• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Telemetri Suhu dengan Modulasi Data Digital

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Telemetri Suhu dengan Modulasi Data Digital"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KADAR NITRIT PADA DAGING SOSIS

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

SKRIPSI

NOERDIANSYAH SIREGAR

090822036

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KADAR NITRIT PADA DAGING SOSIS

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

SKRIPSI

DiajukanuntukmelengkapitugasdanmemenuhisyaratmencapaigelarSarjanaSains

NOERDIANSYAH SIREGAR

090822036

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS KADAR NITRIT PADA DAGING

SOSIS DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

Kategori : SKRIPSI

Nama : NOERDIANSYAH SIREGAR

Nomor Induk Mahasiswa : 090822036

Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA EKSTENSI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUA ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, April 2013

Komisi Pembimbing :

Pembimbing II, Pembimbing I,

Prof. Dr. Zul Alfian M,Sc Drs. Chairuddin M,Sc

NIP. 195504051983031002 NIP. 195912311987011001

Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

(4)

PERNYATAAN

ANALISIS KADAR NITRIT PADA DAGING SOSIS DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

SKRIPSI

Sayamengakuibahwaskripsiiniadalahhasilkerjasayasendiri,

kecualibeberapakutipandanringkasanyamgmasing-masingdisebutkansumbernya.

Medan, April 2013

(5)

PENGHARGAAN

PujidansyukurpenulispanjatkankepadaTuhan Yang MahaEsadanNabi Besar

Muhammad SAW atas berkah dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terimakasi yang sebesar – besarnya kepada Bapak

Drs.Chairuddin M,Sc selaku dosen pembimbing Idan Prof. Dr. ZulAlfian M,Sc selaku

pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Terimakasih juga kepada Ketua Departemen Kimia

Dr. RumondangBulanNst. MSc dan Bapak Albert Pasaribu Msc serta seluruh staff dan dosen

pengajar departemen kimia F.MIPA USU khususnya para Dosen Kimia Analitik. Tak lupa

penulis ucapkan terimakasih kepada orang tuaku tersayang Ayahanda Syamsir Siregar dan

Ibunda Anisah Lubis yang telah banyak memberikan dukungan dalam bentuk motivasi, doa

dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan

baik.Terimakasih juga untuk adindaku tersayang Syahrodji Mahadi Siregar dan Septrin Aulia

Siregar terima kasih juga kepadaYuni atas doa, semangat dan kasih sayangnya kepada

penulis. Juga kepada sahabat Awalluddin, Adilla, Indra, Erix, Ricky, Yasin, dan teman

teman kost sei Silau. Taklupa juga penulis mengucapakan terimakasih kepada teman-teman

Kimia Ekstensi USU angkatan 2009 asisten laboratorium Kimia Analitik untuk semua

bantuan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. Banyak hikmah yang dapat

dipelajari oleh penulis melalui penyelesain skripsi ini, semoga penelitian dan skripsi ini dapat

memberikan informasi yang bermanfaat.

Medan April 2013 Penulis

(6)

Abstrak

Nitrit adalah bahan tambahan pangan yang digunakan sebagai pengawet .Menurut ketentuan

Standart Nasional Indonesia (SNI–01-3820 -1995 ) pengunaan nitrit pada daging sosis

memiliki batas maksimum yang diijinkan yaitu maksimum 125 mg/ kg . Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui jumlah nitrit yang terdapat dalam daging olahan yaitu daging sosis

yang berasal dari supermarket yang berada di kota medan. Sempel yang dianalisisa adalah

tiga produk sosis dengan merek yang berbeda dari supermarket yang berada dikota Medan

.Penetapan kadar nitrit dilakukan secara spektrofotometr isinartampak dengan menggunakan

pereaksi warna N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida pada panjang gelombang maksimum

537 nm.

Dari hasil penelitian yang diperoleh sampel A dengan kadaluarsa pada tangal 26 Mei

2012 memiliki kadar nitrit 35,65 mg/kg sedangkan pada sample B dengan kadaluarsa pada

tanggal 19 Mei 2012 memiliki kadar nitrit 19,32 mg/kg dan pada sample C dengan

kadaluarsa pada tangal13Mei 2012 memiliki kadar nitrit 24,95 mg/kg .

(7)

Abstract

Nitrit is an additive that is used as preservative according to the provision’s of national

Standart Indonesia (SNI-01-3820-195) use of nitrit in meat has a maximum dosed of 125

mg/kg .purpose of this study was to determine the supermarket are from the Medan city.

Sample that in the analysis are the three sausage products with different brands of

supermarket location in the Medan city . Nitrit essay performed visible spectrofotometri

using a color reagent N-( 1-napthyl)ethylene diamine dihydroclorida at a wave length 0f 570

nm maximum.

The results ware obtained sample A with expiredon 26 May 2012 had higher levels of nitrit

0,72 mg/kg where as in sample B expired 0n 19 May 2012 had hinger levels of nitrit and

(8)
(9)
(10)

Abstrak

Nitrit adalah bahan tambahan pangan yang digunakan sebagai pengawet .Menurut ketentuan

Standart Nasional Indonesia (SNI–01-3820 -1995 ) pengunaan nitrit pada daging sosis

memiliki batas maksimum yang diijinkan yaitu maksimum 125 mg/ kg . Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui jumlah nitrit yang terdapat dalam daging olahan yaitu daging sosis

yang berasal dari supermarket yang berada di kota medan. Sempel yang dianalisisa adalah

tiga produk sosis dengan merek yang berbeda dari supermarket yang berada dikota Medan

.Penetapan kadar nitrit dilakukan secara spektrofotometr isinartampak dengan menggunakan

pereaksi warna N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida pada panjang gelombang maksimum

537 nm.

Dari hasil penelitian yang diperoleh sampel A dengan kadaluarsa pada tangal 26 Mei

2012 memiliki kadar nitrit 35,65 mg/kg sedangkan pada sample B dengan kadaluarsa pada

tanggal 19 Mei 2012 memiliki kadar nitrit 19,32 mg/kg dan pada sample C dengan

kadaluarsa pada tangal13Mei 2012 memiliki kadar nitrit 24,95 mg/kg .

