• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Nursery Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Cibalagung Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain Nursery Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Cibalagung Bogor"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

DIAN PERMATA SARI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

DESAIN NURSERY SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN CIBALAGUNG BOGOR

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

(3)

DIAN PERMATA SARI, A44080055. Desain Nursery Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Cibalagung Bogor. (Dibawah bimbingan AKHMAD ARIFIN HADI)

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan sektor pertanian Indonesia dengan visi “menjadi perguruan tinggi terdepan dalam pengembangan ilmu penyuluhan pertanian yang berwawasan agribisnis pada tingkat global.” Sebagaimana kawasan pendidikan, STPP memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan pendidikan, salah satu diantaranya adalah nursery. Nursery merupakan studi kasus yang cukup menarik dalam bidang desain lanskap. Kebutuhan ruang yang sesuai standar dan pengelolaan yang ideal sangat mempengaruhi keadaan nursery, namun pada STPP belum tercapai kondisi nursery yang memenuhi nilai fungsional dan estetika yang dapat menunjang kebutuhan mahasiswa di STPP.

Untuk mempelajari mengenai konsep nursery yang fungsional maka dilakukan penelitian selama 5 bulan efektif untuk menghasilkan suatu desain baru yang baik. Penelitian tersebut dilakukan pada tapak nursery di STPP yang terletak di Jalan Cibalagung nomor 1, KP 188 Bogor. Metode yang digunakan selama penelitian berlangsung adalah survey tapak. Survey dilakukan untuk pengumpulan data eksisting dengan acuan peta dasar. Peta dasar yang akan digunakan diperoleh melalui foto udara dari google earth yang kemudian disesuaikan dengan hasil pengukuran dimensi tapak. Tahapan metode kerja yang dilakukan antara lain meliputi penerimaan proyek, riset dan analisis, desain, gambar konstruksi, implementasi, dan tahap evaluasi desain, yang mengacu pada proses desain menurut Booth yang telah dimodifikasi.

(4)

kondisi visual, aspek pendidikan, dan aspek sosial yang mempengaruhi kondisi tapak. Selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap hasil inventarisasi tiap data tersebut, yang kemudian akan dianalisis tiap aspek sehingga diketahui potensi yang dapat dimanfaatkan dan kendala yang terdapat pada tapak tersebut. Hasil analisis akan dimanfaatkan untuk merancangkan suatu konsep dasar yang sesuai, yang kemudian dilanjutkan dengan konsep pengembangan. Konsep tersebut akan menghasilkan sebuah rencana blok yang menjadi acuan utama dalam membuat desain.

(5)

® Hak Cipta IPB, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

(6)

DESAIN NURSERY SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN

PERTANIAN CIBALAGUNG BOGOR

DIAN PERMATA SARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Desain Nursery Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Cibalagung Bogor

Nama Mahasiswa : Dian Permata Sari

NRP : A44080055

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Akhmad Arifin Hadi, SP, MA NIP. 198110330 200501 1 004

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001

(8)

!

!

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya sehingga skripsi yang berjudul, “Desain Nursery Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Cibalagung Bogor” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Akhmad Arifin Hadi, SP, MA, selaku dosen pembimbing skripsi selama penulis menempuh perkuliahan di Departemen Arsitektur Lanskap atas bimbingan, masukan serta sarannya dalam melakukan penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Enjoyment, Arawinda, Oryza Nikita, Gusti Andika, dan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu baik dalam proses penyusunan maupun penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua Bapak Obaja dan Ibu Annetty yang senantiasa mendoakan keberhasilan penulis, serta kedua kakak Mia Utami dan Nidya Dinasti yang juga berperan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini belum sempurna, namun diharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2013

(9)

RIWAYAT HIDUP

Dian Permata Sari, merupakan anak dari pasangan Bapak Obaja Barani Situngkir dan Ibu Annetty L. Simatupang yang dilahirkan di Depok pada tanggal 5 Januari 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis mengawali jenjang pendidikan Sekolah Dasar di SD Yaspen Tugu Ibu, Depok 1996-2002. Kemudian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 3 Depok pada tahun 2002-2005. Pada tahun 2005-2008, penulis melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah atas SMA Negeri 2 Depok.

(10)

KATA PENGANTAR ... vii

2.5 Lanskap Kawasan Pendidikan ... 7

2.6 Agrowisata ... 8

III. METODOLOGI ... 9

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 9

(11)

4.3 Iklim ... 17

4.4 Satwa ... 18

4.5 Vegetasi ... 18

4.6 Aksesibilitas dan Sirkulasi ... 19

4.7 Fasilitas ... 21

4.8 Tanah dan Topografi ... 24

4.9 Aspek Pendidikan ... 26

4.10 Aspek Sosial dan Preferensi Pengguna ... 27

4.10.1 Aspek Sosial ... 27

4.10.2 Preferensi Pengguna ... 27

4.11 Visual ... 28

V. PEMBAHASAN ... 30

5.1 Analisis ... 30

5.1.1 Letak, Luas dan Aksesibilitas Tapak ... 30

5.1.2 Iklim ... 31

5.1.3 Topografi ... 34

5.1.4 Tanah ... 37

5.1.5 Hidrologi dan Drainase ... 37

5.1.6 Vegetasi ... 40

5.1.7 Visual ... 42

5.1.8 Fasilitas dan Pemanfaatan Ruang ... 44

5.1.9 Sosial ... 44

5.3.5 Rencana Fasilitas ... 48

(12)

#

5.3.7 Prinsip Desain ... 49

5.4 Desain ... 53

5.4.1 Konsep Desain ... 53

5.4.2 Desain Alternatif 1 ... 53

5.4.3 Desain Alternatif 2 ... 58

5.4.4 Desain Alternatif 3 ... 62

5.4.5 Final Desain ... 66

VI. PENUTUP ... 78

6.1 Simpulan ... 78

6.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN ... 81

(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jenis, sumber, dan cara pengumpulan data ... 10

2. Data Suhu Rata-Rata Dihitung dalam °C ... 17

3. Data Kelembaban Rata-Rata Tahun 2011-2012 Dihitung dalam % ... 17

4. Data CH Rata-Rata Tahun 2011-2012 Dihitung dalam mm ... 17

5. Data Pengukuran Suhu Harian pada 12 Sept 2012 pada Lokasi STPP ... 17

6. Jenis Vegetasi pada Tapak ... 18

7. Fasilitas pada Nursery STPP ... 22

8. Jenis Mata Kuliah di STPP ... 26

9. Preferensi Pengguna Tapak dalam Pengembangan sebagai Agrowisata ... 28

10.Besaran Nilai THI Berdasarkan Data Iklim dari BMKG ... 34

11.Konsep Ruang ... 46

(14)

#

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian Desain Nursery Cibalagung ... 4

2. Lokasi Penelitian STPP Cibalagung ... 9

12.Penampang Potongan Kontur Tapak STPP ... 25

13.Kondisi Visual Tapak ... 29

14.Arah Penyinaran ... 31

15.Simulasi bayangan tanggal 12 September 2012 ... 32

16.Grafik Interval Suhu Area Bernaungan ... 33

17.Grafik Interval Suhu Area Tanpa Naungan ... 33

18.Peta Analisis Topografi ... 36

28.Perspektif Keseluruhan Alternatif Desain 1 ... 56

29.Potongan Tampak (A-A’ dan B-B’) Desain Alternatif 1 ... 57

30.Pola Desain Alternatif 2 ... 58

31.Desain Alternatif 2 ... 59

32.Perspektif Keseluruhan Desain Alternatif 2 ... 60

33.Gambar Potongan Tampak (C-C’) Desain Alternatif 2 ... 61

34.Pola Desain Alternatif 3 ... 62

35.Desain Alternatif 3 ... 63

36.Perspektif Keseluruhan Desain Alternatif 3 ... 64

37.Gambar Potongan Tampak (D-D’ dan E-E’) Desain Alternatif 3 ... 65

(15)

39.Perpektif Keseluruhan Desain Akhir Nursery STPP Cibalagungn ... 68

40.Gambar Potongan Melintang (A-A’ dan B-B’) Desain Akhir ... 69

41.Ilustrasi Tapak Area Produksi Tanaman STPP Cibalagung ... 70

42.Ilustrasi Gerbang Tapak Nursery STPP Cibalagung ... 71

43.Ilustrasi Spot Area Taman pada Nursery STPP ... 72

44.Ilustrasi Spot Tapak Nursery STPP Cibalagung Bogor ... 73

45.Planting Plan ... 74

46.Detil Pos Satpam ... 75

47.Detil Paving dan Papan Nama ... 76

(16)

!"# #

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kondisi STPP saat ini ... 82

2. Peta Kawasan STPP Bogor ... 83

3. Data Curah Hujan Kota Bogor ... 84

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyelenggaraan pendidikan melalui Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengembangkan sektor pertanian di Indonesia. Visi yang mendasari Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian ini adalah "Menjadi Perguruan Tinggi Terdepan dalam Pengembangan Ilmu Penyuluhan Pertanian yang Berwawasan Agribisnis pada Tingkat Global". Tempat ini didirikan berdasarkan Keppres No. 50 tahun 2001 dengan tujuan utama meningkatkan pendidikan penyuluhan pertanian. Pendidikan pertanian dianggap penting untuk membentuk kualitas sumber daya manusia yang dapat mendukung pengembangan pertanian. STPP merupakan salah satu contoh kawasan pendidikan yang memperkenalkan pertanian untuk meningkatkan apresiasi terhadap sektor pertanian. Sasaran studi sekolah tersebut adalah para pegawai instansi pemerintah yang berkecimpung pada sektor pertanian.

