• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Di Pasar Modal Dalam Upaya Perlindungan Terhadap Investor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Di Pasar Modal Dalam Upaya Perlindungan Terhadap Investor"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Ahmad , Menguat Tabir Hukum, (Suatu kajian Filisofis dan Sosiologi), Jakarta: Gunung Agung, 2002

Alwi Iskandar Z, Pasar Modal Teori dan Aplikasi, Jakarta: Yayasan Pancur Siwah, 2003

Anorogan Panji dan Pakarti Piji, Pengantar Pasar Modal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001

Darmadji Tjiptono dan Fakhruddin M. Hendy, Pasar Modal Di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab, Jakarta: Salemba Empat, 2001

Fuady Munir, Pasar Modal Modren, Bandung: Citra Aditiya Bakti, 2001

_______ Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis di Era Global,Bandung: Citra Aditiya Bakti, 2002

Gysmar Najib A, Insider Trading dalam Transaksi Efek, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001

Hakim Abdul, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003

Jogiyanto H.M, Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi 3, Yogyakarta: BPFE, 2003

Kansil C.S.T. dan Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Hukum Pasar Modal, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Murzal, Tanggung Jawab Akuntan Publik Atas Laporan Keuangan yang Menyesatkan dalam Pernyataan di Pasar Modal, Medan: Tesis Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2003

(2)

_______Diktat Hukum Pasar Modal, Good Corporate Governance, Perlindungan Lingkungan Hidup dan Insider Tranding, Medan: Universitas Sumatera Utara, 2005

Nasaruddin M. Irsan dan Indra Surya, Pasar Modal (Penawaran Umum Dan Permasalahan), Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000

Rahardjo Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000

Sitompul Asril, Pasar Modal, Penawaran Umum dan Permasalahannya, Bandung: PT. Citra Aditia Bakti, 2000

Sumantoro, Pengantar Tentang Pasar Modal di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990

Sumariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2004

Utomo Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha, Reksadana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002

Widoatmodjo Sawidji, Teknik Memetik Keuntungan Di Pasar Bursa Efek, Jakarta: Rineka Cipta, 1996

_______ Cara Cepat Memulai Investasi Saham, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2004

Peraturan Perundang-Undangan , Internet Dan Kamus

Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995

Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Pasar Modal Indonesia Tahun 1995-1996, Jakarta: PT. Havarindo, 1997

(3)

BAB II

P E N G A T U R A N P R I N S I P K E T E R B U K A A N

DALAM UNDANG-UNDANG PASAR MODAL

A. Pengertian Pasar Modal

Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Kalau pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang maka pasar uang (money market) pada sisi lain merupakan pasar surat berharga jangka pendek.23 Pasal 1 butir 13 UUPM, menyatakan bahwa pasar modal adalah kegitan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan e fek ya ng diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan denga efek.

Pasar modal pada hakekatnya adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial assets pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio investasinya.24

Di antara tujuan dari hukum pasar mo dal adala h untuk me nja mi n terselenggaranya kegiatan, pasar modal yang teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Perlindungan pemodal adalah salah satu pilar yang sangat penting, karena jika investor tidak mendapat

23

Tijtono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin. Op Ci, Hal 12 24

(4)

perlindungan yang cukup memadai, maka mereka, terutama investor kecil, enggan untuk melakukkan transaksi di Bursa. Tanga adanya jumlah investor yang cukup banyak maka kegiatan pasar akan lesu dan fungsi dari pasar modal tidak akan berkembang.

Menurut U Tun dan T. Patrick, pengertian pasar modal dapat diklasifikasikan menjadi tiga pengertian :

a. Defenisi dalam arti luas.

Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersil dan semua perantara dibidang keuangan serta Surat-Surat berharga jangka panjang dan jangka pendek, primer dan tidak langsung.

b. Defenisi dalam arti menengah.

Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih 1 tahun) termasuk saham-saham, obligasi, piqjaman berjangka, hipotek, dan tabungan, serta deposito berjangka.

c. Defenisi dalam arti sempit

Pasar modal adalah pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi dengan memakai jasa makeiar, komisioner dan underwriter25

Pasar modal memiliki dua fungsi sekaligus : pertama, pasar modal memiliki fungsi ekonomi, karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana

25

(5)

(investor) dan pihak yang memerlukan dana (insure), dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat mengivestasikan dananya tersebut dengan harapan memperoleh keuntungan/imbalan (return) sedangkan pihak insure (dalam hal ini perusahan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasinya tanpa harus menunggu dana dari operasi perusahaan.

Kedua, pasar modal memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dari kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasinya yang dipilihnya. Maka, dengan adanya pasar modal diharapkan aktifitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan, sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas.

Iskandar Z AM menyebutkan bahwa pasar modal menawarkan beberapa manfaat bagi pemerintah, dunia usaha dan investor. Manfaat pasar modal tersebut adalah :

1. Pasar modal adalah sumber pendapatan bagi Negara karena perusahaan go public akan membayar pajak kepada nigara.

2. Bagi dunia usaha (perusahaan), pasar modal dapat menjadi alternatif penghimpunan dana, selain dari perbankan dari masyarakat/pemodal, untuk membiayai kehidupan perusahaan.

3. Pasar modal adalah leading indicator bagi trend ekonomi Negara.

4. Pasar modal memungkinkan pemodal malakuklan diversifikasi investasi, membentuk portopolio (gabungan dari berbagai investasi) sesuai dengan resiki yang is tanggung dan tingkat keuntungan yang diharapkan.

(6)

6. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, membuka peluang bagi kontrol sosial oleh masyarakat pemodal dan pemerintah.

7. Menciptakan lapangan keda/profesi yang menarik.26

Bila kondisi tersebut sudah tercipta, maka dana akan teralokasi secara tetap oleh pasar pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan secara produktif Perusahaan-perusahaan akan berusaha disiplin dan profesional untuk mendapatkan laba sehingga stabilitas pembagian devide dapat terjamin dan pada akhirnya akan dapat menjamin harga pasar saham yang terns meningkat dalam jangka waktu yang tidak terbatas.

Penabung mendapatkan baik untuk memperoleh laba berupa devide maupun capita gains. Selain itu cara investasinya juga akan lebih beragam. Dengan likuidnya perdagangan saham, penabung dapat membeli dan menjual saham/sekuritas sesuai dengan kebutuhannya, dan hal ini dapat menambah keyakinan masyarakat terhadap mekanisme pasar. Masyarakat akan terdorong untuk menabung dan menggunakan tabungan pada perusahaan yang produktif dan memperoleh keuntungan dari pertumbuhan perusahaan.27

B. Sejarah Pasar Modal Indonesia

Perkembangan pasar modal di Indonesia ternyata mengalami pasang surut, seirama dengan perjalanan Negara dan bangsa Indonesia. Untuk mengenal lebih dekat

26

Iskandar Z. Alwai, Pasar Modal Teori dan Aplikasi, (Jakarta : Yayasan Pancur Batu Siwah 2003), Hal 18

27

(7)

tentang pasar modal, perlu adanya pengetahuan dan pemahaman sejarah pasar modal itu sendiri agar dapat menjadi bahan perbandingan dalam perkembangan pasar modal pada masa yang akan dating. Sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia terbagi atas enam periode,yaitu :28

1. Periode Pertama

Periode ini disebut periode penjajahan, dimana pads tahun 1912 adalah tahun pertama pasar modal didirikan di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda. (Netherlands Indies) di Batavi yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor de Effectenhendel pads tanggal 14 Desember 1912.

Efek yang diperjualbelikan dalam bursa ini adalah saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia. Para investor yang berperan pads saat itu adalah orang-orang Hindia Belanda dan Eropa lainnya.

