• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang memepengaruhi penanaman modal asing (PMA) di Batam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang memepengaruhi penanaman modal asing (PMA) di Batam"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI BATAM

OLEEI

MULAELATUL I(HASANAH HI4104066

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAICULTAS EICONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

MULAELATUL KHASANAH. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penanaman Modal Asing (PMA) di Batam (dibimbing oleh RINA OK'FAVIANI).

Indonesia sebagai negara berkembang, modal merupakan kendala utama dalam mewujudkan program-program pembangunan, ha1 ini disebabkan terbatasnya modal untuk membiayai pembangunan tersebut. Program pembangunan ini penting untuk pengadaan sarana prasarana ekonomi seperti infrastruktur, jaringan telekomunikasi, transportasi dan lain sebagainya. Dengan tersedianya sarana prasarana ekonomi diharapkan bisa membantu kelancaran kegiatan ekonomi.

Ada 4 ha1 yang bisa dilakukan pemerintah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah belanja pemerintah (G), konsumsi (C), investasi (I) dan ekspor bersih (NX). Pemerintah tidak bisa mengandalkan belanja pemerintah sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi karena dianggap akan menanitah beban hutang pemerintah, dan juga pemerintah tidak bisa tnengandalkan konsumsi secara terus menerus karena dikhawatirkan akan membuat masyarakat menjadi konsumtif. Pemerintah bisa mengotimalkar. pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan investasi dan perdagaqgan. Investasi merupakan salah satu komponen dari pembentukan pendapatan nasional, sehingga pertumbuhan investasi akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional.

Salah satu cara untuk menciptakan suatu lingkuilgin yang kondusif bagi aktivitas perdagangan dan ekspor yang ditujuknn untuk rnempercepat pertumbuhan ekonomi adalah dengan menciptakan suatu Kawasan Ekonomi Khusus (Special Econon2ic Zone). KEK ini adalah suatu zona yang dipilih untuk merevitalisasi aktivitas usaha dengan merangsang pertumbuhar, investasi dan sektor swasta (private sector). Konsep ini berawal dari asumsi dimana jika pemerintah mengurangi pengenaan pajak dan beban-beban atas regulasi (regzdatory burdens), dunia usaha akan berkembang dengan lebih cepat dan pada giliranya akan memperkuat kondisi perekonomian.

Batam yang mempunyai letak sangat strategis yaitu berbatasan langsung dengari negara Singapura dan Malaysia sekaligus sudah menjadi KEK membuat daerah ini berpotensi untuk dijadikan tempat berinvestasi yang menguntungkan. Tetapi kondisi KEK yang sudah dibentuk masih jauh dari harapan sehingga kurang mendukung adanya kegiatan investasi di Batam. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang menpengaruhi PMA di Batam, membahas karakteristik KEK yang berhasil dan membahas kendala pemerintah Batam dalam mengembangkan KEK.

(3)

dalam penelitian ini adalah PMA sedangkan variabel eksogen yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Nilai Tukar (RER), Tingkat Inflasi (INF), Upah Minimum (UPAH), Pajak (Tax) dan Dummy Kawasan Ekonomi Khusus (KEKD) dari periode 1996: 1 hingga 2007:4. Penelitian ini menggunakan estimasi OLS (Ordinary Least Square).

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa faktor yang mempengaruhi investasi asing (PMA) di Batam yaitu PDRB dengan nilai koefisien sebesar 0.417723 Nilai Tukar (-0.072206), Upah Minimum (0.545404) dan Pajak ( 0.118723) yang secara signifikan pada taraf nyata 5 persen, sedangkan Tingkat Inflasi (-0.0001 10)

dan dummy Kawasan Ekonomi Khusus (-0.024575) tidak signifikan berpengamh

terhadap PMA di Batam.

Selanjutnya hasil penelitian juga melihat bahwa KEK yang telah dibentuk di Batam temyata belum memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan investasi di Batam ha1 ini, karena KEK yang sudah dibentuk ternyata masih mengalami banyak kendala baik dari segi teknis maupun implementasinya.

(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI BATAM

Oleh

MULAELATUL KHASANAH HI4104066

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

DEPARTEMEN ILMU EIWNOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Mulaelatul Khasanah

Nomor Registrasi Pokok : HI4104066

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA) di Batam

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Illnu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Rina 0kt;viZii. Ph.D. NIP. 131 846 872

(6)

PERNYATAAN

DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI IN1 ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2009

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjamegara, Jawa Tengah, pada tanggal 1 Juni 1986. Penulis merupakan anak kedelapan dari delapan bersaudara yang lahir dari pasangan H. Mahpudin dan Hj. Khotamah.

Fada tahun 1990 penulis memulai jenjang pendidikannya di TK Badamita 1, Rakit Banjamegara. Dua tahun setelah itu, tepatnya tahun 1992, penulis melanjutkan ke SD Badamita 1, Banjamegara. Selanjutnya, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD tersebut pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Wanadadi 1, Banjamegara dan lulus pada tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU 1 Bawang, Banjarnegara. Penulis menamatkan pendidikan di SMU tersebut pada tahun 2004.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah

..

. ... . . . .. .

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya, sehingga proses penyusunan skripsi yang bejudul "Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA) di Batam" ini dapat diselesaikan dengan baik, walaupun masih banyak kekurangannya.

Salawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai rahmat lil al-'alanzi (rahmat bagi seluruh alam) yang telah mernbawa umat manusia dari kesesatan kepada kehidupan yang selalu mendapat sinar Ilahi.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dalam proses penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Secara khusus, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rina Oktaviani, Ph. D., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk mernberikan saran dan bimbingan kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. M. Findi, h4. Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah

rnemberikan bimbingan dan arahan selama penulis duduk di bangku perkuliahan.

3 . Dr.Wiwiek Rindayati dan Tony Irawan M.App.Ec selaku dosen penguji

utama dan dosen penguji komisi pendidikan.

4. Bapak dan lbuku tecinta, H.Mahpudin dan Hj.Khotamah, yang dengan kasih selalu mendoakanku dan dengan sabar memberi dorongan serta semangat setiap waktu.

5. Semua kakaku, If&\, Amirkhan, Sujai, Dyah, Umi, Ma1 dan Khol yang selalu memberikan doa dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

(9)

7. Semua keponakanku yang lucu-lucu Akmal, Nurul, Royhan, Maya, Aji, Umar, Akbar, Ulwan dan Osa ... celoteh kalian beri semangatku setiap hari. 8. Andin, Salin, Mela, Mr. Novi, E. Sujono, H. Uding d m semua keluarga

besar pondok penyoe, dukungan kalian sungguh berarti.

9. Mas Hady, A'Adri terima kasih doa dan motivasinya kehadiran kalian memberiku semangat lagi.

10. Nety, Ratih, Erlan, Ayah Ao, Dewi K, Anang, Endang S. dan Dono terima kasih atas doanya, tanpa kalian hidupku tidak lengkap.

11. Selumh dosen, staf penunjang dan civitas Departemen Ilmu Ekonomi atas ilmu dan bantuan yang diberikan.

12. Teman-teman IE 41, khususnya Mega, Neny, Sondang, Itut, Hurum, Merlyn, Laswati, Boim, Eko, Deni, Bagus, Laura, Roni, Adit, Islam. Terima kasih untuk kebersamaan kita.

13. Wina(lE 39), Rizka (FKH 39), Nora (Manajemen 40) dan Fajar (Statistik. Terima kasih untuk ilmu, bantuan, bahkan dukungan yang telah diberikan. 14. Seiuruh pihak Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta, LIP1 Jakarta khususnya

Bapak Tedy Lesmana, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Bank Indonesia dan BKPM. Terima kasih untuk data d m infomasi yang diberikm.

Penillis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pclda skripsi ini. Namun penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2009

(10)

DAFTAR IS1

Halaman

KATA PENGANTAR

...

i

DAFTAR IS1

...

iii

DAFTAR TABEL

...

vi

DAFTAR GAMBAR

...

vii

DAFTAR LAMPIRAN

...

v

I

.

