• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) di PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) di PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KEGIATAN

PEMBINAAN MASYARAKAT DESA HUTAN (PMDH)

DI PT. RATAH TIMBER, KALIMANTAN TIMUR

HEFRINA ASMAWATI SITANGGANG

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBINAAN

MASYARAKAT DESA HUTAN (PMDH) DI PT. RATAH

TIMBER, KALIMANTAN TIMUR

HEFRINA ASMAWATI SITANGGANG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(3)

RINGKASAN

HEFRINA ASMAWATI SITANGGANG. E14051504. Pengembangan Kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) di PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur. Di Bawah Bimbingan LETI SUNDAWATI.

Masyarakat di dalam dan di sekitar hutan luar Pulau Jawa umumnya menghadapi masalah kemiskinan dengan pertanian sebagai basis ekonominya. Pola usahataninya masih bersifat ekstensifikasi dan cenderung subsisten, tingkat kesehatan belum memadai serta sarana dan prasarana yang masih terbatas. Hal ini menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat desa yang berada di dalam atau sekitar hutan tersebut. Memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat yang tinggal di dalam dan sekitar areal kerja IUPHHK-HA, dan kemampuan yang dimiliki pemegang IUPHHK-HA, pemerintah melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 523/Kpts-II/1997 telah mewajibkan kepada pemegang IUPHHK-HA untuk lebih peduli terhadap upaya-upaya pembinaan masyarakat tradisional yang berada di dalam dan di sekitar areal kerja IUPHHK-HA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Kebijaksanaan ini dikenal dengan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyelenggaraan PMDH di PT. Ratah Timber, mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dalam penyelenggaraan PMDH di PT. Ratah Timber serta merumuskan upaya-upaya pengembangan PMDH di PT. Ratah Timber. Penelitian dilaksanakan bulan Februari s/d April 2009 di PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur dengan mengambil 2 desa lokasi penelitian yaitu desa Mamahak Teboq dan desa Lutan. Data yang diambil terdiri dari data sekunder dan data primer. Jumlah responden yang diambil sebanyak 60 orang yang berasal dari 2 desa yaitu desa Mamahak Teboq dan Lutan. Metode analisis yang digunakan adalah yaitu metode analisis kuantitatif yaitu distribusi frekuensi serta analisis deskriptif kualitatif.

Tingkat keberhasilan manajemen kegiatan PMDH di PT. Ratah Timber berdasarkan SK. Dirjen PH No. 288/Kpts/II-PHH/1992 termasuk kategori sedang. Demikian pula tingkat partisipasi dan persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan PMDH masih dalam kategori sedang, serta tingkat kesejahteraan masyarakat desa binaan PMDH PT. Ratah Timber masih rendah. Permasalahan PMDH di PT. Ratah Timber adalah kondisi masyarakat yang masih tergantung pada budaya setempat serta belum adanya organisasi pelaksana PMDH. Strategi pengembangan kegiatan PMDH yang dapat dilakukan di PT Ratah Timber adalah penyuluhan pertanian secara periodik di setiap desa binaan, peningkatan aksesibilitas melalui pembangunan jalur transportasi ke semua desa binaan, pembinaan khusus bagi pimpinan desa, menjalin kerjasama antara perusahaan, PEMDA, dan kepala adat untuk mengatasi masalah tumpang tindih lahan masyarakat serta pelibatan masyarakat dalam organisasi pelaksana PMDH.

(4)

ABSTRACT

HEFRINA ASMAWATI SITANGGANG. E14051504. The Development of of Forest Village Community Development (PMDH) Activity in PT. Ratah Timber, East Kalimantan Province. Supervised by Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc.F.

People who live inside and around forest area in outer Java Island usually face poverty problem. Their livelihood are still depended heavily on agriculture. They are also characterized with unsuficient and minimum health facility and infrastructure. So, that their prosperity level is still low.Considering the social-economics condition of local people lived inside and around forest area managed by companies who hold lincense or Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) , and the ability of IUPHHK-HA license holders, government through Forestry Minister Decision No. 523/Kpts-II/1997 made a compulsory to IUPHHK-HA license holder to improve local people wellfare though a program called Forest Village CommunityDevelopment or Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH).

The obejcetives of this research are: 1) to analyze PMDH implementation in IUPHHK_HA license holder -PT Ratah Timber, 2) to identify problems on PMDH implementation in PT Ratah Timber, and 3) to formulate PMDH development strategy in PT Ratah Timber. Research was conducted on February until April 2009 at PT Ratah Timber inEast Kalimantan Province. Primary data was gathered from two sample villages, i.e. Mamahaq Teboq Village and Lutan Village. Respendents were 60 households who were PMDH participants and were chosen purposively. . Data were then analyzed using quantitative and descriptive methods . PMDH development strategy was formulated using SWOT (Streng, Weakness, Opportunity, Threats) analysis method.

The success level of PMDH management and implementation by PT Ratah Timber based on SK. Dirjen PH No. 288/Kpts/II-PHH/1992 included on moderate category. Based on the household income and education level of PMDH participants, the prosperity of village people inside and around PT Ratah Timber forest area was still low. Most of PMDH participants were graduated from elementary school and their monthly income were lower than Regional Minimum Wages. The main problem of PMDH management and implementation at PT. Ratah Timber was unexisted of PMDH implementation organization at Ratah Timber.. PMDH activity at PT. Ratah Timber could be develop using following strategies: 1) conduct agriculture extension to PMDH participants countinuosly ; 2) improveaccessibility tto all managed villages; 3) improve village leaders management skill; ; 4) develop cooperation between company, local government , and custom leaders; 5) involve local people , on PMDH implementation organization.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengembangan Kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) di PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

(6)

Judul Skripsi : Pengembangan Kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) di PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur

Nama : Hefrina Asmawati Sitanggang NRP : E14051501

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc.F NIP. 19640830 199003 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 19611126 198601 1 001

(7)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala curahan rahmat dan kasih sayangnya-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah ”Pengembangan Kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) di PT. Ratah Timber, Kalimantan Timur”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga penelitian ini dapat menjadi sumbangan informasi yang bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Bogor, September 2009

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangururan pada tanggal 27 Februari 1987. Penulis adalah anak ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan J.D Sitanggang dan S. Nainggolan. Penulis memulai pendidikan di SDN No 173761 Aeknauli 2 pada tahun 1993, SLTP Budi Mulia Pangururan tahun 1999 dan SMAN 1 Pangururan tahun 2002. Penulis menyelesaikan sekolah pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2005 IPB pertamakali memberlakukan kurikulum mayor-minor sehingga tahun pertama penulis masih pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan pada tahun kedua penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kasih karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini telah berhasil diselesaikan. Hal ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak yang turut membantu proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Orang tuaku tercinta, J. Darius Sitanggang dan Saulina Nainggolan, atas kasih sayang, cinta, doa, dukungan spiritual dan material, arahan, perhatian, dan penguatan yang diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan yang terbaik untuk papa mama.

2. Kakak-kakak tercinta, Kak Melina dan Kak Nova serta adik-adik tersayang, Betty, Yustina, Nuningsih, Raysal, atas doa, dukungan dan semangat yang telah diberikan, serta telah menjadi sumber penghiburan dan inspirasi bagi penulis.

3. Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc. F selaku dosen pembimbing yang telah begitu baik dan sabar membimbing saya mulai dari penyusunan proposal penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. Terimakasih untuk segala kritik dan masukan yang diberikan.

4. Ir. Suwarno Sutarahardja yang telah merekomendasikan lokasi PKL dan lokasi penelitian serta memberikan nasehat kepada penulis.

5. Dr. Ir. Yeni A. Mulyani, MSc; Dr. Ir. Ulfah Juniarti Siregar, M Agr dan Ir. Rita Kartika Sari, MSi selaku dosen penguji saya.

6. Bapak Wahyu, Bapak Djatmiko, Bapak Wahyudi dan seluruh Pihak PT. Ratah Timber yang telah meberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT Ratah Timber serta menyediakan segala kebutuhan penelitian selama di Lapangan.

7. Para Karyawan PT. Ratah Timber khususnya Bapak Hajang, Pak Kurnia, Kak Adit, Kak Ivan, Om Paulus, atas doa, dukungan serta bantuan yang diberikan kepada penulis selama penelitian di lapangan.

(10)

9. Afwan Afwandi dan Mega sebagai teman satu bimbingan yang senantiasa menyemangati dan mendukung penulis.

10.Sepupu tercinta (Kak Risdo Tersayang) yang sudah memberikan perhatian kepada penulis mulai dari awal kuliah sampai penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas perhatian yang kakak berikan.

