SKRIPSI
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, LOAN TO DEPOSIT RATIO, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSET,
SUKU BUNGA SBI TERHADAP JUMLAH PENYALURAN KREDIT: STUDI EMPIRIS PADA BANK BUMN DAN BANK SWASTA
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013
OLEH
CHRISTIN NATALIA SIMAMORA 120522045
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
“Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013”.
Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai skripsi guna untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang
berlaku.
Medan, Maret 2015
Yang Membuat Pernyataan,
Christin Natalia Simamora
ABSTRAK
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, LOAN TO DEPOSIT RATIO, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSET,
SUKU BUNGA SBI TERHADAP JUMLAH PENYALURAN KREDIT: STUDI EMPIRIS PADA BANK BUMN DAN BANK SWASTA
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai laporan keuangan dan tahunan, laporan auditor independen, serta jurnal, buku referensi, internet dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data penelitian adalah metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dana pihak ketiga, loan to deposit ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit, capital adequacy ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit, non performimg loan berpengaruhpositif tetapi tidak signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit, return on asset dan suku bunga SBI perusahaan berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit
ABSTRACT
EFFECT OF THIRD PARTY FUNDS, LOAN TO DEPOSIT RATIO, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSET,
SBI INTEREST RATE OF TOTAL DISTRIBUTION OF CREDIT: EMPIRICAL STUDY ON STATE BANK AND
PRIVATE BANKS LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2009-2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai dengan kasih setia dan
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 .”
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua tercinta (M.Simamora (Alm) dan R. Br
Pangaribuan) yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk selalu
berusaha memberikan yang terbaik selama ini, bahkan selama perkuliahan, terlebih dalam
penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM.
Ak. selaku ketua dan sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. dan Dra. Mutia Ismail, MM. Ak. selaku ketua dan
sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah
5. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM. Ak. Dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak. selaku
Dosen Pembanding dan Dosen Penguji penulis yang banyak membantu dan memberikan
masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk
menyempurnakan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca sekalian terutama penulis.
Medan, Maret 2015
Christin Natalia Simamora
DAFTAR ISI
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit ... 22
2.4.6 Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ... 27
4.1 Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian ... 49
4.2 Frequencies Penelitian ... 52
4.3 Hasil Uji Normalitas K-S ... 54
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 55
4.5 Koefisien Korelasi Antar variable ... 56
4.6 Pengambilan Keputusan... 59
4.7 Uji Autokorelasi (DW Test)... 59
4.8 Uji Autokorelasi (LM Test) ... 60
4.9 Uji Run Test ... 61
4.10 Hasil Analisis Regresi ... 63
4.11 Hasil Koefiein Determinasi... 65
4.12 Hasil Uji t ... 66
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Konseptual ... 33
4.1 Histogram ... 53
4.2 Grafik Normal P.Plot... 54
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Lampiran Halaman
1. Daftar Populasi Perusahaan ... 77
2. Daftar Sampel Perusahaan ... 78
3. Daftar Variabel Penelitian ... 79
ABSTRAK
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, LOAN TO DEPOSIT RATIO, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSET,
SUKU BUNGA SBI TERHADAP JUMLAH PENYALURAN KREDIT: STUDI EMPIRIS PADA BANK BUMN DAN BANK SWASTA
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset, Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit: Studi Empiris Pada Bank BUMN dan Bank Swasta Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai laporan keuangan dan tahunan, laporan auditor independen, serta jurnal, buku referensi, internet dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data penelitian adalah metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dana pihak ketiga, loan to deposit ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit, capital adequacy ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit, non performimg loan berpengaruhpositif tetapi tidak signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit, return on asset dan suku bunga SBI perusahaan berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap terhadap jumlah penyaluran kredit
ABSTRACT
EFFECT OF THIRD PARTY FUNDS, LOAN TO DEPOSIT RATIO, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSET,
SBI INTEREST RATE OF TOTAL DISTRIBUTION OF CREDIT: EMPIRICAL STUDY ON STATE BANK AND
PRIVATE BANKS LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2009-2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi
perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor perbankan. Dalam
UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat
banyak”. Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki
fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat. Industri Perbankan memegang
peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai Financial Intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana.
Masyarakat yang kelebihan dana dapat menyimpan dananya dibank dalam bentuk tabungan,
deposito, giro dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu sesuai kebutuhan dan disebut
sebagai dana pihak ketiga. Dana yang dihimpun dari masyarakat ini akan digunakan untuk
pendanaan sektor riil melalui penyaluran kredit. Dana pihak ketiga yang berupa tabungan,
deposito, giroini dihimpun oleh bank melalui berbagai macam produk dana yang ditawarkan
pada masyarakat luas, yang menaruh kepercayaan terhadap bank yang bersangkutan untuk
menyimpan uangnya kemudian ditarik kembali pada saat jatuh tempo dengan imbalan bunga
maupun capital gain dari bank tersebut (Muljono, 2006 dalam Rahmawati,2011). Dengan
demikian dana pihak ketiga mendukung tingkat penyaluran kredit perbankan. Sementara
Kredit menurut Ikatan Akuntan Indonesia (SAK, 2007 : 31.11) adalah pinjaman uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan. Dengan adanya ketentuan seperti itu, maka kredit merupakan salah satu sumber
penghasilan bagi bank. Pada bank konvensional, pendapatan dari kegiatan kredit dapat berupa
pendapatan bunga. Semakin besar kredit yang diberikan maka semakin besar pula pendapatan
bunga yang akan diperoleh bank. Beberapa faktor yang bepengaruh terhadap kinerja bank dalam
pemberian kredit kepada masyarakat adalah Loan To Deposit Ratio(LDR), Capital Adequacy Ratio(CAR), Non Performing Loan (NPL), Return Asset, dan Tingkat Suku Bunga SBI.
Loan To Deposit Ratio (LDR) untuk melihat seberapa besar tingkat likuiditas dalam menentukan kemampuannya untuk membayar kewajiban jangka pendek. Sehingga semakin
tinggi LDR maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu
menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank
juga meningkat.
