• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaturan Prinsip Keterbukaan Perusahaan Publik Terkait Perlindungan Hak Tenaga Kerja Di Pasar Modal Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaturan Prinsip Keterbukaan Perusahaan Publik Terkait Perlindungan Hak Tenaga Kerja Di Pasar Modal Indonesia"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

PENGATURAN PRINSIP KETERBUKAAN PERUSAHAAN PUBLIK TERKAIT PERLINDUNGAN HAK TENAGA KERJA

DI PASAR MODAL INDONESIA

TESIS

OLEH

CAHAYA PERMATA 097005028/HK

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGATURAN PRINSIP KETERBUKAAN PERUSAHAAN PUBLIK TERKAIT PERLINDUNGAN HAK TENAGA KERJA

DI PASAR MODAL INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Magister Hukum

Dalam Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH

CAHAYA PERMATA 097005028/HK

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : PENGATURAN PRINSIP KETERBUKAAN PERUSAHAAN PUBLIK TERKAIT PERLINDUNGAN HAK TENAGA KERJA DI PASAR MODAL INDONESIA

Nama Mahasiswa : Cahaya Permata Nomor Pokok : 097005028

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Ketua

)

Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH, M.LI

Anggota Anggota

Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 21 Desember 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH

Anggota : 1. Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH., M.LI 2. Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum

(5)

ABSTRAKSI

Prinsip keterbukaan merupakan jiwa pasar modal sehingga harus diterapkan di segala aspek, laporan keuangan, social clause seperti perlindungan konsumen, lingkungan hidup serta perlindungan hak tenaga kerja yang juga merupakan bagian dari manajemen perusahaan. Perusahaan publik yang merupakan bagian dari pasar modal harus menerapkan hal tersebut. Keterbukaan terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja bukan hal yang mudah sehingga riskan terhadap pelanggaran berupa misrepsentation atau ommision yang dapat menyebabkan kerugian bagi investor. Oleh karena itu harus ada peraturan yang tegas tentang prinsip keterbukaan perusahaan publik terkait perlindungan hak tenaga kerja sehingga dapat memberikan perlindungan kepada investor dari pelanggaran prinsip keterbukaan terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja di pasar modal Indonesia.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaiamana pengaturan prinsip keterbukaan perusahaan publik terkait perlindungan hak tenaga kerja di Pasar Modal Indonesia dan bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap investor terkait dengan pelanggaran oleh perusahaan publik terhadap prinsip keterbukaan terkait perlindungan hak tenaga kerja di Pasar Modal Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu pertimbangan titik tolak analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang membuka peluang terjadinya pelanggaran prinsip keterbukaan terkait perlindungan hak-hak tenaga kerja.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa peraturan prinsip keterbukaan perusahaan publik terkait perlindungan hak tenaga kerja masih memberikan celah terjadinya pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan perusahaan publik terkait perlindungan hak tenaga kerja. Penentuan fakta material dan perbuatan menyesatkan yang diatur oleh Undang-undang dan Peraturan Bapepam LK tidak memiliki penjabaran yang jelas. Perlindungan terhadap investor juga tidak maksimal, meskipun Undang-Undang Pasar Modal dan Peraturan Pemerintah mengatur adanya sanksi administrasi, perdata dan pidana. Namun, belum pernah ada pelanggar prinsip keterbukaan perusahaan publik terkait perlindungan hak tenaga kerja yang dikenakan sanksi perdata dan pidana. Oleh karena itu disarankan pemerintah harus segera merevisi Peraturan Bapepam Nomor: X.K.1 Tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik dan Peraturan Bapepam Nomor IX.B.1 Tentang Pedoman Bentuk dan Isi Pendaftaran Perusahaan Publik. Perlu ada kerjsama antara Bapepam LK dan aparat penegak hukum lainnya untuk memaksimalkan perlindungan hukum bagi investor.

(6)

ABSTRACT

The disclosure principle is the soul of the capital markets sothat should be applied in all aspects, the financial statements, the social clause such as consumer protection, environment and labor rights protection is also part of the management company. Public company that is part of the capital markets should implement it. Disclosure relating to the protection of labor rights is not an easy thing sothat risky for violations of misrepsentation or ommision that could cause harm to investors. Therefore there must be strict rules about the principles related to public company disclosure of labor rights protection sothat could provide protection to investors from violations of the disclosure principle relating to the protection of labor rights in Indonesia capital market.

Problems discussed in this study are how to setup a public company disclosure principles related to protection of labor rights in Indonesia Capital Market and how to shape the legal protection of investors associated with the violation by a public company for the disclosure principle related to protection of labor rights in Indonesian Capital Market.

The method used in this study is the juridical normative, that is consideration of the point of departure an analysis of the legislation that opened the possibility of violations of the disclosure principles related to protection of labor rights.

Based on the results of this research knew that the disclosure principle of a public company regulations related to protection of labor rights still gives a gap of violation of the disclosure principle of a public company related to protection of labor rights. Determination of material fact and misleading actions are governed by the Act and Rule Bapepam LK does not have a clear translation. Investor protection is also not optimal, although the Capital Market Law and Government Regulations regulate the administrative sanctions, civil and criminal. However, there has never been violators of the principle of openness of a public company related to protection of labor rights of civil and criminal sanctions. It is therefore recommended the government should immediately revise Bapepam Rule Number: X.K.1 About Disclosure of Information to be Announced Soon to the Public and Bapepam Rule Number IX.B.1 About Registration Form and Content Guidelines for Public Companies. There should be cooperation between Bapepam LK and other law enforcement agencies to maximize the legal protection for investors.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan semesta alam, karena

hanya dengan rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat

beriring salam kepada manusia mulia Nabi Muhammad yang telah mengajarkan

manusia untuk selalu menuntut ilmu, menegakkan kebenaran dan keadilan, menjadi

khalifah di muka bumi, menjaga semesta dari kehancuran karena kejahilan dan

ketamakan manusia.

Tesis ini merupakan tulisan saya demi memenuhi kewajiban untuk

menyelesaikan studi pasca sarjana Ilmu Hukum di Universitas Sumatera Utara. Saya

menyadari bahwa saya bukanlah manusia sempurna, saya tidak akan dapat

menyelesaikan tesis ini tanpa bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu saya

mengucapkan terima kasih kepada :

1) Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,

D.T.M.&H., M.Sc. (C.T.M)., Sp.A.(K)., atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan kepada kami untuk mengikutin dan menyelesaikan studi kami sebagai

mahasiswa program studi Magister Ilmu Hukum,

2) Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Runtung

Sitepu, SH. M.Hum., yang telah memberikan kesempatan untuk menjadi

mahasiswa program studi Magister Ilmu Hukum,

3) Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Universtas Sumatera Utara, Bapak

(8)

banyak memberikan bantuan berupa ide dan motivasi kepada mahasiswa pasca

sarjana Ilmu Hukum dalam menyelesaikan studinya termasuk saya.

4) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. MH., Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH.

M.LI., Dr. Mahmul Siregar, SH. M.Hum., para pembimbing tesis saya yang telah

memberikan kritik, sumbangan ide dan bahan penelitian sehingga saya dapat

menyelesaikan tesis ini.

5) Dr. Agusmidah, SH., M.Hum., selaku dosen penguji, kritikan-kritikan beliau

menjadikan tesis ini lebih baik.

6) Seluruh Guru Besar dan Dosen pada Program Studi Magister Ilmu Hukum,

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya juga saya ucapkan kepada kedua

orang tua saya, Muhammad Yusuf dan Nursani Wati S.Pd. Tanpa dukungan mereka

sangat mustahil saya bisa menyelesaikan semua ini dengan baik. Mereka telah

menjadi orang tua sekaligus sahabat, rekan diskusi saya tentang berbagai hal,

keringat dan doa mereka yang tidak mungkin terbalas menjadi motivasi terbesar saya

dalam menyelesaikan tesis ini. Tesis ini juga merupakan persembahan saya kepada

mereka sebagai bukti atas cinta dan dukungan yang selalu mereka berikan.

