• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Morfologi dan Agronomi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Beberapa Aksesi Indonesia Bagian Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi Morfologi dan Agronomi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Beberapa Aksesi Indonesia Bagian Barat"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

KA

JARA

DE

ARAKTE

RAK PAG

EPARTEM

IN

ERISASI M

GAR (

Jatro

INDONE

MEN AGR

FAKU

NSTITUT

MORFOL

opha curc

ESIA BAG

Lely Ma

A24061

RONOMI

ULTAS PE

T PERTA

2010

LOGI DA

as L.

) BE

GIAN BA

artina

133

I DAN HO

ERTANIA

ANIAN BO

0

AN AGRO

EBERAPA

ARAT

ORTIKU

AN

OGOR

ONOMI

A AKSES

ULTURA

1

(2)

2

RINGKASAN

LELY MARTINA. Karakterisasi Morfologi dan Agronomi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Beberapa Aksesi Indonesia Bagian Barat. (Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN dan ENDANG MURNIATI).

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari karakter tanaman jarak pagar aksesi Indonesia bagian Barat berdasarkan karakter morfologi dan agronomi serta mengidentifikasi aksesi potensial untuk dikembangkan sebagai kultivar unggul baru. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo dan Kebun Jarak Pagar Indocement, Citeureup, Bogor pada Oktober 2009 – April 2010.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor. Tanaman yang digunakan berasal dari 15 aksesi dari lima wilayah Indonesia bagian Barat yaitu Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi. Setiap aksesi terdiri atas lima ulangan masing-masing satu tanaman sehingga terdapat 75 unit percobaan. Bahan tanaman yang digunakan berasal dari setek. Selama di pembibitan bahan tanam berada dalam polibag ukuran 25 cm x 25 cm dan berada di bawah naungan. Setelah bahan tanam berumur dua bulan, bahan tanam dipindahkan ke lapangan yaitu Kebun Jarak Pagar Indocement, Citeureup, Bogor.

Pengamatan terhadap peubah yang diamati dibagi menjadi dua tahap, yaitu selama fase vegetatif dan fase generatif. Karakter tanaman jarak pagar yang diamati meliputi karakter kuantitatif dan kualitatif. Data hasil penelitian yang bersifat kuantitatif diolah menggunakan analisis ragam (Anova) sedangkan data yang berupa karakter kualitatif dilakukan identifikasi terhadap peubahnya. Kemiripan antar aksesi jarak pagar diketahui dengan melakukan analisis gerombol. Pengamatan fase vegetatif diamati pada saat tanaman berumur 0 MSP (pembibitan), 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP sedangkan selama fase generatif, pengamatan dilakukan dua kali dalam seminggu.

(3)

3 perbedaan antar aksesi pada peubah tersebut. Seluruh peubah yang diamati selama fase generatif menunjukkan perbedaan antar aksesi jarak pagar. Peubah tersebut adalah jumlah buah per tanaman, jumlah buah per malai, keserempakan masak buah, jumlah cabang produktif, persentase cabang produktif, jumlah biji per tanaman, bobot biji kering, dan waktu mekar bunga pertama sedangkan untuk peubah jumlah sepal dan petal tidak berbeda antar aksesi jarak pagar yang diamati.

Seleksi terhadap 15 aksesi jarak pagar dilakukan berdasarkan lima peubah terpilih yaitu jumlah cabang, jumlah cabang produktif, jumlah buah per malai, waktu mekar bunga pertama, dan keserempakan masak buah. Pemilihan peubah ini dilihat dari adanya perbedaan antar aksesi terhadap beberapa peubah pertumbuhan pada 10 MSP dan peubah produksi. Aksesi jarak pagar yang potensial untuk pengembangan kultivar unggul baru berdasarkan karakter morfologi dan agronomi adalah aksesi Banten I, Bengkulu I, dan Sukabumi II. Hasil analisis gerombol pada tingkat kemiripan 80 % terhadap karakter kuantitatif jarak pagar yang diamati dapat dikelompokkan menjadi tiga gerombol. Gerombol I terdiri atas aksesi Medan I, Bengkulu I, Bengkulu III, Bengkulu IV, Bogor I, Bogor II, Bogor III, Sukabumi I, Sukabumi II, Sukabumi III, dan Sukabumi IV. Gerombol II terdiri atas satu aksesi jarak pagar yaitu aksesi Banten I. sedangkan aksesi Medan II, Bengkulu II, dan Banten II dapat dikelompokkan ke dalam gerombol III.

(4)

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI

JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) BEBERAPA AKSESI INDONESIA BAGIAN BARAT

Morphological and Agronomical Characterization Some Accessions of Jatropha curcas L. from Western Indonesia

Lely Martina 1), Memen Surahman 2), dan Endang Murniati 2) 1) Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura

2) Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura

Abstract

Morfological and agronomical characterization are important in developing superior varieties of jatropha. In this study, characterization was aimed for analyzing qualitative and quantitative character of 15 accessions from 5 regions in western Indonesia, i.e. Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, and Sukabumi. Based on 5 variables, i.e. number of branches, number of productive branches, number of fruits per plant,uniformity of fruits ripening, and time of flowering, there were 3 accessions that have best character. They were Banten I, Bengkulu I, and Sukabumi II. The qualitative characteristic identification showed that qualitative characterization was not influenced by accessions. Based on cluster analysis showed that at 80 % similarity level the 15 accessions could be classified into three main groups. Group I consist of Medan I, Bengkulu I, Bengkulu III, Bengkulu IV, Bogor I, Bogor II, Bogor III, Sukabumi I, Sukabumi II, Sukabumi III, and Sukabumi IV. Group II contain Banten I whereas Medan II, Bengkulu II, and Banten II could be grouped into Group III.

Key words: Jatropha curcas L., characterization, accessions, cluster analysis,

(5)

i

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI

JARAK PAGAR (

Jatropha curcas L.

) BEBERAPA AKSESI

INDONESIA BAGIAN BARAT

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

LELY MARTINA

A24061133

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

ii Judul : KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI

JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) BEBERAPA AKSESI INDONESIA BAGIAN BARAT

Nama : LELY MARTINA NIM : A24061133

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr. Dr. Ir. Endang Murniati, MS. NIP 19630628 199002 1 002 NIP 19471006 198003 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP 19611101 198703 1 003

(7)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah pada 22 Maret 1988. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Amin Kajora dan Ibu Suparti.

(8)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian karakterisasi morfologi dan agronomi jarak pagar beberapa aksesi Indonesia bagian Barat dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mempelajari karakter jarak pagar aksesi Indonesia bagian Barat dan mengidentifikasi aksesi potensial untuk mengembangkan kultivar unggul baru. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo dan Kebun Jarak Pagar Indocement, Citeureup, Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr. selaku pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi

2. Dr. Ir. Endang Murniati, MS. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi

3. Dr. Ir. Yudiwanti WE Kusumo, MS. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran kepada penulis

4. Misnen, SP.MSi. dan Mas Ali atas bantuan dan arahan selama penelitian di lapangan

5. Ibu, Bapak, Mas Wawan, Opik, dan Pepeng yang telah memberikan dukungan yang tulus baik moriil maupun materiil

6. Imel dan Leni atas bantuan yang diberikan selama penelitian. Aisyah Family (Sutardi, Risma, Awal, Achie, Cita, Nanda, Mba Aw, dan Ipit) dan An Nissa House (Caturi, Dhani, dan Ande) atas semangat dan dukungannya serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2010

(9)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi 

DAFTAR GAMBAR ... vii 

DAFTAR LAMPIRAN ... viii 

PENDAHULUAN ... 1 

Latar Belakang ... 1 

Tujuan ... 3 

TINJAUAN PUSTAKA ... 4 

Tanaman Jarak Pagar ... 4 

Ekologi Tanaman Jarak Pagar ... 6 

Kandungan dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ... 8 

Keragaman Tanaman Jarak Pagar ... 9 

Komponen Pertumbuhan dan Produksi ... 11 

BAHAN DAN METODE ... 14 

Tempat dan Waktu ... 14 

Bahan dan Alat ... 14 

Metode ... 14 

Rancangan Percobaan ... 15 

Pelaksanaan Penelitian ... 16 

Pengamatan ... 16 

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20 

Hasil ... 20 

Kondisi Umum ... 20 

Karakter Kualitatif 15 Aksesi Jarak Pagar ... 21 

Karakter Kuantitatif 15 Aksesi Jarak Pagar ... 28 

Analisis Kemiripan 15 Aksesi Jarak Pagar ... 45 

Seleksi 15 Aksesi Jarak Pagar ... 46 

Pembahasan ... 49 

KESIMPULAN DAN SARAN ... 67 

DAFTAR PUSTAKA ... 68 

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kondisi iklim selama Oktober 2009 sampai April 2010 ... 20 

2. Rekapitulasi peubah kualitatif 15 aksesi jarak pagar pada pembibitan (0 MSP) ... 25 

3. Rekapitulasi peubah kualitatif 15 aksesi jarak pagar pada 2 MSP ... 26 

4. Rekapitulasi peubah kualitatif 15 aksesi jarak pagar pada fase generatif ... 27 

5. Rekapitulasi pengaruh 15 aksesi jarak pagar terhadap karakter morfologi dan agronomi yang diamati ... 28 

6. Diameter batang setek dan jumlah buku setek 15 aksesi jarak pagar di pembibitan (0 MSP) ... 30 

7. Tinggi cabang 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP... 32 

8. Jumlah cabang 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP ... 33 

9. Diameter cabang 15 aksesi jarak pagar pada 2 – 10 MSP ... 34 

10. Jumlah daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 MSP – 10 MSP ... 35 

11. Panjang daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP ... 36 

12. Lebar daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP ... 37 

13. Panjang tangkai daun 15 aksesi jarak pagar pada 2 – 10 MSP ... 38 

14. Peubah produksi 15 aksesi jarak pagar ... 41 

15. Jumlah buah yang dipanen, jumlah buah per malai, jumlah biji per tanaman, dan bobot biji kering 15 aksesi jarak pagar ... 44 