(11)

Abstract

Nitrit is an additive that is used as preservative according to the provision’s of national

Standart Indonesia (SNI-01-3820-195) use of nitrit in meat has a maximum dosed of 125

mg/kg .purpose of this study was to determine the supermarket are from the Medan city.

Sample that in the analysis are the three sausage products with different brands of

supermarket location in the Medan city . Nitrit essay performed visible spectrofotometri

using a color reagent N-( 1-napthyl)ethylene diamine dihydroclorida at a wave length 0f 570

nm maximum.

The results ware obtained sample A with expiredon 26 May 2012 had higher levels of nitrit

0,72 mg/kg where as in sample B expired 0n 19 May 2012 had hinger levels of nitrit and

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sosis adalah produk makanan yang diperoleh dari campuran daging halus (tidak kurang dari

75%) dengan tepung atau pati tanpa penambahan bumbu-bumbu dan bahan tambahan

makanan lain yang diizinkan dan dimasukan ke dalam selongsong sosis. Bahan baku yang

digunakan untuk membuat sosis terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama

yaitu daging, es, minyak, garam dan lemak. Sedangkan bahan tambahannya yaitu bahan

pengisi, bahan pengikat, bumbu-bumbu, bahan penyedap dan bahan makanan lain yang

diizinkan (bahan inovasi). Istilah sosis berasal dari kata dalam bahasa latin “salsus”, yang

memiliki arti garam, sehingga sosis dapat diartikan sebagai daging giling yang diawetkan

dengan garam. Sosis didefinisikan sebagai makanan yang dibuat dari daging yang dicacah

serta dibungkus dalam casing menjadi bentuk silinder (Kramlich, 1973).

Sosis merupakan salah satu jenis emulsi, namun emulsi sosis bukanlah emulsi

sesungguhnya seperti mayonnaise atau emulsi minyak dalam air lainnya. Emulsi sosis yang

secara umum dimaksud oleh industri sosis adalah campuran daging yang digiling halus,

lemak, dan bumbu-bumbu. Lemak pada sosis dibungkus oleh protein daging lean dengan

struktur serupa dengan emulsi,walaupun bukan emulsi minyak dalam air yang sesungguhnya.

Protein larut garam terutama mayonnaise diekstrak dengan garam dan selama proses

pencacahan membentuk sejenis emulsi yang membungkus partikel lemak.

Nitrit dan nitrat sebagai garam natrium atau kalium dipergunakan dalam daging cured

dengan tujuan untuk mengembangkan warna daging menjadi warna merah muda terang,

mempercepat proses curing (Soeparno, 2005). Fungsi utama nitrit dalam pembuatan sosis

adalah untuk memperbaiki warna daging. Perbaikan warna daging untuk sosis masak

(13)

Jumlah maksimum nitrit yang bisa ditambahkan dalam curing daging adalah 62,8

g/100 Kg. Dosis nitrit yang lebih dari 15 - 20 mg/Kg berat badan akan menimbulkan

kematian (Aberle et al., 2001). Penggunaan natrium nitrit sebagai pengawet untuk

mempertahankan warna daging ternyata dapat menimbulkan efek yang membahayakakan

kesehatan. Nitrit dapat berikatan dengan amino dan amida yang menghasilkan turunan

nitrosamin yang bersifat karsinogenik (Husni et al., 2007). Penambahan nitrit tidak terlalu

mempengaruhi karakteristik sensori, akan tetapi nitrit mempengaruhi proses oksidatif dan

pembentukan komponen volatil yang berasal dari mikroorganisme (Marco et al., 2006).

Berdasarkan ketentuan Standart Nasional Indonesia nomor 01-0222-1995 maka kadar

nitrit yang dibenarkan pada produk daging olahan cornet beef adalah 50 mg/kg tunggal atau

campuran dengan kalium nitrit. (SNI 01-0222-1995). Berdasarkan hal ini maka peneliti

tertarik untuk menentukan kadar natrium nitrit pada daging sosis yang beredar dipasaran .

1.2. Permasalahan

1. Berapakah kadar nitrit yang terdapat dalam daging sosis yang di produksi oleh

beberapa perusahaan yang beredar dipasaran di kota Medan.

2. Apakah kadar nitrit yang terdapat dalam daging tersebut sesuai dengan Standart

Nasional Indonesia (SNI) No 01-0222-1995 tentang Bahan Tambahan Makanan?

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah daging sosis yang berbeda merek

yang beredar di pasaran kota Medan Penentuan kadar nitrit ditentukan oleh metode

spektrofotmetri.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Menentukan kadar nitrit yang terdapat dalam daging sosis beberapa perusahaan

yang berada di kota Medan yang memperhatikan tangal kadaluarsanya.

2. Membandingakan kadar nitrit yang didapat dengan pembatasan Standart Nasional

(14)

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat

mengenai kadar zat pengawet nitrit yang terdapat pada daging sosis dengan memperhatikan

waktu kadaluarsa.

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Analitik F.MIPA USU

1.7. Metodologi Penelitian

1. Sampel di ambil dari supermarket Carrefour yang ada di Medan

2. Penentuan kadar nitrit dilakukan dengan metode spektro

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daging Sapi

Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan

jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan

kesehatan bagi yang memakannya (Soeparno, 1994). Komposisi daging terdiri dari 75% air,

19% protein, 3,5% substansi non protein yang larut, dan 2,5% lemak (Lawrie, 2003). Daging

dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu daging segar dan daging olahan. Daging segar ialah

daging yang belum mengalami pengolahan dan dapat dijadikan bahan baku pengolahan

pangan. Sedangkan daging olahan adalah daging yang diperoleh dari hasil pengolahan

dengan metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan, misalnya sosis, dendeng, daging

burger dan daging olahan dalam kaleng dan sebagainya (Desroiser, 1988).

Kontaminasi bakteri dapat menyebabkan perubahan warna dan bau. Selama proses

memasak, warna daging dapat mengalami perubahan dan kurang menarik (Putra, 2008).

Warna daging segar adalah warna merah terang dari oksimioglobin, warna daging yang

dimasak adalah warna coklat dari globin hemikromogen, warna daging yang ditambahkan

nitrit adalah warna merah gelap dari nitrikoksidamioglobin dan bila dimasak (Soeparno,

1994).