Pada awalnya pendirian Bursa Batavia terdapat 13 (tiga belas) anggota bursa29 perkembangan pasar modal di Batavia yang begitu pesat, sehingga menarik minat kota lain untuk membuka bursa efek barn. Akhirnya, pads tanggal 11 januari 1925 kota Surabaya resmi menyelenggarakan perdagangan efek, dan diikuti kota Semarang yang diresmikan pads tanggal 1 Agustus 1925.30

28

Iskandar z. Alwi, Op. Cit, Hal 15 29

Firma Dunlo & Kolf, Firma Gijselman & Steup, Firma Monod 7 Co. Firma Andree Witnsi & Co. Fima A.W. Deelaman, Firma H. Jul Joostenz, Firma Jeanatte Walen, Firma Wie kert & Geerlings, Firma Wi;bbrink & Co. Firma Wieekert VA Linden, Firma Vermays & Co. Firma Cruyff & Co, Firma Gedbroedres Dull. Lihat M. Irsan dan Indra Surya, Op.Cit, Hal 64

30

(8)

Gejolak politik yang terjadi di Eropa pads awal Tahun 1939 dan berujung pads pecahnya Perang Dunia II sangat mempengaruhi perdagangan efek yang ada di kota Jakarta, Surabaya dan Semarang, sehingga bursa efek di tiga kota tersebut harus ditutup, sehingga menandai berhentinya aktifitas pasar modal di Indonesia. 31

2. Periode Kedua (Tahun 1952-1960)

Periode ini disebutkan sebagai periode orde lama. Pemerintah Republik Indonesi menerbitkan obligasi setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Peristiwa ini ditandai dengan aktifnya kembali pasar modal Indonesia. Untuk menetapkan keberadaan bursa efek tersebut, pada tanggal 1 September 1951 Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Darurat Nomor 13 Tahun 1951 tentang Bursa, yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 tentang Pasar modal. Akhirnya Bursa Efek Jakarta (BEJ) dibuka kembali. pada tanggal 3 Juni 1952.32

Perkembangan pesat pasar modal Indonesia pada saat itu hanya berlangsung hingga tahun 1958, inflasi dan resesi ekonomi telah merusak sendi-sendi

31

Penutupan bursa efek di tiga kota tersebut sangat menyulitkan pars pemilik efek, dan berakibat pula pada penutupan kantor-krntor pialang Berta pemutusan hubungan kerja pada pegawainya. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pecahnya Perang Dunia 11 menandai berakhirnya aktifitas pasar modal di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda, tereatat emisi efek di Indonesia sudah mencapai sekitar NIF 1,4 miliar, Lihat Sawijdi Widoatmodjo, Jurus Jitu Go Public

(bagaimana Meningkatkan Kekayaan pemegang saham dan perusahaan tanpa kehilangan konstrol).

(Jkarta : Gramedia, 2004), Hal 17

32

(9)

perekonomian Indonesia, hal ini disebabkan : banyaknya investor warga Negara Belanda yang meninggalkan Indonesia. Adanya nasiosalisasi perusahaan-perusahaan Belanda oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang No. 86 Tahun 1958 tentang nasionalisasi. Tahun 1960 Badan Nasionalisasi perusahaan Belanda (BANAS) melakukan perdagangan efek-efek yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia termasuk efek-efek dengan nilai mata uang Belanda. 33

3. Periode Ketiga (Tahun 1977-1988)

Periode ini disebut sebagai periode barn. Sebelum pembukaan kembali pada tahun 1977, pemerintah melakukan beberapa upaya dalam rangka persiapan pembukaan kembali pasar modal. Langkah pertama yang diambil pemerintah adalah membentuk lembaga yang disebut dengan Badan Pembina Pasar Uang dan Modal (BAPEPUM) pada tahun 1977 yang tugaskan untuk membantu Menteri Keuangan.34

Setelah diadakan persiapan-persiapan dengan menugaskan satu tim kecil berupa tugas (task force) yang membuat dan mengkaji semua konsep Peraturan

33

Kondisi ini dipersulit dengan munculnya sengketan Irian Barat antar pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda pada tahun 1962. tingkat inflasi yang cukup tinggi menjelang akhir pemerintah orde lama hingga mencapai 650% sangat menguncang kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal, kondisi ini berlangsung hingga tahun 1977. lihat M. Irsan Nasuruddin dan Indra Surya,

Op, Cit Hal 68, bandingkan dengan sawidji Doatmodjo, Op, Cit Hal 18

34

(10)

Pemerintah. Keputusan Presiders dan peraturan yang diperiukan, make pada, tanggal 28 Desember 1976 dikeluarkan seperangkat peraturan yang isi pokoknya adalah : 1) Dalam Keputusan Presiden Nomor 52 tahun 1976 ditetapkan tentang Pendirian

Pasar Modal, membentuk Badan Pembina Pasar Modal, membentuk Badan Pasar Modal (Bapepam).

2) Dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1976 ditetapkan PT. Daneraksa, BUMN pertama yang melakukan go public dengan pernyertaan modal Negara Republik Indonesia sebanyak Rp.50.000.000.000,- (lima puluh miliar).

3) Pemberian keringanan perpajakan kepada perusahaan yang go public dan kepada pembeli saham atau penyertaan modal.

4) Peraturan permainan di Pasar Modal.

Kemudian dikeluarkan beberapa Keputusan Menteri Keuangan yang mengatur lebih rinci dan lebih beroperasi tentang mekanisme dan pelaksanaan bursa efek, antara lain :

a. SK Menteri Keuangan No. 1670/1976 tentang Penyelenggaraan Bursa.

b. SK Menteri Keuangan No. 1672/1976 tentang Tata Cara Menawarkan Efek Kepada Masyarakat Melalui Bursa.

c. SK Menteri Keuangan No. 1672/1976 tentang Peraturan Perdagangan Efek di Bursa.

d. SK Menteri Keuangan No. 1672/1976 tentang Perantara Perdagangan Efek.

(11)

kembali35 yang ditandai dengan peresmian Bursa Efek Jakarta (BEJ), dimana PT. Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang sahanya tercatat di BEJ pada saat itu.

Kebijakan pemerintah merupakan unsur yang kruisal dalam mempengaruhi kepercayaan investor terhadap pergerakan harga saham di bursa. Karena hal-hal yang menentukan bagi pertumbuhan perusahaan didomisili oleh pertimbangan kebijakan pemerintah. Untuk menstimulasi dan merangsang perkembangan pasar modal di Indonesia, pemerintah melakukan deregulasi yang dianggap sangat mempengaruhi perkembangan pasar modal di Indonesia, antara lain adalah Paket 24 Desember 1987 (Pakdes), Paket 27 Oktober 1998 (Pakto) dan 20 Desember 1988 (Pakdes).36

4. Periode Keempat (Tahun 1988-1995)

Periode ini disebut juga sebagai periode kebangkitan pasar modal. Sejak Pasar Modal Indonesia diaktifkan kembali pada tahun 1977 sampai tahun 1988, BEJ dikatakan dalam keadaan tidur yang panjang selama belasan tahun, sebelum tahun 1988 hanya 24 perusahaan yang terdaftar di BEJ. Setelah tahun 1988 hanya tiga tahun saja, yatu sampai 1990 jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat menjadi 127 perusahaan kemudian pada tahun 1996 jumlah perusahaan yang terdaftar

35

Pasar modal Indonesia diaktifkan kembali dengan tujuan mempercepat proses perluasan mengikutsertakan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan-perusahaan swasta menuju pemerataan pendapat masyarakat, dan untuk menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dan penghimpunan dana untuk membiayai pembangunan nasional, serta mendorong perusahaan yang sehat dan baik untuk menjual sahamnya melalui pasar modal dengan memberikan keringanan di bidang perpajakan. Lihat Iskandar Z. Alwa Op, Cit, Hal 15

36

(12)

meningkat menjadi 128. pada periode ini terjadi Initial Public Offering (1P0), yang menjadi peristiwa nasional.37

Periode ini juga dicatat sebagai periode kebangkitan BEJ dan BES. Bursa Efek Surabaya atau Surabaya Stock Excange di buka kembali pada tanggal 16 Juni 1989 pada tahun 1990 jumlah emiten yang tercatat di BES meningkat, sampai akhir tahun 1996 tercatat 208 emiten dengan nilai kapitalisasi Rp.191,57 Trilyun. Semua saham yang tercatat di BEJ juga secara otomatis di perdagangkan di BES.

5. Periode Kelima (Mulai Agustus 1997)

Periode ini disebut sebagai periode otomatisasi, yang dimulai 1995, karma peningkatan kegiatan transaksi sudah meningkat dan melebihi kapasitas manual. BEJ memutuskan untuk mengotomatiskan kegiatan transaksi di bursa.

Sistem otomatis yang diterpkan di BEJ diberi nama Jakarta Automated Trading Sistem (JATS) dan mulai beroperasi pada hari Senin Tanggal 22 Mei 1995. Volume perdagangan saham sesudah JATS di BEJ terns menerus mengalami perkembangan dan kenaikan yang signifikan.

Pada tanggal 19 September 1996 (yang diumumkan secara otomatis, yang disebut Surabaya Market Informasi and Automated Remote Trading (S-Mart). Sistem S-Mart ini diintegrasikan dengan sistem JATS di BEJ dan sistem di KDEI (Kliring Deposit Efek Indonesia) untuk penyeleseaian transaksi.

