• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Budaya Kerja Terhadap Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Budaya Kerja Terhadap Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN BUDAYA KERJA PEGAWAI PERPUSTAKAAN TERHADAP

PEMANFAATAN LAYANAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SUMATERA UTARA (UMSU)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

dalam bidang Studi Perpustakaan dan Informasi

Oleh : DEBORA SITEPU

110723007

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Budaya Kerja Terhadap Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU)

Oleh : Debora Sitepu

NIM : 110723007

Pembimbing I : Dr.Irawaty A. Kahar, M.Pd

Tanda Tangan :

Tanggal :

Pembimbing II : Hotlan Siahaan, S.Sos, M.I.Kom

Tanda Tangan :

(3)

LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Budaya Kerja

Terhadap Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU)

Oleh : Debora Sitepu

NIM : 110723007

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Ketua : Dr.Irawaty A. Kahar, M.Pd

Tanda Tangan :

Tanggal :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

Dekan : Dr. Syahron Lubis, M.A

Tanda Tangan :

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinal dan belum pernah disajikan sebagai suatu tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, 26 Juli 2013 Peneliti,

(5)

ABSTRAK

Sitepu, Debora. 2013. Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Budaya Kerja Terhadap Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Medan: Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis adanya pengaruh komunikasi interpersonal terhadap pemanfaatan pelayanan Perpustakaan UMSU, pengaruh budaya kerja pegawai perpustakaan terhadap pemanfaatan pelayanan Perpustakaan UMSU, serta pengaruh komunikasi interpersonal dan budaya kerja pegawai perpustakaan secara bersama – sama terhadap pemanfaatan pelayanan Perpustakaan UMSU

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif berjenis asosiatif sebab akibat dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Perpustakaan UMSU sebanyak 25 orang, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu 25 orang (total sampling). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil uji F hitung 27,638 sehingga

komunikasi interpersonal dan budaya kerja berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan layanan perpustakaan UMSU. Hasil Uji t menunjukkan bahwa variabel yang menunjukkan pengaruh yang signifikan adalah budaya kerja (X2)

dengan taraf signifikansi 0,001 < 0,05 sedangkan variabel komunikasi interpersonal (X1) tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap

pemanfaatan layanan perpustakaan. Hasil �2sebesar 0,526 hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas yaitu komunikasi interpersonal dan budaya kerja berpengaruh terhadap pemanfaatan layanan perpustakaan UMSU sebesar 52,6%, sedangkan sisanya sebesar 47,4% disumbangkan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya hingga saat ini penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Budaya Kerja Terhadap Pemanfaatan Layanan Perpustakaan UMSU” sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menyelesaikan studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan, baik moril dan materil dari berbagai pihak. Atas bantuan dan dukungan yang penulis terima, pada kesempatan ini penulis terlebih dahulu mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orangtuaku D. Sitepu dan K br. Bangun serta kedua adikku D. Sitepu dan D.A Sitepu yang selama ini telah mendukung dan memberikan doa, motivasi, perhatian, kasih sayang tanpa batas kepada penulis.

Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr.Irawaty A.Kahar, M.Pd selaku Ketua Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, dan dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos, M.I.Kom selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Himma Dewiyana, ST, M.Hum selaku Sekretaris Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, memberikan saran serta arahan yang lebih baik lagi dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

6. Bapak Ishak, SS, M.Hum selaku penguji II yang telah memberikan saran dan ide – ide yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik lagi.

7. Seluruh Dosen dan Staff Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah mendidik serta membantu penulis selama perkuliahan. 8. Bapak H. Irfan Bustami, SH., M.Hum selaku Kepala Perpustakaan

UMSU beserta seluruh staff pegawai Perpustakaan UMSU, khususnya K’ Chici yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-Teman Ilmu Perpustakaan Ekstensi 2011 terima kasih buat persahabatan berharga yang sudah kita jalin selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyajian. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang dapat untuk memperbaiki isi skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Juli 2013 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Hipotesis ... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 7

2.1 Penelitian Terdahulu ... 7

2.2 Pengertian, Proses dan Fungsi Komunikasi ... 11

2. 3 Komunikasi Interpersonal ... 14

2.3.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 14

2.3.2 Ciri dan Perananan Komunikasi Antarpribadi ... 15

2.3.3 Fungsi dan Keampuhan Komunikasi Antarpribadi ... 18

2.3.4 Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi ... 19

Sintesis Komunikasi Interpersonal ... 21

2.4 Budaya Kerja ... 21

2.4.1 Pengertian Budaya ... 21

2.4.2 Pengertian Kerja ... 21

2.4.3 Pengertian Budaya Kerja ... 22

2.4.4 Proses Terbentuknya Budaya Kerja ... 23

2.4.5 Unsur – unsur Budaya Kerja ... 25

2.4.6 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Budaya Kerja ... 25

2.4.7 Budaya Kuat dan Budaya Lemah, ... 27

Sintesis budaya kerja ... 29

2.5 Pemanfaatan Layanan Perpustakaan ... 29

2.5.1 Pengertian dan Frekuensi Pemanfaatan Layanan ... 29

2.5.2 Layanan Perpustakaan ... 31

Sintesis pemanfaatan layanan perpustakaan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 36

3.3 Populasi dan Sampel ... 36

3.3.1 Populasi ... 36

3.3.2 Sampel ... 37

3.4 Defenisi Operasional Variabel ... 37

3.5 Instrumen Penelitian ... 39

3.5.1 Angket ... 39

(9)

3.5.3 Uji Coba Angket ... 39

3.6 Skala Pengukuran ... 39

3.7 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 40

3.7.1 Uji Validitas ... 40

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 41

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.9Analisis Data ... 41

3.9.1 Analisis Deskriptif ... 41

3.9.2 Analisis Regresi Berganda ... 42

3.10 Pengujian Persyaratan Analisis ... 43

3.11 Pengujian Hipotesis ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Pengumpulan Data ... 47

4.1.1 Pengujian Validitas Instrumen ... 47

4.1.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 49

4.2 Analisis Deskriptif ... 50

4.2.1 Tanggapan Responden Terhadap Komunikasi Interpersonal .. 50

4.2.1.1 Kualitas Pelayanan Ditinjau dari Keterbukaan ... 50

4.2.1.2 Komunikasi Interpersonal Ditinjau dari Empati ... 51

4.2.1.3 Komunikasi Interpersonal Ditinjau dari Dukungan ... 53

4.2.1.4 Komunikasi Interpersonal Ditinjau dari Rasa Positif 54 4.2.2 Tanggapan Responden Terhadap Budaya Kerja ... 55

4.2.2.1 Budaya Kerja Ditinjau dari Sikap Terhadap Pekerjaan ... 55

4.2.2.2 Budaya Kerja Ditinjau dari Perilaku pada Waktu Bekerja ... 56

4.2.2.3 Budaya Kerja Ditinjau dari Disiplin ... 57

4.2.2.4 Budaya Kerja Ditinjau dari Kerjasama ... 58

4.2.3 Tanggapan Responden Terhadap Pemanfaatan Layanan Perpustakaan ... 59

4.2.3.1 Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Ditinjau dari Layanan Sirkulasi ... 59

4.2.3.2 Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Ditinjau dari Layanan Referensi ... 61

4.2.3.3Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Ditinjau dari Layanan Penelusuran Informasi ... 62

4.2.3.4 Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Ditinjau dari Layanan Koleksi ... 63

4.3 Pengolahan Data Deskriptif ... 64

4.3.1 Deskripsi Data ... 64

4.3.1.1 Variabel Komunikasi Interpersonal (�1) ... 64

4.3.1.2 Variabel Budaya Kerja Pegawai Perpustakaan (�2) .. 66

4.3.1.3 Variabel Pemanfaatan Layanan Perpustakaan (Y) .... 67

4.4 Pengujian Persyaratan Analisis ... 69

4.4.1 Uji Homogenitas ... 69

4.4.2 Uji Normalitas ... 70

(10)

4.5 Metode Analisis Statistik ... 73

4.5.1 Regresi Linear Sederhana ... 73

4.5.2 Regresi Linier Berganda ... 74

4.6 Pengujian Hipotesis ... 75

4.6.1 Uji t- (Parsial)... 75

4.6.2 Uji F (Simultan) ... 76

4.6.3 Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 78

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.4 Kisi – Kisi Variabel Komunikasi Interpersonal ... 37

