SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT RATIO DAN NON PERFORMING
LOAN TERHADAP VOLUME KREDIT PADA BANK YANG TERDAPAT
DI BEI
OLEH
DIDCE IMELDA CRISTINA L.T 110522137
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Kasih dan Anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “ Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio dan Non Performing Loan Terhadap Volume Kredit Pada Bank yang Terdapat Di BEI”. Adapun skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S-1 Akuntansi
Universitas Sumatera Utara.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan doa dari
semua pihak baik secara moril maupun materil khususnya kepada kedua orangtua
penulis H. Lumban Tobing dan R. br.Panggabean. Dengan segala kerendahan hati,
maka penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.,Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatea
Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program
4. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM, Ak selaku Pembimbing penulis yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi petunjuk
dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Pembaca yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbig penulis higga penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan.
6. Buat saudara-saudara penulis Antoni, Veronica, Fenny, Resi Naomi dan
sahabat terbaik penulis yaitu Veronika, Mahessa, Gadis, Donny dan Samuel
yang selalu memberi dukungan selama ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat pihak-pihak lainnya sebagai tambahan
pengetahuan dan dapat menjadi salah satu referensi dalam penyusunan skripsi
berikutnya.
Medan, November 2013 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
2.1.6 Non Performing Loan (NPL)... 29
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 30
2.3 Kerangka Konseptual... 35
2.4 Pengembangan Hipotesis ... 36
2.4.1 Pengaruh DPK terhadap Volume Kredit Perbankan 36 2.4.2 Pengaruh LDR terhadap Volume Kredit Perbankan 37 2.4.3 Pengaruh CAR terhadap Volume Kredit Perbankan 38 2.4.4 Pengaruh NPL terhadap Volume Kredit Perbankan 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 40
3.2 Jenis dan Sumber Data... ... 40
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 41
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... ... 43
3.5 Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian... 44
3.6.1 Analisis Regresi Berganda... ... 45
3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 46
3.6.2.1 Uji Normalitas ... 46
3.6.2.2 Uji Multikolinieritas ... 48
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas... 48
3.6.2.4 Uji Autokorelasi ... 49
3.6.3 Pengujian Hipotesis.... ... 50
3.6.3.1 Uji Kesesuaian Model.... ... 50
3.6.3.2 Uji Signifikansi Parameter Individual.... 51
3.6.3.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 52
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 54
4.2 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ... 55
4.3 Uji Asumsi Klasik ... 58
4.3.1 Uji Normalitas ... 58
4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 63
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 65
4.3.4 Uji Autokorelasi ... 66
4.4 Analisis Regresi Berganda ... 67
4.5 Pengujian Hipotesis... 69
4.5.1 Uji Kesesuaian Model ... 69
4.5.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ... 70
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 36
Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 62
Gambar 4.2 Grafik Norl P Plot ... 63
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 33
Tabel 3.1 Data Populasi dan Sampel ... 42
Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian Bank Persero Pemerintah ... 55
Tabel 4.2 Uji Kolomogrov-Smirnov ... 59
Tabel 4.3 Uji Kolomogrov-Smirnov ... 60
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ... 64
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi ... 66
Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi ... 67
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Model ... 70
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Uji T... 71
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT RATIO DAN NON PERFORMING
LOAN TERHADAP VOLUME KREDIT PADA BANK YANG TERDAPAT DI BEI
Perbankan merupakan bagian yang sangat penting dalam perekonomian, salah satunya sebagai lembaga intermediasi yang tugasnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan
(NPL) terhadap besarnya volume kredit pada Bank Persero di Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL) sedangkan Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Volume kredit.
Penelitian ini menggunakan Bank Persero di Indonesia sebagai obyek penelitian, dengan periode penelitian dari tahun 2003-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Bank Persero periode 2003-2012. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan tingkat signifikansi 5%, sementara uji hipotesis menggunakan uji - t untuk menguji pengaruh variabel secara parsial. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi tidak ditemukan variabel yang menyimpang dari asumsi klasik. Hal ini menunjukkan data yang tersedia telah memenuhi syarat menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel DPK signifikan positif terhadap penyaluran kredit sedangkan CAR, LDR dan NPL tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap volume kredit. Kemampuan prediksi dari keempat variabel tersebut terhadap penyaluran Kredit adalah 72,7% sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted R2, sedangkan sisanya 27,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model penelitian.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE INFLUENCE THIRD PARTY FUNDS, CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT RATIO AND
NON PERFORMING LOAN THE VOLUME OF CREDIT CONTAINED IN IDX
Banking is a very important part in the economy, one of whose duties as an intermediary institution to collect and distribute funds from the community back in the form of credit. The purpose of this research was to determine the extent to which the relationship of Third Party Funds (TPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposite Ratio (LDR) and Non-Performing Loans (NPL) to the amount of credit at Bank Limited in Indonesia. Independent variables used in this study is the Third Party Funds (TPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), and Non-Performing Loans (NPL) while the dependent variable used in this study is credit volume.
This study uses Bank Limited in Indonesia as an object of research, the study period from 2003-2012. The data used in this study were obtained from Bank Limited Financial Report 2003-2012 period. Methods of data analysis used were multiple linear regression with a significance level of 5%, while the hypothesis test using the T-Test to test the effect of partial variables. It also tested the classical assumptions that included tests of normality, multicollinearity test, test of heteroscedasticity and autocorrelation test.
From the analysis showed that during the observation period of the study indicate that the data are normally distributed. Based on the test for normality, multicollinearity test, test heteroscedasticity and autocorrelation test found no variables that deviate from the classical assumptions. This shows the available data has been qualified using multiple linear regression equation model. These results indicate that the partial positive significant variable deposits to loans, while the CAR, LDR and NPL showed no significant effect on credit volume. Predictive ability of these three variables on the distribution of credit is 72,7% as indicated by the magnitude of adjusted R 2, while the remaining 27,3% influenced by other factors not included in the model penelititan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Lembaga-lembaga keuangan berfungsi sebagai lembaga yang
mempercepat penyaluran dana-dana dari Surplus Spending Unit (SSU) ke
Deficit Spending Unit (DSU). Fungsi ini dikenal sebagai perantara finansial (financial intermediation) dan selain itu fungsi lembaga keuangan sebagai
agent of development. Fungsi lembaga keuangan ditinjau sebagai dari sisi penyediaan jasa-jasa finansial, kedudukan dalam sistem perbankan, sistem
finansial dan sistem moneter.
