau sensasi yang memuaskan indera; merujuk kepada kesenangan dan menikmati hidup.
Values yang terdapat pada tiap-tiap orang Karo terbentuk melalui berbagai aspek transmisi (pemindahan) values, yaitu transmisi vertikal, oblique, dan horizontal (Cavali-Sforza dan Feldman, 1999 dalam Berry: 32). Transmisi vertikal dapat berupa transmisi enkulturasi dan sosialisasi khusus dalam kehidupan sehari-hari dengan orang tua, seperti pola asuh. Orang tua mewariskan nilai, keterampilan, motif budaya, keyakinan , dan sebagainya kepada anak-cucu.
18
resosialisasi khusus yaitu interaksi dengan orang lain yang berasal dari luar budaya Karo, misalnya dari saudara atau dosen yang bukan berasal dari suku Karo.
Transmisi horizontal adalah pemindahan value yang terjadi melalui enkulturasi dan sosialisasi dengan teman sebaya, misalnya dari teman kuliah yang berasal dari suku Karo juga (Berry, 1999: 33). Transmisi horizontal bisa juga terbentuk melalui proses akulturasi dan resosialisasi khusus, yaitu interaksi dengan orang lain yang berasal dari luar budaya Karo. Hal ini dapat terjadi melalui interaksi mahasiswa Karo dengan mahasiswa lain yang berasal dari suku lain, terutama teman satu fakultas.
19
mahasiswa lain yang berasal dari suku yang berbeda. Integrasi adalah adanya minat terhadap keduanya, baik memelihara budaya asal maupun melaksanakan interaksi dengan orang lain, misalkan mahasiswa Karo yang tetap mempertahankan nilai-nilai budaya Karo dan juga tetap berinteraksi dengan mahasiswa yang berasal dari suku yang berbeda, serta tetap menghormati budaya yang berbeda. Marjinalisasi adalah minat yang kecil untuk pelestarian budaya dan sedikit minat melakukan hubungan dengan orang lain karena alasan pengucilan atau diskriminasi, sehingga ia akan menjadi individu yang takut untuk bergaul dan lebih memilih untuk sendiri (Berry, 1999: 542).
Pembentukan values pada mahasiswa tidak terlepas dari faktor-faktor internal mahasiswa itu sendiri. Faktor internal tersebut adalah pendidikan, jenis kelamin, dan agama. Pendidikan turut mempengaruhi values mahasiswa, menurut penelitian yang dilakukan Kohn & Schooler, 1983; Prince-Gibson & Schwartz, 1998, pendidikan berkorelasi positif dengan self-direction value dan stimulation value, dan mempunyai korelasi negatif dengan comformity value dan traditional value (Berry,1999: 533). Penelitian yang dilakukan oleh Roccos & Schwartz, 1997; Schwartz & Husmans, 1995, menyebutkan bahwa agama turut berperan dalam pembentukan values, semakin besar komitmen pada agama maka semakin diprioritaskan traditional value (Berry, 1999: 534).
20
mengarah pada benevolence value, dan security value. Individu dalam usia muda akan lebih menunjukkan value keterbukaan dibandingkan dengan individu yang usianya lebih tua (Feather, 1975; Rokeach, 1973 dalam Schwartz, 2001: 533), sehingga integrasi baru terjadi dari pikiran pada masa dewasa awal.
Masa remaja adalah masa berkembangnya autonomy value dalam diri setiap remaja. Autonomy value mengembangkan cara pandang remaja terhadap moral, agama, dan politik menjadi lebih abstrak terutama pada masa remaja akhir. Pada masa remaja akhir, individu-individu akan bertingkah laku sesuai dengan keyakinan (belief system) yang mencerminkan values yang sesuai dengan diri mereka, bukan bertingkah laku sesuai dengan values yang telah diajarkan oleh orang tua mereka (Steinberg, 2002: 314).
