• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio Dan Non Performing Loan Terhadap Volume Kredit Pada Bank Yang Terdapat Di BEI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio Dan Non Performing Loan Terhadap Volume Kredit Pada Bank Yang Terdapat Di BEI"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT RATIO DAN NON PERFORMING

LOAN TERHADAP VOLUME KREDIT PADA BANK YANG TERDAPAT

DI BEI

OLEH

DIDCE IMELDA CRISTINA L.T 110522137

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

Kasih dan Anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio dan Non Performing Loan Terhadap Volume Kredit Pada Bank yang Terdapat Di BEI”. Adapun skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S-1 Akuntansi

Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan doa dari

semua pihak baik secara moril maupun materil khususnya kepada kedua orangtua

penulis H. Lumban Tobing dan R. br.Panggabean. Dengan segala kerendahan hati,

maka penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.,Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua

Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku

Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatea

Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-1

Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program

(3)

4. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM, Ak selaku Pembimbing penulis yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi petunjuk

dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Pembaca yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbig penulis higga penulisan skripsi ini

dapat diselesaikan.

6. Buat saudara-saudara penulis Antoni, Veronica, Fenny, Resi Naomi dan

sahabat terbaik penulis yaitu Veronika, Mahessa, Gadis, Donny dan Samuel

yang selalu memberi dukungan selama ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat pihak-pihak lainnya sebagai tambahan

pengetahuan dan dapat menjadi salah satu referensi dalam penyusunan skripsi

berikutnya.

Medan, November 2013 Penulis,

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

2.1.6 Non Performing Loan (NPL)... 29

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 30

2.3 Kerangka Konseptual... 35

2.4 Pengembangan Hipotesis ... 36

2.4.1 Pengaruh DPK terhadap Volume Kredit Perbankan 36 2.4.2 Pengaruh LDR terhadap Volume Kredit Perbankan 37 2.4.3 Pengaruh CAR terhadap Volume Kredit Perbankan 38 2.4.4 Pengaruh NPL terhadap Volume Kredit Perbankan 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 40

3.2 Jenis dan Sumber Data... ... 40

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... ... 43

3.5 Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian... 44

(5)

3.6.1 Analisis Regresi Berganda... ... 45

3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 46

3.6.2.1 Uji Normalitas ... 46

3.6.2.2 Uji Multikolinieritas ... 48

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas... 48

3.6.2.4 Uji Autokorelasi ... 49

3.6.3 Pengujian Hipotesis.... ... 50

3.6.3.1 Uji Kesesuaian Model.... ... 50

3.6.3.2 Uji Signifikansi Parameter Individual.... 51

3.6.3.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 52

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 54

4.2 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian ... 55

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 58

4.3.1 Uji Normalitas ... 58

4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 63

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 65

4.3.4 Uji Autokorelasi ... 66

4.4 Analisis Regresi Berganda ... 67

4.5 Pengujian Hipotesis... 69

4.5.1 Uji Kesesuaian Model ... 69

4.5.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ... 70

(6)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 36

Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 62

Gambar 4.2 Grafik Norl P Plot ... 63

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 33

Tabel 3.1 Data Populasi dan Sampel ... 42

Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian Bank Persero Pemerintah ... 55

Tabel 4.2 Uji Kolomogrov-Smirnov ... 59

Tabel 4.3 Uji Kolomogrov-Smirnov ... 60

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ... 64

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi ... 66

Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi ... 67

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Model ... 70

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Uji T... 71

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

(9)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT RATIO DAN NON PERFORMING

LOAN TERHADAP VOLUME KREDIT PADA BANK YANG TERDAPAT DI BEI

Perbankan merupakan bagian yang sangat penting dalam perekonomian, salah satunya sebagai lembaga intermediasi yang tugasnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan

(NPL) terhadap besarnya volume kredit pada Bank Persero di Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga (DPK),

Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL) sedangkan Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Volume kredit.

Penelitian ini menggunakan Bank Persero di Indonesia sebagai obyek penelitian, dengan periode penelitian dari tahun 2003-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Bank Persero periode 2003-2012. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan tingkat signifikansi 5%, sementara uji hipotesis menggunakan uji - t untuk menguji pengaruh variabel secara parsial. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode pengamatan menunjukkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi tidak ditemukan variabel yang menyimpang dari asumsi klasik. Hal ini menunjukkan data yang tersedia telah memenuhi syarat menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel DPK signifikan positif terhadap penyaluran kredit sedangkan CAR, LDR dan NPL tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap volume kredit. Kemampuan prediksi dari keempat variabel tersebut terhadap penyaluran Kredit adalah 72,7% sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted R2, sedangkan sisanya 27,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model penelitian.

(10)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE THIRD PARTY FUNDS, CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT RATIO AND

NON PERFORMING LOAN THE VOLUME OF CREDIT CONTAINED IN IDX

Banking is a very important part in the economy, one of whose duties as an intermediary institution to collect and distribute funds from the community back in the form of credit. The purpose of this research was to determine the extent to which the relationship of Third Party Funds (TPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposite Ratio (LDR) and Non-Performing Loans (NPL) to the amount of credit at Bank Limited in Indonesia. Independent variables used in this study is the Third Party Funds (TPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), and Non-Performing Loans (NPL) while the dependent variable used in this study is credit volume.

This study uses Bank Limited in Indonesia as an object of research, the study period from 2003-2012. The data used in this study were obtained from Bank Limited Financial Report 2003-2012 period. Methods of data analysis used were multiple linear regression with a significance level of 5%, while the hypothesis test using the T-Test to test the effect of partial variables. It also tested the classical assumptions that included tests of normality, multicollinearity test, test of heteroscedasticity and autocorrelation test.

From the analysis showed that during the observation period of the study indicate that the data are normally distributed. Based on the test for normality, multicollinearity test, test heteroscedasticity and autocorrelation test found no variables that deviate from the classical assumptions. This shows the available data has been qualified using multiple linear regression equation model. These results indicate that the partial positive significant variable deposits to loans, while the CAR, LDR and NPL showed no significant effect on credit volume. Predictive ability of these three variables on the distribution of credit is 72,7% as indicated by the magnitude of adjusted R 2, while the remaining 27,3% influenced by other factors not included in the model penelititan.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Lembaga-lembaga keuangan berfungsi sebagai lembaga yang

mempercepat penyaluran dana-dana dari Surplus Spending Unit (SSU) ke

Deficit Spending Unit (DSU). Fungsi ini dikenal sebagai perantara finansial (financial intermediation) dan selain itu fungsi lembaga keuangan sebagai

agent of development. Fungsi lembaga keuangan ditinjau sebagai dari sisi penyediaan jasa-jasa finansial, kedudukan dalam sistem perbankan, sistem

finansial dan sistem moneter.