16. Lima peubah terpilih untuk seleksi 15 aksesi jarak pagar berdasarkan peubah pada fase vegetatif dan fase generatif ... 47 

(11)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Filotaksis daun tanaman jarak pagar tampak dari atas ... 5 

2. Tanaman jarak pagar yang terserang busuk Fusarium dan daun jarak pagar yang terserang tungau ... 21 

3. Warna daun muda jarak pagar... 22  4. Warna daun jarak pagar ... 23 

5. Jenis bunga jarak pagar berdasarkan bunga yang mekar dalam satu malai ... 24 

(12)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Sidik ragam pengaruh aksesi jarak pagar terhadap peubah kuantitatif fase vegetatif ... 72  2. Sidik ragam pengaruh aksesi jarak pagar terhadap peubah

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan energi dunia yang semakin meningkat serta semakin terbatasnya cadangan energi fosil mengakibatkan kekhawatiran tentang krisis energi. Tanda-tanda akan terjadinya krisis energi telah dirasakan saat ini, antara lain produksi dari sumber bahan bakar minyak (BBM) dan gas yang telah ada semakin menurun, eksplorasi ladang minyak dan gas baru semakin sering mangalami kegagalan. Hal ini menyebabkan perhatian terhadap energi terbarukan semakin bertambah, terutama terhadap sumber-sumber energi terbarukan dari sektor pertanian. Komoditas pertanian yang dibudidayakan masyarakat dan potensial untuk sumber bahan bakar nabati (BBN) atau sering disebut biofuel cukup banyak, antara lain kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, tebu, dan ubi kayu. Menurut Priyanto (2007) biofuel terdiri atas tiga produk, yaitu biodiesel yang berbahan baku minyak nabati atau minyak jarak pagar dan minyak kelapa sawit, pure plant oil atau minyak nabati asli yang juga berbahan baku minyak nabati, dan bioetanol yang berbahan baku singkong dan tebu.

(14)

2 diikutkan dalam program ini adalah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Nangroe Aceh Darussalam, Jakarta dan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Selain daerah-daerah tersebut, wilayah yang sesuai untuk pengembangan jarak pagar adalah Sumatera Utara, Bengkulu, Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua.

Hartati (2008a) menyatakan bahwa tanaman jarak pagar adalah tanaman menyerbuk silang meskipun persentase menyerbuk sendirinya juga cukup tinggi. Akibat menyerbuk silang, maka keturunan yang dihasilkan bersifat heterozigot dan populasinya tidak homogen (heterogen). Setiap benih yang dihasilkan merupakan genotipe yang berbeda dengan benih lainnya (one seed onegenotype). Penelitian dasar diperlukan untuk mengetahui karakteristik jarak pagar dengan mempelajari karakter kualitatif dan kuantitatif berbagai aksesi jarak pagar di Indonesia. Aksesi jarak pagar yang mempunyai keunggulan karakter kualitatif dan kuantitatif dapat dikembangkan menjadi kultivar unggul baru. Menurut Langenheim dan Thimann dalam Sunda (2007), karakterisasi merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi tanaman berdasarkan karakter-karakter yang dimiliki tanaman tersebut. Karakterisasi ini bertujuan mengembangkan varietas jarak pagar berdasarkan spesifik lokasi yaitu Indonesia bagian Barat. Daerah-daerah yang diikutkan dalam program penanaman jarak pagar oleh pemerintah terdiri atas berbagai daerah di Indonesia dengan kondisi lingkungan yang bervariasi.

(15)

3 tentang tanaman dan teknik budidaya jarak pagar yang didasarkan pada data kuantitatif hasil penelitian relatif sangat terbatas. Penelitian tentang tanaman jarak pagar sangat perlu dibakukan untuk menunjang pengembangan tanaman jarak pagar sebagai penghasil BBN.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mempelajari karakter tanaman jarak pagar aksesi Indonesia bagian Barat berdasarkan karakter morfologi dan agronomi.

2. Mengidentifikasi aksesi potensial untuk dikembangkan menjadi kultivar unggul baru.

(16)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jarak Pagar

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) berasal dari Amerika Tengah. Menurut Priyanto (2007) tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae dan masih satu keluarga dengan pohon karet dan ubi kayu sehingga karakter biologinya tidak terlalu jauh berbeda. Nurcholis dan Sumarsih (2007) menyatakan bahwa tanaman jarak memiliki percabangan yang tidak teratur dengan ranting bulat dan tebal, kulit batang berwarna keabu-abuan atau kemerah-merahan. Apabila batang ditoreh maka batang mengeluarkan getah seperti lateks, berwarna putih atau kekuning-kuningan. Selain itu, Mahmud et al. (2008) mengemukakan bahwa pertumbuhan batang tanaman jarak pagar tidak berlangsung secara terus menerus tetapi memiliki masa dormansi yang dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, dan cahaya. Batang bersifat sukulen (berair) sehingga tanaman jarak pagar toleran terhadap kekeringan.

Menurut Priyanto (2007) jarak pagar memiliki nama yang berbeda di setiap daerah. Nama daerah yang menunjukkan tanaman jarak pagar di antaranya: jarak

kosat dan jarak budeg (Sunda); jarak gundul dan jarak pager (Jawa dan Bali);

kalekhe paghar (Madura); lulu mau, paku kase, dan jarak pageh (Nusa Tenggara);

kuman name (Alor); jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, dan tondo

utomene (Sulawesi); serta ai huwa kamala, balacai, dan kadoto (Maluku).

(17)

5 cabang atau batang dan melewati 13 daun untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan dan membentuk angular divergence (sudut antar daun) 1380 . Arah spiral ada dua, yaitu searah dan berlawanan arah dengan jarum jam. Gambar 1 menunjukkan filotaksis daun tanaman jarak pagar.

Gambar 1. Filotaksis daun tanaman jarak pagar tampak dari atas

Bunga jarak pagar merupakan bunga berumah satu (monoecious) dan uniseksual tetapi kadang-kadang ditemukan bunga hermaprodit. Bunga terdiri atas bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan memiliki 8 – 10 tangkai sari, kepala sari berwarna krem-kuning. Bunga betina memiliki 3 tangkai putik yang berwarna hijau (Mahmud et al., 2008). Setiap malai terdapat bunga jantan dan bunga betina. Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga jantan (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).

Prihandana dan Hendroko (2006) menyatakan bahwa buah jarak pagar berbentuk oval, berupa buah kotak, dan berdiameter 2 – 4 cm. Berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika sudah matang. Pembentukan buah membutuhkan waktu selama 90 hari dari pembungaan sampai matang. Buah jarak pagar matang tidak serentak. Satu tandan buah jarak pagar biasanya terdapat bunga, buah muda, serta buah yang sudah kering.

(18)

6 menggunakan setek batang hanya mempunyai akar lateral (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).

Ekologi Tanaman Jarak Pagar

Jarak pagar membutuhkan curah hujan paling sedikit 600 mm per tahun untuk tumbuh baik dan jika curah hujan kurang dari 600 mm per tahun maka tanaman jarak pagar tidak dapat tumbuh, kecuali dalam kondisi tertentu seperti di Kepulauan Cape Verde, meskipun curah hujan hanya 250 mm per tahun tetapi kelembaban udaranya sangat tinggi (rain harvesting). Daerah-daerah dengan kelengasan tanah (jumlah air dalam tanah) yang rendah tidak menjadi faktor pembatas, jarak pagar dapat berproduksi sepanjang tahun tetapi tidak dapat bertahan dalam kondisi tanah jenuh air. Tanaman ini tumbuh pada ketinggian 0 – 1 700 m di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu 11 – 38 oC. Jarak pagar tidak tahan cuaca yang sangat dingin dan tidak sensitif terhadap panjang hari. Tanaman jarak pagar tidak dijumpai di daerah-daerah Amazon yang basah. Sebagai tanaman yang dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi-kondisi arid

dan semi-arid (xerophytic), jarak pagar dapat bertahan dari kekeringan selama tiga

tahun berturut-turut dengan menggugurkan daunnya untuk mengurangi transpirasi (Mahmud et al.,2008).

(19)

7 memiliki bunga, buah muda, buah tua, dan buah kering dalam satu cabang (Mahmud et al., 2008).

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbang Perkebunan) telah memilih wilayah pengembangan jarak pagar sesuai dengan kondisi iklim yang ada di Indonesia menjadi tiga, yaitu daerah basah atau sangat basah, daerah sedang, dan daerah kering sampai sangat kering. Daerah basah atau sangat basah adalah daerah yang memiliki bulan basah (curah hujan ≥ 100 mm/bulan) terjadi selama ≥ 10 bulan berturut-turut, daerah sedang dengan bulan basah 6 – 9 bulan berturut-turut, dan daerah kering sampai sangat kering dengan bulan basah ≤ 5 bulan (Mahmud et al., 2008).

Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi pertumbuhan yang lebih baik pada tanah-tanah ringan atau lahan-lahan dengan drainase dan aerasi yang baik. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah-daerah berbatu, berlereng pada perbukitan, sepanjang saluran air, dan batas-batas kebun (Mahmud et al., 2008). Menurut Okabe dan Somabhi dalam Mahmud et al. (2008), tanaman jarak pagar yang ditanam pada tanah bertekstur lempung berpasir memberikan hasil biji tertinggi daripada tanah bertekstur lainnya. Selanjutnya Jones dan Miller dalam Mahmud et al. (2008) mengemukakan meskipun jarak pagar terkenal dapat tumbuh dengan baik di tanah yang dangkal, berkerikil, berpasir, dan berliat, tetapi di tanah yang tererosi berat pertumbuhannya kerdil.