Capital Adequacy Ratio (CAR) yang dilihat dari seberapa besar kecukupan modal yang dimiliki perbankan. Menurut Dendawijaya (2000 : 122) CAR adalah “Risiko yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan,
surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping
memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat,
pinjaman, dan lain – lain. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank menutupi
yang berisiko. Kemampuan bank dalam menanggung resiko dari setiap kredit / aktiva
produktifnya dapat dilihat dari CAR pada suatu perusahaan tersebut. Jika CAR tinggi maka bank
tersebut mampu membiayai kegitan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar
bagi profitabilitasnya. Artinya setiap pertambahan kegiatan bank yang mengakibatkan
pertambahan profitabilitas harus diimbangi dengan pertambahan CAR sebesar yang telah
diimbangi oleh Bank Indonesia. Ini merupakan suatu langkah yang mencerminkan produktivitas
banking, dimana Bank Indonesia berusaha untuk tetap menjaga solvabilitas dan likuiditas bank
dalam memenuhi pembayaran terhadap deposan.
Non Performing Loan (NPL) dalam perbankan ketika debitur tidak dapat membayarkan peminjaman kredit. Dalam dunia perdagangan sering terjadi risiko kegagalan yang terjadi,
demikian juga pada dunia perbankan. Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank dapat
mengandung risiko berupa tidak lancarnya pembayaran kredit atau yang biasa disebut dengan
kredit macet sehingga mempengaruhi kinerja bank. Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan
NPL sebesar 5%. Apabila bank mampu menekan rasio NPL dibawah 5%, maka potensi
keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar, karena bank – bank akan menghemat uang
yang diperlukan untuk membentuk cadangan kerugian kredit bermasalah.
Return on Asset yang dilihat dari kesehatan perbankannya ketika mendapatkan laba yakni memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan. ROA digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan didalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak
terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik,
perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang
dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, d1998).
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan mekanisme yang digunakan Bank Indonesia
untuk mengontrol kestabilan rupiah. Bank Indonesia dapat menjual SBI agar dapat menyerap
kelebihan uang primer yang telah beredar juga memiliki peranan tersendiri dalam pemberian
kredit yang akan dilakukan. Tingkat suku bunga pada penjualan SBI ditentukan melalui system
lelang. Sejak awal juli 2005, Bank Indonesia menggunakan “BI rate” (suku bunga BI), yaitu
Bank Indonesia mengumumkan target suku bunga SBI untuk melakukan pelelangan pada masa
periode tertentu. BI rate digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam melakukan pelelangan
atau dalam pelaksanaan peminjaman kredit. Jika masyarakat ingin melakukan peminjaman
kredit, suka bunga merupakan faktor eksternal yang sering dilihat. Jika pada suatu bank memiliki
suku bunga yang tinggi, maka permintaan kredit yang dilakukan masyarakat akan menjadi
menurun. Sebaliknya jika suku bunga suatu bank mengalami penurunan, maka minat masyarakat
akan permintaan kreditnya menjadi meningkat.
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Francisca dan Siregar (2009), DPK dan
ROA terdapat hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit,
sedangkan untuk CAR dan NPL terdapat hubungan positif dan negatif dan berpengaruh tidak
signifikan terhadap penyaluran kredit. Namun dalam penelitian yang dilakukan Galih (2011)
mengenai pengaruh DPK,CAR, NPL, ROA dan LDR terhadap penyaluran kredit modal kerja
menyatakan bahwa DPK,CAR, ROA dan LDR memiliki hubungan positif dan berpengaruh
signifikan terhadap penyaluran kredit modal kerja, sedangkan NPL memiliki hubungan negatif
yang dilakukan Pratama (2010) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
penyaluran kredit perbankan dalam hasilnya menyatakan bahwa DPK memiliki hubungan positif
dan signifikan positif terhadap penyaluran kredit, CAR memiliki hubungan positif dan signifikan
negatif terhadap penyaluran kredit, NPL memiliki hubungan negatif dan signifikan negatif
terhadap penyaluran kredit, sedangkan SBI memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan
positif terhadap penyaluran kredit.
Namun dalam penelitian yang dilakukan oleh Triasdini (2010) mengenai pengaruh CAR,
NPL, dan ROA terhadap penyaluran kredit modal kerja menyebutkan bahwa CAR dan ROA
memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit sedang
pada NPL memiliki hubungan yang negatif dan berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Secara
simultan CAR memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran
kredit, sedangkan NPL memiliki hubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap
penyaluran kredit. Penelitian yang didapatkan dari penelitian terdahulu adalah dari variabel LDR
dan ROA. Bank perlu memperhatikan profitabilitas yang bisa didapat dari kegiatan
operasionalnya. Profitabilitas merupakan acuan untuk mengukur laba yang didapatkan dari
kinerja bank dalammengelola dana yang dihimpunnya. Bank yang mampu menghasilkan laba
yang besar berarti bank tersebut mampu menjalankan usahanya. Profitabilitas dapat diukur
dengan menggunakan rasio ROA. Tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh bank akan terkait
dengan keseimbangan jumlahdana yang mampu dihimpun dan jumlah dana yang mampu
disalurkan. Jika dilihat pada likuiditas yang merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki bank
untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus dibayar, dapat diukur dengan rasio LDR
dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga.
membayar kembali semua deposan yang mengambil dana sewaktu – waktu, serta memenuhi
permintaan kredit yang telah diajukan. Jika Bank memberikan jumlah kredit kepada masyarakat
maka dapat mempengaruhi besarnya laba yang akan diterima yaitu bunga kredit yang disalurkan.