Menurut Encylopedia of Economic yang dimaksud dengan sistem perbankan (banking system) adalah kerangka yang terintegrasi dari unit-unit bank umum (commercial bank) yang diberi kuasa atau memiliki kewenangan dalam mengeluarkan uang giral (penciptaan uang) dan (deposito), kemudian

menyelenggarakan kegiatan jasa-jasa perbankan baik dalam negeri maupun

luar negeri.

Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara

keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran.

(12)

usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga seharusnya tingkat

kesehatan bank perlu dipelihara. Praktek perbankan sudah ada sejak jaman

Babylonia, Yunani dan Romawi dimana praktek perbankan ini sangat

membantu dalam lalu lintas perdagangan. Pada jaman Babylonia (kurang

lebih tahun 2000 sebelum masehi) praktek perbankan didominasi dengan

transaksi pinjaman emas dan perak dalam kalangan pedagang yang

membutuhkan dengan biaya tertentu yang disebut Temples of Babylon. Era perbankan Modern dimulai pada abad ke-16 di Inggris, Belanda, dan Belgia.

Pada saat itu para tukang emas bersedia menerima uang logam (emas dan

perak untuk disimpan) yang disebut dengan Goldsmith’s Note yang digunakan sebagai alat pembayaran. Pada awal era perbankan modern, pengaturan kredit dipilah menjadi 3 yaitu pinjaman penjualan, wesel dan pinjaman laut.

Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

tanggal 10 November 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana

dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dana atau uang yang dihimpun

dalam bentuk simpanan disalurkan dalam bentuk kredit dan dalam usaha bank

juga memberikan jasa keuangan lainnya. Menurut R.G. Hawtrey dalam

(13)

memperoleh alat penukar berdasarkan kredit yang disalurkan oleh suatu badan

usaha perantara yang memperdagangkan utang dan piutang.

Dengan demikian bank merupakan suatu badan usaha yang bertujuan

memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalulintas pembayaran dan peredaran

uang. Pemberian kredit dilakukan dengan modal sendiri atau dengan dana

pihak ketiga yang disimpan dibank maupun dengan mengedarkan alat-alat

pembayaran baru berupa uang giral.

Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya dibank

dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan bentuk lain yang dipersamakan

dengan itu sesuai kebutuhan dan disebut sebagai dana pihak ketiga. Sementara

masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana dapat mengajukan

pinjaman atau kredit pada bank. (Fransisca dan Siregar, 2009). Berdasarkan

Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No.7/1992

tentang Perbankan, lembaga keuangan bank terdiri dari Bank Umum dan

BPR. Bank umum dan BPR dapat memilih untuk melaksanakan kegiatan

usahanya atas prinsip bank konvensional atau bank berdasarkan prinsip

syariah.

(14)

Kredit menurut Ikatan Akuntan Indonesia (SAK, 2007 : 31.11) adalah

pinjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain

yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil

keuntungan. Dengan adanya ketentuan seperti itu, maka kredit merupakan

salah satu sumber penghasilan bagi bank. Pada bank konvensional,

pendapatan dari kegiatan kredit dapat berupa pendapatan bunga. Semakin

besar kredit yang diberikan maka semakin besar pula pendapatan bunga yang

akan diperoleh bank.

Dalam Pasal 1 PBI No. 7/2/PBI/2005 kredit adalah penyedian uang

atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan pinjaman meminjam antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga termasuk overdraft, pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang, dan pengambilalihan atau

pembelian kredit dari pihak lain.

Sumber dana bank adalah suatu usaha yang dilakukan oleh bank untuk

mencari atau menghimpun dana untuk digunakan sebagai biaya operasi dan

pengelolaan bank. Dana yang dihimpun dapat berasal dari dalam perusahaan

maupun lembaga lain diluar perusahaan dan juga dan dapat diperoleh dari

(15)

ketiga yaitu dalam bentuk simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan

deposito. Dimana dana tersebut merupakan dana terpenting bagi kegiatan

operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu

membiayai operasinya dari sumber dana tersebut. Dana pihak ketiga ini

dihimpun oleh bank melalui berbagai macam produk dana yang ditawarkan

pada masyarakat luas, yang menaruh kepercayaan terhadap bank yang

bersangkutan untuk menyimpan uangnya kemudian ditarik kembali pada saat

jatuh tempo dengan imbalan bunga maupun capital gain dari bank tersebut. Dengan demikian dana pihak ketiga mendukung tingkat volume kredit

perbankan.

Selain Dana Pihak Ketiga (DPK), ada juga faktor internal yang

mempengaruhi tingkat volume kredit dalam perbankan yaitu Rasio Kecukupan

Modal (Capital Adequacy Ratio) dilihat dari kecukupan modal yang merupakan faktor terpenting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha

dan menampung risiko kerugian, Loan To Deposit Ratio (LDR) untuk melihat seberapa besar tingkat likuiditas dalam menentukan kemampuannya untuk

membayar kewajiban jangka pendek, dan Non Performing Loan (NPL) dalam perbankan ketika debitor tidak dapat membayarkan peminjaman kredit

Menurut Dendawijaya (2005 : 49) dana-dana yang dihimpun dari

masyarakat dapat mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh

bank dan kegiatan penyaluran perkreditan yang optimal mencapai 70% - 80%

(16)

penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara

unit surplus dengan unit defisit, dan sumber utama dana bank berasal dari

masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada

masyarakat dalam bentuk kredit. Pemberian kredit merupakan aktivitas bank

yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan, tetapi risiko yang

terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian kredit. Dengan demikian

DPK diprediksi memiliki pengaruh terhadap volume kredit.

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang mengukur

kecukupan modal terhadap risiko dari aktiva bank.

Dendawijaya (2005 : 121) mengatakan “Capital Adequacy Ratio

(CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank mengandung risiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank itu sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain”.

Menurut Ali (2004 : 444) CAR merupakan rasio permodalan yang

menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan

pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan

oleh kegiatan operasi bank. Dengan demikian CAR diprediksi memiliki

pengaruh terhadap volume kredit.