Menurut Mahmud et al. (2008) tanaman jarak pagar yang perakarannya sudah berkembang dapat toleran terhadap kondisi tanah-tanah masam atau alkalin, terbaik pada pH tanah 5.5 – 6.5. Pitono et al. (2008) menyatakan bahwa peningkatan kemasaman tanah nyata menghambat pertumbuhan jarak pagar. Pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, luas daun, dan diameter batang) pada pH 4.4 hanya mencapai 30 – 50 % dari nilai pertumbuhan pada pH 6.0. Nilai pH tanah < 5.0 berpotensi menurunkan pertumbuhan jarak pagar.

(20)

8 apabila mengalami kekurangan asupan hara. Hasil panen aktual jarak pagar tergantung pada tingkat kesuburan tanah, sehingga penting dipertimbangkan dalam pengembangan budidaya jarak pagar.

Kandungan dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar

Biji jarak pagar mengandung minyak lebih dari 40 %. Minyak jarak pagar dapat diolah menjadi biodiesel. Selain itu, biji jarak pagar juga dapat digunakan untuk membuat sabun dan pestisida. Bungkil biji jarak (setelah diambil minyaknya) dapat digunakan sebagai pupuk organik yang kaya unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).

Menurut Hambali (2006), minyak dari biji jarak pagar dapat diekstrak dengan cara mekanik maupun ekstraksi dengan pelarut seperti heksan. Minyak jarak pagar memiliki komposisi trigliserida yang mengandung asam lemak oleat

dan linoleat. Selain untuk biodiesel, minyak jarak pagar juga dapat dimanfaatkan

untuk bahan baku produk sabun. Produk samping hasil produksi biodiesel yaitu

gliserol dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan baku pada proses pembuatan

sabun.

Bagian lain dari tanaman jarak pagar juga mempunyai banyak manfaat. Daunnya dapat digunakan sebagai makanan ulat sutra dan untuk fumigasi kutu. Ekstrak daun juga bersifat antiseptik. Getahnya mengandung jatrophine yang berkhasiat antikanker, selain digunakan untuk mengobati penyakit kulit dan reumatik. Kulit batang dapat digunakan sabagai pewarna kain alami, namun harus hati-hati karena cairan kulit batang ini dapat meracuni ikan. Akar digunakan sebagai penawar gigitan ular. Sementara polen dan nektar bunga bermanfaat sebagai makanan bagi lebah madu (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).

Priyanto (2007) menyatakan bahwa biji jarak pagar memiliki kandungan minyak yang tinggi. Beberapa penelitian menyebutkan dalam satu daging biji terkandung sekitar 30 % minyak straight jatropha oil (SJO) dan 70 % sisanya berupa ampas. Kandungan minyak yang tinggi pada biji jarak pagar menyebabkan biji jarak mudah diekstraksi. Selanjutnya Mahmud et al. (2008) menambahkan

(21)

9 sebesar 30.32 %, buah berwarna hitam sebesar 31.47 %, dan tiga tingkat buah tua dengan kulit berwarna hijau tua dan biji berwarna hitam memiliki kandungan minyak sebesar 20.70 %.

Keragaman Tanaman Jarak Pagar

Keragaman fenotipik yang terlihat dan terdapat dalam satu jenis spesies disebabkan oleh faktor lingkungan dan genotipe. Keragaman sebagai akibat faktor lingkungan dan genetik umumnya berinteraksi satu sama lain dalam mempengaruhi penampilan fenotipik tanaman. Tanaman jarak pagar merupakan tanaman menyerbuk silang sehingga sering terjadi persilangan bebas antara tanaman dalam suatu populasi atau antara populasi sehingga turunannya akan sangat bervariasi (Santoso, 2009).

Susantidiana et al. (2009) menyatakan bahwa aksesi jarak pagar tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan diperkirakan memiliki keragaman genetik yang tinggi. Menurut Hartati (2008b) berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman jarak pagar di lokasi uji multilokasi di Kebun Pakuwon, Sukabumi, menunjukkan adanya perbedaan penampilan di lapangan meliputi umur mulai berbunga, jumlah infloresen, jumlah tandan per tanaman, jumlah buah per tandan, dan jumlah buah per tanaman. Populasi IP-1M, menunjukkan umur berbunga yang bervariasi mulai

180 hari hingga lebih dari 240 hari dengan jumlah kapsul bervariasi dari 0 – 45 kapsul per tanaman. Populasi IP-1A, umur berbunga bervariasi mulai 99 hari hingga 133 hari dengan jumlah kapsul bervariasi dari 0 – 172 kapsul per

tanaman, sedangkan pada IP-1P umur berbunga bervariasi mulai dari 80 hari hingga 177 hari dengan jumlah kapsul bervariasi mulai dari 4 – 79 kapsul per tanaman.

(22)

10 keragaan dari berbagai karakter yang diamati pada populasi tanaman jarak pagar yang dievaluasi tersebut (Makkar et al. dalam Setiawan et al., 2008). Hasil analisis provenan yang dilakukan di Senegal juga menunjukkan bahwa plasma nutfah jarak pagar mempunyai keragaman untuk karakter jumlah buah (kapsul), berat kapsul, jumlah biji, dan berat biji per tanaman (Heller dalam Setiawan et al., 2008).

Hasil penelitian Mulyani (2007) menunjukkan bahwa berdasarkan pengamatan dan perkembangan tanaman jarak pagar dibeberapa lokasi yaitu Kebun Induk Jarak Pagar (KIJP) Pakuwon di Kabupaten Sukabumi, Desa Cibogo di Kabupaten Subang, dan Desa Nagarajati di Kabupaten Ciamis, pertumbuhan vegetatif tanaman jarak pagar sangat bervariasi meskipun waktu penanaman bersamaan. Hal ini dapat disebabkan sumber benih yang digunakan memiliki variasi yang cukup besar. Benih yang berbeda menyebabkan pertumbuhan yang berbeda. Penanaman di KIJP Pakuwon umumnya menggunakan sumber benih yang berasal dari KIJP Pakuwon. Meskipun benih seragam, tetapi pertumbuhan di lapangan sangat bervariasi, kemungkinan karena faktor-faktor lingkungan seperti ada tidaknya naungan, pemeliharaan, kondisi tanah atau air (dekat dengan sumber air, cekungan, lahan berlereng), dan tingkat kesuburan tanahnya.

Menurut Allard (1991), keragaman yang terus menerus dan terputus telah diamati dalam sifat tinggi yang menunjukkan bahwa perbedaan sifat kualitatif dan kuantitatif tidaklah mutlak. Sifat tinggi sebenarnya adalah sifat kuantitatif tetapi strain pendek atau raksasa tergantung pada perbedaan gen tunggal yang telah ditemukan melalui penelitian yang dilakukan dalam semua atau hampir seluruh spesies tanaman. Dalam kenyataanya, perbedaan antara sifat kualitatif dan kuantitatif tidak begitu tergantung pada besarnya efek dari individu gen. Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter kecuali mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh terhadap berkembangnya suatu karakter dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan kecuali gen yang diperlukan ada. Susantidiana et al. (2009) menyatakan bahwa informasi mengenai keragaman genetik yang dimiliki oleh aksesi jarak pagar

(23)

11 Plasma nutfah yang berkerabat jauh dibutuhkan dalam menentukan tetua persilangan untuk merakit varietas hibrida.

Perbedaan penampilan individu tanaman jarak pagar disamping disebabkan oleh susunan genetik yang berbeda sebagai akibat penyerbukan silang, juga dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang berbeda (Hartati, 2008a). Kaushik et al.

dalam Setiawan et al. (2008) melaporkan bahwa terdapat variasi ukuran benih,

berat 100 benih, dan kandungan minyak pada 24 aksesi yang dikoleksi dari berbagai agroklimat yang berbeda di propinsi Haryana, India. Tingginya koefisien fenotipik dibanding koefisien korelasi genotipik menunjukkan besarnya pengaruh lingkungan. Heritabilitas yang tinggi pada kandungan minyak menunjukkan bahwa adanya aksi gen aditif. Berat benih berkorelasi positif dengan panjang benih dan kandungan minyak.

Komponen Pertumbuhan dan Produksi

Usaha budidaya tanaman merupakan suatu kegiatan penting dalam kelangsungan hidup manusia yang menggunakan hasil tanaman sebagai bahan makanan utama dan untuk banyak keperluan lainnya. Tujuan akhir dari setiap kegiatan budidaya tanaman adalah untuk mendapatkan hasil yang setinggi mungkin baik dari segi kuantitas maupun kualitas berupa organ vegetatif maupun organ generatif. Akibatnya, banyak orang yang hanya memberikan perhatian pada organ yang dipanen.

Menurut Sitompul dan Guritno (1995), salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam sistem tanaman yang berhubungan dengan hasilnya adalah proses pertumbuhan. Hasil tanaman yang dipanen atau keseluruhan tubuh tanaman tidak terbentuk secara tiba-tiba. Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga menentukan hasil tanaman. Pertumbuhan berfungsi sebagai proses yang mengolah masukan substrat dan menghasilkan produk pertumbuhan.