Menurut Encylopedia of Economic yang dimaksud dengan sistem perbankan (banking system) adalah kerangka yang terintegrasi dari unit-unit bank umum (commercial bank) yang diberi kuasa atau memiliki kewenangan dalam mengeluarkan uang giral (penciptaan uang) dan (deposito), kemudian
menyelenggarakan kegiatan jasa-jasa perbankan baik dalam negeri maupun
luar negeri.
Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara
keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran.
usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga seharusnya tingkat
kesehatan bank perlu dipelihara. Praktek perbankan sudah ada sejak jaman
Babylonia, Yunani dan Romawi dimana praktek perbankan ini sangat
membantu dalam lalu lintas perdagangan. Pada jaman Babylonia (kurang
lebih tahun 2000 sebelum masehi) praktek perbankan didominasi dengan
transaksi pinjaman emas dan perak dalam kalangan pedagang yang
membutuhkan dengan biaya tertentu yang disebut Temples of Babylon. Era perbankan Modern dimulai pada abad ke-16 di Inggris, Belanda, dan Belgia.
Pada saat itu para tukang emas bersedia menerima uang logam (emas dan
perak untuk disimpan) yang disebut dengan Goldsmith’s Note yang digunakan sebagai alat pembayaran. Pada awal era perbankan modern, pengaturan kredit dipilah menjadi 3 yaitu pinjaman penjualan, wesel dan pinjaman laut.
Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
tanggal 10 November 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dana atau uang yang dihimpun
dalam bentuk simpanan disalurkan dalam bentuk kredit dan dalam usaha bank
juga memberikan jasa keuangan lainnya. Menurut R.G. Hawtrey dalam
memperoleh alat penukar berdasarkan kredit yang disalurkan oleh suatu badan
usaha perantara yang memperdagangkan utang dan piutang.
Dengan demikian bank merupakan suatu badan usaha yang bertujuan
memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalulintas pembayaran dan peredaran
uang. Pemberian kredit dilakukan dengan modal sendiri atau dengan dana
pihak ketiga yang disimpan dibank maupun dengan mengedarkan alat-alat
pembayaran baru berupa uang giral.
Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya dibank
dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu sesuai kebutuhan dan disebut sebagai dana pihak ketiga. Sementara
masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana dapat mengajukan
pinjaman atau kredit pada bank. (Fransisca dan Siregar, 2009). Berdasarkan
Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No.7/1992
tentang Perbankan, lembaga keuangan bank terdiri dari Bank Umum dan
BPR. Bank umum dan BPR dapat memilih untuk melaksanakan kegiatan
usahanya atas prinsip bank konvensional atau bank berdasarkan prinsip
syariah.
Kredit menurut Ikatan Akuntan Indonesia (SAK, 2007 : 31.11) adalah
pinjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan. Dengan adanya ketentuan seperti itu, maka kredit merupakan
salah satu sumber penghasilan bagi bank. Pada bank konvensional,
pendapatan dari kegiatan kredit dapat berupa pendapatan bunga. Semakin
besar kredit yang diberikan maka semakin besar pula pendapatan bunga yang
akan diperoleh bank.
Dalam Pasal 1 PBI No. 7/2/PBI/2005 kredit adalah penyedian uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjaman meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga termasuk overdraft, pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang, dan pengambilalihan atau
pembelian kredit dari pihak lain.
Sumber dana bank adalah suatu usaha yang dilakukan oleh bank untuk
mencari atau menghimpun dana untuk digunakan sebagai biaya operasi dan
pengelolaan bank. Dana yang dihimpun dapat berasal dari dalam perusahaan
maupun lembaga lain diluar perusahaan dan juga dan dapat diperoleh dari
ketiga yaitu dalam bentuk simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan
deposito. Dimana dana tersebut merupakan dana terpenting bagi kegiatan
operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana tersebut. Dana pihak ketiga ini
dihimpun oleh bank melalui berbagai macam produk dana yang ditawarkan
pada masyarakat luas, yang menaruh kepercayaan terhadap bank yang
bersangkutan untuk menyimpan uangnya kemudian ditarik kembali pada saat
jatuh tempo dengan imbalan bunga maupun capital gain dari bank tersebut. Dengan demikian dana pihak ketiga mendukung tingkat volume kredit
perbankan.
Selain Dana Pihak Ketiga (DPK), ada juga faktor internal yang
mempengaruhi tingkat volume kredit dalam perbankan yaitu Rasio Kecukupan
Modal (Capital Adequacy Ratio) dilihat dari kecukupan modal yang merupakan faktor terpenting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha
dan menampung risiko kerugian, Loan To Deposit Ratio (LDR) untuk melihat seberapa besar tingkat likuiditas dalam menentukan kemampuannya untuk
membayar kewajiban jangka pendek, dan Non Performing Loan (NPL) dalam perbankan ketika debitor tidak dapat membayarkan peminjaman kredit
Menurut Dendawijaya (2005 : 49) dana-dana yang dihimpun dari
masyarakat dapat mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh
bank dan kegiatan penyaluran perkreditan yang optimal mencapai 70% - 80%
penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara
unit surplus dengan unit defisit, dan sumber utama dana bank berasal dari
masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit. Pemberian kredit merupakan aktivitas bank
yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi risiko yang
terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian kredit. Dengan demikian
DPK diprediksi memiliki pengaruh terhadap volume kredit.
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang mengukur
kecukupan modal terhadap risiko dari aktiva bank.
Dendawijaya (2005 : 121) mengatakan “Capital Adequacy Ratio
(CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank mengandung risiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank itu sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain”.
Menurut Ali (2004 : 444) CAR merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan
oleh kegiatan operasi bank. Dengan demikian CAR diprediksi memiliki
pengaruh terhadap volume kredit.
