• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Belanja Langsung, dan Pendapatan Perkapita Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Moderating Jumlah Penduduk Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Belanja Langsung, dan Pendapatan Perkapita Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Moderating Jumlah Penduduk Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Aceh"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN I

DATA VARIABEL DANA ALOKASI UMUM 2010 – 2013

2010 2011 2012 2013

Aceh Utara 245.998 440.388 530.420 690.327

Aceh besar 394.818 451.814 549.070 618.324

Aceh Barat 311.357 367.144 440.584 507.582

Bireuen 395.280 479.212 612.599 699.061

Gayo Lues 241.585 291.077 329.447 374.041

Aceh Barat Daya 250.343 311.250 327.573 398.211

Aceh Jaya 201.524 255.321 303.439 341.773

Nagan Raya 291.227 301.544 396.983 464.191

(2)

LAMPIRAN II

DATA VARIABEL DANA ALOKASI KHUSUS 2010 – 2013

2010 2011 2012 2013

Aceh Utara 66.590 34.498 45.295 56.316

Aceh besar 40.027 47.670 52.573 75.506

Aceh Barat 33.669 38.251 38.696 69.100

Bireuen 34.512 45.554 51.102 59.183

Gayo Lues 27.881 34.926 44.339 48.431

Aceh Barat Daya 28.570 35.950 46.512 52.320

Aceh Jaya 32.420 38.783 30.219 53.468

Nagan Raya 29.730 30.120 27.478 58.981

(3)

LAMPIRAN III

DATA VARIABEL BELANJA LANGSUNG 2010 – 2013

2010 2011 2012 2013

Aceh Utara 567.351 763.580 899.230 925.585

Aceh besar 450.980 630.783 733.500 820.551

Aceh Barat 544.068 572.698 613.301 835.255

Bireuen 650.422 789.979 894.219 943.680

Gayo Lues 483.835 596.000 559.108 651.359

Aceh Barat Daya 450.367 530.780 652.206 720.543

Aceh Jaya 50.250 54.089 932.804 137.567

Nagan Raya 475.934 533.250 600.242 77.317

(4)

LAMPIRAN IV

DATA VARIABEL PENDAPATAN PERKAPITA 2010 – 2013

2010 2011 2012 2013

Aceh Utara 19,57 20,59 22,41 25,00

Aceh besar 16,35 17,77 18,55 19,63

Aceh Barat 17,54 18,76 19,17 20,52

Bireuen 15,58 16,56 17,63 19,54

Gayo Lues 8,68 10,54 12,02 15,53

Aceh Barat Daya 10,53 12,79 14,19 16,57

Aceh Jaya 18,53 19,43 14,37 20,21

Nagan Raya 32,75 34,11 33,90 36,78

(5)

LAMPIRAN V

DATA VARIABEL PERTUMBUHAN EKONOMI 2010 – 2013

2010 2011 2012 2013

Aceh Utara 0,058 0,157 0,141 0,166

Aceh besar 0,085 0,079 0,114 0,127

Aceh Barat 0,039 0,205 0,116 0,099

Bireuen 0,053 0,068 0,279 0,301

Gayo Lues 0,061 0,128 0,203 0,256

Aceh Barat Daya 0,038 0,102 0,254 0,297

Aceh Jaya -0,068 0,315 0,157 0,114

Nagan Raya -0,048 0,016 0,275 0,333

(6)

LAMPIRAN VI

DATA VARIABEL JUMLAH PENDUDUK 2010 – 2013

2010 2011 2012 2013

Aceh Utara 529.752 541.878 549.370 556.556

Aceh besar 351.418 359.464 371.412 383.477

Aceh Barat 126.063 17.532 182.495 187.459

Bireuen 389.288 398.201 406.083 413.817

Gayo Lues 79.560 81.382 82.962 84.511

Aceh Barat Daya 126.036 128.992 131.087 133.191

Aceh Jaya 76.782 78.540 82.172 85.908

Nagan Raya 139.663 142.861 146.243 149.596

(7)

LAMPIRAN VII

DATA HASIL UJI SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Dana Alokasi Umum 36 20152400.00 69906059.00 40296995.5833 12617454.29484

Dana Alokasi Khusus 36 2747810.00 7550604.00 4419986.8611 1219768.39958

Belanja Langsung 36 50250.00 955430.00 618658.1667 245717.28555

Pendapatan Perkapita 36 868.00 3678.00 1871.4444 659.87676

Pertumbuhan Ekonomi 36 -68.00 333.00 140.3611 105.79877

Jumlah Penduduk 36 76782.00 556556.00 236137.6667 156173.89025

Valid N (listwise) 36

a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi b. All requested variables entered.

(8)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 92685.407 5 18537.081 1.859 .131b Residual 299082.898 30 9969.430

Total 391768.306 35 a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

b. Predictors: (Constant), Jumlah Penduduk, Pendapatan Perkapita, Dana Alokasi Khusus, Belanja Langsung, Dana Alokasi Umum

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Dana Alokasi Umum Dana

Alokasi

Khusus

Belanja Langsung Pendapatan

Perkapita

618658.1667 1871.4444 140.3611 236137.6667

Std.

Deviation

12617454.29484

1219768.39

958

245717.28555 659.87676 105.79877 156173.89025

(9)

Model Description

Model Name MOD_1

Series or Sequence 1 Pertumbuhan Ekonomi Transformation None

Non-Seasonal Differencing 0

Seasonal Differencing 0

Length of Seasonal Period No periodicity Standardization Not applied

Distribution

Type Normal Location estimated Scale estimated Fractional Rank Estimation Method Blom's

Rank Assigned to Ties Mean rank of tied values

(10)
(11)

Model Summaryb a. Predictors: (Constant), PK, DAK, BL, DAU

b. Dependent Variable: PE

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF a. Dependent Variable: PE

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index Variance Proportions

(Constant) DAU DAK BL PK

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Priyo Hari. 2006. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja Pembangunan dan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa-Bali). Simposium Nasional akuntansi 9 Padang

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. 2015. Hasil Pertumbuhan Ekonomi indonesia

periode triwulan IIITerbit 28-09-2015.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Ace

Donderdag. 2013. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi yang di kutib dari Boediono, 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta : BPFE Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah.

David Harianto dan Priyo Hari Adi. 2007. ”Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah, dan Pendapatan Per Kapita.” Paper disajikan pada Sinopsium Nasional Akuntansi X. Unhas. Makassar

Erlina, 2011. Metodologi Penelitian; USU Press.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi I. Semarang: Universitas Diponegoro.

(13)

Indraningrum Try. 2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Langsung ( Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah ) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro SemarangPengerian belanja langsung

Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, dan Strategi dan Peluang. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Mudrajad Kuncoro. 2004. Otonomi & Pembangunan Daerah, Erlangga, Jakarta.