(24)

12 umumnya tiap tumbuhan memiliki sejumlah besar daun. Hal ini karena daun memiliki fungsi sebagai pengambil zat-zat makanan, pengolah zat makanan, penguapan air, dan pernafasan. Batang juga merupakan organ tumbuhan yang sangat penting karena batang berfungsi sebagai pendukung bagian tanaman yang berada di atas tanah dan sebagai pengangkutan air dan zat makanan dari bawah ke atas (Tjitrosoepomo, 1985).

Hartati et al. (2009) menyatakan bahwa pada tanaman jarak pagar, dukungan karakter vegetatif yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil buah yang banyak. Karakter tinggi tanaman pada jarak pagar diketahui berkorelasi sangat nyata dengan jumlah tandan buah yang dihasilkan per tanaman dan hasil biji. Meskipun berkorelasi dengan hasil, tanaman jarak pagar yang terlalu tinggi tidak menguntungkan karena akan menyulitkan proses pemanenan buah. Pengaturan tinggi tanaman jarak pagar dapat dilakukan dengan perlakuan pemangkasan.

Perbanyakan tanaman jarak pagar dengan setek batang akan memperoleh hasil perbanyakan tanaman yang memiliki karakter identik dengan tanaman induknya. Faktor fisik seperti panjang setek dan diameter setek merupakan hal yang harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap kemampuan bahan setek membentuk akar. Panjang dan diameter setek yang baik untuk tanaman berbeda satu dengan yang lainnya (Santoso et al., 2008).

Menurut penelitian Santoso et al. (2008), pertumbuhan bibit tanaman jarak pagar yang berasal dari setek batang bervariasi tergantung pada perbedaan ukuran panjang maupun diameter bahan setek batang yang digunakan. Bibit jarak pagar dengan daya adaptasi yang baik setelah tanaman jarak pagar dipindahkan ke lapang diperoleh apabila perbanyakan tanaman jarak pagar secara vegetatif dilakukan dengan menggunakan setek batang berukuran panajng berkisar 20 – 30 cm dengan diameter 2.5 – 3.0 cm atau dengan setek batang berdiameter 2.0 – 2.4 cm atau 2.5 – 2.9 cm dengan panjang 30 cm.

(25)
(26)

14

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman di Kebun Jarak Pagar PT Indocement, Citeureup, Bogor. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2009 – April 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman jarak pagar yang berasal dari setek batang. Setek diambil dari tanaman yang berumur satu tahun

yang merupakan koleksi dari Kebun Percobaan Leuwikopo yang berasal dari lima wilayah Indonesia bagian Barat, yaitu Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan

Sukabumi. Alat yang digunakan adalah jangka sorong, timbangan, penggaris, meteran, kertas label, dan spidol permanen.

Metode

(27)

15 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengolahan data adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan model sebagai berikut:

Yij = μ + τi + εij Dengan: i = 1,2,3, … i

j = 1,2,3, … j Keterangan:

Yij = nilai pengamatan aksesi ke-i dan ulangan ke-j

μ = nilai tengah umum (rata-rata)

τI = pengaruh aksesi ke-i

εij = pengaruh acak pada aksesi ke-i dan ulangan ke-j

Data kuantitatif hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam. Jika hasil analisis ragam menunjukkan nilai yang nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan Uji Duncan pada taraf 5 %. Data kualitatif dianalisis dengan cara mengidentifikasi karakter kualitatif yang disajikan dalam bentuk tabel. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Analisis Ragam

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan aksesi terhadap peubah yang diamati. Analisis ragam digunakan untuk menganalisis data kuantitatif.

2. Analisis Uji Lanjut DMRT

Analisis ini merupakan uji lanjut dari hasil analisis ragam terhadap perlakuan aksesi yang berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan dan untuk melihat perbandingan antara masing-masing aksesi.

3. Analisis Gerombol

(28)

16 Pelaksanaan Penelitian

Perbanyakan tanaman jarak pagar dilakukan melalui setek dengan panjang 30 cm. Pembibitan dilakukan di polibag berukuran 25 cm x 25 cm dengan media tanah, sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Selama pembibitan, bahan tanam berada di bawah naungan. Pembibitan dilakukan selama dua bulan. Setelah itu, bibit ditanam di Kebun Jarak Pagar PT Indocement, Citeureup, Bogor. Bibit jarak pagar ditanam dengan jarak tanam 2 meter untuk jarak tanam dalam aksesi dan 2.5 meter untuk jarak tanam antar aksesi. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm.

Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini mendapat perlakuan yang sama, seperti pemberian pupuk, penyiraman, dan penerimaan cahaya. Pemupukan dilakukan pada saat penanaman di lapangan dengan dosis 5 kg pupuk kandang per tanaman. Penyiraman tanaman di lapangan hanya dilakukan pada musim kemarau. Tanaman jarak pagar di lapangan berada pada lokasi tanpa naungan.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan berdasarkan karakter morfologi dan agronomi, yang terdiri atas karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Karakter agronomi yang diamati adalah karakter tanaman jarak pagar yang mempengaruhi daya hasil biji yang tinggi. Karakter ini meliputi jumlah cabang produktif, waktu mekar bunga pertama, jumlah buah per malai, jumlah buah per tanaman, total bobot biji jarak pagar kering, dan jumlah biji jarak pagar per tanaman. Pengamatan dilakukan saat di pembibitan (tanaman berumur enam minggu) dan setelah tanaman dipindahkan ke lapangan. Pengamatan pertama di lapangan dilakukan dua minggu setelah pindah tanam (MSP) dan selanjutnya dilakukan empat minggu sekali.

Pengamatan karakter kualitatif selama fase vegetatif dilakukan saat di pembibitan (0 MSP) dan 2 MSP. Data yang dikumpulkan berdasarkan pengamatan kualitatif meliputi:

1. Daun: bentuk daun, tekstur daun, jumlah tepi daun, pertulangan daun, warna daun muda, warna daun tua, dan warna tangkai daun.

(29)

17 berdasarkan perbandingan panjang dan lebar daun menjadi:

• Bulat atau bundar (orbicularis), jika panjang: lebar = 1: 1

• Jorong (ovalis atau ellipticus), jika perbandingan panjang: lebar = 1.5 – 2: 1

• Memanjang (oblongus), jika panjang: lebar = 2.5 – 3: 1

• Bangun lanset (lanceolatus), jika panjang: lebar = 3 – 5: 1 (Tjitrosoepomo, 1985).

¾ Tekstur daun, daun yang diamati adalah daun yang terletak pada cabang terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Tekstur daun dibedakan menjadi dua karakter yaitu licin dan kasar.

¾ Tepi daun, daun yang diamati terletak pada cabang terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Tepi daun dihitung berdasarkan jumlah tepi daun yang diamati.

¾ Pertulangan daun, tulang daun yang diamati adalah daun dicabang terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Pertulangan daun dibedakan menjadi dua karakter yaitu jelas dan kurang jelas.

¾ Warna daun muda dan warna daun tua yang diamati adalah daun muda dan daun tua pada cabang terpanjang. Daun tua yang diamati adalah daun yang tumbuh maksimal. Warna daun muda dibedakan menjadi hijau, coklat, dan hijau kecoklatan sedangkan warna daun tua dibedakan menjadi hijau dan hijau tua.

¾ Warna tangkai daun, tangkai daun yang diamati terletak pada cabang terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Warna tangkai daun dapat dibedakan menjadi hijau dan hijau keunguan.

2. Batang: warna batang

¾ Warna batang diamati di pembibitan dan setelah dipindahkan ke lapangan. Warna batang dapat dibedakan menjadi hijau dan abu-abu.

(30)

18

¾ Jenis bunga diamati dua malai per tanaman sedangkan warna petal dan warna sepal diamati tiga bunga per malai. Pengamatan dilakukan dua kali dalam seminggu.

4. Buah: bentuk buah muda dan warna buah muda

¾ Bentuk buah muda dan warna buah muda diamati pada dua malai dengan mengambil sampel sebanyak tiga buah per malai pada cabang terpanjang. 5. Biji: bentuk biji dan warna biji

¾ Bentuk biji dan warna biji diamati dengan mengambil sampel sebanyak tiga buah jarak pagar yang sudah masak (berwarna kuning).

Pengamatan terhadap karakter kuantitatif selama fase vegetatif dilakukan sebanyak empat kali pengamatan, yaitu 0 MSP, 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP. Pengamatan selama fase vegetatif dilakukan sampai 75 % tanaman jarak pagar di lapangan berbunga. Karakter kuantitatif selama fase generatif diamati dua kali dalam seminggu. Karakter kuantitatif yang diamati adalah:

1. Batang: diameter batang dan jumlah buku

¾ Diameter batang dan jumlah buku hanya diamati saat di pembibitan. Pengamatan diameter batang diukur 5 cm dari permukaan tanah.

2. Cabang: tinggi cabang, jumlah cabang, diameter cabang, jumlah cabang produktif, dan persentase cabang produktif

¾ Tinggi cabang diamati pada cabang tertinggi. Diameter cabang diamati pada cabang terpanjang dengan jarak dari titik percabangan adalah 5 cm. Pengamatan terhadap karakter jumlah cabang produktif dilakukan diakhir penelitian. Persentase cabang produktif dihitung dengan membandingkan jumlah cabang produktif dengan jumlah cabang dalam satu tanaman.

3. Daun: jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan panjang tangkai daun

¾ Karakter ini diamati saat di pembibitan dan di lapangan. Daun dan tangkai daun yang diamati adalah daun dan tangkai daun dengan pertumbuhan maksimum pada cabang terpanjang. Jumlah daun hanya diamati pada cabang terpanjang. Panjang tangkai daun diamati setelah tanaman jarak pagar dipindahkan ke lapangan.