Banyak hal yang dapat mempengaruhi kualitas daging baik ketika pemeliharaan

ataupun ketika pengolahan. Faktor yang dapat mempengaruhi penampilan daging selama

proses sebelum pemotongan adalah perlakuan transportasi dan istirahat yang dapat

menentukan tingkat cekaman (stress) pada ternak yang pada akhirnya akan menentukan

kualitas daging yang dihasilkan (T. Suryati, 2006).

2.2. Sosis

Sosis (dalam bahasa Inggris sausage) berasal dari bahasa Latin salsus yang artinya asin

adalah suatu makanan yang terbuat dari daging cincang, lemak hewan dan rempah, serta

bahan-bahan lain. Sosis umumnya dibungkus dalam suatu pembungkus yang secara

tradisional menggunakan usus hewan, tapi sekarang sering kali menggunakan bahan

(16)

ditambahkan bahan tambahan seperti garam, fosfat, pengawet (biasanya nitrit/nitrat),

pewarna, asam askorbat, isolat protein, dan karbohidrat. Sosis daging sapi dapat mengandung

air sampai 60% (Soeparno, 1994). Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3820-1995),

sosis yang baik harus mengandung protein minimal 13%, lemak maksimal 25% dan

karbohidrat maksimal 8%. sintetis, serta diawetkan dengan suatu cara, misalnya dengan

pengasapan (Anonim, 2010 ).

2.3. Nitrit

Natrium nitrit merupakan salah satu bahan tambahan makanan yang diizinkan oleh

pemerintah untuk menjadi bahan pengawet makanan , natrium nitrit adalah senyawa nitrogen

yang reaktif . nitrit merupakan salah satu jenis suatu bahan tambahan makanan yang banyak

digunakan sebagai pengawet . nitrit adalah suatu bahan berwarna putih sampai kekuningan

yang berbentuk bubuk atau berbentuk glanular yang tidak berbau .

Nitrit mempunyai berat jenis 2,17 (25° C)g/mL dengan kelarutan didalam air sebesar

820 g/L (20°C) dan bersifat alkali (pH9) dan mempunyai titik leleh sodium nitrit 271-281 ° C

, titik didih 320 °C , suhu bakar 510 ° C dan suhu penguraian > 320 ° C

Biasanya nitrit dan nitrat banyak digunakan pada berbagai jenis daging olahan seperti

sosis dan daging lainnya . Pada sebuah penelitian pada tahun 1978 dikatakan bahwa nitrit

dapat mengakibatkan kangker pada tikus percobaan karena pada kondisi tertentu akan terjadi

reaksi antara nitrit dan beberapa amin yang secara alamiah terdapat didalam makanan sehinga

membentuk senyawa nitrosiamin yang bersifat karsinogenik atau pemicu terbentuknya sel-sel

kanker yang sangat berbahaya ternyata nitrosiamin dapat menimbulkan tumor pada jenis

organ bahkan kadang – kadang dapat menembus plasenta sehinga dapat pula mengakibatkan

tejadinya tumor pada janin jadi meskipun berbagai jenis bahan tambahan ini di bolehkan

untuk dikonsumsi tetap ada batasnya yang di tetepkan

( Nurhati 2007 ).

Nitrit juga merupakan antioksidan yang efektif menghambat pembentukan WOF (

Warmed – over flayor ) yaitu berubahnya warna aroma dan rasa yang tidak menyenangkan

pada produk daging yang telah dimasak . penambahan nitrit pada konsentrasi 156 mg/kg

(17)

sapi dan ayam . TBA ( Thio Barbiturat Acid) adalah senyawa yang dapat bereaksi dengan

senyawa aldehid membentuk warna merah yang bisa diukur mengunakan spektrofotometer.

Angka TBA adalah angka yang dipakai untuk menentukan adanya ketengikan dari senyawa

aldehid yang dihasilkan dari oksidasi minyak atau lemak ( Raharjo,2006).

2.3.1. Sifat-sifat nitrit sebagai bahan pengawet, antara lain :

1. Nitrit yang ditambahkan dalam bahan pangan sebelum bahan pangan tersebut dipanaskan bisa meningkatkan daya awet 10 kali lebih lama daripada bahan pangan

dipanaskan terlebih dahulu selanjutnya ditambahkan nitrit.

2. Selama penyimpanan mengakibatkan konsentrasi nitrit semakin menurun

3. Sifat anti-botulinum nitrit tidak dipengaruhi oleh pH, kandungan garam, suhu

inkubasi, jumlah spora Clostridium botulinum.

Menurut Soeparno (1998), penggunaan nitrit sebagai pengawet mempunyai tujuan

untuk:

1. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen

Mikroorganisme patogen paling berbahaya yang dapat mengkontaminasi daging adalah

Clostridium botulinum. Nitrit menghambat produksi toksin Clostridium botulinum dengan

menghambat pertumbuhan dan perkembangan spora atau dengan cara membentuk senyawa

penghambat bila nitrit pada daging dipanaskan. Nitrit juga dapat menghambat pertumbuhan

Clostridium perferingens dan Staphylococcus aureus pada daging.

2. Membentuk cita rasa

Peranan nitrit yang berhubungan dengan cita rasa daging olahan atau awetan bersifat sebagai

antioksidan.Nitrit akan menghambat oksidasi lemak yang akan membentuk senyawa-senyawa

karbonil seperti aldehid, asam-asam dan keton yang menyebabkan rasa dan bau tengik.

3. Memberi warna merah muda yang menarik

Penambahan nitrit pada daging olahan terutama bertujuan untuk memberi warna merah muda

yang menarik. Perubahan warna secara kimia sangat kompleks. Pigmen dalam otot daging

(18)

oksimioglobin yang berwarna merah terang.Warna merah terang dari oksimioglobin tidak

stabil,dan dengan oksidasi berlebihan akan berubah menjadi metmioglobin yang berwarna

coklat.Tetapi yang mengalami penambahan nitrit akan tetap berwarna merah(Winarno, 1980).

Menurut Buckle (1987), mioglobin bereaksi degan nitrogen oksidasi menghasilkan

senyawa nitroso-mioglobin, yang selanjutnya mengalami perubahan oleh panas dan garam

membentuk nitroso-myochromagen yang mempunyai warna merah muda yang relatif stabil.