Menurut Darmawan (2004) NPL merupakan rasio yang dipergunakan

untuk mengukur kemampuan bank dalam mengcover risiko kegagalan

pengembalian kredit oleh debitur. Menurut Ali (2004 : 452) NPL

(17)

besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Karena semakin

tinggi jumlah penyaluran kredit maka akan besar risiko kredit terhadap bank

dan pencadangan yang disediakan bank harus lebih besar untuk

mengantisipasi modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat

mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Dengan demikian NPL diprediksi

memiliki pengaruh terhadap volume kredit.

Berdasarkan telaah pustaka dan diperkuat dengan penelitian terdahulu

diduga bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan

Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap volume kredit pada Bank

Persero di Indonesia.

LDR sendiri merupakan indikator dalam pengukuran fungsi

intermediasi perbankan di Indonesia. Sesuai dengan Surat Edaran Bank

Indonesia No. 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998, rasio LDR dihitung dari

pembagian kredit dengan dana yang diterima yang meliputi giro, deposito, dan

tabungan masyarakat, pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih

dari 3 bulan tidak termasuk pinjaman subordinasi, deposito dan pinjaman dari

bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, surat berharga yang

diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, modal inti, dan

modal pinjaman. Kemudian disesuaikan dengan Surat Edaran Bank Indonesia

No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR dihitung dari pembagian

kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antarbank) dengan

(18)

termasuk antarbank). Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin besar pula

DPK yang dipergunakan untuk penyaluran kredit, yang berarti bank telah

mampu menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik. Disisi lain LDR

yang terlampau tinggi dapat menimbulkan risiko likuiditas bagi bank. Dengan

demikian, LDR diprediksi memiliki pengaruh terhadap volume kredit.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga,

Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Non Performing Loan

Terhadap Volume Kredit Pada Bank yang Terdaftar di BEI ” .

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut : “ Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK),

Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Non

Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap volume kredit perbankan?”

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menggali atau mencari data dan

(19)

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian

ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap volume

jumlah kredit yang diberikan oleh bank.

b. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap

volume jumlah kredit yang diberikan oleh bank.

c. Untuk mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap

volume jumlah kredit yang diberikan oleh bank.

d. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap

volume jumlah kredit yang diberikan oleh bank.

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti dan bahan masukan mengenai

analisis pengaruh Dana Pihak Ketiga (giro, tabungan, deposito), Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan

terhadap volume kredit.

b. Bagi manajemen bank

Untuk memberikan masukan dan evaluasi bagi perbankan tentang

(20)

dan NPL sebagai dasar pertimbangan kepada manajer keuangan dalam

pengambilan keputusan pemberian kredit.

c. Bagi pihak lain

Sebagai referensi atau sumbangan pemikiran bagi pihak lain, terutama

bagi mahasiswa untuk tujuan penelitian selanjutnya dengan ruang lingkup

yang lebih luas, sehingga hasilnya menjadi lebih sempurna khususnya

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1. Bank

Menurut Kuncoro (2002:68) definisi dari bank adalah

lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana

dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk

kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang. Oleh karena itu, dalam melakukan kegiatan usahanya

sehari-hari bank harus mempunyai dana agar dapat memberikan kredit

kepada masyarakat. Dana tersebut dapat diperoleh dari pemilik bank

(pemegang saham), pemerintah, bank Indonesia, pihak-pihak di luar

negeri, maupun masyarakat dalam negeri. Dana dari pemilik bank

berupa setoran modal yang dilakukan pada saat pendirian bank.

Dana dari pemerintah diperoleh apabila bank yang

bersangkutan ditunjuk oleh pemerintah untuk menyalurkan dana-dana

bantuan yang berkaitan dengan pembiayaan proyek-proyek

pemerintah, misalnya Proyek Inpres Desa Tertinggal. Sebelum dana

diteruskan kepada penerima, bank dapat menggunakan dana tersebut

untuk mendapatkan keuntungan, misalnya dipinjamkan dalam bentuk

pinjaman antar bank (interbank call money) berjangka 1 hari hingga 1

(22)

harga beli dana tersebut setelah dikurangi dengan biaya operasional.

Dana-dana masyarakat ini dihimpun oleh bank dengan menggunakan

instrumen produk simpanan yang terdiri dari Giro, Deposito dan

Tabungan.

Menurut Undang‐Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak. Bank sebagai perantara keuangan dimana maksudnya

adalah bank menjadi perantara keuangan antara pihak yang kelebihan

dana (surplus unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit

unit). Bank memiliki fungsi sebagai “Agen Pembangunan” sebagai

badan usaha, bank tidaklah semata-mata mengejar keuntungan (profit

oriented), tetapi bank turut bertanggung jawab dalam pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Secara lebih spesifik, fungsi bank adalah sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services. (Susilo, Triandaru dan Santoso, 2006)

1. Agent of Trust

(23)

lagi simpanan dananya di bank. Pihak bank sendiri akan mampu menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

2. Agent of Development

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak akan bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sector riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.

3. Agent of Services

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.

Ketiga fungsi bank diatas diharapkan dapat memberikan

gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank dalam

perekonomian, sehingga bank tidak hanya dapat diartikan sebagai

(24)

Menurut R.G. Hawtrey dalam bukunya Curency and Credit

tahun 1919 menyatakan : uang ditangan masyarakat berfungsi sebagai

alat tukar dan alat pengukur nilai. Masyarakat memperoleh alat

penukar berdasarkan kredit yang disalurkan oleh suatu badan usaha

perantara yang memperdagangkan utang dan piutang. Dengan

demikian bank merupakan suatu badan usaha yang bertujuan

memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalulintas pembayaran dan

peredaran uang. Pemberian kredit dilakukan dengan modal sendiri atau

dengan dana pihak ketiga yang disimpan di bank maupun dengan

mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral. Umumnya

pemberian kredit lebih besar dari saldo uang nasabah yang tidak

ditarik, sehingga bank bersedia melepaskan kredit melebihi saldo

nasabah dengan cara menciptakan uang giral dengan membentuk

rekening Koran.

A. Hahn dalam bukunya membedakan bank atas dua jenis yakni :

a. Bank Primer yaitu bank yang bertugas dalam peminda bukuan alat-alat pembayaran yang dipercayakan oleh pihak ketiga,

contohnya bank sentral dan bank umum.

b. Bank Sekunder yaitu bank yang hanya bertugas sebagai perantara pemberian pinjaman, contohnya bank tabungan dan bank lain

(25)

Verryn Stuart dalam bukunya “Bank Politics” dua tugas bank yaitu : a. Sebagai perantara kredit yakni bank memberikan kredit kepada

pihak ketiga atau debitur yang berasal dari simpanan pihak ketiga

(masyarakat)

b. Menciptakan kredit yakni meminjamkan dana yang tidak berasal

dari dana milik masyarakat.