11.Keluarga kedua di Ananda (khususnya Agnes, Devina, Maria, Debie, Evoy, Mellisa, Kamalita, Tetty, Eleven, Devi dan Hilaria) yang senantiasa memberikan keceriaan dan semangat buat saya. Terimakasih untuk kasih sayang dan kepedulian yang kalian berikan.

12.Teman-teman di Agriaswara, khususnya teman-teman 42 (Melvin, Max Gladys, Bhaskoro, Nancy, Hafiz, Steffanus, Fury) dan teman-teman lainnya, yang selalu menyemangati dan memberi dukungan. Para Soprano, Alto, Tenor dan Bass, senang bisa mengenal kalian dan semoga bisa terus bernyanyi bersama kalian.

13.Teman-teman SMA 1 Pangururan, Teman seperjuangan masuk IPB (Pesta, Debora, Patar, Raymond), Terimakasih atas kebersamaan selama ini. 14.Teman-teman MNH 42 yang selama ini bersama-sama menjalani

kehidupan perkuliahan, khususnya teman-teman seperjuangan di tempat PKL (Rivan dan Putri).

15.Teman-teman yang menjadi penyemangat dan sumber inspirasi bagi penulis (Mei, Doris, Cia, Maria, Mariyani, Paskha, Alan, Buyung, Ronal, dan Iccus). Terimakasih atas dukungan,semangat dan kebersamaannya selama mengikuti perkuliahan di Fahutan.

16.Rohani Sitorus atas doa, semangat serta sudah menjadi sumber inspirasi bagi penulis.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembinaan Masyarakat Desa Hutan ... 4

2.1.1 Pengertian ... 4

2.1.2 Tujuan dan Sasaran ... 4

2.1.3 Pola Pembinaan Masyarakat Desa Hutan ... 5

2.1.4 Permasalahan-permasalahan dan Faktor-faktor Pembatas PMDH ... 8

2.2 Struktur Sosial Budaya dan Strategi Pembangunan Desa ... 8

2.3 Ekonomi Rumah Tangga Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan lestari ... 11

2.3.1 Rumah Tangga ... 11

2.3.2 Pendapatan Rumah Tangga ... 12

2.3.3 Kesejahteraan Masyarakat ... 12

2.4 Partisipasi Masyarakat ... 13

2.5 Persepsi Masyarakat ... 14

2.6 Analisis SWOT ... 15

III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran ... 17

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 19

(12)

3.4 Jenis Data ... 19

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.6 Sasaran dan Metode Pengambilan Sampel ... 21

3.7 Pengukuran Variabel ... 21

3.7.1 Analisis Penyelenggaraan Kegiatan PMDH ... 21

3.7.2 Identifikasi Permasalahan Kegiatan PMDH.. ... 27

3.7.3 Strategi Pengembangan Kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan ... 29

3.8 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 32

IV KONDISI UMUM PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 34

4.2 Kondisi Biofisik ... 35

4.2.1 Letak dan Luas IUPHHK ... 35

4.2.2 Geologi dan Tanah ... 36

4.2.3 Iklim, Suhu dan Hidrologi ... 37

4.2.4 Kondisi Hutan ... 38

4.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 39

4.4 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya ... 40

V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 45

5.2 Analisis Kegiatan Penyelenggaraan PMDH ... 47

5.2.1 Manajemen Kegiatan PMDH ... 47

5.2.2 Partisipasi Masyarakat Terhadap Kegiatan PMDH ... 55

5.2.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Kegiatan PMDH ... 57

5.2.4 Kesejahteraan Masyarakat Desa Binaan PT. Ratah Timber ... 60

5.3 Identifikasi Permasalahan Kegiatan PMDH ... 66

5.4 Strategi Pengembangan Kegiatan PMDH dengan Analisis SWOT ... 69

5.4.1 Identifikasi Faktor Eksternal ... 69

5.4.2 Penyusunan Matriks External Factor Evaluation (EFE)……….. ... 71

(13)

Evaluation (IFE)……….. ... 74

5.4.5 Diagram SWOT ... 75

5.4.6 Pemilihan Strategi Pengembangan Kegiatan PMDH ... 78

VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 81

6.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(14)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kriteria penilaian keberhasilan kegiatan PMDH ... 22

2. Tolok ukur penilaian tahap perencanaan kegiatan PMDH ... 22

3. Tolok ukurpenilaian tahap pelaksanaan kegiatan PMDH ... 23

4. Tolok ukurpenilaian tahap pelaporan kegiatan PMDH ... 23

5. Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan PMDH ... 24

6. Pengukuran persepsi masyarakat terhadap manfaat kegiatan PMDH ... 25

7. Tingkat persepsi masyarakat terhadap manfaat kegiatan PMDH ... 26

8. Matriks SWOT ... 29

9. Penilaian bobot faktor strategis internal kegiatan ... 31

10. Penilaian bobot faktor strategis eksternal kegiatan ... 31

11. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ... 32

12. Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 32

13. Luas areal IUPHHK PT. Ratah Timber berdasarkan peta kawasan hutan dan perairan provinsi Kalimantan Timur ... 36

14. Luasan menurut penutupan lahan areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber pada setiap fungsi hutan ... 38

15. Daftar desa yang berada di dalam dan di luar areal IUPHHK Ratah Timber ... 40

16. Luas wilayah, Jumlah penduduk dan Kepadatan Penduduk desa yang berada di areal IUPHHK PT Ratah Timber ... 41

17. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di desa sekitar areal kerja IUPHHK PT. Ratah Timber ... 42

18. Distribusi prasarana pendidikan desa binaan IUPHHK PT Ratah Timber ... 43

19. Distribusi responden menurut kelompok umur ... 45

20. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 46

21. Distribusi responden berdasarkan luas kepemilikan lahan ... 46

(15)

23. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian ... 47

24. Penilaian keberhasilan kegiatan PMDH tahap perencanaan ... 48

25. Daftar guru penerima bantuan/honor di SDN No. 005 Fillial Camp ... 49

26. Kondisi sarana dan prasarana SDN No. 005 Fillial Camp Bulan Januari s/d Desember 2008 ... 50

27. Rekapitulasi laporan realisasi kelola sosial/PMDH Bulan Januari - Desember 2008 ... 52

28. Penilaian keberhasilan kegiatan PMDH tahap pelaksanaan ... 53

29. Penilaian keberhasilan kegiatan PMDH tahap pelaporan ... 54

30. Hasil penilaian manajemen kegiatan PMDH di PT. Ratah Timber ... 55

31. Tingkat partisipasi masyarakat Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan dalam penyusunan rencana kegiatan PMDH ….. ... 56

32. Hasil pengukuran persepsi masyarakat terhadap manfaat kegiatan PMDH ... 57

33. Persepsi masyarakat terhadap manfaat kegiatan PT. Ratah Timber ... 58

34. Persepsi masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan mereka akan hasil hutan ... 59

35. Hasil pengukuran persepsi masyarakat terhadap manfaat kegiatan PMDH ... 60

36. Rataan pendapatan responden ... 62

37. Tingkat pendidikan responden ... 66

38. Identifikasi unsur peluang pengembangan kegiatan PMDH... 70

39. Identifikasi unsur ancaman pengembangan kegiatan PMDH ... 71

40. Matriks EFE (External Factor Evaluation) Pengembangan KegiatanPMDH ... 72

41. Identifikasi unsur kekuatan pengembangan kegiatan PMDH ... 73

42. Identifikasi unsur kelemahan pengembangan kegiatan PMDH ... 74

43. Matriks IFE pengembangan kegiatan PMDH ... 75

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kerangka pemikiran strategi pengembangan

kegiatan PMDH ... 18 2. Tahapan penyusunan strategi pengembangan kegiatan PMDH ... 33 3 Grafik perbandingan antara rataan pendapatan usahatani,

non usahatani dan rata-rata total pendapatan rumah tangga ... 63 4. Grafik perbandingan antara rataan pendapatan

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Struktur organisasi PT Ratah Timber ... 87

2. Data responden Desa Mamahak Teboq ... 88

3. Data responden Desa Lutan ... 90

4. Rekapitulasi pendapatan responden ... 92

5. Rekapitulasi data analisis SWOT (Eksternal) ... 94

6. Analisis unsur eksternal (Matriks EFE) ... 99

7. Rekapitulasi data analisis SWOT (Internal)... 100

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan pembangunan masyarakat sekitar hutan terutama di luar Jawa seringkali berhadapan dengan permasalahan-permasalahan kompleks. Karakteristik masyarakat di daerah tersebut umumnya bersifat tradisional dan sangat memerlukan pemahaman secara seksama dan mendalam dalam penanganannya. Hal tersebut terutama menyangkut kondisi sosial ekonomi budaya setempat, termasuk pola kehidupan dan mata pencahariannya. Masyarakat di dalam dan sekitar hutan umumnya menghadapi masalah kemiskinan dengan pertanian sebagai basis ekonominya. Pola usahataninya masih bersifat ekstensif dan cenderung subsisten. Keterbatasan-keterbatasan lainnya adalah tingkat pendidikan yang rendah, tingkat kesehatan yang belum memadai dan minimnya sarana serta prasarana. Hal ini menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat desa yang berada di dalam atau sekitar hutan tersebut.