4. Bunga: waktu mekar bunga pertama, jumlah sepal, dan jumlah petal

(31)

19 Waktu mekar bunga pertama dihitung setelah tanaman dipindahkan ke lapangan. Pengamatan jumlah sepal dan petal dilakukan pada tiga bunga jarak pagar dalam satu malai.

5. Buah: jumlah buah per malai, jumlah buah yang dipanen per tanaman, dan keserempakan masak buah

¾ Pengamatan terhadap jumlah buah per malai dilakukan pada malai kedua dan malai ketiga. Pemanenan dilakukan secara bertahap karena buah jarak pagar tidak masak bersamaan. Jumlah buah yang dipanen dihitung selama pengamatan yaitu Februari – April 2010.

¾ Keserempakan masak buah jarak pagar diamati dari waktu pertama buah berwarna kuning sampai semua buah dalam satu malai berwarna kuning. Keserempakan masak buah jarak pagar diamati pada malai kedua dan malai ketiga.

6. Biji: jumlah biji yang dipanen per tanaman dan bobot biji kering

(32)

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Kondisi tanaman jarak pagar selama penelitian cukup baik. Lahan yang digunakan merupakan lahan bekas penambangan semen. Lahan ini berada pada ketinggian 200 m dpl. Selama penelitian berlangsung, kondisi cuaca berubah-ubah (Tabel 1). Curah hujan tertinggi terjadi pada Maret dengan total curah hujan 535 mm/bulan sedangkan curah hujan terendah terjadi pada November dengan total curah hujan 42 mm/bulan. Tabel 1 menunjukkan perubahan cuaca selama pengamatan di lapangan.

Tabel 1. Kondisi iklim selama Oktober 2009 sampai April 2010

Bulan

Total curah hujan (mm/bulan)

Rata-rata temperatur

(oC)

Rata-rata radiasi sinar

matahari (Watt/m2)

Kadar air tanah

(%)

Oktober 422 30 214.02 19

November 42 31 176.93 20

Desember - - 174.72 22

Januari - - 137.99 22

Februari 489 29 169.26 22

Maret 535 29 168.03 23

April 77 30 187.53 20 Sumber : PT Indocement

(33)

Selain itu, jarak paga Tana mencapai pagar anta Ferrisia v

[image:33.595.106.506.177.494.2]

terserang keriting ( macam, y Eriophyid Fusarium Fusarium Keterangan: Gambar 2 Karakter Penga setelah ta diamati pa pertulanga warna bat generatif ( jenis bung buah mud

(a)

, pada saat ar mendapat aman jarak fase gener ara lain Chr

virgata Ckll

hama tung Gambar 2) aitu tungau dae. Penyak

dan witch

dan tungau

: (a) tanaman j (b) daun jara

. Tanaman j pagar yan r Kualitatif amatan terh anaman jara

ada 0 MSP an daun, w

tang. Peuba (10 MSP) a ga yang ter

a, warna bu

curah hujan t suplai air y k pagar mu ratif (14 – 2

rysochoris j

l., dan Tetr gau yang ). Tungau

u Polyphago

kit yang m he’s broom

dapat dilih

jarak pagar ya ak pagar yang

jarak pagar ng terserang f 15 Aksesi hadap karak ak pagar m P dan 2 MS arna daun m ah kualitati adalah jenis rbentuk dala uah muda, b

n sedikit dil yang cukup ulai terseran

28 MSP). H

javanus We

ranychus sp

mengakibat yang meny otarsonemus

menyerang m. Tanaman

at di Gamba

ang terserang g terserang tun

yang terser g tungau

Jarak Paga kter kualitati mencapai fa SP adalah b

muda, warn if yang dia s bunga ber am satu ma bentuk biji, d

lakukan pen .

ng hama d Hama yang estw., Valan p. Selain itu

tkan tunas yerang tana

s latus (Ban

tanaman j n jarak pa

ar 2. busuk Fusariu ngau rang busuk ar if dilakukan ase generat bentuk dau na daun tua amati setela rdasarkan b alai, warna dan warna b

(b)

nyiraman se

dan penyak g menyeran

nga nigrico

u, tanaman j dan daun aman jarak

nks) dan tu jarak pagar

gar yang

um

Fusarium d

n pada 0 M tif. Peubah un, tekstur d

a, warna ta ah tanaman bunga yang sepal, war biji.

ehingga tan

kit saat tan g tanaman

ornis Burme

jarak pagar n muda me k pagar ada ungau dari f r adalah b terserang b

dan daun jar

MSP, 2 MSP h kualitatif daun, tepi angkai daun n mencapai pertama m rna petal, b

(34)

Bentu menunjuk untuk aks Banten II Sukabumi bertekstur (2 MSP) s Bogor II y Tepi 2 MSP m untuk aks Sukabumi aksesi lai aksesi jara Medan II, yang jelas bervariasi Keterangan: Gambar 3 Akses daun mud muda yan kecoklatan (2 MSP) u

(a)

uk daun jar kkan bentuk sesi Medan I, Bogor I, i IV menun r daun licin seluruh aks yang memili

daun jarak menunjukkan

sesi Medan i III, dan Su

nnya bertu ak pagar se Bengkulu s (Tabel 2

, yaitu cokla

: (a) Coklat

. Warna dau si Bengkulu da yang ber ng berwar n. Warna d untuk seluru

rak pagar p yang sama n I, Medan Bogor II, njukkan tek n. Setelah sesi jarak pa iki tekstur d k pagar untu

n jumlah ya n I, Medan ukabumi IV ulang daun etelah dipin II, Bengkul dan 3). W at, hijau, da

(b) Hijau

un muda jar u I, Bengkul rwarna hijau rna coklat daun muda uh aksesi ad (b)

pada 0 MS yaitu bulat n II, Beng Sukabumi kstur daun tanaman ja agar yang d daun licin (T

uk seluruh ang sama y n II, Bengk V menunjuk

kurang jel ndahkan ke

lu III, dan S Warna daun

an hijau kec

(c) Hija

rak pagar lu III, Suka u. Aksesi B

sedangkan a jarak pag dalah berwar

SP dan 2 M t. Tekstur da

kulu I, Be i I, Sukabu yang kasar arak pagar diamati bert Tabel 2 dan aksesi jara yaitu 5. Dau kulu II, Be kkan pertula las. Pertula lapangan k Sukabumi I muda jarak coklatan (Ga au kecoklatan

abumi I, dan Banten I da n aksesi y gar setelah

rna coklat (

MSP untuk aun jarak pa engkulu III umi II, Suk r sedangkan dipindahk tekstur kasa n 3).

ak pagar pa un jarak pag engkulu III angan yang angan daun

kurang jela I menunjuk k pagar saa ambar 3).

n Sukabumi an Banten I yang lain

dipindahk (Tabel 2 dan

(c)

k seluruh a agar pada 0 I, Bengkulu kabumi III n aksesi la kan ke lapa

ar kecuali a

ada 0 MSP gar pada 0 I, Bengkulu

jelas sedan n sebagian

as kecuali a kkan tulang at di pembi

i II menunju II memiliki berwarna kan ke lapa

n 3).

22 aksesi MSP u IV,

, dan innya angan aksesi

(35)

Warn hijau tua ( aksesi jara daun yang aksesi jara Bengkulu Keterangan: Gambar 4 Warn Bengkulu Sukabumi Bogor III, Warna tan aksesi Me berwarna dan 3). Warn Bengkulu berwarna menunjuk Akses berdasarka bunga jan jarak paga adalah bu (a)

na daun tua j (Gambar 4) ak pagar ad g berwarna

ak pagar ya II, dan Ben

: (a) Hijau mu

. Warna dau na tangkai II, Bengku i III, dan , Sukabumi ngkai daun j edan II, Bog

hijau sedan

na batang j II, Bengku abu-abu. Ta kkan warna b si jarak p an bunga ya ntan dan bu

ar yang per unga jantan

jarak pagar ). Warna da dalah hijau

hijau tua te ang menunj ngkulu III.

uda (b)

un jarak pag daun jara ulu III, Beng

Sukabumi i I, dan Suk

jarak pagar gor I, Bogor ngkan akse

jarak paga ulu III, dan

anaman jara batang yang agar yang ang pertam unga yang p

rtama meka n kecuali a

r yang diam aun jarak pa kecuali ak etapi setelah njukkan war Hijau tua gar ak pagar gkulu IV, B

IV yaitu h kabumi II m r setelah dip r III, Sukabu esi yang lai

r saat di Banten II y ak pagar set g sama untu diamati d a mekar, ya pertama me ar untuk sel aksesi Bante

(b

mati dapat d agar pada 0 ksesi Medan

h tanaman j rna hijau tu

untuk akse Banten I, Ba hijau keun memiliki tan

pindahkan k umi I, Suka in berwarna

pembibitan yaitu hijau telah dipind uk semua ak dapat dibe aitu bunga y

kar adalah luruh akses en I yang b)

ibedakan m MSP untuk n II dan Ba

arak pagar ua adalah a

esi Medan anten II, Bo nguan. Akse ngkai daun ke lapangan abumi III, d

a hijau keu

n untuk ak sedangkan dahkan ke la

ksesi yaitu a dakan men yang pertam bunga herm si jarak pag

menunjukk

menjadi hijau k sebagian anten I mem

berumur 2 aksesi Meda

n I, Meda ogor I, Bog esi Bengku

berwarna h n (2 MSP) u dan Sukabum

unguan (Ta

ksesi Meda aksesi yang apangan (2 M abu-abu.

njadi dua ma mekar a

maprodit. B gar yang di

kan bunga 23 u dan besar miliki MSP an II,

an II, gor II,

ulu I, hijau. untuk mi IV abel 2

(36)

pertama m satu malai yang mek mekar dal bunga yan Medan II, malai adal Keterangan:

Gambar 5

Wa kekuninga berasal da sedangkan berbentuk diamati ad hitam dan mekar adala i, aksesi jara kar dalam s

lam satu m ng mekar pa , Bengkulu lah bunga ja

: (a) Bunga jan (b) Bunga ja

5. Jenis bun malai arna sepal

an sedangk ari Medan, B

n aksesi jara k lonjong. W

dalah berwa berbentuk

h bunga he ak pagar jug satu malai a malai adalah ada satu ma III, Banten antan dan h

ntan dan herm antan dan betin

nga jarak p

seluruh ak kan petal b

Bengkulu, d ak pagar ya Warna bua arna hijau s lonjong (Ta

ermaprodit. ga dapat dib adalah bun h bunga jan alai adalah b n I, dan Ba

ermaprodit

Jantan

Betina

Hermapro

maprodit dalam na dalam satu

pagar berda

ksesi jarak berwarna hi dan Banten ang berasal h muda un sedangkan b abel 4).