Tabel 3.4 Kisi – Kisi Variabel Budaya Kerja (lanjutan) ... 38

Tabel 3.4 Kisi – Kisi Variabel Pemanfaatan Layanan Perpustakaan (lanjutan) ... 38

Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Pengujian Validitas ... 48

Tabel 4.2 Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Komunikasi Interpersonal (X1), Budaya Kerja Pegawai Perpustakaan (X2)dan Variabel Pemanfaatan Layanan ... 49

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Komunikasi Interpersonal Ditinjau dari Keterbukaan ... 50

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Komunikasi Interpersonal Ditinjau dari Empati ... 52

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Komunikasi Interpersonal Ditinjau dari Dukungan ... 53

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Komunikasi Interpersonal Ditinjau dari Rasa Positif ... 54

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Budaya Kerja Ditinjau dari Sikap Terhadap Pekerjaan ... 56

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Budaya Kerja Ditinjau dari Perilaku pada Waktu Bekerja ... 56

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Budaya Kerja Ditinjau dari Disiplin ... 57

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Budaya Kerja Ditinjau dari Kerjasama ... 59

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Ditinjau dari Layanan Sirkulasi ... 60

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Ditinjau dari Layanan Referensi ... 61

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Ditinjau dari Layanan Penelusuran Informasi ... 62

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Ditinjau dari Layanan Koleksi ... 63

Tabel 4.15 Statistik Variabel Komunikasi Interpersonal ... 64

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Data Variabel Komunikasi Interpersonal ... 65

Tabel 4.17 Statistik Variabel Budaya Kerja Pegawai ... 66

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Data Variabel Budaya Kerja Pegawai ... 67

Tabel 4.19 Statistik Variabel PemanfaatanLayanan Perpustakaan ... 68

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Data Variabel Pemanfaatan Layanan Perpustakaan ... 68

Tabel 4.21 Hasil Uji Homogenitas ... 70

Tabel 4.22 Uji Lilliefors untuk Variabel X1 ... 70

(12)

Tabel 4.24 Uji Lilliefors untuk Variabel Y ... 71

Tabel 4.25 Uji Linieritas ANOVA untuk persamaan Y atas X1 ... 72

Tabel 4.26 Uji Linieritas untuk persamaan Y atas X2 ... 73

Tabel 4.27 Analisis Regresi Linier Berganda ... 74

Tabel 4.28 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial ... 75

Tabel 4.29 Hasil Pengujian Uji-F ... 76

Tabel 4.30 Koefisien Determinasi (R2) ... 77

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Komunikasi ... 12

Gambar 2.3 Proses Terbentuknya Budaya Kerja ... 24

Gambar 4.1 Histogram Sebaran Data Komunikasi Interpersonal ... 65

Gambar 4.2 Histogram Sebaran Data Budaya Kerja ... 67

(14)

ABSTRAK

Sitepu, Debora. 2013. Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Budaya Kerja Terhadap Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Medan: Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis adanya pengaruh komunikasi interpersonal terhadap pemanfaatan pelayanan Perpustakaan UMSU, pengaruh budaya kerja pegawai perpustakaan terhadap pemanfaatan pelayanan Perpustakaan UMSU, serta pengaruh komunikasi interpersonal dan budaya kerja pegawai perpustakaan secara bersama – sama terhadap pemanfaatan pelayanan Perpustakaan UMSU

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif berjenis asosiatif sebab akibat dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Perpustakaan UMSU sebanyak 25 orang, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu 25 orang (total sampling). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil uji F hitung 27,638 sehingga

komunikasi interpersonal dan budaya kerja berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan layanan perpustakaan UMSU. Hasil Uji t menunjukkan bahwa variabel yang menunjukkan pengaruh yang signifikan adalah budaya kerja (X2)

dengan taraf signifikansi 0,001 < 0,05 sedangkan variabel komunikasi interpersonal (X1) tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap

pemanfaatan layanan perpustakaan. Hasil �2sebesar 0,526 hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas yaitu komunikasi interpersonal dan budaya kerja berpengaruh terhadap pemanfaatan layanan perpustakaan UMSU sebesar 52,6%, sedangkan sisanya sebesar 47,4% disumbangkan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan merupakan suatu lembaga yang bertugas untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyebarluaskan, dan melestarikan informasi. Perpustakaan adalah hasil karya cipta manusia sehingga informasi– informasi yang terdapat di dalamnya juga diolah dan diorganisir oleh staff – staff yang terdiri dari individu–individu yang bekerja pada satuan unit kerja masing– masing yang saling berhubungan dan mempunyai keterkaitan antara satu dengan bagian lainnya. Perpustakaan terdiri dari beberapa jenis dan fungsi dari masing – masing perpustakaan tersebut, antara lain adalah perpustakaan perguruan tinggi.

Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan badan bawahan perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya yaitu Tridharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat). Keberadaan perpustakaan perguruan tinggi merupakan hal yang sangat penting, karena bertujuan meningkatkan mutu pendidikan lembaga pendidikan tersebut. Dalam rangka mencetak lulusan – lulusan yang berkualitas yang mengabdi kepada masyarakat, negara, dan bangsa. Kualitas perpustakaan harus diukur dalam hal yang berkaitan dengan interaksi pengguna dengan sumber daya perpustakaan dan pelayanan yang diberikan. Penilaian kritis akan kualitas perpustakaan haruslah berasal dari pengguna perpustakaan tersebut.

(16)

itu pegawai perpustakaan harus memiliki keterampilan komunikasi interpersonal yang efektif “. (Komariah, 2009: 23)

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang paling efektif yang diperlukan pegawai perpustakaan dan pengguna perpustakaan dalam menikmati layanan perpustakaan untuk mendapatkan umpan balik. Tujuan dari komunikasi interpersonal adalah untuk membantu orang lain terutama pengguna perpustakaan dengan mengetahui cara pegawai perpustakaan berkomunikasi yang baik menunjukkan sikap perilaku pegawai perpustakaan yang baik pula, dan pemahaman pegawai perpustakaan terhadap latar belakang pengguna, jenis informasi yang dibutuhkan, dan cara penulusuran dapat mengefektifkan layanan yang diberikan karena sesuai dengan kebutuhan pengguna dan dapat mengevaluasi kinerja pegawai perpustakaan dan diketahui kekurangan serta keberhasilan yang telah dicapai untuk meningkatkan mutu layanan.

(17)

aplikasi SLiMS (Senayan Library Management System). Layanan yang terdapat di Perpustakaan UMSU adalah layanan keanggotaan, layanan sirkulasi (peminjaman, pengembalian, keterlambatan pengembalian koleksi), layanan teknis (inventarisasi, katalogisasi, dan shelving), layanan koleksi e-journal (proquest), layanan referensi (layanan rujukan), layanan skripsi serta memiliki fasilitas Wifi.

Perpustakaan UMSU sudah menggunakan layanan OPAC akan tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal, hal ini terlihat dari pengguna perpustakaan yang ingin menelusur informasi berupa koleksi perpustakaan pengguna perpustakaan masih menggunakan sistem manual, pengguna hanya melihat subjek kelas yang ditempelkan di depan rak buku perpustakaan, banyak pengguna yang tidak menemukan buku yang dicarinya karena informasi yang tersedia hanya berdasarkan subjek kelas sangat sederhana sedangkan jumlah koleksi yang tersedia di Perpustakaan UMSU sebanyak 4010 judul dan 24837 eksamplar, sehingga membuat pengguna kebingungan mencari koleksi buku yang banyak tersedia di Perpustakaan UMSU. Jika sudah terotomasi pengguna perpustakaan bisa menelusur informasi berdasarkan judul, subjek, pengarang, impresum dan lain sebagainya dari koleksi atau informasi yang dicari. OPAC (Online Public Access Catalogue) hanya bisa digunakan oleh seorang pegawai perpustakaan di bagian pengadaan. Jadi bagi pengguna perpustakaan yang ingin mencari koleksi disertai dengan informasi yang lengkap dari koleksi tersebut harus menemui seorang pegawai perpustakaan yang ada di bagian pengadaan. Hal ini yang membuat pengguna perpustakaan enggan untuk menemui pegawai perpustakaan disebabkan oleh pengguna menganggap pegawai perpustakaan kurang bersifat terbuka.