Pelaksanaan pendidikan harus menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan yang pelaksanaannya dipusatkan pada peserta didik sehingga mewujudkan suasana belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan ketentuan minimum yang ditetapkan dalam standar undang-undang (Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No.24/2007). Berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional nomor 24, tahun 2007 kriteria minimum sarana prasarana yang wajib dimiliki mencakup lahan, peralatan pendidikan ruang kelas, bangunan pendukung, instalasi daya dan jasa.

(18)

rencana pengembangan kawasan tersebut antara lain kegiatan pertanian dari mata kuliah, area kebun percobaan, dan area nursery.

Nursery adalah studi kasus yang cukup baik dalam bidang desain lanskap.

Nursery tergolong unik, karena merupakan tempat mengumpulkan tanaman mulai dari bibit hingga tanaman dewasa, maka harus ditata dengan baik. Lanskap

nursery yang ideal pada dasarnya harus memiliki jalur sirkulasi yang jelas untuk distribusi hasil. Pembagian blok jenis tanaman juga dibutuhkan untuk memastikan tanaman tumbuh dengan baik. Selain itu, bangunan pendukung seperti

greenhouse, paranet dan ruang penyimpanan dibutuhkan untuk keberlangsungan tanaman yang terdapat pada nursery tersebut (Davidson 1981).

Kegiatan di nursery dapat bersifat komersil dan non-komersil, dimana suatu

nursery yang bersifat non-komersil cenderung difokuskan untuk kegiatan penelitian dan pendidikan, sedangkan pada nursery komersil kegiatan difokuskan pada hasil produksi tanaman yang akan dijual kembali. Pada sebuah nursery

faktor ketersediaan lahan, dan manajemen yang baik dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan nursery tersebut1).

Nursery di STPP berfungsi sebagai tempat praktikum dan tidak jarang

nursery ini dibuka untuk umum sebagai kawasan wisata ilmiah. Kondisi lanskap

nursery tersebut pada dasarnya kurang mendukung. Nursery ini juga belum dimanfaatkan secara optimal karena masih banyak bagian-bagian ruang yang terbengkalai dan tidak terawat (Lampiran 1). Sebagian besar nursery tertutup oleh rumput liar akibat kurangnya pengelolaan. Hasil-hasil pembibitan tanaman banyak yang dibiarkan terbengkalai akibat tidak adanya distribusi sehingga banyak tanaman yang mati, selain itu terdapat tumpukan sampah sisa tanaman. Fasilitas lain seperti rumah kaca, bangunan paranet, dan bedeng tanaman juga berada dalam kondisi yang kurang baik. Melihat dari desain sebelumnya, pengaturan drainase dibuat sedemikian rupa sehingga kebutuhan air dapat dipenuhi.

Konsep nursery yang akan dikembangkan pada tapak sangat penting untuk merangsang minat belajar. Pihak pengelola juga ingin mengembangkan tapak sebagai salah satu obyek wisata edukasi pertanian. Pihak pengelola ingin mendesain nursery dari tapak eksisting yang sudah ada sebelumnya, karena pada

1)

(19)

dasarnya tapak eksisting hanya memiliki rencana bangunan, dan belum memiliki rencana lanskap.

Nursery pada kawasan Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian ini (STPP) dapat dioptimalkan sebagai taman kantor yang dijadikan tempat bersantai oleh para staf, area rekreasi edukatif bagi para pengunjung dan masyarakat sekitar. Untuk mengoptimalkan fungsi dari nursery di STPP tersebut sangat diperlukan desain yang dapat memenuhi kebutuhan baik bagi mahasiswa STPP, masyarakat sebagai pengunjung, maupun staf STPP.

1.2 Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan penelitian ini yaitu mendesain lanskap nursery di STPP yang memiliki nilai fungsional dan estetika, yaitu lahan pendidikan penyuluhan tanaman hias bagi mahasiswa STPP, yang dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata edukasi bagi pengunjung, dan taman kantor bagi staf STPP.

1.3 Manfaat

Manfaat yang dihasilkan dari studi penelitian diharapkan dapat berguna untuk memberikan masukan sebagai alternatif desain kawasan nursery bagi STPP dalam pengembangannya sebagai obyek agrowisata dan edukasi.

1.4 Kerangka Pikir

(20)

!

Kondisi nursery saat ini yang kurang baik

Kebutuhan akan desain lanskap nursery

Perancangan nursery

Edukasi Agrowisata

STPP

Nursery

(Kebun Pembibitan)

Pengembangan sebagai obyek agrowisata

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Desain Nursery Cibalagung

Kriteria lanskap nursery

ideal

Perkuliahan Praktikum

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanskap

Menurut Simond (1983), lanskap merupakan bentang alam dengan

karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Suatu

area dikatakan memiliki karakter lanskap yang alami apabila area tersebut

memiliki keselarasan diantara elemen-elemen alami, seperti bentuk permukaan

tanah, formasi batu-batuan, vegetasi dan habitat satwa. Elemen-elemen lanskap

tersebut diklasifikasikan ke dalam dua klasifikasi yaitu elemen mayor dan elemen

minor. Elemen mayor merupakan elemen yang tidak dapat diubah lagi

keberadaannya, seperti gunung dan laut. Sedangkan elemen minor merupakan

elemen yang dapat diubah, seperti bukit dan sungai.

Gold (1980) membedakan elemen lanskap tersebut ke dalam tiga kategori,

yaitu elemen makro, mikro dan buatan manusia (manmade). Elemen makro terdiri atas iklim dan kualitas visual yang terdapat pada tapak. Elemen mikro terdiri dari

topografi, jenis dan kondisi tanah, hidrografi, vegetasi dan satwa. Elemen yang

termasuk dalam buatan manusia adalah segala jenis elemen yang sebelumnya

tidak ada pada tapak namun direncanakan dan dibuat oleh manusia pada tapak,

contohnya jalur sirkulasi, tata guna lahan dan struktur bangunan.

2.2 Nursery

Nursery merupakan tempat dimana tanaman-tanaman dikembangbiakkan dan tumbuh dengan ukuran yang sudah dapat digunakan. Dalam hal ini, nursery termasuk dalam bidang pembibitan ritel yang menjual bibit untuk publik, atau

grosir yang hanya menjual untuk bisnis pembibitan dan tukang kebun komersial

serta jenis pembibitan pribadi untuk memenuhi kebutuhan suatu instansi

kelembagaan ataupun pihak swasta. Menurut Davidson dan Mecklenburg (1981),

nursery adalah suatu tempat dimana pepohonan, semak, tanaman penutup tanah, tanaman merambat, dan herbaceous diperbanyak dan ditanam.

(22)

sebagai pemasok tanaman kebun, namun pada dasarnya ruang lingkup

pemanfaatan nursery lebih luas dari pada hal tersebut dan keberadaannya

merupakan hal yang penting bagi banyak cabang seperti pertanian, kehutanan dan

konservasi tanaman. Pada umumnya, nursery mengkhususkan diri pada tahap

proses: perbanyakan, tumbuh keluar, atau penjualan ritel, atau terfokus hanya

pada satu jenis tanaman, seperti tanaman penutup tanah, tanaman penaung

ataupun tanaman untuk rock garden2).

Jenis nursery juga dapat diklasifikasikan berdasarkan empat kriteria utama,

yaitu kepemilikan, fungsi, sistem produksi, dan tipe tanaman yang diproduksi.

Berdasarkan kepemilikan nursery dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu milik

pemerintah, badan pendidikan, atau milik pribadi (swasta). Sedangkan menurut

fungsinya terbagi atas enam kelompok, yaitu: fungsi produksi, fungsi pemesanan

melalui katalog ataupun pos, fungsi lanskap (untuk memenuhi keperluan proyek

lanskap), pusat distribusi material tanaman, karantina, dan tempat riset atau

penelitian (Davidson 1981).