PENDAHULUAN

...

1

1

.

1. Latar Belakang

...

1

...

1.2. Perumusan Masalah 5

. . ...

1.3. Tujuan Penehtlan 9

.

. ...

1.4. Manfaat Penelltian 9

. .

...

1.5. Ruang Lingkup Penelltian

...

I1

.

TINJAUAN PUSTAK.4 DAN KERANGKA PEMIKIRAN

...

2.1. Titljauan Teoritis

...

2.1.1. Teori Investasi Asing Langsung

...

2.1.2. Dampak Investasi Asing Langsung

...

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PMA

...

2.2.1. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto dengan PMA

...

2.2.2. Hubungan Tingkat Inflasi dengan PMA

...

2.2.3. Hubungan Nilai Tukar dengan PMA

...

2.2.4. Hubungan Upah dengan PMA

...

2.2.5. Hubungan Pajak decgan PMA

...

2.2.5.1. Pajak dan Otcnomi Daerah

2.2.5.2. Pajak Daerah Berdasarkan Undang-Undang No.18 Tahun 1997

...

2.2.5.3. Pajak Daerah Berdasarkan Undang-Undang No.34

...

Tahun 2000

...

2.2.6. Kawasan Ekonomi Khusus

. .

(11)

2.3.1. Model Fung, Izaka dan Parker

...

40

. .

...

2.4. Kerangka Pemiklran 43

. .

...

2.4.1. Hipotesis Penehtlan 47 1II.METODE PENELITIAN

...

50

3.1. Jenis dan Sumber Data

...

50

3.2. Metode Analisis Data

...

51

3.2.1. Metode Regresi Linier Berganda

...

51

...

3.2.2. Model Umum Analisis Regresi Linier Berganda 52

...

3.2.3. Model Analisis Penelitian 53 3.3. Pengujian Kriteria Ekonomi dan Statistik

...

55

...

3.3.1. Uji Kriteria Statistik 55

...

3.3.1.1. Uji t (Uji Parsial) 55

. .

3.3.1.2. UJI Serempak

...

56

2 3.3.1.3. Uji Koefisien Determinasi (R )

...

58

...

3.3.2. Uji Kriteria Ekonometrika 59

...

3.3.2.1. Uji Heteroskedastisitas 59 3.3.2.2. Uji Auiokorelasi

...

60

3.3.2.3. Uji Multikolinieritas

...

61

...

3.4. Beberapa Kelemahan Metode Ordinary Least Square 63 IV

.

G A M B A W UMUM

...

65

...

4.1. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Batam 65 4.2. Perkembangan PDRB Batam

...

66

4.3. Perkembangan Nilai Tukar di Batam

...

67

4.4. Perkembangan Tingkat Inflasi Batam

...

68

4.5. Perkembangan Upah Minimum Batam

...

70

4.6. Perkembangan Penerimaan Pajak Batam

...

71

4.7. Kawasan Ekonomi Khusus Batam

...

73

...

4.7.1. Karakteristik KEK ysng Berhasil 73 4.7.2. Kendala dan Kelemahan yang Dihadapi Batam dalam Mengembangkan KEK

...

77
(12)

4.7.2.2. Aspek Kapasitas Pemerintah

...

79

4.7.2.3. Aspek Infrastruktur Fisik

...

80

4.7.2.4. Aspek Keterkaitan Kegiatan Investasi Kawasan Industri dengan Perekonomian Daerah Batam

...

82

V

.

FAKTOR-FAKTOR Y m T G MEhlPENGARUHI PMA D l BATAM

..

84

5.1. Estimai Parameter Model

...

84

. . . .

. .

5.2. Uji Kriteria Statistik

...

85

5.2.1. Uji F

...

85

2 5.2.2. Uji Koefisien Determinasi (R )

...

85

5.3. Uji Kriteria Ekonometrika

...

85

. .

5.3.1. Uji Autokorelasi

...

85

. .

5.3.2. Uji Heteroskedastisitas

...

86

. .

. . . .

5.3.3. Uji Mult~koh~~~eritas

...

87

5.4. Estimasi Model

...

88

5.4.1. PDRB

...

88

5.4.2. Nilai Tukar

...

89

5.4.3. Tingkat Inflasi

...

90

5.4.4. Upah

...

90

5.4.5. Pajak

...

91

5.4.6. Dummy Kawasan Ekonomi Khusus

...

92

. .

. .

5.5. Implikasi Kebijakan

...

93

VI

.

PENUTUP

...

95

6.1. Kesimpulan

...

95

6.2. Saran

...

96

DAFTAR PUSTAKA

...

98
(13)

DAFTAR TABEL

Nomor 1

.

2

.

3

.

4

.

5

.

6

.

...

Ekspor Batam Menurut Negara Tujuan Utama 3

...

Nilai dan Pertumbuhan PDRB Kota Batam Tahun 2000-2005 4

...

Perkembaqgan Rencana Investasi Asing (PMA) Batam 6

Hasil Estimasi FDI dari Jepang

...

41

Hasil Estimasi FDI dari United States

...

42

Variabel-Variabel yang Digunakan dalam Penelitian

...

50

Kawasan Ekonomi Khusus di Batam

...

73

Hasil Estimasi Analisis Regresi PMA di Batam

...

84

Hasil Estimasi Uji Autokorelasi

...

86

Hasil Estimasi Uji I-Ieteroskedastisitas

...

87

...

(14)

DAFTAR

GAMBAR

Nomor 1

.

Halaman Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Batarn Tahun 2001-2005 dan

Prediksi Tahun 2006-201 1

...

5

Masalah-Masalah Utama dalam Melakukan Bisnis di Indonesia Versi WEF 2007

...

7

...

Investasi Otonom dan Investasi Terpengaruh 21

...

Ekspor Bersih dan Kurs Riil 27

...

Kurva Kenaikan AD yang Tidak Diantisipasi oleh Pasar 28

...

Kurva Kenaikan AD yang Diantisipasi oleh Pasar 29

...

Peningkatan Pajak dalam Perpotongan Keynesian 33 Kerangka Pemikiran Konseptual

...

46

Perkernbangan Realisasi PMA di Batam

...

66

Perkembangan PDRB Batam Tahun 1996-2007

...

67

Perkembangan Nilai Tukar Batam Tahun 1996-2007

...

68

...

Perkembangan l'ingkat Inflasi Batam Tahun 1996-2007 69

...

Perkembangan Upah Minimum BatamTahun 2000-2007 70
(15)

DAFTAR

LAMPIRAN

Nomor Halaman

...

1

.

Data yang Digunakan dalam Penelitian 102

...

2

.

Hasil Estimasi Model 103

...

3

.

Hasil Estimasi Uji Autokoielasi 104

...

4

.

Hasil Estimasi Uji Heteroskedastisitas 106

...

5

.

Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas 106

...

(16)

1.1. Latar belakang

Indonesia sebagai negara berkembang, modal merupakan kendala utama

dalam mewujudkan program-program pembangunan, ha1 ini disebabkan

terbatasnya modal untuk membiayai program pembangunan tersebut. Program

pembangunan ini penting untuk pengadaan sarana prasarana ekonomi seperti

infrastruktur, jaringan telekomunikasi, transportasi dan lain sebagainya. Dengan

tersedianya sarana prasarana ekonomi diharapkan bisa membantu kelancaran

kegiatan ekonomi.

Menurut N.Gregory Mankiw (2000), ada 4 faktor sebagai penggerak

pertumbuhan ekonomi yaitu belanja pemerintah (C), konsumsi (C), investasi (I)

dan ekspor bersih (NX). Pemerintah tidak bisa mengandalkan pembelanjaan

pemerintzh sebagai penggerak peitumh~han ekonomi karena dianggap akan

menambah beban hutang pemerintah, dan juga pemerintah tidak bisa

mengandalkan konsumsi secara terus menerus karena dikhawatirkan akan

membuat masyarakat menjadi konsumtif. Pemerintah bisa mengotimalkan

pertumbuhan ekonomi n~elalui kegiatan investasi dan perdagangan. Investasi

merupakan salah satu komponen dari pembentukan pendapatan nasional, sehingga

pertumbuhan investasi akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional

( B U M , 2004).