Semakin kecil pertumbuhan kredit, maka profitabilitasnya akan menurun. Oleh karena itu LDR
dan ROA dianggap berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada perbankan. Berdasarkan uraian
yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, LOAN TO DEPOSIT RATIO, CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, RETURN ON ASSET dan TINGKAT SUKU BUNGA SBI TERHADAP JUMLAH PENYALURAN KREDIT : STUDI EMPIRIS PADA BANK BUMN
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka penulis
merumuskan masalahnya sebagai berikut :
1. Apakah Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank
BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah Loan To Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
5. Apakah Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
6. Apakah Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank
BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK)terhadap jumlah penyaluran kredit
pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Untuk mengetahui Pengaruh Capital Adequacy Ratio(CAR) terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Untuk mengetahui PengaruhNon Performing Loanterhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
5. Untuk mengetahui Return On Asset Tingkat Suku Bunga SBI terhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
6. Untuk mengetahui Tingkat Suku Bunga SBIterhadap jumlah penyaluran kredit pada Bank
BUMN dan Bank Swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
Adapun manfaat penelitian ini adalah
1. Bagi peneliti, untuk menaruh wawasan peneliti dan bahan masukan mengenai pengaruh
Dana Pihak Ketiga, Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Asset Dan Tingkat Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit : Studi Empiris Pada Bank BUMN Dan Bank SwastaYang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia.
2. Bagi manajemen bank, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan faktor dana pihak ketiga
terhadap volume kredit
3. Bagi pihak lain, sebagai bahan masukan dan sumber informasi dalam melakukan
1.4 Sistematika Penulisan
Agar dapat memberikan gambaran yang jelas tentang penulisan penelitian ini, maka
disusunlah sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi – materi yang dibahas di
tiap – tiap bab. Sistematika penulisan ini adalah :,
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang mendasari penelitian ini, penelitian
terdahulu, kerangka pemikiran teoritis serta hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai variable – variabel yang akan diteliti, jenis dan sumber
data, populasi dan penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai deskripsi obyek penelitian,hasil analisis data dan
pembahasan.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan atas hasil penelitian dan saran yang diberikan berkaitan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Bank
Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu Negara sehingga kemajuan
sesuatu bank disuatu Negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan Negara tersebut. Bank dapat
diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa
bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak
dibidang keuangan dimana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya
menyalurkan dana atau kedua-duanya.
Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Pengertian tersebut memiliki kandungan filosofis yang tinggi.
Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan
Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990.Pengertian bank menurut PSAK
Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999: 31.1) adalah, bank merupakan suatu
lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan
dana dan pihakpihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi
memperlancar lalu lintas pembayaran. Sedangkan berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor
melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai
investasi perusahaan. Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank
adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpundan menyalurkan dana dari dan kepada
masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank
adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam
lalu lintas pembayaran dan peredaran uang (Febryani dan Zulfadin, 2003).
Berdasarkan UU Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, terdapat dua jenis bank, yaitu:
1. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannnya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melakasanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank umum adalah bank yang kegiatan usahanya menghimpun dana berupa simpanan dalam
bentuk giro dan deposito, rekening koran, dan juga memberikan kredit jangka pendek. Untuk
Indonesia sendiri, bank umum disebut juga dengan bank komersial yang terdiri dari bank
pemerintah, bank swasta nasional, dan bank swasta asing (Triasdini, 2010).
2.1.2Kredit
Kegiatan bank setelah melakukan penghimpunan dana dalam bentuk simpanan (tabungan,
deposito dan giro) adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat. Kegiatan ini
Menurut Undang-Undang yang tertera dalam pasal 1 ayat 11 UU No.10/1998 tentang
perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibakan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga. Kredit itu sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu “credere” yang mempunyai
arti kepercayaan kreditur terhadap debitur yang artinya bahwa kreditur percaya bahwa debitur
akan mengembalikan dana yang telah dipinjam beserta bunga yang telah disepakati sebelumnya
oleh kedua belah pihak yang bekerja sama.Sedangkan Dendawijaya (2003) mengemukakan
bahwa dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80%- 90% dari seluruh dana
yang dikelola bank dan kegiatan perkreditan mencapai 70% - 80% dari kegiatan usaha bank.
Selain itu bank dalam melakukan kegiatan pemberian kredit tentu harus memperhatikan dengan
baik calon nasabah yang akan menjadi penerima kredit, nasabah tersebut tentu harus dapat
dipercaya.
Analisis kredit perlu dilakukan bank untuk menguji kelayakan pinjaman yang nantinya
akan diberikan. Analisis kredit tentu akan sangat berguna bagi bank sebagai salah satu langkah
dalam mencegah kredit macet. Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan tentu saja bank
sudah memiliki langkah-langkah dalam penyelamatan kredit. Berdasarkan
pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian fasilitas kredit terdapat berbagai
unsur yang terkadung di dalamnya antara lain (Kasmir, 2011):
1. Kepercayaan
Kepercayaan yaitu keyakinan bank sebagai pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan
kepada nasabah akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang.
Kesepakatan ini terjadi antara pihak pemberi kredit dan penerima kredit yang dituangkan
dan ditandatangani dalam suatu perjanjian yang berisi hak dan kewajiban masing-masingpihak.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, dapat berupa jangka pendek, jangka
menengah ataupun jangka panjang.
4. Risiko
Semakin panjang jangka waktu suatu kredit maka akan semakin besar risikonya demikian
pula sebaliknya. Tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak
tertagihnya atau macetnya pemberian kredit. Risiko ini akan menjadi tanggungan perusahaan,
baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak disengaja.
5. Balas jasa
Balas jasa merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit. Bagi bank konvensional
bunga dan biaya administrasi kredit merupakan keuntungan yang diterima bank sebagai balas
jasa dalam memberikan fasilitas kredit.
2.1.2.1 Tujuan Kredit
Keuntungan utama dalam bisnis perbankan sebagian besar berasal dari pemberian
kredit, maka dapat dikatakan bahwa pemberian kredit dapat menjadi salah satu cara dalam
mencapai tujuan perbankan. Menurut Kasmir (2011) tujuan utama dalam pemberian kredit
adalah
1. Untuk mencari keuntungan bagi bank, berupa bunga, biaya administrasi, provisi, dan biaya -
2. Untuk meningkatkan usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun
dana untuk modal kerja, sehingga nasabah dapat mengembangkan usahanya.
3. Untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan pembangunan di berbagai
sektor.Keuntungan lain yang didapatkan pemerintah dalam pemberian kredit oleh perbankan
adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan pajak yang diterima dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.
b. Menciptakan kesempatan kerja, dimana kredit yang diperuntukkan bagi pembentukan usaha
baru atau perluasan usaha baru tentu akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat
memberikan peluang bagi pencari kerja dan mengurangi pengangguran.
c. Meningkatkan devisa negara terutama bagi produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan
ekspor.
d. Menghemat devisa negara terutama bagi produk-produk yang sebelumnya diimpor. Jadi
dengan fasilitas kredit dapat memproduksi produk tersebut di dalam negeri tentu akan
menghemat devisa negara.
e. Meningkatkan jumlah barang dan jasa karena kredit yang disalurkan tentu dapat
meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa yang terdapat di masyarakat.
2.1.2.2 Fungsi Kredit
Adapun fungsi kredit menurut Kasmir (2011) adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
Apabila uang yang ada hanya disimpan saja dirumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang
berguna, sebaliknya dengan disalurkannya dalam bentuk kredit maka uang tersebut menjadi
2. Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan oleh bank dapat digunakan untuk mengolah barang yang sebelumnya
tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.
3. Untuk meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus peredaran barang dari suatu wilayah
ke wilayah lain dan dapat meningkatkan jumlah barang yang beredar.
4. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu - lintas uang
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan melalui kredit akan beredar dari suatu
wilayah ke wilayah lain. Sehingga jika suatu daerah kekurangan uang dengan mendapatkan
kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.
5. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
Dengan menerima kredit, nasabah akan bergairah untuk membuka atau memperluas
usahanya.
6. Untuk meningkatkan hubungan internasional.
Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara
debitur dan kreditur, sehingga akan meningkatkan kerja sama pada bidang lainnya.
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan meningkatkan pemerataan pendapatan di
masyarakat.
8. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi karena dengan
adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh
2.1.2.3 Jenis – jenis Kredit
Beragam jenis usaha, menyebabkan pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang
beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan
dana yang diinginkan nasabah. Bank umum dan bank perkreditan rakyat memberikan berbagai
jenis kredit kepada masyarakat. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi
antara lain :(Kasmir,2011)
1.Dilihat dari Segi Kegunaan a. Kredit Investasi,
yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk investasi produktif seperti keperluan perluasan
usaha atau membangun proyek. Kredit ini biasanya digunakan untuk jangka waktu yang
relatif lama.
b. Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja ini diberikan untuk membeli
bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan
proses produksi perusahaan.
2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit a. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini
diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk
membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian akan
menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan akan menghasilkan hasil tambang
b. Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada
pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau
dipakai seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil
pribadi, kredit perabotan rumah dan kredit konsumtif lainnya.
c. Kredit Perdagangan
Kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas dan
perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan
dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier
atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit
ini misalnya kredit ekspor dan impor.
3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek
Kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan
biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.Contohnya untuk peternakan, misalnya
kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya untuk tanaman padi atau
jagung.
b. Kredit Jangka Menengah
Kredit yang memiliki jangka waktu berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan
biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi.
c. Kredit Jangka Panjang
Kredit yang memiliki jangka waktu kredit dengan masa pengembaliannya paling panjang
seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti
kredit perumahan. Dalam prakteknya, bank dapat pula hanyamengklasifikasikan kredit
menjadi hanya jangka panjang dan jangka pendek. Untuk jangka waktu maksimal 1 tahun
dianggap jangka pendek dan di atas 1 tahun dianggap jangka panjang.
4. Dilihat dari Segi Jaminan a. Kredit dengan Jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang
berwujud, tidak berwujud dan jaminan orang. Jadi, setiap kredit yang diberikan akan
dilindungi senilai jaminan yangdiberikan si calon debitur.
b. Kredit Tanpa Jaminan
Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan
dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau namabaik si calon debitur
selama ini.
5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha a. Kredit Pertanian
Kredit Pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian,
sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.
b. Kredit Peternakan
Kredit Petenakan merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan
c. Kredit Industri
Kredit Industri merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri
kecil, industri menengah dan industri besar.
d. Kredit Pertambangan
Kredit Pertambangan merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha
tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas atau minyak.
e. Kredit Pendidikan
Kredit Pendidikan merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan
prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk mahasiswa.
f. Kredit Profesi
Kredit Profesi merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan professional seperti
dosen, pengacara dan dokter.
g. Kredit Perumahan
Kredit Perumahan merupakan kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian
perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang
h. Dan sektor-sektor lainnya.
Dalam melakukan kegiatan kredit pengendalian kredit harus dilakukan untuk menghindari
terjadinya kredit macet dan penyelesaian kredit macet. Pengendalian tersebut dapat
dilakukan melalui pengawasan langsung, pengawasan tidak langsung dan kombinasi
keduanya. Oleh karena itu pemberian kredit harus dilakukan dengan pengendalian yang
baik dan benar serta memegang prinsip kehatihatian. Bank biasanya memiliki criteria
terhadap calon nasabah yang akan menerima fasilitas kredit. Bank dapat melakukan
analisis 5C dan 7P terhadap debitur (penerima kredit) sebagai uji kelayakan kredit.