Berdasarka bedakan me ga jantan d ntan dan he bunga janta anten II bun (Tabel 4).

odit

m satu malai malai

sarkan bun

k pagar ya ijau muda.

menunjukk dari Bogor ntuk seluru biji jarak pa

an bunga ya enjadi dua j dan betina ermaprodit. an dan betin nga yang m

nga yang m

ang diama Aksesi ja kan bentuk b

r dan Sukab uh aksesi ja agar yang d

ang mekar d enis yaitu b dan bunga Sebagian na kecuali a mekar dalam

mekar dalam

ati adalah arak pagar buah muda bumi buah m arak pagar diamati berw 24 dalam bunga yang besar aksesi m satu

m satu

[image:36.595.114.513.238.443.2]
(37)
[image:37.842.86.722.148.497.2]

25

Tabel 2. Rekapitulasi peubah kualitatif 15 aksesi jarak pagar pada pembibitan (0 MSP)

Aksesi

Daun Batang

Bentuk Tekstur Tepi Pertulangan Warna Warna

Muda Tua Tangkai

Medan I Bulat Kasar 5 Jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau keunguan Abu-abu Medan II Bulat Kasar 5 Jelas Hijau kecoklatan Hijau tua Hijau keunguan Hijau

Bengkulu I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Hijau Hijau Hijau Abu-abu

Bengkulu II Bulat Licin 5 Jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau keunguan Hijau

Bengkulu III Bulat Kasar 5 Jelas Hijau Hijau Hijau keunguan Hijau

Bengkulu IV Bulat Kasar 5 Jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau keunguan Abu-abu Banten I Bulat Licin 5 Kurang jelas Coklat Hijau tua Hijau keunguan Abu-abu Banten II Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Hijau Bogor I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau keunguan Abu-abu Bogor II Bulat Kasar 5 Kurang jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau keunguan Abu-abu Bogor III Bulat Licin 5 Kurang jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau Abu-abu

Sukabumi I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Hijau Hijau Hijau Abu-abu

Sukabumi II Bulat Kasar 5 Kurang jelas Hijau Hijau Hijau Abu-abu

Sukabumi III Bulat Kasar 5 Jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau keunguan Abu-abu Sukabumi IV Bulat Kasar 5 Jelas Hijau kecoklatan Hijau Hijau keunguan Abu-abu

(38)
[image:38.842.82.743.137.431.2]

26

Tabel 3. Rekapitulasi peubah kualitatif 15 aksesi jarak pagar pada 2 MSP

Aksesi

Daun Batang

Bentuk Tekstur Tepi Pertulangan Warna Warna

Muda Tua Tangkai

Medan I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Abu-abu

Medan II Bulat Kasar 5 Jelas Coklat Hijau tua Hijau Abu-abu

Bengkulu I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Abu-abu Bengkulu II Bulat Kasar 5 Jelas Coklat Hijau tua Hijau keunguan Abu-abu

Bengkulu III Bulat Kasar 5 Jelas Coklat Hijau tua Hijau keunguan Abu-abu

Bengkulu IV Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Abu-abu Banten I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Abu-abu Banten II Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Abu-abu

Bogor I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu

Bogor II Bulat Licin 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Abu-abu

Bogor III Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu

Sukabumi I Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu

Sukabumi II Bulat Kasar 5 Jelas Coklat Hijau Hijau keunguan Abu-abu

Sukabumi III Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu Sukabumi IV Bulat Kasar 5 Kurang jelas Coklat Hijau Hijau Abu-abu

(39)
[image:39.842.84.764.136.471.2]

27

Tabel 4. Rekapitulasi peubah kualitatif 15 aksesi jarak pagar pada fase generatif

Aksesi

Bunga Buah Biji

Jenis bunga yang pertama mekar

Jenis bunga yang terbentuk dalam satu

malai

Warna Bentuk

(buah muda)

Warna (buah muda)

Bentuk Warna Petal Sepal

Medan I Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Medan II Jantan Jantan dan hermaprodit Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Bengkulu I Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Bengkulu II Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Bengkulu III Jantan Jantan dan hermaprodit Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Bengkulu IV Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Banten I Hermaprodit Jantan dan hermaprodit Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Banten II Jantan Jantan dan hermaprodit Hijau kekuningan Hijau muda Bulat Hijau Lonjong Hitam Bogor I Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau Lonjong Hitam Bogor II Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau Lonjong Hitam Bogor III Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau Lonjong Hitam Sukabumi I Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau Lonjong Hitam Sukabumi II Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau Lonjong Hitam Sukabumi III Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau Lonjong Hitam Sukabumi IV Jantan Jantan dan betina Hijau kekuningan Hijau muda Lonjong Hijau Lonjong Hitam

(40)

28 Karakter Kuantitatif 15 Aksesi Jarak Pagar

[image:40.595.106.489.255.689.2]

Pengamatan terhadap 15 aksesi jarak pagar dilakukan pada fase vegetatif dan fase generatif. Rekapitulasi pengaruh beberapa aksesi jarak pagar terhadap karakter morfologi dan agronomi serta koefisien keragaman jarak pagar pada fase vegetatif dan fase generatif ditampilkan pada Tabel 5 sedangkan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 1 – 2.

Tabel 5. Rekapitulasi pengaruh 15 aksesi jarak pagar terhadap karakter morfologi dan agronomi yang diamati

Karakter morfologi dan agronomi Aksesi KK (%) Fase vegetatif

Pembibitan (0 MSP)

Tinggi cabang ** 25.45(a)

Jumlah cabang * 20.31(a)

Jumlah buku tn 28.18

Diameter batang ** 16.96

Jumlah daun * 34.07

Panjang daun ** 13.79

Lebar daun * 17.69

2 MSP

Tinggi cabang ** 28.65(a)

Jumlah cabang * 32.80

Diameter cabang * 23.43

Jumlah daun * 25.74

Panjang daun tn 16.96

Lebar daun * 20.12

Panjang tangkai daun tn 25.52

6 MSP

Tinggi cabang tn 25.09

Jumlah cabang ** 28.12

Diameter cabang * 11.28

Jumlah daun tn 24.74(a)

Panjang daun Lebar daun

Panjang tangkai daun

tn tn *

(41)

29 Tabel 5. Lanjutan

Karakter morfologi dan agronomi Aksesi KK (%) Fase vegetatif

10 MSP

Tinggi cabang tn 29.38

Jumlah cabang ** 14.10(a)

Diameter cabang tn 19.58(a)

Jumlah daun tn 23.66(a)

Panjang daun tn 11.86

Lebar daun tn 13.62

Panjang tangkai daun * 13.80

Fase generatif

Jumlah cabang produktif * 19.57(a)

Persentase cabang produktif ** 24.35

Waktu mekar bunga pertama ** 21.59

Jumlah buah per malai * 28.26(a)

Jumlah buah per tanaman * 33.78(b) Keserempakan masak buah * 28.92(a) Jumlah biji per tanaman * 35.02(c)

Bobot biji kering * 32.98(c)

Keterangan : *: berpengaruh nyata pada taraf 5 %, **: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1 %

tn: tidak berpengaruh nyata KK: Koefisien Keragaman

a: transformasi √ 0.5 b: transformasi √ 7

c: transformasi √ 20 MSP: Minggu Setelah Pindah

Bahan tanam yang digunakan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antar aksesi jarak pagar untuk peubah diameter batang setek (Tabel 5). Diameter batang setek jarak pagar yang diamati berkisar 1.24 – 2.14 cm. Rata-rata diameter batang setek jarak pagar yang digunakan pada penelitian ini adalah 1.56 cm. Diameter batang setek paling besar ditunjukkan oleh aksesi Bengkulu IV sedangkan aksesi Medan I dan Bogor I memiliki diameter batang setek yang paling kecil.

(42)

30 Banten II, Bogor II, dan Medan II merupakan aksesi yang memiliki diameter batang setek terbesar dibandingkan aksesi lainnya yang berasal dari daerah yang sama. Diameter batang setek jarak pagar untuk keempat aksesi tersebut adalah 1.74 cm, 1.64 cm, 1.44 cm, dan 1.32 cm. Kisaran rata-rata diameter batang setek untuk aksesi jarak pagar dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi adalah 1.24 – 1.32 cm, 1.56 – 2.14 cm, 1.38 – 1.64 cm, 1.24 – 1.44 cm, dan 1.41 – 1.71 cm. Diameter batang setek dan jumlah setek 15 aksesi jarak pagar di pembibitan (0 MSP) ditunjukkan oleh Tabel 6.