Terima kasih juga untuk kedua adik saya, Nurlaili S.PdI dan Khairil Anwar,

mereka selalu menjadi teman berdebat dan bercanda yang menyenangkan, menjadi

renungan saya untuk selalu menjadi lebih baik agar bisa menjadi teladan mereka.

(9)

mengajarkan keihklasan dan ketulusan dalam melakukan apa saja. Kepada

sepupu-sepupu saya, bang Darma, bang Rahmad, bang Dayan, bang Indra, bang Tajo, kak

Dara, kak Adek, bang Budi, bang Asby yang yang tidak pernah berhenti memberikan

motivasi dan bantuan baik moril maupun materil, sehingga saya bisa menyelesaikan

studi saya dengan baik. Terima kasih juga untuk bang Zulham dan kak Zizah, atas

saran-saran serta pinjaman bukunya.

Teman-teman di pasca sarjana Ilmu Hukum USU angkatan 2009, kak Mayer,

bang Andre, kak Risda, Silvie, Lila, kak Erni dan lain-lain. Serta para pegawai

administrasi program studi Magister Ilmu Hukum, kak Juli, Kak Fika, kak Fitri, bang

Udin, bang Hendra, kak Ganti dan lain-lain, yang selalu membantu mahasiswa pasca

sarjana hukum USU dalam menyelesaikan persoalan adminstratif. Teman-teman

sekost, kak Dewi, kak Adek, Siti, Jannah, Fira, Ima yang sudah seperti keluarga bagi

saya. Terima kasih juga untuk Mas Sugih, bang AR. Piliang, bang Ramadhan, bang

Fadhli Nurzal, bang Akmal, bang Syafrudin Syam, bang Ansari, bang Robi, bang

Ary, Mas Agus, Aa’ Atho’, Nia, Andi, Junaidi, guru, senior dan sahabat saya di HMI

yang banyak mengajari saya tentang cara mendidik dan menjalani hidup yang baik

dan benar. Teman-teman di HMI Badko Sumut periode 2008-2010, bang Syamsir,

bang Ranu, bang Zulfan, bang Bambang, bang Ansor, bang Moan, Edoy, Poltak,

Borkat, Iwan. Senior, rekan dan junior saya di HMI Komisariat Fakultas Syari’ah

serta seluruh sahabat dan keluarga yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Terima kasih untuk diskusi, motivasi dan kasih sayang yang kalian berikan, tanpa

(10)

Semoga tesis yang saya tulis ini bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Saya juga mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif terhadap tulisan ini agar

tulisan ini menjadi menjadi lebih baik.

Medan, 21 Desember 2011

Hormat Saya

097005028

(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Cahaya Permata

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/27 Desember 1986

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaaraan : Indonesia

Pendidikan : 1. SD Inpres No. 053956 Kampung Bukit-Bahorok

(Lulus Tahun 1998)

2. MTS.s Musthafawiyah Purba Baru-Mandailing

Natal (Lulus Tahun 2001)

3. MAS.s Musthafawiyah Purba Baru-Mandailing

Natal (Lulus Tahun 2004)

4. S1, Fakultas Syari’ah IAIN Sumatera Utara (Lulus

Tahun 2009)

5. S2, Hukum Bisnis, Program Studi Magister Ilmu

Hukum, Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara

(12)

DAFTAR ISI

Abstraksi ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Riwayat Hidup ... vi

Daftar Isi ... vii

BAB I : Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. Manfaat Penelitian ... 16

E. Keaslian Penelitian ... 17

F. Kerangka Teori (Konsepsi) ... 18

G. Metode Penelitian ... 29

BAB II : Pengaturan Prinsip Keterbukaan Perusahaan Publik di Pasar Modal ... 33

A. Pengertian Pasar Modal ... ... 33

B. Instrumen Pasar Modal ... ... 36

C. Pelaku Pasar Modal ... ... 54

(13)

BAB III : Pengaturan Perlindungan Hak Tenaga Kerja pada Perusahaan

Publik di Pasar Modal ... ... 64

A. Perlindungan Hak Tenaga Kerja di Indonesia ... ... 64

B. Prinsip Keterbukaan terkait Perlindungan Hak Tenaga Kerja pada Perusahaan Publik di Pasar Modal ... ... 71

C. Manfaat Keterbukaan terkait Perlindungan Hak Tenaga Kerja pada Perusahaan Publik di Pasar Modal ... ... 80

D. Dilema Penerapan Prinsip Keterbukaan terkait Perlindungan Hak Tenaga Kerja pada Perusahaan Publik di Pasar Modal ... ... 87

E. Penentuan Fakta Material terkait Perlindungan Hak Tenaga Kerja pada Perusahaan Publik di Pasar Modal ... ... 89

BAB IV : Perlindungan Hukum terkait Pelanggaran terhadap Prinsip Keterbukaan perusahaan publik dalam Perlindungan Hak Tenaga Kerja pada Perusahaan Publik di Pasar Modal ... ... 100

A. Bentuk-bentuk pelanggaran Prinsip Keterbukaan Di Pasar Modal ... ... 100

B. Perlindungan Terhadap Investor terkait Pelanggaran Prinsip Keterbukaan terkait Perlindungan Hak Tenaga Kerja pada Perusahaan Publik di Pasar Modal Indonesia ... ..105

BAB V : Kesimpulan dan Saran ... ... 112

A. Kesimpulan ... ... 112

(14)

ABSTRAKSI

Prinsip keterbukaan merupakan jiwa pasar modal sehingga harus diterapkan di segala aspek, laporan keuangan, social clause seperti perlindungan konsumen, lingkungan hidup serta perlindungan hak tenaga kerja yang juga merupakan bagian dari manajemen perusahaan. Perusahaan publik yang merupakan bagian dari pasar modal harus menerapkan hal tersebut. Keterbukaan terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja bukan hal yang mudah sehingga riskan terhadap pelanggaran berupa misrepsentation atau ommision yang dapat menyebabkan kerugian bagi investor. Oleh karena itu harus ada peraturan yang tegas tentang prinsip keterbukaan perusahaan publik terkait perlindungan hak tenaga kerja sehingga dapat memberikan perlindungan kepada investor dari pelanggaran prinsip keterbukaan terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja di pasar modal Indonesia.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaiamana pengaturan prinsip keterbukaan perusahaan publik terkait perlindungan hak tenaga kerja di Pasar Modal Indonesia dan bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap investor terkait dengan pelanggaran oleh perusahaan publik terhadap prinsip keterbukaan terkait perlindungan hak tenaga kerja di Pasar Modal Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, yaitu pertimbangan titik tolak analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang membuka peluang terjadinya pelanggaran prinsip keterbukaan terkait perlindungan hak-hak tenaga kerja.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa peraturan prinsip keterbukaan perusahaan publik terkait perlindungan hak tenaga kerja masih memberikan celah terjadinya pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan perusahaan publik terkait perlindungan hak tenaga kerja. Penentuan fakta material dan perbuatan menyesatkan yang diatur oleh Undang-undang dan Peraturan Bapepam LK tidak memiliki penjabaran yang jelas. Perlindungan terhadap investor juga tidak maksimal, meskipun Undang-Undang Pasar Modal dan Peraturan Pemerintah mengatur adanya sanksi administrasi, perdata dan pidana. Namun, belum pernah ada pelanggar prinsip keterbukaan perusahaan publik terkait perlindungan hak tenaga kerja yang dikenakan sanksi perdata dan pidana. Oleh karena itu disarankan pemerintah harus segera merevisi Peraturan Bapepam Nomor: X.K.1 Tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik dan Peraturan Bapepam Nomor IX.B.1 Tentang Pedoman Bentuk dan Isi Pendaftaran Perusahaan Publik. Perlu ada kerjsama antara Bapepam LK dan aparat penegak hukum lainnya untuk memaksimalkan perlindungan hukum bagi investor.

(15)

ABSTRACT

The disclosure principle is the soul of the capital markets sothat should be applied in all aspects, the financial statements, the social clause such as consumer protection, environment and labor rights protection is also part of the management company. Public company that is part of the capital markets should implement it. Disclosure relating to the protection of labor rights is not an easy thing sothat risky for violations of misrepsentation or ommision that could cause harm to investors. Therefore there must be strict rules about the principles related to public company disclosure of labor rights protection sothat could provide protection to investors from violations of the disclosure principle relating to the protection of labor rights in Indonesia capital market.