Salah satu cara untuk menciptakan suatu lingkungan yang kondusif bagi

(17)

pertumbuhan ekonomi adalah dengan menciptakan suatu Kawasan Ekonomi

Khusus (Special Economic Zone). Pada awal tahun 1950-an pasca perang dunia ke

dua Eropa mampu meningkatkan perekonomiannya melalui rangsangan investasi

dari Kawasan Ekonomi Khusus (Rondinelli, 1987). Selanjutnya, (O'Hara, 1981)

menyatakan bahwa Enterprise Zones (EZs) adalah suatu zona yang dipilih untuk

merevitalisasi aktivitas usaha dengan merangsang pertumbuhan investasi dan

sektor swasta (private sector). Konsep ini berawal dari asumsi dimana jika

pemerintah mengurangi pengenaan pajak dan beban-beban atas regulasi

(regulatoly burdens), dunia usaha akan berkembang dengan lebih cepat dan pada

giliranya akan memperkuat kondisi perekonomian setempat melalui aktivitas

ekspansi usaha yang terjadi.

Melalui kesepakatan pada tanggal 25 Juni 2006 antara pemerintah

Indonesia dan Singapura, Batam, Bintan dan Karimun (BBK) ditetapkan sebagai

Kawasan Ekononxi Khusus. Pertumbuhan ekonomi Batam mengalami kernajuar.

yang signifikan ketika kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang

investasi dalam bentuk PMA d m PMDN, setelah pemerintah menerbitkan

peraturan yang membebaskan pajak perseroan untuk masa dua tahun (Undang-

undang No 11 Tahun 1970). Begitu pula sejak lahimya Undang-undang Nomor 25

Tahun 2005 tentang Penanam Modal, aliran modal asing di Batam setiap tahun

menunjnkkan perkembangan dan peningkatan baik dari segi kuantitatif maupun

kualitatif. Batam sebagai daerah yang dibentuk oleh pemerintah pusat ditujukan

untuk menjadi tempat penanaman investasi baik PMA maupun PMDN. Letak

(18)

Selat Malaka dan berbatasan dengan Malaysia dan Singapura membuat Batam

menjadi tempat yang efisien untuk berinvestasi. Disamping itu, Batam relatif

memiliki infrastruktur penunjang industri seperti tenaga listrik, air, jalan,

pelabuhan, bandara dan infrastruktur penunjang lainnya yang memadai.

Dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus kegiatan perdagangan antara

Batam dan Singapura menjadi semakin baik. Ini terlihat dari besarnya ekspor ke

Singapura yang mencapai 802.263.717 kg dengan nilai FOB 3.483.985.651 US$. Pada Tabei 1 menunjukkan bahwa Batam mengekspor paling besar ke regara

Singapura dibandingkan dengan negara lain.

Sumber : BPS, 2006

Bagi Batam pembentukan KEK memiliki arti yang sangat penting.

Batam sebagai pulau kembar Singapura karena letaknya berbatasan langsung

dengan Singapura dan Malaysia serta memiliki karakteristik yang hampir sama

(19)

dimanfaatkan sepenuhnya oleh Batam dan belum mampu mengambil manfat

optimal dari kemajuan yang sangat pesat yang dialami oleh Singapura.

Pendapatan Domestik Regional Bruto Per Kapita kota Batan tahun 2004 yaitu

sebesar Rp 29.761.004,OO jauh tertinggal dari Singapura yang sebesar Rp

242.200.000,OO. Menurut teori pertumbuhan ekoncmi (Economic Growth Mode4

pertlwnbuhan ekonomi Batam yang terbilang cukup tinggi dan tingkat pendapatan

perkapita yang mnsih berada jauh di bawah Singapura membuka kemungkinan

[image:19.602.119.520.314.485.2]

bagi Batam untuk dapat mengejar ketertinggalan dari Singapura.

Tabel 2. Nilai dan Pertumbuhan PDRB Kota Bntam T a l ~ u n 2000-2005

I 1

PDRB(Atas

- 1

Pertumbuhan

I

PRDBJKaoita

I

Pcnumbuhan

I

Sumber : BPS, 2005

Tabel 2 memperlihatkan pertumbuhan ekonomi kota Batam selalu lebih

tinggi (diatas 6%) dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional, bahkan

pada tahun 2005 mencapai 8%. Akselerasi pertumbuhan ekonomi kota Batam

yang cenderung meningkat menandakan Batam mempunyai prospck baik. Dengan

melihat angka pendapatan per kapita maka terlihat nilainya sangat fluktuatif

dengan kecenderungan yang terus menurun. Begitu pula dengan pertumbuhan

(20)

tahun 2001-2005 dan prediksi 2006-2011 dapat dilihat pada gambar sebagai

berikut:

[image:20.602.126.515.171.288.2]

-

Gambar 1. Laju Pel-tumbuhan Ekonomi Kota Batam Tahun 2001-2005 dan Prediksi Tabun 2006-2011

Sumber : BPS. 2005

Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa prediksi pertumbuhan

ekonomi Batam dari tahun 2006 sampai tahun 2011 selalu meningkat, ha1 ini

merupakan sinyal positif bagi kondisi investai di Batam. Salah satu pertimbangan

para investor menanarnkan modalnya disuatu negara adalah prediksi

perekonomian dimasa yang akan datang, dimana jika perekonomian di Batam

bergairah maka investor akan beralih ke Batam yang memiliki market

menjanjikan.

1.2. Perumusan Masalab

Batam sebagai daerah yang dibentuk oleh pemerintah pusat ditujukan

untuk menjadi berinvestasi baik PMA maupun PMDN. Letak wilayahnya yang

strategis karena berdekatan dengan negara tetangga khususnya Singapura

membuat Batam menjadi tempat yang efisien untuk berinvestasi. Apalagi Batam

(21)

daya tarik tersendiri bagi para investor asing. Perkembangan realisasi investasi

PMA dari tahun ketahun berfluktuasi, ini berarti Batam belum sepenuhnya

kondusif sebagai ladang untuk berinvestasi bagi para investor asing.

Sumber : Badan Koordinasi Penanam Modal, 2005

Pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa dari tahun ketahun j-mlah PMA

dan nilai PMA bervariasi. Pada tahun 2006 jumlah perusahaan yang masuk ke

Batam berjumlah 95 dzngan niiai 376,79 juta US$, peningkatan iili karena ada

respon positif para investor asing terhadap pembentukan Kawasan Ekonomi

Khusus. Dilihat dari nilainya pada tahun 2006 investasi Batam mencapai 376,79

juta US$ lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 yang hanya 242,39 juta US$.

Namun pada tahun 2007 investasi mengalami penurunan menjadi 205,9 US$

akibat berbagai kebijakan dan peraturan yang kurang kondusif bagi investor

asing. Berbagai kendala yang sering dikeluhkan investor adalah birokrasi,

pelayanan pajak yang berbelit, infrastruktur yang buruk dan terbatasnya tenaga

kerja yang memiliki keahlian dan ketrampilan.

Pada Gambar 2 hasil survei yang dilakukan World Economic Forum

(2007), menunjukan bahwa masalah-masalah yang dihadapi para investor asing

(22)

buruk, kedua 16,1% birokrasi tidak efisien, 10,8% akses yang terbatas untuk pendanaan, 10,7% kebijakan pemerintah yang tidak stabil, 8,5% peratwan

ketenagakerjaan yang restriktif dan selanjutnya bisa dilihat pada Gambar 2

[image:22.605.157.509.225.440.2]

dibawah ini.