Penanaman pada nursery sering dikembangkan dengan menggunakan rumah

kaca atau yang lebih dikenal dengan sebutan green house, yaitu sebuah bangunan

kaca atau terowongan dari plastik yang dirancang untuk melindungi tanaman dari

perubahan cuaca ekstrim dan memungkinkan akses ke cahaya dengan adanya

ventilasi. Pada rumah kaca modern memungkinkan adanya kontrol suhu secara

otomatis, pengaturan sistem aerasi, ventilasi udara dan kontrol makanan secara

otomatis (Suroso 2003).

Dalam mendirikan suatu nursery, hal yang paling utama harus diperhatikan

adalah lokasi dari nursery tersebut. Keberadaan nursery sangat menentukan

keberlangsungan nursery tersebut. Faktor lain yang harus diperhatikan antara lain

keberadaan tenaga kerja, sumber air dan aksesibilitas. Kegiatan pembibitan, mulai

dari proses pendewasaan, pemeliharaan hingga pengemasan juga harus

diperhatikan dengan baik2).

2.3 Desain Lanskap

Desain pada sebuah sistem adalah proses, cara ataupun perancangan agar

sebuah sistem dapat berjalan sebagaimana diinginkan. Proses desain tersebut

(23)

hakekatnya, desain adalah aktifitas kreatif menuju sesuatu yang baru dan berguna

yang belum ada sebelumnya. Desain lanskap merupakan suatu proses

perancangan pada suatu bentang alam dengan melihat potensi dan kendala pada

bentang alam tersebut yang dilakukan untuk mencapai penggunaan dengan tujuan

tertentu. Sebuah proses desain pada sebuah lanskap dapat dinyatakan sebagai

bagian dari proses pemecahan masalah dan tahapan kreatif yang dilakukan

seorang desainer untuk mengembangkan suatu solusi rancangan yang tepat

berdasarkan permintaan klien ataupun berdasarkan kondisi tapak.

2.4 Desain Nursery

Nursery komersial pertama kali diperkenalkan di United States oleh William

Prince pada tahun 1737. Nursery ini dikenal dengan nama Prince Nursery yang

selama beberapa tahun sebelumnya dikenal sebagai Linnaean Botanical Garden.

Nursery ini dimulai dengan pembibitan beberapa pohon dengan tujuan untuk

property lanskap "Davidson, 1981).

Saat ini keberadaan nursery dibedakan dari botanical garden yang pada

dasarnya memiliki tujuan yang berbeda. Budidaya tanaman untuk keperluan

lanskap dilakukan oleh nursery yang secara lebih luas merupakan tempat

pembesaran dan pemeliharaan bibit-bibit tanaman untuk keperluan lanskap. Untuk

mendesain nursery terdapat faktor pembentuk dari beberapa fasilitas, struktur dan

peralatan antara lain lahan, bangunan, fasilitas-fasilitas, mesin dan peralatan

manual yang diperlukan untuk pembibitan (Soule dalam Tasyara 2008). Menurut

Davidson (1981), pemilihan tapak untuk nursery harus dilakukan dengan

pertimbangan yang tepat, karena lokasi akan memberikan efek yang besar dalam

kesuksesan nursery tersebut. Tanah, air, dan kondisi lingkungan adalah faktor

utama yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam pemilihan tapak untuk

nursery.

2.5 Lanskap Kawasan Pendidikan

Dinas pekerjaan umum (2002) menyatakan bahwa sekolah merupakan

kawasan dimana berlangsung aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif

permanen sebagai akibat dari upaya yang dilakukannya. Penataan kawasan

(24)

yang menjadi kenangan tersendiri bagi pengajar maupun para siswa dimana diharapkan akan didapatkan kenangan yang positif. Perencanaan pengajaran harus didasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana individu belajar, agar diketahui bagaimana kondisi-kondisi tersebut harus ditata (Tasyara 2008).

Peraturan mentri nomor 24 tahun 2007 menyatakan bahwa dalam suatu kawasan pendidikan, lahan yang dimanfaatkan untuk pelaksanaan kegiatan pendidikan merupakan kepemilikan pribadi, dalam hal ini pihak institusi pendidikan. Kriteria lahan yang diizinkan untuk dimanfaatkan antara lain harus terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa, memiliki akses sirkulasi yang jelas dan memadai. Kemiringan lahan rata-rata yang diizinkan pun harus kurang dari 15%, tidak berada dalam garis sempadan sungai atau jalur kereta api. Jalur sirkulasi horizontal sangat diperlukan sebagai penghubung antar ruang dengan lebar minimum 1.8 meter (PERMENDIKNAS No. 24/2007).

2.6 Agrowisata

Agrowisata merupakan salah satu bentuk pariwisata dengan obyek utama lanskap pertanian. Agrowisata juga merupakan aktifitas wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi pertanian hingga komoditas pertanian. Kegiatan agrowisata pada dasarnya dilaksanakan dikawasan pertanian dengan aktifitas-aktifitas seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen, hingga produk hasi panen yang dapat dipasarkan dan dibeli oleh wisatawan sebagai buah tangan (Arifin dan Arifin 1992).

(25)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam jangka 5 bulan efektif mulai dari bulan

Februari sampai Juli 2012. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian

(persiapan, survey), inventarisasi (pengumpulan data), membuat database spasial,

analisis sintesis data, pembuatan rencana blok sampai menghasilkan desain tapak.

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian, Sekolah Tinggi

Penyuluh Pertanian (STPP) di Kota Bogor, yaitu di Jalan Cibalagung nomor 1, KP

188 Bogor, Kecamatan Ciomas Pasir Kuda. Lokasi ini terletak pada koordinat

6˚36’16.44” LS dan 106˚47’17.28” BT (Gambar 2).

!

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah survey, yang mencakup kegiatan

untuk mengumpulkan data pada tapak eksisting untuk mengetahui kondisi awal

tapak melalui pengamatan, pengukuran, dokumentasi dan penghayatan tapak. Gambar 2. Lokasi penelitian STPP Cibalagung

(26)

Survey tapak dilakukan untuk memperoleh data vegetasi, satwa, visual, serta

elemen lanskap di tapak eksisting. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan

cara pembuatan sketsa cepat di tapak. Adapun jenis dan sumber data yang

dibutuhkan adalah sebagai berikut (Tabel 1).

Tabel 1. Jenis, sumber dan cara pengumpulan data

Jenis Data Sumber Metode

Peta Dasar Master plan dari STPP dan foto udara Studi pustaka dan survey

tapak

Iklim Stasiun Klimatologi daerah setempat,

Badan Meteorologi Klimatologi dan

Topografi Studi literatur, dan master plan Survey tapak

Tanah Studi literatur Survey tapak dan studi

pustaka

Bangunan fisik

eksisting

Tapak Survey tapak, masterplan

Sirkulasi dan

aksesibilitas

Tapak Survey tapak

Sosial Pengamatan, pengelola Wawancara dengan pengguna

tapak, kuisioner

Visual Tapak Survey tapak

Satwa Data sekunder, inventarisasi lapang Survey tapak dan studi

pustaka

Peta utilitas dari STPP Bogor, pengamatan

Tapak

Survey tapak dan studi

pustaka

Survey tapak

Survey tapak, wawancara

Metode dalam pembuatan peta dasar adalah penggabungan hasil pengukuran

dan foto udara melalui google earth. Survey untuk mengumpulkan data pada

tapak eksisting dilakukan untuk mengetahui kondisi awal tapak melalui

pengamatan, pengukuran, dokumentasi dan penghayatan tapak. Dalam

pelaksanaan metode survey, pengadaan peta dasar dilakukan dengan melakukan

(27)

acuan foto udara (google earth) yang kemudian akan disesuaikan dengan skala asli pada tapak dengan acuan peta dasar yang dimiliki oleh STPP. Berikut adalah gambaran tahapan metode kerja secara singkat yang mengacu pada proses desain menurut Booth (1983) yang telah dimodifikasi (Gambar 3).

Gambar 3. Diagram Alur Tahapan Penelitian

• Ijin melakukan penelitian pada tapak STPP

Project acceptance

• Gambar inventarisasi

Peta analisis (hidrologi, iklim, topografi, tanah, vegetasi, visual, sosial)

Research/analysis

Gambar konsep (ruang, sirkulasi, vegetasi, fasilitas)

Site plan dengan 3 alternatif, dan Final design Design

(28)

BAB IV

INVENTARISASI

4.1Kondisi Umum

4.1.1 Sejarah Singkat STPP

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor adalah perguruan tinggi

kedinasan Departemen Pertanian, yang dibina oleh Badan Pengembangan

Sumberdaya Manusia Pertanian. Cikal bakal institusi ini bernama Middlebare Landbouw School (MLS)! yang didirikan sejak tahun 1903, dan dikembangkan menjadi Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA), Sekolah Pertanian

Pembangunan (SPP), dan tahun 1987 berubah menjadi Diklat Akademi

Penyuluhan Pertanian Bogor (Diklat APP Bogor), dan Akademi Penyuluhan

Pertanian Bogor.

