BAB IV : Perlindungan Hukum terkait Pelanggaran terhadap Prinsip
B. Perlindungan Terhadap Investor terkait Pelanggaran Prinsip Keterbukaan
Modal Indonesia
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa emiten/perusahaan publik dilarang membuat pernyataan yang menyesatkan baik dalam bentuk misrepresentation atau omission, tentang kondisi perusahaan, termasuk manajemen
207
Penggugat harus memiliki keyakinan bahwa tindakan menyesatkan tersebut dilakukan secara langsung oleh tergugat.
208
Contoh kerugian antara lain penurunan pendapatan karena menurunnya harga saham.
209
pelindungan hak tenaga kerjanya. Keterbukaan dalam perlindungan hak tenaga kerja oleh perusahaan publik, sejatinya merupakan bentuk perlindungan terhadap investor.
Maka dengan adanya pelarangan membuat pernyataan yang menyesatkan sebagaimana diatur dalam Pasal 78 dan 79 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, diperkuat oleh Pasal 80 Undang-undang Pasar Modal, yang menyatakan tidak hanya direktur dan komisaris emiten/perusahaan publik yang bertanggungjawab apabila terjadi perbuatan menyesatkan, namun penjamin pelaksana emisi efek, profesi penunjang pasar modal atau pihak lain yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan pendaftaran juga wajib bertanggungjawab, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.210
Undang-Undang Pasar Modal yang memberikan kewenangan kepada Bapepam untuk memberikan sanksi administratif terhadap setiap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap Undang-undang Pasar Modal. Sebagaimana diatur pada Pasal 102 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan:
(1) “Bapepam mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya yang dilakukan oleh setiap Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam.
210
Pasal 80 ayat (1) dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan bahwa: “(1) Jika pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum memuat informasi yang tidak benar tentang Fakta Material atau tidak memuat informasi tentang Fakta Material sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya sehigga informasi dimaksud menyesatkan, maka :
a. Setiap Pihak yang menandatangani Pernyataan Pendaftaran;
b. Direktur dan komisaris Emiten pada waktu Pernyataan Pendaftaran menjadi efektif; c. Penjamin Pelaksana Emisi Efek; dan
d. Profesi Penunjang Pasar Modal atau Pihak lain yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam Pernyataan Pendaftaran;
wajib bertanggung jawab, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, atas kerugian yang timbul akibat perbuatan dimaksud. (2) Pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d hanya bertanggung jawab atas pendapat atau keterangan yang diberikannya.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa : a. Peringatan tertulis;
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; c. Pembatasan kegiatan usaha;
d. Pembekuan kegiatan usaha; e. Pencabutan izin usaha; f. Pembatalan persetujuan; dan g. Pembatalan pendaftaran.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.”211
Sanksi administratif juga diatur dalam pasal 61 dan 63 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, Pasal 61menyatakan bahwa:
“Emiten, Perusahaan Publik, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, Wakil Manajer Investasi, Biro Administrasi Efek, Kustodian, Wali Amanat, Profesi Penunjang Pasar Modal, dan Pihak lain yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran dari Bapepam, serta direktur, komisaris, dan setiap Pihak yang memiliki sekurang-kurangnya 5% (lima perseratus) saham Emiten atau Perusahaan Publik, yang melakukan pelanggaran atas ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal dikenakan sanksi administratif berupa :
a. Peringatan tertulis;
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; c. Pembatasan kegiatan usaha;
d. Pembekuan kegiatan usaha; e. Pencabutan izin usaha; f. Pembatalan persetujuan; dan g. Pembatalan pendaftaran.”
Sedangkan pasal 63 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal menyatakan: “Perusahaan Publik yang terlambat menyampaikan Pernyataan Pendaftarannya, dikenakan sanksi denda Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian
211
laporan dimaksud dengan ketentuan bahwa jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
Selain sanksi administratif, pihak yang melakukan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan di pasar modal dengan melakukan perbuatan yang menyesatkan, baik dalam bentuk misrepresentation atau omission dapat dikenakan sanksi pidana, sebagaimana diatur dalam Pasal 104 dan 107 Undang-undang Pasar Modal. Pasal 104 menyatakan: “Setiap Pihak yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, PasaI 97 ayat (1), dan Pasal 98 diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).”212
Selanjutnya Pasal 107 Undang-undang Pasar Modal menyatakan:
“Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan atau memalsukan catatan dari Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”
Pasal 111 Undang-undang Pasar Modal menambahkan sanksi perdata kepada para pihak yang melakukan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan, pasal tersebut menyatakan:
“Setiap Pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran atas Undang- undang ini dan atau peraturan pelaksanaanya dapat menuntut ganti rugi, baik sendiri- sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain yang memiliki tuntutan yang serupa, terhadap Pihak atau Pihak-Pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut.”