(18)

ruangan layanan teknis seperti pengatalogan serta inventaris koleksi, sehingga membuat mahasiswa segan untuk berkunjung ke layanan referensi karena terdapat banyak pegawai perpustakaan di ruangan tersebut.

Perpustakaan UMSU menyediakan layanan elektronik jurnal berupa

proquest dari DIKTI. Namun dalam pemanfaatan layanan e-journal (proquest) tersebut, kebanyakan pengguna tidak mengetahui sama sekali cara menelusur

proquest, karena cara menelusur informasi dari proquest pengguna hanya mendapatkan informasi halaman situs proquest yang ditempelkan di papan pengumuman perpustakaan tanpa ada cara menggunakannya apakah menggunakan user name serta password, sehingga mahasiswa enggan untuk untuk memanfaatkan layanan e-journal tersebut, dalam hal ini peran pegawai perpustakaan sangat diperlukan dalam membantu pengguna dalam menikmati layanan perpustakaan apakah melalui komunikasi interpersonal antara pegawai perpustakaan dan pengguna perpustakaan sehingga semua layanan yang disediakan oleh perpustakaan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pengguna perpustakaan.

Budaya kerja pegawai perpustakaan merupakan faktor yang kemungkinan berpengaruh terhadap peningkatan pemanfaatan layanan pengguna terhadap perpustakaan. Budaya berkaitan dengan nilai – nilai yang dipegang dan berlaku oleh pegawai dalam melakukan pekerjaanya dimana sikap dan perilaku pegawai dalam bekerja merupakan faktor utama sebagai indikator budaya kerja. Budaya yang kuat merupakan landasan kinerja suatu organisasi. (Ndraha, 2005: 208).

Budaya kerja seringkali tercermin dalam perilaku keseharian anggotanya, berarti pula merupakan praktek sehari – hari di tempat kerja. Budaya kerja akan memberikan suasana psikologis bagi semua anggota, bagaimana mereka bekerja, bagaimana berhubungan dengan atasan ataupun rekan kerja, bagaimana menyelesaikan masalah dan masih banyak lagi yang merupakan wujud budaya yang khas bagi setiap organisasi. (Moeljono, 2003: 17)

(19)

begitu banyak layanan di Perpustakaan UMSU belum dimanfaatkan secara maksimal baik dari penggunaan OPAC (Online Public Access Catalogue) oleh pengguna, peminjamam buku yang masih sangat rendah yakni hanya 77 peminjam per hari, layanan koleksi jurnal e-proquest yang sama sekali tidak digunakan oleh pengguna perpustakaan. Pemanfaatan layanan yang kurang optimal kemungkinan muncul dari sikap dan perilaku pegawai perpustakaan dalam bekerja. Pegawai perpustakaan menilai tugas yang diembankan terhadapnya terlalu berat. Hal ini bisa dilihat dari pegawai perpustakaan UMSU berjumlah 25 orang dan hanya 1 orang yang berlatar belakang pendidikan perpustakaan dan hanya pegawai perpustakaan tersebut mempunyai shift kerja baik bekerja di perpustakaan pusat maupun perpustakaan cabang, sehingga pelayanan terhadap pemustaka kurang maksimal. Pegawai Perpustakaan UMSU terdiri dari 1 orang kepala perpustakaan, 5 orang pegawai sirkulasi, 4 orang pegawai Grey literature, 3 orang pegawai pengolahan dan referensi, 3 orang pegawai surat menyurat, 3 orang pegawai tempat penitipan tas, 4 orang pegawai perpustakaan cabang dan 2 orang pegawai teknisi

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Budaya Kerja Pegawai Perpustakaan Terhadap Pemanfaatan Layanan Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh komunikasi interpersonal terhadap pemanfaatan pelayanan Perpustakaan UMSU ?

2. Apakah terdapat pengaruh budaya kerja pegawai perpustakaan terhadap pemanfaatan pelayanan Perpustakaan UMSU ?

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh komunikasi interpersonal terhadap pemanfaatan pelayanan Perpustakaan UMSU.

2. Pengaruh budaya kerja pegawai perpustakaan terhadap pemanfaatan pelayanan Perpustakaan UMSU.

3. Pengaruh komunikasi interpersonal dan budaya kerja pegawai perpustakaan secara bersama – sama terhadap pemanfaatan pelayanan Perpustakaan UMSU.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi :

1. Perpustakaan UMSU sebagai bahan masukan dalam mengatur kebijakan tentang peningkatan kinerja pegawai perpustakaan

2. Peneliti selanjutnya sebagai bahan referensi meneliti topik yang sama dalam aspek yang berbeda.

3. Penulis dalam menambah khasanah ilmu perpustakaan khususnya manajemen tentang kinerja pegawai perpustakaan

1.5 Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Komunikasi interpersonal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan layanan Perpustakaan UMSU

2. Budaya kerja pegawai perpustakaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan layanan Perpustakaan UMSU

(21)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian- penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya :

Penelitian oleh Caesar Vioniken Pradipta tahun 2012 yang berjudul “Pengaruh Konsep Diri Dalam Komunikasi Interpersonal Pustakawan Hubungannya Terhadap Kepuasan Pemustaka Di Badan Perpustakaan Dan Kearsipan Daerah Kota Cirebon”. Penelitian ini dilakukan di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daearah Kota Cirebon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah konsep diri dalam kemampuan komunikasi interpersonal pustakawan mempengaruhi kepuasan pemustaka.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan insidental, dengan jumlah jumlah sampel 96 orang. Teknik pengumpulan datanya dengan kuesioner, dan analisis datanya secara statistik menggunakan alat bantu SPSS versi 1.6. Uji hipotesis menggunakan uji t dan analisis jalur. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa konsep diri tidak dapat langsung berpengaruh terhadap kepuasan pemustaka melainkan harus melalui komunikasi interpersonal terlebih dahulu

Penelitian oleh Chindy Challista pada tahun 2012 yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Terhadap Kualitas Layanan Pada Customer Ace Tours”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal dengan kualitas layanan. Hipotesis dalam penelitian bahwa ada pengaruh efektivitas komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan. Subjek dalam penelitian ini adalah pelanggan sebesar 93 orang. Metode pengumpulan data menggunakan skala komunikasi interpersonal dan kualitas pelayanan. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana.

(22)

positif dari komunikasi interpersonal dengan kualitas layanan.Pada uji hipotesis thitung nilai (9,909) lebih besar dari ttabel (1,986), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan komunikasi interpersonal dan kualitas pelayanan. Hasil analisis korelasi rxy = 0,720 (0,50 ≤ r ≤ 0,79). Ini bera rti ada hubungan positif yang sangat kuat antara komunikasi interpersonal dengan kepuasan pelanggan. Semakin tinggi komunikasi interpersonal, semakin tinggi kualitas layanan pelanggan yang tersedia. Subyek diklasifikasikan sebagai memiliki kualitas komunikasi interpersonal yang baik dari layanan sebagai sangat baik. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi interpersonal dengan kualitas pelayanan.

Penelitian oleh Saleman Sianipar pada tahun 2010 dengan judul “Hubungan Antara Pemanfaatan Sumber Belajar Perpustakaan Dan Komunikasi Interpersonal Dengan Hasil Belajar Sosiologi Siswa Kelas X SMA Swasta Se Kecamatan Sunggal”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan menggunakan pembelajaran perpustakaan sumber dengan prestasi siswa pada Sosiologi, (2) hubungan antara komunikasi interpersonal dengan prestasi siswa pada Sosiologi, dan (3) hubungan antara penggunaan perpustakaan sumber belajar dengan antarpribadi komunikasi secara bersamaan dalam prestasi belajar siswa di Sosiologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Sampel penelitian ini adalah 105 siswa kelas X SMA Swasta di Kecamatan Sunggal, yang ditentukan secara proporsional random sampling. Instrumen penelitian adalah kuesioner dan tes hasil belajar. Metode analisis yang digunakan adalah sederhana regresi dan multi korelasi.