Menurut Darmawan (2004) NPL merupakan rasio yang dipergunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam mengcover risiko kegagalan
pengembalian kredit oleh debitur. Menurut Ali (2004 : 452) NPL
besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Karena semakin
tinggi jumlah penyaluran kredit maka akan besar risiko kredit terhadap bank
dan pencadangan yang disediakan bank harus lebih besar untuk
mengantisipasi modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat
mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Dengan demikian NPL diprediksi
memiliki pengaruh terhadap volume kredit.
Berdasarkan telaah pustaka dan diperkuat dengan penelitian terdahulu
diduga bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan
Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap volume kredit pada Bank
Persero di Indonesia.
LDR sendiri merupakan indikator dalam pengukuran fungsi
intermediasi perbankan di Indonesia. Sesuai dengan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998, rasio LDR dihitung dari
pembagian kredit dengan dana yang diterima yang meliputi giro, deposito, dan
tabungan masyarakat, pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih
dari 3 bulan tidak termasuk pinjaman subordinasi, deposito dan pinjaman dari
bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, surat berharga yang
diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, modal inti, dan
modal pinjaman. Kemudian disesuaikan dengan Surat Edaran Bank Indonesia
No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR dihitung dari pembagian
kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antarbank) dengan
termasuk antarbank). Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin besar pula
DPK yang dipergunakan untuk penyaluran kredit, yang berarti bank telah
mampu menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik. Disisi lain LDR
yang terlampau tinggi dapat menimbulkan risiko likuiditas bagi bank. Dengan
demikian, LDR diprediksi memiliki pengaruh terhadap volume kredit.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga,
Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Non Performing Loan
Terhadap Volume Kredit Pada Bank yang Terdaftar di BEI ” .
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut : “ Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non
Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap volume kredit perbankan?”
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menggali atau mencari data dan
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian
ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap volume
jumlah kredit yang diberikan oleh bank.
b. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap
volume jumlah kredit yang diberikan oleh bank.
c. Untuk mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap
volume jumlah kredit yang diberikan oleh bank.
d. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap
volume jumlah kredit yang diberikan oleh bank.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan peneliti dan bahan masukan mengenai
analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (giro, tabungan, deposito), Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan
terhadap volume kredit.
b. Bagi manajemen bank
Untuk memberikan masukan dan evaluasi bagi perbankan tentang
dan NPL sebagai dasar pertimbangan kepada manajer keuangan dalam
pengambilan keputusan pemberian kredit.
c. Bagi pihak lain
Sebagai referensi atau sumbangan pemikiran bagi pihak lain, terutama
bagi mahasiswa untuk tujuan penelitian selanjutnya dengan ruang lingkup
yang lebih luas, sehingga hasilnya menjadi lebih sempurna khususnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1. Bank
Menurut Kuncoro (2002:68) definisi dari bank adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana
dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk
kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang. Oleh karena itu, dalam melakukan kegiatan usahanya
sehari-hari bank harus mempunyai dana agar dapat memberikan kredit
kepada masyarakat. Dana tersebut dapat diperoleh dari pemilik bank
(pemegang saham), pemerintah, bank Indonesia, pihak-pihak di luar
negeri, maupun masyarakat dalam negeri. Dana dari pemilik bank
berupa setoran modal yang dilakukan pada saat pendirian bank.
Dana dari pemerintah diperoleh apabila bank yang
bersangkutan ditunjuk oleh pemerintah untuk menyalurkan dana-dana
bantuan yang berkaitan dengan pembiayaan proyek-proyek
pemerintah, misalnya Proyek Inpres Desa Tertinggal. Sebelum dana
diteruskan kepada penerima, bank dapat menggunakan dana tersebut
untuk mendapatkan keuntungan, misalnya dipinjamkan dalam bentuk
pinjaman antar bank (interbank call money) berjangka 1 hari hingga 1
harga beli dana tersebut setelah dikurangi dengan biaya operasional.
Dana-dana masyarakat ini dihimpun oleh bank dengan menggunakan
instrumen produk simpanan yang terdiri dari Giro, Deposito dan
Tabungan.
Menurut Undang‐Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Bank sebagai perantara keuangan dimana maksudnya
adalah bank menjadi perantara keuangan antara pihak yang kelebihan
dana (surplus unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit
unit). Bank memiliki fungsi sebagai “Agen Pembangunan” sebagai
badan usaha, bank tidaklah semata-mata mengejar keuntungan (profit
oriented), tetapi bank turut bertanggung jawab dalam pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Secara lebih spesifik, fungsi bank adalah sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services. (Susilo, Triandaru dan Santoso, 2006)
1. Agent of Trust
lagi simpanan dananya di bank. Pihak bank sendiri akan mampu menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
2. Agent of Development
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak akan bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sector riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.
3. Agent of Services
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.
Ketiga fungsi bank diatas diharapkan dapat memberikan
gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam
perekonomian, sehingga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai
Menurut R.G. Hawtrey dalam bukunya Curency and Credit
tahun 1919 menyatakan : uang ditangan masyarakat berfungsi sebagai
alat tukar dan alat pengukur nilai. Masyarakat memperoleh alat
penukar berdasarkan kredit yang disalurkan oleh suatu badan usaha
perantara yang memperdagangkan utang dan piutang. Dengan
demikian bank merupakan suatu badan usaha yang bertujuan
memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalulintas pembayaran dan
peredaran uang. Pemberian kredit dilakukan dengan modal sendiri atau
dengan dana pihak ketiga yang disimpan di bank maupun dengan
mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral. Umumnya
pemberian kredit lebih besar dari saldo uang nasabah yang tidak
ditarik, sehingga bank bersedia melepaskan kredit melebihi saldo
nasabah dengan cara menciptakan uang giral dengan membentuk
rekening Koran.