Maryanti, Ulfi dan Endrawati. 2010. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Studi kasus Sumatera Barat. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Wilayah Terhadap Belanja Modal Universitas Indonesia

Nachrowi, Usman, dan Hardius. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan Lembaga Penerbit FEUI.

Noviani Imade. 2016. Pengaruh Pendapan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Pendidikan Ganesha Singaraja. Provinsi Bali.

Permana Sari Windha. 2013. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Provinsi Jawa Tengah.

(14)

Santoso, Budi. 2013. Pengaruh Pendapatan Asli daerah dan Dana Perimbangan Daerah terhadap Pertumbuhan, Pengangguran, dan Kemiskinan 33 Provinsi di indonesia. Jurnal Keuangan dan Bisnis. Universitas Trisakti Jakarta.

Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta.

Setiawaty, Anis dan Ardi Hamzah. 2007. Analisis Pengaruh PAD, DAU, DAK dan Belanja Pembangunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan Pengangguran. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Universitas Indonesia.

Sukirno, Sadono. 2006. Makro ekonomi Teori Pengantar, Edisi III. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan & Pembangunan Daerah, Andi, Yogyakarta

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian mengggunakan desain Kasual-Komparatif yaitu penelitian yang meneliti pengaruh dari beberapa variabel terhadap variabel lain atau memiliki masalah berupa sebab dan akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini dari segi paradigmanya merupakan penelitian kuantitatif karena pengujiannya dengan menggunakan data berupa angka dan diolah dengan prosedur statistik (Erlina,2011: 12-14)

3.2 DEFENISI OPERASIONAL

(16)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator Skala

Pertumbuhan

DAU = Celah FIskal + Alokasi Dasar

Dimana

Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal – Kapasitas Fiskal

Rasio

Pendapatan Perkapita = PDRB tahun t

Jumlah Penduduk tahun t

(17)

3.3 SKALA PENGUKURAN VARIABEL 3.3.1 Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen atau penyebab variasi bagi variabel dependen (Erlina, 201:37). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Langsung, Pendapatan Perkapita.

3.3.1.1 Variabel Dana Alokasi Umum (DAU)

Menurut Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2005 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, Dana Alokasi Umum merupakan salah satu komponen di dalam Dana Perimbangan di APBN yang pengalokasiannya didasarkan atas formula dengan konsep Kesenjangan Fiskal (Fiscal Gap). Dana Alokasi Umum bersifat umum dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah untuk mengatasi ketimpangan dengan tujuan pemeratan kemampuan keuangan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

DAU = Celah FIskal + Alokasi Dasar

Dimana,

(18)

3.3.1.2 Variabel Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut dengan DAK, adalah Dana Perimbangan dan bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus diukur dari jumlah penerimaan dana alokasi khusus tersebut yang diberikan oleh pemerintah pusat.

3.3.1.3 Variabel Belanja Langsung

Belanja langsung berasal dari Dana Alokasi Umum yang direalisasikan dalam bentuk belanja Pembangunan Daerah. Penganggaran Belanja Langsung dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal seperti alokasi belanja langsung dalam APBD digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintah daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja langsung dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik.

3.3.1.4 Variabel Pendapatan Perkapita

(19)

Regional Bruto (PDRB) tanpa minyak dan gas dari tiap kabupaten/kota dibagi denganjumlah penduduk pada wilayah tersebut. Data PDRB dan julah penduduk dapat diperoleh dari Badan Pusat Statistik.

Pendapatan Perkapita = PDRB tahun t Jumlah Penduduk tahun t

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang tidak bebas, dipengaruhi oleh variabel independen atau bebas, dan merupakan konsekuensi dari variabel independen (Erlina, 2011:36). Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Pada penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah Pertumbuhan Ekonomi.

(20)

dilakukan pemerintah daerah dapat tepat sasaran maka Pertumbuhan ekonomi akan mengalami peningkatan. Bila pertumbuhan ekonomi daerah meningkat maka tingkat kesejahteraan masyarakat dan juga produktifitasnyapun semakin tinggi. Sehingga pengangguran berkurang dan kemiskinan pun akan turun. Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan “output perkapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan ouput perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Donderdag, 2013). Berikut ini rumus untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi.

� =����

1 –����0

����0 � 100%

Keterangan:

G = Pertumbuhan Ekonomi

PDRB1 = PDRB ADHK pada suatu tahun PDRB0 = PDRB ADHK pada tahun sebelumnya 3.3.3 Variabel moderating (Z)

(21)

penelitian. Di dalam penelitian ini, variabel moderating yang digunakan adalah

Jumlah Penduduk

3.4 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Rancangan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maka pembahasan tentang populasi dan sampel merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk dilakukan. Doanne dan Seward (2011), menyatakan bahwa population is all of the items that we are interested in. Populasi merupakan totalitas dari suatu karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sudarmanto, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Anggaran Pembelanjaan Daerah Pemerintahan Kabupaten Mandailing Natal.

Sampel penelitian merupakan bagian dari suatu populasi yang diambil dengan cara tertentu sebagaimana yang diterapkan oleh peneliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling dengan cara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel penelitian dengan maksud atau pertimbangan tertentu dari anggota populasi.

(22)

Tabel 3.2

Daftar Populasi Pemerintahan Kabupaten di Provinsi Aceh No. Pemerintahan Kabupaten No. Pemerintahan Kabupaten

1. 10.

2. 11.

3. 12.

4. 13.

5. 14.

6. 15.

7. 16.

8. 17.

9. 18.

Sumber: Wikipedia

Menurut Sangadji dan Sopiah (2010:186), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan cara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh penulis sebagai kriteria sampel adalah:

(23)

2. Kabupaten di Provinsi Aceh yang telah menyerahkan Laporan Realisasi APBD secara lengkap dan terus menerus.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Daftar Sampel Pemerintah Kabupaten Aceh No. Pemerintahan Kabupaten No. Pemerintahan Kabupaten

1. 6.

2. 7.

3. 8.

4. 9.

5.

Jumlah amatan adalah 9 kabupaten. 3.5 JENIS DAN SUMBER DATA

(24)

3.6 METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yakni metode yang tergolong dalam metode deskriptif. Menurut travers (1978), metode deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dengan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Sedangkan menurut Gay (1976), metode ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada waktu sedang berlangsung proses riset. Metode riset ini dapat digunakan dengan lebih banyak segi dan luas metode yang lain. Ia pun memberikan informasi yang mutakhir, sehingga bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak diterapkan pada berbagai macam masalah.

Menurut Consuelo (1998), riset dengan metode deskriptif terdiri atas situasi kasus, survei, riset pengembangan, riset lanjutan, riset dokumen, riset kecenderungan, dan riset korelasi. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode dokumentasi yang meliputi pengumpulan data dan informasi melalui pengujian arsip dan dokumen dengan mengumpulkan, mencatat, dan mengolah data yang diberkaitan dengan penelitian.