(19)

1.2 Perumusan Masalah

Kebijaksanaan PMDH adalah kegiatan yang merupakan upaya sektor swasta kehutanan terutama para pemegang IUPHHK-HA untuk mendistribusikan sebagian keuntungan dari kegiatan pengusahaan hutan untuk pengembangan masyarakat lokal di desa-desa areal konsesi. Kegiatan PMDH adalah salah satu kewajiban para pemegang IUPHHK-HA dalam membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan.

Salah satu azas yang perlu diperhatikan dalam pembangunan desa adalah azas partisipatif. Ini berarti bahwa pembangunan tidak hanya dipersiapkan, direncanakan dan dilaksanakan oleh pelaksana pembangunan saja, tetapi juga mendorong keikutsertaan masyarakat desa dalam seluruh proses pembangunan. Demikian pula dengan kegiatan PMDH, masyarakat binaan perlu dilibatkan dalam setiap tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasan, sehingga kegiatan itu tidak lagi dirasakan oleh masyarakat sebagai pemberian, melainkan benar-benar dirasakan sebagai hasil upaya masyarakat itu sendiri. Berbagai pihak luar cukup berperan sebagai pembimbing dan pembina yang memberikan dukungan dan motivasi kepada masyarakat desa yang menyelenggarakan pembangunan tersebut.

(20)

sumberdaya manusia atau aktor yang terlibat pada setiap tahap kegiatan mutlak diperlukan. Aktor-aktor tersebut yaitu pemegang IUPHHK-HA, masyarakat binaan, dan instansi terkait di daerah.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis penyelenggaraan PMDH di PT. Ratah Timber.

2. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan dalam penyelenggaraan PMDH di PT. Ratah Timber.

3. Merumuskan upaya-upaya pengembangan PMDH di PT. Ratah Timber.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang pelaksanaan kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan di PT. Ratah Timber.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembinaan Masyarakat Desa Hutan 2.1.1 Pengertian

Pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan adalah upaya membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di dalam atau sekitar hutan dan usaha meningkatkan kualitas sumberdaya hutan (Abdulbari, 1993). Menurut Departemen Kehutanan (2000) dalam Putra (2006), Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) adalah kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh pemegang IUPHHK-HA/IUPHHK-HATI dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, melalui terbukanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta tumbuhnya ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan, tersedianya sarana dan prasarana sosial ekonomi yang memadai, serta terciptanya kesadaran dan perilaku positif masyarakat dalam pelestarian sumberdaya hutan. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi lahirnya PMDH diantaranya sebagai berikut:

1. PMDH sebagai upaya untuk mengendalikan perladangan berpindah. 2. PMDH sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan dan tekanan masyarakat

internasional, khususnya negara-negara maju importir kayu tropis.

3. PMDH sebagai upaya untuk menciptakan mekanisme distribusi sebagian keuntungan, dimana pihak perusahaan dipertimbangkan telah memperoleh keuntungan dari perusahaan sumberdaya hutan, oleh karena itu dipertimbangkan sangat wajar apabila pihak perusahaan menguncurkan sebagian keuntungannya untuk kepentingan masyarakat.

2.1.2 Tujuan dan Sasaran

a. Tujuan

Menurut Departemen Kehutanan (2000) dalam Putra (2006) tujuan PMDH adalah membantu mewujudkan terciptanya masyarakat desa hutan yang mandiri, sejahtera, dan sadar lingkungan, terutama masyarakat yang berada di dalam hutan dan sekitarnya meliputi kegiatan:

(22)

2. Menyediakan sarana dan prasarana sosial, ekonomi yang memadai. 3. Menciptakan kesadaran dan perilaku positif masyarakat dalam pelestarian

sumberdaya hutan guna meningkatkan pengamanan hutan. b. Sasaran

Sasaran PMDH adalah masyarakat desa hutan yaitu sekelompok masyarakat setempat, terutama masyarakat tradisional baik yang berada di dalam hutan maupun di pedesaan sekitar hutan. Adapun prioritas kelompok sasaran PMDH masyarakat tradisional dengan urutan sebagai berikut:

1. Kelompok yang berada di areal IUPHHK-HA/IUPHHK-HATI.

2. Kelompok yang berada di perbatasan areal IUPHHK-HA/IUPHHK-HATI. 3. Desa-desa terdekat yang berada di sekitar areal

IUPHHK-HA/IUPHHK-HATI.

2.1.3 Pola Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH)

Menurut Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan (1991) dalam Pujo (1997), rencana pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan areal kerja IUPHHK-HA disusun dengan memperhatikan hal-hal seperti: potensi, kondisi, dan aspirasi masyarakat setempat, bersifat saling menguntungkan (meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung kelestarian hutan), merangsang dan menumbuhkan ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan, serta menumbuhkan kemandirian masyarakat tersebut.

Selanjutnya dalam SK Dirjen PH No. 210/Kpts-BPH/1995 dinyatakan tahap-tahap dalam penyelenggaraan kegiatan PMDH yaitu:

a. Tahap Perencanaan Kegiatan PMDH

(23)

Rencana Umum merupakan penjabaran dari studi diagnostik yang telah dilaksanakan. Rencana Umum tersebut memuat rencana kegiatan secara global yang digunakan sebagai acuan untuk menyusun Rencana Lima Tahun dan Rencana Tahunan PMDH. Rancana Lima Tahun adalah rencana kegiatan PMDH selama jangka waktu lima tahun yang merupakan penjabaran dari Rencana Umum yang dijadikan sebagai acuan dari Rencana Tahunan PMDH. Rencana Tahunan merupakan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan selama jangka waktu satu tahun. Rencana Operasional (RO) adalah penjabaran dari Rencana Tahunan secara teknis dan administratif. Studi Diagnostik merupakan kegiatan identifikasi yang mencakup seluruh potensi, aspirasi, tata nilai masyarakat serta potensi sumber daya alam. Studi Diagnostik ini merupakan kegiatan pra perencanaan yang berfungsi menyediakan informasi dasar tentang keadaan fisik, sosial, ekonomi dan budaya di wilayah kerja IUPHHK-HA/IUPHHK-HATI yang digunakan sebagai bahan penyusunan PMDH (Departemen Kehutanan, 2000 dalam Pujo, 1997). b. Tahap Pelaksanaan Kegiatan PMDH

Tahap pelaksanaan meliputi penentuan lokasi dan kelompok masyarakat binaan, dan penentuan bentuk-bentuk kegiatan pembinaan. Kegiatan pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar areal IUPHHK-HA diprioritaskan dengan urutan, yaitu kelompok masyarakat di dalam areal kerja IUPHHK-HA, kelompok masyarakat yang berbatasan dengan areal kerja IUPHHK-HA, kelompok masyarakat dan atau masyarakat pedesaaan terdekat dari areal kerja IUPHHK-HA.

Adapun bentuk-bentuk pelaksanaan pembinaan masyarakat desa hutan ini meliputi:

(24)

2) Menyediakan sarana dan prasarana sosial ekonomi, dengan bentuk kegiatannya berupa sarana bangunan atau fisik, antara lain:

a. Sarana dan prasarana ekonomi pedesaan, yaitu jalan, jembatan, pengairan dan pasar.

b. Sarana dan prasarana sosial masyarakat, yaitu sekolah, kesehatan, olahraga, keagamaan (mesjid, gereja,dan lain-lain).

3) Menciptakan kesadaran dan perilaku positif masyarakat dengan bentuk kegiatan pembinaannya, antara lain:

a. Penyuluhan tentang konservasi sumber daya alam dan hutan.

b. Pengembangan hutan rakyat melalui penyediaan bibit, penyiapan lahan dan penanaman.