Pada umumnya proses curing terjadi karena:

a. Reaksi biologis yang dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit dan NO, yang mampu

mereduksi ferri menjadi ferro.

b. Terjadinya denaturasi globin oleh panas. Bila daging yang di-curing dipanaskan pada suhu

150° F atau lebih, maka terjadi proses denaturasi.

c. Hasil akhir curing daging membentuk pigmen nitrosilmioglobin bila tidak dimasak, dan

nitrosilhemokromogen bila telah dimasak

2.3.2 Dampak Pengawet Nitrit Terhadap Kesehatan

Penggunaan nitrit sebagai pengawet untuk mempertahankan warna daging ternyata

menimbulkan efek yang membahayakan. Nitrit dapat berikatan dengan amino atau amida dan

membentuk turunan nitrosiamin yang bersifat toksik (Cahyadi, 2006).

Pengawet nitrit dapat mengakibatkan beberapa dampak yang tidak diinginkan seperti

rasa mual, muntah-muntah, sakit kepala dan tekanan darah menjadi rendah, lemah otot serta

kadar nadi tidak menentu.Nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan

gastrointestinal, diare campur darah, di ikuti oleh konvulsi, koma, dan jika tidak dapat

pertolongan akan mengakibatkan kematian. Keracunan kronis dapat mengakibatkan depresi,

sakit kepala (Awang, 2003).

Menurut Wahyudi (2007), apabila nitrit dan nitrat masuk bersamaan dengan makanan,

maka banyaknya zat makanan akan menghambat absorbsi dari kedua zat ini dan baru akan

diabsorbsi di traktus digestivus bagian bawah. Hal ini akan mengakibatkan mikroba usus

mengubah nitrit sebagai senyawa yang lebih berbahaya. Karena itu pembentukan nitrit pada

intestinum mempunyai arti klinis yang penting terhadap keracunan. Selain itu, nitrit di dalam

(19)

terbentuk bila daging yang mengandung nitrit atau nitrit dimasak dengan panas yang tinggi.

Komponen ini sendiri diketahui menjadi salah satu bahan karsinogenik seperti timbulnya

kanker perut pada manusia. Nitrit juga dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah karena

efek vasodilatasinya. Gejala klinis yang timbul dapat berupa nausea, vomitus, nyeri abdomen,

nyeri kepala, pusing, penurunan tekananan darah dan takikardi, serta sianosis dapat muncul

dalam jangka waktu beberapa menit sampai 45 menit. Pada kasus yang ringan, sianosis hanya

tampak disekitar bibir dan membran mukosa. Adanya sianosis sangat tergantung dari jumlah

total hemoglobin dalam darah, saturasi oksigen, pigmentasi kulit dan pencahayaan saat

pemeriksaan. Bila mengalami keracunan yang berat, korban dapat tidak sadar seperti stupor,

koma atau kejang sebagai akibat hipoksia berat. Prognosis sangat tergantung dari terapi yang

diberikan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rachman (2005), pengawet nitrit

berbahaya karena penggunaan nitrit dapat bereaksi dengan amin sekunder, seperti prolin atau

derivat poliamin yang ada dalam bahan makanan pada kondisi pH yang sama dengan

lambung dan membentuk senyawa karsinogen (penyebab kanker). Menurut Silalahi dalam

Darius (2007) bahwa jumlah asupan harian (ADI) oleh FAO/WHO untuk 60 kg berat badan

adalah 8 mg untuk nitrit

Hasil penelitian Magee dan bernes (1954) menunjukan bahwa nitrosodimetilamin

merupakan senyawa racun bagi hati yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati pada

beberapa presies nitrisodimetilamin juga merupakan kasinogen kuat yang dapat menimbulkan

tumor terut pada hati dan ginjal tikus percobaan.

Dari Hasil percobaan terhadap tikus ,500 ppm dari nitrosamine menyebabkan tumor hati

malignant dalam waktu 26-40 mingu .pada dosis yang lebih tinggi lagi menyebabkan tumor

kandung kemih , pada dosis 30 mg/kg berat badan akan badan mempercepat timbulnya tumor

ginjal. Tabel berikut menyajikan hubungan antara jumlah dosis dengan waktu timbulnya

(20)

Tabel 1 . Dosis mnitrosiamin dan waktu timbulnya kanker

Efek toksis nitrit adalah methaemoglobinemia, yaitu hemoglobin yang didalamnya ion

Fe2+ diubah menjadi Fe3+ dan kemampuannya mengangkut oksigen telah berkurang . darah

manusia secara normal mengandung methaemoglobin pada konsentrasi tidak melebihi 2% .

kandungan methaemoglobin menjadi 30 - 40 % dapat menyebatkan gejala klinis berkaitan

dengan kekurangan oksigen dalam darah ( hypoxia ) . Penderita menjadi pucat , kulit menjadi

biru ( cianosis ) , sesak nafas muntah dan shock. kematian dapat terjadi jika kadarnya

mencapai 70 %. Penggunaan natrium nitrit sebagai pengawet untuk mempertahankan warna

daging atau ikan ternyata menimbulkan efek yang membahayakan . nitrit dapat berikatan

dengan amino atau amida dan membentuk turunan nitrosiamin yang bersifat toksik.

nitrosiamin merupakan senyawa yang bersifat karsinogenik . nitrosiamin dapat menimbulkan

tumor pada bermacam – macam organ , termasuk hati , ginjal , kandung kemih , paru – paru ,

lambung , saluran pernapasan , pankreas dan lain – lain ( Mukhtadi ,2008).

Senyawa nitrosiamin yang dihasilkan dari reaksi nitrit dengan amin sekunder

merupakan senyawa yang bersifat karsinogenik . Amin – amin sekunder yang paling banyak

( Lawrie, 2003)

Agen nitrosasi yang paling penting dalam pembetukan nitrosiamin adalah N2O3 yang

mudah terbentuk nitrit dalam suasana asam . N2O3 bereaksi dengan pasangan electron bebas

yang ada pada admin sekunder membentuk nitrosiamin . Kondisi pH yang optimum untuk

nitrosasi senyawa admin sekunder bekisar Antara 2,5 dan 3,5 . Walaupun makanan biasanya

(21)

nitrosasi dengan laju yang lebih lambat dari maksimum ,keasaman lambung mendekati pH

2,5 – 3,5 sehingga akan terjadi kondisi yang cukup baik untuk reaksi nitrosasi(silalahi ,

2005).