Gambar 2. MasaIak-MasaIaE Utama dalam Melalukan Bisnis di Indonesia

Versi WEF 2007

Surnber : JVorZd Economic Forunt. 2007

Kondisi yang te~jadi di Batam ditinjau dari aspek legal dan akses

ekonomi yang mendorong berhasilnya KEK dibatasi pada sisi penanaman modal,

pabean dan perpajakan, keimigrasian, ketenagakerjaan, serta keuangan dan

perbankan. Dari sisi penanaman modal, saat ini pelayanan perijinan sudah dalam

satu atap (one stop service), namun penanganan urusan ijin ini masih bersifat

parsial dan belum dilakukan dalam suatu pengelolaan yang terpadu.

Dari sisi praktek kepabeanan dan perpajakan pada saat ini dirasakan

masih berbelit-belitnya prosedur keluar dan masuknya barang maupun banyaknya

(23)

beban pungutan bea masuk, barang modal dan PPN masih dianggap kurang

menarik bagi investor asing. Untuk mendukung suksesnya pelaksanaan KEK di

Batam masih diperlukan banyak penyederhanaan, pengurangan ataupun

penghapusan prosedur kepabeanan dan perpajakan.

Dalam bidang peraturan ketenagakerjaan, ha1 yang masih menjadi

keluhan dan kekhawatiran calon investor adalah peraturan tentang besarnya

pesangon (severance paynte~zt) jika tejadi PHK dan kenaikan rutin UMR yang

dinilai relatif tinggi dan tidak jelas terutama dalam ha1 penentuan kenaikan upah.

Selain itu sering dan mudahnya kelompok pekeja melakukan demonstrasi dan

mogok kerja juga merupakan suatu persoalan yang dianggap sanga.t merugikan

investor.

Dari berhagai ha1 yang telah diuraikan, maka dapat dirulnuskan beberapa

pennasalahan diantaranya adalah apa saja yang menjadi faktor-faktoi. yang

mcmpengaruhi Penanaman Modal Asing di Batam, kemudian apakah KEK yang

telah dibentuk memberikan dampak positif terhadap peningkatan Penanaman

Modal Asing di Batarn dan bagaimana KEK dikatakan berhasil, apa kendala

(24)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada maka penelitian

ini bertujuan untuk:

1.

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Penanam Modal Asing di

Kota Batam.

2.

Mengidentifikasi dampak Kawasan Ekonomi Khusus terhadap Penanaman

Modal Asing.

3. Mengidentifikasi ciri-ciri Kawasan Ekonomi Khusus yang berhasil dan

mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi pemerintah Batam dalam

mengembangkan KEK.

1.4. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi semua pihak diantaranya adalah:

1. Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkau dapat

meinberikan informasi dan bahan pertimbangan dalam pengatnbilan

keputusan khususnya yang berkaitan dengan investasi.

2.

Memberikan infonnasi bagi para mahasiswa lain sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih jauh atau sebagai pelengkap penelitian lain yang

masih relevan dengan permasalahan penelitian ini.

3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana pembelajaran dalam memahami

kondisi E3K secara mendalam. Selain itu juga penelitian ini diharapkan

(25)

selama ini diperoleh dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Departernen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengamhi

Penanam Modal Asing (PMA) di Batam, penelitian ini juga membahas Kawasan

Ekonomi Khusus sebagai katalisator Penanam Modal Asing untuk menanamkan

modalnya di Batam. Selanjutnya membahas ciri-ciri KEK yang berhasil dan

kendala-kendala pemerintah kota Batam dalam mengelola KEK. Data yang

digunakan adalah data sekunder berupa data triwulanan yang bersumber dari BPS,

B U M , 131, Depnakertrans dan buku terbitan lain yang menunjang penelitian ini.

Variabel endogen dalam penelitian ini adalah PMA sedangkan yang menjadi

variabel eksogen adalah Produk Domeslik Regional Bmto, Nilai Tukar Riil,

Tingkat Inflasi, Upah Minimum, Pajak clan dumtny Kawasan Ekonomi Khusus

(26)

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Teori Investasi Asing Langsung

Menurut Krugman (1998), yang dimaksud dengan penanaman modal

asing langsung adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu

negara memperluas atau mendirikan pemsahaan di perusahaan lain. Oleh karena

itu tidak hanya terjadi pemindahan sumberdaya, tetapi juga pemberlakuan kontrol

terhadap perusahaan di l u x negeri.

Menurut Salvatore (1997); penanam moda! asing langsung meliputi

investasi dalam aset-aset misalnya berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan

berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperhan produksi,

pembelanjaan berbagai peralatan inventaris dan sebagainya. Pengadaan modal

s i n g itu biasanya diikuti dengan penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen dan

pihak investor sendiri tetap mempertahankan kontrol terhadap dana-dana yang

telah ditanamkan.

Investasi langsung berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal

secara langsung melakukan pengawasan atas aset yang ditanam di negara

pengimpor modal. Investasi langsung luar negeri dapat mengambil beberapa

bentuk yaitu : pembentukan suatu perusahaan dimana pemsahaan dari negara

penanam modal memililu mayoritas saham-saham pembentukan suatu pemsahaan

di negara pengimpor modal-modal atau menaruh aset tetap di negara lain oleh

(27)

Faktor-faktor yang menentukan jumlah investasi (Deliamov, 1995)

adalah:

1. Suku bunga

Suku bunga berpengaruh negatif terhadap investasi, jika suku bunga turun

maka investasi meningkat begitu pula sebaliknya. Suku bunga yang tinggi

akan mempengaruhi inflasi, sehingga jika suku bunga naik akan diikuti oleh

inflasi yang meningkat juga.

2. Inovasi dan teknologi

Temuan-temuan baru menyebabkan cara-cara berproduksi lama menjadi tidak

efisien. Untuk itu perusahaan-perusahaan perlu menanamkan investasi untuk

membeli mesin-mesin peralatan baru yang canggih.

3. Kondisi perekonomian

Makin banyak aktivitas perekonomian makin besar pendapaian nasional dan

makin banyak bagian pendapatan yang ditabl~ng yang pada giliranya akan

diinvestasikan pada usaha-usaha yang menguntungkan.

4. Ramalan orang tentang perekonomian dimasa datang

Jika peramalan perekonomian dimasa yang akan datang cerah (inflasi

terkendali) orang akan melakukan investasi sekarang. Sebaliknya jika Grang

peramalan dimasa yang akan datang lesu karena diperkirakan inflasi tinggi,

(28)

5. Situasi politik

Jika situasi aman dan pemerintah banyak memberikan kemudahan-kemudahan

bagi pengusaha, maka tingkat investasi akan tinggi. Tetapi jika situasi politik

tidak aman dan pengusaha banyak mengalami birokrasi yang berbelit-belit

maka tingkat investasi akan rendah.

FDI sebagai salah satu aliran modal intemasional memiliki beberapa

motif baik bagi negara asal investasi langsung tnaupun negara tujuan investasi.

Motif negara asal investasi langsung diantaranya adalah: (1) mendapatkan return

yang lebih tinggi melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,

perpajakan yang lebih menguntungkan, infrastruktur yang lebih baik; (2) untuk

melakukan diversivikasi resiko (risk diverszfikation); (3) untuk tetap memiliki

conzpetitive advantage melalui direct control dan (4) untuk menghindari tarij'ydan

izon tar$/ barrrier yang dibebankan kepada impor dan sekaligus memanfaatkan

berbagai insentif dalam bcntuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah lokal

untuk mendorong FDI (Hamdy Hady, 1998).

Menurut Moosa (2004), beberapa teori yang menjelaskan Foreign Direct

Invesinent adalah sebagai berikut:

I. The Differential Rate ofReturn tlypotesis

Teori ini menyatakan bahwa aliran modal dari suatu negara dengan tingkat

pengembalian yang rendah berpindah ke negara yang memiliki tingkat

pengembalian yang tinggi dalam suatu proses yang cepat. Dalam ha1 ini FDI

diputuskan dengan mempertimbangkan marginal return dan nzarginal

(29)

tenaga kerja berpendidikan dan produktifitasnya tinggi, pajak yang tidak

membebankan investor, infrastruktur yang bagus, pelayanan administrasi

mudah dan birokrasi yang efisien.