Analisis 5C merupakan salah satu cara dalam mengurangi risiko kredit dengan melakukan
analisa secara mendalam terhadap calon nasabah yang akan diberikan kredit. Adapun prinsip 5C
adalah sebagai berikut :
a. Character (watak atau kepribadian)
Character merupakan salah satu pertimbangan terpenting dalam memutuskan pemberian
kredit. Bank harus yakin bahwa peminjam mempunyai tingkah laku yang baik dan bersedia
melunasi hutangnya pada waktu yang telah ditentukan. Dan untuk mengetahui watak debitur
ini tidaklah semudah yang dibayangkan, terutama untuk debitur yang barupertama kali.
b. Capacity (kemampuan)
Pihak bank harus mengetahui dengan pasti kemampuan calon debitur dalam menjalankan
usahanya karena menentukan besar kecilnya pendapatan atau penghasilan perusahaan di
masa yang akan dating
c. Capital (Modal)
Prinsip ini menitikberatkan pada aspek permodalan calon nasabah yang menyangkut berapa
banyak dan bagaimana struktur modal yang dimiliki oleh calon debitur. Yang dimaksud
dengan struktur permodalan di sini adalah tingkat likuiditas modal yang telah ada, apakah
dalam bentuk uang tunai, harta yang mudah diuangkan, atau benda lain seperti bangunan.
d. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)
Prinsip kondisi ekonomi ini terkait dengan sektor usaha calon debitur, apakah terkait
e. Collateral (Jaminan atau Agunan)
Jaminan atau agunan merupakan harta benda milik debitur atau pihak ketiga yang diikat
sebagai agunan andaikata terjadi ketidakmampuan debitur tersebut untuk menyelesaikan
hutangnya sesuai dengan perjanjian kredit. Dalam hal ini jaminan tersebut mempunyai dua
fungsi yaitu pertama, sebagai pembayaran hutang seandainya debitur tidak mampu
membayar dengan jalan menguangkan atau menjual jaminan tersebut. Kedua, sebagai akibat
dari fungsi pertama ialah sebagai faktor penentu jumlah kredit yang diberikan.
Prinsip 7P adalah sebagai berikut :
a. Party (golongan)
Maksud dari prinsip ini adalah bank menggolongkan calon debitur ke dalam kelompok
tertentu menurut character, capacity, dan capitalnya.
b. Purpose (tujuan)
Maksud dari tujuan di sini adalah tujuan pengamatan kredit yang diajukan, apa tujuan yang
sebenarnya dari kredit tersebut, apakah mempunyai aspek sosial yang positif dan luas atau
tidak. Dan bank masih harus meneliti apakah kredit yangdiberikan digunakan sesuai tujuan
semula.
c. Payment (sumber pembiayaan)
Setelah mengetahui tujuan utama dari kredit tersebut maka hendaknya diperkirakan dan
dihitung kemungkinan-kemungkinan besarnya pendapatan yang akan dicapai. Sehingga bank
dapat menghitungkemampuan dan kekuatan debitur untuk membayar kembali kreditnya serta
d. Profitability (kemampuan untuk mendapatkan keuntungan)
Keuntungan di sini maksudnya bukanlah keuntungan yang dicapai oleh debitur semata
melainkan juga kemungkinan keuntungan yang diterima oleh bank jika kredit yang diberikan
terhadap kreditur tertentu dibanding debitur lain atau dibanding tidak memberikan kredit
e. Protection (perlindungan)
Perlindungan maksudnya adalah untuk berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak terduga maka
untuk melindungi kredit yang diberikan antara lain adalah dengan meminta jaminan dari
krediturnya.
f. Personality
Penilaian akan kepribadian, tingkah laku keseharian, maupun masa lalu nasabah. Selain itu
meliputi pula sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi masalah.
g. Prospect
Penilaian akan prospek usaha nasabah di masa datang akan menguntungkan atau tidak. Jika
usaha yang difasilitasi kredit tidak memilki prosek tentu saja akan merugikan kedua pihak
baik bank dan nasabah.
2.2 FAKTOR FAKTOR YANG MEPENGARUHI PENYALURAN KREDIT 2.2.1 Dana Pihak Ketiga
Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan dijelaskan bahwa dana pihak ketiga
bank, untuk selanjutnya disebut DPK, adalah kewajiban bank kepada penduduk dalam rupiah
dan valuta asing. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan
Dana- dana yang dihimpun dari masyarakat (DPK) ternyata merupakan sumber dana terbesar
yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola
oleh bank) (Dendawijaya, 2003). Dana pihak ketiga terdiri atas beberapa jenis,yaitu :
a. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
oleh bank. Penarikan tabungan dilakukan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi
atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Kepada pemegang rekening tabungan akan
diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya.
b. Simpanan Deposito (Time Deposit)
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo).
Penarikannya dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Namun saat ini sudah ada bank yang
memberikan fasilitas deposito yang penrikannya dapat dilakukan setiap saat. Jenis depositopun
beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam praktiknya jenis deposito terdiri dari deposito
berjangka, sertifikat, deposito dan deposit on call. c. Simpanan Giro
Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapt dilakukan dengan
menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga
yang dikenal dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang bersangkutan.
Rekening giro biasa digunakan oleh para usahawan, baik untuk perorangan maupun
perusahaannya. Bagi bank jasa giro merupakan dana murah karena bunga yang diberikan kepada
2.2.2 Loan to Deposit Ratio (LDR)
Menurut Dendawijaya (2003) menyatakan bahwa Loan to Depostit Ratio (LDR)
merupakan rasio yang membandingkan antara jumlah kredit yang disalurkan oleh bank dengan
dana yang dihimpun oleh bank. Menurut Hkamonangan dan Siregar (dalam Galih,2011)
mengatakan bahwa LDR digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan bank guna
membayar semua dana masyarakat serta modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah
didistribusikan ke masyarakat. Dengan kata lain bank dapat memenuhi kewajiban jangka
pendeknya, seperti membayar pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat
mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Banyaknya kredit yang diberikan akan sangat
dipengaruhi oleh dana yang diterima oleh bank, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada
besar kecilnya rasio LDR ini. Kondisi bank akan relatif tidak likuid manakala bank
meminjamkan seluruh dananya dengan ditunjukkan oleh rasio ini yang tinggi. Namun
sebaliknya, jika rasio ini rendah ini menunjukkan bahwa bank dalam kondisi likuid dengan
kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Rasio ini dapat dijadikan patokan apakah
bank masih dapat melakukan ekspansi terhadap pinjamannya atau harus membatasinya. Namun
yang terjadi jika rasio LDR ini terlampau kecil yang artinya bahwa jumlah kredit yang disalurkan
juga sedikit, hal ini akan berimbas pada bank yang akan kesulitan dalam menutup simpanan
nasabahnya. Hal itu sangat wajar terjadi karena bank yang dibebani oleh bunga simpanan yang
besar, sedangkan bunga pinjaman yang diterima oleh bank terlampau sedikit. Jika bank
mempunyai LDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai resiko tidak tertagihnya
pinjaman yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian. Oleh karena itu Bank
Indonesia, yaitu pada kisaran antara 85% sampai dengan 100%. Dengan demikian jika rasio
LDR yang dimiliki oleh bank terlalu tinggi ataupun terlalu rendah maka bank tersebut akan
mengalami kesulitan dalam meningkatkan labanya.