Problems discussed in this study are how to setup a public company disclosure principles related to protection of labor rights in Indonesia Capital Market and how to shape the legal protection of investors associated with the violation by a public company for the disclosure principle related to protection of labor rights in Indonesian Capital Market.

The method used in this study is the juridical normative, that is consideration of the point of departure an analysis of the legislation that opened the possibility of violations of the disclosure principles related to protection of labor rights.

Based on the results of this research knew that the disclosure principle of a public company regulations related to protection of labor rights still gives a gap of violation of the disclosure principle of a public company related to protection of labor rights. Determination of material fact and misleading actions are governed by the Act and Rule Bapepam LK does not have a clear translation. Investor protection is also not optimal, although the Capital Market Law and Government Regulations regulate the administrative sanctions, civil and criminal. However, there has never been violators of the principle of openness of a public company related to protection of labor rights of civil and criminal sanctions. It is therefore recommended the government should immediately revise Bapepam Rule Number: X.K.1 About Disclosure of Information to be Announced Soon to the Public and Bapepam Rule Number IX.B.1 About Registration Form and Content Guidelines for Public Companies. There should be cooperation between Bapepam LK and other law enforcement agencies to maximize the legal protection for investors.

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pasar modal adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga

lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan, pasar modal memberikan jasanya yaitu

menjembatani hubungan antara pemilik modal dan dalam hal ini disebut sebagai

pemodal (investor) dengan peminjam dana (perusahaan).1 Perusahaan dimaksud

adalah Perseroan Terbuka, yaitu Perseroan Publik2 atau Perseroan3 yang melakukan

penawaran umum saham, yang disebut juga dengan emiten.4

Pasar Modal bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam

rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi nasional ke

arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pasar

modal mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia

usaha, termasuk usaha menengah dan kecil untuk pembangunan usahanya, sedangkan

1

Zulham, “Pengaturan Social Clause dalam Pasar Modal (Analisis Terhadap Perlindungan Konsumen) dalam Pergumulan Ekonomi Syari’ah di Indonesia (Bandung: Cita Pustaka Media, 2007), h. 99.

2

Perseroan Publik adalah Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (Pasal 1 ayat (8) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Jo. Pasal 1 ayat (22) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal).

3

Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas menyebutkan: “Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang Perseroan Terbatas serta peraturan pelaksanaannya.”

4

(17)

di sisi lain pasar modal juga merupakan wahana investasi bagi masyarakat termasuk

pemodal kecil dan menengah.5

Negara-negara berkembang membutuhkan sistem ekonomi baru yang efisien

untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development),6 ikut

serta sebagai mitra dalam perekonomian global, guna melindungi dan mengentaskan

kemiskinan serta penderitaan manusia.7

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pasar modal menjadi jembatan

antara pemodal (investor) dengan peminjam dana (perusahaan). Dengan demikian

perusahaan merupakan salah satu unsur terpenting dalam perkembangan dan

kemajuan pasar modal demi terwujudnya pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Perusahaan dalam upaya pembangunan nasional tersebut, tentu tidak hanya

berorientasi pada kepentingan perusahaan atau pemegang saham, tetapi juga

pemegang kepentingan (stakeholder) lainnya.

Selain untuk menghadapi tuntutan

perkembangan dunia usaha dalam era globalisasi ekonomi, pasar modal juga

dimaksudkan untuk mempercepat proses keikutsertaan masyarakat dalam pemilikan

saham perusahaan-perusahaan, serta menggairahkan partisipasi masyarakat dalam

pengerahan dana, sehingga dapat dipergunakan secara produktif untuk pembangunan

nasional.

5

Penjelasan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.

6

Pembangunan yang berkelanjutan adalah suatu gagasan paradigma yang berupaya untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Sasaran utama sustainable development adalah upaya dalam meningkatkan taraf hidup manusia sehingga kemiskinan dapat diminimalisir sampai titik terendah. Lihat Arief Budiman,

Corporate Social Responsibility: Jawaban Bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini, Jakarta:

ICSD, h.5.

7

(18)

Oleh karena itu, setiap perusahaan mempunyai tanggungjawab sosial

(corporate social responsibility), yaitu kepedulian dan komitmen moral perusahaan

terhadap kepentingan masyarakat, terlepas dari kalkulasi untung rugi perusahaan.

Setiap perusahaan memiliki aktivitas memproduksi barang dan/atau jasa untuk

mendapatkan keuntungan yang layak. Konsekuensinya perusahaan tersebut dalam

aktivitasnya harus memiliki rasa tanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan

hidup dan masyarakat. Apabila memungkinkan, di samping mendapatkan keuntungan

bagi perusahaan sendiri juga sekaligus dapat memberikan kesejahteraan bagi

lingkungan dan masyarakat.8

Kondisi yang demikian membutuhkan prinsip keterbukaan (disclosure

principle), yang berbicara tentang sistem dan mekanisme yang berlaku pada industri

sekuritas tersebut. Dalam aspek keterbukaan akan diukur integritas pelaku pasar

dalam menjalankan kewajiban tranparancy sebagai salah satu prinsip dalam good

corporate governance (GCG) dalam penyelenggaraan usaha perusahaan.

Seperti halnya terhadap lingkungan hidup dan

perlindungan konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa yang diproduksi

perusahaan tersebut, perusahaan juga bertanggungjawab untuk memberikan

perlindungan terhadap tenaga kerjanya.

Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI) mendefenisikan good

corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta

8

(19)

para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan

hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan

perusahaan, yang bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang

berkepentingan (stakeholder).9

Secara yuridis, prinsip keterbukaan yang dapat dilihat dalam

peraturan-peraturan pasar modal adalah kewajiban menyampaikan informasi material,

kewajiban pelaporan keuangan dan kewajiban-kewajiban lainnya yang dirasakan

perlu dan dapat mempengaruhi jalannya perseroan. Prinsip keterbukaan adalah

pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang

tunduk pada Undang-undang pasar modal untuk menginformasikan kepada

masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya

atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap pemodal terhadap efek dimaksud

dan/atau harga dari efek tersebut.10 Informasi atau fakta material adalah informasi

atau fakta penting yang relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat

mempengaruhi harga efek pada bursa atau keputusan pemodal/calon pemodal atau

pihak lain yang berkepentingan atas informasi ataupun fakta tersebut.11

Oleh karena itu, informasi yang terkandung di dalamnya harus memuat hal-hal

yang benar-benar menggambarkan keadaan emiten yang bersangkutan, sehingga

keterangan atau informasi dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk

9

I Nyoman Tjager, dkk, Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan Bagi

Komunitas Bisnis Indonesia (Jakarta: FCGI, 2003), h. 19.

10

Pasal 1 ayat (25) UUPM.

11

(20)

menetapkan keputusan investasinya. Apabila informasi fakta material yang disajikan

tidak benar, atau tidak mengungkapkan informasi yang benar, maka dapat

mengakibatkan pemodal mengambil keputusan investasi yang tidak tepat.12

Informasi penting lainnya yang dapat dipahami dari perkembangan peraturan

pasar modal, adalah bahwa penegakan hukum prinsip keterbukaan harus sejalan

dengan yang diinginkan pasar modal, dan penegakannya juga harus sesuai dengan

hukum lain di luar hukum pasar modal. Hukum lain yang berkaitan dengan kegiatan

pasar modal adalah hukum yang mengatur klausula sosial (social clause), antara lain

perlindungan hak tenaga kerja, perlindungan konsumen, perlindungan lingkungan

hidup dan status hak atas tanah yang berkaitan dengan informasi penting dan relevan

bagi perusahaan.

13

Keterbukaan fakta material dalam pasar modal adalah jiwa pasar modal itu

sendiri. Hal tersebut disebabkan prinsip keterbukaanlah yang memungkinkan

tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga ia secara rasional dapat

mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham.

Misalnya ketentuan mengenai kewajiban dan tanggungjawab

perusahaan untuk melakukan keterbukaan yang berkaitan dengan perlindungan hak

tenaga kerja.