Lingkup kegiatan pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan berdasarkan SK. Menhut No. 691/Kpts-II/1991 terdiri dari lima aspek meliputi aspek pertanian menetap, aspek peningkatan ekonomi, aspek pengembangan sarana dan prasarana umum, aspek sosial budaya, serta aspek pelestarian sumberdaya hutan dan lingkungan.

c. Tahap Pengendalian dan Penilaian

Evaluasi pengawasan kegiatan PMDH di lapangan menurut SK. Dirjen PH No. 210/Kpts-BPH/1995, dilakukan oleh kepala Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I. Bimbingan dan pengendalian kegiatan pembinaan dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan. Secara periodik (bulanan, triwulan, dan tahunan) IUPHHK-HA wajib menyampaikan laporan pelaksanaan PMDH kepada kakanwil Departemen Kehutanan dengan tembusan Dirjen PH, Dirjen RRL dan Kepala Dinas Kehutanan Daerah Tingkat I setempat.

(25)

2.1.4 Permasalahan-Permasalahan dan Faktor-Faktor Pembatas PMDH

Menurut Asosiasi Pengusahaan Hutan Indonesia (APHI) dalam Pujo (1997) permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan IUPHHK-HA Bina Desa Hutan :

1) Tidak semua IUPHHK-HA mempunyai atau berdekatan dengan perkampungan.

2) Tidak semua bentuk perambahan hutan atau perladangan berpindah di areal berhutan murni dilakukan oleh masyarakat asli setempat.

3) Pembangunan dan perubahan yang menyangkut adat kebiasaan memerlukan waktu dan proses yang lama.

4) Permasalahan yang ada harus diatasi sangat luas dan kompleks karena menyangkut berbagai aspek kehidupan dengan kondisi sosial ekonomi yang kurang memadai dan keterbatasan sarana serta prasarana umum. Menurut Dirjen RRL dalam Pujo (1997), adapun permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembinaan masyarakat desa hutan, antara lain:

1) Kondisi masyarakat yang akan dibina pada umumnya masih memperlihatkan kehidupan dan kelompok-kelompok kecil dengan jarak pemukiman antar kelompok yang cukup berjauhan, serta tingkat pendidikan dan pola pikir yang masih rendah.

2) Para pemegang IUPHHK-HA masih belum sepenuhnya menaruh perhatian terhadap kegiatan PMDH disamping adanya keterbatasan kemampuan sebagian IUPHHK-HA.

3) Adanya kekurangan tenaga ahli/berpengalaman yang sesuai dengan bidang tugas yang diperlukan untuk melaksanakan atau memberikan penyuluhan maupun bimbingan teknis dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.

2.2 Struktur Sosial Budaya dan Strategi Pembangunan Desa

(26)

mewujudkan keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan desa (Soetrisno, 1990).

Masyarakat lokal yang hidup di hutan-hutan di luar Jawa ini sebagian besar masyarakat peladang dan juga pekebun atau pengumpul hasil hutan. Sistem pertanian dengan sistem ladang atau sistem tebas dan bakar, dimana pohon-pohon ditebang dan dibakar sehingga tanah bisa ditanami tanpa pembajakan disebut pertanian ladang (shifting cultivation). Corak bercocok tanam tersebut muncul di tempat-tempat, dimana tanah ditutupi hutan, biasanya di daerah tropis, dan dimana kesuburan tanah merosot dengan cepat sesudah ditanami. Tanah yang dibuka tersebut setelah ditanami beberapa musim, dan sesudah kesuburan tanahnya menurun dan rumput merajalela, kemudian bidang-bidang tanah ditinggalkan untuk mencari tanah baru. Hak atas tanah didasarkan atas adat suku atau masyarakat setempat. Tanah itu menjadi miliknya karena ia telah membukanya atau karena ia telah mengusahakannya terus-menerus, dan akan menjadi miliknya selama ia masih menggunakannya (Mosher, 1987).

Berdasarkan kondisi sosial ekonomi budaya tersebut, rekayasa kegiatan pembangunan atau kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan hendaknya dapat memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Ada atau sudah dikenal masyarakat, sehingga segera dapat berjalan dengan lancar, karena sejalan dengan dinamika sosial ekonomi budaya setempat. 2. Mempunyai potensi sumber-sumber produksi yang memadai atau

kalaupun belum memadai sumber-sumber tersebut masih dapat dikembangkan.

3. Mempunyai potensi pasar yang memadai atau dapat dikembangkan. 4. Sejalan dengan kepentingan pelestarian sumberdaya, khususnya

sumberdaya hutan dan pelestarian lingkungan hidup setempat, sejalan dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan berbagai kepentingan hubungan internasional.

(27)

pengembangan kegiatan tersebut di samping perlu ditunjang dengan penyediaan sarana dan prasarana produksi, permodalan, fasilitas kelembagaan ekonomi (seperti pasar), juga diperlukan penciptaan iklim atau tatanan politik, ekonomi dan sosial budaya yang mendukung (Soehoed, 1992).

Mosher (1987) menyatakan bahwa dalam pembangunan masyarakat pedesaan, diperlukan lima macam tindakan pemerintah yang dapat menjamin petani menguasai tanah mereka secara efektif dan memungkinkan bertani efisien. Kelima tindakan tersebut yaitu pemetaan tanah dan pendaftaran hak milik pemagaran tanah untuk menghindarkan penggembalaan sewenang-wenang, penyatuan pemilikan tanah yang terpencar-pencar, redistribusi tanah untuk membentuk satuan-satuan manajemen yang efisien; dan pengubahan syarat-syarat penyakapan.

Selanjutnya dalam rangka mempercepat pembangunan pedesaan perlu memperhatikan syarat-syarat pokok dan faktor-faktor pelancar pembangunan pertanian (Mosher, 1987). Syarat-syarat pokok pembangunan pertanian meliputi: 1. Pasar untuk hasil-hasil pertanian.

Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi hasil-hasil usahatani. Untuk menampung hasil-hasil-hasil-hasil tersebut harus tersedia pasar serta harga yang menguntungkan untuk membayar kembali pengorbanan dan daya upaya yang telah dikeluarkan oleh petani sewaktu memproduksinya. Tanpa adanya pasar dan harga yang kompetitif ini maka petani akan sulit untuk menerima atau mengembangkan inovasi/perubahan-perubahan dalam berusahatani sehingga proses pembangunan pun akan tersendat-sendat.

2. Teknologi yang selalu berubah.

Untuk dapat meningkatkan produksi pertanian harus tersedia teknologi atau cara-cara yang baik, seperti cara-cara penebaran benih, pemeliharaan tanaman, pemungutan hasil, pemeliharaan ternak dan sebagainya. Termasuk di dalamnya benih unggul, pupuk, obat-obatan hama/penyakit, obat-obatan ternak dan lain-lain, termasuk juga diversifikasi dalam pengelolaan usahataninya. Teknologi yang berubah-ubah ini sangat diperlukan untuk menjamin keberlangsungan proses pembangunan.

(28)

Dalam penerapan suatu inovasi/teknologi diperlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat produksi yang khusus untuk petani. Alat-alat dan bahan-bahan-bahan-bahan produksi tersebut harus tersedia dan dapat diperoleh dengan mudah di berbagai tempat serta dengan harga yang terjangkau oleh kemampuan petani. Sehingga para petani tersebut dapat memenuhi kebutuhannya untuk meningkatkan produksi pertanian.

4. Perangsang produksi bagi petani

Petani mau menerapkan suatu inovasi/teknologi baru apabila ada harapan akan diperolehnya keuntungan bagi dirinya dan keluarganya. Perangsang yang dapat secara efektif mendorong petani tersebut terutama hal-hal yang bersifat ekonomis antara lain relasi harga yang menguntungkan, pembagian hasil yang wajar (untuk petani penyakap) dan tersedianya barang dan jasa yang diperlukan oleh para petani dan keluarganya.

5. Pengangkutan

Pengangkutan merupakan faktor kunci dalam proses pembangunan pertanian. Pengangkuatan ini diperlukan untuk membawa alat-alat dan bahan-bahan produksi usahatani serta membawa hasil-hasil pertanian ke konsumen di pusat-pusat pemasaran lokal maupun kota (besar/kecil). Tanpa adanya sarana dan jaringan pengangkutan yang efisien dan murah, ke tempat syarat mutlak di atas tidak mungkin dapat diadakan secara efektif.

2.3 Ekonomi Rumah Tangga Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan

Lestari

2.3.1 Rumah Tangga

Rumah tangga adalah anggota-anggota yang terdiri dari semua orang yang mempunyai sumber penghasilan utama secara bersama, bertempat tinggal di bawah atap yang sama atau dalam komposisi yang sama, dan mempunyai ketentuan-ketentuan hidup bersama (Johnson et al., 1990).