3.7 METODE ANALISIS

Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif dengan menggunakan alat pengelola data dengan menggunakan SPSS. Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari suatu variabel bebas (independent variable) terhadap variabel teriat (dependent variable) maka penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda (Multiple Linier Regression Method).

(25)

uji heteroskeastisitas, dan uji autokerelasi. Uji yang berikutnya merupakan uji analisis regresi linier berganda, dan terakhir merupakan uji hipotesis.

3.7.1 Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2013), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum, sehingga secara kontekstual dapat lebih muda dimengerti oleh pembaca.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan SPSS. Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat-syarat tersebut adalah harus terdistribusi secara normal, artinya bebas dari adanya gejala multikolonieritas, gejaloa autokorelasi, dan gejala heterokedastisitas. Untuk itu sebelum melakukan pengujian regesi linier berganda perlu dilakukan terlebih dahulu pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan peneliti meliputi uji normalitas, uji multikolineritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.

3.7.2.1 Uji Normalitas

(26)

normal atau tidak adalah dengan dua cara yaitu analisis grafik dan uji statistik.

Analisis grafik yaitu dengan melihat grafik histogram dan grafik normal profability plot. Pada grafik histogram data terdistribusi normal jika posisi grafik berada terpusat dan tidak condong ke kiri dan ke kanan. Dan pada grafik normal profability plot data terdistribusi normal jika titik-titik data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

Uji statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S) yaitu dengan melihat signifikansi dari nilai Kolmogorov-Smirnov, jika di atas 0,05 berarti data terdistribusi secara normal. (Ghozali, 2013).

3.7.2.2 Uji Autokorelasi

Salah satu asumsi yang perlu dilakukan pengjian dalam model regresi linear klasik adalah tidak adanya autokorelasi. Autokorelasi merupakan kondisi dimana adanya hubungan antar pengamatan atau observasi. Uji asumsi tentang autokorelasi sangat penting untuk dilakukan tidak hanya pada data yang bersifat times series saja, akan tetapi semua data (independen variabel) yang diperoleh perlu diuji terlebih dahulu autokorelasinya apabila akan dianalisa dengan regresi linear berganda (Sudarmanto, 2013).

Guna mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji

(27)

ada tidaknya autkorelasi, yaitu apabila nilai statistik Durbin-Watson

mendekati angka 2, maka dapat dinyatakan bahwa data pengamatan 41 tersebut tidak memiliki autokorelasi, dalam hal sebaliknya maka dinyatakan terdapat autokorelasi.

3.7.2.3 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance

(TOL) dan metode VIF (Variance Inflation Factor). Nilai TOL berkebalikan dengan nilai VIF. TOL adalah besarnya variasi dari suatu variabel independen yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Sedangkan VIF menjelaskan derajat suatu variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai TOL yang rendah adalah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/TOL). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah TOL<0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali, 2013:105).

3.7.2.4 Uji Heteroskedastisitas

(28)

variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, dengan dasar analisis (Ghozali, 2013: 139).

3.8 UJI ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

Model regresi berganda atau model regresi majemuk merupakan suatu model regresi yang terdiri atas lebih dari satu variabel independen. Uji analisis regresi linier berganda merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah da hubungan antar variabel terikat dengan variabel bebas. Analisis regresi linier berganda di dalam penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Langsung, Pendapatan Perkapita terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Jumlah Penduduk. Model regresi yang dikembangkan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.8.1 Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat statistic Statistical Package For The Social Science (SPSS). SPSS adalah salah satu program computer yang khusus dibuat untuk mengolah data dengan metode statistic tertentu. Pengujian hasil analisis regresi linear berganda dilakukan dengan Uji F dan Uji t..

3.8.1.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

(29)

terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:

1. H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel independen secara bersama-sama.

2. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama.

3. Menentukan tingkat signifikan yaitu sebesar 0,05 (α = 5%).

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:

1. H0 diterima dan Ha ditolak apabila F hitung < F tabel. Artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 2. H0 ditolak dan Ha diterima apabila F hitung > F tabel.

Artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

3.8.1.2 Uji Parsial (Uji-t)

Uji statistik t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen yang digunakan secara parsial. Adapaun hipotesisnya dirumuskan sebagai berikut:

(30)

2. Ha = b1 ≠ 0, Artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

3. Menentukan tingkat signifikan α sebesar 0,05 (5%)

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:

1. H0 diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel. Artinya variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

2. H0 ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel. Artinya variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

3.8.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)

(31)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dalam hasil penelitian akan dijelaskan mengenai Statistik Deskriptif, Hasil Uji Asumsi Klasik dan Hasil Uji Hipotesis serta Hasil Pengujian Interaksi ( Moderasi ).

4.1.1. Statistik Deskriptif

Variabel-variabel dalam penelitian dimasukkan ke program SPSS dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berikut ini ditampilkan data statistik secara umum dari seluruh data yang digunakan sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Dana Alokasi Umum 36 20152400.00 69906059.00 40296995.5833 12617454.29484

Dana Alokasi Khusus 36 2747810.00 7550604.00 4419986.8611 1219768.39958

Belanja Langsung 36 50250.00 955430.00 618658.1667 245717.28555

Pendapatan Perkapita 36 868.00 3678.00 1871.4444 659.87676

Pertumbuhan Ekonomi 36 -68.00 333.00 140.3611 105.79877

Jumlah Penduduk 36 76782.00 556556.00 236137.6667 156173.89025

Valid N (listwise) 36

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa:

(32)

2. Rata-rata Dana Alokasi Khusus adalah 4419986.8611 dengan standar deviasi 1219768.39958, nilai maksimum 7550604.00, nilai minimum 2747810.00, maka dapat diindikasikan data bervariatif dan menyebar.

3. Rata-rata Belanja Langsung adalah 618658.1667 dengan standar deviasi 245717.28555, nilai maksimum 955430.00 nilai minimum 50250.00, maka dapat diindikasikan data bervariatif dan menyebar.

4. Rata-rata Pendapatan Perkapita adalah 1871.4444 dengan standar deviasi 659.87676, nilai maksimum 3678.00, nilai minimum 868.00, maka dapat diindikasikan data bervariatif dan menyebar.

4.1.2 Uji Asumsi Klasik

Asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah: • berdistribusi normal,

non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna.

non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling korelasi.

• homoskedasitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah konstan atau sama.

4.1.2.1. Uji Normalitas data

(33)
(34)

Gambar 4.2 Grafik Histogram

Berdasarkan kedua gambar di atas, dapat dilihat bahwa data penelitian normal. Hal tersebut tergambar pada Gambar 4.1. dimana titik-titik yang menyebar mendekati garis diagonal. Demikian juga dengan data yang ditampilkan lewat histogram pada Gambar 4.2. yang menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi dinyatakan telah memenuhi asumsi normalitas

(35)

signifikansi 0,327 atau > 0,05, sehingga data secara positif dapat dikategorikan normal.