A. Hahn dalam bukunya membedakan bank atas dua jenis yakni :
a. Bank Primer yaitu bank yang bertugas dalam peminda bukuan alat-alat pembayaran yang dipercayakan oleh pihak ketiga,
contohnya bank sentral dan bank umum.
b. Bank Sekunder yaitu bank yang hanya bertugas sebagai perantara pemberian pinjaman, contohnya bank tabungan dan bank lain
Verryn Stuart dalam bukunya “Bank Politics” dua tugas bank yaitu : a. Sebagai perantara kredit yakni bank memberikan kredit kepada
pihak ketiga atau debitur yang berasal dari simpanan pihak ketiga
(masyarakat)
b. Menciptakan kredit yakni meminjamkan dana yang tidak berasal
dari dana milik masyarakat.
Ada tiga bentuk tugas atau operasi yang dilakukan bank yakni :
a. Operasi perkreditan secara aktif yakni tugas bank dalam rangka
menciptakan atau memberikan kredit.
b. Operasi perkreditan secara pasif yaitu tugas bank dalam menerima
simpanan atau dana pihak ketiga yag dipercayakan masyarakat.
c. Usaha bank sebagai perantara dalam pemberian kredit.
Berdasarkan fungsinya ada lima jenis bank yakni sebagai berikut :
a. Bank Sentral yaitu bank yang memperoleh hak untuk
mengedarkan uang logam dan uang kertas.
b. Bank Umum yaitu bank yang usahanya mengumpulkan dana
terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito
serta terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan
deposito serta terutama memberikan kredit berjangka waktu
c. Bank Tabungan yaitu bank yang usahanya mengumpulkan dana
terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan atau
mengeluarkan kertas berharga jangka waktu menengah dan
panjang. Menyalurkannya dalam bentuk kredit jangka waktu
menengah dan panjang dalam bidang pembangunan.
d. Bank Pendesaan (Rural bank) yaitu bank yang usahanya
mengumpulkan dana baik dalam bentuk simpanan uang maupun
dalam bentuk natura atau barang dan juga memberikan kredit
jangka pendek, baik dalam bentuk uang maupun natura terutama
kepada sektor pertanian dipedesaan.
Berdasarkan Undang-Undang Pokok Perbankan No.10/1998 di
Indonesia dikenal hanya dua jenis bank yaitu :
1. Bank Umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya
terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito
daklam usahanya terutama dalam memberikan kredit jangka
pendek.
2. Bank Pengkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
2.1.2 Kredit
Pengertian Kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam,
dimulai dari arti kata “ kredit”yang berasal dari bahasa Yunani “
credere” yang berarti kepercayaan akan kebenaran dalam praktek
sehari – hari . Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang
memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang
untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu
yang ditentukan.
UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan
dikenakan bunga tagihan. Macam – macam Kredit Untuk membedakan
kredit menurut faktor – faktor dan unsur – unsur yang ada dalam
pengertian kredit, maka perbedaan kredit dapat dibedakan atas dasar :
a. Sifat penggunaan kredit
1. Kredit Konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk
keperluan konsumsi atau uang akan habis terpakai untuk
2. Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan untuk
peningkatan usaha, baik usaha – usaha produksi, perdagangan
maupun investasi.
b. Keperluan kredit
1. Kredit produksi / ekploitasi
Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan
produksi baik peningkatan kuantitatif yaitu jumlah hasil
produksi maupun peningkatan kualitatif yaitu peningkatan
kuantitas atau mutu hasil produksi.
2. Kredit Perdagangan
Kredit ini dipergunakan untuk keperluan perdagangn pada
umumnya yang berarti peningkatan utility of place suatu barang, Barang – barang yang diperdagangkan ini juga
diperlukan bagi industri.
3. Kredit Investasi
Kredit yang diberikan kepada para pengusaha untuk investasi,
berarti untuk penambahan modal dan kredit bukan untuk
keperluan perbaikan ataupun penambahan barang modal atau
fasilitas – fasilitas yang erat hubungannya dengan itu.
Misalnya untuk membangun pabrik, membeli / mengganti
Kredit menurut cara pemakaian terdiri dari :
a. Kredit rekening Koran bebas
Debitur menerima seluruh kreditnya dalam bentuk rekening
koran kepadanya diberikan blangko cheque dan rekening koran
pinjamannya diisi menurut besarnya kredit yang diberikan,
debitur bebas melakukan penarikan selama kredit berjalan.
b. Kredit rekening Koran terbatas
Sistem ini adanya perbatasan tertentu bagi nasabah dalam
melakukan penarikan uang rekeningya, seperti pemberian kredit
dengan uang giral dan perubahannya menjadi uang chartal
dilakukan berangsur – angsur.
c. Kredit rekening Koran aflopend
Penarikan kredit dilakukan dalam arti maksimum kredit pada
waktu penarikan pertamalah sepeuhnya dipergunakan oleh
nasabah.
d. Revolving credit
Sistem penarikan kredit sama dengan cara rekening Koran bebas
dengan masa penggunaan satu tahun, akan tetapi cara
e. Term Loans
Dalam sistem ini penggunaan dan pemakaian kredit sangat
fleksibel artinya nasabah bebas menggunakan uang kredit untuk
keperluan apa saja dan bank tidak mau tentang hal itu.
2.1.3 Dana Pihak Ketiga (DPK)
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008
menjelaskan, “dana pihak ketiga bank, untuk selanjutnya disebut DPK,
adalah kewajiban bank kepada penduduk dalam rupiah dan valuta
asing.” Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari
masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sector riil
melalui penyaluran kredit (Fransisca dan Siregar, 2009).
Dana – dana yang dihimpun dari masyarakat (DPK) ternyata
merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank
(bisa mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank)
(Dendawijaya, 2005 : 49). Dana pihak ketiga terdiri atas beberapa
jenis, yaitu:
1. Tabungan (Saving Deposit)
Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat – syarat
tertentu. Semua bank diperkenankan untuk mengembangkan
masyarakat tanpa perlu adanya persetujuan dari bank sentral (bank
Indonesia).
2. Deposito (Time Deposit)
Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga
pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka
waktu tertentu berdasarkan perjanjian. Dilihat dari sudut biaya
dana, dana bank yang bersumber dari simpanan dalam bentuk
deposito merupakan dana yang relative mahal dibandingkan
dengan sumber dana lainnya, misalnya giro atau tabungan.