(29)

sehari-hari rumah tangga tersebut atau orang yang dianggap atau ditunjuk sebagai kepala di dalam rumah tangga disebut kepala di dalam rumah tangga.

2.3.2 Pendapatan Rumah Tangga

Supadi dan Nurmanaf (2006) dalam Suhanda et al. (2009) menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga pedesaaan sangat bervariasi. Variasi itu tidak hanya disebabkan oleh faktor potensi daerah, tetapi juga karakteristik rumah tangga. Aksesibilitas ke daerah perkotaan yang merupakan pusat ekonomi seringkali merupakan faktor dominan terhadap variasi struktur pendapatan rumah tangga pedesaaan. Secara garis besar ada dua sumber pendapatan rumah tangga pedesaan yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Struktur dan besarnya pendapatan dari sektor pertanian berasal dari usahatani/ternak dan berburuh tani. Pendapatan sektor non pertanian berasa dari usaha dagang atau jasa.

Menurut Gohong (1993) pendapatan yang berasal dari usahatani dipengaruhi oleh faktor-faktor lahan usaha (luas lahan, tipe lahan), input produksi (tenaga kerja, benih, pupuk, obat-obatan, modal), ukuran keluarga, daerah asal, lama bermukim dan lama pendidikan, sedangkan faktor-faktor input produksi, daerah asal, lama bermukim, lama pendidikan mempengaruhi pendapatan dari luar usahatani. Perbedaan luas lahan dari masing-masing petani akan menyebabkan perbedaan produksi total usahatani yang berarti akan berpengaruh pula terhadap perbedaan tingkat pendapatan yang diterima petani. Penggunaan input-input produksi yang berbeda juga akan mengakibatkan perbedaan dalam total produksi per satuan luas dan per satuan waktu yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan. Besarnya anggota keluarga mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan perkapita dan besarnya konsumsi keluarga. Lama pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir petani dan menentukan motivasi petani dalam melakukan kegiatan intensifikasi sehingga akan menentukan perilaku petani dalam mencapai suatu tingkat pendapatan tertentu.

2.3.3 Kesejahteraan Masyarakat

(30)

Penghayatan Pengalaman Pancasila, gotong royong, pangan, sandang, papan, perumahan dan tata laksana rumah tangga, pendidikan dan keterampilan, kesehatan, mengembangkan kehidupan berkoperasi, kelestarian lingkungan dan perencanaan sehat.

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam kesejahteraan masyarakat. Pendidikan merupakan alat untuk dapat meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya akan memperkecil angka kemiskinan ekonomi. Dengan pendidikan yang cukup maka masyarakat akan mengetahui, melayani, memikirkan, mengakses unsur makanan dan gizinya, mengenali air dan sanitasinya, mengenali kesehatnnya, tempat tinggalnya, yang kemudian secara otomatis akan meningkatkan produktivitasnya, mengurangi keinginan jumlah anaknya dan meningkatkan umur harapan hidupnya. Keadaan masyarakat demikian akan meningkat integrasinya kepada Kegiatan pembangunan secara sektoral dan meningkatkan kesejahteraannya (Suparman, et al., 1992).

2.4 Partisipasi Masyarakat

Menurut Afiff (1992) dalam Aziz (2006) secara umum partisipasi masyarakat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang dimulai dari perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Partisipasi sering pula diterjemahkan sebagai kerelaan masyarakat untuk menerima ganti rugi meskipun dalam musyawarah tidak terjadi kesepakatan, kerelaan berkorban untuk orang banyak, kesediaan untuk menerima kehadiran sebuah proyek.

(31)

kelompok yang hanya terlibat dalam pelaksanaan, kelompok yang terlibat sampai tingkat perencanaan, serta kelompok yang terlibat sampai tingkat pengambilan keputusan (Hardjanto, 2003 dalam Muzakir, 2006).

Menurut Soetrisno (1995) dalam Aziz (2006), terdapat beberapa permasalahan sosial politik yang menghambat partisipasi rakyat yaitu:

1. Pembangunan dipandang sebagai suatu ideologi, sehingga sulit dikritik lebih-lebih dikaji ulang dalam mencari alternatifnya.

2. Adanya aparat yang bertugas menjaga pembangunan dengan ketat seperti halnya menjaga ideologi, dengan demikian masyarakat menjadi enggan membicarakan pembangunan secara kritis dan terbuka sehingga pemerintah sulit mendapatkan feedback dari masyarakat.

3. Rakyat yang cenderung memiliki sifat tertutup ditambah lagi sifat aparat yang cenderung reaktif.

4. Pengaruh perbedaan bangsa.

Lebih ditegaskan lagi bahwa partisipasi rakyat dalam kegiatan pembangunan bukanlah mobilisasi dalam pembangunan. Partisipasi rakyat dalam pembangunan adalah kerjasama antara rakyat dengan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan dan membiayai pembangunan. Pembangunan harus merupakan suatu kewajiban moral dari seluruh bangsa, bukan ideologi baru yang harus diamankan. Untuk membangkitkan partisipasi rakyat dalam pembangunan diperlukan sikap toleransi dari aparat pemerintah terhadap kritik dan lain-lain, karena kritik tersebut merupakan salah satu bentuk dari partisipasi (Muzakir, 2006).

2.5 Persepsi Masyarakat

(32)

tersebut. Bakat, minat, kemauan, perasaan, fantasi, kebutuhan, motivasi, jenis kelamin, umur, kepribadian, kebiasaan serta sifat lain yang khas dimiliki oleh seseorang. Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan sosial ekonomi seperti pendidikan, lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan lainnya (Harihanto, 1988 dalam Insusanty, 2003).

Menurut Calhoun dan Acocella (1990) dalam Insusanty (2003), persepsi yang kita kenal memiliki 3 dimensi yang sama yang menandai konsep diri:

1. Pengetahuan adalah apa yang kita ketahui (kita anggap tahu) tentang prediksi lain-wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif dan sebagainya.

2. Pengharapan adalah gagasan kita tentang orang itu menjadi apa dan melakukan apa.

3. Evaluasi adalah kesimpulan tentang seseorang didasarkan pada bagaimana seseorang (menurut pengetahuan kita tentang mereka) memenuhi pengharapan kita tentang dia.

2.6 Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan penyusunan suatu rencana yang matang untuk mencapai tujuan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam analisis ini diperlukan perhatian mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang timbul dan mempengaruhi usaha yang dilakukan (Laoh, 1991 dalam Pujo, 1997) Analisis SWOT berusaha mengelompokkan faktor-faktor internal (kekuatan dan hambatan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang merupakan dasar pemikiran alternatif pengembangan suatu usaha. Makna dari SWOT tersebut adalah sebagai berikut:

1. Strength, merupakan potensi yang akan mendukung pengembangan usaha baik pada saat sekarang maupun di masa yang akan datang.

2. Weakness, merupakan kelemahan terhadap potensi yang akan menghambat pengembangan usaha.

(33)
(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Kehidupan masyarakat di sekitar hutan sangat tergantung dengan potensi sumberdaya alam dan lingkungan biofisik baik di dalam maupun di luar kawasan. Maka untuk menyikapi hal tersebut pemerintah mewajibkan setiap pemegang IUPHHK-HA untuk melaksanakan kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) yang bertujuan untuk membantu mewujudkan terciptanya masyarakat desa hutan yang mandiri, sejahtera, dan sadar lingkungan, terutama masyarakat yang berada di dalam hutan dan sekitarnya.

Dasar penyusunan rencana kegiatan PMDH adalah studi diagnostik yaitu kegiatan identifikasi yang mencakup seluruh potensi, kondisi, aspirasi dan tata nilai masyarakat serta potensi sumber daya alam. Rencana pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan areal kerja IUPHHK-HA juga disusun dengan memperhatikan hal-hal seperti: potensi, kondisi, dan aspirasi masyarakat setempat, bersifat saling menguntungkan (meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung kelestarian hutan), merangsang dan menumbuhkan ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan, serta menumbuhkan kemandirian masyarakat tersebut. Selanjutnya dalam SK Dirjen PH No. 210/Kpts-BPH/1995 dinyatakan tahap-tahap dalam penyelenggaraan kegiatan PMDH yaitu: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring serta pelaporan kegiatan PMDH.

(35)

sepenuhnya serta dapat mencapai tujuan yakni untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan. Semua hal yang telah dijelaskan sebelumnya terangkum dalam kerangka pemikiran yang terdapat pada Gambar 1.