Tabel 4.2. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Dana Alokasi Umum Dana

Alokasi

Khusus

Belanja Langsung Pendapatan

Perkapita

Mean 40296995.5833 4419986.86

11

618658.1667 1871.4444 140.3611 236137.6667

Std.

Deviation

12617454.29484

1219768.39

958

245717.28555 659.87676 105.79877 156173.89025

Most Extreme

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

4.1.2.2. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Variance Coefficient Factors (VIF) yang ditampilkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(36)

Tabel 4.3. menunjukkan nilai VIF memiliki nilai < 10 yang berarti tidak terjadi multikolinearitas antar variabel pada model regresi penelitian ini.

4.1.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui ketidaksamaan nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dan residualnya (SRESID). Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat dari Diagram Scatterplot yang ditunjukkan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Diagram Scatterplot

(37)

4.1.2.4. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan dengan menggunakan analisis Durbin Watson (DW) test. Pengambilan keputusan pada asumsi ini memerlukan dua nilai bantu yang diperoleh dari tabel Durbin Watson, yaitu nila dL dan dU untuk k = jumlah variabel bebas dan n = jumlah sampel. Jika nilai DW berada diantara nilai dU hingga (4-dU), berarti asumsi autokorelasi tidak terpenuhi. Adapun kriteria dalam penentuan autokorelasi adalah sebagai berikut :

1) Jika DW < dL atau DW > 4-dL maka terdapat autokorelasi.

2) Jika dL < DW < dU atau 4-dU < DW < 4-dL maka status autokorelasi tidak dapat dijelaskan (inconclusive).

3) Jika dU < DW < 4-dU maka tidak terjadi autokorelasi (Non Autokorelasi).

Tabel 4.4. Durbin Watson yang terdapat pada lampiran 7 menunjukkan bahwa dengan n = 36, k = 5, maka akan diperoleh dL = 1,1755 dan dU = 1,6044 dan 4-dU = (4-1,6044) = 2,3956.

Tabel 4.4. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .378a .143 .032 104.08394 1.590 a. Predictors: (Constant), PK, DAK, BL, DAU

(38)

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa DW test sebesar = 1,590, ini menyimpulkan bahwa data berada di dU < DW < 4-dU, maka data yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.

4.2. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian awal terhadap data penelitian berikut akan dilakukan uji hipotesis 1 dengan menggunakan Analisis Regresi Berganda kemudian uji hipotes 2 uji Residual.

a. Pengujian Hipotesis 1

Pengujian hipotesis 1 dilakukan untuk melihat pengaruh struktur Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi khusus, Belanja Langsung, Pendapatan Perkapita terhadap Pertumbuhan Ekonomi yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda.

4.2.1 Uji Simultan (Uji-F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan, pengujian dilakukan dengan membandingkan F hitung dan F tabel

Tabel 4.5 Uji-F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 92685.407 5 18537.081 1.859 .131b Residual 299082.898 30 9969.430

Total 391768.306 35 a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

(39)

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa F hitung adalah sebesar 1.859 > F tabel 0,334 dengan taraf signifikansi sebesar 0.131 > 0.05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Langsung dan Pendapatan Perkapita dalam penelitian ini berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

4.2.2 Uji Parsial (Uji-t)

Uji–t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel depeden secara parsial. Patokan yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai signifikan yang dihasilkan dengan alpha 0,05 atau dengan membandingkan t hitung dengan t tabel.

Tabel 4.6 Uji-t

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

(40)

Secara parsial, pengaruh masing-masing variabel independen dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Dana Alokasi Umum mempunyai t hitung = 1,877 > t tabel 1,68957 dan memiliki nilai signifikansi = 0,007 < α = 5% maka dapat disimpulkan Dana Alokasi Umum pengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

b. Dana Alokasi Khusus mempunyai t hitung = 0,615 < t tabel = 1,68957 dan memiliki nilai signifikansi = 0,543 > α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

c. Belanja Langsung mempunyai t hitung = -0,231 < t tabel = 1,68957 dan memiliki nilai signifikansi = 0,819 > α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Belanja Langsung tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi

d. Pendapatan Perkapita mempunyai t hitung = 0,056 < t tabel = 1,68957 dan memiliki nilai signifikansi = 0,956 > α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Perkapita tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi

4.3 Koefisien Determinasi

(41)

Tabel 4.7. Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .486a .237 .109 99.84703

a. Predictors: (Constant), Jumlah Penduduk, Pendapatan Perkapita, Dana Alokasi Khusus, Belanja Langsung, Dana Alokasi Umum

Tabel 4.7. memperlihatkan bahwa nilai Adjusted R2 adalah sebesar 0,109 atau sebesar 10,9%. Hal ini berarti bahwa persentase pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 10,9% sedangkan sisanya yaitu 89,1% adalah pengaruh lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

a. Pengujian Hipotesis 2

Menurut Ghozali (2006:164) menyatakan terdapat tiga cara untuk menguji regresi dengan menggunakan variabel moderating, yaitu: (1) Uji Interaksi atau Moderated Regression Analysis (MRA), (2) Uji Selisih Mutlak, dan (3) Uji Residual.

(42)

Tabel 4.8 Uji Signifikansi Jumlah Penduduk dalam Memoderasi Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -85941.412 68357.226 -1.257 .217

DAU .008 .002 .646 4.931 .000

a. Dependent Variable: JP

Diketahui berdasarkan Tabel 4.8., nilai Sig. dari Uji Residual, Dana Alokasi Umum adalah 0,000, yakni lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini berarti Jumlah Penduduk mampu memoderasi hubungan antara Dana Alokasi Umum dengan Pertumbuhan Ekonomi.

Tabel 4.9 Uji Signifikansi Jumlah Penduduk dalam Memoderasi Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -287.401 91384.490 -.003 .998

DAK .053 .020 .418 2.681 .011

a. Dependent Variable: JP

(43)

mampu memoderasi hubungan antara Dana Alokasi Khusus dengan Pertumbuhan Ekonomi.

Tabel 4.10 Uji Signifikansi Jumlah Penduduk dalam Memoderasi Pengaruh Belanja Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 37149.451 62463.397 .595 .556

BL .322 .094 .506 3.421 .002

a. Dependent Variable: JP

Diketahui berdasarkan Tabel 4.10., nilai Sig. dari Uji Residual, Belanja Langsungadalah 0,002, yakni lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini berarti Jumlah Penduduk mampu memoderasi hubungan antara Belanja Langsung dengan Pertumbuhan ekonomi.