14

Setidaknya ada tiga fungsi prinsip keterbukaan dalam pasar modal. Pertama,

prinsip keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.

12

C.S.T Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-pokok Hukum Pasar Modal (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,) h. 153.

13

Ibid, h. 106.

14

(21)

Tidak adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor tidak percaya

terhadap mekanisme pasar. Sebab prinsip keterbukaan mempunyai peranan penting

bagi investor dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi karena melalui prinsip

keterbukaan dapat berbentuk suatu penilaian (judgement) terhadap investasi,

sehingga investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap portofolio

mereka. Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar

yang efisien. Prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan supply

informasi yang benar, agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat. Hal ini menjadi

penting karena berkaitan dengan pasar modal sebagai lembaga keuangan yang

beroperasi berdasarkan informasi. Ketiga, prinsip keterbukaan penting untuk

mencegah penipuan (fraud).15

Tujuan penegakan prinsip keterbukaan dalam pasar modal adalah untuk

menjaga kepercayaan investor, karena hal tersebut sangat relevan ketika munculnya

ketidakpercayaan terhadap pasar modal yang pada gilirannya mengakibatkan pelarian

modal (capital flight) secara besar-besaran, yang akhirnya mengakibatkan

kehancuran pasar modal itu sendiri.

Para investor, khususnya investor profesional dan investor institusional selalu

aktif mengumpulkan berbagai informasi dan memanfaatkannya untuk memahami

harga-harga saham yang ditawarkan dalam pasar perdana maupun sekunder.

Informasi yang dikumpulkan adalah informasi yang mengandung fakta material.

Pasal 1 angka 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

15

(22)

(UUPM) menyatakan bahwa: ” Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau

fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat

mempengaruhi harga efek atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain

yang berkepentingan atas informasi tersebut.”

Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-86/PM/1996 dan Peraturan X.K1

menyebutkan bahwa salah satu fakta material yang dapat memberikan pengaruh

kepada efek dan investasi pemodal adalah perselisihan tenaga kerja yang relatif

penting dan tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan/atau direktur dan

komisaris perusahaan. Tuntutan hukum penting tersebut tentu saja akibat pelanggaran

hukum yang dilakukan oleh perusahaan dan/atau direktur dan komisaris perusahaan.

Tentu banyak pelanggaran yang mungkin terjadi, diantaranya adalah pelanggaran

terhadap perlindungan hak tenaga kerja.

Tenaga kerja merupakan salah satu bagian terpenting dari perusahaan. Oleh

karena harus dilindungi, ditingkatkan kesejahteraannya karena ketidak perdulian

perusahaan terhadap hak-hak tenaga kerjanya akan mengakibatkan “perlawanan”

baik dalam bentuk fisik, seperti mogok kerja, atau sikap, seperti penurunan loyalitas

terhadap perusahaan. Oleh karena itu diperlukan konsep yang jelas terhadap

perlindungan hak tenaga kerja.

Perlindungan hak tenaga kerja adalah istilah yang dipakai untuk

menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada tenaga kerja.

(23)

ekonomis kedudukan antara buruh dan majikan tidak sama (terutama yang

unskilllabour).16 Meskipun secara yuridis keduanya memiliki kedudukan yang

sama.17

Buruh seringkali dipandang sebagai objek. Bahkan ada juga yang

beranggapan atau memperlakukan pekerja hanya sebagai “faktor ekstern” yang

berkedudukan sama dengan pelanggan pemasok atau pelanggan pembeli yang

berfungsi menunjang kelangsungan perusahaan dan bukan “faktor intern” sebagai

bagian yang tidak terpisahkan atau sebagai unsur konstitutif yang menjadikan

perusahaan.18

Pemberi kerja dapat dengan leluasa menekan pekerja/buruhnya untuk bekerja

secara maksimal, terkadang melebihi kemampuan kerjanya. Misalnya pemberi kerja

dapat menetapkan upah hanya maksimal Upah Minimum Regional (UMR) di

provinsi yang bersangkutan, tanpa melihat masa kerja dari pekerja itu. Seringkali

pekerja dengan masa kerja yang lama upahnya hanya selisih sedikit lebih besar dari

upah pekerja yang masa kerjanya kurang dari satu tahun. Pemberi kerja seringkali

enggan menaikkan upah pekerja meskipun terjadi peningkatan hasil produksi dengan

dalih takut diprotes oleh perusahaan-perusahaan lain yang sejenis.19

Ketidaksadaran para pengusaha bahwa pekerja/buruh adalah bagian intern

dari perusahaan menjadi potensi konflik antar kedua pihak. Hal tersebut tentu saja

16

Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 9.

17

Pasal 27 UUD 1945.

18

H. P. Rajagukguk, Peran Serta Pekerja dalam Pengelolaan Perusahaan

(Co-determination), (Jakarta: Yayasa Obor Indonesia, 2002), h. 135.

19

(24)

sangat tidak menguntungkan bagi investor. Oleh karena itu perlu ada informasi yang

jelas bagi para investor mengenai perlindungan hak tenaga kerja di perusahaan, agar

tidak mengambil keputusan yang salah dalam berinvestasi. Pelaksanaan prinsip

keterbukaan berkenaan dengan perlindungan hak tenaga kerja yang cukup dan

harmonis guna meningkatkan efisiensi kerja, sekaligus peningkatan produktivitas

usaha. Hal ini perlu karena kondisi kesejahteraan yang memprihatinkan atau tidak

memenuhi standar ketenagakerjaan menimbulkan dampak negatif pada emiten.

Keresahan tenaga kerja dapat menurunkan produktivitas usaha emiten, mengingat

kalau tenaga kerja resah, mereka cenderung melakukan pemogokan, yang memang

dibenarkan oleh peraturan,20

Permasalahan mengenai tanggungjawab perusahaan suatu perusahaan publik

terhadap sosial clause atas kegiatan usaha yang dijalankannya menjadi sangat

penting, sebab apabila perusahaan ditutup oleh pemerintah atau menghadapi tuntutan

dari tenaga kerjanya maupun dari masyarakat luas, hal ini tentu saja akan

mempengaruhi harga saham dan merugikan investor.

sebagaimana diatur dalam Pasal 137-145

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Misalnya pemogokan yang dilakukan oleh karyawan PT. International Nickel

Indonesia Tbk (PT. Inco)21

20

Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal.Op.Cit. h. 104.

yang menuntut peningkatan kesejahteraan, aksi tersebut

juga didukung oleh masyarakat sekitar Sorowako. Mogok kerja tersebut tentu saja

21

(25)

mengakibatkan produktivitas PT. Inco menurun dan kapasitas ekspor juga menjadi

rendah. Harga saham PT. Inco juga mengalami penurunan dari Rp107.900 per lembar

saham (16/11/2007) menjadi Rp107.700 per lembar saham (19/11/2007).22 Bahkan

lima hari kemudian sahamnya ditutup di harga Rp 95.500 per lembar saham atau

turun 11,3%.23

Ironisnya peraturan yang berkaitan dengan pengaturan Social Clause,

khususnya tentang perlindungan Hak Tenaga Kerja di Pasar Modal Indonesia masih

berupa ketentuan-ketentuan yang bersifat administratif. Keputusan Ketua Bapepam

Nomor: Kep-49/PM/1996, Peraturan Bapepam Nomor IX.B.1 tentang Pedoman

bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik hanya mengatur

penyampaian informasi berkaitan dengan:

1) Rincian pegawai menurut jabatan dan pendidikan, 2) Sarana pendidikan dan pelatihan,

3) Tenaga kerja asing dan 4) Sarana kesejahteraan, seperti:

a) Pengobatan b) Transportasi

c) Perjanjian tenaga kerja d) Jamsostek

e) Koperasi dan f) Dana pensiun.24

Disamping itu, penyampaian informasi mengenai tenaga kerja emiten lainnya

dipersyaratkan dalam standard laporan pemeriksaan dan pendapat hukum Himpunan

Konsultan Hukum Pasar Modal, yang memuat standar pemeriksaan lain, antara lain

22

23

24

(26)

Upah Minimum Regional dan ijin-ijin khusus dibidang ketenagakerjaan, seperti ijin

untuk bekerja di malam hari.