37

(13)

6. Periode Keenam (Mulai Agustus 1997)

Periode ini adalah periode dimana Indonesia menjelang era reformasi, namun pada periode ini juga dimana Indonesia dilanda krisis moneter sebagai ujian yang terberat yang dialami oleh pasar modal Indonesia. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia mulai dari penurunan mata uang Negara-negara Asia, termasuk Indonesia terhadap Dollar Amerika. Penurunan nilai mata uang ini disebabkan oleh spekulasi yang dilakukan pedagang valuta asing, menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang negaranya sendiri, dan tak kalah pentingnya adalah kurang kuatnya pondasi perekonomian Indonesia.38

Untuk mengurangi kelesuan permintaan skuritas di Pasar Modal Indonesia, Tanggal 3 September 1997 Pemerintah mencabut peraturan pembatasan 49% pemilik saham asing. Ini berarti dari tanggal tersebut investor asing boleh memiliki saham dalam jumlah yang tidak terbatas. Peraturan Pemerintahini tanpa belum membawa hasil yang signifikan, ini ditunjukan oleh kenyatann bahwa pada akhir September 1997 Pasar Saham terus merosot, seperti dicerminkakn pada indeks Harga Saham Gabungan (IHAG) yang turun tajam. IHAG pada Tanggal 1 September 1997 tercatat sebesar 750,8 point, kemudian turun sekitar 194, 14 point (25,86%) menjadi 546,69 point pada akhir bulan September 1997.39

38

Akibat harga saham perusahaan-perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa menjadi merosot dan bahkan negatif modalnya, sehingga membuat investor merugi. Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sudah mencapai diatas 700-an. Lihat Iskandar Z. Alwi, Op, Cit, Hal 17

39

(14)

Untuk memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia yang bergejolak ini, Pemerintah pada hari Sabtu Tanggal 1 September 1997 mengumumkan likuidasi 16 Bank Swasta Nasional. Pengumuman yang cukup mengejutkan tersebut ternyata tidak banyak membantu dan mendorong Berta merangsang gairah pasar saham. Bahkan IHSG pada bulan Nopember 1997 juga merosot tajam.

Titik terendah IHSG pada tahun 1997 terjadi pada tanggal 21 Nopember 1997, yakni sebesar 391,26 point, berarti turun sebesar 155,43 point (28,43%) dari indeks 30 September 1997, atau turun sebesar 359,57 point (47,89%) sejak tanggal 8 Juli 1997.40

Krisis moneter ini sebagian dipahami sebagai akibat dari praktek-praktek buruk (moralhazard) para pelaku ekonomi yang menimbulkan dampak negatif yang sangat signifikan dan berkepanjangan. Krisis ini merupakan dampak dari masalah internal bangsa ini. Pada saat krisis seperti ini, berinvestasi di bidang pasar modal menjadi pilihan yang sangat berisiko, karena konpleksnya permasalahan yang melingkupi Bangsa ini.41

Sistem moneter tidak pelak lagi merubah semua rencana dan strategi pengembangan pasar modal Indonesia. Rencana pengembangan pasar modal yang

40

Ibid, Hal 18 41

(15)

telah disusun rapi dalam target tidak dapat segera terwujudkan karena Indonesia harus mampu mengatasi krisis terlebih dahulu. Namur hal yang amat menggembirakan dan membuat optimis adalah bahwa selam tujuh tahun krisis ini berlangsung, para pelaku pasar modal dan para pihak yang terkait mempunyai komitmen dan tanggung jawab untuk terus mengembangkan pasar modal Indonesia.

C. Peranan Pasar Modal Dalam Perkembangan Perekonomian di Indonesia

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara, karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yakni fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas dan wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer).

Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan, sedangkan pihak issure dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasikan tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal memiliki fungsi keuangan karena pasar modal tersebut memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan bagi pemilik dana sesuai dengan kareteristik investasi yang dipilih. 42

Tujuan pengembangan pasar modal akan semakin luas dan menyebar seiring dengan semakin berkembangnya aktifitas pasar modal di Indonesia. Sudan menjadi

42

(16)

keharusan dalam rangka memenuhi tuntutan kemajuan jaman serta menghadapi perkembangan ekonomi secara global dalam kaitannya dengan perkembangan ekonomi Indonesia adalah sebagai wadah penghimpunan dana. 43

Pasar modal mempunyai peran penting sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha menengah dan kecil untuk membangun dunia usaha serta sebagai wahana investasi pemodal. Untuk mendukung peran tersebur pasar modal perlu didukung oleh unsur infrastruktur yang memadai, kerangka hukum yang kokoh dan sikap propesional dari pelaku pasar modal.

D. Pelaku Pasar

Tidak ada pasar lain di dunia yang begitu banyak macam dan model para pelakunya seperti yang terclapat pada pasar modal. Hal ini mudah dipahami berhubungan mobilitas perputaran uang di Pasar Modal sangat besar jumlahnya. 44 Pasal 1 UUPM para pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar modal diterangkan yaitu sebagai berikut :

1. Anggota bursa efek adalah perantara perdagangan efek yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dan mempunyai hak untuk mempergunakan sistem dan atau sarana bursa efek sesuai dengan peraturan bursa efek

2. Biro administrasi efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang

43

M.Irsan Nasaruddin dan Indra Surya, Op,Cit, Hal 32 44

(17)

berkaitan dengan efek

3. Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum

4. Kustodian adalah pihak memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga clan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.

5. Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP) adalah pihak yang menyelasikan jasa kliring dan penjamin penyelesaian transaksi bursa.

6 . Lembaga Penyimpanan dan Penyelesai (LPP) adalah pihak yang menyelenggarakan kustadian sentral bagi Bank Kustadian perusahaan efek dan pihak lain.

7 . Menejer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya menyelesaika portofolio untuk para nasbah atau untuk mengelola portofolio investasi kolektif untuki sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan Bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8 . Penasehat investasi adalah pihak yang mernberikan nasehat kepada pihak lain mengenai penjual atau pembelian efek dengan memperoleh imbalan jasa.

9. Penjamin efek adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.

(18)

emisi efek untuk kepentingan sendiri atau kepentingan pihak lain.

11.Perusahaan efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagan efek, dan atau manajer investasi.

Dalam rancangan UUPM Indonesia yang sedang disusun dicantumkan bahwa lembaga yang bergerak di Pasar Modal tersebut adalah

1. Bursa efek

2. Lembaga klring dan penjaminan

3. Lembaga penyimpanan dan penyelesaian 4. Reksa dana

5. Perusahaan efek dan wakil perusahaan efek

6. Penasehat investasi

E. Pengaturan Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal

Prinsip keterbukaan menjadi persoalan pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Pengertian tentang prinsip keterbukaan di temukan dalam Pasal 1 angka (25) UUPM. Keterbukaan tentang fakta material sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor sehingga secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham45

Keterbukaan dalam transaksi efek adalah seluruh informasi mengenai keadaan usahanya yang meliputi aspek keuangan, hukum, manajemen dan harta kekayaan

45

(19)

perusahaan yang akan lakukan emisi saham menyebabkan calon investor dapat memahami dan memutuskan kebijakan untuk investasinya.

Tujuan dari prinsip keterbukaan tersebut adalah untuk terciptanya efisiensi dalam transaksi efek. Perdagangan yang efisiensi adalah perdagangan efek. Perdagangan yang efisiensi adalah perdagangan dimana para pihak yang berkepentingan dengan perdagangan efek tersebut dapat melakukan perdagangan dengan mudah, cepat dan dengan biaya yang relatif murah, termasuk di dalamnya adanya penyelesaian transaksi yang cepat dan murah.46

Peraturan prinsip keterbukaan di Pasar Modal Indonesia telah memuat ketentuan-ketentuan larangan perbuatan yang menyesatkan, baik dalam prospektus maupun dalam pengumuman di media masa yang berhubungan dengan penawaran umum. Di samping itu ketentuan larangan perbuatan menyesatkan telah menetapkan sanksi berupa ancaman pidana penjara dan denda (Pasal 104 UUPM). Ketentuan larang perbuatan yang menyesatkan terdapat dalam Pasal 90, 91,92 dan Pasal 93 UUPM.

Pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan dapat menyebabkan informasi yang diterima investor adalah menyesatkan, informasi yang diterima selanjutnya direfleksikan dalam bentuk pergerakan saham ataupun rekomendasi-rekomendasi yang dikeluarkan oleh pialang kepada nasabahnya menjadi semu belaka, sehingga informasi yang menyesatkan suatu keputusan investasi yang dibuat untuk membeli

46

(20)

saham emiten pada saat pasar perdana atau keputusan investasi yang berlangsung pada saat pasar sekunder.