Tabel 4.11 Uji Signifikansi Jumlah Penduduk dalam Memoderasi Pengaruh Pendapatan Perkapita Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 179670.943 79763.347 2.253 .031 PK 30.173 40.258 .127 .749 .459 a. Dependent Variable: JP

(44)

tidak mampu memoderasi hubungan antara Pendapatan Perkapita dengan Pertumbuhan ekonomi.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan melalui berbagai pengujian diatas, dapat diinterpretasikan bahwa pengaruh variabel independen dan dependen serta variabel moderating adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Dana Alokasi Umum adalah “dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”. Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan dengan tujuan pemerataan dengan memperlihatkan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah, sehingga perbedaan antara daerah yang maju dan daerah yang belum berkembangan dapat diperkecil. Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar.

(45)

Penduduk yang besar, Luas Wilayah, Keadaan Geografis yang bagus sehingga masyarakat di daerah tersebut memiliki pendapatan yang besar dan anggaran yang diturunkan pemerintah pusat jadi semakin besar yang digunakan untuk mendukung program pengembangan sosial masyarakat. Penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Noviani menunjukkan ada pengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

b. Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang berasal dari APBN dan dialokasikan ke daerah kabupaten/kota untuk membiayai kebutuhan tertentu yang sifanya khusus, tergantung tersedianya dana dalam APBN (Suparmoko:2002). Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dan kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus diukur dari jumlah penerimaan Dana Alokasi Khusus tersebut yang diberikan oleh pemerintah pusat.

Berdasarkan pengujian statistik terhadap variabel Dana Alokasi Khusus menunjukkan bahwa Dana Alokasi Khusus mempunyai t hitung = 0,615 <

t tabel = 1,68957 dan memiliki nilai signifikansi = 0,543 > α = 5%, maka dapat

(46)

ditetapkan oleh APBN misalnya untuk layanan umum, pendidikan, dan lain-lain. Artinya tidak boleh disalahgunakan untuk kegiatan diluar ketentuan.

Hasil Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang diperoleh Windha (2013) bahwa Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah. Hasil pengujian Menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,451 lebih besar dari nilai α (0,05).

c. Pengaruh Belanja Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Belanja Langsung dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik.

Berdasarkan pengujian statistik terhadap variabel Belanja Langsung menunjukkan bahwa Belanja Langsung mempunyai t hitung = -0,231 < t tabel = 1,68957 dan memiliki nilai signifikansi = 0,819 > α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Belanja Langsung tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada pemerintah daerah kabupaten/kota Provinsi Aceh tahun 2010-2013. Hal ini disebabkan karena minimnya APBD daerah tersebut dan pengalokasi dana untuk Belanja Langsung kecil sehingga pencapain untuk kesejahteraan masyarakat kurang produktif.

(47)

penyimpangan, penyelewengan, penyalahgunaan dana yang seharusnya meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

d. Pengaruh Pendapatan Perkapita Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pendapatan Perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah. Diperoleh dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa minyak dan gas dari tiap kabupaten/kota dibagi dengan jumlah penduduk pada wilayah tersebut. Pendapatan perkapita adalah gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi yang terjadi di suatu daerah. Salah satu manfaat data PDRB adalah untuk mengetahui tingkat produk yang dihasilkan oleh seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi dan struktur perekonomian pada satu periode di suatu daerah tertentu.

Berdasarkan pengujian statistik terhadap variabel Pendapatan Perkapita menunjukkan bahwa Pendapatan Perkapita mempunyai t hitung =0,056 < t tabel = 1,68957 dan memiliki nilai signifikansi =0,956 > α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Perkapita tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada pemerintah daerah kabupaten/kota Provinsi Aceh tahun 2010-2013. Hal ini disebabkan karna kurangnya dukungan dari pemerintahan daerah itu sendiri, sehingga hasil produksi dari masyarakat pastinya kecil. Hasil produksi yang kecil dari masyarakat tentunya mempengaruhi Pendapatan Perkapita pada daerah tersebut.

(48)

penelitian Noviani (2016) diperoleh bahwa Pendapatan Daerah berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi, yang disebabkan oleh tingginya tingkat pendapatan daerah sehingga pemerintahn lebih bisa untuk mengoptimalkan potensi pendapatan tersebut.

e. Pengaruh Jumlah Penduduk sebagai Variabel Moderating

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menguji apakah Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Langsung, dan Pendapatan Perkapita Terhadap Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel moderating Jumlah Penduduk . Penelitian ini menggunakan 36 jumlah amatan yang listing selama tahun 2010-2013.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Langsung, dan Pendapatan Perkapita secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Dan, secara parsial ada satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap Pertumbuhan ekonomi yaitu variabel Dana Alokasi Umum, sedangkan tiga variabel bebas lainya Dana Alokasi Khusus, Belanja Langsung, dan Pendapatan Perkapita tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi

(50)

5.2Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam mengadakan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Sampel dalam penelitian ini dibatasi pada kota tertentu, yaitu 9 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Hal ini menyebabkan hasil penelitian hanya berlaku untuk kota yang menjadi sampel penelitian sehingga belum dapat digeneralisasi untuk seluruh kabupaten Indonesia.

2. Periode penelitian yang digunakan hanya empat tahun amatan yaitu tahun 2010 sampai tahun 2013. Hal ini disebabkan keterbatasan dalam perolehan data.

5.3 Saran

Adapun keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam mengadakan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Daerah

Sekiranya penelitian ini dijadikan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam penyusunan APBD, agar Pemerintah Daerah lebih serius menanggapi pelaksanaan otonomi daerah karena jika pemerintah menanggapi secara lebih pelaksanaan otonomi daerah maka kemandirian daerah dapat terwujud.

2. Bagi Masyarakat

(51)

pembangunan berkeadilan yang kesemuanya bermuara pada terciptanya kesejahteraan masyarakat.

3. Bagi Peneliti Lainnya

(52)

BAB II

TINJAUAN PENELITIAN

2.1 LANDASAN TEORI

Dalam landasan teori ini, akan dibahas lebih jauh mengenai Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Langsung, Pendapatan Perkapita, Pertumbuhan Ekonomi, dan Jumlah Penduduk. Kemudian akan menjabarkan penelitian terdahulu yang diperluas dengan referensi yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan disuatu perekonomian. Kemajuan suatu perekonomian ditentukan oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukkan oleh perubahan output nasional. Pertumbuhan ekonomi adalah masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Setiap negara mempunyai kesempatan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi oleh faktor-faktor produksi bertambah dari satu periode ke periode lainnya dan oleh karenanya pendapatan nasional dapat ditingkatkan.

(53)

peranan pemerintah dalam perekonomian untuk mengatasi kegagalan sistem pasar bebas. Kelompok ini cenderung tidak mengakui keefektifan sistem pasar bebas tanpa campur tangan pemerintah.

Perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Meningkatnya produksi barang dan jasa dari suatu daerah,secara makro dapat dilihat dari peningkatan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahunnya. PDRB diukur Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) di suatu daerah. Pertumbuhan Ekonomi merupakan salah satu indikator dari keberhasilan pembangunan ekonomi daerah. Dimana pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah dapat tepat sasaran maka Pertumbuhan ekonomi akan mengalami peningkatan.