Contoh senyawa nitrosiamin adalah nitrosodimetilamin, nitrosodietilamin,

nitrosopiperidin, dan nitrosopirolidin. Nirosodimetilamin dapat menimbulkan resiko kanker

yang lebih berbahaya dari pada nitrosopirolidin. Konsentrasi nitrosodimetilamin sampai 5

ppb didalam daging dapat bersifat karsinogenik (Soeparno, 1994).

Untuk mencegah terbentuknya nitrosiamin maka dianjurkan untuk menambahkan zat

yang dapat menghambat proses tersebut misalnya asam askorbat . di amerika dianjurkan

perubahan asam askorbat sebanyak 550 mg/kg dalam daging olahan melalui reaksi sebagai

berikut :

Asam askorbat + N2O3 asam dehidrosakorbat +2NO +H2O

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722 tahun 1988,penggunaan nitrit

maksimum pada daging olahan dan daging awetan yakni 125 µg/ml (Badan Standarisasi

Nasional 2001). Batas penggunaan nitrit di Negara – Negara barat telah diturunkan dari 150

ppm menjadi 50 ppm saja karena telah terbukti adanya kemungkinan terbentuknya senyawa

nitrosiamin . Nitrosiamin merupakan sekelompok senyawa kimia yang bersifat karsinogen

yang dapat menimbulkan kanker (Harris, 1989).

2.5. Peranan nitrit terhadap mutu olahan daging

Nitrat dab nitrit merupakan bahan kuring yang umum digunakan di industri pengolahan

daging . Nitrit menjadi komponen pembeda antara produk olahan daging segar dengan

produk kuring. Nitrat dikonversi menjadi nitrit selama proses fermentasi atau selama proses

pemasakan.

Fungsi dari garam nitrit adalah :

- Untuk pembentukan warna ( konsentrasi yang dibutuhkan sekitar 20-30 ppm). Reaksi

pembentukan warna Sodium nitrit direduksi menjadi nitrit oksida (NO). NOakan berikatan

dengan mioglobin (NO mengganti OH pada struktur heme dari mioglobin-gambar 1)

membentuk nitrosomioglobin bewarna merah gelap yang tidak stabil dan bisa teroksidasi

menjadi metmioglobin. Proses pemanasan (70°C) atau penurunan pH dagingsampai dibawah

5.0 ( selama proses fermentasi ) akan mendenaturasi bagian globin dari nitrosomioglobin

(22)

Gambar II penggantian OH mioglobin dengan NO

- Membentuk flavor khas daging curing

- Mencegah pembentukan flavor tengik dengan cara menghambat reaksi oksidasi Fe pada

hemoglobin dan mengikat radikal bebas ( bersifat antioksidan ).

- Memberi efek pengawetan (efek hurdle) dengan kombinai beberapa tekni pengawetan yang

lain :

• 5 % NaCl plus 200 ppm NO2 memiliki efek pengawetan yang sama dengan 15

% garam . berperan sangat penting untuk produk olahan daging kalengan,

karena membantu mencegah pertumbuhan spora bakteri C. botulinum

• 100 ppm NO2 dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan C.botulinum pada

produk olahan daging yang dikemas vakum dan disimpan dingin.

Dalam pengunaan nitrit, maka konsentrasi (dosis) yang digunakan harus dikontrol secara

(23)

2.5. Analisis Nitrit

2.5.1. Penetapan Kadar Nitrit

Penetapan kadar nitrit dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain

spektrofotometri sinar tampak dan volumetri. Metode spektrofotometri sinar tampak

digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif nitrit dengan pereaksi asam sulfanilat dan NED

yang membentuk warna ungu merah dan dapat diukur dengan panjang gelombang maximum

540 nm (Herlich, 1990; Vogel, 1994). Metode ini berdasarkan atas reaksi diazotasi dimana

senyawa amin primer aromatik dikopling dengan N-(1-naftil) etilen diamin dihidroklorida

(NED). Dengan adanya nitrit maka akan menghasilkan senyawa yang berwarna ungu

kemerahan yang dapat diukur secara spektrofotometri sinar tampak (Rohman, 2007).

2.5.2. Pemeriksaan Kualitatif Nitrit

Pemeriksaan kualitatif nitrit dapat diketahui dengan cara menggunakan asam

sulfanilat dan larutan NED, serbuk antipirin , dan serbuk kalium iodide. Larutan yang

mengandung nitrit bila ditambahkan beberapa tetes larutan asam sulfanilat dan larutan NED ,

(24)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Peralatan yang digunakan

1. Labu Ukur 50 mL pyrex

2. Labu Ukur 500 mL pyrex

3. Labu Ukur 1000 mL pyrex

4. Beaker glass 500 mL pyrex

5. Pengaduk Gelas atau Gelas Kaca pyrex

6. Gelas Ukur 10 mL pyrex

7. Pipet Volumetrik 100 mL pyrex

8. Spektrofotometer UV Visible Spectronick 2.0

9. Pemanas Listrik

10. Neraca Analitik terkalibrasi

11. Corong

12. Temprature

13. Pipet Tetes

14. Bola Karet Penghisap

(25)

3.2. Bahan pereaksi yang digunakan

1. Pereaksi NED ( N-1-Naphthyl)ethylendiamin Merck

2. Asam Asetat Merck

3. Aquadest

4. Pereaksi Sulfanilamida Merck

5. Natrium Nitrit Merck

3.3. Sampel yang digunakan

1. Daging sosis (Sample A) dengan kadaluarsa bulan 26 Mei 2012

2. Daging sosis (Sample B) dengan kadaluarsa bulan 13 Mei 2012

3. Daging sosis (Sample C) dengan kadaluarsa bulan 19 Mei 2012

3.4. Prosedur Pembuatan Pereaksi

3.4.1. Pembuatan Pereaksi NED

Sebanyak 0,2 g N-(1-Napthyl)ethylenediamine. 2HCl, dan dimasukan kedalam

150ml larutan CH3COOH 15% (v/v) kemudian disimpan didalam botol berwarna coklat.

3.4.2. Pembuatan Pereaksi Sulfanilamida

Sebanyak 0,5 g sulfanilamida dan dimasukan kedalam 150 ml larutan CH3COOH

15% (v/v) kemudian disimpan didalam botol gelap bertutup gelap.