2.2.3 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Dalam menilai keamanan serta kesehatan sebuah bank, salah satu kunci yang harus
dipertimbangkan adalah modal. Modal menjadi faktor penentu utama kapasitas pinjaman bank,
karena modal tersebut bertujuan untuk menciptakan keseimbangan dan menyerap kerugian, serta
guna menjaga kepercayaan nasabah pada bank (Oktaviani, 2012). Dendawijaya (2003)
menyatakan bahwa Capital adequacy ratio merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh
seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihanpada
bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari
sumber - sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain - lain. Menurut
Peraturan dari Bank Indonesia No.10/15/PBI/2008 menyatakan bahwa bank wajib menyediakan
modal minimum sebesar 8%dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR).
2.2.4Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan debitur dala mengembalikan kredit
(Darmawan dalam Oktaviani, 2011). Kualitas kredit bank akan dikatakan buruk apabila rasio
NPL ini bernilai semain tinggi, karena dengan tingginya NPL modal bank akan semakin
berkikis disebabkan perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar. Oleh karena
debitur. Hal ini ditujukan untuk meminimalisasikan resiko kredit yang terjadi. Ketentuan dari
Bank Indonesia bahwa bank harus menjaga rasio NPL-nya berada dibawah angka 5%
2.2.5 Return on Asset (ROA)
Return on Asset atau dikenal dengan ROA ini merupakan rasio yang mengukur tingkat optimalisasi aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan (laba). Nilai minimum ROA
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal 2%. Agar dapat memenuhi kewajiban
terhadap pemegang saham, penilaian atas kinerja pimpinan, dan menigkatkan daya tarik investor
untuk menanamkan modalnya inilah yang menjadi alasan mengapa perbankan berusaha
memperoleh laba. Dengan nilai ROA yang tinggi, maka bank dapat memberikan kredit untuk
mendapatkan pendapatan. Dana yang dihimpun dari masyarakat oleh bank berkisar antara 80% -
90% dari total danayang dikelola, sedangkan penyaluran kembali dalam bentuk kredit oleh bank
sebesar 70% - 80%.Ada beberapa keunggulan penggunaan rasio Return on Asset (ROA) ini:
a. Return on Asset merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dalam rasio ini.
b. Return on Asset mudah untuk dihitung dan dipahami.
c. Return on Asset merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.
2.2.6Tingkat Suku BungaSertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan mekanisme yang digunakan Bank Indonesia
untuk mengontrol kestabilan rupiah. Bank Indonesia dapat menjual SBI agar dapat menyerap
kelebihan uang primer yang telah bereadar. juga memiliki peranan tersendiri dalam pemberian
lelang. Sejak awal juli 2005, Bank Indonesia menggunakan “BI rate” (suku bunga BI), yaitu
Bank Indonesia mengumumkan target suku bunga SBI untuk melakukan pelelangan pada masa
periode tertentu. BI rate digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam melakukan pelelangan
atau dalam pelaksanaan peminjaman kredit. Jika masyarakat ingin melakukan peminjaman
kredit, suka bunga merupakan faktor eksternal yang sering dilihat. Jika pada suatu bank memiliki
suku bunga yang tinggi, maka permintaan kredit yang dilakukan masyarakat akan menjadi
menurun. Sebaliknya jika suku bunga suatu bank mengalami penurunan, maka minat masyarakat
akan permintaan .kreditnya menjadi meningkat.
2.3 PENELITIAN TERDAHULU
Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada table dibawah ini.
Table 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Tahun
Publikasi
Tujuan Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1 Luh Gede 2 Hapsari (2008) Meneliti pengaruh
KPR (studi kasus
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit
Dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana terbesar yang diandalkan perbankan dan
dibutuhkan suatu bank dalam menjalankan operasinya. Bank dapat memanfaatkan dana dari
pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos - pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank,
salah satunya yaitu dalam bentuk kredit. Hampir semua bank mengandalkan penghasilan
utamanya dari jumlah penyaluran kredit oleh karena itu pemberian kredit merupakan aktivitas
bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan (Dendawijaya,2003). Menurut Defi
Maulidina (2006), Desi Arisandi (2008) dan Billy Arma P. (2010) DPK berpengaruh positif
terhadap jumlah penyaluran kredit.
H1 : Terdapat pengaruh positif Dana Pihak Ketiga terhadap jumlah kredit perbankan
2.4.2Pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit
Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat digunakan untuk menilai seberapa jauh kemampuan bank yang mengandalkan kredit sebagai sumber utama likuiditasnya dalam membayar kewajiban
jangka pendeknya seperti penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dan juga bunga yang
harus diberikan kepada para nasabahnya. Kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan akan
semakin rendah jika LDR semakin tinggi dikarenakan jumlah dana yang digunakan untuk
penyaluran kredit semakin besar. Sebaliknya, kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan
akan semakin tinggi jika LDR bank tersebut semakin rendah. Oleh karena itu hal tersebut
memiliki pengaruh terhadap kemampuan kredit pada suatu bank karena jika nilai LDR ini
nilai LDR yang ada menunjukkan bahwa kemampuan kredit yang disalurkan oleh bank juga
semakin rendah guna memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Galih (2011) dan
Yuwono (2012) LDR berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan
H2= Terdapat pengaruh positif Loan to deposit ratio (LDR) terhadap jumlah penyaluran kredit
2.4.3Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Jumlah Penyaluran Kredit
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kinerja bank yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan risiko, misalnya kredit yang disalurkan oleh bank (Dendawijaya, 2003). CAR
merupakan faktor internal bank yang menentukan penyaluran kredit perbankan (Yuwono, 2012).