(54)

meningkat (Donderdag, 2013). Berikut ini rumus untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi.

� =

PDRB1 –����0

����0 � 100%

Keterangan:

G = Pertumbuhan Ekonomi

PDRB1 = PDRB ADHK pada suatu tahun PDRB0 = PDRB ADHK pada tahun sebelumnya 2.1.2 Dana Alokasi Umum (DAU)

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 26 tahun 2006 tenang pedoman penyusunan APBD bahwa penggunaan dana perimbangan Dana Alokasi Umum agar diprioritaskan penggunaannya untuk mendanai gaji dan tunjangan, kesejahteraan pegawai, kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pembangunan fisik sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum yang dibutuhkan masyarakat.

(55)

kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Jadi DAU suatu daerah ditentukan oleh besar kecilnya celah fiskal (Fiscal Gap) suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (Fiscal Need) da potensi daerah (Fiscal Capacity). Dalam Undang-Undang N0. 33 tahun 2004 ditegaskan kembali mengenai formula celah fiskal dan penambahan variabel DAU yang seperti diutarakan diatas. Dalam hal ini secara implisit fungsi DAU adalah sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.

Perhitungan DAU memiliki variabel-variabel kebutuhan daerah dan potensi ekonomi daerah. Kebutuhan daerah paling sedikit dicerminkan dari variabel jumlah penduduk, luas wilayah, keadaan geografi, dan tingkat pendapatan masyarakat dengan memperlihatkan kelompok masyarakat miskin. Sementara potensi ekonomi daerah dicerminkan dengan potensi penerimaan daerah seperti potensi industri, potensi SDA, potensi SDM dan PDRB.

2.1.3 Dana Alokasi Khusus (DAK)

(56)

kabupaten/kota untuk membiayai kebutuhan tertentu yang sifanya khusus, tergantung tersedianya dana dalam APBN (Suparmoko:2002). Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dan kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus diukur dari jumlah penerimaan Dana Alokasi Khusus tersebut yang diberikan oleh pemerintah pusat.

Pemanfaatan DAK diarahkan pada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang. Dengan adanya pengalokasian DAK diharapkan dapat mempengaruhi pengalokasian anggaran belanja modal, karena DAK cenderung akan menambah aset tetap yang dimilik pemerintah guna meningkatkan pelayanan publik. Ada beberapa kewajiban yang melekat pada daerah penerima DAK, yaitu:

a. Daerah penerima DAK wajib mencantumkan alokasi dan penggunaan DAK nya di dalam APBD.

b. Kecuali untuk daerah dengan kemampuan keuangan tertentu, daerah penerima DAK wajib menganggarkan Dana Pendamping dalam APBD sekurang-kurangnya 10% dari besaran alokasi DAK yang diterimanya. Dana Pendamping tersebut digunakan untuk mendanai kegiatan yang bersifat kegiatan fisik.

(57)

penggunaan DAK kepada Menteri Keuangan, Menteri Teknis, dan Menteri Dalam Negeri. Penyampaian laporan dilakukan sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir

2.1.4 Belanja Langsung

Belanja langsung berasal dari Dana Alokasi Umum yang direalisasikan dalam bentuk belanja Pembangunan Daerah. Penganggaran Belanja Langsung dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal seperti alokasi belanja langsung dalam APBD digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintah daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja langsung dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik.

(58)

yang berupa personal (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan tekhnologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan pengeluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

2.1.5 Pendapatan Perkapita

Pendapatan Perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah. Diperoleh dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa minyak dan gas dari tiap kabupaten/kota dibagi dengan jumlah penduduk pada wilayah tersebut. Data PDRB dan jumlah penduduk dapat diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Pendapatan perkapita adalah gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi yang terjadi di suatu daerah. Salah satu manfaat data PDRB adalah untuk mengetahui tingkat produk yang dihasilkan oleh seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi dan struktur perekonomian pada satu periode di suatu daerah tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.

(59)

sasaran karena tidak mencerminkan makna pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya. Lebih lanjut disebutkan bahwa indikator pendapatan perkapita lebih konprehensif dalam mengukur pertumbuhan ekonomi karena lebih menekankan kemampuan daerah untuk mengingkatkan PDRB karena secara simultan menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi mampu meningkatkan kesejahteraan seiring dengan laju pertambahan penduduk. 2.1.6 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk adalah salah satu indikator penting dalam suatu Negara. Para ahli ekonomi klasik yang di pelopori Adam smith bahkan menganggap bahwa jumlah penduduk merupakan input yang potensial yang dapat digunakan sebagai faktor produksi untuk meningkatkan produksi suatu rumah tangga perusahaan. Semakin banyak penduduk maka semakin banyak pula tenaga kerja yang dapat digunakan. Oleh karena jumlah penduduk terus bertambah, maka banyak yang harus dicanangkan untuk mengatasi keadaan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat tersebut, mengundang banyak masalah. Tetapi ini tidak berarti pada zaman dahulu masalah kependudukan tidak ada. Sejalan dengan perkembangan penduduk dunia, Indonesia juga sebagai negara berkembang yang tidak terlepas dari pertambahan penduduk yang cepat.

(60)

usahanya membangun dan meningkatkan taraf hidup rakyatnya demi untuk menuju masyarakat yang sesuai dengan isi UUD 1945. Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat sekarang ini sangat mempengaruhi perekonomian suatu bangsa, karena kita lihat sekarang ini kepadatan penduduk di kota-kota besar di Indonesia mempengaruhi tingkat pendapatan penduduk, jumlah lowongan kerja yang semakin sedikit menyebabkan di Indonesia pada tahun-tahun terakhir banyak perilaku kriminalitas yang terjadi akibat penyimpangan status penduduk yang satu dengan yang lain dan ini menimbulkan status sosial antar masyarakat . Namun ahli ekonomi lain yaitu Robert Malthus menanggap bahwa pada kondisi awal jumlah penduduk memang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi namun pada suatu keadaan optimum pertambahan penduduk tidak akan menaikkan pertumbuhan ekonomi malahan dapat menurunkannya. Dalam hal ini, kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama pembangunan sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

2.2 PENELITIAN TERDAHULU

(61)

Nurlina (2004). Judul penelitiannya tentan Analisis Pengaruh Anggaran Belanja Rutin dan Anggaran Belanja Pembangunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nanggroe Aceh Darussalam. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan menunjukkan trend peningkatan yang hampir sama dan hukum Wagner tidak sesuai dengan kondisi yang ada di Provinsi NAD.