Keberadaan pendidikan pertanian di STPP Bogor tidak dapat dipisahkan dari

peranan Kebun Raya Bogor yang didirikan oleh DR. CGC. Reinwardt. Pada awal

tahun 1876 Kebun Raya Bogor yang terletak di Desa Cikeumeuh diperluas untuk

keperluan kebun budidaya. Kebun ini difungsikan untuk tiga macam kegiatan

yaitu penelitian, penyuluhan dan pendidikan. Pada tahun 1884, Sekolah Pertanian

ini terbakar dan dibubarkan. Baru 15 tahun kemudian, mulai didirikan Lembaga

Pendidikan Pertanian, berturut-turut kursus Hortikultura (1898), kursus Pertanian

(1900), Sekolah Pertanian (1903), Sekolah Kedokteran Hewan/ Nederlansche

Indische Veeartsen School (1908), Sekolah Pertanian Menengah Atas/Middlebare

Landbouw School (1913), dan Sekolah Kehutanan Menengah Atas/Middlebare

Boshbouw School (1939). Sekolah-sekolah tersebut dikelola dan dibina oleh

Departemen Pertanian/ Departement Van Landbouw (STPP, 2012).

Lokasi STPP

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor terletak di Jalan

Cibalagung No. 1 KP 188, Cibalagung, Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini terletak

pada koordinat 6˚36’16.44” LS dan 106˚47’17.28” BT. Adapun batas-batas

wilayah STPP adalah sebagai berikut (Gambar 4) :

(29)

- Utara : Kebun percobaan astana gede

- Barat : Polsek Ciomas, Jalan Raya Cibalagung

- Timur : Pemukiman warga

- Selatan : Jalan Cibalagung-pasir kuda, pemukiman warga

Sarana Prasarana

STPP Bogor terdapat di dua lokasi yaitu Kampus Cibalagung (kantor pusat

Jurusan Penyuluhan Pertanian) dan Kampus Cinagara (Jurusan Penyuluhan

Peternakan), penelitian ini difokuskan pada jurusan Penyuluh Pertanian, yaitu

Kampus Cibalagung, jalan Cibalagung No. 1 KP 188, Bogor. Adapun fasilitas

yang terdapat pada lokasi ini adalah sebagai berikut (Gambar 4) : asrama (Dewi

Sri 1,2; Remaja 1,2; Bougenvil), sebuah wisma (Wisma Teratai), ruang kelas,

bangunan administrasi, 3 unit green house, mushola seluas 77 m2. Terdapat pula

11 laboratorium untuk tiap mata kuliah dan 8 instalasi yang terdiri atas gudang

hasil dan alat pertanian, nursery tanaman hias, nursery tanaman perkebunan, nursery tanaman palawija, kebun tanaman buah-buhanan, kebun tanaman pangan, dan pusat inkubator agribisnis.

(30)

4.1.2 Nursery Tanaman Hias

Terdapat 3 nursery di tapak STPP ini, yaitu nursery tanaman perkebunan, nursery tanaman hias, dan nursery tanaman pertanian. namun, untuk penelitian ini

hanya difokuskan kepada nursery tanaman hias sesuai dengan permintaan dari pihak STPP. Nursery tanaman hias ini merupakan bagian dari tapak STPP sendiri. Luasan lahan yang dimanfaatkan sebagai nursery tanaman hias tersebut adalah 5727.41 m2 atau sekitar 0.57 ha. Adapun nursery ini memiliki batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah utara : kebun percobaan, pemukiman warga - Sebelah timur : parit aliran sungai, perumahan warga - Sebelah selatan : asrama mahasiswa

- Sebelah barat : kantor administrasi STPP, gedung kuliah STPP.

Gambar 5. Batas Wilayah Nursery

4.2 Hidrologi

(31)

Belum ada sistem irigasi yang dipasang secara khusus di tapak, untuk

pemeliharaan sehari-hari hanya mengandalkan air sungai yang di alirkan ke tapak

atau air PDAM, selebihnya mengandalkan air hujan (sumber : wawancara). Badan

air yang terdapat pada tapak berupa aliran seperti parit yang dialirkan dari anak

sungai Cipakancilan yang berada disekitar tapak (Gambar 6b dan 6d). Badan air

ini selebar sekitar 30 sentimeter yang membelah sepanjang tapak.

Gambar 6. Kondisi Hidrologi untuk Irigasi (a dan b) dan Kondisi Saluran Drainase (c dan d)

a. Kolam penampungan air sungai Cipakancilan

b. Aliran anak sungai yang dibelokkan dan dibeton

(32)
(33)

4.3 Iklim

Berdasarkan data dari BMKG Stasiun Darmaga (Lampiran 3) kota Bogor

memiliki curah hujan rata-rata yang cukup tinggi per tahunnya, yaitu berkisar

3313.08 mm per tahun 2007. Menurut data BMKG Stasiun Darmaga, diperoleh

data suhu (Tabel 2), kelembaban (Tabel 3), dan curah hujan (Tabel 4) tahun

2011-2012 dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 2. Data Suhu Rata-Rata (°C )

Tabel 3. Data Kelembaban Rata-Rata Tahun 2011-2012 ( % )

Tabel 4. Data Curah hujan Rata-Rata Tahun 2011-2012 (mm)

BLN/THN JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOP DES

2011 139 115 80 203 349 123 122 42 82 282 227 323

2012 213 394 186

Pada lokasi penelitian, curah hujan kumulatif berkisar 2087 mm per tahun 2011,

dengan suhu antara 32,40C hingga 33.40C. Kelembaban sewaktu pada lokasi juga

terukur dengan nilai rataan sekitar 58-60%. Data suhu dan kelembaban sewaktu

pada tapak diukur sebagai sampel kondisi suhu dan kelembaban sewaktu dengan

rata-rata suhu dan kelembaban bulanan menurut data dari BMKG (Tabel 5).

Kelembaban sewaktu terukur pada saat bulan September, dimana lingkungan

sekitar tapak berada dalam kondisi kemarau panjang dan cuaca cerah.

Tabel 5. Data Pengukuran Suhu Sewaktu 12 September 2012 pada Lokasi STPP

(34)

Pada tapak STPP, sirkulasi angin cukup baik diseluruh bagian tapak. Tidak

terbentuk koridor angin pada tapak, karena tutupan vegetasi tidak terlalu dominan.

Angin bertiup dari arah timur laut dengan kecepatan sekitar 8 mm/s (diukur pada

bulan September 2012).

4.4 Satwa

Pada lokasi nursery tanaman hias, jenis satwa yang ditemukan pada tapak

adalah jenis serangga, terutaman kupu-kupu. Ditemukan juga jenis katak yang

berada disekitar aliran sungai yang membentuk parit kecil disekeliling tapak,

selain itu di waktu-waktu tertentu terlihat tupai pada pepohonan besar.

4.5 Vegetasi

Komoditas utama yang terdapat pada tapak adalah bunga krisan

(Chrisanthemum sp.) dan sedap malam (Polianthes tuberose). Jenis vegetasi yang

terdapat pada tapak nursery dijabarkan pada Tabel 6 dengan pola penyusunan

vegetasi pada tapak eksisting digambarkan pada Gambar 8.

(35)

4.6 Aksesibilitas dan sirkulasi

! STPP memiliki 3 pintu yang dapat digunakan sebagai akses keluar masuk pada tapak, yaitu pintu kecil di sebelah kantor penyuluhan pertanian yang

dijadikan pintu masuk utama, kedua pintu kecil tepat di samping mushala yang

berhadapan langsung dengan pintu pertama, dan ketiga pintu utama yang saat ini

tidak terpakai dan terhalang oleh semak. Saat ini hanya dua pintu yang masih

berfungsi dengan baik sebagai akses keluar masuk, yaitu kantor STPP dan

samping mushala (Gambar 9).

Untuk jalur sirkulasi sendiri tidak ada jalur khusus yang dibuat, hanya ada

satu jalur yang dibuat untuk menghubungkan pintu dibelakang kantor dengan

(36)
(37)

4.7 Fasilitas

Fasilitas yang terdapat pada nursery tanaman hias ini antara lain berupa

green house dan paranet yang letaknya tersebar pada seluruh bagian tapak nursery

(38)

Fasilitas Ukuran (m) Kondisi Keterangan

Green House 1 8.90 x 6.55 Awalnya dimanfaatkan sebagai tempat

budidaya bunga krisan potong, namun

saat ini sudah tidak terpakai.

Green House 2 15.70 x 6.70 Green house ini masih dimanfaatkan

untuk budidaya tanaman, fungsi

lainnya juga digunakan sebagai mess

penjaga.