21
dengan cara menerima dan mengembangkan identitas budaya yang terdapat dalam dirinya, maupun dengan menerima segala karakteristik dari berbagai kelompok budaya dan berhubungan dan berpartisipasi dengan seluruh kelompok budaya dalam lingkungan masayarakat yang luas (Berry, 1992: 375). Dengan beraneka ragamnya suku yang ada di Universitas “X” Medan, maka mahasiswa Karo selalu berhubungan dan berinteraksi dengan mahasiswa-mahasiswa lain yang berasal dari budaya yang berbeda sehingga secara disadari atau pun tidak disadari, values yang berasal dari budaya yang berbeda dapat mempengaruhi values yang terdapat dalam diri mahasiswa Karo.
Untuk menjelaskan kerangka pemikiran diatas maka dibuatlah bagan kerangka pikir sebagai berikut :
22
Faktor Internal
• Usia
• Jenis Kelamin • Agama • Pendidikan
Mahasiswa dengan Latar Belakang Budaya
Batak Karo di Universitas “X”
Medan
Oblique Transmission
Dari orang dewasa lain: 1. Enkulturasi umum 2. Sosialisasi
Oblique Transmission
Dari orang dewasa lain: 1. Akulturasi umum 2. Resosialisasi khusus
Horizontal Transmission
1. Akulturasi umum dari teman sebaya
2. Resosialisasi dari teman sebaya
Horizontal Transmission
1. Enkulturasi umum dari teman sebaya
2. Sosialisasi khusus
Schwartz’s values
• Self directive value • Stimulation value • Hedonism value • Achievment value • Power value • Security value • Conformity value • Traditional value • Benevolence value
• Universalism value Budaya Sendiri
Budaya Lain
Vertical Transmission
1. Enkulturasi umum (Pewarisan nilai) 2. Sosialisasi khusus
23
I. 6 Asumsi
1. Sumber pembentukan values pada mahasiswa yang berusia 18-22 tahun dengan latar belakang budaya Karo di Universitas “X” Medan dapat dibagi dua, yaitu internal (usia, jenis kelamin, agama, pendidikan) dan eksternal (orang tua, teman sebaya, dosen, senior).
104
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data
mengenai Schwartz’s values terhadap 201 mahasiswa Batak Karo di Universitas “X”
Medan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1.
Dalam
content Schwartz’s value telah teridentifikasi sepuluh first order type
value yaitu,
conformity, benevolence, universalism, security,
self-direction,
achievement, traditional, stimulation, hedonism,dan
power value sesuai
dengan skema
value system yang dibuat oleh Schwartz, walaupun terdapat
pula item-item single value yang muncul di region value lain.
2.
Structure value menunjukkan empat
second order value type yaitu
openness
to change,
conservation,
self-transcendence, dan
self-enhancement,
serta
menggambarkan korelasi antar
second order value type
yang
compatibility,
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Schwartz. Ada
value yang
menurut Schwartz
conflict
tetapi pada kenyataannya tidak
conflict, hal ini
berkaitan dengan nilai-nilai Karo yang lebih mengutamakan keseimbangan
antar kepentingan.
3.
Hierarchy value pada mahasiswa Batak Karo di Universitas “X” Medan yang
105
universalism, security,
self-direction, achievement, traditional, stimulation,
hedonism,dan power value.
4.
Jenis kelamin berkaitan dengan perkembangan dari beberapa
value pada
mahasiswa, yaitu:
♦
Traditional, self-direction, stimulation,
dan
power value pada mahasiswa
lebih penting dibanding mahasiswi, karena sesuai dengan nilai-nilai Karo
bahwa mahasiswa menjadi penerus tradisi dan adat istiadat Karo sehingga
mereka harus menjadi orang yang bisa melestarikan budaya Karo dan
menjadi pemimpin dalam acara adat maupun keluarganya.
♦
Security value pada mahasiswi lebih penting dibanding mahasiswa,
karena mahasiswi biasanya memiliki hubungan yang lebih dekat dengan
keluarganya sehingga saat berjauhan dengan keluarganya tersebut, mereka
merasa security value lebih penting.
5.
Usia berkaitan dengan perkembangan
universalism value pada mahasiswa
Batak Karo di Universitas “X” Medan, karena semakin tinggi usia maka
semakin sering berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda suku dan
budaya sehingga menganggap semua orang itu sama.
5.2.
Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya
106
1.