Tabel 6. Diameter batang setek dan jumlah buku setek 15 aksesi jarak pagar di pembibitan (0 MSP)

Aksesi Diameter batang setek

(cm) Jumlah buku setek

Medan I 1.24 d 10.8

Medan II 1.32 cd 15.8

Bengkulu I 2.10 ab 12.4

Bengkulu II 1.68 cd 13.6

Bengkulu III 1.56 cd 13.8

Bengkulu IV 2.14 a 10.8

Banten I 1.38 cd 15.4

Banten II 1.64 cd 14.8

Bogor I 1.24 d 13.4

Bogor II 1.44 cd 16.4

Bogor III 1.40 cd 12.6

Sukabumi I 1.48 cd 9.0

Sukabumi II 1.74 bc 12.4

Sukabumi III 1.41 cd 15.6

Sukabumi IV 1.70 c 13.0

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %

Tabel 5, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan jumlah buku setek antar aksesi jarak pagar yang digunakan. Jumlah buku setek jarak pagar yang diamati berkisar 9.0 – 16.4 buku dengan rata-rata 13.3 buku (Tabel 6). Aksesi Bogor II memiliki jumlah buku setek paling banyak sedangkan aksesi Sukabumi I memiliki jumlah buku setek yang paling sedikit.

(43)

31 aksesi yang memiliki rata-rata jumlah buku setek paling sedikit adalah aksesi jarak pagar yang berasal dari Medan yaitu 10.8 buku. Rata-rata jumlah buku setek untuk aksesi jarak pagar dari Bogor, Bengkulu, dan Sukabumi adalah 14.1 buku, 12.7 buku, dan 12.5 buku. Aksesi Banten I memiliki jumlah buku setek lebih banyak dibandingkan aksesi Banten II, yaitu 15.4 buku. Jumlah buku setek terbanyak untuk jarak pagar yang berasal dari Bogor, Bengkulu, Sukabumi, dan

Medan ditunjukkan oleh aksesi Bogor II, Bengkulu III, Sukabumi III, dan Medan II dengan jumlah buku setek masing-masing yaitu 16.4 buku, 13.8 buku,

15.6 buku, dan 15.8 buku. Kisaran rata-rata jumlah buku setek untuk aksesi yang

berasal dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi adalah 10.8 – 15.8 buku, 10.8 – 13.8 buku, 14.8 – 15.4 buku, 12.6 – 16.4 buku, dan

9.0 – 15.6 buku.

Perbedaan peubah tinggi cabang antar aksesi jarak pagar terlihat pada 0 MSP dan 2 MSP (Tabel 5). Tinggi cabang jarak pagar pada 0 MSP sangat bervariasi yaitu berkisar antara 0.70 cm – 21.72 cm dengan rata-rata 9.73 cm (Tabel 7). Aksesi Medan II menunjukkan cabang jarak pagar yang paling tinggi sedangkan cabang yang paling rendah ditunjukkan oleh aksesi Bogor III saat tanaman jarak pagar berada di pembibitan.

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa saat tanaman jarak pagar berumur 0 MSP, rata-rata cabang tertinggi ditunjukkan oleh aksesi jarak pagar yang berasal dari Banten dengan nilai 15.18 cm sedangkan aksesi jarak pagar yang berasal dari Bogor menunjukkan rata-rata tinggi cabang yang terendah yaitu 4.18 cm. Aksesi jarak pagar dari Medan, Bengkulu, dan Sukabumi memiliki rata-rata tinggi cabang masing-masing 14.89 cm, 11.96 cm, dan 6.37 cm. Cabang jarak pagar tertinggi untuk masing-masing daerah yang diamati ditunjukkan oleh aksesi Medan II, Banten II, Bengkulu II, Sukabumi IV, dan Bogor I dengan tinggi cabang secara berurutan adalah 21.72 cm, 16.76 cm, 16.14 cm, 10.16 cm,

(44)
[image:44.595.107.515.115.391.2]

32 Tabel 7. Tinggi cabang 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP

Aksesi Tinggi cabang (cm)

0 MSP 2 MSP 6 MSP 10 MSP Medan I 8.06 cde 8.34 bc 22.30 44.98

Medan II 21.72 a 20.30 a 27.12 41.52

Bengkulu I 9.48 bcde 9.26 bc 25.62 44.38 Bengkulu II 16.14 ab 15.70 ab 29.88 50.14 Bengkulu III 14.00 abc 14.14 ab 20.74 29.82 Bengkulu IV 8.22 cde 8.92 bc 18.00 33.88 Banten I 13.60 abcd 14.26 ab 24.50 45.60 Banten II 16.76 ab 19.80 a 27.10 42.08 Bogor I 7.10 de 9.04 bc 23.46 43.30 Bogor II 4.74 ef 6.44 bc 23.84 45.38 Bogor III 0.70 g 3.32 c 22.14 45.96 Sukabumi I 2.32 fg 7.40 c 20.06 37.52 Sukabumi II 5.10 efg 7.96 c 20.73 38.28 Sukabumi III 7.88 de 11.10 bc 26.10 45.38 Sukabumi IV 10.16 bcd 10.02 bc 23.86 47.64 Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan

berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %

Perbedaan antar aksesi jarak pagar terlihat pada peubah jumlah cabang untuk setiap minggu pengamatan (Tabel 5). Jumlah cabang tanaman jarak pagar yang berumur 10 MSP antara 2.0 – 5.8 cabang dengan rata-rata 3.5 cabang. Aksesi Medan II memiliki jumlah cabang terbanyak pada 10 MSP sedangkan aksesi Bengkulu I dan Bengkulu II memiliki jumlah cabang yang paling sedikit.

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah cabang jarak pagar terbanyak pada 10 MSP ditunjukkan oleh aksesi jarak pagar yang berasal dari Banten dengan jumlah 5.2 cabang sedangkan aksesi jarak pagar dari Sukabumi menunjukkan rata-rata jumlah cabang yang paling sedikit yaitu 2.9 cabang. Aksesi jarak pagar dari Medan, Bogor, dan Bengkulu masing-masing memiliki rata-rata jumlah cabang sebesar 4.5 cabang, 3.1 cabang, dan 3.0 cabang. Jumlah cabang jarak pagar terbanyak untuk daerah yang diamati ditunjukkan oleh aksesi Medan II, Bengkulu III, Bogor I, dan Sukabumi IV dengan jumlah masing-masing

(45)

33

cabang jarak pagar yang berasal dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor,

dan Sukabumi secara berurutan memiliki kisaran antara 3.3 – 5.8 cabang, 2.0 – 5.0 cabang, 5.2 cabang, 2.6 – 3.6 cabang, dan 2.5 – 3.4 cabang. Jumlah

[image:45.595.111.511.213.492.2]

cabang 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah cabang 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP

Aksesi Jumlah cabang

0 MSP 2 MSP 6 MSP 10 MSP

Medan I 3.4 bcd 3.2 bcd 4.4 bcd 3.3 bc

Medan II 4.4 abcd 2.8 bcd 6.4 a 5.8 a

Bengkulu I 3.0 cd 2.4 d 2.2 g 2.0 d

Bengkulu II 4.2 abcd 2.8 bcd 3.4 efg 3.0 cd Bengkulu III 5.2 abc 5.2 a 5.2 abcd 5.0 ab

Bengkulu IV 3.4 bcd 2.6 cd 2.4 g 2.0 d

Banten I 6.8 a 4.0 abcd 5.6 abc 5.2 ab

Banten II 6.4 a 5.0 a 6.0 ab 5.2 ab

Bogor I 6.4 ab 4.4 ab 5.6 abc 3.6 bc

Bogor II 4.4 abcd 2.8 bcd 3.8 defg 3.2 cd Bogor III 3.8 abcd 3.6 abcd 3.8 defg 2.6 cd

Sukabumi I 2.4 d 2.6 cd 2.5 fg 2.5 cd

Sukabumi II 4.2 abcd 4.3 abc 4.5 bcde 3.0 cd Sukabumi III 3.4 bcd 2.4 d 3.4 efg 3.0 cd Sukabumi IV 4.6 abcd 4.0 abcd 4.2 cdef 3.4 cd Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan

berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %

Perbedaan antar aksesi jarak pagar untuk peubah diameter cabang terlihat pada 2 MSP dan 6 MSP (Tabel 5). Tanaman jarak pagar pada 2 MSP memilki diameter cabang antara 0.45 – 0.90 cm dengan rata-rata 0.62 cm. Diameter cabang terbesar pada 0 MSP ditunjukkan oleh aksesi Bengkulu I

sedangkan diameter cabang terkecil ditunjukkan oleh aksesi Sukabumi I.