Berbeda dengan giro, dana deposito akan mengendap di bank
karena para pemegang (deposan) tertarik dengan tingkat bunga
yang ditawarkan oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat
jatuh tempo (apabila dia tidak ingin memperpanjang) dananya
dapat ditarik kembali. Terdapat berbagai jenis deposito, yakni:
deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposits on call. 3. Giro (demand deposit)
Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya
dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,
dan surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan. Dalam pelaksanaan, giro ditatausahakan oleh
bank dalam suatu rekening yang disebut ‘rekening koran’. Jenis
a. Rekening atas nama perorangan,
b. Rekening atas nama suatu badan usaha/lembaga, dan
c. Rekening bersama/gabungan.
2.1.4 Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio)
CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan
dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap
kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank
tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.
Capital Adequacy Ratio menurut (Dendawijaya, 2000:122) adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ( kredit, penyertaan , surat berharga, tagihan pada bank lain ) ikut di biayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di luar bank , seperti dana dari masyarakat , pinjaman , dan lain – lain.
Dalam menjalankan fungsinya bank harus menjaga rasio
kecukupan modalnya atau CAR (Capital Adequacy Ratio) (pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998). Modal
juga merupakan aspek yang sangat penting untuk menilai kesehatan
bank karena ini berhubungan dengan solvabilitas bank. CAR yang
ketentuan mengenai jumlah CAR ini harus ditaati oleh semua bank
umum. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan disiplin dan
profesionalisme bagi setiap bank untuk mengelola seluruh aktiva yang
dimiliki untuk mendapatkan keuntungan bagi bank.
Modal digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan
bank untuk menanggung risiko-risiko yang mungkin akan terjadi.
Bank yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi akan lebih solvabel.
Begitu juga sebaliknya bank yang mempunyai risiko yang kecil
mengidentifikasikan bank tersebut kurang solvabel. Tingkat modal
yang tinggi akan meningkatkan cadangan kas yang dapat digunakan
untuk memperluas kreditnya, sehingga tingkat solvabilitas yang tinggi
akan membuka peluang yang lebih besar bagi bank untuk
meningkatkan profitabilitas-nya. Sebaliknya bank yang tingkat
solvabilitasnya rendah akan mengurangi kemampuan bank untuk
meningkatkan profitabilitas-nya, bahkan dapat mengurangi
kepercayaan masyarakat, sehingga akan berpengaruh buruk terhadap
kelangsungan usahanya.
Bank for international settlements (B.I.S) menetapkan
ketentuan dan perhitungan Capital Adequacy Ratio yang harus diikuti oleh bank-bank seluruh dunia, sebagai suatu level dalam permainan
ditentukan oleh BIS adalah “ratio minimum 8 persen permodalan
terhadap aktifa yang mengandung resiko”. Ketentuan 8 % CAR
sebagai kewajiban penyedian modal minimum bank, dibagi dalam 2
bagian, yaitu:
I. 4 % modal inti (tier 1) yang terdiri dari shareholder equity,
preferred stock dan free reserves
II. 4 % modal sekinder (tier 2) yang terdiri dari subordinate dabt, loan
loss provisions, hybrid securities dan revaluation reserves.
Capital Adequacy Ratio (CAR) atau biasa juga disebut Rasio Kecukupan Modal, adalah perbandingan antara modal bersih yang
dimiliki bank dengan total asetnya. Dalam menghitung CAR dapat
diukur dengan cara :
1. Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga
Dilihat dari sudut perlindungan kepentingan para deposan,
perbandingan antara modal dengan pos-pos pasiva merupakan
petunjuk tentang tingkat keamanan simpanan masyarakat pada
bank. Perhitungannya merupakan ratio modal dikaitkan dengan
simpanan pihak ketiga ( giro, deposito, dan tabungan ) sebagai
Modal dan Cadangan
= 10%
Giro + Deposito + Tabungan
Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa ratio modal atas
simpanan cukup dengan 10% dan dengan ratio itu permodalan
bank dianggap sehat. Ratio antara modal dan simpanan
masyarakat harus dipadukan dengan memperhitungkaan aktiva
yang mengandung resiko. Oleh karena itu modal harus dilengkapi
oleh berbagai cadangan sebagai penyangga modal, sehingga
secara umum modal bank terdiri dari modal inti dan modal
pelengkap.
2. Membandingkan modal dengan aktiva beresiko
Penentuan berapa besar kebutuhan modal minimum yang
dibutuhkan oleh bank Syari’ah didasarkan pada aktiva tertimbang
menurut risiko (ATMR). ATMR adalah faktor pembagi
(denominator) dari CAR, sedangkan modal adalah faktor yang
dibagi (numerator) untuk mengukur kemampuan modal
menanggung risiko aktiva tersebut.
Modal
CAR = x 100% ATMR
Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada aktiva
aktiva dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang
tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif
sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat
kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga.
Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot
risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang
terkandung dalam aktiva itu sendiri atau yang didasarkan atas
penggolongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan.
2.1.5 Loan To Deposit Ratio (LDR)
Semakin besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit
relative dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada
suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya resiko yang
ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Apabila kredit yang
disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah, maka bank akan
mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang dititipkan oleh
masyarakat.
LDR merupakan rasio keuangan perusahaan perbankan yang
berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran
tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan
lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman
meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan.
LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga
yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan
dalam bentuk kredit.
Menurut Mulyono (1995:101), rasio LDR merupakan rasio
perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat
(kredit) dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang
digunakan.
Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar
kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas
bank (Dendawijaya, 2000:118). Sebagian praktisi perbankan
menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar
85%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-100% atau menurut
Kasmir (2003:272), batas aman untuk LDR menurut peraturan
pemerintah adalah maksimum 110 %.
Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk
mengetahui serta menilai sampai berapa jauh bank memiliki kondisi
lain LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat
kerawanan suatu bank.