Keterbukaan wajib terus berlangsung selama perusahan go public. Prinsip keterbukaan dilaksanakan melalui penyampaian laporan keuangan secara berkala, laporan mengenai fakta material yang baru, larangan insider trading dan larangan manipulasi pasar.47

Dalam peraturan setelah perusahaan listing dalam pasar modal maka perusahaan wajib melaporkan peristiwa fakta material, peraturan standar akuntansi (Pasal 69 ayat 1), keterbukaan kondisi keuangan emiten (Pasal 86), keterbukaan mengenai merjer (Pasal 1 angka 7), keterbukaan mengenai tender offer (Pasal 83), mengenai rumor dan larangan insider trading.

Padahal dalam industri pasar modal, kepastian hukum merupkan oksigen kehidupan bagi para pelaku pasar untuk merefleksikan dirinya dalam berperan sebagai fasilitator seperti bursa efek, emiten, perusahaan efek atau investor.

Keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik adalah sebagai berikut :

1. Setiap perusahaan publik atau emiten yang pernyataan pendaftaran telah menjadi efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, informasi atau fakta material yang

47

(21)

mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal.

2. Informasi atau fakta material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut:

a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan;

b. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham; c. Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya; d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; e. Produk atau penemuan barn yang berarti;

f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen; g. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat utang; h. Penjualan tambahan efek kepada, masyarakat atau secara terbatas yang

material jumlahnya;

i. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang material; j. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;

k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan;

l. Pengajuan tawaran.

(22)

tranding merupakan suatu bentuk transaksi yang dilarang. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh :

1. Insider trading berbahaya bagi mekanisme pasar yang fair dan efisiensi. Hal tersebut akan berakibat pada :

a. Pembentukan harga yang tidak fair (informed market theory). Pembentukan harga tersebut disebabkan kurangnya informasi yang merata yang dimiliki para pelaku bursa, artinya hanya dimiliki akses terhadap orang dalam.

b. Perlakuan yang tidak adil di antara pelaku pasar (market egalitarism theory atau fair play).

c. Berbahaya bagi kelangsungan hidup pasar modal. Hilangnya kepercayaan investor terhadap bursa akan menyebabkan perubahan kebijakan investasinya dan akhirnya bursa tidak dianggap sebagai alternatif sumber pembiayaan yang menguntungkan.48

2. Insider trading berdampak negatif bagi emiten. Hilangnya kepercayaan investor terhadap emiten merupakan salah satu penyebab hilangnya image positif investor, dan apabila hal tersebut terjadi maka sulit bagi emiten merebut kembali simpatik masyarakat. Hal tersebut akan berdampak negatif secara luas baik dari aspek ekonomis, sumber daya serta bangsa pasar yang ada.

3. Kerugian bagi investor. Kerugian tersebut disebabkan karena investor membeli efek pada harga yang mahal dan menjualnya pada harga yang murah, sehingga investor merasa dirugikan dan tidak mendapatkan perlindungan.

48

(23)

4. Kerahasiaan itu milik perusahaan (business propepery theory), artinya rahasia perusahaan tidak dapat dipergunakan semuanya sendiri bagi pemegang informasi material, hal ini akan mengakibatkan kerugian ekonomis secara luas bagi perusahaan.

Insider trading merupakan suatu kejahatan dalam pasar modal yang sangat sulit untuk dibuktikan, bahkan di negara yang sudah maju sekalipun seperti Amerika Serikat, tidaklah mudah untuk membawa pelaku kejahatan ini ke dalam peradilan. Hal ini terkait dengan sulitnya pembuktian atas praktek kejahatan tersebut.

Setiap orang yang bekerja dalam perusahaan, sejak ia menerima pekerjaan di perusahaan itu, telah memiliki kontrak dengan pemegang saham untuk meletakkan kepentingan pemegang saham di atas kepentingan sehari sepanjang hal itu menyangkut kepentingan perusahaan. Ketika mereka melakukan jual beli berdasarkan informasi yang dimiliki perusahaan, maka orang dalam tersebut dianggap telah melanggar kontrak.

Perbuatan insider trading dianggap sebagai perbuatan curang karena orang dalam tersebut dianggap melanggar prinsip kepercayaan atau fiduciary duty atas para pemegang saham.

Pelanggaran ketentuan pelaksanaan prinsip keterbukaan dapat dipahami dari praktek insider trading. Artinya dalam insider trading tersebut insider mempunyai informasi yang mengandung fakta material yang dapat mempengaruhi harga saham.49

49

Bismar Nasution, Diktat Hukum Pasar Modal, Good Corporate Governance, Perlindungan

(24)

Dalam UUPM Pasal 95 menyebutkan yang dimaksud dengan orang dalam adalah :

1. Komisaris, Direktur, atau Pegawai emiten atau perusahaan publik. 2. Pemegang saham utama.

3. Orang perorang yang karena kedudukannya atau profesi atau karena hubungan usahanya dengan emiten memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam,

4. Pihak yang dalam waktu enam bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, atau huruf c tersebut.

Orang dalam emiten yang mempunyai informasi orang dalam dilarang : a. Melakukan penjualan atau pembelian atas efek emiten dimaksud, efek perusahaan

lainnya yang melakukan transaksi dengan emiten yang bersangkutan.

b. Mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek dimaksud.

c. Memberi informasi orang dalam kepada pihak maupun yang patut diduga dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek. (Pasal 95 dan 96 UUPM).

Dalam UUPM juga mengatur ketentuan siapa-siapa yang dikenakan larangan yang sama dengan larangan bagi insider. Pasal 97 UUPM menyatakan :

(25)

yang sama dengan larangan yang berlaku bagi orang dalam sabagaimana yang dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96.

b. Setiap pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang dalam dan kemudian memperolehnya tanpa melawan hukum tidak dikenakan larangan yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96 UUPM, sepanjang informasi tersebut disediakan oleh emiten atau perusahaan publik tanpa pembatasan.

Demikian pula halnya dengan perusahaan efek yang memiliki informasi orang dalam mengenai emiten dilarang melakukan transaksi efek emiten atau perusahaan publik tersebut kecuali :

a. Transaksi tersebut dilakukan bukan atas tanggungannya sendiri, tetapi atas perintah nasabahnya.

b. Perusahaan efek tersebut tidak memberikan rekomendasi pada nasabahnya mengenai efek yang bersangkutan (Pasal 98 UUPM).

(26)

BAB III

KAITAN PRINSIP KETERBUKAAN DENGAN UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR

A. Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Dalam Undang-Undang Pasar Modal

Sehubungan dengan informasi atau fakta material, UUPM yang menyatakan bahwa: Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.50

Sedangkan dalam penjelasannya dinyatakan bahwa informasi atau fakta material adalah antara lain :

a. Penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition), peleburan usaha (consolidation) atau pembentukan usaha patungan

b. Pemecahan saham atau deviden saham (stock devident) c. Pendapatan dan deviden yang luar biasa sifatnya d. Perolehan atau kehilalngan kontrak penting e. Produk atau penemuan baru yang berarti f. Perubahan tahun buku perusahaan

g. Perubahan dalam pengadilan atau perubahan penting dalam manajemen; sepanjang informasi tersebut dapat mempengaruhi harga efek atau keputusan

50

(27)

pemodal, calon pembeli, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta material tersebut.

Dari ketentuan di atas jelas bahwa UUPM sama sekali tidak menyinggung bagaimana ketentuan fakta material yang wajib diungkapkan setiap perusahaan publik atau emiten sehubungan dengan ketentuan-ketentuan sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat. Ketentuan tersebut hanya menyinggung secara umum sepanjang informasi atau fakta tersebut penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang mempunyai kepentingan atas informasi atau fakta tersebut. Tanpa menentukan standar atas kondisi permasalahan sosial dan masyarakat luas yang bagaimana yang wajib diungkapkan perusahaan publik atau emiten tersebut, sehubungan dengan aktifitas perusahaan tersebut dalam interaksinya dengan masyarakat.

(28)

Pada dasarnya, dalam menentukan apakah suatu informasi adalah fakta material atau bukan, dapat dipertimbangkan pada beberapa pandangan antara lain: 1. Jika informasi yang bersifat tidak publik adalah penting bagi para pemegang

saham, bukan semata-mata, apa yang ingin mereka ketahui. Bila fakta dihilangkan atau pernyataan tidak benar itu secara substantif mungkin berarti (penting) mengubah informasi yang menjadi milik masyarakat, make fakta tersebut adalah material.