(23)

kontribusi 8,0%, dan (3) ada positif yang signifikan hubungan antara penggunaan perpustakaan sumber belajar dengan dengan antarpribadi komunikasi secara bersamaan dalam belajar siswa prestasi Sosiologi dengan Runtuk 0.315 dan Fhitung 5,659 dan kontribusi kolektif untuk 9,9%. Sebagai tindak lanjut, dalam memerintahkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada Sosiologi, siswa harus menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar untuk mendapatkan informasi lebih lanjut yang diperlukan dan meningkatkan komunikasi interpersonal.

Penelitian oleh Irawati A. Kahar pada tahun 2003 dengan judul “Budaya Kerja dan Sikap inovatif sebagai Faktor Pendukung Kinerja Para Pustakawan Perpustakaan Perguruan Tinggi di Padang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumbangan budaya kerja dan sikap inovatif terhadap kinerja pustakawan perpustakaan perguruan tinggi di Padang. Hipotesis dalam penelitian ini adalah (1) terdapat sumbangan berarti budaya kerja terhadap kinerja pustakawan, (2) terdapat sumbangan berarti sikap inovatif terhadap kinerja pustakawan, (3) terdapat sumbangan yang berarti budaya kerja dan sikap inovatif secara bersama-sama .terhadap kinerja pustakawan. Untuk mengungkapkan hal itu peneliti menggunakan metode korelasional.

Penelitian ini melibatkan 41 responden dari populasi yang berjumlah 72 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan. teknik “ stratified proportional random sampling”. Data dikumpulkan melalui kuesioner, kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik statistik, korelasi dan regresi. Hasil analisis data menunjukkan: (1) terdapat sumbangan yang memadai (23,13%) dari budaya kerja terhadap kinerja pustakawan, (2) terdapat sumbangan yang memadai (25,41%) dari sikap inovatif terhadap kinerja pustakawan, dan (3) terdapat sumbangan (48,40%) yang cukup baik dari budaya kerja dan sikap inovatif secara bersama-sama terhadap kinerja pustakawan.

(24)
(25)

2.2 Pengertian, Proses dan Fungsi Komunikasi

Komunikasi mengajarkan kepada manusia bagaimana cara bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma – norma kebudayaan yang berlaku di lingkungan sekitar. Kata komunikasi sendiri berasal dari bahasa latin yakni communicare yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan.

Gitosudarmono (2000: 197) mengemukakan “komunikasi sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima baik lisan,

tertulis maupun menggunakan alat komunikasi”. Sedangkan Liliweri, Alo (2004: 2) berpendapat “Komunikasi adalah sesuatu yang dapat dipahami,

memiliki hubungan, saling pengertian dan mempunyai pesan”. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Muchlas, Makmuri (2005: 271) “Komunikasi tidak akan terjadi kecuali bila ada orang lain yang menerima dan mengerti informasi tersebut”. Pertukaran informasi yang terjadi di antara pengirim dan penerima tidak hanya dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis oleh manusia, akan tetapi komunikasi yang terjadi dalam organisasi dewasa ini juga menggunakan alat komunikasi canggih.

Selain ketiga pendapat di atas Ardana, Komang (2008: 57) berpendapat Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari satu sumber berita kepada penerima berita melalui saluran tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan tanggapan dari penerima tersebut, serta terjalin suatu hubungan antara si pemberi dan si penerima berita.

Dari pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan antara pemberi dan penerima pesan yang menggunakan suatu media sehingga bisa memberikan umpan balik kepada si penerima pesan tersebut. Yang perlu ditekankan dalam pengertian komunikasi adalah penyampaian pesan dan pemahaman pesan. Tanpa penyampaian pesan, komunikasi tidak akan pernah terjadi dan tanpa pemahaman pesan komunikasi juga jarang berhasil.

(26)

Menurut Ardana, Komang (2008: 57) “Proses komunikasi sangat berkaitan dengan bagaimana komunikasi itu berlangsung yang diawali dengan siapa, menyampaikan apa, dengan cara apa atau melalui apa, kepada siapa dan berakibat apa”. Gambar berikut merupakan proses terbentuknya komunikasi .

Siapa Mengatakan apa Dengan cara apa Kepada siapa

Dengan berakibat apa Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Komunikasi

Sumber : Ardana, Komang (2008: 57)

Menurut Wahjono, Sentot Iman (2010: 219) proses komunikasi terdiri dari beberapa tahap yakni:

Pesan dikirim berupa penyandian (tahap pertama), lalu pesan tersebut akan melewati saluran komunikasi (tahap kedua), tahap selanjutnya adalah pengartian sandi yang telah dikirim melewati saluran tersebut, dan tahap terkahir adalah tersedianya atau terbukanya proses umpan balik. Dalam proses umpan balik si pengirim maupun si penerima dapat menguji apakah pesan yang disampaikan atau pesan yang diterima memang benar seperti apa adanya.

Sedangkan menurut Gitosudarmono (2000: 198) “Proses komunikasi terdiri dari delapan unsur utama, yaitu pengiriman informasi, proses penyandian, pesan, saluran, proses penafsiran, penerima umpan balik”. Model komunikasi tersebut banyak dipergunakan dalam organisasi untuk menganalisis komunikasi, kedelapan unsur komunikasi tersebut adalah:

1. Pengirim adalah orang yang memiliki informasi dan kehendak untuk menyampaikannya kepada orang lain.

2. Penyandian (encoding) merupakan proses mengubah informasi ke dalam isyarat – isyarat atau simbol – symbol tertentu untuk ditransmisikan.

3. Pesan adalah informasi yang hendak disampaikan pengirim kepada penerima.

4. Saluran atau sering disebut dengan media adalah alat dengan mana pesan berpindah dari pengirim ke penerima.

Umpan Balik

(27)

5. Penerima adalah orang yang menerima informasi dari pengirim.

6. Penafsiran (decoding) adalah proses menterjemahkan (menguraikan sandi – sandi) pesan dari pengirim, sebagian besar proses decoding dilakukan dalam bentuk menafsirkan isi pesan oleh penerima

7. Umpan balik (feedback) pada dasarnya merupakan tanggapan penerima atas informasi yang disampaikan pengirim.

8. Gangguan (noise) adalah setiap faktor yang mengganggu penyampaian atau penerimaan pesan dari pengirim kepada penerima.

Sedangkan Wahjono, Sentot Iman (2009: 220) berpendapat komunikasi memiliki lima unsur yakni :

1. Sumber komunikasi mengawali suatu pesan dengan pengkodean suatu pikiran dengan empat kondisi yang mempengaruhi pesan terkode yaitu keterampilan, sikap, pengetahuan, dan system budaya social

2. Pesan adalah suatu yang dikomunikasikan

3. Saluran adalah medium lewat mana pesan itu berjalan

4. Pengkodean adalah simbol – simbol yang harus diterjemahkan kedalam suatu ragam yang dapat dipahami oleh si penerima pesan

5. Umpan balik merupakan pengecekan mengenai berapa suksesnya mentransfer pesan berhasil.

Dari uraian tentang proses komunikasi yang terdiri dari berbagai unsur di atas dapat diartikan bahwa si pengirim pesan, si penerima pesan serta pesan itu sendiri merupakan faktor utama pembentuk sebuah komunikasi. Dalam suatu organisasi komunikasi menjadi titik yang penting karena segala proses perencanaan dan pengorganisasian tidak akan dapat dijalankan dengan baik tanpa komunikasi yang baik. Wahjono, Sentot Iman (2010: 218) mengemukakan komunikasi menjalankan empat fungsi utama yaitu :

1. Fungsi kendali (control atau pengawasan), yaitu komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota organisasi agar mereka mematuhi semua atauran yang berlaku

2. Fungsi motivasi, yaitu komunikasi dapat menjelaskan pada para anggota apa yang harus dikerjakan dan bagaimana dapat bekerja dengan baik

3. Fungsi pengungkapan emosi, dengan komunikasi para anggota depat mengungkapkan kekecewaan, atau rasa puas yang mereka rasakan 4. Fungsi informasi, dengan komunikasi semua keputusan dapat diambil

dan dapat diteruskan pada semua anggota organisasi

(28)

komunikasi adalah “Pengendalian agar petunjuk – petunjuk ditaati oleh bawahan, sebagai motivator agar karyawan lebih berprestasi, sebagai pengungkapan emosi, kepuasan dan frustasi serta memberikan informasi.”