Ada tiga bentuk tugas atau operasi yang dilakukan bank yakni :

a. Operasi perkreditan secara aktif yakni tugas bank dalam rangka

menciptakan atau memberikan kredit.

b. Operasi perkreditan secara pasif yaitu tugas bank dalam menerima

simpanan atau dana pihak ketiga yag dipercayakan masyarakat.

c. Usaha bank sebagai perantara dalam pemberian kredit.

Berdasarkan fungsinya ada lima jenis bank yakni sebagai berikut :

a. Bank Sentral yaitu bank yang memperoleh hak untuk

mengedarkan uang logam dan uang kertas.

b. Bank Umum yaitu bank yang usahanya mengumpulkan dana

terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito

serta terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan

deposito serta terutama memberikan kredit berjangka waktu

(26)

c. Bank Tabungan yaitu bank yang usahanya mengumpulkan dana

terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan atau

mengeluarkan kertas berharga jangka waktu menengah dan

panjang. Menyalurkannya dalam bentuk kredit jangka waktu

menengah dan panjang dalam bidang pembangunan.

d. Bank Pendesaan (Rural bank) yaitu bank yang usahanya

mengumpulkan dana baik dalam bentuk simpanan uang maupun

dalam bentuk natura atau barang dan juga memberikan kredit

jangka pendek, baik dalam bentuk uang maupun natura terutama

kepada sektor pertanian dipedesaan.

Berdasarkan Undang-Undang Pokok Perbankan No.10/1998 di

Indonesia dikenal hanya dua jenis bank yaitu :

1. Bank Umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya

terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito

daklam usahanya terutama dalam memberikan kredit jangka

pendek.

2. Bank Pengkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip

syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu

(27)

2.1.2 Kredit

Pengertian Kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam,

dimulai dari arti kata “ kredit”yang berasal dari bahasa Yunani “

credere” yang berarti kepercayaan akan kebenaran dalam praktek

sehari – hari . Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang

memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang

untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu

yang ditentukan.

UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan

dikenakan bunga tagihan. Macam – macam Kredit Untuk membedakan

kredit menurut faktor – faktor dan unsur – unsur yang ada dalam

pengertian kredit, maka perbedaan kredit dapat dibedakan atas dasar :

a. Sifat penggunaan kredit

1. Kredit Konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk

keperluan konsumsi atau uang akan habis terpakai untuk

(28)

2. Kredit Produktif adalah kredit yang digunakan untuk

peningkatan usaha, baik usaha – usaha produksi, perdagangan

maupun investasi.

b. Keperluan kredit

1. Kredit produksi / ekploitasi

Kredit ini diperlukan perusahaan untuk meningkatkan

produksi baik peningkatan kuantitatif yaitu jumlah hasil

produksi maupun peningkatan kualitatif yaitu peningkatan

kuantitas atau mutu hasil produksi.

2. Kredit Perdagangan

Kredit ini dipergunakan untuk keperluan perdagangn pada

umumnya yang berarti peningkatan utility of place suatu barang, Barang – barang yang diperdagangkan ini juga

diperlukan bagi industri.

3. Kredit Investasi

Kredit yang diberikan kepada para pengusaha untuk investasi,

berarti untuk penambahan modal dan kredit bukan untuk

keperluan perbaikan ataupun penambahan barang modal atau

fasilitas – fasilitas yang erat hubungannya dengan itu.

Misalnya untuk membangun pabrik, membeli / mengganti

(29)

Kredit menurut cara pemakaian terdiri dari :

a. Kredit rekening Koran bebas

Debitur menerima seluruh kreditnya dalam bentuk rekening

koran kepadanya diberikan blangko cheque dan rekening koran

pinjamannya diisi menurut besarnya kredit yang diberikan,

debitur bebas melakukan penarikan selama kredit berjalan.

b. Kredit rekening Koran terbatas

Sistem ini adanya perbatasan tertentu bagi nasabah dalam

melakukan penarikan uang rekeningya, seperti pemberian kredit

dengan uang giral dan perubahannya menjadi uang chartal

dilakukan berangsur – angsur.

c. Kredit rekening Koran aflopend

Penarikan kredit dilakukan dalam arti maksimum kredit pada

waktu penarikan pertamalah sepeuhnya dipergunakan oleh

nasabah.

d. Revolving credit

Sistem penarikan kredit sama dengan cara rekening Koran bebas

dengan masa penggunaan satu tahun, akan tetapi cara

(30)

e. Term Loans

Dalam sistem ini penggunaan dan pemakaian kredit sangat

fleksibel artinya nasabah bebas menggunakan uang kredit untuk

keperluan apa saja dan bank tidak mau tentang hal itu.

2.1.3 Dana Pihak Ketiga (DPK)

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008

menjelaskan, “dana pihak ketiga bank, untuk selanjutnya disebut DPK,

adalah kewajiban bank kepada penduduk dalam rupiah dan valuta

asing.” Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari

masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sector riil

melalui penyaluran kredit (Fransisca dan Siregar, 2009).

Dana – dana yang dihimpun dari masyarakat (DPK) ternyata

merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank

(bisa mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank)

(Dendawijaya, 2005 : 49). Dana pihak ketiga terdiri atas beberapa

jenis, yaitu:

1. Tabungan (Saving Deposit)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang

penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat – syarat

tertentu. Semua bank diperkenankan untuk mengembangkan

(31)

masyarakat tanpa perlu adanya persetujuan dari bank sentral (bank

Indonesia).

2. Deposito (Time Deposit)

Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga

pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka

waktu tertentu berdasarkan perjanjian. Dilihat dari sudut biaya

dana, dana bank yang bersumber dari simpanan dalam bentuk

deposito merupakan dana yang relative mahal dibandingkan

dengan sumber dana lainnya, misalnya giro atau tabungan.

Berbeda dengan giro, dana deposito akan mengendap di bank

karena para pemegang (deposan) tertarik dengan tingkat bunga

yang ditawarkan oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat

jatuh tempo (apabila dia tidak ingin memperpanjang) dananya

dapat ditarik kembali. Terdapat berbagai jenis deposito, yakni:

deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposits on call. 3. Giro (demand deposit)

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya

dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro,

dan surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara

pemindahbukuan. Dalam pelaksanaan, giro ditatausahakan oleh

bank dalam suatu rekening yang disebut ‘rekening koran’. Jenis

(32)

a. Rekening atas nama perorangan,

b. Rekening atas nama suatu badan usaha/lembaga, dan

c. Rekening bersama/gabungan.