2. Penafsiran tentang fakta material berkembang pada apa yang disebut dengan informasi firm specific. Standarnya adalah informasi yang spesifik untuk perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan standar ini, kewajiban penyampaian informasi tidak terlahir berdasarkan federal securities laws, melainkan berdasarkakn adanya informasi yang bersifat firm specific. Suatu informasi tidak dapat menjadi fakta material kecuali ia memiliki firm specific. Pengadilan di Amerika Serikat menggunakan pendekatan firm specific ini dengan cara hati-hati menghindarkan preseden dalam menentukan kewajiban untuk menyampaikan informasi. Pengadilan juga menghindarkan pendekatan yang konvensional, dalam hal apakah tersebut penting untuk investor yang berakal sehat untuk membuat keputusan investasi.

3. Di Indonesia ada pula yang berpendapat bahwa suatu informasi merupakan fakta material bila informasi tersebut dapat mempengaruhi turun naiknya harga saham.51

Dewasa ini, pengadilan-pengadilan di Amerika Serikat telah mengembangkan konsep baru dalam penentuan fakta material ini. Hal tersebut dapat dilihat dari tiga konsep baru dalam penentuan fakta material ini. Hal tersebut dapat dilihat dari tiga pendapat pengadilan yang berkaitan suatu dengan yang lainnya, yaitu :

1. Standar penentuan fakta material yang disahkan pengadilan melalui kasus SEC v. Texas Gulf Sulphur, 401 F. 2d, 833, (2d.Cir. 1968). Bahwa standar penentuan fakta material adalah didasarkan pada uji kemungkinan/ukuran

51

Murzal, Tanggung Jawab Akuntan Publik Atas Laporan Keuangan yang Menyesatkan

dalam Pernyataan di Pasar Modal, (Medan, Tesis Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,

(29)

(probability/magnitude) fakta material atas informasi yang bisa berpengaruh kuat pada kemungkinan perusahaan di masa mendatang.52

2. Standar penentuan fakta material yang disahkan pengadilan melalui kasus TSC Industries, Inc. v. Norhway, 426 U.S.438 (1976), bahwa penentuan fakta material dalam kasus tersebut melalui pendekatan stansar Reasonable Shareholder, sejalan dengan pendapat bahwa sesuatu yang menentukan fakta material sangat tergantung pada tanggapan investor potensial atau pemegang saham institusional potensial atau pemegang saham institusional yang rasional, sebagaimana dinyatakan dalam pengadilan kasus Millsv. Electric Autolite, 396 U.S. 375 (1970). Menguji sesuatu yang menjadi penentuan fakta material adalah ditentukan oleh pertimbangan yang matang untuk kepentingan pemegang saham yang rasional.53

3. Standar penentuan fakta materill yang disahkan pengadilan melalui kasus Basib, Inc. v. Levinson, 485 U.S. 224 (1988). Bahwa standar fakta material ditetapkan berdasarkan suatu fact-specific-case-by-case yang bersumber dari keputusan pengadilan dalam kasus Northway dan kasus Texas Gulf Sulfphur tersebut di atas. Dalam kasus Basic ini, pengadilan berpendapat bahwa suatu penipuan material dilihat dari apakah pernyataan tersebut mempengaruhi keputusan investor yang rasional untuk berinvestasi. Karena berdasarkan fraud on the market theory, suatu

52

Bismar Nasution (I), Op.Cit, Hal 66 53

(30)

pernyataan dikatakan menyesatkan hanya apabila pernyataan tersebut dapat membelokan keputusan investor professional untuki berinvestasi.54

Di lingkungan pasar modal Indonesia, hal keterbukaan atas fakta material sehubungan dengan perlindungan hak-hak sosial baru akan menjadi permasalahan apabila terjadi dampak yang menimbulkan kerugian, terutama bagi investor dan masyarakat pada umunya, sehingga kejadian tersebut mengandung terjadinya gejolak di masyarakat. Selama ini ketentuan hak-hak sosial tersebut merupakan informasi material yang tidak pernah diungkapkan kepada publik, sebab tidak adanya pengaturan atau ketentuan yang sifatnya memaksa atau imperatif yang mewajibkan pihak manajemen perusahaan untuk mengungkapkan informasi hal-hal yang berkaitan dengan sosial.

Informasi penting yang dapat dipahami dari perkembangan peraturan pasar modal di Negara maju adalah bahwa penegakan hukum dalam hal prisip keterbukaan itu harus sejalan dengan yang diinginkan hukum pasar modal dan penegakannya juga harus sesuai dengan yang diinginkan hukum pasar modal. Hukum lain yang berkaitan dengan kegiatan pasar modal yaitu hukum yang mengatur masalah-masalah klausula sosial (social clause), antara lain perlindungan lingkungan hidup, perlindungan tenaga kerja, perlindungan konsumen, dan masalah status hak atas tanah yang berkaitan dengan informasi penting dan relevan bagi perusahaan.55

54

Ibid, Hal 76-79 55

(31)

Ketentuan mengenai kewajiban dan tanggungjawab perusahaan untuk memberikan keterbukaan informasi yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan hidup (environmental disclosure), misalnya di Arnerika Serikat masalah klausula perlindungan lingkungan hidup secara tegas diterapkan. Perusahaan atau emiten harus memuat masalah klausula perlindungan lingkungan hidup yang dipersyaratkan oleh hukum, walaupun hukum tersebut bukan hukum pasar modal.56 Tuntutan pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam hubungannya dengan perlindungan lingkungan hidup ini, mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan dari kerusakan lingkungan hidup, seperti pencemaran dan kerugian lingkungan hidup (environmental damage and pollution).57

Setiap perusahaan publik atau emiten diwajibkan untuk menyampaikan informasi mengenai masalah-masalah lingkungan hidup seputar aktifitas perusahaannya. Mengingat ancaman bagi perusahaan yang terbukti melakukan pencemaran lingkungan amat merugikan investor yang telah menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Investor jelas tidak akan berani menanamkan modalnya pada suatu perusahaan yang melakukan pencemaran lingkungan dalam aktivitas usaha produksinya, sebab risiko yang akan ditanggung perusahaan suatu kerugian, dan perusahaan tersebut dapat ditutup atau dapat ancaman ganti rugi.

56

David L. Ratner dan Thomas Lee Hazen, Securities Regulation Cases and Materials, Fourth Edition, St. Paul Minn: West Publishing C. 1991. Pada mulanya perhatian perlindungan lingkungan hidup tidak dianggap sebagai bagian proses due dilingence dan keterbukaan. Keterbukaan umum telah menjadi bagian baru UUPM untuk beberapa tahun lamanya, secara khusus lebih memperhatikan risiko-risiko keuangan dan pasar dari pada potensi pertanggungjawaban perlindungan lingkungan hidup. Lihat Ibid.

57

(32)

Setiap informasi yang berkaitan dengan masalah-masalah lingkungan hidup pada suatu perusahaan adalah termasuk suatu informasi yang mengandung fakta material, karena informasi tersebut adalah dapat mempengaruhi harga efek di bursa efek, maupun putusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut untuk melakukan pembelian atau penjualan atas saham mereka. Pemodal atau calon pemodal tidak akan tertarik untuk melakukan pembelian saham dari suatu perusahaan yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi.

Perusahaan yang mencemarkan lingkungan hidup dapat ditutup oleh pemerintah atau akan menghadapi gugatan ganti rugi dari masyarakat luas, yang dapat mempengaruhi harga saham.

Perusahaan yang mencemarkan lingkungan hidup dapat ditutup oleh pemerintah atau akan menghadapi gugatan ganti rugi dari masyarakat luas, yang dapat mempengaruhi harga saham. Kondisi tersebut akan merugikan pihak investor. Keadaan demikian membuat posisi prinsip keterbukaan mengenai perlindungan lingkungan hidup perusahaan berbeda dengan kebiasaan keterbukaan perusahaan untuk bidang lainnya, sebab bahaya yang ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan hidup tersebut mempunyai akibat patal bagi masyarakat dan juga bagi perusahaan itu sendiri.58

Keterbukaan dalam hal perlindungan lingkungan hidup oleh perusahaan wajib disampaikan kepada investor sepanjang masalah-masalah lingkungan hidup yang mengandung fakta material yang dapat mempengaruhi harga saham. Pada dasarnya

58

(33)

emiten dibebankan atas suatu keharusan untuk melakukan laporan insidentil perbuatan material. Artinya bahwa, perundang-undagan telah membebankan kewajiban kepada emiten untuk melaporkan kepada Bapepam dan memberitahukan kepada masyarakat secepat mungkin (paling lambat di hari kedua) setelah terjadinya kejadian material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga efek.59

Suatu kejadian yang dapat mempengaruhi harga efek di bursa efek dan dapat mempengaruhi keputusan pemodal atau calon pemodal, maka mereka berpikir panjang untuk melakukan pembelian saham atas suatu perusahaan publik yang memiliki tingkat kerawanan pencemaran lingkungan yang tinggi. Hal ini tentunya menjadi dasar pertimbangan pihak manajemen perusahaan untuk berusaha menutupi tindakan pencemaran yang dilakukan dalam proses atau kegiatan produksinya, ataupun tindakan menutupi hal-hal yang sebenarnya wajib dilakukan perusahaan dalam rangka mencegah pencemaran lingkungan namun kenyataan tidak dilakukan perusahaan.