Penyebab LDR Rendah yaitu seperti telah dijelaskan
sebelumnya bahwa perbankan nasional pernah mengalami
kemerosotan jumlah kredit karena diserahkan ke BPPN untuk ditukar
dengan obligasi rekapitalisasi. Begitu besarnya nilai kredit yang keluar
dari sistem perbankan di satu sisi dan semakin meningkatnya jumlah
DPK yang masuk ke perbankan, maka upaya ekspansi kredit yang
dilakukan perbankan selama sepuluh tahun terakhir sepertinya belum
berhasil mengangkat angka LDR secara signifikan.
Fungsi LDR yaitu sebagai indikator intermediasi perbankan.
Begitu pentingnya arti LDR bagi perbankan maka angka LDR pada
saat ini telah dijadikan persyaratan antara lain :
1. Sebagai salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan bank.
2. Sebagai salah satu indikator kriteria penilaian Bank Jangkar (LDR
minimum 50%),
3. Sebagai faktor penentu besar-kecilnya GWM (Giro Wajib
Minimum) sebuah bank.
4. Sebagai salah satu persyaratan pemberian keringanan pajak bagi
Begitu pentingnya arti angka LDR, maka pemberlakuannya
pada seluruh bank sedapat mungkin diseragamkan. Maksudnya, jangan
sampai ada pengecualian perhitungan LDR di antara perbankan.
2.1.6 Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah
merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi
bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau
penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak
yang membutuhkan dana. NPL merupakan rasio yang dipergunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan
pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit,
semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung
pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis
terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya.
Setelah kredit diberikan bank wajib melakukan pemantauan terhadap
penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam
memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian, dan
pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit.
Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI)
menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%.
Rumus perhitungan NPL adalah sebagai berikut:
Misalnya suatu bank mengalami kredit bermasalah sebesar 50 dengan
total kredit sebesar 1000, sehingga rasio NPL bank tersebut adalah 5%
(50 / 1000 = 0.05).
(Dendawijaya,2003:123) mengemukakan dampak Non Performing Loan (NPL) yang tidak wajar sebagai berikut:
1. Hilangnya kesempatan memperoleh kesempatan pendapatan (income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi kemampuan untuk memberikan kredit.
2. Rasio kualitas aktiva produktif menjadi semakin besar yang menggambarkan situasi memburuk.
3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besar modal bank.
4. Menurunkan tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan kesehatan bank dengan analisis CAMELS.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai penyaluran
kredit perbankan, yaitu sebagai berikut:
1. Cyndi Adelya dan Hotmal Jafar (2007)
Adelya dan Jafar (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh Dana
Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit pada perusahaan perbankan yang
terdaftar Bursa Efek. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah dana
pihak ketiga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran
2. Fanni Otavera Kifliani dan Syahyunan(2012)
Penelitian yang dilakukan Fanni dan Syahyunan mengenai Analisis
pengaruh dana pihak ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Non Performing
Loan terhadap penyaluran kredit PT. Bank Persero di Indonesia. Variabel
Independen berupa DPK, CAR dan NPL. Hasil penelitian yang didapatkan
adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan
Non Performing Loan (NPL) secara serempak berpengaruh signifikan
terhadap Penyaluran Kredit pada PT Bank Persero di Indonesia. Secara
parsial Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero di Indonesia, sedangkan
Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Loan (NPL) memiliki
pengaruh positif dan tidak siginifikan terhadap Penyaluran Kredit Bank
Persero di Indonesia.
3. Fitriya Ayu D.A, Saryadi dan Andi Wijayanto(2012)
Fitriya, Saryadi dan Andi melakukan penelitian tentang Pengaruh Dana
Pihak Ketiga(DPK), Capital Adequacy Ratio(CAR), Non Performing
Loan(NPL), Return on Asset(ROA) dan Loan to Deposit Ratio(LDR)
terhadap volume kredit yang disalurkan Bank Persero. Variabel
Independen berupa DPK, CAR, NPL, ROA dan LDR. Hasil penelitian
yang didapatkan adalah Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan
Performing Loan (NPL), Return On Assets (ROA) dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) terhadap Volume Kredit yang disalurkan.
4. Mohamad Hasanudin dan Prihatiningsih(2010)
Penelitian yang dilakukan oleh Mohamad dan Prihatingsih adalah Analisi
pengaru Dana Pihak Ketiga, Tingkat Suku Bunga kredit, NPL, dan tingkat
inflasi terhadap penyaluran kredit BPR di Jawa Tengah. Variabel
independen berupa DPK, tingkat suku bunga, NPL, dan tingkat inflasi.
Hasil penelitian yang didapatkan berupa terdapat pengaruh positip antara
Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit BPR.Terdapat pengaruh
yang negatif tetapi tidak signifikan antara variabel tingkat suku bunga
kredit dengan penyaluran kredit BPR Terdapat pengaruh yang positip tetapi
tidak signifikan antara variabel Non Performance Loan dengan penyaluran
kredit BPR. Terdapat pengaruh yang positip tetapi tidak signifikan antara
variabel tingkat inflasi dengan penyaluran kredit BPR. Terdapat pengaruh
yang negatip dan signifikan antara variabel tingkat risiko kredit dengan
penyaluran kredit BPR.
5. Fransisca dan Hasan Sakti Siregar (2008)
Penelitian yang dilakukan oleh Fransisca dan Siregar (2008) mengenai
pengaruh faktor internal bank terhadap volume kredit pada bank yang go public di Indonesia, memiliki variabel independen DPK, CAR, ROA, dan NPL. Hasil dari penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga dan Return on
Adequacy Ratio memiliki pengaruh positif dan Non Performing Loan
memiliki pengaruh negatif, keduanya tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap volume kredit. Secara simultan Dana Pihak Ketiga dan
NonPerforming Loan berpengaruh signifikan terhadap volume kredit.