Peraturan Bapepam tersebut, tentu saja belum cukup untuk memberikan

informasi yang akurat bagi investor atau calon investor terkait dengan aktivitas

perusahaan dalam memenuhi hak-hak tenaga kerja. Peraturan penyampaian informasi

perlindungan hak tenaga kerja perlu diperbaiki sesuai dengan ketentuan standar

ketenagakerjaan (labour standard) yang berkembang sekarang ini sejalan dengan

perkembangan isu ketenagakerjaan dalam era globalisasi25 atau standar

ketenagakerjaan yang transnasional (transnasional labour standard), yang

memberikan alasan suatu masalah ekonomi dapat menjadi harmonis dengan adanya

kebijakan sosial. Karena standar ketenagakerjaaan menjadi penting maka standar

ketenagakerjaan tersebut dapat dituangkan sebagai aturan dalam pembangunan

ekonomi dan pemeliharaan kompetisi yang dinamis dalam sistem ekonomi.26

Sebagaimana telah dikemukakan, apabila perusahaan mengalami

pemogokan-pemogokan karena ketidakpuasan buruh, maka hal ini akan menghambat produksi

dan merugikan perusahaan. Akhirnya berdampak pada turunnya harga saham dan

merugikan investor.

25

Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu pada hasil-hasil Konvensi organisasi buruh sedunia (ILO). Hingga akhir 2009, ILO telah mengadopsi 188 Konvensi dan 199 Rekomendasi yang meliputi beragam subyek: kebebasan berserikat dan perundingan bersama, kesetaraan perlakuan dan kesempatan, penghapusan kerja paksa dan pekerja anak, promosi ketenagakerjaan dan pelatihan kerja, jaminan sosial, kondisi kerja, administrasi dan pengawasan ketenagakerjaan, pencegahan kecelakaan kerja, perlindungan kehamilan dan perlindungan terhadap pekerja migran serta kategori pekerja lainnya seperti para pelaut, perawat dan pekerja perkebunan.

26

(27)

Keadaan demikian membuat posisi prinsip keterbukaan mengenai perlindungan

hak tenaga kerja perusahaan berbeda dengan keterbukaan social clause lainnya,

karena tenaga kerja merupakan bagian internal perusahaan. Investor berhak

mengetahui kondisi internal perusahaan, termasuk kondisi tenaga kerjanya. Tidak

hanya sekedar profil tenaga kerja tetapi juga bagaimana perusahaan memperlakukan

mereka dalam memenuhi hak-haknya sebagai tenaga kerja.

Keterbukaan perusahaan terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja akan

memberikan gambaran bagi para investor tentang kepedulian dan tanggungjawab

perusahaan terhadap karyawan. Sebab, kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan

tenaga kerja akan melahirkan rasa kecintaan tenaga kerja tersebut terhadap

pekerjaannya. Pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan yang

dapat membuat harga saham naik dan menguntungkan investor. Tentu saja hal

tersebut mampu memberikan pertimbangan yang positif bagi investor untuk

membeli, menjual dan/atau menahan sahamnya.

Pelanggaran peraturan prinsip keterbukaan dalam pandangan hukum pasar

modal dikategorikan sebagai penipuan (fraud).27

27

Pasal 90 UU Nomor 8 Tahun1995 Tentang Pasar Modal menyatakan bahwa : “Penipuan adalah membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.”

Pelanggaran prinsip keterbukaan,

yaitu pernyataan menyesatkan dalam bentuk misrepresentation, dapat terjadi apabila

ada pernyataan yang secara jelas tidak sesuai dengan fakta. Artinya, pernyataan

(28)

gambaran yang diterima oleh investor tersebut merupakan kondisi yang berlainan

dengan keadaan yang sebenarnya, seperti perbuatan-perbuatan yang memberikan

gambaran yang salah terhadap kualitas emiten, manajemen, potensi ekonominya,

saham-saham yang ditawarkan atau fakta material.28

Misrepresentation adakalanya disebut juga dengan misstatement, yaitu suatu

perbuatan yang membuat pernyataan salah, khususnya berkaitan dengan data internal

yang dapat menyesatkan bagi investor. Selain itu, pernyataan menyesatkan juga dapat

muncul karena adanya omission, yaitu penghilangan informasi fakta material, baik

dalam dokumen-dokumen maupun dalam perdagangan saham. Dengan demikian

pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan dalam bentuk “pernyataan menyesatkan”

harus dipertanggungjawabkan secara hukum.

29

Undang-undang Pasar Modal menyatakan, bahwa setiap prospektus dilarang

memuat keterangan yang tidak benar tentang fakta materiel atau tidak memuat

keterangan yang benar tentang fakta material yang diperlukan agar prospektus tidak

memberikan gambaran yang menyesatkan.30

Undang-undang Pasar Modal pada Pasal yang lain juga menyatakan, bahwa

setiap pihak dilarang, dengan cara apa pun, membuat pernyataan atau memberikan

keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga

mempengaruhi harga efek di Bursa Efek apabila pada saat pernyataan dibuat atau

28

Bismar Nasution, Beberapa Isu yang Penting dalam Pembaharuan Undang-Undang Pasar

Modal, disampaikan pada sosialisasi “Harmonisasi perubahan UU Dana Pensiun dan UU Pasar Modal

sebagai Bahan dari Undang-Undang Sektoral dalam Rangka Memperkuat Pengawasan di Sektor Jasa Keuangan” oleh BAPEPAM Dept. Keuangan R.I., Grand Angkasa, 25 November 2009, h. 4.

29

Ibid.

30

(29)

keterangan diberikan: Pertama, pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya

mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar

atau menyesatkan. Kedua, Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam

menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.31

Pelanggaran terhadap kedua Pasal tersebut tidak hanya mengakibatkan lahirnya

sanksi yang bersifat administratif tetapi juga sanksi pidana berupa pidana penjara

paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.15.000.000.000,00 (lima

belas miliar rupiah).

32

Meskipun demikian peraturan tersebut belum cukup mampu melindungi

investor dari pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan oleh perusahaan terkait

perlindungan hak tenaga kerja. Hal itu dikarenakan Undang-undang Pasar Modal

Indonesia jika diperhatikan secara mendalam beberapa peraturannya masih bersifat

sumir atau tidak cukup terperinci, sehingga membuka peluang bagi mereka yang

tidak beritikad baik. Tidak terperincinya standar penentuan fakta materiel sangat

berpotensi terhadap pelanggaran prinsip keterbukaan yang pada akhirnya dapat

menimbulkan perbuatan curang dalam penjualan saham dan merugikan investor.

Ketentuan standar penentuan fakta material adalah nafas pasar modal.

33

Penentuan fakta material terkait dengan social clause, khususnya yang

berkaitan dengan perlindungan hak tenaga kerja tentu bukan hal yang mudah. Namun

31

Pasal 93 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.

32

Pasal 104, Ibid

33

(30)

hal tersebut harus dilakukan, tidak hanya untuk memberikan perlindungan kepada

investor namun juga demi kemajuan pasar modal Indonesia. Maka selayaknya

penyampaian informasi tentang perlindungan hak tenaga kerja tidak hanya berkutat

pada sesuatu yang bersifat administratif.

Pengaturan prinsip keterbukaan perusahaan publik terkait perlindungan hak

tenaga kerja dalam pasar modal tidak dimaksudkan untuk mematikan ataupun

melemahkan usaha dan aktifitas perusahaan, tetapi justru sebaliknya, sebab

pengaturan perlindungan hak tenaga kerja diharapkan mampu mendorong

terwujudnya perusahaan yang tangguh dan siap menghadapi persaingan di dunia

usaha secara sehat.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis

akan melakukan penelitian dengan judul, PENGATURAN PRINSIP

KETERBUKAAN PERUSAHAAN PUBLIK TERKAIT PERLINDUNGAN HAK TENAGA KERJA DI PASAR MODAL INDONESIA

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dan

dibahas dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana pengaturan prinsip keterbukaan perusahaan publik terkait dengan

(31)

2) Bagaimana perlindungan hukum terhadap investor terkait dengan pelanggaran

oleh perusahaan publik terhadap prinsip keterbukaan yang berhubungan dengan

perlindungan hak tenaga kerja di Pasar Modal Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan prinsip keterbukaan perusahaan

publik terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja di Pasar Modal Indonesia,

2) Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk perlindungan hukum terhadap

investor terkait dengan pelanggaran oleh perusahaan publik terhadap prinsip

keterbukaan yang berhubungan dengan perlindungan hak tenaga kerja di Pasar

Modal Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu

pengetahuan, khususnya hukum pasar modal dan hukum ketenagakerjaan di

Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi

penyempurnaan perangkat peraturan tentang pasar modal dan ketenagakerjaan di

Indonesia.