Bila melihat ketentuan pada penjelasan Pasal 1 Angka 7 UUPM yang memuat tentang contoh kejadian ataupun informasi material, tidak ada satupun ketentuan yang memuat pernyatan bahwa permasalahan perlindungan lingkungan hidup termasuk dalam katagori informasi atau fakta material yang wajib disampaikan oleh setiap perusahaan publik atau emiten kepada Bapepam dan masyarakat luas.

59

(34)

Bila dikaitkan dengan ketentuan yang mewajibkan kelengkapan surat-surat izin yang berhubungan dengan masalah lingkungan hidup. Seperti izin lokasi, amdal dan lain sabagainya oleh setiap perusahaan publik pada saat melakukan pernyataan pendaftaran dalam rangka go public, disinilah letak peranan sektor pengawasan dalam mengawasi apakah perundang-undangan lingkungan hidup telah benar-benar ditaati dalam proses surat-surat tersebut.

Bapepam hanya menentukan bahwa segala izin dan persetujuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan usaha oleh perusahaan publik tersebut hanya harus memuat pendapat dari para konsultan hukum, yang kemudian akan menetapkan standar pemeriksaan hukum dan pendapat hukum. Sesungguhnya ketentuan Bapepam tersebut di atas tidak cukup dalam usaha perlindungan lingkungan hidup.

Dalam ketentuan Pasal 5 Ayat (2) dan Pasal 6 Ayat (2) UUPLH mengatur tentang hak dan kewajiban atas informasi lingkungan hidaup, maka seyogianya Bapepam dapat melakukan tindakan pengawasan dengan kewajiban setiap perusahaan publik untuk memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup yang dilaksanakan perusahaannya.60

Seharusnya setiap informasi yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan perusahaan publik, dikategorikan di dalam unsur

60

(35)

fakta material dan dianggap sebagai suatu fakta yang dapat mempengaruhi harga efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. Sehingga apabila terjadi suatu penyesatan atas informasi yang berkenaan dengan lingkungan hidup, maka perusahaan dapat dikategorikan telah melakukan tindakan penipuan atau manipulasi dalam pasar modal.

Dalam hal itu, perlunya pelaksanaan prinsip keterbukaan berkenaan dengan perlindungan hak tenaga yang cukup guna dan harmonis guna meningkatkan efisien kerja emiten, sekaligus peningkatan produktivitas usaha emiten. Hal ini perlu karena kondisi kesejahteraan tenaga kerja yang memperhatinkan atau tidak memenuhi suatu ketenagakerjaan menimbulkan dampak negatif pada emiten dan melahirkan keresahan dikalangan tenaga kerja emiten. Keresahan tenaga kerja dapat menurunkan produktivitas usaha emiten. Meningkat kalau tenaga kerja resah, mereka cenderung melakukan pemogokan.61

Pada umunya pemogokan tenaga kerja berlanjut dengan demontrasi untuk menuntut penyebab keresahan mereka. Keadaan tersebut dapat dilihat dari masalah ketenagakerjaan berupa tuntutan kenaikan upah, yang berlarut-larut di perusahaan makanan PT. Mayors Indah. Tidak selesainya masalah selesainya masalah tersebut antara perusahaan dan tenaga kerja berakhir dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Akibatnya mereka melakukan pelemparan batu kearah pabrik, dan sekitar 1.000 tenaga kerja perusahaan tersebut melakukan aksi demontrasi ke kantor

61

(36)

Departemen Tenaga Kerja Jakarta untuk menuntut Menteri Tenaga Kerja membatalkan PHK tersebut.62

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa jika hak-hak tenaga kerja tidak dilindungi, maka para tenaga kerja akan melakukan mogok kerja dan upaya hukum untuk mempertahankan hak-haknya. Tentu saja hal ini akan merugikan investor selaku pemodal dalam perusahaan tersebut. Kewajiban pihak manajemen untuk memberikan informasi fakta material berkaitan dengan perlindungan tenaga kerja dalam pasar modal merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar, agar investor tidak melakukkan kesalahan dalam berinvestasi.

Perlindungan tenaga kerja sangat mendapatkan perhatian dalam hukum Ketenagakerjaan. Beberapa Pasal dalam Udang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, diantaranya adalah:

1. Salah satu pembangunan ketenagakerjaan adalah memberikan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan (Pasal 4 Huruf C)

2. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan (Pasal 5)

62

(37)

3. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari perusahaan (Pasal 6)

4. Setiap tenaga kerja berhak memperoleh dan atau meningkatkan dan atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemamnpuannya melalui pelatihan kerja (Pasal 11)

5. Setiap pekerja/buruh memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya (Pasal 12 Ayat {3})

6. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghsailan yang layak di dalam atau di luar negeri (Pasal 31)

7. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dam kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama (Pasal 86 Ayat {3})

8. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 88 Ayat {1})

9. Setiap pekerja atau buruh serta keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja ( Pasal 99 Ayat{1})

10.Setiap pekerja atau buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh (Pasal 104 Ayat {1}).63

63

(38)

Dengan demikian usul perbaikan peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam pasar modal berkenaan dengan hak perlindungan tenaga kerja perlu ditanggapi dan segera direalisasikan mengingat usul perbaikan peraturan tersebut sesuai dengan terminologi standar ketenagakerjaan.

Dalam hal upaya untuk menyediakan perlindungan kepada investor dan kepentingan-kepentingan sosial, seharusnya perusahaan publik tidak hanya ditentukan untuk melakukan keterbukaan atas segala informasi perusahaan yang diperlukan investor, tetapi juga atas perusahaan publik tersebut ditetapkan sanksi-sanksi jika pihak manajemen perusahaan didapati melakukan suatu penyajian atau gambaran yang menyesatkan sehubungan dengan pelaksanaan prinsip keterbukaan tersebut. Pengungkapan informasi tentang fakta material secara akurat dan penuh diperkirakan dapat merealisasikan tujuan prinsip keterbukaan dan mengantisipasi timbulnya pernyataan yang menyesatkan bagi investor.

Bila perusahaan lalai dalam menyampaikan, ataupun bahkan menyampaikan informasi yang berbeda dengan sebenarnya, sehingga investor menjadi terpengaruh untuk melakukan pembelian saham, maka perusahaan dapat di tuntut telah melakukan misrepresentation dan omission apabila dikemudian hari terjadi dampak negatif yang kolerasi dengan informasi yang diselewengkan tersebut.64

Perusahaan adalah pemegang peranan kunci dalam memproduksi barang yang akan dijual di pasar untuk konsumen. Kinerja, prilaku (behaviour), kebiasaan dan keputusan dalam produksi merupakan faktor menentukan apabila tercapainya

64

(39)

efisiensi atau alokasi sumber daya yang optimal. Secara alami para pelaku ekonomi akan selalu berupaya mencapai keuntungan yang maksimal dari transaksi yang dilakukannya.

Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI) mendefenisikan good corporate governance sebagaimana seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelolah perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan, yang bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder).65

Kendati orientasi perusahaan untuk mencari keuntungan, namun dalam pasar modal penyampaian informasi tentang produksi emiten kepada publik yang diutamakan adalah bahwa produk tersebut telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan peraturan menyangkut tentang perlindungan konsumen.

Karena itu hak-hak konsumen menjadi prioritas utama, yaitu hak atas kenyamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa.66 Di samping itu, hak konsumen tersebut termasuk hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa. Berarti perusahaan yang membuat produk harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi

65

I Nyoman Tjager dkk, Corperate Governance, Tantangan dan Kesempatan Bagi

Komunitas Bisnis Indonesia, (Jakarta: FCGI, 2003), Hal 19

66

(40)

dan jaminan barang atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

Berdasarkan hak-hak konsumen tersebut, maka penyampaian informasi yang berkaitan dengan emiten harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari atau meminimalisasi ketidakpuasan yang berakibat gugatan konsumen.