2.1.4 Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio)

CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan

dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik

kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap

kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank

tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan

kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.

Capital Adequacy Ratio menurut (Dendawijaya, 2000:122) adalah Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ( kredit, penyertaan , surat berharga, tagihan pada bank lain ) ikut di biayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di luar bank , seperti dana dari masyarakat , pinjaman , dan lain – lain.

Dalam menjalankan fungsinya bank harus menjaga rasio

kecukupan modalnya atau CAR (Capital Adequacy Ratio) (pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998). Modal

juga merupakan aspek yang sangat penting untuk menilai kesehatan

bank karena ini berhubungan dengan solvabilitas bank. CAR yang

(33)

ketentuan mengenai jumlah CAR ini harus ditaati oleh semua bank

umum. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan disiplin dan

profesionalisme bagi setiap bank untuk mengelola seluruh aktiva yang

dimiliki untuk mendapatkan keuntungan bagi bank.

Modal digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan

bank untuk menanggung risiko-risiko yang mungkin akan terjadi.

Bank yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi akan lebih solvabel.

Begitu juga sebaliknya bank yang mempunyai risiko yang kecil

mengidentifikasikan bank tersebut kurang solvabel. Tingkat modal

yang tinggi akan meningkatkan cadangan kas yang dapat digunakan

untuk memperluas kreditnya, sehingga tingkat solvabilitas yang tinggi

akan membuka peluang yang lebih besar bagi bank untuk

meningkatkan profitabilitas-nya. Sebaliknya bank yang tingkat

solvabilitasnya rendah akan mengurangi kemampuan bank untuk

meningkatkan profitabilitas-nya, bahkan dapat mengurangi

kepercayaan masyarakat, sehingga akan berpengaruh buruk terhadap

kelangsungan usahanya.

Bank for international settlements (B.I.S) menetapkan

ketentuan dan perhitungan Capital Adequacy Ratio yang harus diikuti oleh bank-bank seluruh dunia, sebagai suatu level dalam permainan

(34)

ditentukan oleh BIS adalah “ratio minimum 8 persen permodalan

terhadap aktifa yang mengandung resiko”. Ketentuan 8 % CAR

sebagai kewajiban penyedian modal minimum bank, dibagi dalam 2

bagian, yaitu:

I. 4 % modal inti (tier 1) yang terdiri dari shareholder equity,

preferred stock dan free reserves

II. 4 % modal sekinder (tier 2) yang terdiri dari subordinate dabt, loan

loss provisions, hybrid securities dan revaluation reserves.

Capital Adequacy Ratio (CAR) atau biasa juga disebut Rasio Kecukupan Modal, adalah perbandingan antara modal bersih yang

dimiliki bank dengan total asetnya. Dalam menghitung CAR dapat

diukur dengan cara :

1. Membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga

Dilihat dari sudut perlindungan kepentingan para deposan,

perbandingan antara modal dengan pos-pos pasiva merupakan

petunjuk tentang tingkat keamanan simpanan masyarakat pada

bank. Perhitungannya merupakan ratio modal dikaitkan dengan

simpanan pihak ketiga ( giro, deposito, dan tabungan ) sebagai

(35)

Modal dan Cadangan

= 10%

Giro + Deposito + Tabungan

Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa ratio modal atas

simpanan cukup dengan 10% dan dengan ratio itu permodalan

bank dianggap sehat. Ratio antara modal dan simpanan

masyarakat harus dipadukan dengan memperhitungkaan aktiva

yang mengandung resiko. Oleh karena itu modal harus dilengkapi

oleh berbagai cadangan sebagai penyangga modal, sehingga

secara umum modal bank terdiri dari modal inti dan modal

pelengkap.

2. Membandingkan modal dengan aktiva beresiko

Penentuan berapa besar kebutuhan modal minimum yang

dibutuhkan oleh bank Syari’ah didasarkan pada aktiva tertimbang

menurut risiko (ATMR). ATMR adalah faktor pembagi

(denominator) dari CAR, sedangkan modal adalah faktor yang

dibagi (numerator) untuk mengukur kemampuan modal

menanggung risiko aktiva tersebut.

Modal

CAR = x 100% ATMR

Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada aktiva

(36)

aktiva dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang

tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif

sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat

kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga.

Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot

risiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang

terkandung dalam aktiva itu sendiri atau yang didasarkan atas

penggolongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan.

2.1.5 Loan To Deposit Ratio (LDR)

Semakin besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit

relative dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada

suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya resiko yang

ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Apabila kredit yang

disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah, maka bank akan

mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang dititipkan oleh

masyarakat.

LDR merupakan rasio keuangan perusahaan perbankan yang

berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran

tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan

lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman

(37)

meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relatif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan.

LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga

yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan

dalam bentuk kredit.

Menurut Mulyono (1995:101), rasio LDR merupakan rasio

perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat

(kredit) dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang

digunakan.

Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar

kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan

mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Semakin tinggi rasio ini semakin rendah pula kemampuan likuiditas

bank (Dendawijaya, 2000:118). Sebagian praktisi perbankan

menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar

85%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-100% atau menurut

Kasmir (2003:272), batas aman untuk LDR menurut peraturan

pemerintah adalah maksimum 110 %.

Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk

mengetahui serta menilai sampai berapa jauh bank memiliki kondisi

(38)

lain LDR digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat

kerawanan suatu bank.

Penyebab LDR Rendah yaitu seperti telah dijelaskan

sebelumnya bahwa perbankan nasional pernah mengalami

kemerosotan jumlah kredit karena diserahkan ke BPPN untuk ditukar

dengan obligasi rekapitalisasi. Begitu besarnya nilai kredit yang keluar

dari sistem perbankan di satu sisi dan semakin meningkatnya jumlah

DPK yang masuk ke perbankan, maka upaya ekspansi kredit yang

dilakukan perbankan selama sepuluh tahun terakhir sepertinya belum

berhasil mengangkat angka LDR secara signifikan.

Fungsi LDR yaitu sebagai indikator intermediasi perbankan.