[image:35.612.134.390.147.503.2]

Gambar 1 Kerangka pemikiran strategi pengembangan kegiatan PMDH. IUPHHK-HA

Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan PMDH

- Perencanaan - Pelaksanaan

- Pengendalian/pelaporan

Permasalahan

Evaluasi (Penilaian Keberhasilan)

Pengembangan Kegiatan PMDH

Analisis SWOT Hutan

Masyarakat

(36)

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 2 bulan yaitu dari bulan Februari hingga April 2009. Saat ini PT Ratah Timber memiliki 8 desa binaan yang berada di dalam kawasan, namun dalam penelitian ini desa sampel yang diambil adalah Desa Mamahak Teboq yang merupakan pusat kegiatan (base camp) PT. PT Ratah Timber dan Desa Lutan yang masih berada di dalam areal namun jaraknya cukup jauh dari lokasi camp PT Ratah Timber. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan kriteria tempat tersebut merupakan desa binaan PT. Ratah Timber dimana kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) dilaksanakan.

3.3 Sumber Data

Data yang dikumpulkan diperoleh dari berbagai sumber, yaitu:

a. Masyarakat Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan yang merupakan peserta yang terlibat dalam kegiatan PMDH.

b. Instansi yang terkait dengan kegiatan PMDH seperti kepala kampung, kepala adat, tokoh agama dari Desa Mamahak Teboq dan Desa Lutan serta dari pihak perusahaan sebagai pelaksana kegiatan PMDH.

c. Studi Literatur.

3.4 Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai responden.

Data primer terdiri dari:

a. Data kondisi Rumah Tangga

1. Data umum (karakteristik) rumah tangga: nama, umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian.

(37)

3. Data usahatani meliputi jenis tanaman, produktivitas, harga komoditi, dan sarana produksi.

b. Data Kegiatan PMDH

1. Laporan kegiatan PMDH yaitu rencana dan realisasi kegiatan PMDH yang meliputi lokasi, jenis kegiatan, volume kegiatan, biaya, tata waktu dan organisasi.

2. Tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan PMDH di PT Ratah Timber.

3. Informasi-informasi yang berhubungan dengan proses pelaksanaan kegiatan PMDH, peraturan-peraturan dan lembaga terkait yang mendukung pelaksanaan kegiatan PMDH.

Data sekunder adalah data yang menyangkut keadaan lingkungan baik fisik maupun sosial ekonomi masyarakat dan data lain yang berhubungan dengan obyek penelitian, baik yang tersedia di tingkat desa, kecamatan, maupun instansi-instansi terkait lainnya. Data sekunder tersebut meliputi:

1. Organisasi pemerintah dan kelembagaan masyarakat.

2. Keadaan geografis desa meliputi curah hujan, jenis tanah dan topografi.

3. Data kependudukan meliputi : jumlah penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan adat istiadat.

4. Data fasilitas umum meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, pemukiman, transportasi dan pasar.

3.5 Metode Pengumpulan Data

1. Teknik wawancara

Data dikumpulkan dengan melakukan tanya jawab secara langsung terhadap responden, pejabat setempat, pemimpin formal maupun informal desa serta dari pihak pelaksana PMDH yang bersal dari perusahaan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuesioner terstruktur dan tidak terstruktur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian.

(38)

3.6 Sasaran dan Metode Pengambilan Sampel

Sasaran yang dijadikan sebagai responden adalah masyarakat yang terlibat dalam Kegiatan PMDH, aparat/petinggi desa, serta pelaksana PMDH dari pihak perusahaan. Penentuan responden sebagai unit contoh dilakukan secara sengaja (purposive) sebanyak 30 responden dari masyarakat desa Mamahak Teboq dan 30 responden lainnya berasal dari masyarakat desa Lutan. Kriteria pengambilan responden adalah warga yang terlibat dan terdaftar sebagai peserta PMDH. Jumlah semua responden adalah sebanyak 60 responden.

Pemilihan responden untuk menentukan faktor-faktor eksternal dan internal dari analisis SWOT dalam menyusun strategi pengembangan Kegiatan PMDH dilakukan dengan memilih orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang pelaksanaan kegiatan PMDH, para pihak yang terlibat langsung dan berkecimpung dalam pelaksanaan kegiatan PMDH yang disebut dengan key person. Jumlah responden (key person) yang diambil adalah 3 orang dari pihak perusahaan, 1 orang aparat desa dan 1 orang dari tokoh agama/kepala adat dari masing-masing desa sampel, sehingga jumlah responden untuk menyusun strategi pengembangan kegiatan PMDH adalah sebanyak 7 orang.

3.7 Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang diukur disesuaikan dengan tujuan penelitian, sebagai berikut:

3.7.1 Analisis Penyelenggaraan Kegiatan PMDH

1. Manajemen Kegiatan PMDH

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan PMDH maka dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap manajemen PMDH. Rujukan bagi penilaian tersebut adalah SK.Dirjen PH No. 288/IV-PHH/1992, tentang kriteria dan tolok ukur penilaian keberhasilan pelaksanaan kegiatan HPH Bina Desa Hutan atau sekarang disebut dengan kegiatan PMDH. Menurut SK Dirjen PH No. 288/IV-PHH/1992. Komponen penilaian dan besarnya persentase terhadap total penilaian adalah:

- Tahap Perencanaan (nilai 30) - Pelaksanaan (nilai 60)

(39)
[image:39.612.130.506.150.197.2]

Tingkat keberhasilan ini dibagi menjadi tiga kriteria penilaian, yaitu seperti terlihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 Kriteria Penilaian Keberhasilan Kegiatan PMDH

Tingkat Keberhasilan Skor/penilaian Kurang

Sedang Baik

0-50 > 50-80

> 80

Penilaian keberhasilan tersebut diperoleh dari penilaian setiap tahapan PMDH, sebagai berikut:

a. Perencanaan

Berdasarkan SK. Dirjen PH No. 288/Kpts/IV-PHH/1992 pada tahap perencanaan ditentukan bobot nilai 30. Tolok ukur penilaian pada tahap perencanaan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Tolok Ukur Penilaian Tahap Perencanaan Kegiatan PMDH

Jenis Rencana Tahap Perencanaan Skor

• Pra Rencana (Studi Diagnostik)

• Rencana

A.Rencana Umum (RKPH) B. RKL C. RKT - Persiapan - Pelaksanaan - Penyelesaian - Pengesahan

- Sudah dibuat

- Sudah dibuat belum disahkan - Sudah disahkan

- Sudah dibuat

- Sudah dibuat belum disahkan - Sudah disahkan

- Sudah dibuat

- Sudah dibuat belum disahkan - Sudah disahkan

3 5 8 10 0 2 4 0 3 6 0 2 10 b. Pelaksanaan

[image:39.612.135.505.355.574.2]
(40)
[image:40.612.128.510.98.340.2]

Tabel 3 Tolok UkurPenilaian Tahap Pelaksanaan Kegiatan PMDH

No Tahap Pelaksanaan Skor

1.

2.

3.

Realisasi dari rencana fisik dan biaya - Realisasi 0-40%

- Realisasi 40-85% - Realisasi >85%

Keterlibatan Masyarakat dan Instansi Terkait

- Masyarakat dan instansi terkait tidak dilibatkan - Masyarakat dan instansi terkait hanya dilibatkan

pada tahap perencanaan atau pelaksanaan saja - Masyarakat dan instansi terkait dilibatkan mulai

dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan

Organisasi Pelaksanaan

- Tidak ada organisasi dan atau tenaga khusus yang menangani

- Ada organisasi namun tenaga khusus yang menangani belum ada

- Ada organisasi dan tenaga khusus yang menangani

15 30 45 0 5 10 0 2 5

c. Tahap Pengawasan dan Pengendalian

Pengawsan dan pengendalian dinilai dari aspek pelaporan yang meliputi pelaporan bulanan, triwulan serta laporan tahunan. Laporan kegiatan PMDH disusun oleh pemegang IUPHHK-HA disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi dan Kepala Dinas Kehutanan Dati. I setempat, dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Pengusaha Hutan cq. Direktur Bina Pengusahaan Hutan, Direktur Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan cq Direktur Reboisasi, Kepala Pusat Penyuluhan Kehutanan. Ketua Bappeda Tk.1, Ketua Bappeda Tk. II. Kepala Dinas Tk. II, Camat dan Kepala Desa. Bentuk laporan di PT. Ratah Timber berupa laporan bulanan, triwulanan, dan laporan tahunan. Berdasarkan SK. Dirjen PH No. 288/Kpts/IV-PHH/1992, kriteria penilaian pelaporan kegiatan Kegiatan PMDH dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4 Tolok Ukur Penilaian Tahap Pelaporan Kegiatan PMDH

No Kriteria Pelaporan Skor 1 Tidak dilaporkan secara teratur 0 2 Dilaporkan namun tidak tepat waktu 5

3 Dilaporkan secara

tertib dan teratur

(bulanan, triwulan, dan tahunan) secara

[image:40.612.133.506.623.703.2]
(41)

2. Partisipasi Masyarakat Terhadap Kegiatan PMDH

Analisis tingkat partisipasi peserta terhadap Kegiatan PMDH dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan penilaian persentase jawaban dari kuesioner pada setiap tahapan kegiatan. Partisipasi dalam Kegiatan PMDH adalah keterlibatan atau keikutsertaan peserta kegiatan dalam proses perencanaan, proses pelaksanaan dan proses pemanfaatan hasil Kegiatan PMDH.

a. Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan PMDH

Partisipasi atau keikutsertaan masyarakat peserta PMDH pada tahap perencanaan dilihat dari kegiatan sebagai berikut:

- Ikut mengajukan usul atau pendapat tentang jenis bantuan/ pembinaan yang dibutuhkan.