Rumah kawat 6.20 x 6.00 Dimanfaatkan sebagai tempat

pembiakkan tanaman hias yang

tergolong dewasa. Teknik pengelolaan

yang dilakukan berupa pemupukan

(39)

Fasilitas Ukuran (m) Kondisi Keterangan

Paranet 1 15.0 x 8.05 Paranet ini terletak di depan mushala,

masih dimanfaatkan untuk pembibitan

beberapa tanaman seperti jeruk,

palisota dan caladium.

Paranet 2 6.10 x 6.0 Paranet ini terbengkalai, tidak ada

tanaman yang dikembangbiakkan pada

(40)

24

4.8 Tanah dan Topografi

Berdasarkan peta jenis tanah kabupaten Bogor, jenis tanah yang terdapat pada tapak nursery adalah tanah Latosol Merah Kecoklatan. Jenis tanah ini umunya terdapat pada daerah yang beriklim basah, dengan curah hujan berkisar 3000 mm per tahun. Ketebalan jenis tanah ini antara 130 – 500 mm, batas horizon jelas, warna merah, coklat sampai kuning, dengan tekstur tanah liat dan struktur renah, daya menahan air cukup baik dan agak tahan menahan erosi (BP4K, 2010). Kondisi lahan pada tapak cenderung landai. Interval kontur yang ditunjukkan dari hasil pengambilan data dilapang hanya sebesar 0.5 (Gambar 11). Berdasarkan potongan penampang, tidak ada kemiringan lahan yang terlalu ekstrem pada tapak (Gambar 12).

Gambar 11. Peta kontur "#!

$! $#!

"!

%!

&!

%#!

(41)
(42)

! !

4.9 Aspek Pendidikan

STPP menyelenggarakan program pendidikan dengan komposisi mata kuliah

yang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu agribisnis hortikultura, agroekologi, dan

sistem pertanian pada Program Studi Penyuluhan Pertanian (Tabel 8). Mata kuliah

ini mempelajari bagaimana cara pembudidayaan mulai dari persiapan hingga

teknik penanaman tanaman hias, dan pemeliharaan beberapa jenis tanaman hias.

Penggunaan nursery dilakukan rutin setiap minggu dengan selama kegiatan

perkuliahan berlangsung.

Tabel 8. Jenis Mata Kuliah di STPP

4.10 Aspek Sosial dan Preferensi Pengguna

Mata Kuliah Sub Mata Kuliah

I. Studi Penyuluhan Pertanian - Pengembangan Kepribadian, Keilmuan dan Keterampilan, Keahlian Berkarya, Perilaku Berkarya, Berkehidupan Masyarakat

II. SAP Kelompok Agribisnis - Pemasaran, DDA-R, Kewirausahaan, MSDM, Ekonomi Produksi, PPW, Dasar-Dasar Manajemen, Ekonomi Pertanian, Koperasi dan Badan Usaha, Pembangunan Pertanian. Manajemen Agribisnis, Manajemen Strategi.

III. SAP Agroteknologi Pertanian - Agribisnis Hortikultura, Agribisnis Tanaman Padi dan Palawija, Agroekologi, Pemanfaatan Limbah Pertanian, Bioteknologi Pertanian, Agribisnis Tanaman Umbi dan Obat, Konservasi Tanah dan Air, Sistem Pertanian, Teknik Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian.

IV. SAP Ilmu Penyuluhan - Gizi dan Ketahanan Pangan, Kempemimpinan Orkel, Media Penyuluhan I, Metode PP II, Peraturan UU, Perubahan Sosial dan PMD, RRA dan PRA, Teknik Informasi, Etika Profesi, Manajemen Pelatihan, Metode Penelitian Penyuluhan, Pengembangan Kelompok Tani, Perencanaan Program, Psikologi Sosial, Teknik Penulisan, Teknik Penyuluhan Pertanian

(43)

4.10.1 Aspek Sosial

Aspek sosial menyangkut hal yang berkaitan dengan pemenuhan fasilitas

untuk pengguna pada tapak. Pengguna tapak yang paling utama adalah civitas

akademika sekolah, seperti mahasiswa, dosen dan staf STPP, selain itu ada

mahasiswa lain yang melakukan kunjungan edukasi. Mahasiswa STPP sendiri

memanfaatkan tapak tersebut murni untuk kebutuhan pendidikan seperti

praktikum, pemeliharaan dan penelitian, sedangkan para staf terkadang

menggunakannya sebagai tempat bersantai.

Keberadaan STPP dan nursery tidak memiliki pengaruh secara langsung

terhadap masyarakat. Pemanfaatan lahan disektar STPP didominasi oleh

pemukiman warga disekitar STPP. Secara tidak langsung, keberadaan nursery

berfungsi sebagai area pereduksi polusi dan kebisingan bagi masyarakat sekitar.

Mahasiswa STPP sendiri sebagai pengguna tapak, memiliki pekerjaan yang

didominasi oleh PNS, yang sudah bekerja di instansi pertanian daerah dengan

tingkat pendidikan beragam, mulai dari SMK, D1, D3, hingga D4. Umumnya

mereka berasal dari daerah-daerah yang berbeda yang dikirim oleh pemerintah

daerah masing-masing untuk mempelajari teknologi penyuluhan pertanian secara

lebih mendalam.

4.10.2 Preferensi Pengguna

Untuk mengetahui preferensi pengguna terhadap kondisi eksisting tapak

nursery dan pengembangannya sebagai kawasan agrowisata, dilakukan

wawancara kepada pengguna tapak, yaitu mahasiswa STPP, dengan pertimbangan

fungsi utama yang harus dijaga sebagai tempat praktikum mahasiswa. Dari hasil

wawancara kepada 30 responden, yaitu mahasiswa STPP (70%) dan pihak

pengelola nursery (30%) hampir sebagian besar responden kurang setuju dengan

(44)

! !

Tabel 9. Preferensi Pengguna Tapak dalam Pengembangan Sebagai Agrowisata

No. Variabel Frekuensi (%) 4 Kunjungan ke lokasi

a. 1-2 kali b. > 2 kali

6.7 93.3 5 Frekuensi kunjungan

a. 2 kali seminggu b. >2 kali seminggu

6.7 93.3 6 Kepuasan terhadap estetika

a. Puas b. Tidak puas

23.3 76.7 7 Persepsi terhadap pemenuhan fasilitas

a. Terpenuhi 8 Pengembangan sebagai kawasan agrowisata

a. Setuju 9 Fasilitas yang diinginkan (>1 jawaban)

a. Greenhouse

Sumber : Wawancara, Mei 2012

4.11 Visual

(45)

disebabkan oleh tumpukan-tumpukan sampah di beberapa area, pemanfaatan

ruang yang tidak optimal yang membuat kesan ruang berantakan, dan penataan

tanaman yang tidak rapi (Gambar 13).

Potensi good view justru diberikan oleh kondisi luar tapak. Lokasi nursery

yang relatif lebih tinggi dibandingkan sekeliling tapak membentuk sebuah vista

yang menarik ke arah bangunan gedung sekolah (Gambar 13).

Gambar 13. Kondisi Visual Tapak

!

!

!

!

!

!

!

(46)

30! !

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Analisis

5.1.1 Letak, Luas dan Aksesibilitas Tapak

Ditinjau dari posisi STPP, letak nursery tanaman hias ini yang kurang strategis jika akan dimanfaatkan sebagai kawasan agrowisata. Faktor utama yang menjadi penyebabnya adalah ketidak-tahuan masyarakat tentang keberadaan STPP di daerah Cibalagung, selain itu tidak adanya papan nama yang memadai sebagai bentuk publikasi bagi STPP. Sesuai dengan PerMen No. 24/2007, suatu kawasan pendidikan harus berada pada kawasan yang terhindar dari bahaya, tidak berada di sekitar jalur kereta api ataupun daerah sempadan sungai. Kondisi lingkungan sekitarnya pun harus dapat mendukung kegiatan pendidikan. Ditinjau dari segi pendidikan sendiri, lokasi STPP dan nursery sangatlah tepat, karena berada di daerah yang relatif tenang, dan mudah dijangkau oleh mahasiswa STPP. Selain itu, letaknya yang berada di belakang kantor administrasi pendidikan STPP dan mushala membuat nursery ini cukup potensial dimanfaatkan juga sebagai taman kantor bagi para staf STPP, sesuai dengan salah satu tujuan yang ingin dicapai.

Nursery seluas 5727 m2 ini tergolong sangat mencukupi untuk kegiatan praktikum lapang bagi mahasiswa, dengan pertimbangan tapak memiliki ukuran yang cukup luas, dan karakteristik lingkungan yang cukup menarik dilihat dari segi topografi maupun kondisi lingkungan. Disisi lain, tapak nursery ini juga potensial jika dikembangkan sebagai kawasan agrowisata dengan pertimbangan luasan lahan yang cukup besar, memiliki komoditas yang menarik untuk dinikmati, memiliki fungsi pendidikan, fungsi budidaya, fungsi rekreasi dan fungsi ekonomi.