Dari pendapat di atas dapat dikemukakan, bahwa pada hakikatnya komunikasi adalah proses penyampaian pesan dengan maksud memperoleh persepsi yang sama baik dari si pemberi pesan maupun si penerima pesan, sehingga tercipta umpan balik atau tanggapan sesegera mungkin.

2.3 Komunikasi Interpersonal

2.3.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal

Pada saat sekarang hampir semua orang terlibat dalam proses komunikasi yang terjadi disekelilingnya. Sebagai manusia, tidak ada yang dapat mengelakkan suatu hakekat kemanusiaan antara lain berkomunikasi dengan sesama, yaitu komunikasi interpersonal. Komunikasi akan berjalan dengan efektif jika masing – masing orang yang berkomunikasi mengetahui informasi secara lengkap. Terdapat beberapa pengertian komunikasi interpersonal menurut beberapa ahli, diantaranya adalah :

Liliweri (2004: 12) berpendapat bahwa,

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua (dyad) atau tiga orang (triad) melalui tatap muka (face to face) berdasarkan emotional intelligence karena kemampuan individu untuk memahami dan memperoleh sesuatu dari orang lain.

Sedangkan Joseph A. Devito berpendapat dalam bukunya The Interpersonal Communication Book yang dikutip oleh Surip(2011: 4)

“Komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (the process of sending and receiving messages between two persons, with some effect and some immediate feedback)”.

(29)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diartikan bahwa komunikasi interpersonal berbeda dengan bentuk komunikasi lain terutama dalam hal jumlah partisipan atau para interaktor, jarak fisik diantara partisipan sangat dekat, partisipan menggunakan banyak saluran dan penyampaian makna lambang atau pesan dengan ditandai pengungkapan umpan balik yang diterima saat itu juga.

2.3.2 Ciri dan Peranan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal dari mereka yang saling mengenal lebih bermutu, karena setiap pihak mengetahui secara baik tentang lika-liku hidup pihak lain, pikiran dan pengetahuannya, perasaannya, maupun menanggapi tingkah laku seseorang. Mereka yang sudah saling mengenal secara mendalam memiliki interaksi komunikasi yang lebih baik daripada yang belum mengenal.

Dalam buku Teori Komunikasi, Surip (2011: 31) mengutip pendapat Joseph A.Devito mengenai ciri komunikasi interpersonal yang efektif, yaitu:

1. Keterbukaan (openness) terdiri dari tiga aspek, yakni:

a. Aspek pertama ialah kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal.

b. Aspek kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan komunikan yang menjemukan.

c. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran dimana komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya.

2. Empati (empathy)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Berbeda dengan simpati yang artinya adalah merasakan bagi orang lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun non-verbal.

3. Dukungan (supportiveness)

(30)

4. Rasa Positif (positiveness)

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

Menurut Alo Liliweri (2004: 11) komunikasi interpersonal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Komunikasi interpersonal biasanya terjadi secara spontan dan terjadi sambil lalu begitu saja

2. Komunikasi interpersonal tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu. Kebanyakan komunikasi interpersonal tidak mempunyai satu tujuan yang diprogramkan terlebih dahulu. Namun bisa saja komunikasi interpersonal telah dijanjikan dan mempunyai tujuan terlebih dahulu, namun konteksnya berbeda dengan komunikasi kelompok.

3. Komunikasi interpersonal terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas.

4. Komunikasi interpersonal mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

5. Komunikasi interpersonal seringkali berlangsung berbalas-balasan

6. Komunikasi interpersonal menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan

7. Komunikasi interpersonal tidak dikatakan sukses jika tidak membuahkan hasil

8. Komunikasi interpersonal menggunakan lambang-lambang bermakna Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa, ciri komunikasi interpersonal yang efektif sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses saling mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang memiliki suatu pribadi.

Peranan yang disumbangkan oleh komunikasi interpersonal dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia, yakni:

1. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain. Bersamaan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita dengan orang lain.

(31)

3. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain dan realitas yang sama.

4. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, terlebih orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita. (Supratiknya, Agustinus, 2003: 9-10).

Ada tujuh peranan yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi interpersonal, peranan komunikasi interpersonal itu adalah:

1. Komunikasi interpersonal melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan nonverbal

2. Komunikasi interpersonal melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan

3. Komunikasi interpersonal tidaklah statis melainkan dinamis

4. Komunikasi interpersonal melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya)

5. Komunikasi interpersonal dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik

6. Komunikasi interpersonal merupakan suatu kegiatan dan tindakan

7. Komunikasi interpersonal melibatkan di dalamnya bidang persuasif (Surip, 2011: 31)

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa jika hendak menciptakan suatu komunikasi interpersonal yang lebih bermutu maka harus didahului dengan suatu keakraban. Ada tahap-tahap tertentu dalam interaksi antara dua orang haruslah terlewati untuk menentukan komunikasi interpersonal benar-benar dimulai. Semua tahapan tersebut tergantung bagaimana cara seseorang menilai, melihat dan mengetahui perilakunya, dengan kata lain tidak semua bentuk interaksi yang dilakukan antara dua orang dapat digolongkan komunikasi interpersonal.

(32)

2.3.3 Fungsi dan Keampuhan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal keharusan bagi manusia, karena komunikasi berfungsi terhadap manusia satu dengan yang lain, membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi dan hubungan dengan sesama, oleh karenanya komunikasi menjadi penting. Menurut Cangara, Hafied (2005: 56), fungsi komunikasi interpersonal ialah :

Berusaha meningkatkan hubungan insan (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Melalui komunikasi interpersonal, individu dapat berusaha membina hubungan yang baik dengan individu lainnya, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik di antara individu-individu tersebut.

Sedangkan menurut Liliweri, Alo (2004: 110) fungsi komunikasi interpersonal adalah :

1. Menumbuhkan informasi untuk pengetahuan tentang orang lain melalui interaksi sosial

2. Membangun satu konteks pemahaman untuk menolong diri sendiri supaya lebih mengerti tentang apa yang orang katakan dalam satu konteks tertentu

3. Membentuk identitas karena identitas merupakan gambaran atau wujud tentang diri sendiri

4. Memenuhi kebutuhan antarpribadi baik itu untuk orang lain dan diri sendiri

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa fungsi komunikasi interpersonal berhubungan erat dengan kebutuhan untuk terlibat bersama orang lain, mengontrol, mengawasi bahkan menguasai orang lain dan kebutuhan untuk mengembangkan relasi serta mengasihi orang lain.

(33)

Effendy (2003: 61) mengemukakan tentang keampuhan komunikasi interpersonal

Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan itulah maka bentuk komunikasi interpersonal acapkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif (persuasive communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Sedangkan Linda dalam artikelnya yang berjudul interpersonal communication mengemukakan keampuhan komunikasi interpersonal yaitu:

Komunikasi interpersonal sangat ampuh sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena seseorang dapat menggunakan kelima alat inderanya untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang dikomunikasikan kepada komunikan. Komunikasi interpersonal bisa mengalahkan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.

Linda,

Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah komunikasi interpersonal umumnya berlangsung secara tatap muka (face-to-face). Oleh karena itu individu (komunikator) dengan individu (komunikan) saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi, pribadi komunikator menyentuh pribadi komunikan.

Dari pendapat diatas dapat diesensikan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi interpersonal berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi, sehingga komunikasi interpersonal dapat membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya”.

2.3.4 Konsep Diri dalam Komunikasi Interpersonal

(34)

Konsep diri yang positif ditandai dengan yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa stara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari orang mempunyai berbagai perasaan serta mampu memperbaiki dirinya .

(Linda.http://kemahasiswaan.um.ac.id/wpcontent/uploads/2011/11/komuni kasi-interpersonal-artikel.ppt)

Menurut Rakhmat, (2005: 104-109) Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, yaitu:

1. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Sebagai contah, bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.

2. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.