3.4.3. Pembuatan Larutan Baku 1000 µg/mL Nitrit

Sebanyak 0,666 g NaNO2 kemudian dilarutkan dengan air suling dan dimasukan

kedalam labu ukur 1000 mL, kemudian diencerkan sampai tanda garis.

3.4.4. Pembuatan Larutan Baku 100 µg/mL Nitrit

Dipipet 100 mL larutan baku 1000 µg/mL Nitrit kemudian dimasukan kedalam labu

(26)

3.4.5. Pembuatan Larutan Baku 1 µg/mL Nitrit

Dipipet 10 mL larutan baku 100 µg/mL Nitrit kemudian dimasukan kedalam labu

ukur 1000 mL dan diencerkan dengan air suling sampai tanda garis.

3.5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Sebanyak 10 mL larutan baku 1µg/mL nitrit dimasukan kedalam labu ukur berisi 50

mL kemudian ditambahkan 2,5 mL pereaksi sulfanilamida didiamkan selama 5 menit

kemudian ditambahkan 2,5 mL pereaksi NED kemudian di encerkan dengan aquadest hingga

garis batas kemudian didiamkan selama 15 menit hingga terbentuk warna merah lembayung.

Transmitansi larutan diukur dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang

510, 520, 530, 540 dan 550.

3.6. Penentuan Waktu Operasi

Sebanyak 10 mL larutan baku 1µg/mL nitrit dimasukan kedalam labu ukur berisi 50

ml kemudian ditambahkan 2,5 mL pereaksi sulfanilamida didiamkan selama 5 menit

kemudian ditambahkan 2,5 mL pereaksi NED kemudian di encerkan dengan aquadest hingga

garis batas kemudian didiamkan selama 15 menit hingga terbentuk warna merah lembayung.

Transmitansi larutan diukur dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang

540 nm dengan variasi waktu 5, 10, 15, 20 dan 25 menit.

3.7. Prosedur Analisa

3.7.1. Pembuatan Kurva Standart

Larutan baku 1µg/mL nitrit dipipet masing-masing sebanyak 10mL, 20mL, 30mL,

dan 40mL dan dimasukan masing-masing kedalam 4 buah labu ukur yang berkapasitas 50

mL. Kemudian ditambahkan 2,5mL pereaksi sulfanilamida, diaduk dan dibiarkan selama 5

menit. Kemudian ditambahkan 2,5mL pereaksi NED, dan diencerkan dengan aquadest hingga

(27)

lalu dimasukan kedalam sel fotometer dan diukur serapannya (absorbansi ) pada panjang

gelombang 540 nm. Dibuat kurva Absorbansi Vs Konsentrasi.

3.7.2. Pengukuran Kadar Nitrit dari Sample

Sampel sebanyak 5g dimasukan kedalam beaker glass, kemudian ditambahkan ±40

ml H2O bebas nitrit yang telah dipanaskan pada suhu 800C. Kemudian dipindahkan kedalam

labu ukur 500 mL dan ditambahkan dengan air panas kedalam labu ukur hingga labu ukur

berisi ± 300 mL lalu disimpan diatas penangas air selama 2 jam sambil sesekali

digoyang-goyang. Didinginkan pada suhu kamar dan diencerkan sampai tanda garis, dihomogenkan

kemudian disaring. Larutan hasil penyaringan sebanyak 20 mL dimasukan kedalam labu ukur

50 mL. Kemudian ditambahkan dengan 2,5 mL pereaksi sulfanilamida lalu dibiarkan selama

5 menit. Kemudian ditambahkan 2,5mL pereaksi NED dan diencerkan dengan aquadest

sampai tanda garis, dihomogenkan dan dibiarkan selama 15 menit. Dimasukan larutan

kedalam sel fotometer dan ditetapkan serapannya pada panjang gelombang 540 nm.

Larutan blanko ditetapkan dengan menggunakan 45 mL H2O kemudian ditambahkan

(28)

3.7. Bagan Penelitian

3.7.1. Pembuatan Kurva Standart

Larutan baku nitrit (1µg/mL)

Dipipet 10 mL,20 mL,30 mL, dan 40 mL

Dimasukkan kedalam 4 buah labu takar

Ditambahkan 2,5 mL pereaksi sulfanilamida ke dalam masing-masing labu takar

Dibiarkan selama 5 menit

Ditambahkan 2,5 mL pereaksi NED ke dalam masing-masing labu takar

Diaduk

Diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda

Dihomogenkan dan didiamkan selama 15 menit

Dimasukkan larutan kedalam sel fotometer dan diukur absorbansi pada panjang gelombang 540 nm

Dibuat kurva absorbansi VS absorbansi

(29)

3.7.2. Pembuatan Sampel

Dipipet 20 mL

Dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL Ditambahkan 2,5 pereaksi sulfanilamida

Ditambahkan air panas hingga labu ukur berisi ± 300 ml

Disimpan di atas penangas air selama 2 jam

Didinginkan pada suhu kamar

Diencerkan sampai tanda garis dengan aquadest

(30)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pengelolahan Data

4.1.1. Hasil penelitian

Data hasil pengukuran transmitansi nitrit dalam larutan Natrium Nitrit dapat dilihat pada tabel

4.1.dan data hasil pengukuran transmitansi untuk sampel dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Nitrit dalam larutan Natrium Nitrit

No Konsentrasi ( NO2-)

Absorbansi

1 10 mg/L 0,161

2 20 mg/L 0,328

3 30 mg/L 0,495

(31)

Tabel 4.2. Data Hasil Pengukuran kadar nitrit pada sample

4.2.2. Penurunan Persamaan garis regresi

Hasil Pengukuran transmitansi dari suatu larutan seri standart nitrit yang digunakan

terlebih dahulu dikonversikan menjadi absorbansi dengan menggunakan rumus :

A = 2 – log %T

Selanjutnya Absorbansi dialurkan terhadap konsentrasi larutan standart sehingga diperoleh

suatu kurva kalibrasi berupa garis linier . persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi

(32)

Tabel 4.2. Data Perhitungan Garis Regresi Untuk Larutan Standart Nitrit

No Xi Yi ( Xi - X ) ( Xi – X )2 ( Yi – Y ) ( Yi – Y )2 ( Xi – X ) . ( Yi –Y)