Aksesibilitas menuju tapak nursery pada dasarnya kurang memadai untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Pintu utama yang terdapat pada tapak tersebut sudah tidak difungsikan lagi. Pintu masuk yang saat digunakan hanya berupa pintu kecil selebar 1 meter, yang hanya bisa memenuhi kebutuhan ruang

(47)

satu orang, yaitu selebar 60 cm, sedangkan untuk jalur pejalan kaki pada tapak

sangat tidak mendukung untuk kegiatan agrowisata. Badan jalan yang tersedia

hanya selebar 90 cm dengan panjang sekitar 49.1 meter. Jalur sirkulasi ini juga

tidak tersedia pada bagian tapak, hanya berada pada titik tertentu. Pada sirkulasi

dalam tapak, cukup banyak titik yang menjadi area konflik. Hal tersebut

disebabkan karena tidak tersedianya sirkulasi yang jelas pada tapak.

Sebagai tempat praktikum lapang dan tempat wisata, tapak nursery tanaman

hias ini memerlukan jalur pejalan kaki yang dapat mengakses seluruh bagian

tapak. Jalur tersebut minimal memiliki lebar ± 1.20 meter yang dapat digunakan

untuk 2 orang pada tapak. Sesuai dengan standar kebutuhan ruang untuk

pedestrian, untuk jalur memuat 2 orang dibutuhkan lebar jalur ± 4’ atau sekitar 1.2

meter (Harris and Danis 1988). Selain itu, pengembalian fungsi pintu masuk

utama sangat dibutuhkan, mengingat luasan pintu masuk yang ada saat ini relatif

sempit, sedangkan pintu utama yang tersedia memiliki lebar 2 meter yang sangat

potensial untuk digunakan, dalam pengembangan kawasan ini sebagai area

agrowisata.

5.1.2 Iklim

Secara spasial tapak terbagi atas tiga bagian berdasarkan penutupan yang

mempengaruhi suhu mikro, yaitu area tidak ternaungi, area ternaungi vegetasi dan

area ternaungi bangunan (Gambar 14). Keberadaan naungan tersebut

mempengaruhi kondisi iklim mikro tapak untuk mengukur tingkat kenyamanan.

(48)

! !

yang cenderung memiliki naungan vegetasi dominan. Kondisi tersebut sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai area servis yang nyaman.

Gambar 15. Simulasi Bayangan Tanggal 12 September 2012

(49)

!

!

Gambar 16. Grafik Interval Suhu (T) Area Bernaungan

!

(50)

! !

Suhu yang ideal untuk tingkat kenyamanan manusia menurut Laurie (dalam

Alifia, 2010), adalah 10° C – 26.7° C dengan kelembaban udara 40% - 75%.

Dengan menggunakan rumus Temperature Humidity Index (THI), dapat diuraikan

sebagai berikut:

THI = 0.8 T + (RH x T/500)

Keterangan :

THI :Temperature Humidity Index

RH :Kelembaban udara

T : Suhu rata-rata

Tabel 10. Besaran Nilai THI Bulanan Berdasarkan Data Iklim BMKG

BLN/THN Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

2011 24.5 24.5 24.8 25.0 25.2 24.9 24.7 24.3 23.8 25.0 24.3 25.3 2012 24.4 24.9 25.2

Dilihat dari hasil perhitungan THI (Tabel 10), pada kondisi suhu tertinggi

tapak masih tergolong nyaman bagi pengguna dengan rata-rata THI tahunan pada

angka 24. Demikian halnya dengan suhu terendah pada tapak dengan sampel suhu

sewaktu pada kondisi suhu tanggal 12 September 2012 sebesar 32.87 ˚C, nilai

THI masih dalam interval batas kenyamanan manusia yaitu sekitar 26. Jadi,

menurut Laurie (dalam Alifia 2010) suhu 32.87 ˚C ini masih dalam batas toleransi

kenyamanan bagi manusia.

Curah hujan tinggi juga dapat berpengaruh pada kondisi sirkulasi tapak yang

lembab dan akan cenderung berlumut jika musim penghujan tiba, ditambah lagi

dengan tapak yang cukup lembab berpotensi mempengaruhi kadar air pada

permukaan tanah yang tidak ditanami. Hal tersebut akan menjadi kendala yang

harus diperhatikan pada tapak.

5.1.3 Topografi

Suatu lanskap yang dimanfaatkan untuk kegiatan ruang luar memiliki

kemiringan lahan yang ideal pada level kemiringan kurang dari 15% (USDA

1968). Kemiringan lahan eksisting tergolong landai, dengan kisaran kemringan

(51)

dimanfaatkan sebagai kawasan rekreasi dan wisata. Hanya yang harus diperhatikan adalah posisi tapak yang berada di atas rentan terhadap longsoran.

Batas tapak yang jelas juga sangat dibutuhkan demi kenyamanan penggunan agar

tidak terjadi hal yang berbahaya (Gambar 18).

Analisis kemiringan digunakan dengan membagi nilai kemiringan menjadi

tiga klasifikasi pemanfaatan lahan, yaitu baik, sedang, dan buruk. Pada klasifikasi

baik, besar nilai slope berkisar antara 0-8%; pada klasifikasi sedang nilai slope

berkisar antara 8-15%; dan pada klasifikasi buruk slope berada pada nilai >15%

(Hardjowigeno dkk 1994). Dalam menentukan klasifikasi penggunaan lahan dapat

menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

!!

Untuk mendapatkan besarnya jarak antara garis kontur yang sesuai dengan

klasifikasi tersebut, dilakukan perhitungan dengan rumus x dan dari hasil

perhitungan didapatkan nilai x > 12.5m untuk klasifikasi baik; x = 6.67-12.5m

untuk klasifikasi sedang dan x < 6.67m untuk klasifikasi buruk. Dari besarnya

nilai (x) yang adalah jarak antar kontur, diperoleh klasifikasi lahan tapak yang

didominasi dengan kemiringan 8-15%. Menurut Hardjowigeno (dalam Nurisjah

2004) rentang kemiringan tersebut masuk dalam kesesuaian sedang apabila

dimanfaatkan untuk aktivitas ruang luar seperti rekreasi, lintas alam, dan kawasan

(52)
(53)

5.1.4 Tanah

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, jenis tanah pada tapak adalah

Latosol Coklat Kemerahan dengan pH 4.5-6.5, sifatnya relatif masam hingga agak

masam. Bahan organik terletak pada lapisan atas rendah hingga agak sedang

menurun pada lapisan bawah. Sifat lainnya antara lain memiliki kejenuhan basa

rendah hingga sedang, daya absorpsi relatif rendah unsur hara sedang,

permeabilitas tingga, dan memiliki kepekaan erosi yang kecil (Soepraptohardjo

1976 dalam Augusta 2008).

Golongan tanah jenis ini memiliki tingkat kesesuaian wilayah S1 atau sangat

sesuai untuk jenis tanaman pertanian, tanaman semusim, tahunan, dan jenis padi

sawah (Soepraptohardjo 1976 dalam Augusta 2008). Hal ini sejalan dengan fungsi

tapak sebagai nursery, selain itu juga dapat mendukung pengembangan tapak

sebagai objek agrowisata di STPP karena memiliki tingkat toleransi tinggi

terhadap berbagai aktivitas karena memiliki toleransi tinggi terhadap erosi (Hecko

2010). Hal yang harus diperhatikan adalah jenis tanah ini sangat lambat dalam

penyerapan air dan aliran permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pembuatan pori

dan sistem drainase pada tapak agar tata air dapat terkelola dengan baik.

5.1.5 Hidrologi dan Drainase

Unsur air pada sebuah nursery merupakan elemen yang sangat penting,

terutama untuk keberlangsungan tapak dan pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air

paling utama adalah untuk irigasi yang sangat mempengaruhi peningkatan

ketahanan tumbuh tanaman, peningkatan pertumbuhan tanaman, dan tingkat

produksi (Davidson 1981). Elemen air dalam suatu desain mempengaruhi aspek

estetika maupun aspek teknik (Crowe 1981). Distribusi air juga harus

diperhatikan, terutama sistem drainase pada sebuah tapak nursery. Drainase yang

baik pada sebuah nursery dapat meminimalisir genangan air yang dapat

menurutkan kualitas tanaman apabila dibiarkan terlalu lama (Davidson 1981).

Badan air yang dibentuk pada tapak berupa parit-parit kecil dengan lebar 0.4

meter yang merupakan aliran sungai Cipakancilan yang terdapat di lokasi STPP.