Secara praktis, penelitian ini ditujukan kepada para pengambil kebijakan

(decision maker) dan pengelola (dewan direksi) serta komisaris perusahaan publik,

(32)

seperti akuntan publik, underwriter, konsultan hukum pasar modal dan lain

sebagainya. Penelitian ini juga di tujukan kepada para pembuat kebijakan di bidang

pasar modal (regulator), baik badan legislatif maupun eksekutif (dalam hal ini,

Badan Pengawas dan Pengelola Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) dan akademisi

di bidang Hukum Bisnis, terutama Pasar Modal.

Semoga penelitian ini dapat membuka cakrawala pemikiran sehubungan

dengan pelaksanaan prinsip keterbukaan sebagai wujud kepedulian dan pelaksanaan

tanggungjawab perusahaan atas kesejahteraan tenaga kerjanya.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh ini sudah cukup banyak karya ilmiah tentang keterbukaan di pasar

modal Indonesia, namun tetapi sepengetahuan penulis belum ada yang membahas

tentang Pengaturan Prinsip Keterbukaan Perusahaan Publik dalam Perlindungan Hak

Tenaga Kerja di Pasar Modal Indonesia. Kalau yang mirip ada, tetapi berbeda

spesifikasi pembahasannya. Penelitian tersebut membahas tentang:

1) Prinsip Keterbukaan Perusahaan Publik dalam Perlindungan Lingkungan Hidup di

Pasar Modal Indonesia oleh Heriyanti;

2) Pengaturan Social Clause dalam Pasar Modal (Analisis Terhadap Perlindungan

Konsumen) oleh Zulham.

Jadi belum ada penelitian dengan topik dan permasalahan yang sama. Maka

sesuai dengan asas-asas keilmuan, yaitu jujur, rasional, objektif, sehingga penelitian

(33)

kritik konstruktif yang berhubungan dengan topik dan permasalahan dalam penelitian

ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori hukum bertujuan untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan

postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafat yang paling dalam. Hukum pada hakikatnya

adalah sesuatu yang abstrak, namun dalam manifestasinya dapat berwujud konkrit.

Suatu ketentuan hukum dapat dinilai baik jika akibat-akibat yang dihasilkan dari

penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan

berkurangnya penderitaan.34

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori prioritas kasuistik yang

merupakan bagian dari teori hukum modern terkait dengan tujuan hukum, teori

keadilan Adam Smith, fraud-on-the-market theory terkait dari tanggungjawab

tergugat serta teori good corporate governance yang mendasari lahirnya prinsip

keterbukaan.

Teori Prioritas Kasuistik menyatakan bahwa: “Tujuan hukum mencakupi

keadilan (rechtsgerechtigheid)-kemanfaatan (rechtsutiliteit)-kepastian hukum

34

(34)

(rechtzekerheid), dengan urutan prioritas, secara proposional, sesuai dengan kasus

yang dihadapi dan ingin dipecahkan.”35

Berdasarkan teori prioritas kasuistik, ketiga hal tersebut harus tercakup dalam

pengaturan prinsip keterbukaan perusahaan publik dalam perlindungan hak tenaga

kerja di Pasar Modal, pegaturan tersebut seyogianya dapat mewujudkan keadilan bagi

seluruh pihak terkait, baik investor, tenaga kerja maupun perusahaan publik itu

sendiri. Terkait dengan mewujudkan keadilan, Adam Smith melahirkan ajaran

mengenai keadilan (justice), Smith menyatakan bahwa “tujuan keadilan adalah untuk

melindungi diri dari kerugian” (the end of the justice to secure from the injury).

36

Pengaturan prinsip keterbukaan perusahaan publik dalam perlindungan hak

tenaga kerja di Pasar Modal juga harus memberikan manfaat, tidak hanya menjadi

peraturan di atas kertas yang tidak memberikan dampak apapun bagi para pihak

tersebut di atas, serta tidak memberikan “sumbangsih” yang berarti perkembangan

dan kemajuan pasar modal.

Maka keberadaan peraturan prinsip keterbukaan perusahaan publik dalam

perlindungan hak tenaga kerja di Pasar Modal bertujuan untuk mencegah terjadinya

kerugian bagi siapapun terutama bagi investor.

35

Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan

(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence) (Jakarta: Kencana, 2009),

h. 213. Lihat juga Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum: Suatu Kajian Filosopis (Jakarta: Gunung Agung, 2002), h. 85.

36

(35)

Selain itu, pengaturan prinsip keterbukaan perusahaan publik dalam

perlindungan hak tenaga kerja di Pasar Modal seharusnya mampu memberikan

kepastian hukum bagi seluruh pihak yang berkepentingan di pasar modal. Sebab,

pasar modal berlangsung berdasarkan informasi, antara investor dan penerima dana

jarang bertemu secara langsung bahkan mungkin tidak pernah bertemu. Tersebut

menyebabkan pasar modal rentan terhadap penipuan, manipulasi pasar yang sulit

dibuktikan, oleh karena itu kejahatan-kejahatan di pasar modal pembuktiannya lebih

sulit dari kejahatan biasa. Sehingga butuh peraturan yang benar-benar bisa

memberikan kepastian hukum dan perlindungan pihak-pihak yang berkepentingan di

pasar modal terutama investor.

Seiring dengan perkembangan masyarakat modern yang ditandai dengan

revolusi industri, terjadi perkembangan yang pesat dengan teknologi dalam

kehidupan masyarakat sehingga kemajuan usaha tidak cukup hanya dilakukan secara

individual, melainkan sudah harus bekerja secara berkelompok,37

Keberadaan pasar modal diharapkan dapat meningkatkan aktifitas

perekonomian, karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi

perusahaan-perusahaan, sehingga perusahaan dapat beroperasi dalam skala yang lebih besar dan sehingga pasar

modal memiliki peranan yang sangat besar sebagai sarana moneter untuk

menghimpun dan mengerahkan dana dari masyarakat.

37

Munir Fuady, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law: Eksistensinya di dalam

(36)

pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran

masyarakat luas.

Harga saham dalam pasar modal harus didasarkan pada pernyataan yang akurat

dari manajemen perusahaan, artinya informasi itu tidak merupakan pernyataan

menyesatkan. Penyampaian informasi yang tidak akurat dapat mengakibatkan pasar

modal yang tidak efisien.

Pentingnya prinsip keterbukaan yang berkaitan dengan masalah perlindungan

hak tenaga kerja oleh perusahaan publik atau emiten dalam pasar modal didasarkan

kepada beberapa teori yang saling berkaitan. Teori pertama yang berkaitan dengan

informasi yang mempengaruhi harga saham adalah hipotesis pasar modal yang

efisien (effecient capital market hypothesis).

Suatu harga saham harus didasarkan pada pernyataan yang akurat dari

manajemen perusahaan, artinya informasi itu tidak merupakan pernyataan

menyesatkan. Penyampaian informasi yang tidak akurat dapat mengakibatkan pasar

modal yang tidak efisien. Maka dalam hal ini keterbukaan maksudnya adalah

penyampaian yang informasi yang tidak mengandung misrepresentation atau

omission.38

Melalui pendekatan effecient capital market hypothesis (ECMH) melahirkan

“fraud-on-the-market theory” yang berkenaan dengan tanggungjawab tergugat. Inti

suatu gugatan dalam penipuan pasar modal dalam teori ini adalah apabila terjadi

38

(37)

misrepresentation dan informasi yang masuk tersebut secara cepat merubah harga

suatu saham.39

Perubahan harga saham tersebut terjadi karena informasi yang salah mampu

mempengaruhi orang-orang yang mempunyai kapasitas yang dapat mempengaruhi

harga saham yang diperdagangkan. Orang-orang yang mempunyai kapasitas ini

menjadi ukuran dalam adanya penipuan. Sebab dalam pasar saham yang modern,

harga saham tidak ditentukan oleh investor-investor individual yang amatir

melainkan ditentukan oleh investor profesional.