Jika nilai CAR tinggi maka akan meningkatkan kemampuan dalam hal finansial termasuk
mengantisipasi kerugian yang timbul dari aktivitas penyaluran kredit perbankan. Dengan tingkat
CAR yang besar sekaligus akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan
kreditnya. Oleh karena itu semakin tinggi kecukupan modal, maka semakin besar pula
kemampuan perbankan dalam menyalurkan kreditnya. Menurut Satria dan Subegti (2010) dan
Oktaviani (2012) CAR berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit.
H3 = Terdapat Pengaruh negatif Capital adequacy ratio (CAR) terhadap jumlah penyaluran kredit
2.4.4Pengaruh Non Performing Loan terhadap Jumlah Penyaluran Kredit
Non Performing Loan(NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur banyaknya peminjaman kredit yang mengalami kendala dalam melunasi kewajibannnya. Rasio NPL ini
menggambarkan risiko kredit, semakin tinggi nilai NPL maka risiko kredit yang ditanggung oleh
karena harus membentuk cadangan penghapusan yang besar. Besaran modal yang memiliki
pengaruh terhadap kegiatan penyaluran kredit pada akhirnya akan ikut terkikis jika harus
menyediakan pencadangan yang lebih besar (Pratama, 2010). Dengan demikian semakin besar
tingkat kredit bermasalah atau macet yang ditunjukkan melalui rasio NPL ini,maka akan
menurunkan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank. Menurut Meydianawathi (2007), Arisandi
(2008), dan Pratama (2010) NPL berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit
perbankan
H4 = Terdapat Pengaruh negatif Non performing loan (NPL) terhadap jumlah penyaluran kredit
2.4.5Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit
Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya, 2003). Semakin besar ROA
maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank, dan artinya semakin baik
pula posisi dana tersebut dari segi penggunaan asset. Dengan kata lain bank tersebut semakin optimal dalam penggunaan aktivanya untuk memperoleh pendapatan, maka kegiatan kredit yang
dilakukan oleh bank telah dioptimalkan dalam rangka memperoleh pendapatan. Dendawijaya
(2003) mengemukakan bahwa kegiatan perkreditan yang dilakukan bank mencapai 70%-80%
dari kegiatan usaha bank, sehingga penyaluran kredit menjadi kegiatan yang cukup dominan
dalam menghasilkan profitabilitas perbankan. Laba yang diperoleh bank akan sangat diperlukan
untuk memperkokoh strukur modal bank guna meningkatkan ekpansi kreditnya. Oleh karena itu,
kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya akan semakin meningkat jika nilai ROA yang
dimiliki perbankan menunjukkan nilai yang tinggi. Menurut Meydianawathi (2007), Arisandi
(2008), Satria dan Subegti (2010), dan Galih (2011) ROA berpengaruh positif terhadap jumlah
H5 = Terdapat Pengaruh Return on assets (ROA) terhadap jumlah penyaluran kredit
2.4.6 Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap Jumlah Penyaluran Kredit
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. SBI
diterbitkan oleh BI sebagai salah satu piranti Operasi Pasar Terbuka, kegiatan transaksi di pasar
uang yang dilakukan oleh BI dengan bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter.
Tingkat suku bunga ini ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang (PBI No.
4/10/PBI/2002). SBI merupakan instrumen yang menawarkan return yang cukup kompetitif serta
bebas risiko (risk free) gagal bayar (Ferdian, 2008). Kegiatan dalam manajemen perbankan
dalam meminimalkan risiko kredit macet ialah mencari alternatif investasi yang lebih baik yaitu
salah satunya melakukan penempatan suku bunga pada SBI yang memiliki tingkat risiko paling
rendah. Oleh karena itu, jika suku bunga SBI yang ditempatkan meningkat maka penyaluran
kredit perbankan dapat berkurang. Menurut Billy Arma P. (2010) SBI berpengaruh negatif
terhadap kredit perbankan.
H6 : Penempatan suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit
2.5 KERANGKA KONSEPTUAL
Dalam penelitian ini akan menguji pengaruh positif antara Dana Pihak Ketiga,Loan to Deposit Ratio (LDR),Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset(ROA), terhadap jumlah penyaluran kredit. Sedangkan pada non performing loan (NPL), akan diuji pengaruh negatif
terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) SBI
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Variable Independent Variabel Dependent
H1
H2
H3 H
H4
H5
H6
H7 Dana Pihak Ketiga
Loan To Deposit Ratio(LDR)
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Tingkat Suku Bunga SBI
Return On Asset (ROA) Non Performing Loan (NPL)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1Variabel Penelitian
Pengertian dari variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2000). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu
variabel independen dan variabel dependen. Berikut penjelasan kedua variable tersebut :
a. Variabel Independent (Independent Variable)
Variable Independent atau bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable independent adalah:
1) Dana Pihak Ketiga (DPK)
2) Loan To deposit Ratio (LDR) 3) Capital AdequacyRatio (CAR) 4) Non Performing Loan (NPL) 5) Retturn On Asset (ROA) 6) Suku Bunga SBI
b. Variabel Dependent (Dependent Variabel)
Variable dependen atau terikat merupakan variable yang dipengaruhi atau yang menjadi
3.1.2 Definisi Operasional Variabel 3.1.2.1 Jumlah Penyaluran Kredit
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah kredit yang disalurkan oleh bank
umum di Indonesia selama tahun 2009-2013 (t). Data jumlah kredit di dapat dari laporan
keuangan bank yang terdaftar di BEI. Untuk menghindari distribusi data yang tidak normal maka
data sampel yang ada akan ditransformasi dalam bentuk logaritma narutal (Ln), karena selisih
jumlah kredit yang terlalu besar tiap perbankannya. Oleh karena itu jumlah kredit yang
disalurkan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
3.1.2.2Dana Pihak Ketiga
Menurut Abdullah (dalam Galih, 2011) menyatakan bahwa dana pihak ketiga (DPK)
merupakan sumber dana bank yang dihimpun dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk
simpanan giro, tabungan, dan deposito. Data sampel dana pihak ketiga akan ditransformasi
dalam bentuk logaritma natural (Ln) untuk menghindari data tidak normal karena selisih jumlah
dana pihak ketiga antarbank terlalu besar. Oleh karena itu jumlah dana pihak ketiga pada tahun
2009 -2013 (t-1) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Jumlah kredit yang disalurkan = Ln (jumlah kredit yang disalurkan)
3.1.2.3Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas, dengan cara membandingkan antara kredit yang disalurkan dengan dana yang
dihimpun dari masyaraka sehingga dapat diketahui kemampuan bank dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya. Pengukuran rasio LDR pada tahun 2009 - 2013 (t-1) menurut Surat
Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
3.1.2.4Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital adequacy ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kecukupan modal dalam menyanggah resiko dari aktiva bank (Dendawijaya, 2003). Siamat (2005) juga menyatakan
bahwa perhitungan rasio kecukupan modal dilakukan dengan membandingkan jumlah modal
yang dimiliki (modal initi dan modal pelengkap) bank dengan aktiva tertimbang menurut risiko.