Tabel 1.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan Judul Penelitian Tujuan
Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1 Cyndi Adelya dan Hotmal Jafar (2007)
Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia 2 Fanni Oktavera Kifliani dan
Syahyunan ( 2012)
Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan terhadap penyaluran kredit PT. Bank Persero Di
No Peneliti dan Judul Penelitian Tujuan
Penelitian Variabel Hasil Penelitian
3 Fitriya Ayu D.A, Saryadi dan Andi Wijayanto (2012)
Pengaruh DPK, CAR, NPL, ROA, LDR terhadap Volume
kredit yang disalurkan Bank Persero 4 Mohamad Hasanudin dan
Prihatiningsih (2010) Analisis Pengaruh DPK, tingkat suku bunga kredit, NPL
dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit BPR di Jawa
Sumber : dari berbagai penelitian terdahulu
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan telaah pustaka dan diperkuat dengan penelitian terdahulu
diduga bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap volume kredit pada Bank Persero di Indonesia. Dengan demikian
dapat dirumuskan kerangka pikir penelitian sebagai berikut :
No Peneliti dan Judul Penelitian Tujuan
Penelitian Variabel Hasil Penelitian
signifikan antara
5 Fransisca dan Hasan Sakti Siregar (2008)
Pengaruh faktor internal bank terhadap volume kredit pada
bank yang go public di Indonesia, memiliki variabel independen DPK, CAR, ROA,
VOLUME KREDIT (Y)
2.4. Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Volume Kredit Perbankan
Bank memiliki peranan yang penting dalam perekonomian
suatu bangsa karena dalam definisi bank menurut UU perbankan No.
10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Dana–dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata
merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank
(bisa mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank)
Dana – dana yang telah diterima tersebut merupakan dana
pihak ketiga. Oleh sebab itu semakin besar Dana Pihak Ketiga yang
diterima semakin meningkat pula peranan bank dalam menyalurkan
dana tersebut kepada pihak yang kekurangan dana dengan bentuk
pemberian kredit.
H1 : Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif terhadap volume kredit perbankan
2.4.2 Pengaruh Loan to Deposit Ratio Terhadap Volume Kredit Perbankan
Loan to Deposit Ratio digunakan sebagai rasio yang dapat
menunjukan kerawanan satu kemampuan bank. Dalam hal ini bank
dituntut untuk menyediakan kemampuan dalam membayar kembali
ketika deposan menarik kembali dananya. Sehingga mengakibatkan
semakin tinggi LDR pada suatu bank maka akan mengakibatkan
semakin rendahnya likuiditas yang bersangkutan karena jumlah dana
yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar,
sebaliknya jika semakin rendahnya LDR pada suatu bank maka akan
mengakibatkan semakin tingginya likuiditas yang bersangkutan. Hal
ini menunjukan pengaruh pada kemampuan kredit pada suatu bank,
karena jika semakin tinggi LDR yang ada maka kemampuan
kemampuan kredit yang telah disalurkan oleh bank juga semakin
jika semakin rendah LDR yang ada maka kemampuan kredit yang
telah disalurkan oleh bank juga semakin rendah dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya.
H2 : Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif terhadap volume kredit perbankan
2.4.3 Pengaruh Capital Adequacy Ratio Terhadap Volume Kredit Perbankan
CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan
modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung
atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.
(Dendawijaya 2005 : 121). CAR merupakan faktor internal dalam bank
dalam menentukan penyaluran kredit perbankan. CAR ditentukan
menggunakan perbandingkan dengan kewajiban penyediaan modal
minimum sebesar 10%. Jika CAR tinggi maka akan meningkatkan
sumber daya finansial untuk perkembangan usaha perusahaan, dan
mengantisipasi kerugian yang akan diterima dari volume jumlah
kredit. Jumlah CAR yang tinggi akan membuat kepercayaan diri pada
bank dalam melakukan penyaluran kredit. Oleh sebab itu, jika
kecukupan modal yang dimiliki oleh suatu bank tinggi maka jumlah
volume kredit yang akan diberikan dapat meningkat.
2.4.4 Pengaruh Non Performing Loan Terhadap Volume Kredit Perbankan
NPL atau kredit bermasalah adalah banyaknya peminjaman kredit
yang mengalami kendala dalam melunasi kewajibannya. Hal ini dapat
terjadi karena kesengajaan yang dilakukan oleh debitur atau pun
masalah lain yang berada diluar kendali debitur. Jika NPL menunjukan
kenaikan yang tinggi, maka tingkat kesehatan bank akan semakin
menurun dengan nilai asset yang dimiliki. Bank harus selalu menjaga
kreditnya agar tidak masuk dalam golongan kredit bermasalah (NPL).
Resiko yang dihadapi bank merupakan resiko tidak terbayarnya kredit
yang disebut dengan default risk atau resiko kredit. Meskipun resiko kredit tidak dapat dihindarkan, maka harus diusahakan dalam tingkat
yang wajar berkisar antara 3% - 55% dari total kreditnya. Oleh sebab
itu, jika NPL menunjukan nilai yang tinggi maka kinerja operasional
pada bank tersebut akan menjadi terganggu, sehingga bank harus
mengurangi pemberian kreditnya.
BAB III Metode Penelitian
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen
(bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel independen (bebas) dalam
penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL). Sedangkan variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah volume
kredit. Sehubungan dengan objek penelitian tersebut, maka yang dijadikan
sebagai subjek penelitian adalah pada Bank yang terdaftar sebagai Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia selama 10 tahun yakni 2003-2012.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa data sekunder
yang merupakan data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi berupa
publikasi. Data kuantitatif yakni data yang dapat dihitung atau data yang
berupa angka-angka (diukur dalam skala numerik). Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Bank Persero Indonesia
yang meliputi Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR),
diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia dan laporan keuangan tahunan
dari Bank – bank Persero di Indonesia periode 2003-2012. Sumber data
diperoleh dari website Bank Indonesia, yait
bank yang dijadikan objek dalam penelitian (
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Bank yang terdaftar sebagai BUMN
yang terdapat di BEI selama tahun 2003-2012. Jumlah populasi dalam dalam
penelitian ini sebanyak 4 perusahaan dengan periode penelitian selama 10
tahun, Peneliti mengambil 4 perusahaan bank BUMN sebagai sampel dengan
beberapa kriteria yang telah ditetapkan sehingga jumlah seluruh amatan
(observasi) adalah sebanyak 40. Sedangkan sampel adalah himpunan bagian
atau bagian dari populasi. Sampel yang digunakan adalah perusahaan
perbankan BUMN yang terdaftar di BEI selama tahun 2003-2012 yang
memenuhi kriteria penelitian. Pengambilan sampel yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Teknik purposive sampling dilakukan dengan memilih sampel dengan tujuan tertentu sesuai dengan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria sampel yang
1. Perusahaan perbankan persero yang merupakan BUMN yang terdaftar di
BEI pada tahun 2003-2012 .