2. The Diversivication Hypotesis

Menurut teori ini bahwa keputusan dalam investasi terhadap suatu proyek

tidak hanya ditentukan oleh tingkat pengembaliannya tetapi juga besarnya

resiko yang dihadapi dimana berdasarkan sifatnya terhadap resiko, investor

dapat dikelompokan menjadi tiga tingkatan, yaitu; pertama, Risk Averse,

merupakan sifat menghindari resiko sehingga investor memilih resiko yang

rendah walaupun terkandang konsekuensinya dengan return yang rendah;

kedua, Risk Medium, merupakan sifat yang proporsional melihat resiko

dengan berinvestasi pada resiko sedang pada return tertentu; ketiga, Risk

Taker me~pEikaI1 sifat yang berani mengambi! resiko dengan berinvestasi

yang memberikan tingkat keuntungan yang besar dengan tanpa

memperdulikan konsekuensi resiko yang lebih tinggi.

3. The Output and Market Size Hypotesis

Teori ini menyatakan bahwa besamya FDI yang mengalir ke suatu negara

tergantung besarnya output dari perusahaan multinasioanal di negara

tersebut atau besamya ukuran pasar dan negara tersebut yang diukur

berdasarkan GDP atau PDRB.

4. TJze Czrrrency Areas Hypotesis

Menurut teori ini bahwa perusahaan suatu negara yang mempunyai nilai

(30)

melakukan investasi karena negara yang mata uangnya lemah cenderung

tidak mampu untuk melakukan investasi sebab resiko yang akan di hadapi

tinggi. Dengan kata lain negara yang mempunyai nilai mata uang yang kuat

merupakan sumber dari FDI dan negara yang mata uangnya lemah adalah

tujuan dari FDI.

5. The Produk Life Cycle Hypotesis

Hipotesa ini menjelaskan bahwa produk yang pertama kali muncul dianggap

sebagai suatu inovasi di negara asalnya. Seiring dengan bergulimya waktu,

produk tersebut akan menyebar ke negara-negara lain sehingga produk

tersebut menjadi bisa terstandarisasi. FDI timbul dari reaksi-reaksi oleh

perusahaan dengan ekspektasi ke luar negeri yang memiliki kemungkinan

kehilangan pasar karena produknya berkembang.

2.1.2. Dampak Investasi Asing Langsung

Dalaln model neoklasik oleh Solow menyebutkan bahwa FDI dinyatakan

sebagai salah satu determinan tingkat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang karena adanya diminishing return dari modal fisik (Sarwedi, 2002).

Keberadaan investasi asing langsung sebagai salah satu bentuk aliran modal

dalam perekonomian selain memiliki marlfaat juga memiliki dampak yang

ditimbulkan. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif maupun dampak

negatif bagi negara penerima.

Dampak positif dari FDI adalah FDI merupakan salah satu saluran utama

(31)

memiliki beberapa kelemahan dalam struktur perekonomiannya seperti tingkat

pendidikan, penduduk, infrastruktur, liberalisasi perekonomian, kestabilan sosial

politik dan sebagainya. Oleh karena itu kurang memiliki kemampuan dalam

melakukar, inovasi dan menemukan teknologi baru yang dapat menjadi mesin

mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya kelemahan ini membuat

negara berkembang untuk melakukan adopsi teknologi asing melalui FDI.

Transfer teknologi tinggi yang dibawa perusahaan multinasional dapat terjadi

melalui peroses pembelajaran yang dilakukan oleh pemsahaan-pemsahaan dalam

negeri.

Keuntungan lain yang diperoleh negara penerima FDI adalah dalam

peningkatan kualitas tenaga kerja dengan meningkatkan keahlian dan kemampuan

manajerial perusahaan lokal. FDI menipakan aiiran modal yang tidak memiliki

resiko tinggi bagi perekonomian negara berkembang. Apabila suatu proyek tidak

berhasil, maka negara peneriina investasi tidak hams membayar ganti rugi atas

modal yang telah diinvestasikan. Hal ini tentu berbeda dengan indikator utang,

dimana bila terjadi kerugian perusahaan tetap hams membayar cicilan iltang dan

bunganya (Rivayani, 2000j.

Feldstein (20C)O), meyakini bahwa sebagai salah satu jenis aliran modal bebas, PMA memiliki beberapa keuntungan. Pertama, aliran modal tersebut

mengurangi risiko dari kepemilikan modal dengan melakukan deversifikasi

melalui investasi. Kedua, integrasi global pasar modal dapat memberikan spread

(32)

legalitas. Ketiga, mobilitas modal secara global membatasi kemampuan

pemerintah dalam menciptakan kebijakan yang salah.

FDI sebagai aliran modal juga memiliki dampak negatif bagi negara

penerima. Masuknya perusahaan multinasional dapat mematikan bisnis

perusahaan lokal yang tidak mampu bersaing dengan perusahaan multinasional

dalam ha1 efisiensi produksi. Perusahaan multinasional mampu menekan biaya

produksi dan menjual produk dengan harga yang lebih murah dibandingkan

dengan perusahaan lokal. Perusahaan lokal akan kalah bersaing dari perusahaan

multinasional, sehingga lnereka akan meminta proteksi. Tingginya permintaan

proteksi akan meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk membiayai proteksi

tersebut.

Perusahaan multinasional yang berbasis substitusi impor pada umumnya

mendapatkan perlakuan khusus dari pemerintah seperti pelnotongan pajak dan hak

memonopoli pasar. Hal ini teutu saja berdampak pada meningkatnya korupsi yang

dilakukan oleh oknum pemerintah melalui berbagai pungutan liar dalam proses

administrasi (Rivayani, 2000).

Krugman (1998), dalam pandanganya menyebutkan bahwa FDI tidak

hanya mencangkup transfer kepemilikan dari dalam negeri menjadi kepemilikan

asing, melainkan juga mekanisme pang menungkinkan investor asing untuk

mempelajari manajemen dan kontrol dari perusahaan dalam negeri khusuenya

(33)

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asiug

2.2.1. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto dengan PMA

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencerminkan pertumbuhan

ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam

jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai

barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas ini sendiri ditentukan

atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

teknologi, kelembagaan dan ideologis terhadap berbagai tuntutan yang ada

(Todaro, 2000). Todaro juga mengartikan pembangunan sebagai suatu proses

multidimensional yang menyangkut perubahan-pembahan besar dalam struktur

sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional maupun percepatan pertumbuhan

ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan kemiskinan. Jadi,

secara ringkas dapat dikatakan arti dari pembangunan klasik dan pembangunan

moderen adalah sebagai berikut:

*> Pembangunan klasik : pembangunan = pertumbuhan ekonomi

*:+ Pembangunan moderen : pembangunan = pertumbuhan ekonomi

+

Iain- lain seperti, menekan pengangguran, penyediaan prasarana pendidikan dan

kesehatan yzng memadai.

Menurut para ahli ekonomi proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi

oleh dua macam faktor yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh

faktor ekonomi seperti sumber daya alam, akumulasi modal, kemajuan teknologi,

(34)

olah faktor non ekonomi seperti faktor sosial, faktor SDM, faktor politik dan

birokrasi.

PDRB dapat dihitung atau diukur dengan tiga macam pendekatan

(Dumairy, 1996) yaitu:

1. Pendekatan produksi

PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai

unit produksi di wilayah atau daerah dalam jangka waktu setahun. Unit-unit

produksi secara garis besar dibagi menjadi sebelas sektor atau lapangan usaha

yaitu (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan,

(4) listrik, gas dan air minum, (5) bangunan, (6) perdagangan, (7)

pengangkutan dan komunikasi, (8) bank dan lembaga keuangan lainnya, (9)

sewa rumah, (1 0) pemerintah dan (1 1) jasa-jasa. 2. Pendekatan pendapatan

PDRB adalah julnlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi

yang tumt serta dalam proses produksi di wilayah atau daerah dalam jangka

waktu setahun. Balas jasa produksi yang dimaksud meliputi upah dan gaji,

sewa tanah, bunga modal dan keuntungan.