1 0,0 0,0000 -0,40 0,16 -0,3424 0,1172 0,1370

2. 0,2 0,1610 -0,20 0,04 -0,1814 0,0329 0,0362

3 0,4 0,3140 0 0,00 -0,0284 0,0008 0,0000

4 0,6 0,5380 0,20 0,04 0,1556 0,0383 0.0391

5 0,8 0,6990 0,40 0,16 0,3556 0,1271 0,1426

Σ 2 1,7120 0 0,4 0 0,3164 0,3550

Dimana Harga X rata- rata : ∑ �� 2

--- = --- = 0,4 n 5

Dimana Harga Y rata – rata : ∑ �� 1,7120

--- = --- = 0,3424 n 5

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis : y = ax

+ b

Dimana : a = Slope

b = Intersept

∑��� − ����� − ��

(33)

Sehingga diperoleh harga a :

0,3550 a = ---

0,4

a = 0,8875

Harga intersep ( b ) diperoleh melalui substitusi harga ( a ) kepersamaan berikut :

Y = ax + b

b = Y – ax

= 0,3424 – 0,8875 . 0,4

= 0,3424 – 0,3550

= - 0,0126

Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah :

Y = 0,8875 x – 0,0126

4.1.3. Perhitungan Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi ( r ) dapat ditentukan sebagai berikut :

∑��� − ����� − ��

r = ---

�� ( �� − �)²���� − ��

Maka untuk standart nitrit diperoleh harga r :

(34)
(35)

Pada sempel C :

Kadar nitrit dalam sampel :

(36)

4.2. Pembahasan

Pada percobaan berikut dilakukan penentuan kadar nitrit pada 3 sampel sosis yang

berbeda merek yang diambil di supermarket yang berada di daerah Medan. Adapun

perbedaan pada sampel sosis yang diambil ialah pada penanggalan kadaluarsa dan kadar nitrit

yang dihasilkan pada sampel sosis tersebut dengan penyimpanan didalam pendinginan pada

suhu 7,5 °C .

Dari hasil penelitian yang saya lakukan untuk uji kadar nitrit pada sample sosis

diperoleh sampel A dengan kadaluarsa pada tangal 26 Mei 2012 memiliki kadar nitrit 35,65

mg/kg sedangkan pada sample B dengan kadar luarsa pada tanggal 19 Mei 2012 memiliki

kadar nitrit 19,32 mg/kg dan pada sample C dengan kadar luarsa pada tangal 13 Mei 2012

memiliki kadar nitrit 24,95 mg/kg .

Gambar 4.2.1 : perbandingan kadaluarsa dengan kadar nitrit pada

(37)

Dari gambar diatas dapat ditentukan bahwa semakin lama kadaluarsa maka kadar

nitrit semakin tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa kadar nitrit yang didapat pada

masing-masing sample memiliki kadar nitrit dibawah standart baku mutu sehingga baik dikonsumsi.

Sehinga dari penelitian ini dapat kita simpulkan bahwa kadar nitrit yang didapat pada

masing – masing sample yang diuji memiliki kadar nitrit yang baik dikonsumsi . Hal ini

didasari oleh ketentuan baku mutu sosis yang berdasarkan Standart Nasional Indonesia (SNI)

01-0222-1995 yang menerangkan bahwa kadar nitrit yang dapat di konsumsi oleh masyarakat

adalah dibawah ( 125 mg/kg ).

Menurut Cahyadi penggunaan nitrit sebagai pengawet untuk mempertahankan warna

daging ternyata menimbulkan efek yang membahayakan. Nitrit dapat berikatan dengan amino

atau amida dan membentuk turunan nitrosiamin yang bersifat toksik (Cahyadi, 2006).

Menurut peraturan menteri kesehatan RI nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang bahan

tambahan makanan menyatakan bahwa kadar nitrit yang diijinkan pada produk akhir daging

olahan adalah 200 ppm ( 200 mg/kg bahan ) . sedangkan USDA ( United States Departemen

Of Agriculture ) membatasi penggunaan maksimum nitrit sebagai garam sodium atau

potassium yaitu 239,7 g/100 L larutan garam 62,8 g/100 kg daging untuk daging curing

kering atau 15,7 g/100 kg daging cacahan untuk sosis.

Di Amerika Serikat ,Kanada dan Negara-negara Eropa dosis penggunaan sodium nitrit

telah dikurangi sampai sekitar 40-50 ppm. Jumlah nitrit sekitar 50 ppm disertai dengan

penguanaan sorbat sebagai pengawet , cukup efektif untuk mengawetkan produk daging

.Demikian pula penambahan vitamin c atau vitamin E telah banyak dilakukan pada produk

daging yang diawetkan dengan nitrit ,karena vitamin – vitamin tersebut ditemukan dapat

mencegah terjadinya reaksi pembentukan nitrosiamin.

Nitrit merupakan zat tambahan pangan yang digunakan sebagai pengawet pada

pengolahan daging .Nitrit sangat penting dalam mencegah pembusukan terutama untuk

keperluan penyimpanan ,transportasi dan distribusi produk-produk daging. Sodium nitrit juga

berfungsi sebagai bahan pembentukan factor-faktor sensori yaitu warna , aroma,dan cita rasa.

(38)

karena dapat menyebabkan warna daging olahannya menjadi merah atau pink dan Nampak

segar sehinga produk olahan daging tersebut disukai oleh konsumen.