3. Percaya diri (self confidence). Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi.

4. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri

(35)

Sintesis komunikasi interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah pertukaran informasi yang melakukan interaksi tatap muka dan membawa pesan dari mulut ke mulut serta menghasilkan efek umpan balik (feedback) secara langsung, dengan indikator :

a. keterbukaan b. empati

c. dukungan dan d. rasa positif

2.4 Budaya Kerja 2.4.1 Pengertian Budaya

Budaya menyangkut moral, sosial, norma-norma serta perilaku yang berdasarkan kepada kepercayaan dan kemampuan seseorang. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah” sebagai bentuk jamak dari kata dasar “budhi”

yang artinya akal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan akal pikiran, nilai – nilai dan sikap mental (KEPMENPAN NO.25/KEP/M.PAN/04/2002).

Wibowo (2005: 342) mengemukakan

Budaya adalah gagasan, kepentingan, nilai – nilai dan sikap yang disumbangkan oleh kelompok, budaya menjadi latar belakang, keterampilan, tradisi, komunikasi dan proses keputusan, mitos, ketakutan, harapan aspirasi, dan harapan yang menjadi pengalaman

Sedangkan Slocum dalam West (2000: 128), mengemukakan budaya adalah asumsi dan pola – pola makna yang mendasar, yang dianggap sudah selayaknya dianut dan dimanifestasikan oleh semua pihak yang berpartisipasi dalam organisasi.

Pentingnya budaya dalam mendukung keberhasilan satuan kerja untuk memberikan identitas pegawainya, sebagai sumber stabilitas serta kontinyunitas organisasi yang memberikan rasa aman bagi pegawainya, dan lebih penting adalah budaya membantu merangsang pegawai untuk antusias akan tugasnya.

(36)

2.4.2 Pengertian Kerja

Kerja pada hakekatnya merupakan bentuk atau cara manusia untuk mengaktualisasi dirinya, dengan bekerja seseorang melakukan kegiatan yang mendapatkan kesenangan bila sesuai dengan keinginan.

“Bekerja merupakan bentuk nyata dari nilai – nilai, keyakinan – keyakinan yang dianutnya dan dapat menjadi motivasi untuk melahirkan karya yang bermutu dalam pencapaian suatu tujuan (KEPMENPAN NO.25/KEP/M.PAN/04/2002)”.

Utomo, Tri Widodo W (2010) dalam artikelnya yang berjudul

Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Pemerintahan Daerah mengemukakan pengertian kerja adalah “hukuman, beban, kewajiban, sumber penghasilan, kesenangan, gengsi, prestise, aktualisasi diri, panggilan jiwa, pengabdian yang tulus tanpa pamrih, hidup dan ibadah”.

Menurut Sinamo JH (2002: 43), “Kerja adalah sebagai segala aktivitas manusia mengerahkan energi biopsiko-spiritual dirinya dengan tujuan memperoleh hasil tertentu”. Sedangkan (Hasibuan, 2000: 47) mengemukakan “Kerja adalah pengorbanan jasa, jasmani dan pikiran untuk menghasilkan barang – barang atau jasa – jasa dengan memperoleh imbalan prestasi tertentu”.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat diesensikan bahwa kerja merupakan kegiatan luhur manusia, bukan saja karena kerja manusia dapat bertahan hidup, akan tetapi kerja juga merupakan penciptaan manusia terhadap alam sekitarnya menjadi manusiawi.

2.4.3 Pengertian Budaya Kerja

Budaya kerja sudah lama dikenal oleh manusia, namun belum disadari bahwa suatu keberhasilan kerja berakar pada nilai – nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaan. Nilai – nilai tersebut bermula dari adat istiadat, agama, norma, dan kaidah yang menjadi keyakinan pada diri pelaku kerja atau organisasi.

(37)

Sedangkan budaya kerja menurut Matsumoto seperti dikutip Moeljono (2003) adalah “Seperangkat sikap, nilai – nilai, keyakinan, dan perilaku yang dipegang oleh sekelompok orang dan dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya”.

KEPMENPAN NO.25/KEP/M.PAN/04/2002 merumuskan:

Budaya kerja adalah cara kerja sehari – hari yang bermutu dan selalu mendasari nilai – nilai yang penuh makna, sehingga menjadi motivasi, memberi inspirasi, untuk senantiasa bekerja lebih baik dan memuaskan bagi masyarakat yang dilayani.

Menurut Mondy seperti dikutip Moeljono (2003) “Budaya kerja sebagai sistem nilai – nilai, keyakinan, dan kebiasaan bersama dalam organisasi berinteraksi dengan struktur formal untuk menghasilkan norma perilaku”.

Biech dalam Triguno (2000: 31) menyatakan bahwa “Budaya kerja yakni semuanya mempunyai proses yang panjang dan terus menerus disempurnakan sesuai dengan tuntutan dan kemampuan sumber daya manusia itu sendiri, sesuai dengan prinsip pedoman yang diakui”.

Berdasarkan pengertian tentang budaya kerja dapat dijelaskan bahwa budaya kerja adalah cara pandang sesorang terhadap tugasnya serta menumbuhkan keyakinan atas dasar nilai – nilai yang diyakini seorang pegawai untuk mewujudkan prestasi kerja terbaik.

2.4.4 Proses Terbentuknya Budaya Kerja

Budaya kerja terbentuk begitu satuan kerja atau organisasi tersebut berdiri, artinya perlu waktu bertahan bahkan puluhan dan ratusan tahun untuk membentuk budaya kerja. Budaya kerja dapat berkembang dalam sejumlah cara dan proses yang berbeda yang berbeda pula. Muchlas, Makmuri (2005: 536) mengemukakan bagaimana mulainya budaya kerja yaitu:

1. Seseorang secara sendiri (pendiri) memiliki sebuah ide untuk perusahaan baru

2. Kemudian pendiri membawa masuk satu atau lebih orang – orang kunci lain dan menciptakan kelompok inti yang berbagi visi bersama pendiri 3. Kelompok inti pendiri mulai bertindak secara serasi untuk menciptakan

(38)

4. Pada titik tersebut, orang lain dibawa masuk dalam organisasi dan sejarah yang diketahui umum mulai didokumentasi.

Ndraha (2003:76) berpendapat tentang pembentukan budaya kerja yakni, “Pembentukan budaya kerja terjadi karena diawali oleh para pendiri (founders) atau pimpinan paling atas (top management) atau pejabat yang ditunjuk, dimana besarnya pengaruh yang dimilikinya akan menentukan suatu cara tersendiri apa yang dijalankan dalam satuan kerja atau organisasi yang dipimpinnya”.

Robbins (1996: 301-302) mengemukakan bahwa “Budaya kerja dibangun dan dipertahankan berdasarkan filsafat pendiri atau pimpinannya”. Budaya ini sangat dipengaruhi oleh kriteria yang digunakan dalam memperkerjakan pegawai. Tindakan pimpinan akan sangat berpengaruh terhadap perilaku yang dapat diterima, baik dan yang tidak baik. Bentuk sosialisasi akan tergantung kesuksesan yang dicapai dalam menetapkan proses seleksi untuk melakukan penyesuain terhadap perubahan, yang pada akhirnya akan muncul budaya kerja yang diinginkan. Gambar berikut ini merupakan proses terbentuknya budaya kerja.

Gambar 2.3.4 Proses terbentuknya budaya kerja Sumber : Robbin dalam Febriyanti, Sandra (2007: 25)

Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa proses budaya kerja terjadi tidak dengan cara dan proses yang sederhana, namun melalui proses dan waktu yang panjang yang diturunkan dari pimpinan ke bawahan. Terbentuknya budaya kerja diawali tingkat kesadaran pemimpin atau pejabat yang ditunjuk, dimana besarnya hubungan antara pemimpin dengan bawahannya akan menentukan cara tersendiri apa yang dijalankan dalam perangkat satuan kerja atau

Filsafat dari Pimpinan

Kriteria seleksi

Budaya Kerja Pimpinan

Puncak

(39)

organisasi. Terbentuknya budaya kerja diharapkan tidak hanya berupa rangsangan emosional, melainkan telah melalui pertimbangan rasional yang menjadi keyakinan, komitmen, sehingga yang bersangkutan memegangnya dengan teguh dan konsisten untuk seumur hidupnya.

2.4.5 Unsur – Unsur Budaya Kerja

Pelaksanaan budaya kerja dalam suatu organisasi diperlukan kreativitas serta kombinasi pengetahuan dan teknologi. Budi Paramitha dalam Ndraha (2005: 208) berpendapat budaya kerja dapat dibagi menjadi 2 bagian yakni :

1. Sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan kegiatan lain seperti bersantai, atau semata – mata memperoleh kepuasan dari kesibukan pekerjaannya sendiri, atau merasa terpaksa melakukan sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya.

2. Perilaku pada waktu bekerja seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab, berhati – hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas dan kewajibannya, suka membantu sesama karyawan atau sebaliknya

Unsur – unsur nilai budaya kerja terdiri dari:

1. Disiplin yaitu senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku di dalam maupun di luar perusahaan. Disiplin meliputi ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, prosedur, waktu kerja, berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.

2. Kerjasama yaitu kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target perusahaan

Dari keterangan di atas dapat dikemukakan bahwa budaya kerja didalam suatu organisasi sebaiknya memiliki sikap dan perilaku pada waktu bekerja dan disiplin serta kerjasama yang baik sehingga terwujud visi dan misi organisasi yang telah ditentukan.

2.4.6 Tujuan, Fungsi dan Manfaat Budaya Kerja

(40)

membuka penghalang yang selama ini membuat para pegawai dalam suatu organisasi terkotak-kotak, sehingga komunikasi terhambat, yang berarti penyebaran informasi tidak mencapai sasaran dan menimbulkan kesulitan dalam upaya partisipasi pengambilan keputusan. Dengan komunikasi yang terbuka, maka jalan menuju kerjasama dan koordinasi dalam manajemen menjadi lebih mudah

Tujuan fundamental budaya kerja menurut Triguno (2004: 6) adalah Untuk membangun sumber daya manusia seutuhnya, agar setiap orang sadar bahwa mereka dalam suatu hubungan sifat peran sebagai pelanggan dan pemasok dalam berkomunikasi dengan orang lain secara efektif dan efisien serta menggembirakan.

Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku sumber daya manusia yang ada dalam suatu organisasi agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang.

Fungsi budaya kerja bertujuan untuk membangun keyakinan sumberdaya manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang melandasi atau mempengaruhi sikap dan perilaku yang konsisten serta komitmen membiasakan suatu cara kerja di lingkungan masing-masing. Hellrigel seperti yang dikutip Arnita (2000), mengelompokkan fungsi budaya kerja organisasi kedalam empat kunci pokok :

1. Dengan mengetahui dan memahami budaya kerja organisasi, para karyawan mengetahui mengenai sejarah perusahaan dan pengembangan perusahaan pada masa sekarang dimana informasi tersebut akan merupakan pedoman terhadap harapan bagi perilaku karyawan untuk masa – masa mendatang yang disebarluaskan melalui cerita, ritual, simbol dan bahasa.

2. Budaya kerja organisasi akan membantu menciptakan dan memperkuat komitmen kepada falsafah dan nilai – nilai serta norma – norma inti organisasi. Hal tersebut mendorong partisipasi karyawan agar bersedia bekerja mencapai tujuan

3. Budaya kerja organisasi dengan norma – normanya akan mengenai mekanisme pengawasan terhadap arus perilaku yang disukai dan menghindari perilaku yang tidak disukai

(41)

Melaksanakan budaya kerja mempunyai manfaat, karena akan mengubah sikap dan perilaku anggota yang terlibat didalam suatu organisasi Manfaat yang didapat antara lain sebagai berikut.

1. Menjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih baik.

2. Membuka seluruh jaringan komunikasi keterbukaan, kebersamaan, kegotongroyongan,dan kekeluargaan.

3. Menemukan kesalahan dan cepat memperbaiki, cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan dari luar (faktor eksternal seperti pelanggan, teknologi, sosial, ekonomi, dan lain-lain).

(Kemdiknas Sedangkan manfaat dari penerapan budaya kerja yang baik adalah:

1. meningkatkan jiwa gotong royong 2. meningkatkan kebersamaan 3. saling terbuka satu sama lain 4. meningkatkan jiwa kekeluargaan 5. meningkatkan rasa kekeluargaan

6. membangun komunikasi yang lebih baik 7. meningkatkan produktivitas kerja

8. tanggap dengan perkembangan dunia luar, dll.

Dari kedua pernyataan di atas dapat diketahui bahwa memanfaatkan budaya kerja pada hakikatnya diperlukan untuk mencapai produktivitas kerja yang lebih maksimal bagi setiap anggota sumber daya manusia yang ada didalam suatu organisasi dan diharapkan mampu menghadapi tantangan di masa depan dengan memanfatkan budaya kerja yang berlaku di setiap organisasi.

2.4.7 Budaya Kuat dan Budaya Lemah

(42)

Kebersamaan dan intensitas, kebersamaan dapat ditunjukkan dengan besarnya derajat kesamaan yang dimiliki oleh para anggota di dalam suatu organisasi tentang nilai – nilai inti, di sisi lain intensitas adalah derajat komitmen para anggota organisasi terhadap nilai – nilai inti.

Robbins dalam Ndraha (2003: 123) mengemukakan “Budaya kuat adalah budaya kerja yang ideal, dimana kekuatan budaya mampu mempengaruhi intensitas pelaku. Semakin kuat budaya, semakin kuat pengaruhnya terhadap lingkungan dan perilaku manusia”.

Menurut Ndaraha (2003: 124) tentang budaya yang kuat yakni :

Budaya yang kuat namun pelaksanaannya tidak sesuai dengan situasi sesungguhnya dapat mengakibatkan orang berperilaku menghancurkan, sehingga hanya budaya kerja yang mendukung satuan kerja atau organisasi untuk mengantisipasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan lingkunganlah yang dapat menunjukkan kinerja yang tinggi.

Hodge et.al seperti yang dikutip Arnita (2000), meyatakan bahwa :

Budaya kuat apabila budaya dapat menyebar luas dan mendalam dan dapat diterima segenap aspek organisasi sehingga menjadi pusat kehidupan organisasi. Sedangkan budaya lemah apabila budaya tersebut tidak menyebar luas ke seluruh organisasi, sehingga budaya tidak menjadi pusat kehidupan organisasi.

Robbins seperti dikutip Arnita (2000), menyatakan bahwa “Makna dari budaya organisasi yang kuat mempunyai karakteristik sebagai pusat nilai dalam organisasi, diterapkan secara intensif, jelas arahnya dan secara luas diadopsi dan dianut, cenderung meningkatkan konsisten untuk berperilaku, yang diterapkan mulai dari pimpinan sampai karyawan”.

(43)

Sintesis budaya kerja

Budaya kerja adalah suatu proses yang panjang, menghasilkan nilai – nilai menjadi kebiasaan sebagai pedoman mutu kerja, dan menjadi motivasi memuaskan bagi masyarakat yang dilayani serta terus menerus disempurnakan dan dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya, dengan indikator :

a. sikap terhadap pekerjaan b. perilaku pada waktu bekerja c. disiplin dan

d. kerjasama

2.5 Pemanfaatan Layanan Perpustakaan

2.5.1 Pengertian dan Frekuensi Pemanfaatan Layanan

Perpustakaan dapat dikatakan berhasil dalam menjalankan tugasnya salah satunya dengan banyaknya pengguna datang ke perpustakaan. Disamping banyaknya pengguna datang ke perpustakaan pengguna juga dapat memanfaatkan semua layanan yang ada di perpustakaan. Petugas perpustakaan yang berperan untuk menyebarkan layanan informasi sebaiknya memperkenalkan layanan yang ada di perpustakaan untuk meningkatkan pemanfaatan layanan perpustakaan di perpustakaan tersebut, disamping itu juga kelengkapan layanan dan jumlah koleksi merupakan faktor yang penting agar pengguna memanfaatkan perpustakaan.

Kata pemanfaatan berasal dari kata “manfaat” yang bermakna faedah dan guna. Dalam Kamus Besar Indonesia (2002: 626) dinyatakan bahwa pemanfaatan mengandung arti “proses, cara dan pembuatan memanfaatkan”. Dari pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa pemanfaatan adalah suatu proses, cara, atau perbuatan dalam memanfaatkan sesuatu hal. Dalam mencapai produktivitas perpustakaan diperlukan pemanfaatan perpustakaan yang maksimal.