40

Berdasarkan teori ini adalah melawan hukum bagi setiap orang baik langsung

maupun tidak langsung, barang siapa yang membuat perbuatan yang menyesatkan

dalam menyatakan suatu fakta materil. Dalam hubungannya dengan prinsip

keterbukaan dalam perlindungan hak tenaga kerja, setiap perusaan publik harus

melaporkan seluruh upaya perusahaan dalam memenuhi kewajibannya terhadap

tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerjanya.

Keterbukaan perlindungan hak tenaga kerja wajib disampaikan kepada investor

sepanjang masalah ketenagakerjaan tersebut berkenaan dengan fakta materil. Oleh

karena itu, berdasarkan teori di atas diperlukan adanya standarisasi penentuan fakta

material. Sebuah upaya untuk menentukan apakah suatu fakta bersifat material, yaitu

mampu mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan untuk membeli,

menjual atau menahan saham yang dimilikinya.

39

Ibid. h.13.

40

(38)

ECMH terdiri dari dua tipe, yaitu the semistrong form dan the strongly form

efficien market hypothesis. The semistrong form dinyatakan, bahwa pasar yang

efisien terdiri dari informasi publik yang relevan yang merefleksikan harga.

Sedangkan dalam tipe the strongly form efficien market hypothesis dinyatakan bahwa

tidak hanya informasi publik yang relevan mempengaruhi harga saham, tetapi juga

informasi apa saja yang akan merefleksikan harga saham.41

Dengan demikian, efisiensi pasar modal berkaitan dengan kepercayaan investor

terhadap emiten. Informasi yang ada di pasar modal mempengaruhi kepercayaan

investor yang membentuk efisiensi pasar modal. Tingkat efisiensi pasar modal

ditentukan oleh ketersediaan informasi. Maka dapat dikatakan pasar modal yang ada

dinegara-negara maju relatif lebih efisien daripada negara-negara yang sedang

berkembang maupun negara-negara kurang maju, sebab negara-negara maju

memiliki teknologi informasi yang lebih maju dibandingkan negara-negara

berkembang.

Prinsip keterbukaan dalam pasar modal memiliki tiga fungsi, Pertama, prinsip

keterbukaan berfungsi untuk memelihara kepercayaan publik terhadap pasar. Tidak

adanya keterbukaan dalam pasar modal membuat investor tidak percaya terhadap

41

Bandingkan dengan pendapat Eugene F. Fama sebagaimana dikutip oleh Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 85. Yang menyatakan bahwa ECMH ada tiga tipe, yaitu the weak form, the semi strong form dan the strong form. The weak

form mengandung arti bahwa kelebihan pendapatan atas dasar informasi historis mengenai harga

mengenai harga dan pendapatan. Berarti historis dari harta atau pendapatan atas saham tidak akan memberikan dasar bagi peramalan yang paling baik tentang harga atau pendapatan yang akan datang.

Semi strong form, berarti para investor tidak dapat memperoleh keuntungan di atas berdasarkan

(39)

mekanisme pasar. Sebab prinsip keterbukaan mempunyai peranan penting bagi

investor dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi karena melalui prinsip

keterbukaan dapat berbentuk suatu penilaian (judgement) terhadap investasi,

sehingga investor secara optimal dapat menentukan pilihan terhadap portofolio

mereka.42

Kedua, prinsip keterbukaan berfungsi untuk menciptakan mekanisme pasar

yang efisien. Prinsip keterbukaan dapat berperan dalam meningkatkan supply

informasi yang benar, agar dapat ditetapkan harga pasar yang akurat. Hal ini menjadi

penting karena berkaitan dengan pasar modal sebagai lembaga keuangan yang

beroperasi berdasarkan informasi.

43

Ketiga, prinsip keterbukaan penting untuk mencegah penipuan (fraud). Barry

A.K Rider mengungkapkan: ”sun light is the best disfenctant and electric the best

policeman.” Dengan kata lain Rider menyatakan bahwa ”more disclosure will

inevtably discourage wrongdoing and abuse.” Selanjutnya dia menyatakan bahwa

dalam Pasar Keuangan pendapat tersebut tidak perlu lagi dibuktikan, tetapi lebih

banyak bergantung pada informasi apa yang harus diungkapkan dan kepada siapa

informasi itu disampaikan.

44

Penerapan prinsip keterbukaan juga secara tidak langsung memaksa perusahaan

untuk melaksanakan tanggungjawab sosialnya. Tanggungjawab sosial perusahaan

dapat diimplementasikan melalui Corporate Code of Conduct. Pada teori ini akan

42

Ibid, h. 7-8

43

Ibid.

44

(40)

diatur prinsip-prinsip yang harus diikuti dan dilaksanakan baik oleh manajemen

maupun karyawan perusahaan. Selain itu, juga mengatur mengenai

kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan mengenai masalah-masalah sosial yang berhubungan

dengan masyarakat luas.45

Pentingnya pengaturan tanggungjawab sosial yang harus dipikul oleh setiap

perusahaan publik terhadap tenaga kerja disebabkan karena mempunyai hubungan

yang erat dengan nilai-nilai hak asasi manusia (HAM).46

Suatu perusahaan harus bertanggungjawab atas tindakan dan kegiatan bisnisnya

yang mempunyai pengaruh terhadap konsumen, masyarakat, lingkungan dan tentu

saja tenaga kerja yang merupakan bagian tak terpisahkan dari perusahaan. CSR

sesungguhnya mengacu pada kenyataan bahwa perusahaan adalah badan hukum yang

dibentuk oleh manusia dan terdiri dari manusia. Sebagaimana halnya manusia yang

tidak dapat hidup tanpa orang lain, demikian pula perusahaan yang tidak bisnis tanpa

pihak lain. Hal ini menuntut agar perusahaan dijalankan dengan tetap tanggap, peduli Perusahaan juga

mempunyai beban pertanggungjawaban dan penghormatan atas nilai-nilai hak asasi

manusia yang merupakan bagian yang paling integral. Maka teori Corporate Social

Responsibility (CSR) pada penelitian pengaturan prisip keterbukaan dalam

perlindungan hak tenaga kerja di pasar modal Indonesia dapat digunakan sebagai

teori pendukung.

45

Ibid.h. 148.

46

(41)

dan bertanggungjawab atas hak dan kepentingan masyarakat.47

Perusahaan atau emiten harus memuat masalah klausula perlindungan hak

tenaga kerja yang dipersyaratkan oleh hukum, kendatipun hukum tersebut bukan

hukum pasar modal. Pengaturan prinsip keterbukaan terkait dengan social clause,

khususnya perlindungan hak tenaga kerja, tidak dimaksudkan untuk mematikan atau

melemahkan usaha dan aktifitas perusahaan, tetapi justru sebaliknya, sebab

pengaturan social clause diharapkan mampu mendorong iklim dan persaingan usaha

yang sehat.

Terlebih terhadap

tenaga kerjanya, sebab tanpa tenaga kerja sangat mustahil sebuah perusahaan dapat

berjalan sebagaimana mestinya.

Pengaturan prinsip keterbukaan terkait perlindungan hak tenaga kerja

diharapkan dapat melahirkan perusahaan yang tangguh dalam menghadapi

persaingan sehat melalui penyediaan barang dan jasa yang berkualitas, karena

memiliki tenaga kerja yang memiliki integritas dan loyalitas tinggi terhadap

perusahaan, sebab hak mereka diperhatikan dengan baik oleh perusahaan.