Untuk melindungi hak-hak konsumen perlu ditekankan, bahwa penyampaian informasi yang berkaitan dengan produk emiten harus memberikan jaminan, bahwa tidak ada pernyataan yang salah atau menyesatkan,. Karena pemyataan yang salah atau menyesatkan dapat menimbulkan gugatan dari pihak konsumen terhadap produsen.

Keterbukaan diartikan sebagai sifat yang tembus cahaya, nyata, jelas, atau secara umum memberikan arti tembus cahaya,67 jadi dalam memberikan informasi fakta material dari perusahaan yang melakukan penawaran umum di Bursa Efek haruslah tembus pandang, nyata dan jelas serta harus mengungkap secara tuntas, benar dan lengkap. Sebab memberikan informasi yang salah dan setengah benar, tidak akurat atau menyesatkan yang semata-mata bertujuan untuk menarik investor dapat digolongkan sebagai kejahatan koorporasi.68

67

M. Irsan Nasaruddin dan Indra Surya, Op.Cit, Hal 225 68

(41)

Oleh karena itu, informasi terkandung di dalamnya, harus memuat hal-hal yang benar-benar menggambarkan keadaan emiten.69 Yang bersangkutan, sehingga keterangan atau informasi dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk menetapkan keputusan investasinya. Apabila informasi fakta material yang disajikan tidak benar, atau tidak mengungkapkan informasi yang benar hal tersebut dapat mengakibatkan pemodal mengambil keputusan investasi yang tidak tepat.70

Di Indonesia, masalah yang berkenaan dengan perlindungan konsumen dapat dilihat dari kasus PT. Ajinomoto Indonesia yang memproduksi bumbu masak. Perusahaan diduga melakukan pelanggaran terhadap Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK), mengenai kewajiban pelaku usaha untuk memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

Kasus Ajinomoto itu berawal dari pengumuman Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahwa ada unsur enzim babi dalam Ajinomoto. MUI menyebutkan bahwa produsen Ajinomoto menggunakan enzim bactosoytone dalam proses pembuatan bumbu masak. Bactosoytone dipakai sebagai makanan bagi mikro yang akan dipakai

69

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis di Era Global,(Bandung: Citra Aditiya Bakti, 2002), Hal 52

70

(42)

dalam proses fermentasi fetes tebu. Dalam proses pembuatan bactoytone tersebut, PT. Ajinomoto menggunakan enzim poricine yang diambil dari panceas babi.71

Penyampaian informasi tentang produksi emiten kepada publik yang diutamakan adalah produk tersebut telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan peraturan yang menyangkut perlindungan konsumen, seperti yang telah ditetapkan oleh dalam UUPK No.8 Tahun 1999 karena hak-hak konsumen harus menjadi prioritas utama setiap perusahaan, yaitu hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi atau jasa.

Berdasarkan masalah perlindungan konsumen dalam pasar modal, salah satu aspek yang perlu dicermati sehubungan dengan fungsi prospektus sebagai perlindungan investor adalah mengenai saat dan cara penyampaian prospektus. Di Indonesia, Rancangan Prospektus diserahkan kepada Bapepam, yang dalam hal ini emiten mengadakan expose terbatas pada Bapepam mengenai kelengkapan dokumen, kecukupan dan kejelasan informasi serta keterbukaan lainnya dari aspek hukum, akuntansi, keuangan dan manajemen emiten.72

Setelah menelaah kelengkapan dokumen-dokumen Pernyataan Pendaftaran, Bapepam akan menanggapinya dalam waktu 45 hari. Apabila Bapepam tidak melakukan sesuatu maka Pernyataan Pendaftaran tersebut menjadi efektif dengan

71

Bismar Nasution (I), Op. Cit. hal 108 72

(43)

sendirinya pada hari ke 45 sejak diterimanya Pernyataan Pendaftaran oleh Bapepam secara lengkap.73

Maka, dengan demikian keterbukan informasi perlindungan konsumen dalam pasar modal oleh setiap perusahaan publik wajib disampaikan kepada investor sepanjang masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumen tersebut mengandung fakta material, yakni informasi atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek di bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atau informasi atau fakta tersebut.

Konsumen merupakan golongan yang rentan diekploitasi oleh pelaku usaha, karena itu diperlukan seperangkat aturan hukum untuk melindungi konsumen. Yang dimaksud dengan konsumen adalah pengguna akhir dari suatu produk.74

Sebenarnya cukup besar pertanggungjawaban setiap perusahaan publik untuk senantiasa menyingkapi segala informasi yang berhubungan dengan perlindungan konsumen. Namun, perusahaan harus memiliki itikad baik dalam men-disclose segala informasi yang berkenaan dengan perusahaannya dengan tidak memberikan informasi yang menyesatkan, sehingga investor merasa tertipu dan mengalami kerugian setelah membeli saham. Hal ini harus segera di cover dengan mengadakan perbaikan terhadap risiko akan menurunkan minat investor untuk berivestasi di pasar modal Indonesia.

73

UUPM Pasal 74 Ayat (1) menyatakan bahwa, Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif pada hari ke-45 (keempat puluh lima) sejak diterimanya Pernyataan Pendaftaran secara lengkap atau pada tanggal yang lebih awal jika dinyatakan efektif oleh Bapepam.

74

(44)

Dalam pelaksanaan suatu Undang-Undang tentu saja dapat didukung dengan Undang-Undang yang lain, yang memang mernpunyai keterkaitan yang erat dalam suatu masalah. Dalam hal ini, bila UUPM tidak cukup untuk mengatur perlindungan konsumen dalam pasar modal, maka UUPK dapat diambil oleh pihak-pihak terkait dalam perdagangan pasar modal untuk menangani masalah pertanggungjawaban setiap perusahaan publik dalam melaksanakan keterbukaan informasi perlindungan konsumen.

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan terhadap konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang merugikan konsumen itu sendiri. Perlindungan konsumen memiliki cakupan yang luas, meliputi perlindungan terhadap konsumen barang dan jasa, yang berawal dari tahap kegiatan untuk mendapat barang dan jasa sehingga sampai akibat-akibat dari pemakaian barang dan jasa tersebut. Dalam UUPK menyebutkan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.75

Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan beberapa jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan jasa yang dapat dikonsumsi. Dengan dukungan kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika, dimana terjadi perluasan ruang gerak arus transaksi barang dan jasa melintasi batas-batas suatu

75

(45)

wilayah negara, konsumen pada akhirnya diharapkan pada berbagai jenis barang dan jasa yang ditawarkan secara variatif.

Kondisi seperti ini, pada satu sisi memberikan manfaat bagi konsumen karena kebutuhan akan barang dan jasa yang diinginkan dapat terpenuhi, serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen.

Namun solusi yang terkait mengenai pengaturan perlindungan konsumen dalam pasar modal ini adalah, harus diatur dalam Pasal tersendiri di dalam UUPM, sehingga keberadaannya menjadi lebih tegas untuk dapat diminta pertanggungjawabannya kelak terhadap perusahaan publik yang melanggar ketentuan tersebut.

B. Kaitan Prinsip Keterbukaan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap

Investor

(46)

misleading statement berupa misrepresentation atau omission dan misstatement serta insider trading di pasar modal.76

Paling tidak ada tiga fungsi prinsip keterbukaan dalam pasar modal pertama, prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap, pasar. Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor tidak percaya terhadap mekanisme pasar. Sebab prinsip keterbukaan mempunyai peranan penting bagi investor dalam menganibil keputusan berinvestasi, karena melalui prinsip keterbukaan dapat terbentuk suatu penilaian (lodgment) terhadap berinvestasi. Sehingga investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap porofolio mereka. Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Dengan demikian prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan supply informasi yang benar, agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat. Hal ini menjadi penting karena berkaitan pasar modal sebagai lembaga keuangan mencegah penipuan.77

Tujuan penegakan prinsip keterbukaan untuk menjaga kepercayaan investor sangat relevan ketika munculnya ketidakpercayaan publik terhadap pasar modal, yang pada gilirannya mengakibatkan pelarian modal (capita flight) secara besar-besaran dan seterusnya dapat mengakibatkan kehancuran pasar modal.