Penelitian Lanjutan
♦
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih
mendalam mengenai value dengan membedakan antar agama, jenis kelamin
ataupun tahap perkembangan.
♦
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada sampel yang berbeda, misalnya
pada mahasiswa dengan latar belakang budaya yang berbeda, misalnya
Betawi, Padang, Manado, Aceh.
2.
Guna Laksana
♦
Bagi perkumpulan mahasiswa Karo (IMKA) di Universitas “X” Medan
sehingga mengetahui gambaran mengenai value dari mahasiswa Karo, dan
perkumpulan tersebut dapat memperbanyak kegiatan yang berkaitan dengan
Budaya Karo, seperti diskusi tentang budaya Karo sehingga dapat
melestarikan nilai-nilai Karo yang relevan dengan perkembangan zaman
agar mahasiswa Batak Karo di Universitas “X” Medan mampu menyesuaian
diri dengan tuntutan di kota Medan.
♦
Memberikan informasi bagi para orangtua mahasiswa Batak Karo di
Universitas “X” Medan agar memahami value yang dimiliki putra-putrinya
dan lebih mengajarkan budaya Karo yang relevan dengan perkembangan
zaman secara mendalam sehingga mahasiswa tidak hanya mengetahui
DAFTAR PUSTAKA
Berry, J. W., Poortinga. Y, H., Segall, M. H., Dasen, P. R. 1992.
Cross-cultural
Psychology.
New York: Cambridge University Press.
Berry, J. W., Poortinga. Y, H., Segall, M. H., Dasen, P. R. 1999.
Psikologi Lintas
Budaya: Riset dan Aplikasi
. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ginting, E. P. 1995.
Adat istiadat Karo: Kinata berita si meriah i bas masyarakat
Karo.
Kabanjahe: GBKP Abdi Karya.
Gulo, W. 2004.
Metodologi Penelitian.
Jakarta: PT. Grasindo.
Graciano, Anthony M., Michael L. Raulin. 2000.
Research Methods: a process of
inquirí, fourth edition.
Needham Heights: Allyn & Bacon.
Koentjaraningrat, Prof., Dr. 1985.
Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.
Jakarta:
Djembatan.
Prinst, Darwin, S. H., 2004.
Adat Karo
. Medan: Bina Perintis Media.
Schwartz, S. H. 2001. Value hierarchies across culture taking a similar perspective.
Journal of cross-cultural psychology
Vol. 32. no. 32. May 2001, 268-290.
Schwartz, Shalom H. 1990.
Universal in the Content and Strusture of values:
Theoretical Advances and Empirical Test in 20 Countries.
In Zanna. M.P.Ed.
Advance in experimental social psychology Vol.25, 1-65. Oralando, FL :
Academic Press.
Schwartz, Shalom H., M., Owens, V., & Burgess, S. 2001.
Extending The Cross-
Cultural validity of The Theory of basic Human Value with A Different
Method of Measurament
. Journal of Cross Cultural Psychology. Vol 32. No.5.
September 2001.
Sitepu, Sempa. 1993.
Sejarah pijer podi adat nggeluh suku Karo Indonesia.
Medan:
Forum Komunikasi Masyarakat Karo (FKMK) SU.
DAFTAR RUJUKAN
Hapsari, M. 2005. Studi deskriptif mengenai
value
Schwartz
pada siswa kelas III
SMA Kristen “X” Bandung. Universitas Kristen Maranatha.
International Encyclopedia of The Social Science, Vol 1 & 2, pp 450-452, 1998.
International Encyclopedia of The Social Science, Vol 15-17, pp 283-291, 1998.
Krista. 2007. Studi Deskriptif mengenai
value
Schwartz
pada masyarakat desa “X“
dengan latar belakang budaya Karo di Kabupaten Karo. Universitas Kristen
Maranatha.
Manase Sembiring
(Personal Communication).
Terkelin Tarigan
(Personal Communication).
Sariarum, W. 2005. Studi deskriptif mengenai
value
pada siswa SMA Katolik “X” di
Bandung. Universitas Kristen Maranatha.
www.incis.or.id
www.library.usu.ac.id
www.sibayak.org
www.wisatanet.com