Begitu pentingnya arti LDR bagi perbankan maka angka LDR pada

saat ini telah dijadikan persyaratan antara lain :

1. Sebagai salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan bank.

2. Sebagai salah satu indikator kriteria penilaian Bank Jangkar (LDR

minimum 50%),

3. Sebagai faktor penentu besar-kecilnya GWM (Giro Wajib

Minimum) sebuah bank.

4. Sebagai salah satu persyaratan pemberian keringanan pajak bagi

(39)

Begitu pentingnya arti angka LDR, maka pemberlakuannya

pada seluruh bank sedapat mungkin diseragamkan. Maksudnya, jangan

sampai ada pengecualian perhitungan LDR di antara perbankan.

2.1.6 Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah

merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi

bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau

penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak

yang membutuhkan dana. NPL merupakan rasio yang dipergunakan

untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan

pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit,

semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung

pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis

terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya.

Setelah kredit diberikan bank wajib melakukan pemantauan terhadap

penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam

memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan, penilaian, dan

pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil risiko kredit.

Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI)

menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%.

Rumus perhitungan NPL adalah sebagai berikut:

(40)

Misalnya suatu bank mengalami kredit bermasalah sebesar 50 dengan

total kredit sebesar 1000, sehingga rasio NPL bank tersebut adalah 5%

(50 / 1000 = 0.05).

(Dendawijaya,2003:123) mengemukakan dampak Non Performing Loan (NPL) yang tidak wajar sebagai berikut:

1. Hilangnya kesempatan memperoleh kesempatan pendapatan (income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi kemampuan untuk memberikan kredit.

2. Rasio kualitas aktiva produktif menjadi semakin besar yang menggambarkan situasi memburuk.

3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besar modal bank.

4. Menurunkan tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan kesehatan bank dengan analisis CAMELS.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai penyaluran

kredit perbankan, yaitu sebagai berikut:

1. Cyndi Adelya dan Hotmal Jafar (2007)

Adelya dan Jafar (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh Dana

Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit pada perusahaan perbankan yang

terdaftar Bursa Efek. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah dana

pihak ketiga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran

(41)

2. Fanni Otavera Kifliani dan Syahyunan(2012)

Penelitian yang dilakukan Fanni dan Syahyunan mengenai Analisis

pengaruh dana pihak ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Non Performing

Loan terhadap penyaluran kredit PT. Bank Persero di Indonesia. Variabel

Independen berupa DPK, CAR dan NPL. Hasil penelitian yang didapatkan

adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan

Non Performing Loan (NPL) secara serempak berpengaruh signifikan

terhadap Penyaluran Kredit pada PT Bank Persero di Indonesia. Secara

parsial Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Persero di Indonesia, sedangkan

Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Loan (NPL) memiliki

pengaruh positif dan tidak siginifikan terhadap Penyaluran Kredit Bank

Persero di Indonesia.

3. Fitriya Ayu D.A, Saryadi dan Andi Wijayanto(2012)

Fitriya, Saryadi dan Andi melakukan penelitian tentang Pengaruh Dana

Pihak Ketiga(DPK), Capital Adequacy Ratio(CAR), Non Performing

Loan(NPL), Return on Asset(ROA) dan Loan to Deposit Ratio(LDR)

terhadap volume kredit yang disalurkan Bank Persero. Variabel

Independen berupa DPK, CAR, NPL, ROA dan LDR. Hasil penelitian

yang didapatkan adalah Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan

(42)

Performing Loan (NPL), Return On Assets (ROA) dan Loan to Deposit

Ratio (LDR) terhadap Volume Kredit yang disalurkan.

4. Mohamad Hasanudin dan Prihatiningsih(2010)

Penelitian yang dilakukan oleh Mohamad dan Prihatingsih adalah Analisi

pengaru Dana Pihak Ketiga, Tingkat Suku Bunga kredit, NPL, dan tingkat

inflasi terhadap penyaluran kredit BPR di Jawa Tengah. Variabel

independen berupa DPK, tingkat suku bunga, NPL, dan tingkat inflasi.

Hasil penelitian yang didapatkan berupa terdapat pengaruh positip antara

Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit BPR.Terdapat pengaruh

yang negatif tetapi tidak signifikan antara variabel tingkat suku bunga

kredit dengan penyaluran kredit BPR Terdapat pengaruh yang positip tetapi

tidak signifikan antara variabel Non Performance Loan dengan penyaluran

kredit BPR. Terdapat pengaruh yang positip tetapi tidak signifikan antara

variabel tingkat inflasi dengan penyaluran kredit BPR. Terdapat pengaruh

yang negatip dan signifikan antara variabel tingkat risiko kredit dengan

penyaluran kredit BPR.

5. Fransisca dan Hasan Sakti Siregar (2008)

Penelitian yang dilakukan oleh Fransisca dan Siregar (2008) mengenai

pengaruh faktor internal bank terhadap volume kredit pada bank yang go public di Indonesia, memiliki variabel independen DPK, CAR, ROA, dan NPL. Hasil dari penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga dan Return on

(43)

Adequacy Ratio memiliki pengaruh positif dan Non Performing Loan

memiliki pengaruh negatif, keduanya tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap volume kredit. Secara simultan Dana Pihak Ketiga dan

NonPerforming Loan berpengaruh signifikan terhadap volume kredit.

Tabel 1.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan Judul Penelitian Tujuan

Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1 Cyndi Adelya dan Hotmal Jafar (2007)

Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap penyaluran kredit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia 2 Fanni Oktavera Kifliani dan

Syahyunan ( 2012)

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan terhadap penyaluran kredit PT. Bank Persero Di

(44)

No Peneliti dan Judul Penelitian Tujuan

Penelitian Variabel Hasil Penelitian

3 Fitriya Ayu D.A, Saryadi dan Andi Wijayanto (2012)

Pengaruh DPK, CAR, NPL, ROA, LDR terhadap Volume

kredit yang disalurkan Bank Persero 4 Mohamad Hasanudin dan

Prihatiningsih (2010) Analisis Pengaruh DPK, tingkat suku bunga kredit, NPL

dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit BPR di Jawa

(45)

Sumber : dari berbagai penelitian terdahulu

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan telaah pustaka dan diperkuat dengan penelitian terdahulu

diduga bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap volume kredit pada Bank Persero di Indonesia. Dengan demikian

dapat dirumuskan kerangka pikir penelitian sebagai berikut :

No Peneliti dan Judul Penelitian Tujuan

Penelitian Variabel Hasil Penelitian

signifikan antara

5 Fransisca dan Hasan Sakti Siregar (2008)

Pengaruh faktor internal bank terhadap volume kredit pada

bank yang go public di Indonesia, memiliki variabel independen DPK, CAR, ROA,

(46)

VOLUME KREDIT (Y)

2.4. Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Volume Kredit Perbankan

Bank memiliki peranan yang penting dalam perekonomian

suatu bangsa karena dalam definisi bank menurut UU perbankan No.