Priyo Hari Ardi (2006). Judul penelitiannya tentang Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah, belanja pembangunan dan pendapatan asli daerah (Studi kasus pada Kabupaten dan kota se Jawa-Bali). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis pertumbuhan ekonomi daerah mempunyai dampak yang signifikan terhadap peningkatan PAD. Sayangnya pertumbuhan ekonomi pemda kabupaten dan kota masih kecil, akibatnya penerimaan PAD-nya pun kecil. Terkait dengan PAD, penerimaan yang menjadi andalan adalah retribusi dan pajak daerah. Tingginya retribusi bisa jadi merupakan indikasi semakin tingginya itikad pemerintah untuk memberikan layanan publik yang lebih berkualitas. Belanja pembangunan diarahkan pada sektor yang langsung dinikmati oleh publik (Mardiasmo, 2002).

(62)

Tabel 2.1

Review Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Armin (2004) Analisis Pengaruh

Pengeluaran Pemerintah besar dari pengeluaran rutin.

Nurlina (2004) Analisis pengaruh

anggaran belanja rutin

Hasil penelitian yang dilakukan Nurlina menunjukkan bahwa pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan menunjukkan tren peningkatan yang hampir sama

Noviani (2016) Pengaruh pendapatan

Asli Daerah, Dana

Hasil dari penelitian yang dilakukan Noviani bahwa Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Belanja Modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten Buleleng tahun 2009-2013

Setiawati (2007) Analisis Pengaruh PAD, DAU, DAK, dan Belanja Pembangunan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan Pengangguran

Variabel independen : PAD, DAU, DAK,

Hasil dari penelitian yang dilakukan Setiawati bahwa PAD berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi sedangkan DAU berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Windha (2013) Pengaruh DAU, DAK,

PAD, dan Belanja dilakukan Windha bahwa DAU, PAD berpengaruh secara signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kab/Kota di ProvinsiJawa Tengah sedangkan DAK, Belanja Modal tidak

(63)

2.3 KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual dibangun untuk memperlibatkan hubungan pengaruh setiap variabel dalam satu penelitian. Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan review penelitian terdahulu, kerangka konseptual penelitian ini digambarkan pada Gambar berikut :

H1

H2

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Dalam penelitian ini Pertumbuhan Ekonomi menjadi variabel yang dipengaruhi variabel independen. Alasan peneliti untuk menjadikan Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel dependen adalah Pertumbuhan Ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan disuatu perekonomian. Kemajuan suatu perekonomian

Dana Alokasi Umum (X1)

Dana Alokasi Khusus (X2)

Pertumbuhan Ekonomi (Y)

Belanja Langsung (X3)

Pendapatan Perkapita (X4)

(64)

ditentukan oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukkan oleh perubahan output nasional.

Oleh karena itu, diuraikan konsep variabel-variabel independen yang memiliki hubungan dan dapat mempengaruhi variabel dependen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Modal dasar desentralisasi fiskal seharusnya berasal dari PAD. Tetapi nyatanya, PAD hanya mampu membiayai belanja pemerintah daerah paling tinggi sebesar 20% (Kuncoro, 2004 dalam Santosa, 2013). Sehingga untuk mengatasi kekurangan tersebut, pemerintah pusat memberikan Dana Alokasi Umum (DAU).

Pemanfaatan DAU diserahkan sepenuhnya kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah. Fleksibelitas dalam pemanfaatan DAU baik melalui belanja rutin, pembangunan/infrastruktur/modal, ataupun belanja lainnya diharapkan akan memunculkan pelaku-pelaku ekonomi baru dalam masyarakat.

(65)

peran PAD sebagai sumber pembiayaan bagi pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah.

Penelitian lainnya oleh Taaha et all (2009), menemukan hubungan positif dan signifikan antara DAU dengan Pertumbuhan Ekonomi. Alokasi DAU sebagai sumber pembiayaan infrasturktur berupa saran dan prasaran ekonomi akan menunjang kegiatan produksi barang dan jasa oleh investor baik dari masyarakat stempat maupun dari luar daerah yang bersangkutan. Dengan munculnya kegiatan investasi selanjutnya akan menciptakan kesempatan kerja, dan menciptakan multiple effect sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pengalokasian DAK lebih difokuskan ada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang, dan tidak termasuk penyertaan modal. Berbeda dengan DAU, pemanfaatan DAK oleh daerah tidaklah fleksibel dan leluasa tetapi harus mengikuti berbagai regulasi dari pemerintah pusat.

(66)

ekonomi yang mengarahkan pada peningkatan output dan kesehjahteraan masyarakat.

Taaha et all (2009) dan Santosa (2013) menemukan hubungan positif antara DAK dengan Pertumbuhan Ekonomi dengan penjelasan bahwa alokasi DAK lebih diarahkan pada investasi pembangunan berupa sarana fisik penunjang yang berguna bagi publik masyarakat. 3. Pengaruh Belanja Langsung terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pengeluaran pemerintah dalam hal Belanja Langsung mampu memberikan manfaat yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pernyataan ini sesuai dengan teori dari Rostow dan Musgrave yang menyatakan bahwa peran pemerintah sangat penting dalam pembangunan ekonomi, khususnya dalam mengelola pengeluaran. Pengelolaan pengeluaran ini didasarkan pada tiga tahapan :

• Pertama, pemerintah harus menyediakan berbagai sarana dan

prasarana

• Kedua, pengelolaan investasi baik dari pemerintah itu sendiri

maupun swasta

• Ketiga, pemerintahan melakukan peralihan aktivitas dan

penyediaan prasarana ekonomi ke pengeluaran-pengeluaran untuk layanan sosial seperti kesehatan dan pendidikan.

(67)

pemerintaha sendiri selalu berusaha memperbesar pengeluarannya dengan mengandalkan penerimaan pajak.

4. Pengaruh Pendapatan Perkapita terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pendapatan perkapita dihitung dengan perbandingan PDRB dengan jumlah penduduk. PDRB merupakan output disuatu daerah. PDRB sering digunakan sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. PDRB dan pendapatan perkapita memiliki hubungan positif, sehingga jika PDRB mengalami kenaikan maka pendapatan perkapita akan semakin besar. Maka hal itu, pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

5. Pengaruh Jumlah Penduduk sebagai variabel moderating dalam memoderasi hubungan antara variabel independen dengan Pertumbuhan Ekonomi

(68)

2.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, landasan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

H1 : Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Belanja Langsung, Pendapatan Perkapita berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

(69)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan Produk Nasional Bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang. Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth) juga merupakan perubahan nilai kegiatan ekonomi dari tahun untuk satu periode ke periode lainnya dengan mengambil rata-ratanya dalam waktu yang sama. Maka untuk mengatakan tingkat pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan dengan tingkat pendapatan nasional dari tahun ke tahun.