Pengertian tentang prinsip keterbukaan ditemukan dalam Pasal 1 ayat (25) UUPM. Hukum pasar modal dengan demikian memberikan porsi yang sangat penting

76

Bismar Nasution (III), Hukum Pasar Modal, (Medan : Fakultas Universitas Sumatera Utara, 2003), Hal 2

77

(47)

terhadap perlindungan investor ini. Perlindungan ini terutama dilaksanakan melalui mekanisme transparansi informasi (full disclosure principle).

Prinsip full disclosure yang sering juga disebut sebagai dasar dari disclosure regulation ini didasarkan pada dua asumsi dasar, yaitu pertama investor adalah orang dewasa yang dapat membuat keputusan yang terbaik untuk diri mereka sendiri. Seandainya semua informasi telah sepenuhnya dibeberkan oleh emiten maka investor akan menentukan apakah membeli atau menjual sekuritas tertentu atau tidak bertransaksi sama sekali. Karena mereka membuat keputusan berdasarkan infonnasi yang cukup dan jelas maka mereka yang bertanggung jawab atas keputusan tersebut.

(48)

a. Jatuhnya laba perusahaan yang diyakini hanya bersifat sementara dan tidak signifikan.

b. Informasi yang diduga keras dapat misleading

c. Kontrak yang oleh pihak mitra kontrak mensyaratkan ketertutupan untuk periode-periode tertentu.78

Dalam rangka memberikan perlindungan kepada para investor, Bapepam telah mengeluarkan sejumlah peraturan yang berhubungan dengan pendaftaran penawaran umum bagi emiten. Di antaranya peraturan-peraturan tersebut yang sangat penting bagi keamanan dana para investor adalah peraturan No. X.K.4 tentang laporan realisasi penggunaan hasil penawaran umum yang pada intinya mengatur hal-hal sabagai berikut:79

a. Emiten wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan dan hasil penawaran umum secara berkala setiap tiga bulan (Maret, Juni, September dan December) dan disampaikan kepada Bapepam selambatnya 15 bulan berikutnya dan terus berlangsung selama masih terdapat sisa dana.

b. Dalam hal terjadinya perubahan yang material dan penggunaan dana serta perubahan lokasi yang berdampak ekonomis, rencananya harus dilaporkan terlebih dahulu oleh Bapepam, disetujui oleh RUPS (angka tiga huruf a,b dan angka 4)

78

Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, (Bandung : Citra Aditya, 1996), Hal 82

79

(49)

c. Dalam hal penggunaan dana tersebut dipinjamkan kepada anak perusahaan harus dijelaskan alokasinya setelah dana tersebut dikembalikan kepada emiten (angka 6) d. Dalam hal terdapat sisa dana perlu dijelaskan antara lain tempat di mana dana

tersebut dipinjam serta jangka waktu penyimpanan tingkat suku bunga yang diperoleh dan alokasinya serta hubungan apliasi antara emiten dengan tempat di mana dana tersebut disimpan (angka 7 huruf a,b,c, dan d)

Untuk mengatasi perlindungan bagi investor dalam penawaran umum dapat dilakukan melalui:

a. Perlindungan bagi investor melalui prospektus.

Penyebaran prospektus bertujuan untuk melindungi kepentingan investor di mana dengan adanya prospektus, investor diharapkan mengetahui sagala sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan atau emiten yang melakukan penawaran umum. Sebagai bukti bahwa prospektus telah disebarluaskan maka pihak investor harus menyatakan dalam formulir pemesanan bahwa telah menerima atau telah menerima kesempatan untuk membaca prospektus.

b. Perlindungan bagi investor dari transaksi yang memiliki benturan kepentingan Dalam peraturan Bapepam No.UX.E.1 tetang benturan kepentingan transaksi tertentu.80 Hal-hal yang sangat penting untuk diketahui oleh pemegang saham yang

80

(50)

berhubungan dengan perlindungannya dalam peraturan Bapepam tersebut di atas, antara lain:

a. Benturan kepentingan perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi, komisaris, direktur, pemegang saham utama (angka 1 huruf a)

b. Jika terdapat benturan maka transaksi harus disetujui terlebih dahulu oleh para pemegang saham independen atau wakil mereka dalam RUPS ditegaskan dalam bentuk akta notaris (angka 2)

c. Informasi tentang rencana teransaksi dan rapat umum pemegang saham (angka 6) d. Informasi tentang transaksi material, perubahan kegiatan usaha utama atau

pengambilahlian perusahaan terbuka yang mengandung kepentingan dan tidak disetujui oleh RUPS tidak dapat diajukan kembali dalam jarak 12 bulan sejak tanggal keputusan penolakan.

c. Perlindungan bagi investor dari praktek penipuan dan manipulasi pasar

(51)

salah satu persyaratan bagi industri pasar modal adalah mampu untuk bertindak sebagai facilitator maupun regulator dengan senantiasa menjunjung tinggi prinsip keterbukaan.

Apabila diperhatikan secara umum, maka pengertian manipulasi adalah kegiatan yang melibatkan serangkaian transaksi sehingga menyebabkan harga efek di bursa naik tetap atau turun bahkan menimbulkan kesan terciptanya perdagangan efek yang aktif, dan serangkaian kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual atau menahan efek.81

Antara tindak penipuan dan manipulasi pasar terdapat perbedaan yang signifikan, dan ini dapat kita lihat dari dampak yang ditimbulkan oleh kedua praktek tersebut. Jika manipulasi pasar yang dilakukan sudah jelas bahwa pasar akan bisa, sehingga akibatnya antara lain bahwa harga saham menjadi semu. Sementara itu, jika tindak penipuan dilakukan, maka dengan informasi atau keadaan yang tidak sebenarnya tersebut, jelas akan ada pihak yang dirugikan, tanpa mesti mempunyai akibat kepada, pasar yang termanipulasi.82

Praktek manipulasi pasar ditunjukkan pada distori terhadap kekuatan bebas atas persediaan dan permintaan.83 Pada umumnya, setiap manipulasi menggunakan restrisi artificial pada floating supply of stock yang diikuti oleh beberapa faktor untuk

81

Herawati Hadiah, Op. Cit, Hal 13 82

Munir Fuady (I), Ibid, Hal 148 83

(52)

merangsang publik pada permintaan saham dalam bentuk artificial atau penciptaan penampilan palsu atas kegiatan perdagangan yang sebenarnya.84

Rencana dari praktek manipulasi adalah melakukan restriksi artificial dalam persediaan saham dengan mengakusisi saham secara substansial dalam conrolled account.85 Kegiatan merangsang permintaan saham yang disengaja dengan upaya pengendalian persediaan saham.

Selanjutnya, melakukan penjualan atas persediaan yang dibeli, sejalan dengan harga saham yang telah membimbing (harga manipulasi).86

Pengadilan Amerika Serikat dalam SEC v. Resch-Cassin & Co. INC mengidentifikasikan faktor-faktor upaya manipulasi harga dalam perdagangan saham pertama, price leadership by the manipulator. Kedua, domination and control of the market. Ketiga, reducation in the float. Keempat, collapse of the market when the manipulation activity ends. Faktor yang mengidentifikasikan manipulasi harga saham dalam kasus di Amerika Serikat tersebut mirip dengan kasus manipulasi harga saham dalam pasar modal Indonesia, seperti dalam kasus Bank Pikko Tbk (Bank Pikko).87

Di Indonesia, larangan manipulasi pasar diatur dalam Pasal 91 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang menyatakan bahwa, setiap pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung dengan

84

Ibid 85

Ibid 86

Ibid 87

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data dengan menggunakan uji regresi, diperoleh nilai r hitung (R) = 0,794, nilai R square (R 2 ) sebesar 0,630 R square

Hal ini terbukti bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pemanfaatan microsoft power point slide show telah berjalan sesuai dengan perencanaan, (3) Hasil

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3) huruf a disusun dengan ketentuan :.c. pemanfaatan ruang

Setelah penulis melaksanakan penelitian di Dusun Turen RT 5 RW 2, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yakni teknik

Percepatan proyek dilakukan dengan penambahan sumber daya manusia (pekerja) pada aktivitas-aktivitas yang tertentu dan telah diperhitungkan terlebih dahulu pada

Menurut hasil kuesioner yang dibagikan kepada siswa kelas 2 Program Internasioanal SD Kristen Kalam Kudus Surakarta dalam mengartikan shēngcí (kosakata baru

Demikian yang ditawarkan UPN Veteran dengan pembelajaran non – akademis yang dapat membentuk karateristik para mahasiswa-mahasiswinya dalam dunia kerja, dengan karakteristik

Masih banyak kelemahan yang dihadapi UKM di Indonesia, kelemahan itu antara lain disebabkan rendahnya pendidikan, kurangnya pemahaman terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK)