• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang Terbuka Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang Terbuka Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANGAN ICU RUMAH SAKIT ST. ELISABETH

MEDAN

SKRIPSI Oleh

RIO HERIMANTO HASIBUAN 121121105

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Rio Herimanto Hasibuan NIM : 121121105

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Pelaksanaan Cuci Tangan Perawat di Ruangan ICU Rumah Sakit St.Elisabeth Medan 2013 adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan kepada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijungjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Februari 2014 Yang menyatakan,

(3)
(4)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2013 dengan Judul “Pelaksanaan cuci tangan perawat di ruangan ICU Rumah Sakit St. Elisabeth Medan

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. 2. Erniyati S.Kp, MNS, Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU. 3. Evi Karota Bukit S.Kp, MNS, Pembantu Dekan II Fakultas

Keperawatan USU.

4. Ikhsannudin A.Harahap, S.Kp, MNS, Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan USU.

5. Diah Arruum, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan maupun saran serta dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. 6. Setiawan, S.Kp, MNS, PhD selaku penguji 1skripsi yang telah

meluangkan waktu untuk menguji hasil penelitian ini

7. Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku penguji 2 skripsi yang telah meluangkan waktu untuk menguji hasil penelitian ini

8. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama penulis dalam pendidikan.

9. Dr. Bungaran, Sp.U selaku Direktur RS St.Elisabeth Medan yang telah memberikan izin penelitian.

(5)

memberikan dukungan moril maupun materil dan senantiasa memberikan doa yang tulus untuk penulis.

11. Teman-teman S1 Keperawatan Ekstensi Sore yang telah memberikan semangat dan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

Menyadari Skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun tata bahasa, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan Skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan harapan penulis semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2014 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

1.3.Indikasi cuci tangan…... 9

1.4. keuntungan mencuci tangan….. ... 9

1.5. Macam macam cuci tangan dan cara cuci tangan.…… ... 9

1.5.5Perilaku cuci tangan tenaga kesehatanTeknik mencuci …. ... 15

1.7. Tempat penyebab infeksi nasokomial ICU…. ... 21

1.8. Dampak infeksi nasiokomial ….. ... 25

2.2. Dampak infleksi nasional akibat kekurangan perawat……. ... 25

1.1.1.Kegiatan di ruangan ICU pelaksanaan cuci tangan…. ... 28

2.1.2Tindakan invasif.…. ... 29

1.1.3.Tindakan prosedur keperawatan ruangan ICU…. ... 29

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 30

1.Kerangka Penelitian ... 30

2.Defenisi Operasional ... 31

BAB IV METODE PENELITIAN ... 33

1.Desain Penelitian ... 33

2. Populasi, Sampel danTeknik Sampling…… ... 3

2.1. Populasi… ... 33

2.2. Sampel… ... 33

3.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

(7)

6. Instrument Penelitian dan PengukuranValiditas-Reliabilitas ... 36

7.Pengumpulan Data ... 39

8.Analisa Data ... 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

1.Hasil Penelitian ... 41

2.Data Demografi Responden ... 42

3.Data pelaksanaan cuci tangan ... 43

4.pembahasan ... 43

... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

1.Kesimpulan ... 47

2.Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 50

Lampiran-lampiran ... 51

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 51

2. Instrumen Penelitian ... 61

4.Taksasi Dana ... 65

5. Jadwal Tentatif Penelitian ... 66

6. Riwayat Hidup ... 67

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Defeni Operasional ... 32

2. Distribusi Frekuensi Karakteristik RespondeN ... 42

(8)

Judul Penelitian

Nama Mahasiswa NIM

Program Tahun

Pelaksanaan Cuci Tangan Perawat di Ruangan ICU Rumah Sakit St.Elisabeth Medan 2013 Rio Herimanto Hasibuan 121121105

Sarjana Keperawatan (S.Kep) 2014

Abstrak

Pelaksanaan cuci tangan merupakan tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir untuk menghilangkan kotoran dari kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan cuci tangan perawat selama pelaksanaan tindakan keperawatan di RS St Elisabeth Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian diskriptif. Pada penelitian ini populasinya adalah perawat di ruang ICU RS St.Elisabeth Medan. Jumlah sampel 37 orang perawat dengan menggunakan tehnik total sampling. Penelitian ini dilakukan bulan November 2013. Hasil penelitian menunjukkan melakukan cuci tangan dengan baik 78%, cukup 17%, dan kurang 5%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pelaksanaan cuci tangan perawat selama pelaksanaan tindakan keperawatan di RS St.Elisabeth Medan adalah baik. Perawat diharapkan harus mempedomani dan melakukan tindakan cuci tangan yang baik dan benar sesuai prosedur di lingkungan layanan kesehatan agar infeksi nosokomial tidak terjadi.

(9)

Title Name

Student Number Program

Year

Handwashing practice at ICU St. Elisabeth Hospital Medan 2013 Rio Herimanto Hasibuan

121121105

Bachelor of Nursing 2014

ABSTRACT

Handwashing practice is an activity of washing hand using antiseptic/soap under the running water to wash off dirts from the skin. The purpose of this research is to know how the nurses wash their hand during the nursing activities at St.Elisabeth Hospital Medan. This research used descriptive research design. The population of this research is the nurses at ICU of St.Elisabeth Hospital Medan. The number of sample were 37 nurses and used total sampling technigue. The research was done in November 2013. The result of this research showed 78% nurses washed hand well, fair 17% and poor 5%. Based on the research done, it can be concluded that the performance of handwashing during nursing activities are good. Nurses are expected to follow and practice the procedure of how to wash hand well so that nosocomial infection will not happen.

(10)

Judul Penelitian

Nama Mahasiswa NIM

Program Tahun

Pelaksanaan Cuci Tangan Perawat di Ruangan ICU Rumah Sakit St.Elisabeth Medan 2013 Rio Herimanto Hasibuan 121121105

Sarjana Keperawatan (S.Kep) 2014

Abstrak

Pelaksanaan cuci tangan merupakan tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir untuk menghilangkan kotoran dari kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan cuci tangan perawat selama pelaksanaan tindakan keperawatan di RS St Elisabeth Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian diskriptif. Pada penelitian ini populasinya adalah perawat di ruang ICU RS St.Elisabeth Medan. Jumlah sampel 37 orang perawat dengan menggunakan tehnik total sampling. Penelitian ini dilakukan bulan November 2013. Hasil penelitian menunjukkan melakukan cuci tangan dengan baik 78%, cukup 17%, dan kurang 5%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pelaksanaan cuci tangan perawat selama pelaksanaan tindakan keperawatan di RS St.Elisabeth Medan adalah baik. Perawat diharapkan harus mempedomani dan melakukan tindakan cuci tangan yang baik dan benar sesuai prosedur di lingkungan layanan kesehatan agar infeksi nosokomial tidak terjadi.

(11)

Title Name

Student Number Program

Year

Handwashing practice at ICU St. Elisabeth Hospital Medan 2013 Rio Herimanto Hasibuan

121121105

Bachelor of Nursing 2014

ABSTRACT

Handwashing practice is an activity of washing hand using antiseptic/soap under the running water to wash off dirts from the skin. The purpose of this research is to know how the nurses wash their hand during the nursing activities at St.Elisabeth Hospital Medan. This research used descriptive research design. The population of this research is the nurses at ICU of St.Elisabeth Hospital Medan. The number of sample were 37 nurses and used total sampling technigue. The research was done in November 2013. The result of this research showed 78% nurses washed hand well, fair 17% and poor 5%. Based on the research done, it can be concluded that the performance of handwashing during nursing activities are good. Nurses are expected to follow and practice the procedure of how to wash hand well so that nosocomial infection will not happen.

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

Rumah sakit merupakan tempat yang sangat komplek dalam pelayanan yang kompleks karena dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang cukup sederhana hingga yang modern dan canggih. Rumah sakit merupakan sebuah unit pelayanan medis tentunya tak lepas dari pengobatan dan perawatan penderita-penderita dengan kasus penyakit infeksi, dengan kemungkinan adanya macam-macam mikroba sebagai penyebabnya (Herlambang dan Murwani, 2012).

Hal ini yang merupakan kompleksitas sebuah rumah sakit adalah adanya sejumlah orang/personil secara serempak, berinteraksi langsung ataupun tidak langsung, mempunyai kepentingan dengan penderita-penderita yang dirawat di rumah sakit, contohnya tenaga medis seperti dokter, perawat, bidan, dan penunjang-penunjang lainnya.yang berhadapan dengan pasien. Klien yang berada dalam lingkungan perawatan kesehatan dapat beresiko tinggi mendapatkan infeksi (Darmadi, 2008).

(13)

Infeksi nasokomial dikenal pertama kali pada tahun 1847 oleh Semmelwis dan hingga saat ini tetap menjadi masalah yang cukup menyita perhatian. Sejak tahun 1950 infeksi nasokomial mulai diteliti dengan sungguh- sungguh di berbagai Negara, terutama Amerika Serikat, dan Eropa. Insiden infeksi nasokomial berlainan antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Angka infeksi nasokomial yang tercacat di berbagai Negara berkisar antara3,3%-9,2%, artinya sekian persen penderita yang tertular penyakit infeksi nasokomial dan dapat terjadi secara akut atau secara kronis. (Darmadi, 2008)

Hasil penelitian yang dilakukan World Health Organization (WHO, 1987) pada 55 rumah sakit di 14 negara sedang berkembang di empat wilayah meliputi Eropa, Mediterania timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat menemukan rata-rata 8,7% pasien rawat inap menderita infeksi nasokomial. Jadi setiap saat terdapat 1,4 juta pasien diseluruh dunia terkena komplikasi infeksi yang didapat di rumah sakit. Mayone (1998 dalam tientjen, 2004) menyatakan bahwa survey tertinggi infeksi nasokomial dilaporkan dari wilayah Timur Tengah Mediterania dan Asia Tenggara masing-masing sebesar 11,8% dan 10%.

(14)

130.047(35,7%). Rumah sakit ABRI dengan jumlah pasien 254 dari pasien yang beresiko 1.672 (9,1%). WHO-Depkes menyatakan bahwa standar rawat inap mendapat infeksi nasokomial memiliki standar maksimal 1,5% (Nasution, 2008).

Cuci tangan merupakan salah satu penerapan perawat dalam pencegahan infeksi nasokomial, dimana kebersihan tangan adalah suatu prosedur tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun/antiseptik dibawah air mengalir atau dengan menggunakan handdrub yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara. Persatuan Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin, 2010).

Menurut Sumurti (2008), cuci tangan dilakukan untuk mengangkat mikroorganisme yang ada ditangan, mencegah infeksi silang, menjaga kondisi steril, melindungi diri dan pasien dari infeksi, dan memberikan perasaan segar dan bersih. Prosedur cuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.

(15)

nasokomial dibutuhkan kerja sama dan tingkat kepatuhan dalam pencegahan infeksi nasokomial di rumah sakit (Numed,2012).

Kelman (1985) menyataan bahwa kepatuhan pelaksanan tindakan dimulai dari individu mematuhi anjuran tanpa kerelaan karena takut hukuman atau sanksi. Tahap identifikasi adalah kepatuhan kerena merasa diawasi. Jadi pengukuran kepatuhan melalui identifikasi adalah sementara dan kembali lagi tidak patuh apabila sudah merasa tidak diawasi. Khususnya kepada tenaga kesehatan di rumah sakit yaitu perawat yang banyak tidak patuh dalam pengendalian infeksi nasokomial, apabila tidak diawasi dari manajemen tertinggi rumah sakit sehingga dapat menyebabkan terjadinya masalah buat pasien dan perawat yang sakit makin sakit dan yang sehat menjadi sakit.

Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit sangat penting dalam meminimalisir terjadinya penambahan penyakit yang dialami klien yang mendapat perawatan di rumah sakit. Bagi tenaga kesehatan khusus nya perawat, di harapkan untuk memperhatikan serta mengontrol resiko penularan infeksi baik dari individu ataupun lingkungan. Seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dan penggunaan alat pelindung, merupakan tindakan yang dapat meminimalisir terjadinya infeksi, Saat melakukan proses keperawatan khususnya ruangan ICU.

(16)

rumah sakit dan selalu menganggap mudah dalam tugas dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan sarana kesehatan sehingga menyebabkan kerugian besar bagi pasien yang datang berobat ke Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan cuci tangan pada tindakan keperawatan dan mempertahan kan kebersihan tangan untuk meminimalisir terjadinya penularan infeksi nasokomial dari pasien ke pasien, dari perawat ke pasien, dan sebaliknya. Khususnya pada tindakan keperawatan kepada klien dan tindakan invasive lainnya, yang berhubungan dengan pasien atau tidak kontak langsung dengan pasien, seperti tindakan mencuci tangan untuk menjaga kebersihan tangan saat di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

3. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui pelaksanaan cuci tangan perawat di Ruangan ICU Rumah Sakit Elisabeth Medan

4. Manfaat penelitian

4.1. Pelayanan keperawatan

(17)

asuhan keperawatan terlaksana dengan baik dan kebutuhan pasien tercapai dengan puas dari pelayanan keperawatan.

4.2. Pendidikan keperawatan

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 1. Cuci Tangan

1.1. Definisi cuci tangan

Menurut Tim Depkes (1987) mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen, et.al., 2004). Sedangkan menurut Purohito (1995) mencuci tangan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi sebelum melakukan tindakan keperawatan misalnya: memasang infus, mengambil spesimen. Infeksi yang di akibatkan dari pemberian pelayanan kesehatan atau terjadi pada fasilitas pelayanan kesehatan.Infeksi ini berhubungan dengan prosedur diagnostik atau terapeutik dan sering termasuk memanjangnya waktu tinggal di rumah sakit (Perry & Potter, 2000).

(19)

Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat di kurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.Tangan harus di cuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan.Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan.

1.2. Tujuan cuci tangan

Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan, Mencegah infeksi silang

(cross infection), Menjaga kondisi steril, Melindungi diri dan pasien dari infeksi, Memberikan perasaan segar dan bersih.

1.3. Indikasi cuci tangan

Indikasi untuk mencuci tangan menurut Depkes RI. (1993) adalah : Sebelum melakukan prosedur invasif misalnya : menyuntik, pemasangan kateter dan pemasangan alat bantu pernafasan, Sebelum melakukan asuhan keperawatan langsung, Sebelum dan sesudah merawat setiap jenis luka Setelah tindakan tertentu, tangan diduga tercemar dengan mikroorganisme khususnya pada tindakan yang memungkinkan kontak dengan darah, selaput lendir, cairan tubuh, sekresi atau ekresi, Setelah menyentuh benda yang kemungkinan terkontaminasi dengan mikroorganisme virulen atau secara

(20)

kolonisasi mikroorganisme yang bermakna secara klinis atau epidemiologis

Setiap kontak dengan pasien-pasien di unit resiko tinggi Setelah melakukan asuhan langsung maupun tidak langsung pada pasien yang tidak infeksius.

1.4. Keuntungan mencuci tangan

Menurut Puruhito (1995), cuci tangan akan memberikan keuntungan Dapat mengurangi infeksi nosocomial, Jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan lebih bersih dibandingkan dengan tidak mencuci tangan Dari segi praktis, ternyata lebih murah dari pada tidak mencuci tangan sehingga tidak dapat menyebabkan infeksi nosokomial.

1.5. Macam- macam cuci tangan dan cara cuci tangan

Cuci tangan dalam bidang medis dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu cuci tangan medical (medical hand washing), cuci tangan surgical (surgical hand washing) dan cuci tangan operasi (operating theatre hand washing). Adapun cara untuk melakukan cuci tangan tersebut dapat dibedakan berbagai cara :

1.5.1. Tehnik mencuci tangan biasa

(21)

medis atau kantung plastik berwarna kuning untuk sampah yang terkontaminasi atau terinfeksi), alat pengering seperti tisu, lap tangan (hand towel), sarung tangan (gloves), sabun cair atau cairan pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan, serta di bawah wastefel terdapat alas kaki dari bahan handuk.

1.5.1.1. Prosedur kerja cara mencuci tangan biasa adalah:

a. Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam tangan.

b. Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agar memperoleh posisi yang nyaman.

c. Membuka kran air dengan mengatur temperatur airnya. d. Menuangkan sabun cair ke telapak tangan.

e. Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak tangan, kemudian kedua punggung telapak tangan saling menumpuk, bergantian, untuk membersihkan sela-sela jari.

f. Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.

(22)

h. Membersihkan (membilas) tangan dengan air yang mengalir sampai bersih sehingga tidak ada cairan sabun dengan ujung tangan menghadap ke bawah.

i. Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari, karena jari yang telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih.

j. Pada saat meninggalkan tempat cuci tangan, tempat tersebut dalam keadaan rapi dan bersih. Hal yang perlu diingat setelah melakukan cuci tangan yaitu mengeringkan tangan dengan hand towel.

1.5.2. Tehnik mencuci tangan aseptik

Mencuci tangan aseptik yaitu cuci tangan yang dilakukan sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan menggunakan antiseptik. Mencuci tangan dengan larutan disinfektan, khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan pasien yang mempunyai penyakit menular atau sebelum melakukan tindakan bedah aseptik dengan antiseptik dan sikat steril.

Prosedur mencuci tangan aseptik sama dengan persiapan dan prosedur pada cuci tangan higienis atau cuci tangan biasa, hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti dengan antiseptik dan setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril.

(23)

Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril (suci hama), khususnya bila akan membantu tindakan pembedahan atau operasi. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah menyediakan bak cuci tangan dengan pedal kaki atau pengontrol lutut, sabun antimikrobial (non-iritasi, spektrum luas, kerja cepat), sikat scrub bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas dan topi atau penutup kepala, handuk steril, pakaian di ruang scrub dan pelindung mata, penutup sepatu. Prosedur kerja cara mencuci tangan steril adalah sebagai berikut:

1. Terlebih dahulu memeriksa adanya luka terpotong atauabrasi pada tangan dan jari, kemudian melepaskan semua perhiasanmisalnya cincin atau jam tangan.

2. Menggunakan pakaian bedah sebagai proteksi perawatyaitu: penutup sepatu, penutup kepala atau topi, masker wajah,pastikan masker menutup hidung dan mulut anda dengan kencang.Selain itu juga memakai pelindung mata.

(24)

4. Membasahi tangan dan lengan bawah secara bebas, mempertahankankan tangan atas berada setinggi siku selama seluruh prosedur.

5. Menuangkan sejumlah sabun (2 sampai 5 ml) ke tangan dan menggosok tangan serta lengan sampai dengan 5 cm di atas siku.

6. Membersihkan kuku di bawah air mengalir dengan tongkat oranye atau pengikir. Membuang pengikir setelah selesai digunakan.

7. Membasahi sikat dan menggunakan sabun antimikrobial. 8. Menyikat ujung jari, tangan, dan lengan. Menyikat kuku

tangan sebanyak 15 kali gerakan. Dengan gerakan sirkular, menyikat telapak tangan dan permukaan anterior jari 10 kali gerakan. Menyikat sisi ibu jari 10 kali gerakan dan bagian posterior ibu jari 10 gerakan. Menyikat samping dan belakang tiap jari 10 kali gerakan tiap area, kemudian sikat punggung tangan sebanyak 10 kali gerakan. Seluruh penyikatan harus selesai sedikitnya 2 sampai 3 menit (AORN, 1999 sebagaimana dikutip oleh Perry& Potter, 2000).

(25)

menyikat bagian tengah dan atas lengan bawah dengan cara yang samasetelah selesai menyikat buang sikat yang telah dipakai. Dengan tangan fleksi, mencuci keseluruhan dari ujung jari sampai siku satu kali gerakan, biarkan air mengalir pada siku.

10.Mengulangi langkah 8 sampai 10 untuk lengan yang lain. 11.Mempertahankan lengan tetap fleksi, buang sikat kedua

dan mematikan air dengan pedal kaki. Kemudian mengeringkan dengan handuk steril untuk satu tangan secara seksama, menggerakan dari jari ke siku dan mengeringkan dengan gerakan melingkar.

12.Mengulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain dengan menggunakan area handuk yang lain atau handuk steril baru.

13.Mempertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari tubuh anda. Perawat memasuki ruang operasi dan melindungi tangan dari kontak dengan objek apa pun. 1.5.4. Kewaspadaan untuk perawat dalam melakukan cuci tangan

steril

(26)

sarung tangan steril di areareguler, perawat tidak perlu menyikat atau mengeringkan tangan dengan handuk steril. Dengan penyabunan dan penggosokan yang dilakukan duakali sesuai prosedur akan menjamin tangan bersih. Pada situasi ini perawat dapat menggunakan handuk kertas untuk pengeringan. Pengeringan dimulai dari area yang paling bersih ke area yang kurang bersih. Pengeringan mencegah kulit kering dan memudahkan penggunaan sarung tangan (perry & potter, 2005).

1.5.5. Perilaku cuci tangan tenaga kesehatan

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

(27)

ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku menurut Notoatmodjo (2003) dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior).Perilaku tertutup (convert behavior) merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka (overt behavior) merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

(28)

terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya; faktor-faktor pendukung enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya fasilitas untuk cuci tangan; dan faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Musadad, et.al.(1993) ditulis dalam CDK (Cermin Dunia Kedokteran) yaitu perilaku cuci tangan oleh tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat menunjukkan bahwa sebagian besar petugas tersebut tidak melaksanakan cuci tangan. Hal ini terlihat pada waktu petugas akan memeriksa pasien, baik saat pertama kali atau pergantian dari pasien satu ke pasien lainnya. Mereka pada umumnya mencuci tangan setelah selesai melakukan pemeriksaan pasien keseluruhannya. Kondisi seperti ini dapat memicu terjadinya Infeksi nosokomial yang dikenal dengan Healthcare Associated Infections (HAIs) yang dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien (Depkes RI, 2009).

(29)

hygiene (kebersihan tangan) karena kegagalan dalam menjaga kebersihan tangan adalah penyebab utama infeksi nosokomial dan mengakibatkan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan (Menkes dalam Depkes RI, 2009).

Menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan menurut Tietjen, et.al. (2004) adalah metode paling mudah, murah dan efektif dalam pencegahan infeksi nosokomial dengan strategi yang telah tersedia, yaitu:

1. Menaati praktek pencegahan infeksi yang diajurkan, terutama kebersihan dan kesehatan tangan (cuci tangan) serta pemakaian sarung tangan.

2. Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti dengan sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi.

3. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area beresiko tinggi lainnya di mana kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan pada agen penyebab infeksi sering terjadi.

(30)

sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan, menggunakan alat pelindung yang sesuai untuk setiap tindakan seperti misalnya: sarung tangan, gaun pelindung, celemek, masker, kacamata pelindung oleh setiap kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lain, pengelolaan dan pembuangan alat-alat tajam dengan hati-hati, pengelolaan limbah yang tercemar oleh darah atau cairan tubuh dengan aman, pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan melakukan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi dengan benar, dan pengelolaan linen yang tercemar dengan benar.

1.5.6. Faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan cuci tangan perawat

(31)

tangan.Kepatuhan cuci tangan juga dipengaruhi oleh tempat tugas.

Menurut Saefudin, et.al. (2006), tingkat kepatuhan untuk melakukan KU (Kewaspadaan Universal), khususnya berkaitan dengan HIV / AIDS, dipengaruhi oleh faktor individu (jenis kelamin, jenis pekerjaan, profesi, lama kerja dan tingkat pendidikan), faktor psikososial (sikap terhadap

HIV dan virus hepatitis B, ketegangan dalam suasana kerja, rasa takut dan persepsi terhadap resiko), dan faktor organisasi manajemen (adanya kesepakatan untuk membuat suasana lingkungan kerja yang aman, adanya dukungan dari rekan kerja dan adanya pelatihan).

(32)

1.6. Tempat dan penyebab infeksi nasokomial khusus di ruangan ICU dengan ketidakpatuhan dalam melakukan cuci tangan dan menjaga kebersihan tangan

1.6.1. Traktus urinarius Pemasangan kateter urine : a. Sistem drainase terbuka.

b. Kateter dan selang tidak tersambung

c. Kantung drainase menyentuh permukaan yang terkontaminasi.

d. Tehnik penampungan yang tidak tepat. e. Obstruksi atau gangguan pada drainase urine.

f. Urine dalam kateter atau selang drainase masuk kembali kedalam

kandung kemih (refluk).

g. Tehnik mencuci tangan yang tidak tepat. h. Mengirigasi ulang kateter dengan larutan. 1.6.2. Luka bedah atau traumatic

a. Persiapan kulit (mencukur dan membersihkan) yang tidak tepat, sebelum pembedahan.

b. Tehnik mencuci tangan tidak tepat.

c. Tidak membersihkan permukaan kulit dengat tepat. d. Tidak tepat menggunakan tehnik aseptic selama ganti

(33)

e. Menggunakan larutan antiseptic yang sudah terkontaminasi.

1.6.3. Traktur respiratorius

a. Peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi.

b. Tidak tepat menggunakan tehnik aseptic saat pengisapan pada jalan napas.

c. Pembuangan sekresi mukosa dengan cara yang tidak tepat.

d. Tehnik mencuci tangan yang tidak tepat. 1.6.4. Aliran darah

a. Kontaminasi cairan intravena melalui pergantian selang atau jarum.

b. Memasukkan obat tambahan ke cairan intravena.

c. Penambahan selang penyambung atau stopcocks pada system intravena.

d. Perawatan area tusukan yang tidak tepat. e. Jarum atau kateter yang terkontaminasi.

f. Gagal untuk mengganti tempat akses intravena ketika tampak pertama kali ada imflamasi.

g. Tehnik yang tidak tepat selama pemberian bermacam produk darah.

h. Perawatan yang tidak tepat terhadap pirau peritoneal atau hemodialisis.

(34)

1.7. Tahapan infeksi nasokomial

1. Tahap pertama, mikroba pathogen bergerak menuju ke pejamu/penderita dengan mekanisme penyebaran (mode of transmission) terdiri dari penularan langsung dan tidak langsung (Darmadi 2008).

a. Penularan langsung

Melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas, keluarga/pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain berupa darah saat transfuse darah.

b. Penularan tidak langsung

i. Vehicle-borne yaitu penyebaran/penularan mikroba pathogen melalui benda-benda mati seperti peralatan medis atau peralatan lainnya. Tindakan invasif seperti pemasangan kateter, vena pungsi, tindakan pembedahan, proses, dan tindakan medis lain beresiko untuk terjadinya infeksi nasokomia.

ii. Food borne yaitu penyebaran atau penularan makanan/minuman yang disajikan penderita.

(35)

iv. Air borne yaitu penyebaran atau penularan pathogen melalui udara, ini disebabkan karena ruang dan bangsa yang tertutup secara teknis kurang baik ventilasi, dan pencahayaannya.

2. Tahap kedua, upaya dari mikroba pathogen untuk menginvasi ke jaringan/organ pejamu (pasien) dengan cara mencari akses masuk seperti adanya kerusakan, lesi/kulit atau mukosa dari rongga hidung, mulut, orifisium uretra, dan sebagainya.

a. Hal ini dapat terjadi sewaktu melakukan insisi bedah atau jarum suntik. Mikroba pathogen yang dimaksud antara lain virus hepatitis B.

b. Mikroba masuk melalui kerusakan/lesi mukosa saluran urogenital karena tindakan invasive seperti tindakan kateterisasi, sistoskopi, pemeriksaan dan tindakan ginekologi, pertolongan persalin pervaginam patologis, baik dengan bantuan alat instrument medis maupun tanpa bantuan instrumen medis.

(36)

kontak terpapar antara sumber penularan dan penderita akan meningkatkan risiko penularan.

1.8. Dampak Infeksi Nasokomial akibat kekurangan perawat dalam melakukan tindakan proses keperawatan dengan kebersihan tangan

Infeksi nasokomial dapat mengakibatkan beberapa dampak antara lain:

a. Menyebabkan cacat fungsional, serta stress emosional, dan dapat menyebabkan cacat yang permanen serta kematian. b. Dampak tertinggi pada Negara berkembang dengan

prevalensi HIV/AID yang tinggi.

c. Meningkatkan biaya kesehatan di berbagai Negara yang tidak mampu dengan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat obat mahal, dan penggunaan pelayanan lainnya.

d. Morbilitas dan mortalitas semakin tinggi. e. Adanya tuntutan secara hukum.

f. Penurunan citra rumah sakit 1.9. Pengelolaan infeksi nasokomial

Terjadi infeksi nasokomial dipengaruhi oleh:

a. Banyaknya pasien yang dirawat dapat menjadi sumber infeksi bagi lingkungan, dan pasien lainnya .

(37)

c. Kontak langsung antara petugas rumah sakit yang tercemar kuman dengan pasien

d. Penggunaan alat/peralatan medis yang tercemar oleh kuman e. Kondisi pasien yang lemah akibat yang dideritanya

Seperti yang diketahui, penderita yang terindikasi harus menjadi proses asuhan keperawatan, yaitu penderita harus menjalani proses asuhan keperawatan seperti observasi, tindakan medis akut, atau pengobatan yang berkesinambungan. daya tahan tubuh yang lemah sangat rentan terkena infeksi. Masuknya mikroba ke penderita tentunya berasala dari sekitar penderita, dimana penderita menjalani proses asuhan keparawatan, seperti penderita lain yang juga dalam proses keprawatan, petugas pelaksana seperti dokter, dan terkusus perawat, peralatan medis, tempat ruangan dimaan penderita dirawat, tempat dan kamar penderita menjalani tindakan medis akut seperti kamar operasi, kamar persalinan, makanan dan minuman yang disajikan rumah sakit,serta lingkungan rumah sakit. Untuk dapat mengendalikannya diperlukan adanya mekanisme kerja atau system yang bersifat lintas sektoral dan diperlukan kerja sama sesama tim kesehatan khusus nya bagi perawat untuk menerapkan kepatuhan penerapan infeksi nasokomial

(38)

Dalam mengendalikan infeksi nasokomial di rumah sakit, ada tiga hal yang perlu dalam program penerapan infeksi nasokomial.

a. Adanya system surveilan yang mantap.

b. Surveilan suatu penyakit adalah tindakan pengamatan yang sistemik dan dilakukan terus-menerus terhadap penyakit tersebut yang terjadi pada suatu populasi tertentu dengan tujuan untuk dapat melakukan penerapan infeksi nasokomial, dan menurunkan risiko terjadinya infeksi nasokomial.keberhasilan seorang perawat dalam penerapan infeksi nasokomial bukan karena cangihnya peralatan rumah sakit, tetapi ditentukan oleh kesempurnaan perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan penderita secara benar.dalam pelaksanaan surveilan ini perawat sebagai petugas lapangan di garis paling depan mempunyai peran yang sangat menentukan.

(39)

sakit dengan tujuan mengembalikan sikap mental yang benar dalam merawat penderita.

Transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan hygiene dari tangan.Tetapi pada kenyataan, hal ini sangat sulit untuk dilakukan dengan benar. Hal ini karena banyaknya alasan seperti kurangnya peralatan, alergenik pencuci tangan, sedikitnya pengetahuan tentang pentingnya hal ini, selain itu penggunaan sarung tangan sangat dianjurkan apabila melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien yang menderita penyakit-penyakit infeksi. Hal ini diingatkan kepada perawat memakai sarung tangan saat menyentuh darah, cairan tubuh, atau keringat, tinja, urin, membrane mukosa, dan bahan yang kita aggap telah terkontaminasi, dan segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan, untuk mencegah penyebaran melalui jarum suntik maka diperlukan : (1) pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan, (2) pergunakan jarum steril (3) penggunaan alat suntik yang disposable. (Numed, 2012)

(40)

untuk menyerahkan instrument tajam tersebut ataupun mengembalikannya. Operator bertanggung jawab untuk menempatkan benda tajam secara aman dalam pemasangan infus, intubasi.

1.12. Tindakan invasif

Tindakan invasif sederhana adalah suatu tindakan memasukkan alat kesehatan ke dalam tubuh, dan menyebar ke jaringan.Contoh : suntikan, pemasangan kateter, dan lain-lain.

Tindakan invasif di ruangan ICU dalam perawatan luka, perawat tidak memperhatikan hygiene perorangan, tidak mencuci tangan, bekerja tanpa memperhatikan tehnik aseptic, dan antiseptic, tidak memahami cara penularan/penyebaran kuman pathogen Menderita penyakit menular/infeksi/karier. Tidak mematuhi tata tertib tentang peraturan yang dibuat oleh manager Rumah Sakit tentang protap dalam perawatan di ruangan ICU, bekerja ceroboh, dan masa bodoh terhadap lingkungan. Petugas khusus tidak memperhatikan kebersihan perorangan, mempunyai penyakit infeksi/menular/karier,t idak memperhatikan tehnik aseptic/antiseptic, ceroboh dalam bekerja, kuku panjang, mencuci tangan dengan cara yang tidak benar.

1.13. Tindakan prosedur keperawatan di ruangan ICU

(41)

dari rumah sakit, membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang kondusif bagi pasien dan staf keperawatan mengajarkan, mengarahkan dan membantu dalam kegiatan professional keperawatan, turut serta dan bekerja sama dengan semua anggota tim kesehatan yang ada di rumah sakit dan tempat kerja.

(42)

BAB IIII

KERANGKA KONSEP 1. Kerangka penelitian

Yang menjadi focus penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan cuci tangan perawat terhadap tindakan prosedur keperawatan di ruangan ICU sesuai dengan 7 langkah benar prosedur pelaksaan cuci tangan. Adapun variable yang yang digunakan pada penelitian ini untuk menilai pelaksanaan cuci tangan menurut arikunto 2010 adalah: perawat yang melaksanakan cuci tangan dengan baik dengan rentang nilai 76-100% dikatakan cukup 65-75%, rentang nilai < 65% dikatakan kurang baik. Adapun variable pelaksanaan cuci tangan perawat di ruangan ICU RS St.Elisabeth medan adalah sebagai berikut :

Keterangan :

= yang mau diteliti

Baik = 48-52 Cukup = 40-44 Kurang = <40 Pelaksanaaan cuci

(43)

2. Definisi operasional

Tabel definisi operasional palaksanaan cuci tangan perawat pada prosedur tindakan keperawatan.

(44)

perawat Rumah Sakit Santa

(45)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasikan pelaksanaan cuci tangan perawat dengan prosedur tindakan asuhan keperawatan di ruang ICU Rumah sakit St. Elisabeth Medan berdasarkan atas standard prosedur yang di tetapkan rumah sakit dan kementerian kesehatan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang memiliki sifat atau ciri yang sama (Machfoedz, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana ruangan ICU, adapun pertimbangan pemilihan Instalasi tersebut karena perawat yang bekerja sebagai perawat pelaksana dengan jumlah populasi adalah 37 orang.

2.2. Sampel Penelitian

Pada penelitian ini teknik sampling yang diambil adalah total sampling sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 37 orang 3. Lokasi dan Waktu Penelitian

(46)

Medan. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut adalah belum pernah dilakukan observasi pelaksanaan cuci tangan di Rumah Sakit St.Elisabeth Medan

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari program studi ilmu keperawatan ekstensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Direktur RSU Santa Elisabeth Medan.Kemudian peneliti mendekati calon responden yang memenuhi criteria, meminta kesediaan calon responden penelitian. Apabila calon responden bersedia peneliti akan menjelaskan tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian, kemudian responden dipersilahkan menandatangi informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak.

Untuk menjaga kerahasian responden maka peneliti tidak mencantumkan nama lengkap responden tetapi mencantumkan nama inisial responden atau member kode pada masing-masing lembar kusioner. Kerahasian informasi dijaga oleh peneliti dan data yang diberikan oleh responden hanya digunakan untuk penelitian ini saja. Selama proses pengambilan data, tidak akan menyebabkan tekanan psikologis pada responden sehingga tidak menimbulkan efek bagi responden.

5. Instrumen Penelitian

(47)

Kuesioner yang pertama adalah tentang Data demografi responden terdiri dari: jenis kelamin, usia jejang pendidikan, lama bekerja, dan status pernikahan.

Kuesioner yang kedua tentang pelaksanaan cuci tangan perawat sesuai dengan standart operasional dirumah sakit dengan tindakan asuhan keperawatan khusunya di ruangan ICU.

Menurut Nursalam (2007) keperawatan yang efektif dan efisien dalam membantu kesehatan pasien yang optimal setelah pulang dari rumah sakit, membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang kondusif bagi pasien dan staf keperawatan mengajarkan, mengarahkan dan membantu dalam kegiatan professional keperawatan, turut serta dan bekerja sama dengan semua anggota tim kesehatan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan dengan jumlah soal 13 butir pada pelaksanaan cuci tangan perawat dengan dengan kategori selalu dilakukan, sering dilakukan, jarang dilakukan, tidak dilakukan. Pelaksanaan cuci tangan perawat dikatakan dengan baik apabila persentase ketepatan mencuci tangan perawat dengan nilai 48-52 , cukup apabila nilai 40-44 , sedangkan dinyatakan kurang apabila nilai <40.

6. Uji validitas dan reliabilitas

(48)

7. Pengumpulan data

a. Adapun proses yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu, mengajukan permohonan ijin kepada program studi ilmu Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.

b. Kemudian surat dari Fakultas Keperawatan USU di kirim ke Rumah Sakit St Elisabeth Medan sebagai tempat penelitian

c. Setelah mendapat izin dari Direktur Rumah Sakit St. Elisabeth Medan peneliti melakukan pengumpulan data

d. Peneliti menjumpai kepala ruangan ICU Rumah Sakit St Elisabeth Medan dan menjelaskan maksud dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti

e. Setelah menjelaskan tentang tujuan penelitian selanjutnya penulis memberikan kuesioner pada penanggung jawap setiap shif pagi, sore, malam.

f. Kemudian peneliti ikut mengbservasi tindakan yang dilakukan perawat kurang dari 3 minggu.

g. Kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data sehingga jaika ada data yang kurang lengkap dapat dilengkapi dengan segera.

h. Kemudian seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa. 8. Analisa Data

a. Editing

(49)

dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban sudah di isi.

b. Coding

Setelah kuesioner di pastikan terisi dengan lengkap, kemudian penulis memberikan code di setiap item pernyataan, mulai dari data demografi, kusioner pelaksanaan cuci tangan perawat di ruangan ICU.

c. Tabulating

Setelah smua data di beri coding, kemudaian data tersebut di masukkan ke program excel, berdasarkan pernyataan yang kuesioner.

d. Processing

Data yang telah di masukkan ke program excel kemudian diolah mengunakan menggunakan program SPSS , untuk melihat statistik univariat dan statistik bivariatnya.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

e. Statistik Univariat

(50)

untuk data demografi yang meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, lama bekerja, dan variabel gaya kepemimpinan kepala ruangan dan stress psikologi perewat pelaksana.

(51)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil

Bab ini menjelaskan uraian hasil penelitian pelaksanaan cuci tangan di ruangan ICU RS St. Elisabeth Medan dari kuesioner dan observasi pada responden yang sudah menyetujui tindakan penelitian.Berdasarkan hasil penelitian analisis univariat dengan satu variable tingkat keberhasilan dalam suatu tindakan proses keperawatan khususnya pelaksanaan tindakan cuci tangan di Ruangan ICU dengan berbagai prosedur tindakan keperawatan dasar pada klien di sesuaikan dengan tingkat kepatuhan dan tanggung jawap penuh yang di berikan kepada masing-masing individu untuk memperoleh hasil yang maksimal.

Untuk menunjang hasil yang memuaskan khususnya perawatan dasar seperti pelaksanaan cuci tangan sesuai dengan SOP , dari berbagai tindakan prosedur perawatan di ruangan ICU di butuhkan kepatuhan dan ketaatan. Aturan prosedur yang sudah di tetapkan dari hasil penelitian yang di lakukan oleh peneliti dengan observasi analitik di temukan beberapa data yang di perlukan untuk perbaikan pelayanan kesehatan di bidang perawatan dasar untuk perkembangan kesehatan masyarakat.dari hasil penelitian di peroleh data distribusi sebagai berikut:

5.1.1. Data demografi

(52)

Variabel Kategori F (%)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

(53)

Tabel 5.2 distribusi pelaksanaan cuci tangan perawat di ruangan ICU Dari hasil perhitungan data di temukan jumlah perawat yang mendapat nilai 76-100 sebanyak 29 responden, 65-75 sebanyak 6 responden dan <dari 65 sebanyak 2 responden.

Variabel Kategori Frekuensi Persenta se %

Pelaksanaan

cuci tangan perawat

di ruangan ICU

Baik dilakukan Kurang baik Tidak dilakukan

29 6 2

78 17 5

(54)

5.2 PEMBAHASAN

Cuci tangan dapat diartikan sebagai tindakan perawat untuk menggosok tangan dengan sabun secara bersama eluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas sesuai dengan prosedur pelaksanaan yang benar dan dibilas di bawah aliran air dengan menggunakan sabun antimikroba, dan bertujuan untuk membebaskan tangan dari kuman serta mencegah kontaminasi silang, memindahkan angka maksimum kulit dari kemungkinan adanya infeksi pathogen (kusyati 2010).

Berdasarkan pelaksanaan cuci tangan perawat di ruangan ICU Rumah Sakit Elisabeth Medan didapatkan mayoritas 78% sudah baik dilakukan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Supratman (2008) didapatkan hasil 80% tindakan cuci tangan dilakukan dengan baik. Begitu juga pada penelitian dari Purnama, (2009) didapatkan hasil 78,8% yang tindakan cuci tanganperawatdilakukan dengan baik. Berdasarkan hasil-hasil tersebut dapat di uraikan bahwa pelaksanaan cuci tangan perawat mayoritas telah dilakukan oleh perawat dengan baik. Hal ini juga telah didukung oleh data dari RS St.Elisabeth Medan bahwa perawat telah mendapatkan pelatihan tentang cuci tangan. (Survey awal, 2013) dan telah ada aturan yang mengharuskan perawat cuci tangan.

(55)

24,3%. Hal ini berarti pendidikan dan lama kerja dapat mendukung pelaksanaan cuci tangan perawat menjadi baik.

Menurut Handoko (2002), pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemampuan kerja seseorang. Oleh karena pendidikan adalah langkah awal untuk melihat kemampuan sesorang. Sementara Hasibuan (2007), pendidikan merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan pekerjaan. Dengan latar belakang pula seseorang dianggap akan mampu menduduki suatu jabatan. Selain itu pendidikan juga merupakan suatu pembinaan dalam proses berkembangnya kemampuan dasar yang ada padanya. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan cerminan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan berdasarkan kemampuan dasar yang ada padanya.

Apabila dikaitkan dengan umur perawat ruangan ICU Rumah Sakit Elisabeth Medan mayoritas 84% berada pada kategori umur 20-29 tahun yang berarti usia tersebut masih dapat menerima suatu bentuk aturan-aturan dari Rumah Sakit.

(56)

(1995), bahwa usia 30-40 tahun umumnya memiliki nilai motivasi, ambisi dan kerja keras untuk mencapai kesuksesan atau prestasi.

Berdasarkan pada item kuesioner dari pelaksanaan cuci tangan perawat, berdasarkan observasi didapat bahwa perawat melakukan pelaksanaan cuci tangan di ruangan ICU saat melakukan tindakan seperti pemasangan infus, pemasangan NGT, pemasangan kateter, penyuntikan, pembebasan jalan napas dengan suction, penggantian balutan infus, walaupun masih ada beberapa perawat yang tidak melakukan ataupun kurang baik melakukan cuci tangan di ruangan ICU Rumah Sakit Elisabeth Medan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 17% kurang baik pelaksanaan cuci tangan yang dilakukan perawat ICU.

(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di dapat hasil bahwa perawat yang selalu melaksanakan cuci tangan dengan baik sebanyak 78%, kurang baik dilakukan 17%, tidak dilakukan 5%.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan sebagai berikut: 1. Rumah Sakit

Diharapkan dapat melakukan supervisi yang baik tentang kepatuhan perawat dalam cuci tangan untuk mencegah terjadinya infeksi nasokomial

2. Pendidikan

Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi staf pengajar, mahasiswa bahwa pentingnya cuci tangan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan pencegahan terjadinya infeksi nasokomial

3. Peneliti

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi –VI. Jakarta: . Rineka Cipta.

Azwar. (2007) Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Darmadi. (2008). Infeksi Nasokomial: Problematika dan Pengendaliannya.

Jakarta: Salemba Medika.

Depkes RI. (2009). Standar Tenaga Keperawatan Di Rumah Sakit.

Direktoral Jenderal Pelayanan Medik.

Eni Kusyati, dkk. (2010). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.

Gibson, J.M. (1997). Mikrobiologi dan Patologi Untuk Perawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Handoko, T. H. (2001), Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogjakarta: BPFE.

Hasibuan. M. (2007), Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara Jakarta, Jakarta.

Hasibuan, M. (2003), Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas, Bumi Aksara, Jakarta.

Herlambang, S, & Murwarni, A. (2012). Management Kesehatan dan dan Rumah Sakit. Edisi Pertama. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Kozier, B. (2010). Buka Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 7. Jakarta: EGC.

Kusyati, E. (2006). Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium.Jakarta: EGC Melcher, J.A. (1995). Struktur Dan Proses Organisasi (Jilid 2). Jakarta :

PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Numed. (2012). Infeksi Nasokomial. Edisi Pertama. Yogyakarta: Nuha Medika.

Perdalin. (2010). Handout Pengendalian Infeksi Nasokomial. Jakarta.

Potter, P. A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajara Fundamental Keperawatan.

(59)

Purnama, S. D. (2009). Hubungan Antara Pengetahuan Perawat Tentang Cuci Tangan dengan Penerapan Prosedur Cuci Tangan di Bangsal Dewasa RSUD Muntilan. Skripsi. Fak. Kedokteran. Prodi. Ilmu Keperawatan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Putra. (2012). Panduan Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah. Edisi Pertama. Yogyakarta: D-Medika.

Robbin. P.S. (2002), Prinsip-prinsip perilaku organisasi. Edisi kelima, Penerbit, Erlangga, Jakarta.

Scahaffer. (2000). Pencegahan Infeksi dan Praktek yang Aman. Jakarta : EGC.

Sekaran, U. (1992), Research Methods for Business : Skill Building Approach; 2nd Edition, John Wiley & Sons, Inc.

Septiari, B. (2012). Infeksi Nasokomial. Edisi Pertama. Yogyakarta: Nuha Medika.

Setiadi. (2007). Konsep dan Riset Penulisan Keperawatan. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV.Alfabeta.

(60)
(61)
(62)
(63)
(64)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Inform Concent)

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yang melakukan penelitian dengan judul “Pelaksanaan cuci tangan di ruangan ICU Rumah Sakit St Elisabeth Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan cuci tangan perawat di ruangan ICU RS St Elisabeth Medan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan sebagai langkah awal untuk menyelesaikan skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan penjelasan diatas saya mengharaokan partisipasi saudara dalam memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan sesuai dengan pendapat saudara tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban saudara. Informasi yang Saudara berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.

Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, karena Saudara memiliki hak untuk bersedia atau tidak bersedia untuk menjadi responden tanpa ada sanksi apapun. Jika Saudara berkenan menjadi responden pada penelitian ini, silahkan Saudara menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan sebagai bukti kesukarelaan Saudara. Terima kasih atas pertisipasi Saudara pada penelitian ini.

Tanda tangan :

Tanggal :

Kode Responden :

(65)

PROSEDUR TINDAKAN KEPERAWATAN DI RUANGAN ICU RUMAH SAKIT SANTHA ELISABETH MEDAN

Instrumen Penelitian

Pernyataan I. Karakteristik Responden

Kepada Bapak/ Ibu isilah biodata anda dengan memberikan tanda checklist (√) atau isilah titik- titik pada setiap kolom yang telah tersedia.

1. Jenis Kelamin : Laki – laki Perempuan 2. Usia : Tahun

3. Tingkat Pendidikan : S1 Keperawatan D-III Keperawatan

SPK

4. Lama Bekerja : Tahun

5. Status : Menikah Belum menikah

Pernyataan

No Pernyataan 4 3 2 1

(66)

Pernyataan/ Kusioner pelaksanaan cuci tangan oleh perawat di Ruangan ICU sesuai dengan SOP mencuci tangan di RS Elisabeth Medan

Berikan tanda chek list ( ) pada kolom dibawah ini sesuai dengan tindakan yang dilakukan perawat dengan pilihan sebagai berikut:

Selalu dilakukan dengan tepat : 4 Jarang dilakukan dengan tepat:2 Sering dilakukan dengan tepat : 3 Tidak pernah dilakukan : 1 Nama perawat : Nama tindakan : mencuci tangan

No Pernyataan tindakan 4 3 2 1 Respon

den 1 Gunakan bak dengan air mengalir, sabun biasa

atau mikroba, handuk pengering/tissue

2 Buka arloji, cincin dan gulung lengan baju bila panjang

3 Perhatikan kuku agar tetap pendek

4 Berdiri di depan bak tempat kran air, jaga tangan dan seragam tidak ,menempel pada bak 5 Alirkan air, atur aliran dan suhunya hindarkan

percikan air ke baju

6 Basahi tangan dan lengan bawah di bawah air mengalir dengan posisi lebih rendah dari siku 7 Gunakan sabun sedikit (2-4 ml)

8 Gosokkan tangan sekurang-kuranganya 10 kali putaran sekitar 10- 15 detik dengan gerakan memutar dari jari telapa dan punggung tangan, serta seluruh permukaan dengan gerakan memanjang dan melintang posisi jari tangan menghadap ke bawah

9 Bersihkan bawah kuku dengan kuku tangan sebelah atau gunakan sikat tangan

10 Bilas tangan, tetap lebih rendah dari siku 11 Keringkan tangan dari jari pergelangan lalu

lengan bawah

12 Keringkan dengan handuk atau waslap sekali pakai

13 Mematikan air tanpa menyentuh kran

(67)

FREQUENCIES VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 /OR DER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet1] C:\Users\Lenovo\Documents\data baru spss.sav

Statistics

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat

ive

Percent

Valid jarang dilakukan dengan

tepat 2 5.4 5.4 5.4

sering dilakukan dengan

tepat 29 78.4 78.4 83.8

selalu dilakukan dengan

tepat 6 16.2 16.2 100.0

(68)

pertanyaan 2

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid jarang dilakukan dengan

tepat 2 5.4 5.4 5.4

sering dilakukan dengan

tepat 27 73.0 73.0 78.4

selalu dilakukan dengan

tepat 8 21.6 21.6 100.0

Total 37 100.0 100.0

pertanyaan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat

ive

Percent

Valid jarang dilakukan dengan

tepat 2 5.4 5.4 5.4

sering dilakukan dengan

tepat 26 70.3 70.3 75.7

selalu dilakukan dengan

tepat 9 24.3 24.3 100.0

(69)

pertanyaan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat

ive

Percent

Valid jarang dilakukan dengan

tepat 2 5.4 5.4 5.4

sering dilakukan dengan

tepat 21 56.8 56.8 62.2

selalu dilakukan dengan

tepat 14 37.8 37.8 100.0

Total 37 100.0 100.0

pertanyaan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat

ive

Percent

Valid jarang dilakukan dengan

tepat 1 2.7 2.7 2.7

sering dilakukan dengan

tepat 24 64.9 64.9 67.6

selalu dilakukan dengan

tepat 12 32.4 32.4 100.0

Total 37 100.0 100.0

pertanyaan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat

ive

Percent

Valid jarang dilakukan dengan

tepat 2 5.4 5.4 5.4

sering dilakukan dengan

tepat 23 62.2 62.2 67.6

selalu dilakukan dengan

tepat 12 32.4 32.4 100.0

(70)

pertanyaan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat

ive

Percent

Valid jarang dilakukan dengan

tepat 1 2.7 2.7 2.7

sering dilakukan dengan

tepat 19 51.4 51.4 54.1

selalu dilakukan dengan

tepat 17 45.9 45.9 100.0

Total 37 100.0 100.0

pertanyaan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat

ive

Percent

Valid jarang dilakukan dengan

tepat 2 5.4 5.4 5.4

sering dilakukan dengan

tepat 22 59.5 59.5 64.9

selalu dilakukan dengan

tepat 13 35.1 35.1 100.0

(71)

pertanyaan 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat

ive

Percent

Valid jarang dilakukan dengan

tepat 1 2.7 2.7 2.7

sering dilakukan dengan

tepat 25 67.6 67.6 70.3

selalu dilakukan dengan

tepat 11 29.7 29.7 100.0

Total 37 100.0 100.0

pertanyaan 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat

ive

Percent

Valid jarang dilakukan dengan

tepat 2 5.4 5.4 5.4

sering dilakukan dengan

tepat 29 78.4 78.4 83.8

selalu dilakukan dengan

tepat 6 16.2 16.2 100.0

(72)

pertanyaan 11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat

ive

Percent

Valid jarang dilakukan dengan

tepat 4 10.8 10.8 10.8

sering dilakukan dengan

tepat 21 56.8 56.8 67.6

selalu dilakukan dengan

tepat 12 32.4 32.4 100.0

Total 37 100.0 100.0

pertanyaan 12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat

ive

Percent

Valid jarang dilakukan dengan

tepat 1 2.7 2.7 2.7

sering dilakukan dengan

tepat 26 70.3 70.3 73.0

selalu dilakukan degan

tepat 10 27.0 27.0 100.0

(73)

pertanyaan 13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulat

ive

Percent

Valid jarang dilakukan dengan

(74)

Daftar riwayat hidup

Nama : Rio herimanto hasibuan Tempat tanggal lahir : Sigaol 01 februari 1990 Jenis kelamin ` : laki-laki

Agama :Kristen Protestan

Alamat :jl bunga Terompet medan selayang Riwayat pendidikan : 1. 1996- 2002 : SD N Sigaol

Gambar

Tabel
Tabel definisi operasional palaksanaan cuci tangan perawat
Tabel 5.2 distribusi pelaksanaan cuci tangan perawat di ruangan ICU

Referensi

Dokumen terkait

Argumentasi dasarnya adalah bahwa harga saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik ( intrinsic value ).. suatu saham yang merupakan nilai sesungguhnya pada

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas kasih dan rahmat-Nya sehingga penyusunan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “ANALISIS

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fundamental yakni Current Ratio (CR), Return On Asset (ROA), Net Profit Margin (NPM), Dept to Equity Ratio

Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas terhadap return saham pada perusahaan properti yang terdaftar di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental yang diukur dengan Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Current Ratio (CR) dan Risiko

Persoalan yang timbul adalah sejauh mana perusahaan mampu mempengaruhi harga saham di pasar modal, dan faktor atau variabel apa saja yang dapat di jadikan indikator,

Analisis Periode 5 Tahon 2012 - 2016 Analisis variabel ROE pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016, dimana koefisien beta ROE sebesar 0,28 dan signifikan sebesar 0, 11,

dimana variabel current ratio tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap. return