10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Dana–dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata

merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank

(bisa mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank)

(47)

Dana – dana yang telah diterima tersebut merupakan dana

pihak ketiga. Oleh sebab itu semakin besar Dana Pihak Ketiga yang

diterima semakin meningkat pula peranan bank dalam menyalurkan

dana tersebut kepada pihak yang kekurangan dana dengan bentuk

pemberian kredit.

H1 : Dana Pihak Ketiga berpengaruh positif terhadap volume kredit perbankan

2.4.2 Pengaruh Loan to Deposit Ratio Terhadap Volume Kredit Perbankan

Loan to Deposit Ratio digunakan sebagai rasio yang dapat

menunjukan kerawanan satu kemampuan bank. Dalam hal ini bank

dituntut untuk menyediakan kemampuan dalam membayar kembali

ketika deposan menarik kembali dananya. Sehingga mengakibatkan

semakin tinggi LDR pada suatu bank maka akan mengakibatkan

semakin rendahnya likuiditas yang bersangkutan karena jumlah dana

yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar,

sebaliknya jika semakin rendahnya LDR pada suatu bank maka akan

mengakibatkan semakin tingginya likuiditas yang bersangkutan. Hal

ini menunjukan pengaruh pada kemampuan kredit pada suatu bank,

karena jika semakin tinggi LDR yang ada maka kemampuan

kemampuan kredit yang telah disalurkan oleh bank juga semakin

(48)

jika semakin rendah LDR yang ada maka kemampuan kredit yang

telah disalurkan oleh bank juga semakin rendah dalam membayar

kewajiban jangka pendeknya.

H2 : Loan to Deposit Ratio berpengaruh positif terhadap volume kredit perbankan

2.4.3 Pengaruh Capital Adequacy Ratio Terhadap Volume Kredit Perbankan

CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan

modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung

atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.

(Dendawijaya 2005 : 121). CAR merupakan faktor internal dalam bank

dalam menentukan penyaluran kredit perbankan. CAR ditentukan

menggunakan perbandingkan dengan kewajiban penyediaan modal

minimum sebesar 10%. Jika CAR tinggi maka akan meningkatkan

sumber daya finansial untuk perkembangan usaha perusahaan, dan

mengantisipasi kerugian yang akan diterima dari volume jumlah

kredit. Jumlah CAR yang tinggi akan membuat kepercayaan diri pada

bank dalam melakukan penyaluran kredit. Oleh sebab itu, jika

kecukupan modal yang dimiliki oleh suatu bank tinggi maka jumlah

volume kredit yang akan diberikan dapat meningkat.

(49)

2.4.4 Pengaruh Non Performing Loan Terhadap Volume Kredit Perbankan

NPL atau kredit bermasalah adalah banyaknya peminjaman kredit

yang mengalami kendala dalam melunasi kewajibannya. Hal ini dapat

terjadi karena kesengajaan yang dilakukan oleh debitur atau pun

masalah lain yang berada diluar kendali debitur. Jika NPL menunjukan

kenaikan yang tinggi, maka tingkat kesehatan bank akan semakin

menurun dengan nilai asset yang dimiliki. Bank harus selalu menjaga

kreditnya agar tidak masuk dalam golongan kredit bermasalah (NPL).

Resiko yang dihadapi bank merupakan resiko tidak terbayarnya kredit

yang disebut dengan default risk atau resiko kredit. Meskipun resiko kredit tidak dapat dihindarkan, maka harus diusahakan dalam tingkat

yang wajar berkisar antara 3% - 55% dari total kreditnya. Oleh sebab

itu, jika NPL menunjukan nilai yang tinggi maka kinerja operasional

pada bank tersebut akan menjadi terganggu, sehingga bank harus

mengurangi pemberian kreditnya.

(50)

BAB III Metode Penelitian

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen

(bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel independen (bebas) dalam

penelitian ini adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio

(CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL). Sedangkan variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah volume

kredit. Sehubungan dengan objek penelitian tersebut, maka yang dijadikan

sebagai subjek penelitian adalah pada Bank yang terdaftar sebagai Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia selama 10 tahun yakni 2003-2012.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa data sekunder

yang merupakan data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi berupa

publikasi. Data kuantitatif yakni data yang dapat dihitung atau data yang

berupa angka-angka (diukur dalam skala numerik). Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Bank Persero Indonesia

yang meliputi Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR),

(51)

diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia dan laporan keuangan tahunan

dari Bank – bank Persero di Indonesia periode 2003-2012. Sumber data

diperoleh dari website Bank Indonesia, yait

bank yang dijadikan objek dalam penelitian (

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian. Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Bank yang terdaftar sebagai BUMN

yang terdapat di BEI selama tahun 2003-2012. Jumlah populasi dalam dalam

penelitian ini sebanyak 4 perusahaan dengan periode penelitian selama 10

tahun, Peneliti mengambil 4 perusahaan bank BUMN sebagai sampel dengan

beberapa kriteria yang telah ditetapkan sehingga jumlah seluruh amatan

(observasi) adalah sebanyak 40. Sedangkan sampel adalah himpunan bagian

atau bagian dari populasi. Sampel yang digunakan adalah perusahaan

perbankan BUMN yang terdaftar di BEI selama tahun 2003-2012 yang

memenuhi kriteria penelitian. Pengambilan sampel yang dilakukan dalam

penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Teknik purposive sampling dilakukan dengan memilih sampel dengan tujuan tertentu sesuai dengan kriteria – kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria sampel yang

(52)

1. Perusahaan perbankan persero yang merupakan BUMN yang terdaftar di

BEI pada tahun 2003-2012 .

2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap pada

tahun 2003-2012 .

3. Perusahaan tidak mengalami kerugian dan memiliki laba yang konsisten

pada tahun 2003-2012.

4. Perusahaan tersebut tidak melakukan penggabungan perusahaan pada

tahun 2003-2012.

Berdasarkan Kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini

adalah sebanyak 4 perusahaan perbankan yaitu bank persero yang terdaftar

sebagai BUMN yang terdapat di BEI antara lain :

Tabel 3.1

Data Populasi dan Sampel

(53)

NO KODE POPULASI KRITERIA SAMPEL

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode pengumpulan data historis (documentary-historical).