- Ikut menentukan prioritas jenis bantuan/pembinaan yang akan dilaksanakan.

- Diberitahukan tentang rencana pertemuan untuk membahas Kegiatan PMDH yang akan dilaksanakan oleh perusahaan.

- Masyarakat diajak untuk ikut serta menyepakati jenis bantuan/pembinaan yang terpilih

[image:41.612.131.502.538.613.2]

Kategori tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan PMDH dilihat dari persentase berapa banyak responden yang menjawab ya atas pertanyaan atau persentase yang ikut serta dalam kegiatan di atas. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam tahap perencanaan PMDH dapat dikategorikan seperti pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan PMDH

Tingkat partisipasi Persentasi Responden yang Menjawab YA Sangat rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

(42)

b. Partisipasi Masyarakat pada Tahap pelaksanaan PMDH

Tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan PMDH dilihat dari keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan penyuluhan dan pembinaan teknis yang diselenggarakan oleh PMDH. Namun, mulai dari tahun 2000 sampai saat ini PT Ratah Timber belum pernah menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dan pembinaan teknis di desa-desa binaannya. Pelaksanaan Kegiatan PMDH di PT Ratah Timber hanya berupa pemberian bantuan pengobatan gratis, pemberian honor pengurus desa binaan, bantuan kesehatan/posyandu, serta bantuan keagamaan dan lain-lain, sehingga partisipasi masyarakat dalam tahap pelaksanaan PMDH tidak bisa dinilai karena masyarakat hanya menerima bantuan yang diberikan oleh perusahaan.

3. Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Kegiatan PMDH

[image:42.612.138.506.472.637.2]

Persepsi masyarakat terhadap manfaat ditinjau dari tiga sub indikator yaitu manfaat PMDH bagi peserta, manfaat kegiatan perusahaan pemegang IUPHHK-HA (PT. Ratah Timber) bagi peserta PMDH, pemenuhan kebutuhan masyarakat akan hasil hutan. Indikator ini diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat dan pihak-pihak yang terkait secara langsung dalam kegiatan PMDH. Persepsi masyarakat terhadap manfaat kegiatan PMDH dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Pengukuran Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Kegiatan PMDH

Manfaat yang diperoleh masyarakat setelah adanya Kegiatan PMDH

Pendapat Masyarakat Skor

1. Manfaat Kegiatan PMDH

2. Manfaat Kegiatan

IUPHHK-HA PT. Ratah Timber

3. Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat akan Hasil Hutan

- Tidak Bermanfaat - Bermanfaat - Sangat Bermanfaat

- Tidak bermanfaat - Bermanfaat - Sangat bermanfaat

- Tidak terpenuhi - Terpenuhi

0 1 2

0 1 2

(43)

Dari hasil pengukuran persepsi masyarakat terhadap manfaat Kegiatan PMDH seperti yang terdapat pada Tabel 6, maka dapat ditentukan kategori tingkat persepsi masyarakat terhadap manfaat kegiatan PMDH di PT. Ratah Timber. Tingkat persepsi masyarakat terhadap manfaat kegiatan PMDH dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Tingkat Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Kegiatan PMDH

Kategori Skor Rendah < 2

Sedang 2-4

Tinggi > 4

4. Kesejahteraan Masyarakat Desa Binaan PT. Ratah Timber

Menurut Bruton (1992), kesejahteraan ditentukan oleh tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan.

a) Pendapatan

Analisis tingkat pendapatan dilakukan secara deskriptif kuantitatif melalui pembandingan rataan pendapatan rumahtangga responden per bulan dengan dengan UMR (Upah Minimum Regional) yang berlaku di Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2008.

Ada beberapa jenis sumber pendapatan, sebagai berikut:

1) Pendapatan usaha tani (PU) adalah seluruh pendapatan yang diterima penduduk dan keluarganya dari nilai penjualan produk-produk pertanian dikurangi dengan biaya-biaya pengelolaannya, diukur dengan Rp/bulan. Konsep pendapatan usaha tani yang digunakan adalah berdasarkan persamaan sebagai berikut:

PU = ∑YPy - ∑X1Px1 - ∑X2Px2 - ∑X3Px3 - ∑X4Px4

Dimana:

PU = pendapatan bersih usahatani (Rp/bln) ∑Ypy = pendapatan kotor usahatani

∑X1Px1 = pengeluaran untuk pengolahan tanah

∑X2Px2 = pengeluaran untuk sewa tanah, alat-alat pertanian dan

tenaga kerja

(44)

∑X4Px4 = pengeluaran pajak dan iuran atas dasar penggunaan faktor

produksi.

2) Pendapatan Non Usahatani (PN) adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan selain dari usahatani, misalnya sebagai pedagang, Pegawai Negeri sipil (PNS), jasa, upah, diukur dengan Rp/bln. 3) Pendapatan Rumah Tangga (P) adalah seluruh pendapatan yang diterima

penduduk dari usahatani dan non usahatani yang digelutinya pada tahun terakhir, diukur dengan Rp/bln. Pendapatan rumah tangga petani diperoleh dari persamaan sebagai berikut:

P = PU + PN

Dimana,

P = Pendapatan rumah tangga (Rp/bln) PU = pendapatan usahatani (Rp/bln) PN = pendapatan non usahatani (Rp/bln) b) Pendidikan

Analisis tingkat pendidikan dilakukan secara deskriptif kualitatif berdasarkan distribusi tingkat pendidikan responden serta berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di lokasi penelitian.

3.7.2 Identifikasi Permasalahan Kegiatan PMDH

Identifikasi permasalahan dilakukan berdasarkan data dan informasi yang mencakup kondisi masyarakat, kondisi internal IUPHHK-HA dan manajemen PMDH. Untuk melihat kondisi masyarakat dilakukan analisis terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat diketahui kondisi kesejahteraan masyarakat desa binaan PT Ratah Timber. Berdasarkan kondisi tersebut maka akan dapat diketahui permasalahan-permasalahan yang muncul. Beberapa indikator yang dipakai dalam menganalisis permasalahan kondisi eksternal kegiatan PMDH adalah:

1. Kegiatan PMDH merupakan kebutuhan pembangunan masyarakat di pedesaan.

Indikator yang digunakan:

(45)

- Dukungan pemerintah (pemerintah daerah dan dinas-dinas yang terkait).

2. PMDH merupakan pola pembinaan masyarakat pedesaan yang dapat dilaksanakan secara baik.

Indikator yang digunakan:

- Mudah dipahami oleh masyarakat. - Dapat diselenggarakan.

3. PMDH merupakan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa sekitar hutan.

Indikator yang digunakan:

- Pendapatan dan pendidikan masyarakat meningkat. - Masyarakat lebih maju.

- Terciptanya masyarakat mandiri, sejahtera, dan sadar lingkungan. 4. PMDH memenuhi syarat kelayakan finansial atau ekonomi bagi

masyarakat dan IUPHHK-HA. Indikator yang digunakan

- Tingkat Pendapatan Masyarakat. - Keuntungan atau pendapatan bersih.

Untuk melihat kondisi internal IUPHHK-HA dan manajemen PMDH, maka indikator yang digunakan adalah:

a) Rangkaian kegiatan bersifat kontinyu dalam satu siklus yang logis.

b) Kegiatan PMDH memiliki kesesuaian dengan keadaan wilayah dan masyarakat yang berada dalam wilayah kerja PMDH.

c) Kegiatan-kegiatan PMDH yang dilaksanakan memiliki hubungan yang saling melengkapi dengan kegiatan Pembangunan Masyarakat Desa (PMD) di wilayah PMDH yang bersangkutan.