(46)

34 merupakan aksesi jarak pagar yang memiliki diameter cabang terbesar untuk masing-masing daerah yang diamati. Aksesi Bengkulu I memiliki diameter cabang 0.90 cm dan aksesi Bogor I, Sukabumi IV, dan Medan I menunjukkan

diameter cabang yang sama, yaitu 0.68 cm sedangkan aksesi Banten II memiliki diameter cabang sebesar 0.66 cm. Kisaran diameter cabang untuk aksesi jarak pagar yang berasal dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi adalah 0.55 – 0.68 cm, 0.58 – 0.90 cm, 0.56 – 0.66 cm, 0.49 – 0.68 cm,

dan 0.45 – 0.68 cm. Diameter cabang 15 aksesi jarak pagar pada 2 – 10 MSP ditampilkan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Diameter cabang 15 aksesi jarak pagar pada 2 – 10 MSP

Aksesi Diameter cabang (cm)

2 MSP 6 MSP 10 MSP

Medan I 0.68 b 0.94 abcd 1.39

Medan II 0.55 bc 0.74 d 1.19

Bengkulu I 0.90 a 1.07 ab 1.51

Bengkulu II 0.70 b 1.12 a 1.53

Bengkulu III 0.64 bc 0.92 abcd 1.26

Bengkulu IV 0.58 bc 0.87 bcd 1.37

Banten I 0.56 bc 0.91 bcd 1.49

Banten II 0.66 bc 0.85 cd 3.38

Bogor I 0.68 b 1.02 abcd 1.42

Bogor II 0.67 bc 0.95 abc 1.61

Bogor III 0.49 bc 0.94 abcd 1.50

Sukabumi I 0.45 c 0.89 bcd 1.38

Sukabumi II 0.50 bc 0.86 cd 1.24

Sukabumi III 0.58 bc 0.93 abcd 1.48

Sukabumi IV 0.68 b 0.97 abc 1.36

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %

Peubah jumlah daun berbeda antar aksesi jarak pagar pada 0 MSP dan 2 MSP (Tabel 5). Jumlah daun untuk seluruh aksesi jarak pagar mengalami

(47)

35 Tabel 10. Jumlah daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 MSP – 10 MSP

Aksesi Jumlah daun

0 MSP 2 MSP 6 MSP 10 MSP

Medan I 8.0 ab 8.6 bc 26.0 50.0

Medan II 9.0 a 8.2 bc 24.6 46.0

Bengkulu I 10.2 a 13.0 a 27.0 44.0

Bengkulu II 10.0 a 11.0 ab 26.4 45.2

Bengkulu III 9.4 a 9.4 abc 20.8 40.6 Bengkulu IV 7.6 ab 8.8 bc 20.8 41.6

Banten I 8.8 ab 10.2 ab 33.2 66.2

Banten II 8.8 ab 11.0 ab 27.8 66.4

Bogor I 6.8 abc 10.6 ab 31.0 47.8

Bogor II 6.8 abc 11.0 ab 32.4 55.0

Bogor III 5.0 bc 10.8 ab 27.8 49.4

Sukabumi I 3.2 c 6.0 c 23.8 51.2

Sukabumi II 6.2 abc 8.5 bc 17.3 34.6 Sukabumi III 8.0 ab 11.5 ab 28.3 43.0 Sukabumi IV 9.4 a 10.8 ab 26.0 43.4

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 % .

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah daun terbanyak pada 0 MSP ditunjukkan oleh aksesi jarak pagar yang berasal dari Bengkulu dengan jumlah daun 9.3 helai sedangkan aksesi jarak pagar dari Bogor memiliki rata-rata jumlah daun paling sedikit yaitu 6.2 helai. Aksesi jarak pagar dari Banten, Medan, dan Sukabumi memiliki rata-rata jumlah daun secara berurutan adalah 8.8 helai, 8.5 helai, dan 6.7 helai. Aksesi jarak pagar yang memiliki jumlah daun paling banyak untuk tiap daerah yang diamati adalah Bengkulu II, Sukabumi IV, dan Medan II dengan jumlah daun jarak pagar masing-masing 10.2 helai, 9.4 helai, dan 9.0 helai. Aksesi Banten I dan Banten II memiliki jumlah daun jarak pagar yang sama pada 0 MSP yaitu 8.8 helai. Demikian juga dengan aksesi Bogor I dan Bogor II menunjukkan jumlah daun jarak pagar yang sama saat di pembibitan yaitu 6.8 helai. Kisaran jumlah daun jarak pagar untuk aksesi yang berasal dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan

Sukabumi adalah 8.0 – 9.0 helai, 7.6 – 10.2 helai, 8.8 helai, 5.0 – 6.8 helai, dan 3.2 – 9.4 helai.

(48)

36 berbeda antar aksesi jarak pagar yang diamati. Panjang daun jarak pagar pada 0 MSP berkisar antara 7.46 – 12.70 cm dengan rata-rata 9.56 cm (Tabel 11). Aksesi Bengkulu II memiliki daun terpanjang pada 0 MSP sedangkan daun terpendek ditunjukkan oleh aksesi Bogor III.

Tabel 11 menunjukkan bahwa pada 0 MSP, aksesi dari Banten memiliki rata-rata panjang daun terbesar yaitu 10.06 cm, sedangkan rata-rata panjang daun terkecil ditunjukkan oleh aksesi yang berasal dari Bogor yaitu 8.39 cm. Aksesi jarak pagar dari Sukabumi, Bengkulu, dan Medan memiliki rata-rata panjang daun 9.60 cm, 9.92 cm, dan 10.02 cm. Panjang daun paling besar untuk jarak pagar yang berasal dari Bengkulu, Banten, Medan, Sukabumi dan Bogor ditunjukkan oleh aksesi Bengkulu II, Banten II, Medan II, Sukabumi III, dan Bogor II dengan panjang daun masing-masing 12.70 cm, 10.34 cm, 10.34 cm, 10.23 cm, dan

8.92 cm. Aksesi jarak pagar dari Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi masing-masing memiliki rata-rata panjang daun yang berkisar antara 9.70 – 10.34 cm, 8.22 – 12.70 cm, 9.78 – 10.34 cm, 7.46 – 8.92 cm, dan

8.40 – 10.23 cm. Panjang daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Panjang daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP

Aksesi Panjang daun (cm)

0 MSP 2 MSP 6 MSP 10 MSP

Medan I 9.70 bc 9.22 11.30 14.52

Medan II 10.34 bc 9.18 9.96 12.12

Bengkulu I 10.44 b 9.90 10.26 13.54

Bengkulu II 12.70 a 12.06 12.26 14.04

Bengkulu III 8.30 cde 9.48 9.78 12.56

Bengkulu IV 8.22 de 8.80 11.16 12.44

Banten I 9.78 bcd 9.44 10.88 12.80

Banten II 10.34 bc 9.92 10.22 12.66

Bogor I 8.78 bcde 9.02 11.12 13.66

Bogor II 8.92 bcde 8.46 11.34 13.44

Bogor III 7.46 e 8.90 11.48 15.30

Sukabumi I 8.40 bcde 7.40 9.48 12.78

Sukabumi II 9.98 bcd 8.83 10.53 12.68

Sukabumi III 10.23 bcd 9.85 9.68 14.83

Sukabumi IV 9.78 bcd 9.56 10.74 14.60 Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan

(49)

37 Perbedaan antar aksesi jarak pagar untuk peubah lebar daun terlihat pada 0 MSP dan 2 MSP (Tabel 5). Daun jarak pagar yang diamati pada 0 MSP memiliki lebar daun antara 6.70 – 12.42 cm dengan rata-rata 9.92 cm (Tabel 12). Lebar daun jarak pagar yang paling kecil ditunjukkan oleh aksesi Bogor III pada saat tanaman jarak pagar berumur 0 MSP sedangkan daun terlebar ditunjukkan oleh aksesi Bengkulu II. Lebar daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP ditunjukkan oleh Tabel 12.

Tabel 12. Lebar daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP

Aksesi Lebar daun (cm)

0 MSP 2 MSP 6 MSP 10 MSP

Medan I 10.08 ab 9.86 bcd 14.28 17.62 Medan II 11.16 ab 10.14 abcde 11.44 15.42 Bengkulu I 10.88 ab 13.14 a 12.26 15.42 Bengkulu II 12.42 a 12.46 ab 12.70 16.84 Bengkulu III 9.86 abc 11.40 abcd 11.80 17.40 Bengkulu IV 8.76 bcd 9.28 bcde 11.38 15.76 Banten I 10.68 abc 11.06 abcde 13.68 16.44 Banten II 11.08 ab 10.74 abcde 10.60 14.32 Bogor I 9.14 bcd 9.58 bcde 13.52 16.32 Bogor II 9.54 bc 9.38 bcde 13.06 16.72 Bogor III 6.70 d 9.04 cde 13.60 18.48 Sukabumi I 8.07 cd 8.32 de 12.20 15.86 Sukabumi II 9.35 bc 8.00 e 12.50 14.92 Sukabumi III 9.85 abc 10.05 abcde 11.43 17.18 Sukabumi IV 11.18 ab 12.14 abc 12.70 17.68

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %

(50)

38 Bogor II memiliki lebar daun paling besar dibandingkan aksesi lainnya untuk daerah yang sama, lebar daun untuk masing-masing aksesi adalah 12.42 cm, 11.68 cm, 11.18 cm, 11.16 cm, dan 9.54 cm.

Peubah panjang tangkai daun b

Gambar

Gambar 2)). Tungau
Gambar 55. Jenis bun
Tabel 2. Rekapitulasi peubah kualitatif 15 aksesi jarak pagar pada pembibitan (0 MSP)
Tabel 3. Rekapitulasi peubah kualitatif 15 aksesi jarak pagar pada 2 MSP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan kemauan adalah sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan (12). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan presepsi masyarakat di

Iklan Baris Iklan Baris TANAH DIJUAL TELEPON TANAH DISEWAKAN TEMPAT USAHA TV /RADIO /VIDEO TV /SWASTA VILA DIJUAL VILA DISEWAKAN Serba Serbi.. DISEWA 2 Villa Harian /

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan penerima Raskin termasuk dalam kriteria sedang, efektivitas Program Raskin (ketepatan aturan) termasuk dalam kategori kurang

Penilitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasi Eksperimental) dan desain penelitian nonequivalent control grup design dengan menggunakan instrumen berupa tes

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Model pembelajaran CTL Berbantuan Media LKS dalam proses pembelajaran matematika dapat meningkatkan

Jika sebuah isu indikator adalah isu lingkungan yang seharusnya sangat lazim dan diketahui siswa, dan sebagai konsekuensinya tingkat pengetahuan siswa bukan hanya

Ketiga, karena sistem perladangan dilakukan dengan cara berpindah-pindah, maka jumlah lahan yang dimiliki juga relatif lebih dari satu, sehingga ini juga merupakan