212
Ketiga jenis sanksi tersebut, baik sanksi administrasi, pidana maupun perdata dapat (tetapi bukan harus) berlaku secara kumulatif.
Berkenaan dengan keterbukaan terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja, setiap pelanggaran yang dilakukan terhadap prinsip keterbukaan terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja merupakan pelanggaran terhadap peraturan yang telah dikemukakan di atas. Dengan demikian, apabila emiten/perusahaan publik membuat pernyataan menyesatkan tentang perlindungan hak tenaga kerja, baik dengan memberikan informasi yang tidak benar berkenaan dengan fakta material terkait perlindungan hak tenaga kerja (misrepresentation) atau menghilangkan fakta material terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja (omission), emiten/perusahaan publik dapat dikenakan sanksi-sanksi tersebut di atas.
Keberadaan ketentuan-ketentuan tersebut merupakan bentuk perlindungan terhadap investor, namun peraturan tersebut masih banyak kekurangan sehingga perlindungan hukum terhadap investor kurang maksimal. Sanksi-sanksi yang dijatuhkan karena pelanggaran prinsip keterbukaan hanya sanksi administratif, sebagaimana terlihat pada press release yang dikeluarkan Bapepam LK dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2009, 2010 dan 2011).
Tahun 2009, ada 278 (dua ratus tujuh puluh delapan) Emiten/Perusahaan Publik yang dikenakan sanksi denda dengan total denda sebesar Rp. 9.870.400.000,00 (sembilan miliyar delapan ratus tujuh puluh juta empat ratus ribu rupiah) dan sanksi
peringatan tertulis kepada 12 (dua belas) Emiten/Perusahaan Publik.213 Pada tahun 2010, ada 207 (dua ratus tujuh) Emiten/Perusahaan Publik yang dikenakan denda, dengan total denda sebesar Rp. 11.504.700.000,00 (sebelas miliyar lima ratus empat juta tujuh ratus ribu rupiah) dan peringatan tertulis kepada 47 (empat puluh tujuh) Emiten/Perusahaan Publik.214 Sedangkan pada tahun 2011, per-agustus 2011 ada 200 (dua ratus) Emiten/Perusahaan Publik yang dikenakan denda, dengan total denda 6.963.700.000,00 (enam miliyar sembilan ratus enam puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah) dan sanksi peringatan tertulis kepada 14 (empat belas) Emiten/Perusahaan Publik.215
Berdasarkan ketiga press release tersebut, dalam kurun waktu 2009-2011 dapat dilihat sanksi yang pernah dikenakan kepada Emiten/Perusahaan Publik hanyalah sanksi denda dan peringatan tertulis. Menurut saya, Bapepam LK harus memberikan sanksi dengan tingkat efek jera lebih tinggi, meskipun dari ketiga press release kita dapat melihat jumlah perusahaan publik yang dijatuhi sanksi denda menurun setiap Namun, dalam ketiga press release tersebut Bapepam LK tidak menjabarkan satu persatu apa pelanggaran yang dilakukan oleh Emiten/Perusahaan Publik tersebut sehingga dikenakan denda dan peringatan tertulis. Selain itu Bapepam LK juga tidak menyebutkan nama Emiten/Perusahaan Publik yang dikenakan sanksi administratif.
213
http//www.bapepam.go.id/press_release_akhir_tahun_2009. Diakses pada tanggal 30 November 2011.
214
http//www.bapepam.go.id/press_release_akhir_tahun_2010. Diakses pada tanggal 30 November 2011
215
http//www.bapepam.go.id/siaran_HUT_PM_34_tahun. Diakses pada tanggal 30 November 2011
tahunnya, tetapi penurunannya tidak signifikan. Sebab dari sekitar 400 lebih emiten/perusahaan publik ditahun 2011, setengahnya masih melakukan pelanggaran.
Oleh karena itu, Bapepam LK harus lebih tegas dalam memberikan sanksi. Perlu ada kerjasama antara Bapepam dan aparat penegak hukum lainnya, baik itu kepolisian atau kejaksaan, agar tindak pidana di pasar modal dapat ditindak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam LK yang berkenaan dengan prinsip keterbukaan yang terkait dengan perlindungan hak tenaga kerja perlu direvisi, seperti ketentuan tentang fakta material yang harus lebih diperinci dan batas waktu penyampaian informasi fakta material, sehingga dapat meningkatkan perlindungan hukum terhadap investor.