Langkah-langkah yang diambil dalam pengumpulan data yang berkaitan

dengan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Studi Pustaka

Penelitian ini dengan mengumpulkan data dan teori yang relevan terhadap

permasalahan yang akan diteliti dengan melakukan studi pustaka terhadap

literatur dan bahan pustaka lainnya seperti artikel, jurnal, buku dan

(54)

2. Studi Dokumenter

Studi dokumentasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan

kategori danklasifikasi bahan - bahan tertulis yang berhubungan dengan

masalah penelitian. Data-data yang dikumpulkan adalah Dana Pihak

Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio(CAR), Loan to Deposit Ratio

(LDR), Non Performing Loan (NPL) dan Kredit yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia.

3.5 Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Jogiyanto,

2004 : 31).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Independen/Variabel Bebas

Menurut Sugiyono (2005:33), “ Variabel bebas adalah variabel sebab

timbulnya atau berubahnya variabel independen (variabel terikat)”.

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPK,

CAR, LDR, dan NPL. Variabel independen disimbolkan dengan “X1”

(Giro), “X2” (Tabungan), “X3” (Deposito), “X4” (CAR), “X5” (NPL),

(55)

2. Variabel Dependen/Variabel Terikat

Menurut Sugiyono (2005:33), “Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kredit, dimana variabel

dependen disimbolkan dengan “Y”.

3.6 Metode Analisis Data

Teknik analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah teknik

analisis regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh

mengenai hubungan antara variabel satu dengan variabel lain. Untuk mencapai

tujuan dalam penelitian ini, maka pengujian asumsi klasik juga perlu dilakukan

untuk memastikan apakah model regresi linier berganda yang digunakan tidak

terdapat masalah normalitas, multikolonieritas, heterokedastisitas, dan

autokorelasi. Jika semua itu terpenuhi berarti bahwa modelanalisis telah layak

digunakan.

3.6.1 Analisis Regresi Berganda

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari

variabel independen (Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy

Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan (NPL)

terhadap variabel dependen (Kredit) maka digunakan model regresi

(56)

. ... (5)

Dimana:

Y = Penyaluran Kredit Bank Persero pada periode t

a = Konstanta Persamaan Regresi

b1, b2, b3, b4 = Koefisien Regresi

X1 = Dana Pihak Ketiga Bank Persero pada periode t

X2 = Capital Adequacy Ratio Bank Persero pada periode t

X3 = Loan to Deposite Ratio Bank pada periode t

X4 = Non Performing Loan Bank Persero pada periode t

e = Standard Error

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Data yang digunakan adalah data sekunder, oleh karena itu untuk

menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa

asumsi klasik yang digunakan yaitu: Uji Normalitas, Uji

Multikolonieritas, Uji Heterokedastisitas dan Autokorelasi yang secara

rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.6.2.1 Uji Nomalitas

Uji normalitas perlu dilakukan untuk menentukan

alat statistik yang diperlukan. Jika data yang diperoleh

terditribusi normal dan atau variasinya tidak sama, maka

pengujian hipotesis dilakukan dengan alat statistik. Uji

(57)

Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variable pengganggu dan residual memiliki distribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi

data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah

variabel residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan

analisis grafik. Sedangkan normalitas suatu variabel umumnya

dideteksi dengan grafik atau uji statistik (non - parametrik

Kolmogorof - Smirnov (K-S). Suatu variabel dikatakan

terdistribusi normal jika nilai signifikansinya > 0,05 (Ghozali,

2009).

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara analisis grafik. Normalitasdapat dideteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau

dengan melihat histogram dari residualnya:

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola

distribusi normal regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak

mengikuti arah garis diagonalatau grafik histogram tidak

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

(58)

3.6.2.2 Uji Multikoliniearitas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui

apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas (independen). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen

(Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolonieritas didalam model regresi antara lain dapat

dilakukan dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2)

variance factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤

0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10(Ghozali, 2009).

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).

Metode yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala

heterokedastisitas antara lain: metode grafik, park glejser, rank

spearman dan barlett. Dalam penelitian ini metode yang

digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas dengan

(59)

(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya

heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan

SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan

sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang

terletak di Studentized.

1. Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang

teratur maka mengidentifikasikan telah terjadi

heterokedasitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di

atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heteroskedasitas.

3.6.2.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu

pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada

problem autokorelasi (Ghozali, 2009).

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi

didalam model regresi antara lain dapat dilakukan dengan Uji

Durbin - Watson (DW Test), dengan ketentuan sebagai berikut:

(60)

2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat

disimpulkan.

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi auto korelasi.

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan pengujian normalitas dan pengujian

asumsi-asumsi klasik, langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian atas

hipotesis 1 (H1) sampai dengan hipotesis 3 (H3). Pengujian tingkat

penting (test of significance) ini merupakan suatu prosedur dimana hasil

sampel digunakan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis dengan alat

analisis yaitu uji kesesuaian model, uji t dan nilai koefisien determinasi

(R2). Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila uji

nilai statistikanya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho

ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji nilai statistikanya

berada dalam daerah dimana Ho diterima.

3.6.3.1 Uji Kesesuaian Model

Pengujian kesesuaian model dilakukan dengan uji F. Uji

F dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung

dengan nilai F tabel, apabila nilai F hitung lebih besar daripada

F tabel maka Ha akan diterima dan Ho akan ditolak dengan

kata lain model layak, demikian pula sebaliknya. Nilai F hitung

Gambar

Tabel 1.1        Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1 Data Populasi dan Sampel
Tabel 4.1.
Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini, terlihat bahwa program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh beberapa instansi tidak saling mendukung, bahkan terdapat tumpang tindih

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di kelas X TKJ SMK Negeri 3 Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Waktu penelitian

While nonlinear video editing saves time and adds fl exibility, the nonlinear mode of the History palette is not as useful. By default, the nonlinear option is disabled,

item skala kecemasan menghadapi pensiun dapat dilihat pada.

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ ANALISIS FAKTOR YANG

Dari usulan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmiahan pada prototype terminal komunikasi data VMeS ( Vessel Messaging System ) pada

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran yang bervariasi dalam pengembangan kognitif melalui media berbasis alam sangatlah penting bagi anak TK Pertiwi Kroyo

Jumlah alokasi waktu pada prosem diisi sesuai dengan jam pelajaran efektif yang ada