2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap pada
tahun 2003-2012 .
3. Perusahaan tidak mengalami kerugian dan memiliki laba yang konsisten
pada tahun 2003-2012.
4. Perusahaan tersebut tidak melakukan penggabungan perusahaan pada
tahun 2003-2012.
Berdasarkan Kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak 4 perusahaan perbankan yaitu bank persero yang terdaftar
sebagai BUMN yang terdapat di BEI antara lain :
Tabel 3.1
Data Populasi dan Sampel
NO KODE POPULASI KRITERIA SAMPEL
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode pengumpulan data historis (documentary-historical).
Langkah-langkah yang diambil dalam pengumpulan data yang berkaitan
dengan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Penelitian ini dengan mengumpulkan data dan teori yang relevan terhadap
permasalahan yang akan diteliti dengan melakukan studi pustaka terhadap
literatur dan bahan pustaka lainnya seperti artikel, jurnal, buku dan
2. Studi Dokumenter
Studi dokumentasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan
kategori danklasifikasi bahan - bahan tertulis yang berhubungan dengan
masalah penelitian. Data-data yang dikumpulkan adalah Dana Pihak
Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio(CAR), Loan to Deposit Ratio
(LDR), Non Performing Loan (NPL) dan Kredit yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia.
3.5 Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Jogiyanto,
2004 : 31).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Independen/Variabel Bebas
Menurut Sugiyono (2005:33), “ Variabel bebas adalah variabel sebab
timbulnya atau berubahnya variabel independen (variabel terikat)”.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPK,
CAR, LDR, dan NPL. Variabel independen disimbolkan dengan “X1”
(Giro), “X2” (Tabungan), “X3” (Deposito), “X4” (CAR), “X5” (NPL),
2. Variabel Dependen/Variabel Terikat
Menurut Sugiyono (2005:33), “Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kredit, dimana variabel
dependen disimbolkan dengan “Y”.
3.6 Metode Analisis Data
Teknik analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel lain. Untuk mencapai
tujuan dalam penelitian ini, maka pengujian asumsi klasik juga perlu dilakukan
untuk memastikan apakah model regresi linier berganda yang digunakan tidak
terdapat masalah normalitas, multikolonieritas, heterokedastisitas, dan
autokorelasi. Jika semua itu terpenuhi berarti bahwa modelanalisis telah layak
digunakan.
3.6.1 Analisis Regresi Berganda
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari
variabel independen (Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy
Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan (NPL)
terhadap variabel dependen (Kredit) maka digunakan model regresi
. ... (5)
Dimana:
Y = Penyaluran Kredit Bank Persero pada periode t
a = Konstanta Persamaan Regresi
b1, b2, b3, b4 = Koefisien Regresi
X1 = Dana Pihak Ketiga Bank Persero pada periode t
X2 = Capital Adequacy Ratio Bank Persero pada periode t
X3 = Loan to Deposite Ratio Bank pada periode t
X4 = Non Performing Loan Bank Persero pada periode t
e = Standard Error
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Data yang digunakan adalah data sekunder, oleh karena itu untuk
menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa
asumsi klasik yang digunakan yaitu: Uji Normalitas, Uji
Multikolonieritas, Uji Heterokedastisitas dan Autokorelasi yang secara
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.6.2.1 Uji Nomalitas
Uji normalitas perlu dilakukan untuk menentukan
alat statistik yang diperlukan. Jika data yang diperoleh
terditribusi normal dan atau variasinya tidak sama, maka
pengujian hipotesis dilakukan dengan alat statistik. Uji
Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variable pengganggu dan residual memiliki distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah
variabel residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik. Sedangkan normalitas suatu variabel umumnya
dideteksi dengan grafik atau uji statistik (non - parametrik
Kolmogorof - Smirnov (K-S). Suatu variabel dikatakan
terdistribusi normal jika nilai signifikansinya > 0,05 (Ghozali,
2009).
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara analisis grafik. Normalitasdapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau
dengan melihat histogram dari residualnya:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonalatau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
3.6.2.2 Uji Multikoliniearitas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen
(Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolonieritas didalam model regresi antara lain dapat
dilakukan dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2)
variance factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤
0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10(Ghozali, 2009).
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).
Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala
heterokedastisitas antara lain: metode grafik, park glejser, rank
spearman dan barlett. Dalam penelitian ini metode yang
digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas dengan
(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya
heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan
SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang
terletak di Studentized.
1. Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang
teratur maka mengidentifikasikan telah terjadi
heterokedasitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedasitas.
3.6.2.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada
problem autokorelasi (Ghozali, 2009).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
didalam model regresi antara lain dapat dilakukan dengan Uji
Durbin - Watson (DW Test), dengan ketentuan sebagai berikut:
2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat
disimpulkan.
3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi auto korelasi.
3.6.3 Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan pengujian normalitas dan pengujian
asumsi-asumsi klasik, langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian atas
hipotesis 1 (H1) sampai dengan hipotesis 3 (H3). Pengujian tingkat
penting (test of significance) ini merupakan suatu prosedur dimana hasil
sampel digunakan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis dengan alat
analisis yaitu uji kesesuaian model, uji t dan nilai koefisien determinasi
(R2). Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila uji
nilai statistikanya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho
ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji nilai statistikanya
berada dalam daerah dimana Ho diterima.
3.6.3.1 Uji Kesesuaian Model
Pengujian kesesuaian model dilakukan dengan uji F. Uji
F dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung
dengan nilai F tabel, apabila nilai F hitung lebih besar daripada
F tabel maka Ha akan diterima dan Ho akan ditolak dengan
kata lain model layak, demikian pula sebaliknya. Nilai F hitung