Variabel CAR tahun 2009 - 2013 (t-1). menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
��� = Kredit
Dana Pihak Ketiga x 100 %
��� = Modal
3.1.2.5Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung presentase jumlah kredit yang bermasalah (kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet) dengan
total kredit yang disalurkan bank (Siamat, 2005). Pengukuran NPL pada tahun 2009 - 2013 (t- 1)
menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut:
3.1.2.6Return on Asset (ROA)
Pengukuran ROA digunakan untuk mengukur tingkat rentabilitas sebuah bank, yaitu
tingkat keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank dengan memanfaatkan seluruh dana yang ada.
Maka semakin besar rasio ROA maka semakin baik pula sebuah bank dalam menghasilkan
keuntungan (laba). Pengukuran ROA pada tahun 2009 - 2013 (t-1) menurut Surat Edaran Bank
Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data dapat dibedakan atas data kuantitatif dan data kualitatif. data kuantitatif merupakan informasi numerikal berupa angka-angka, sedangkan data kualitatif merupakan informasi deskriptif berupa kata-kata atau kata-kata yang disimbolkan dalam angka-angka. Data kuantitatif dapat berupa data diskrit dan kontinu, sedangkan data kualitatif hanya berupa data diskrit. Data diskrit dapat berupa data nominal atau ordinal, sedangkan data kontinu dapat berupa data interval atau data rasio (Chalil,
���= Total Kredit Bermasalah
Total kredit yang disalurkan x 100 %
���= Laba sebelum Pajak
Berdasarkan teori di atas, data yang digunakan peneliti adalah data kuantitatif yang
berupa data diskrit (nominal) dan data kontinu (rasio). Sumber data yang digunakan adalah data
sekunder yaitu data yang didapat secara langsung dari obyek penelitian. Data diperoleh dari hasil
publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai laporan auditor independen dan laporan keuangan
perusahaan yang telah diaudit. Jenis data yang dibutuhkan antara lain:
1. Dana Pihak Ketiga (DPK)
2. Loan To deposit Ratio (LDR) 3. Capital AdequacyRatio (CAR) 4. Non Performing Loan (NPL) 5. Retturn On Asset (ROA) 6. Suku Bunga SBI
3.3Populasi dan Sampel Penelitian
“Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang,
kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, ysng berada dalam suatu wilayah
dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian” (Erlina,
2011:80). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan perbankan
(banking) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009-2013, berupa laporan keuangan yang diunduh dari
“Unit sampel atau sampling unit/element menunjukkan satuan yang akan dipilih dalam penelitian” (Chalil dan Barus, 2014:34). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
perimbangan (judgment) atau berdasarkan kuota tertentu” (Erlina. 2011:87). Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan perbankan yang telah terdaftar di BEI selama periode 2009-2013.
2. Perusahaan tersebut telah menerbitkan dan melaporkan laporan keuangan yang telah
diaudit secara teratur dan lengkap selama tahun 2009-2013.
3. Perusahaan yang tidak didelisting di BEI pada tahun 2009-2013.
Berdasarkan kriteria yang dikemukakan di atas maka yang menjadi sampel dalam penelitian
ini berjumlah 29 dari 36 perusahaan yang terdaftar di BEI sejak tahun 2009-2013 sehingga total
sampel dalam penelitian ini adalah 145 perusahaan terlampir.
3.4.Teknik Pengumpulan Data
“Teknik pengumpulan data adalah cara peneliti memperoleh atau mengumpulkan data. Data bisa
diperoleh melalui teknik wawancara, pengamatan, kuisioner dan dokumentasi” (Hamidi, 2010:140). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yaitu “cara
pengumpulan data yang diperoleh dari catatan (data) yang telah tersedia atau telah dibuat oleh
pihak lain” (Hamidi, 2010:140). Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder.
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari media internet dengan mengunduh
situs
3.5. Metode dan Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
(Lubis, dkk 2007:25). Untuk data yang berupa kategori digunakan sub menu deskriptif
frequancies.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi yang
digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari penyimpangan. Uji
asumsi klasik ini meliputi uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan
autokorelasi. Adapun masing-masing pengujian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
“Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis
grafik dan uji statistik” (Ghozali, 2013:160).
a. Analisis Grafik
Menurut Ghozali (2013:160-161), Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melohat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal probability plot adalah sebagai berikut:
• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka menunjukkan pola distribusi normal. Model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Analisis Statistik
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual
adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan
dengan membuat hipotesis:
Ho : Data residual berdistibusi normal
H1 : Data residual tidak berdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:
• Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik ditolak, yang
berarti data terdistribusi tidak normal.
• Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik maka HO
diterima, yang berarti data terdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel-variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013:105).
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolineritas dalam model regresi dapat
dilihat dari:
a. Nilai tolerance dan lawannya, dan b. Variance Inflation Factor (VIF)
Kedua ukuran tersebut menunjukkan setiap variabel independen manakah yang