Sutarno (2006: 215) berpendapat tentang pemanfaatan layanan perpustakaan yakni,

(44)

Sedangkan menurut Purwako (2007: 2) yang dikutip oleh Maidana Fitri berpendapat bahwa ”Pemanfaatan pelayanan perpustakaan adalah memberikan bantuan kepada pembaca untuk memperoleh bahan pustaka/informasi sesuai kebutuhannya”.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa pemanfaatan layanan perpustakaan adalah suatu proses pendayagunaan layanan yang tersedia di perpustakaan oleh pengguna dimana dimana ada suatu kebutuhan dan minat pengguna dalam pemanfaatan perpustakaan.

Untuk mencapai pemanfaatan perpustakaan secara maksimal perlu dilakukan suatu kegiatan pembinaan pengguna agar membantu penggunaan memanfaatkan setiap layanan. Dalam memberikan pelayanan kepada pengguna perpustakaan selalu memberikan pelayanan yang maksimal agar pengguna perpustakaan dapat memanfaatkan sumber informasi yang ada di perpustakaan, dengan baik hal ini sesuai dengan tujuan perpustakaan yaitu memenuhi kebutuhan informasi pengguna.

Sutarno (2003: 112) menyatakan bahwa,

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan masyarakat dapat menemukannya di perpustakaan. Apabila kedatangan anggota masyarakat di perpustakaan atas pengaruh, desakan, perintah ataupun ajakan orang lain, maka hanya bersifat sementara/spontan. Sedangkan yang diharapkan adalah kunjungan rutin sebagai suatu kegemaran, kebiasaan, dan keperluan yang berkaitan perpustakaan.

Dari pendapat di atas dapat diesensikan bahwa untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna, perpustakaan harus berorientasi pada kegemaran, kebiasaan dan kebutuhan informasi pengguna perpustakaan. Tujuan pemanfaatan perpustakaan menurut Soedibyo (1987: 71) adalah :

1. Keperluan tugas sekolah

2. Tugas studi yang dilakukan di fakultasnya 3. Tugas reseach dan

4. Recreational readings

(45)

untuk mahasiswa, dosen dan peneliti bertujuan untuk pemenuhan tugas studi, untuk tugas penelitian, dan recreational reading.

Upaya perpustakaan agar masyarakat teratur dan terus – menerus memanfaatkan perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna, maka perpustakaan sebaiknya meningkatkan pelayanan serta fasilitas perpustakaan yang tersedia, dan layanan dan fasilitas tersebut harus dapat menarik minat pengguna sehingga frekuensi pemanfaatan perpustakaan oleh pengguna dapat berkembang.

Menurut Salim (2002: 425) yang dikutip oleh Maidana Fitri berpendapat bahwa ”Frekuensi adalah sejumlah pengulangan kejadian tertentu yang teratur”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 275) frekuensi mempunyai arti ”Kekerapan”.

Dari pengertian di atas dapat diartikan keseringan dalam pemanfaatan perpustakaan merupakan suatu rutinitas pengguna perpustakaan, dimana frekuensi pemanfaatan tersebut berhubungan dengan kebutuhan pengguna, sehingga upaya pegawai perpustakaan dalam memberikan pelayanan yang maksimal merupakan tuntutan pengguna agar pengguna juga secara maksimal memanfaatkan perpustakan tersebut.

2.5.2 Layanan perpustakaan

Upaya sebuah perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna, sebaiknya perpustakaan menyediakan berbagai jenis layanan untuk memudahkan pengguna mencari informasi yang dibutuhkan.

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (1994: 53) Pelayanan perpustakaan adalah pemberian informasi kepada pengguna. Melalui pelayanan perpustakaan, pengguna dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan secara optimal dan memanfaatkan berbagai perkakas penelusuran yang tersedia.

Sedangkan Undang – Undang No 43 Bab V Pasal 14 tentang Layanan Perpustakaan merumuskan :

1. Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka.

(46)

3. Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

4. Layanan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka.

5. Layanan perpustakaan diselenggarakan sesuai dengan standar nasional perpustakaan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pemustaka. 6. Layanan perpustakaan terpadu diwujudkan melalui kerja sama

antarperpustakaan.

7. Layanan perpustakaan secara terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilaksanakan melalui jejaring telematika.

Darmono (2001: 134) berpendapat “layanan perpustakaan adalah layanan menawarkan semua bentuk koleksi yang memiliki perpustakaan kepada pemakai yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pelayanan perpustakaan adalah pemberian informasi yang bermanfaat kepada pengguna. Sehubungan dengan layanan tersebut di atas Moenir (1995: 410) mengemukakan perwujudan pelayanan yang didambakan adalah:

1. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan yang cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadang dibuat - buat.

2. Memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu atau sindiran yang mengarah kepada permintaan sesuatu, baik dengan alasan untuk dinas maupun kesejahteraan.

3. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan terhadap kepentingan yang sama, tertib dan tidak pandang bulu.

4. Pelayanan yang jujur dan terus terang.

Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa yang didambakan dari pelayanan adalah adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan yang cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadang dibuat - dibuat dan mendapatkan pelayanan yang sama dalam pelayanan terhadap kepentingan yang sama, tertib dan tidak pandang bulu.

(47)

paling harus diteladani sehingga membangkitkan minat pengguna untuk memanfaatkannya.

Menurut Rahayuningsih (2007: 87) jenis - jenis layanan pengguna dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Layanan locker 2. Layanan sirkulasi 3. Layanan referensi

4. Layanan penelusuran informasi 5. Layanan informasi koleksi terbaru 6. Layanan koleksi, terbagi atas:

a. Layanan koleksi umum/sirkulasi, b. Layanan koleksi cadangan, c. Layanan terbitaan berkala, d. Layanan koleksi digital, e. Layanan koleksi referensi, f. Layanan koleksi khusus, g. Layanan koleksi tugas akhir. 7. Layanan ruang baca

8. Layanan foto copy

9. Layanan workstation dan multimedia

10. Layanan lain - lain, termasuk pengawasan keluar masuknya koleksi penataan koleksi, layanan informasi perpustakaan, pendidikan pengguna, sosialisasi peraturan.

Dalam Perpustakaan Pergururan Tinggi : Buku Pedoman (2004: 71) Layanan Perpustakaan adalah pemberian informasi dan fasilitas kepada pengguna. Layanan tersebut dibagi atas:

1. Layanan Sirkulasi

Layanan sirkulasi di perpustakaan mengatur peminjaman, pengembalian dan pemesanan bahan perpustakaan, serta memberikan sanksi pada pengguna jika terlambat mengembalikan bahan perpustakaan.

2. Layanan Rujukan

Layanan Rujukan adalah kegiatan untuk membantu pengguna mencari informasi dalam berbagai subjek. Koleksi layanan ini adalah kamus, ensiklopedia, sumber biografi, sumber geografi, buku tahunan, dan almanac, buku pegangan dan manual, telaah, risalah, bibliografi, indeks dan abstrak

3. Layanan Multimedia

Layanan multimedia adalah kegiatan melayankan bahan multimedia kepada pengguna untuk ditayangkan perl

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapat dalam pengamatan ini adalah: (1) layanan mandiri sangat membantu pemustaka dalam melakukan transaksi di perpustakaan, pemustaka dapat melakukan

Hanya komunikasi interpersonal yang menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita.. Banyak komunikasi

dan segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini yang berjudul “Manajemen Koleksi Pada Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU)”, sebagai

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa weeding atau penyiangan adalah subjek tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna, bahan pustaka yang telah usang isinya, edisi

Populasi adalah seluruh anggota Dewan dan pegawai staf PNS dan staf Non PNS yang terdaftar sebagai anggota perpustakaan DPRD Sumatera Utara tahun 2016 yaitu berjumlah 425

Populasi adalah seluruh anggota Dewan dan pegawai staf PNS dan staf Non PNS yang terdaftar sebagai anggota perpustakaan DPRD Sumatera Utara tahun 2016 yaitu berjumlah 425

Terjadi pertumbuhan informasi yang sangat dahsyat baik dalam format cetak terutama elektronik yang menyebabkan sejumlah perpustakaan, terutama pada perpustakaan

Abstrak−Artikel ini membahas mengenai komunikasi interpersonal dalam peningkatan kinerja pegawai di dinas komunikasi dan informatika provinsi Sumatera Utara yang