Berdasarkan data yang diperoleh, badan air ini dimanfaatkan sebagai sumber air

untuk memenuhi kebutuhan air ditapak. Di sisi kiri tapak, air juga dialirkan dalam

(54)

! !

dengan baik sebagai drainase utama. Pada sisi-sisi tapak, masih ada

genangan-genangan air saat hujan yang menyebabkan tanah terlalu lembab. Desain awal

pada tapak sengaja membentuk parit-parit kecil dari aliran sungai untuk

membentuk kolam yang tetap mengalir secara alami. Potensi ini juga

dimanfaatkan oleh pihak pengelola sebagai sumber air yang dapat dimanfaatkan

secara maksimal untuk kebutuhan irigasi (Gambar 19).

Masalah pada bentukan tersebut adalah, kolam penampungan membuat

adanya tumpukan sampah. Hal tersebut dapat menurunkan kualitas air jika

dibiarkan terus-menerus, sedangkan untuk sebuah nursery kualitas air yang baik

sangat diperlukan untuk menghasilkan kualitas tanaman yang baik (Davidson

1981). Kondisi tersebut membutuhkan penanganan yang cukup intensif. Salah

satunya adalah dengan pembersihan kolam secara rutin untuk mengatasi masalah

sampah yang menumpuk dan juga untuk menjaga kualitas air. Mengingat kondisi

tapak yang cukup lembab dan beberapa titik dengan intensitas penyinaran yang

cukup rendah, membuat lahan tersebut rentan memiliki genangan air pada saat

hujan. Masalah tersebut dapat menjadi kendala dalam pemanfaatan tapak. Oleh

karena itu, dibutuhkan pembuatan pori pada area dengan runoff yang relatif tinggi

sehingga meminimalisir genangan yang terjadi saat hujan (Gambar 19).

Untuk instalasi pengairan pada tapak, pihak pengelola menyediakan sebuah

tower air pada masing-masing green house.Sumber air tersebut berasal dari air

PDAM setempat dan sistem perpipaan yang dibangun dari kolam penampungan.

Tower air tersebut membentuk sistem perpipaan tertutup pada tiap-tiap green

(55)
(56)

! !

5.1.6 Vegetasi

Komoditas tanaman yang digunakan dan penyesuaian terhadap mata kuliah

yang digunakan sangat penting untuk pertimbangan jenis tanaman yang akan

digunakan atau ditambahkan. Tanaman merupakan bagian dari struktur dekorasi

interior yang secara fisik memiliki fungsi tersendiri untuk menghasilkan suatu

kesan ruang (Crowe 1981). Pemilihan tanaman disesuaikan dengan sumber daya

yang terdapat pada tapak dan jenis mata kuliah.

Penanaman pada sebuah nursery baik yang komersil maupun non-komersil

memiliki pola antara lain bentuk baris, kotak, persegi panjang, kubus, ekuilateral,

maupun kombinasi. Pola-pola tersebut berpengaruh sebagai faktor penentu

efisiensi produksi (Davidson 1981). Tipe desain baris merupakan salah satu

metode tertua dan paling simple dari pola penanaman pada nursery dengan atau

tanpa perbedaan kemiringan (Davidson 1981).

Secara spasial, pola penanaman memiliki pola baris, namun pada tapak pola

baris tergolong tidak teratur sehingga menimbulkan kesan tidak teratur. Jenis

tanaman didominasi oleh tanaman penutup tanah dan tanaman semak hias. Desain

penanaman untuk tanaman tersebut kurang baik karena berubah dari pola awalnya

yang berupa baris, menjadi acak. Hanya pada komoditas sedap malam pola

penanaman relatif teratur. Kendala utama yang terdapat pada tapak adalah banyak

lahan yang ditanami dibiarkan begitu saja sehingga tanaman banyak yang layu

dan didominasi oleh rumput liar. Selain itu, tanaman yang sudah dibudidayakan

tidak memiliki sistem distribusi yang baik, sehingga menumpuk dan mati. Hal ini

mempengaruhi kondisi estetika visual dalam tapak.

Satwa yang terdapat pada tapak tidak terlalu spesifik. Jenis yang banyak

ditemukan adalah jenis serangga dan tupai. Beberapa serangga memang

berpotensi menjadi hama bagi tanaman hias yang terdapat pada tapak, namun hal

tersebut masih bisa ditanggulangi dengan teknik pemeliharaan yang tepat. Potensi

lain yang terlihat dari keberadaan serangga tersebut adalah meningkatkan nilai

estetika pada tapak (Gambar 20).

(57)
(58)

! !

5.1.7 Visual

Pemandangan terbagi atas dua potensi, yaitu good view dan bad

view.Visualisasi dalam tapak pada dasarnya kurang menarik, banyak tumpukan

sampah sisa tanaman pada sudut-sudut tapak. Penataan tanaman dan bangunan

yang tidak terawat memperburuk kondisi visual. Namun, bukan berarti tidak ada

potensi yang dapat dimanfaatkan. Seperti welcome area yang sudah ada saat ini

memiliki potensi yang cukup menarik dengan sedikit perbaikan.

Lokasi tapak yang merupakan titik tertinggi dari keseluruhan tapak membuat

pemandangan ke dalam tapak tidak dapat diakses dengan mudah dari luar, dengan

barrier tanaman yang menjadi pagar pembatas disisi tapak nursery yang menutup

pemandangan dari luar. Disisi timur tapak terdapat parit yang cukup luas yang

merupakan anak sungai yang dibendung mengelilingi tapak. Pemandangan dari

luar tapak cukup berpengaruh. Bangunan disekeliling tapak dengan gaya kolonial

membuat pandangan dari tapak kearah luar menjadi lebih menarik (Gambar 21).

Pertimbangan kualitas estetika sangat memiliki peran penting dalam

pengembangan kawasan dengan orientasi wisata, terutama wisata yang

mengutamakan komoditas pertanian. Bukan hanya efek vegetasi dan hidrologi

yang diutamakan, efek keruangan seperti vista pemandangan maupun citra yang

terbentuk juga perlu diperhatikan (Chiara dan Koppelman 1990 dalam Alifia

2010).

Kontur yang dipertahankan membuat tapak terkesan alami layaknya lahan

pertanian.bangunan kampus yang berada di sebelah barat hingga utara tapak

menambah nilai estetika tapak tersebut. Beberapa titik disisi nursery membentuk

vista dengan sudut-sudut tersembunyi yang menarik, seperti pada pintu masuk,

dan area sekitar green house. Tapak yang berbelok berpotensi membentuk dua

sudut pandang yang berbeda pada tapak. Hembusan angin yang tidak terlalu kuat

dapat menunjang potensi visual yang dimiliki tapak tersebut. Perbaikan bangunan

seperti greenhouse dan paranet dapat membantu meningkatkan kualitas visual

(59)
(60)

! !

5.1.8 Fasilitas dan Pemanfaatan Ruang

D sebuah nursery baik yang bersifat komersil maupun non-komersil,

fasilitas p dan k pembagian ruang sangat dibutuhkan untuk

keberlangsungan nursery tersebut. Sebuah nursery yang ideal minimal harus memiliki ruang penyimpanan, irigasi, lathhouse/greenhouse sebagai ruang pengontrol pembibitan, dan blok-blok tanaman yang membedakan aktivitas

nursery mulai dari pembibitan, perbanyakan, hingga persemaian (D 11

Saat ini, fasilitas tersebut sebenarnya telah tersedia pada tapak nursery ps greenhouse, paranet, dan sistem irigasi. N pada pemanfaatannya, fasilitas tersebut belum bisa digunakan s optimal karena kondisinya yang kurang memadai.

D hal ruang, pada tapak masih banyak yang kosong dan belum

digunakan. K tersebut membuat visualisasi pada tapak tidak

menarik dan terkesan kotor. H ini disebabkan kurangnya jpengelola pada

tapak, sehingga pembersihan lahan dan penyebaran untuk penataan tanaman kurang terorganisir. Oj karena itu, dibutuhkan perbaikan baik pada bangunan yang rusak, sistem pengairan yang dapat memenuhi kebutuhan pada tapak, dan

penataan ulang serta penambahan

j pengelola pada tapak untuk

p k ruang-ruang yang menarik dan fungsional. Pemanfaatan ruang

s optimal dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ruang untuk

aktivitas pengguna.