3. Pendekatm pengeluaan

PDRB adalah jumlah selumh komponen perminlaan akhir, meliputi:

pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari

keuntungan, pembentukan modal dan perubahan stok pengeluaran konsumsi

pemerintah dan ekspor netto (yaitu ekspor dikurangi impor) dalam jangka

(35)

Para ekonom juga menggolongkan PDRB menjadi dua yaitu PDRB

nominal dan PDRB nil. PDRB nominal adalah nilai barang dan jasa yang diukur

dengan harga berlaku. Sedangkan PDRB nil adalah nilai barang dan jasa yang

diukur dengan menggunakan harga konstan. Rasio antara PDRB nominal terhadap

PDRB riil disebut deflator PDRB, yang mengukur harga output relatif terhadap

harganya pada tahun dasar (Mankiw, 2000).

Peranan pendapatan (PDRB) terhadap investasi sangat penting, karena

pendapatan yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat dan

selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi akan memperbesar permintaan

terhadap barang dan jasa. Keuntmgan perusahaan akan bertambah tinggi dan akan

mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Dengan kata lain, apabila PDRB

bertambah tinggi maka investasi akan bertambah tinggi pula. Dengan demikian

investasi mendapat pengaruh dari pendapatan nasional (Sukimo, 2001). Selain itu,

jika pendapatan masyarakat tinggi, maka bagian dari pendapatan masyarakat

tersebut yang dapat diperynakan untuk investasi meningkat sehingga investasi

dapat meningkat, investasi ini berhubungan positif dengan pendapatan.

Berkaitan dengan pendapatan, menumt Deliamov (1995), membedakan

investasi menjadi dua, yaitu :

1. Investasi otonom (autonomous invesment) yaitu investasi yang jumlahnya di

tentukan dari dalarn perekonomian itu sendiri (seperti nilai tukar, inflasi, upah,

pajak, inftastruktur, teknologi, tingkat bunga).

2. Investasi terpengamh (induced invesment) investasi yang jumlahnya

(36)

Jumtah investasi otonom biasanya konstan, artinya tidak tergantung pada

besar kecilnya pendapatan nasional. Peningkatan dalam investasi otonom ini

bukai disebabkan oleh admya peningkatan pendapatan melainkan karena adanya

perubahan faktor lain seperti: nilai tukar, inflasi, upah, pajak, infiasiruktur dan

teknologi. Sebaliknya investasi yang terpengaruh akan naik turun sesuai dengan

pendapatan nasional

Investasi

Y I Y 2 Pandapatan v, Y 2 Pendapatam Gambsr 3.a. Investasi Otonom Gambar 3.b. Invzstasi Terpengamh

Keterangan: I : Investasi Y : Pendapatan

YI : Pendapatan awal

[image:36.605.78.505.283.811.2]

y2 : Pendapatan akhir

(37)

2.2.2. Hubungan Tingkat Inflasi dengan PMA

Inflasi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan harga umum secara

terus-menents. Sedangkan tingkat inflasi menggambarkan perubahan harga-harga

dalam suatu tahun tertentu. Indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur

tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen. Perhitungan inflasi dapat

dinyatakan sebagai berikut:

dimana:

IN& : Tingkat inflasi pada periode t

IHK, : Indeks Harga Konsumen pada periode t

IHK,_, : Indeks Harga Konsumen sebelum periode t

Khalwaty (2000) mengelompokan macam-macam inflasi berdasarkan

sudut pandang sebagai berikut:

1. Asal Innasi

a. Domestic injlation adalah intlasi yang berasal dari dalam negeri. Kenaikan

harga disebabkan karena adanya kejutan (shock) dari dalam negeri, baik

knrena perilaku masyarakat maupun perilzku pemerintah dalam

mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang secara psikologis berdampak

inflasi.

b. Imported inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena

pengaruh kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga di dalam negeri

(38)

impor atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum dapat di

produksi di dalam negeri.

2.

Intensitas Inflasi

a. Creeping inflation atau inflasi merayap adalah inflasi yang terjadi dengan

laju pertumbuhan berlangsung lambat (merayap). Creeping inflation biasa

juga disebut dengan inflasi sedang (midlle inflation) terjadi karena

kenaikan harga berlangsung secara perlahan-lahan.

b. Hyper inflation adalah inflasi yang sangat berat yang timbul akibat adanya

kenaikan harga-harga secara umum dan berlangsung sangat cepat.

3. Bobot Inflasi

a. Inflasi ringan disebut creeping infation. Inflasi ringan adalah inflasi

dengan laju pertumbnhan yang berlangsung secara perlahan dan berada

pada posisi satu digit atau dibawah 10% pertahun.

b. Inflasi sedang adelah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada

diantara 10-30% pertahun atau melebihi dua digit dan sangat mengancam

struktur dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

c. Inflasi berat mempakan inflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara

30-100% pertahun. Pada kondisi demikian sektor-sektor produksi hampir

lumpuh total kecuali yang dikuasai oleh negara.

d. Inflasi sangat berat (hyper ii?flation) adalah inflasi dengan laju

pertumbuhan melampaui 100% pertahun.

Inflasi merupakan gejala ekonomi yang sangat menarik untuk

(39)

maupun luar negeri, masyarakat selalu mengkaitkan dengan masalah inflasi.

Inflasi bisa menunjukkan kerentanan perekonomian suatu negara sehingga ha1 ini

sangat berpengaruh terhadap kepercayaan penanaman modal asing akan prospek

pendapatan yang akan diperolehnya di negara tersebut.

Hyper inflation dalam jangka panjang akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan ha1 ini berakibat pada lesunya sektor investasi yang produktif. Inflasi

yang tinggi membuat harga barang dan jasa menjadi mahal, biaya input produksi

tentunya akan meningkat. Kondisi ini menyebabkan pelaku usaha mengharuskan

meningkatkan harga outputnya sehingga daya saingnya rendah. Inflasi

menyebabkan daya beli masayarakat menjadi rendah, akibatnya kegiatan

perdagangan lesu dan investor sulit untuk mendapatken return dan keuntungan.

Selain itu juga inflasi ini bisa menyebabka~l ekspor turun dan cenderung

menaikkan impor karena masyarakat dan para pelaku usaha lebih memilih untuk

membeli barang-barang luar negeri yang herganya lebih murah.

Ketika terjadi inflasi, pihak otoritas moneter akan menaikkan tingkat

bunga guna menghindari kemerosotan nilai modal yang dipinjamkan. Makin

tinggi inflasi maka makin tinggi pula tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi

menyebabkan kreditur turun dan mengurangi minat investor untuk

(40)

2.2.3. Hubungan Nilai Tultar dengan PMA

.

Nilai tukar merupakan suatu nilai yang menunjukkan jumlah mata uang

dalam negeri yang diperlukan untuk mendapat satu unit mata uang asing (Sukimo,

1996). Biasanya suatu negara akan berusaha untuk mempertahankan nilai tukar

yang ditetapkan dalam jangka waktu yang lama. Selama nilai tukar yang

ditetapkan tersebut tidak menimbulkan akibat yang kurang menguntungkan, maka

negara tersebut tidak akan melakukan sesuatu perubahan terhadap nilai tukar yang

telah ditetapkan.