Salah satu cara untuk menilai prestasi pertumbuhan ekonomi adalah melalui penghitungan Produk Domesti Bruto (PDB). Nilai PDB dapat dihitung menurut harga yang berlaku yaitu pada harga-harga yang berlaku pada tahun dimana PDB dihitung dan menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang berlaku pada tahun dasar (base year) perbandingan (Sukirno, 2006:10). Produk Domestik Bruto untuk tingkat daerah disebut dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

(70)

dampak kebijakan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan meningkatnya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada saat ini mencapai 4,73 persen (Triwulan III tahun 2015). Sementara Pertumbuhan Ekonomi untuk Propinsi Aceh saat ini tumbuh sebesar 3,05 persen pada Triwulan III tahun 2015. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi di Aceh meningkat yang disebabkan oleh lapangan usaha Jasa Keuangan. Faktor lainnya yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh adalah dari sisi produksi Jasa Kesehatan, Migas, dan Pertanian.

Pengeluaran pemerintah dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah diukur dari total belanja rutin dan belanja pembangunan pemerintah daerah. Pengeluaran pemerintah yang terlalu kecil akan merugikan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang proporsional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah yang boros akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Tetapi pada umumnya, pengeluaran pemerintah membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi (Marganda dan Sirojuzilam, 2008:95).

(71)

tersebut akan memungkinkan negara itu menambah produksi. Disamping itu yang harus kita ingat, bahwa pengusaha adalah sebagian dari penduduk. Maka luasnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara juga bergantung kepada jumlah pengusaha dalam ekonomi. Apabila tersedianya pengusaha dalam sejumlah penduduk tertentu adalah lebih banyak, maka akan lebih banyak kegiatan ekonomi yang dijalankan. pada tahun 2014, jumlah penduduk di Provinsi Aceh adalah sebesar 4.693.934.00 jiwa (BPS, Provinsi Aceh). Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di daerah Aceh adalah banyaknya pengusaha asing yang berinvestasi kedaerah tersebut, mengelola hasil bumi dan meningkatkan sektor industri.

Apabila sektor industri di suatu daerah mengalami peningkatan, pastinya akan menghasilkan nilai tambah industri yang semakin meningkat pula. Penigkatan nilai tambah industri akan meningkatkan pendapatan daerah dan kemudian menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Oleh sebab itu, perkembangan industri diarahkan kepada usaha yang berorientasi ekspor sekaligus dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menyerap tenaga kerja yang ada. Adapun sektor yang berkembang di provinsi Aceh adalah perkebunan karet, perkebunan kelapa sawit, sektor pertanian, perairan, dan tempat wisata.

(72)

Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ketahun tergambarkan melalui penyajian PDRB atas harga konsumen secara berkala, yaitu pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan terjadinya penurunan. Pertumbuhan ekonomi umumnya akan teradi pergeseran pekerjaan dari kegiatan yang relatif rendah produktivitasnya ke kegiatan yang lebih tinggi. Dengan perkataan lain, pertumbuhan ekonomi secara potensial cenderung meningkatkan produktivitas pekerja, dan meningkatkan skala unit usaha.

Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di daerah itu sendiri, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di daerah tersebut. Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Hal ini menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut.

Simon Kuznets, mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan makin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh seiring dengan kemajuan teknologi. Ada beberapa kegunaan dari pertumbuhan ekonomi yaitu :

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat 2. Memperluas kesempatan kerja

3. Memperbaiki distribusi pendapatan

(73)

Pemberian otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah karena memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah membuat rencana keuanganya sendiri dan membuat kebijakan-kebijakan yang dapat berpengaruh pada kemajuan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru yang akan mempengaruhi perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Kuncoro, 2004). Pembangunan ekonomi ditandai dengan meningkatnya produktivitas dan meningkatnya pendapatan per kapita penduduk sehingga terjadi perbaikan kesejahteraan.

Desentralisasi fiskal memberikan kewenangan yang besar kepada daerah untuk menggali potensi yang dimiliki sebagai sumber pendapatan daerah untuk membiayai pengeluaran daerah dalam rangka pelayanan publik. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Peningkatan PAD diharapkan meningkatkan investasi belanja modal pemerintah daerah sehingga kualitas pelayanan publik semakin baik.

(74)

Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Belanja Langsung dan Pendapatan Pekapita.

Dana Alokasi Umum (DAU) yang pengalokasiannya menekankan aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahaan (UU 32/2004). Dana Alokasi Khusus (DAK) yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional (UU No. 33 tahun 2004). Belanja langsung berasal dari Dana Alokasi Umum yang direalisasikan dalam bentuk belanja Pembangunan Daerah. Penganggaran Belanja Langsung dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal seperti alokasi belanja langsung dalam APBD digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintah daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Pendapatan Perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah. Diperoleh dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa minyak dan gas dari tiap kabupaten/kota dibagi dengan jumlah penduduk pada wilayah tersebut. Pendapatan perkapita adalah gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi yang terjadi di suatu daerah.

(75)

memilih Jumlah penduduk sebagai variabel moderating yang akan memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel indepen terhadap variabel dependen.

1.2PERUMUSAN MASALAH

Pentingnya Pertumbuhan Ekonomi untuk meningkatkan pelayanan publik oleh Pemerintah Daerah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Belanja Langsung, dan Pendapatan Perkapita berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Pertumbuhan ekonomi?

2. Apakah Jumlah Penduduk sebagai variabel moderating mampu memoderasi hubungan antara Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Belanja Langsung, dan Pendapatan Perkapita dengan Pertumbuhan Ekonomi?

1.3 TUJUAN PENELITIAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.3.1 TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan perumusan masalahnya, peneliti melakuakn penelitian ini bertujuan mengetahui :

1. Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Belanja Langsung dan Pendapatan Perkapita berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila kita tertarik untuk melakukan pembelian barang atau melakukan transaksi secara angsuran tentu saja harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh masing- masing

Dari hasil pengujian hipotesis ketujuh dapat disimpulkan bahwa lama pendidikan PPAk tidak mempengaruhi secara signifikan minat mahasiswa akuntansi FEUI untuk mengikuti PPAk..

Hasil penelitian pada penelitian tentang uji daya hambat ekstrak cacing tanah Lumbricus rubellus dengan metode difusi dengan konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% belum

Simpulannya yakni terdapat pengaruh pemberian tomat dan zink terhadap jumlah oosit tikus putih betina galur Sprague dawley yang diinduksi gelombang

Consumers gain and seek knowledge about the said product mostly from word to mouth and gaming websites such as IGN, Hotgames, Gamefaqs, etc; and make comparison based on game

Dari pertidaksamaan tersebut, dapat disimpulkan, bahwa apabila flow x bukan merupakan solusi optimal dari minimum cost flow , maka nilai ( ) ε x tidak akan pernah bertambah,

Aplikasi QFD menghasilkan konsep tracker crankshaft hydraulic dengan standar baru yang sesuai kebutuhan mekanik dengan spesifikasi teknis adalah prinsip kerja dari

17.1 Semua peserta yang lulus pembuktian kualifikasi dimasukkan oleh Pokja PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA ke dalam Daftar Pendek (short list), untuk Seleksi Umum paling kurang