5.1.9 Sosial

Ms D ( 11 sebuah nursery yang baik harus memiliki

pengelolaan yang baik dan sinergis. Ks nursery harus

bermanfaat tidak hanya bagi pengguna, tapi bagi masyarakat lingkungan sekitar. Pengguna utama pada tapak yang adalah mahasiswa STPP dengan dua tipikal profesi merasa kurang puas dengan kondisi tapak saat ini. Tidak puasnya pengguna akan fasilitas membuat pemanfaatan tapak tidak ideal, baik oleh

pengguna maupun pengelola. Ks masyarakat sekitar tidak terlihat dalam

pengelolaan tapak nursery ini. Pada awalnya pengelolaan dilakukan dengan

(61)

mengambil alih pengelolaan nursery secara utuh. Masyarakat tidak dirugikan karena keberadaan tapak nursery memang berada kampus STPP. Disisi lain, kebebasan masyarakat mengakses tapak nursery tersebut kadang mengganggu pengguna dan pengelola. Pagar tanaman pembatas banyak yang dirusak oleh

anak-anak yang bermain ke sekitar tapak nursery, dan beberapa tanaman juga ikut

dirusak. Oleh karena itu, koordinasi pengelola dan masyarakat sekitar dibutuhkan

untuk menjaga kondisi tanaman tetap baik dan kedua belah pihak tidak dirugikan.

5.2 Sintesis

Hasil sintesis dalam desain nursery tanaman hias Cibalagung didapatkan dari

hasil analisis berbagai aspek, seperti aspek fisik, aspek biofisik, dan pertimbangan

pengguna. Dengan memperhatikan aspek tersebut perlu dirancang pembagian

ruang yang jelas dengan fasilitas yang menunjang fungsi nursery dalam pengembangannya sebagai area agrowisata. Pembagian ruang tersebut antara lain

bertujuan untuk mempermudah melakukan pengelolaan, menentukan plot

penanaman, meningkatkan kualitas visual, mempermudah pembentukan akses dan

pola sirkulasi.

Dalam memaksimalkan fungsi ruang tersebut perlu diperhatikan pemilihan

vegetasi dengan berbagai jenis fungsi. Fungsi yang harus diperhatikan dalam

menentukan jenis vegetasi khusunya pohon antara lain fungsi pemecah angin,

fungsi penaung, fungsi ameliorasi iklim, dan fungsi screen. Untuk sirkulasi tapak

diperlukan pemilihan material yang tepat agar pengguna tapak nyaman saat

berkunjung ke tapak. Desain jalur sirkulasi menentukan alur distribusi air dan

tanaman dalam tapak.

5.3 Konsep

5.3.1 Konsep Dasar

Konsep dasar desain ini adalah “grow on nursery.” Pemanfaatan fungsi

edukasi yang akan dikembangkan sebagai objek wisata dengan penambahan

fasilitas pendukung pada tapak dilakukan untuk meningkatkan kualitas tapak, baik

secara fungsional maupun estetis. Sasaran dari desain tapak adalah para

mahasiswa STPP yang menjadi pengguna utama tapak sebagai lahan praktek.

(62)

! !

akan meluas kepada staff STPP yang memanfaatkan tapak sebagai taman, serta

pengunjung yang menjadikan nursery tersebut sebagai salah satu obyek wisata

edukasi di STPP.

Menurut Nurisjah (2012) agrowisata merupakan penggabungan antara

aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian. Lanskap pertanian yang telah

dimodifikasi oleh tangan-tangan manusia untuk kepentingan ekonomi. Beberapa

lanskap agrowisata berdasarkan Nasrullah (2012), adalah tertata dengan indah;

berproduksi tinggi; dilengkapi sarana penunjang yang baik; terdapat kebun

pembibitan; memperhatikan lingkungan; dan meperhatikan

kemudahan-kemudahan.

Kondisi tapak eksisting yang tergolong alami sesuai dengan konsep

agrowisata pertanian yang mengedepankan kesederhanaan dan bentukan-bentukan

alam. Hal tersebut mempermudah dalam melakukan perancangan yang akan

disesuaikan dengan kondisi eksisting. Pengembangan kawasan ini diutamakan

untuk menunjang kepentingan pengguna tapak utama yaitu lahan praktek tanaman

hias dengan tidak mengganggu fungsi awal, agar menghasilkan suatu desain yang

berkelanjutan.

5.3.2 Konsep Ruang

Ruang pada tapak dibagi berdasarkan fungsi yang dibutuhkan dalam

pemanfaatan nursery. Pembagian ruang tersebut mengacu pada hasil analisis

aspek yang telah dilakukan pada tapak, adapun pembagian ruang antara lain

sebagai berikut (Tabel 11). Pembagian ruang dispasialkan pada Gambar 22.

Ruang Sub ruang Fungsi Aktivitas Luas Area

Nursery Propagasi Edukasi/

rekreasi

Pendukung Penerimaan Penerimaan Keluar-masuk tapak;

informasi tentang kawasan

5%

Pelayanan Pelayanan Informasi; pengelola 8%

Konservasi Taman 13%

(63)
(64)

! !

5.3.3 Konsep Vegetasi

Berdasarkan fungsi utama nursery tersebut pemilihan vegetasi difokuskan

hanya pada jenis tanaman hias. Fungsi lain yang diterapkan dalam konsep

vegetasi adalah fungsi pembatas di tepi tapak dan fungsi screen untuk

menghalangi pandangan kearah bad view. Penyusunannya dikelompokkan

berdasarkan ketinggian dengan memperhatikan arah angin dan matahari (Gambar

23). Jenis vegetasi yang digunakan pada tapak dipilih untuk memenuhi fungsi

yang dibutuhkan, contohnya untuk jenis pohon digunakan vegetasi dengan tajuk

bulat seperti kerai payung (Felicium decipiens) yang berfungsi sebagai pembatas

dan pemecah angin. Jenis semak tetap menggunakan vegetasi eksisting seperti

pisang hias (Helliconia sp.) dan Spatyphillum sp. yang memiliki fungsi estetika.

Vegetasi dengan fungsi screen memanfaatkan vegetasi seperti ketapang mini

(Terminallia cattapa) dengan tajuk silinder.

5.3.4 Konsep Sirkulasi

Sirkulasi akan dibuat dengan pola aliran dua arah yang menghubungkan tiap

ruang yang terbentuk. Akses menuju tapak terbagi atas dua yaitu akses utama dan

akses sekunder. Akses utama merupakan gerbang utama untuk keluar-masuk

tapak yang ditujukan untuk pengguna tapak, baik pengunjung maupun mahasiswa

STPP yang melakukan kegiatan praktikum. Akses sekunder merupakan pintu

yang hanya diperuntukkan untuk pengelola dan staf nursery untuk keluar masuk

ke tapak. Akses sekunder saat ini berupa pintu dengan lebar ± 1 meter dan ideal

untuk dilalui oleh 1 orang saja.

Jenis sirkulasi dalam tapak hanya diperuntukkan bagi manusia. Sirkulasi

dibagi untuk dua pengguna yaitu bagi pengunjung tapak dan bagi pengelola.

Sirkulasi utama diperuntukkan bagi pengguna dan pengelola, namun yang

membedakan adalah sirkulasi pengelola berupa sirkulasi sekunder yang tidak

diberikan perkerasan hanya terbentuk dari garis-garis imajiner (Gambar 24).

5.4.5 Rencana Fasilitas

Perancangan tapak yang baik harus didukung dengan fasilitas yang

memadai. Tapak nursery ini juga dirancang fasilitas yang mendukung antara lain

Gambar

Gambar 5. Batas Wilayah Nursery
Gambar 6. Kondisi Hidrologi untuk Irigasi (a dan b)
Gambar 7. Peta Inventarisasi
Tabel 6. Jenis Vegetasi pada Tapak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menindaklanjuti hasil evaluasi dokumen penawaran pekerjaan konstruksi Pembangunan Gudang Produksi dan Cadangan Pangan Di Kabupaten Sambas , dengan ini Pokja Jasa Konstruksi

Korelasi antarpeubah meliputi kadar air tanah saat panen, indeks klorofil daun, bobot kering brangkasan, pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, panjang akar, jumlah daun), hasil

Yang perlu dikritisi pada peraturan yang ada adalah penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) yang berada di dalam wilayah kota atau kawasan

Indonesia,kita sering melihat pertumbuhan pembangunan yang lebih pesat dari pada pranata hukum yang mengiringinya. Indonesia sebagai Negara berkembang tentu tidak lepas

Tindak pidana korporasi yang menyangkut masyarakat luas antara lain dapat terjadi pada lingkungan hidup (pencemaran air, udara, tanah dari suatu wilayah), pada

pada umumnya dimana time windows adalah batasan waktu kedatangan dan keberangkatan dari alat transportasi, maka pada model di penelitian ini time windows (TW) lebih

permainan atau simulasi, maka isi dari apa yang dipelajari dan proses yang digunakan yang dipelajari dan proses yang digunakan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh. pelatih

Xerostomia merupakan tanda atau gejala dari mulut kering yang dirasakan oleh seseorang tetapi tidak selalu berkaitan dengan hipofungsi kelenjar saliva... Berdasarkan