Nilai tukar memegang peranan penting dalam menentukan aktivitas

perekonomian. Secara umum nilai tukar dibedakan rnenjadi dua jenis yaitu: (1)

nilai tukar nominal yang merupakan harga relatif dari mata uang dua negara

(Ivlankiw, 2000). Menurut Miskkin (2001), nilai tuker nominal merupakan satuan

mata uang asing baik yang berbentuk hard cash maupun dalam bentuk surat

berharga, (2) nilai tukar liil yaitu nilai tllkar nominal dikalikar. dengan barga

barang domestik dibagi harga barang luar negeri (Mankiw, 2000). Nilai tukar

(exchange rate) diantara dua negara adalah harga dimana penduduk kedua negara

saling melakukan perdagangan. Nilai tukar nil atau kurs nil menyatakan tingkat

dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk

barang-barang dari negara lain. Kurs riil diantara kedua negara dihitung dari kurs

nominal dan tingkat harga dikedua negara. Kurs nil ini kadang-kadang disebut

(41)

Keterangan:

E : Kurs nil

e : Kurs nominal

P : Harga barang domestik

P* : Harga barang luar negeri

Ketika kurs riil tinggi, maka barang-barang luar negeri relatif murah dan

barang-barang domestik relatif mahal. Begitu pula sebaliknya jika kurs riil rendah,

maka barang-barang luar negeri relatif mahal dan barang-barang domestik relatif

murah. Kurs riil jika dikaitkan dengan ekspor bersih maka ketika terjadi kurs

rendah, barang-barang domestik relatif murah dibandingkan harga luar negeri.

Penduduk domestik lebih memilih untuk membeli barang produk dalam negeri

dari pada barang impor, ha1 yang sama dilakukan orang luar negeli l2bih memilih

niembeli barang produk domestik. Peningkatan pennintaan produk domestik ini

mcnyebabkan ekspor bersih menin&at. Hubungan antara kurs riil (E) dan ekspor

bersih (NX) dapat ditulis sebagai berikut:

NX = N X ( E )

Persarnaan tersebut menyatakan bahwa ekspor bersih adalah fungsi dari kurs nil.

~ a m b & 4 menunjukkan hubungan negatif antara neraca perdagangan d m kurs

(42)

Ekspor bersih

Gambar 4. Ekspor bersih dan Kurs Riil

Sumber : Mankiw, 2000

Gambar tersebut menunjukkan hubungan antara kurs riil dan ekspor

bersih, semakin rendah kurs semakin murah harga barang domestic relative

terhadap barang-barang luar negeri dan semakin besar pula ekspor bersih. Jika

dikaitkan dengan PhlA maka kurs yang rendah ini sangat menguntungkan oleh

para investor karena akan mendorong permintaan barang dan ekspor. Permintam

barang dan ekspor ini menentukan tingkat pengembalian (return) dan keuntungan.

2.2.4. Hubungan Upah dengan PMA

Menurut paham neo-klasik jangka panjang pertumbuhan ekonomi akan

tetap karena upah fleksibel. Jika Pemerintah meningkatkan agregate demand

seperti yang terlihat pada Gambar 5 maka akan diikuti oleh kenaikan output dan

kenaikan harga, yaitu output akan naik dari Y1 ke Y2, sedangkan harga akan naik

dari PI ke P2. Harapan pemerintah dari kebijakan tersebut adalah tidak

(43)
[image:43.602.210.467.101.256.2]

YI

YZ

Pendapatan, Output, Y

Gambar 5. Kurva Kenaikan AD yang tidak Diantisipasi oleh Pasar Sumber : Mishkin, 2001

Ketika terjadi kenaikan upah maka biaya faktor produksi perusahaan

semakin meningkat, jika tidak diimbaiigi oleh kenaikan produktifitas buruh kerja

maka keuntungn investor berkurang dan investasi akan menururn. Beberapa kasus

investor jusiru lebih berani membayar upah peke~ja defigan tiswnsi pekerja

memiliki SDM yang baik, mempunyai spesifikasi keterampilan dan menguasai

teknologi. Selama upah tersebut masih berada dititik keseimbaqgan produksi

maka kenaikan upah tidak menjadi suatu masalah dan j u s t r ~ bisa meningkatkan

prduktifitas para pekerja karena kesejahteraan meningkat.

Pada kasus lain ketika pasar menyadari akan kenaikan agregate demand,

maka pasar &an rnengantisipasi kebijakan tersebut, yaitil jika tenaga kerja

merespon kebijakan kenaikan AD, maka mereka akan meminta kenaikan upah

(sebab harga naik dari P1 ke P2 sehingga dapat menaikkan upah riil). Akibatnya

biaya produksi untuk meningkatkan upah menjadi besar, harga &an meningkat

(44)

Harga, P I I

I

AD I

I

Y" Y1 Pendapatan, Output, Y

Garnbar 6. Kurva Kenaikan AD yang Diantisipasi Pasar Sumber : Mishkin, 2001

Peningkatan biaya melakukan bisnis salah satunya adalah upah buruh

yang semakin mahal. Penerapan kebijakm upah minimum mengakibztkan upah

semakin meningkat.

Undang-undang upah minimum menetapkan tingkat upah minimal yang

harus dibayar p e ~ s d n a n kepada para karyawannya. Teori upah efisiensi

menyatakan bahwa upah jrang tinggi membuat para pekerjz. lebih prcduktif. Para

pekerja yang dibayar dengan upah yang memadai bila membeli lebih banyak

nutrisi dan para pekerja yang sehat akan lebih produktif. Perusahaan akan lebih

efisien jika membayar pekerja dengan upah yang tinggi karena dapat

meningkatkan produktifitas para pekerja. Namun hasil dari upah yang tinggi dari

(45)

2.2.5. Hubungan Pajak dengan PMA

2.2.5.1. Pajak dan Otonomi Daerah

Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah

dalam mengarahkan perekonomian, melalui instrumen pengeluaran dan

penerimaan pemerintah. Pajak merupakan instrumen penerimaan pemerintah yang

berasal dari pungutan masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan Undang-

Undang yang bersifat dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan balas jasa

secara tidak langsung. Hasil penerimaan pajak digunakan untuk membiayai

pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

(Marihot Siahaan, 2005).

Pada tahun 2001 pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu, Pemerintah

Daerah diberi kewenangan yang Iebih luas, nyata dan bertanggung jawab dalam

mengelola administrasi pemerintahan dan keuangan termasuk dalam penanaman

modal. Undarg-undang No.34 Tahun 2000 tentang pajak daerah, lahir sebagai

penyempumaan terhadap Undang-Undang No.18 Tahun 1997 memberikan

peluang kepada kabupaten dan kota dalam inenggali potensi sumber-sumber

keuangannya dengan menetapkan jenis pajak dan retribusi daerah.

2.2.5.2. Pajak Daerah Berdasarkan Undang-Uadang No.18 Tahun 1997

Pajak daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No.18 Tahun

1997 terbagi menjadi dua, yaitu pajak Daerah Tingkat I (Provinsi) dan pajak

Daerah Tingkat 11 (KabupatenKotamadya). Pembagian ini dilakukan sesuai

(46)

daerah pada wilayah administrasi propinsi kabupatenlkotamadya yang

bersangkutan.

Berdasarkan Undang-Undang No.18 Tahun 1997, ditetapkan sembilan

jenis pajak daerah, yaitu tiga jenis pajak Daerah Tingkat I, dan enam jenis pajak

Daerah Tingkat 11.

Pajak Daerah Tingkat I terdiri dari:

a. Pajak Kendaraan Bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan

c. Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor

Pajak Daerah Tingkat I1 terdiri dari:

a. Pajak Hotel dan Restoran

b. Pajak Hiburan

c. Pajak Reklame

d. FajakPenerangan Ja!an

e. Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian Golongan C, dan

f. Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

2.2.5.3. Pajalc Daerah Berdasarkan Undang-Undang No.34 Tahun 2000

Pajak daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No.34 Tahun

2000 terbagi menjadi dua, yaitu pajak Daerah Tingkat I (Provinsi) dan pajak

Daerah Tingkat I1 (KabupatenlKotamadya). Pembagian ini dilakukan sesuai

dengan kewenangan pengenaan dan pemungutan masing-masing jenis pajak

daerah pada wilayah administrasi propinsi kabupatenkotan~adya yang

(47)

Berdasarkan Undang-Undang No.34 Tahun 2000, ditetapkan sebelas jenis

pajak daerah, yaitu empat jenis pajak Daerah Tingkat

I,

dan tujuh jenis pajak

Daerah Tingkat 11.