2. Konsepsi

Konsepsi diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman terhadap

istilah-istilah yang digunakan dalam penulisan hasil penelitian. Berikut adalah defenisi

operasional dalam penelitian ini:

47

(42)

1) Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki

sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor

sekurang-kurangnya Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah

pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.48

2) Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan

perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.49

3) Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten,

Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang-undang pasar

modal untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat

seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat

berpengaruh terhadap pemodal terhadap efek dimaksud dan/atau harga dari efek

tersebut.50

4) Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting yang relevan

mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek

pada bursa atau keputusan pemodal/calon pemodal atau pihak lain yang

berkepentingan atas informasi ataupun fakta tersebut.51

48

Pasal 1 ayat (8) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Jo. Pasal 1 ayat (22) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.

49

Himpunan Peraturan Pasar Modal (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 3.

50

Pasal 1 ayat (25) UUPM.

51

(43)

5) Perlindungan Hak Tenaga Kerja adalah menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh

dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas

dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya

dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.52

6) Tenaga Kerja setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun masyarakat.53

7) Tanggungjawab adalah keharusan menerima sanksi administratif dan perdata

oleh perusahaan atau pidana bagi dewan direksi maupun dewan komisaris jika

melakukan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan.

8) Pelanggaran Prinsip Keterbukaan adalah memberikan “pernyataan menyesatkan”

dengan adanya fakta material yang salah (misrepresentation), atau penghilangan

informasi material (omission), pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan

dikategorikan sebagai penipuan (fraud).54

9) Social Clause adalah klausa sosial yang berkaitan dengan penegakan hukum di

pasar modal, antara lain perlindungan hak tenaga kerja, perlindungan konsumen,

perlindungan lingkungan hidup dan masalah status hak atas tanah yang berkaitan

dengan informasi penting dan relevan bagi perusahaan.55

52

Konsideran UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan huruf d.

53

Pasal 1 ayat 2 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

54

Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal (Jakarta: Tatanusa, 2006), h. 244.

55

(44)

G. Metode Penelitian

Kata metode berasal dari bahasa Yunani “methods” yang berarti jalan dan cara.

Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja,

yaitu cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

bersangkutan.56

Penelitian57

a. Tipe dan Sifat Penelitian

dalam bahasa Inggris disebut “reseach”, yang berawal dari kata

“re” yang berarti “kembali” dan “to reseach” yang berarti “mencari”, pada dasarnya

yang dicari adalah “pengetahuan yang benar” untuk menjawab pertanyaan dan

permasalahan yang didapatkannya lewat kegiatan berpikir dengan menggunakan

logika yang ditempuh melalui prosedur penalaran.

Tipe penelitian hukum yang dilakukan adalah yuridis normatif dengan

pertimbangan titik tolak analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang

membuka peluang terjadinya pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan terkait

perlindungan hak tenaga kerja oleh perusahaan publik di pasar modal Indonesia.

Karena tipe penelitian ini adalah yuridis normatif maka metode yang digunakan

dalam penelitian kepustakaan (library reseach).

Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analitis yang bertujuan untuk

mendeskripsikan secara utuh, sistematis dan akurat perlindungan investor di pasar

56

Koentjara Ningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1997), h. 16.

57

(45)

modal melalui kewajiban keterbukaan dari perusahaan publik terkait perlindungan

hak tenaga kerja. Analitis berarti menginventarisir asas-asas dan peraturan-peraturan

yang ada terkait dengan prinsip keterbukaan di pasar modal dan perlindungan hak

tenaga kerja dan selanjutnya menganalisis asas-asas dan peraturan-peraturan tersebut.

b. Pendekatan Masalah

Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yakni yuridis normatif,

maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan undang-undang (statute

approach) dan pendekatan konsep (conceptual approach). Pendekatan peraturan

perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan-aturan yang penormaannya

justru kondusif bagi terselenggaranya pelanggaran prinsip keterbukaan fakta material

dalam pasar modal berkaitan dengan perlindungan hak tenaga kerja, yang juga

mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap hak-hak pemangku kepentingan

(stakeholders).

Pendekatan konsep digunakan untuk meneliti konsep-konsep keterbukaan fakta

material yang berkaitan dengan perlindungan hak tenaga kerja oleh perusahaan

publik sehingga diharapkan penormaan dalam aturan hukum, tidak lagi

memungkinkan pemahaman yang ambigu dan kabur tentang hal tersebut. Sehingga

(46)

c. Bahan Hukum

1. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yakni bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang

diurut berdasarkan hierarki.58

2. Bahan Hukum sekunder

Seperti, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal, Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,

Peraturan-peraturan pelaksanaannya.

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, seperti hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya,

bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum sepanjang relevan

dengan objek penelitian ini.59

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penejelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamus hukum, ensiklopedia, artikel dan

jurnal ilmiah dan lain-lain.

d. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

Prosedur dalam penelitian library reseach yakni dengan mengumpulkan bahan

hukum primer maupun bahan hukum sekunder dikumpulkan berdasarkan topik

58

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana, 2006), h. 141.

59

(47)

permasalahan yang telah dirumuskan kemudian diklasifikasi menurut sumber dan

hierarkinya untuk dikaji secara komprehensif.60

e. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Pengolahan bahan hukum primer

maupun sekunder dapat ditunjang dengan bahan-bahan yang bersifat tersier.

Selanjutnya bahan hukum yang diperoleh dalam studi kepustakaan, aturan

perundang-undangan dan bahan yang berkaitan dengan topik penelitian, penulis

uraikan dan hubungkan sedemikian rupa, sehingga disajikan dalam penulisan yang

sistematis guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Bahwa cara

pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif, yakni metode berpikir yang

menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam

bagian-bagiannya yang khusus. Penelitian ini dimulai dengan memberikan gambaran

tentang keterbukaan social clause pasar modal, kemudian membahas prinsip

keterbukaan perusahaan publik terkait perlindungan hak tenaga kerja di pasar modal,

yang merupakan bagian dari prinsip keterbukaan social clause.

Selanjutnya bahan hukum tersier, seperti jurnal ilmiah atau artikel, dianalisis

untuk melihat kecenderungan para pelaku pasar modal dalam menyampaikan fakta

material berkenaan dengan perlindungan hak tenaga kerja. Sehingga dapat membantu

sebagai dasar acuan dan pertimbangan hukum yang berguna dalam penyusunan

perundang-undangan berkaitan dengan perlindungan hak tenaga kerja di pasar modal

secara tepat.

60

(48)

BAB II

PENGATURAN PRINSIP KETERBUKAAN PERUSAHAAN PUBLIK DI PASAR MODAL

A. Pengertian Pasar Modal

Secara sederhana “pasar”, bisa diartikan sebagai tempat bertemunya penjual

dan pembeli untuk melakukan transaksi jual-beli, demikian juga halnya dengan pasar

modal. Sebagaimana pasar pada umumnya, pasar modal adalah suatu tempat untuk

mempertemukan penjual dan pembeli, yang membedakannya den

Referensi

Dokumen terkait

Pemakaian antibiotika yang berlebihan dan tidak sesuai dengan klinis dapat menyebabkan terjadinya resistensi terhadap antibiotika tersebut.Resistensi terhadap

Pasien dengan edema atau asites sering dikira oleh karena kelebihan cairan, sebenarnya keadaan ini hanya menunjukkan adanya ekspensi cairan ke interstitial, yang dapat terjadi pada

quadrotor dalam anggota swarm. Desain sistem pada penelitian ini mencakup beberapa tahapan, yaitu inisialisasi posisi sebagai input dan posisi selanjutnya merupakam

Tugas Akhir ini merancang sistem pemisahan verse dan reff dari file lagu mp3 secara otomatis menggunakan metode Modified Discrete Cosine Transform (MDCT)

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3) huruf a disusun dengan ketentuan :.c. pemanfaatan ruang

Dari empat sub kelompok yang termasuk pada kelompok ini, tiga sub kelompok mengalami inflasi, yaitu sub kelompok barang pribadi dan sandang lain 1,77 persen; sub

Terdapat hubungan antara faktor safety leadership dengan safety performance, supervisor yang memperhatikan keselamatan di tempat kerja akan

Berdasarkan analisis data dan wawancara pada penelitian dapat diambil kesimpulan studi tentang tingkat pemahaman Standar Proses Kurikulum 2013 pada guru PPKn dalam proses