Pengunaan nitrit dilakukan untuk meminilasir ketengikan yang dapat muncul pada

daging dan dapat memperpanjang masa simpan produk daging. Hal ini dikarenakan produk

sosis tidak selalu habis terjual hanya dalam waktu satu hari ,penyimpanannya pun dilakukan

pada suhu beku yaitu disimpan di freezer. Perbedaan lama penyimpanan produk sosis,

khususnya penyimpanan di distributor sosis dapat terjadi karena masing – masing produsen

sosis tidak mengirimkan produk sosis dalam waktu yang bersamaan.Sebagian produsen sosis

mengirimkan produk sosis ke distributor sosis tiga hari sekali , bahkan ada yang mengirimnya

dua mingu sekali tergantung permintaan distributor. Penyimpanan produk sosis ada yang

mencapai enam bulan tergantung dari kualitas produk sosis tersebut. Semakin baik kualitas

(39)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Didalam penelitian ini didapatkan kadar nitrit yang berada didalam masing – masing

sampel sosis A dengan kadaluarsa 26 Mei 2012 memiki kadar nitrit 35,65 mg/kg

sedangkan pada sempel B dengan kadaluarsa pada tanggal 19 mei 2012 memiliki kadar

nitrit 19,32 mg/kg dan pada sample C memiliki kadaluarsa pada tanggal 13 Mei 2012

memiliki kadar nitrit 24,95 mg/kg dimana didalam hasil ini dapat kita ketahui bahwa

kadar nitrit yang didapat memiliki kualitas yang baik untuk kesehatan dimana kadar

nitrit yang didasari baku oleh ketentuan baku mutu sosis berdasarkn SNI 01-0222-1995

yang menerangkan bahwa kadar nitrit yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat masih

berada dibawah ambang batas yang telah di tetapkan oleh SNI 01-0222-1995

5.2. Saran

Perlu dilakukanya pemeriksaan kadar nitrit pada daging sosis secara berkala dilakukan

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Aberle, E. D., Forrest J. C, Gerrard D. E. & E. W. Mills. 2001. Principle of Meat Science. 4th

Ed. Kendall/Hunt Pub. Company, Colorado.

Anonim. Sosis. Tanggal akses 19 Januari

Awang, Rahmat, 2003. Kesan Pengawet dalam Makana

Agustus 2010.

Buckle, KA, 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. UI Press, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. (2001). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 722/MENKES/PER/IX/88 Tentang Bahan Tambahan Makanan.

Cahyadi, Wisnu, 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. PT Bumi

Aksara, Jakarta.

Desroisier, W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI-Press, Jakarta.

Darius, Jamari, 2007. Analisis Kandungan Nitrit dan Pewarna Pada Sosis Daging Sapi yang

Beredar di Kota Medan. Skripsi FKM USU Medan.

Harris, R dan Endel K. (1989). Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Bahan Pangan. Bandung :

ITB Press. Hal 392.

Husni, E., A. Samah & R. Ariati. 2007. Analisa zat pengawet dan protein dalam makanan

siap saji sosis. J. Sains dan Tek. Far. 12(2): 108-111

Kramlich, W. E. 1973. Sausage Products. Di dalam Price and B. S. Sceiveger (ed).The

Science and Meat Product. W.H. Freeman and Co., Westport,Connecticut.

Lawrie, R. A. (2003). Ilmu Daging. Edisi V. Penerjemah : Aminuddin Paraksasi. Jakarta:

(41)

Muchtadi, D.(2008) Keamanan Pangan,Sulfit Dipermasalahkan da Nitrit Dikurangi?. Tanggal

akses September

Marco, A., J. L. Navarro & M. Flores. 2006. The influences of nitrite and nitrate on

microbial, chemical and sensory parameters of slow dry fermented sausage. Meat Sci.

73.

Ockerman, H. W. 1983. Chemistry of Meat Tissue. 10th Ed. Department of Animal Science

The Ohio State University and The Ohio Agricultural Research and Development

Center, Ohio.

Rohman, A. (2007). Kimia Farnasi Analisis. Cetakan I. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Hal. 252,255.

Rachman, Nurhidayatur, 2005. Uji Kadar Nitrat-Nitrit pada Chicken Nugget yang Dijual di

Daerah Malang.

Raharjo, S. (2006). Kerusakan Oksidatif pada Makanan. Yogyakarta. Gadjah Mada University

Press. Hal. 109-110.

Silalahi, J. (2005). Masalah Nitrit dan nitrat dalam Makanan. Medika No. 07 Tahun ke

XXXI. Hal. 460-461.

Soeparno. (1994). Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hal. 233-235.

Soeparno, 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging . Cetakan keempat. Jogjakart

(42)

SNI. 1995. Tentang Bahan Tambahan Makanan. 01- 0222- 1995. Badan

StandartNasional Indonesia.

Wahyudi, Harry, 2007. Keracunan Nitrat-Nitrit.

(43)
(44)

LAMPIRAN

Data hasil pengukuran transmitansi nitrit dalam larutan Natrium Nitrit dapat dilihat pada tabel

4.1.dan data hasil pengukuran transmitansi untuk sampel dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Transmitansi Nitrit dalam larutan Natrium Nitrit

Tabel 4.2. Data Hasil Pengukuran Transmitansi untuk Sampel

Gambar

Gambar II penggantian OH mioglobin dengan NO
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Absorbansi Nitrit dalam larutan Natrium Nitrit
Tabel 4.2. Data Hasil Pengukuran kadar nitrit pada sample
Tabel 4.2. Data Perhitungan Garis Regresi Untuk Larutan Standart Nitrit
+3

Referensi

Dokumen terkait

Asam benzoat merupakan senyawa penting dalam industri pembuatan makanan maupun minuman yang digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan, minuman berasa asam seperti sirup,

• Senyawa genotoksin lain yang dikenal adalah SENYAWA OKSOGEN DAN NITROGEN reaktif serta H2S yang sama-sama mampu menyebabkan kerusakan pada DNA. Hardbower

Kadar protein dalam penetapan ini didefinisikan sebagai senyawa nitrogen yang terdapat dalam contoh diubah menjadi ammonium sulfat, ammonia yang dihasilkan dari penambahan

Pengawet yang banyak dijual di pasaran dan digunakan untuk mengawetkan berbagai bahan pangan adalah benzoat, yang umumnya terdapat dalam bentuk natrium benzoat

Tujuan dalam perancangan ini adalah untuk mengetahui komponen- komponen dari asap cair dengan cara destilasi, serta bisa digunakan sebagai salah satu bahan pengawet makanan

Pasteurisasi adalah perlakuan panas guna membunuh sebagian dari mikroorganisme  patogen yang ada dalam suatu bahan pangan. Pasteurisasi biasanya diikuti dengan

Bahan pengawet alami yang sering digunakan adalah , garam dan gula.bahan pengawet buatan merupakan hasil sintesis dari bahan bahan kimia.. Contoh asam cuka , natrium propionat

4 Asam sitrat Sebagai bahan pemicu rasa 5 Natrium Benzoat Sebagai bahan pengawet 6 CMC Biasa digunakan untuk mencegah terjadinya retrogradasi pada bahan makanan dan minuman 7 Air