(46)

3.7.3 Strategi Pengembangan Kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan

Untuk analisis penentuan strategi pengembangan kegiatan PMDH digunakan analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threatness). Pada analisis SWOT ini informasi yang diperoleh dari tahap masukan diolah untuk memadukan antara peluang dan ancaman yang merupakan elemen dari faktor eksternal dan dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan yang merupakan elemen dari faktor internal. Pemaduan antara faktor eksternal dan internal merupakan kunci yang efektif dalam menentukan alternatif strategi.

Matriks SWOT digunakan untuk menetapkan strategi berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Matriks ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimilikinya yaitu melalui EFE (External Factor Evaluation) dan IFE (Internal Factor Evaluation). Matriks ini menghasilkan empat jenis strategi, disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8 Matriks SWOT

Sumber: David (2004)

Matriks IFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki unit yang dianalisis, sedangkan matriks EFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal dan mengukur sejauh mana peluang dan ancaman yang dihadapi unit yang dianalisis. Menurut David (2004), tahap-tahap yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci dalam matriks IFEdan EFE adalah sebagai berikut:

IFE

EFE

Strengths (S)

Tentukan 1-10 faktor-faktor kekuatan internal

Weaknesses (W)

Tentukan 1-10 faktor-faktor kelemahan internal

Opportunities (O)

Tentukan 1-10 faktor-faktor peluang lingkungan

STRATEGI S-O Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI W-O Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang

Threats (T)

Tentukan 1-10 faktor-faktor ancaman lingkungan

STRATEGI S-T Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

(47)

a. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal unit yang dianalisis

Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor eksternal, yaitu mendaftar semua peluang dan ancaman yang dimiliki unit yang dianalisis. Mengidentifikasi faktor internal unit yang dianalisis dengan melakukan pendaftaran semua kekuatan dan kelemahan unit yang dianalisis. Mendaftarkan kekuatan terlebih dahulu, baru kemudian kelemahan unit yang dianalisis. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor diatas menjadi faktor penentu eksternal dan internal yang selanjutnya akan diberi bobot.

b. Penentuan bobot variabel

Pemberian bobot setiap faktor dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling penting). Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis unit yang dianalisis dalam suatu daerah tertentu. Jumlah bobot yang diberikan harus sama dengan satu.

Penentuan bobot akan dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada stake holder dengan menggunakan metode “paired comparison”. Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal. Setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk menentukan bobot. Skala yang digunakan untuk menentukan bobot adalah:

1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indiaktor horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat dalam Gambar 3 dan 4. Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel baris (indikator horizontal) dibandingkan dengan variabel kolom (indikator vertikal) dan harus konsisten. Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus:

(48)

Dimana,

αi = Bobot variabel ke-I n = jumlah data

Xi = Nilai variabel ke-I I = 1, 2,….,

Tabel penilaian bobot faktor internal dan eksternal Kegiatan dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.

Tabel 9 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Kegiatan

Faktor Strategis Internal A B C D …. Total

A Xi

[image:48.612.129.507.201.440.2]

B C D …. Total

Tabel 10 Penilaian Bobot faktor Strategis Eksternal Kegiatan

Faktor Strategis Eksternal A B C D …. Total

A Xi

B C D … Total

c. Penentuan Rating

Penentuan rating oleh key person dilakukan terhadap variabel-variabel. Untuk mengukur masing-masing variabel terhadap kondisi faktor digunakan skala 1, 2, 3, 4 dan 5. Skala nilai rating untuk matriks IFE dan EFE adalah:

(49)

Tabel 11 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Bobot

Kekuatan 1……… 2……… 3……… Kelemahan 1………. 2………. 3……….

Total

Sumber : David (2004)

Tabel 12Matriks External Factor Evaluation (EFE)

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Bobot

Peluang 1……… 2……… 3……… Ancaman 1………. 2………. 3……….

Total

Sumber : David (2004)

Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari pembobotan yang dikalikan dengan rating pada tiap faktor untuk memperoleh skor pembobotan. Jumlah skor pembobotan berkisar antara 1,0-4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan IFE dibawah 2,5 maka kondisi internal Kegiatan lemah. Sedangkan jumlah skor bobot faktor eksternal berkisar 1,0-4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan EFE 1,0 menunjukkan wilayah tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Jumlah skor 4,0 menunjukkan wilayah merespon peluang maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik.

3.8 Metode Pengolahan dan Analisis Data

(50)

Hutan (PMDH) dilakukan dengan analisis SWOT. Secara ringkas tahapan penyusunan strategi pengembangan kegiatan PMDH dapat dilihat pada Gambar 2.

[image:50.612.130.543.120.507.2]

Gambar 2 Tahapan penyusunan strategi pengembangan kegiatan PMDH.

• Studi literatur tentang pelaksanaan PMDH di PT Ratah Timber

• Melakukan “depth interview” pada key person yang telah dipilih mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhinya dalam pengembangan Kegiatan PMDH.

• Penyusunan kerangka pemikiran berdasarkan studi literatur tentang faktor eksternal peluang (O), ancaman (T) dan faktor internal kekuatan (S), kelemahan (W) pengembangan kegiatan PMDH

TAHAP MASUKAN

TAHAP PEMADUA

N

Pengolahan Data SWOT

- Matriks EFE (Penentuan Skor Unsur S dan W) - Matriks EFE (Penentuan Skor Unsur O dan T)

Diagram SWOT dan Matriks SWOT Pengembangan Kegiatan PMDH

TAHAP PENYUSUNAN DAN PEMILIHAN STRATEGI

(51)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT Ratah Timber merupakan perusahaan swasta nasional yang pada tahun 1970 telah memperoleh kepercayaan dari pemerintah RI untuk mengusahakan hutan dalam bentuk HPH melalui SK HPH No. 526/Kpts/Um/II/1970 tanggal 7 November 1970. Luas areal IUPHHK adalah sebesar 125.000 Ha yang terletak di kelompok hutan Sungai Ratah Selatan di Provinsi Kalimantan Timur.

Dasar pemberian hak pemanfaatan hasil hutan kayu tersebut adalah Forest Agreement (FA) No. FA/J/003/1976 tanggal 30 Januari 1976. Hak pemanfaatan hasil hutan kayu tersebut di atas berlaku selama dua puluh tahun terhitung sejak dikeluarkannya SK HPH, sehingga IUPHHK ini telah berakhir pada tanggal 6 November 1990.

Setelah berakhirnya jangka pengusahaan hutan tersebut, perusahaan memperoleh perpanjangan sementara dengan luas areal sebesar ± 115.000 Ha. Luas areal ini didasarkan pada dokumen Project Proposal Perpanjangan. Perubahan luas dari 125.000 Ha menjadi 115.000 Ha tersebut disebabkan oleh pengurangan luas areal sebesar 10.000 Ha karena termasuk areal hutan lindung (HL). Izin prinsip perpanjangan ini

Gambar

Gambar 1   Kerangka pemikiran strategi pengembangan kegiatan PMDH.
Tabel 2  Tolok Ukur Penilaian Tahap Perencanaan Kegiatan PMDH
Tabel 4  Tolok Ukur  Penilaian Tahap Pelaporan  Kegiatan PMDH
Tabel 5   Tingkat Partisipasi Masyarakat Pada Tahap Perencanaan PMDH
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada alat atau skill, yang ada hanyalah hubungan orang dengan orang, manusia dengan ada hanyalah hubungan orang dengan orang, manusia dengan manusia, karena hal itu yang

Seperti dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1405/Menkes/SK/XI/2002, nilai ambang batas tingkat kebisingan adalah 85 dB dan waktu kerja maksimum 8 jam perhari dan

antarpribadi (X 2 ) secara secara sendiri- sendiri maupun secara bersama-sama (simultan) terhadap perilaku masyarakat (Y) dalam kepemilikan dokumen resmi kependudukan dan

Dua dari empat partisipan mengungkapkan telah melakukan kontrol kesehatan secara rutin setiap bulan, dan pada waktu terserang penyakit selalu minum obat, sedangkan

Jadi dapat disimpulakan bahwa, harga saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatar belakangi oleh harapan mereka terhadap

Setelah menolak ketiadaan Tuhan, maka manusia akan lebih bebas mengeluarkan potensi yang ada dalam dirinya sehingga kehendak untuk berkuasa ini bisa

[r]

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Nomor 22/PNTP/PU/POKJA BJL/PDT/KDPDTT/ IX/2016, Bertempat di Ruang Sekretariat Kelompok Kerja (Pokja) Barang/ Jasa Lainnya Pada Unit