Pajak Provinsi terdiri dari :

a. Pajak Kendaraan Bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

c. Pajak Bahan Bakar Kendaran Bermotor

d. Pajak Penganlbilan dan Pemanafaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

Pajak Daerah Tingkat I1 terdiri dari:

a. Pajak Hotel

b. Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Pengambilan Galian Golongan C, d m

g. Pajak Parkir

Pemberian kelebihan yang di'oerikan kepada pemerintah daerah untuk

mengoptimalkan PAD melalui pajak daerah dan retribusi daerah berdasarkan TJU

No.34 Tahun 2000 sejumlah daerah berhasil meningkatkan PADnya. Namun

berlakunya UU tersebut di sisi lain dapat menimbulkan pengamh yang sangat

negatif yaitu melalui pajak dan retribusi daearah yang secara berlebihan

dibedakan kepada sektor swasta pada akhimya akan merugikan bagi dunia usaha,

(48)

Pengeluaran, E Pengeluaran Aktual

Pengeluaran yang direncanakan MPC x AY

- - -

t

[image:48.595.110.464.94.276.2]

y2 YI Pendapatan, Output, Y

Gambar 7. Peningkatan Pajak dalam Perpotongari Keynesian

Sumber : Mankiw, 2000

Peningkatan pajak sebesar AY menurunkarl pengeluaran yang

direncanakan sebesar MPC x AY untuk tingkat pendapatan tertentu.

Kcseimbangan akan tergerak bergerak dari A ke B, dan pendapatan akan turun

dari Y1 ke Y2. Beban pajak yang terlalu besar akan sangat membebankan para

investor karena biaya inputnya semakin besar. Akibatnya perusahaan hams

meningkatkan harga output supaya tetap mendapatkan keuntungan. Tetapi dilain

pihak kenaikan harga ini menyebabkan reaksi dari konsumen, misalnya konsurnen

akan beralih ke produk lain yang lebih murah. Sehingga daya saing dan daya beli

terhadap barang tersebut menurun. Kondisi inilah yang tidak disukai oleh para

investor. Oleh karena itu keringanan tarif pajak perlu diupayakan guna

(49)

2.2.6. Kawasan Ekonomi Khusus (Special Ecoiiotnic Zotze)

Kawasan Ekonomi Khusus diartikan sebagai suatu kawasan yang secara

geografis dan jurisdiktif adalah kawasan yang merupakan perdagangan bebas,

tennasuk kemudahan dan fasilitas duty free atas importasi barang-barang modal

untuk bahan baku komoditas ekspor dibuka seluas-luasnya (Johansson dan

Nilsson, 1997).

Special Econoinic Zone adalah suatu zona yang dipilih untuk

merevitalisasi usaha dengan merangsang pertumbuhan investasi dan investor

usaha atau private sector (O'Hara, 1981). Special itu sendiri memiliki arti

kekhususan dalaln sistem ekonomi dan kebijakan, sedangkan ekonomi tercermin

dalam aktivitas ekonomi yang berorientasi ekspor dengan menciptakan daya tarik

bagi penanaman modal. Oleh karena itu dunia usaha diundang dan mendapat

special tax benejt dengan harapan dapat menyerap tenaga keja. Pemerintah

berasumsi bahwa jika pemerictah mengurangi pengenaan pajak dac beban-bebar.

atas regulasi (regulatoly burdent), dunia usaha akan berkembang dengan lebih

cepat dan pada giliranya &en memperkuat kondisi perekonomian setempat

melalui aktivitas ekspansi usaha yang tejadi.

Tujuan utama dari pembenkkan KEK adalah pengintegrasian

perusahaan-perusahaan yang beroperasi didalamnya dengan ekonomi globai dan

melindungi mereka terhadap berbagai macam distorsi seperti tarif dan birokrasi

yang berbelit-belit. Beberapa pertimbangan telah mendasari pembangunan KEK

diantaranya seperti: Pertama adalah untuk membanpn good governance yang

(50)

pendek lebih praktis untuk membangunnya di kawasan terbatas atau khusus yang

memerlukan sumber daya yang lebih sedikit dibandingkan dengan membangun

ha1 tersebut di seluruh wilayah negara. Dengan demikian, dalam tempo yang

singkat pemerintah dapat menyediakan iklim usaha yang menarik melalui

berbagai fasilitas seperti pembebasan bea masuk, bcbas pajak penjualan dan pajak

penghasilan, prosedur birokrasi yang khusus, singkat, efektif dan efisien.

Kedtla adalah ha1 yang berkaitan dengan skala ekonomi dari jaringan

infrastruktur modem yang lebih ekonomis untuk dibangun dalam kawasan yang

luasnya terbatas. lndustri modem memerlukan jaringan infrastruktur modem yang

padat dan terintegrasi, seperti jalan, listrik, air, teknologi informasi dan

komunikasi, pelabuhan dan lain-lain, sedemikian rupa sehingga proses lnereka

dapat berlangsung dengan efektif dan efisien

Ketiga adalah keterkaitan antar industri. Perkembangan investasi dan

industri akhir-akhir ini cendening ke arah pembangunan jaringan antar perusahaan

dan bukan lagi integrasi vertikal horizontal clan berbagai kegiatan ke dalam suatu

perusahaan (konglomerasi). KEK merupakan sarana yang ideal bagi terbangunnya

keterkaitan yang erat dan kompleks antar berbagai industri karena kawasan ini

berpotensi untuk memberikan biaya bisnis yang murah dalam lokasi yang saling

berdekatan antar berbagai per~sahaan. Dalam perkembzngan berikutnya, dimulai

di Eropa berkembang pendekatan industrial cluster. Pendekatan cluster ini

seringkali melibatkan kerjasarna yang erat antara pemerintah dan swasta dalam

rangka membangun daya saing industri atau daerah. Di Asia Tenggara,

(51)

mempakan contoh nyata dari kejasama antara pemerintah dengan swasta dalam

membangun KEK dengan wawasan yang jauh ke depan, perencanaan yang

matang termasuk proses peningkatan kemampuan industrinya.

Keempat, yang berkaitan dengan efisiensi yang ditimbulkan oleh

dampak aglomerasi industri seperti yang dikenalkan oleh Paul Krugman. Analisa

ekonomi geografi yang berdekatan, misalnya pantai timur China, Hongkong,

Singapura dan kawasan-kawasan yang berdekatan. Keberhasilan KEK sangat

bergantung kepada proses aglomerasi ini dan bahkan pembentukan KEK dapat

meningkatkan proses ini menjadi lebih cepat lagi dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi. Sebaliknya, bilamana kawasan khusus tersebut ditempatkan di daerah

yang berada di luar atau berjauhan dengan proses aglomerasi ini, maka potensi

keberhasilannya akan sangat kecil.

Saat ini di Indonesia juga terdapat peraturan perundangan yang mengatur

bcntuk-bentuk kawasan ekonomi yang memiliki fasilitaslintensif baik perpajakan

maupun kepabean. Beberapa bentuk kawasan tersebut adalah :

Free Trade Zone (Kawasan Pelabuha'n dan Perdagangan Bebas). Dasar

hukumnya adalah UU No. 3612000 tentang penetapan PERPU No. 112000 tentang

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi UU. Suatu kawasan

dapat ditetapkan sebagai Kawasasn Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

dengan Undang-undang, contohnya adalah Sabang (UU No.3712000). Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas adalah suatu kawasan yang berada di

dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari

(52)

nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai. Dalam kawasan tersebut

dilakukan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi seperti sektor perdagangan,

maritim, industri, perhubungan, perbankan, pariwisata dan bidang-bidang lainnya.

Bounded Zone (Kawasan Berikat). Dasar hukum Kawasan Berikat

adalah Peraturan Pemerintah No. 3311996 terltang Tempat Penimbunan Berikat

sebagaimana telah diubah dengan PP No. 4311997. Penetapan suatu kawasan atau

tempat sebagai Kawasan Berikat serta pemberian izin penyelenggaran Kawasan

Berikat dilakukan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Kawasan Berikat adalah

suatu bangunan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang di

dalamnya dilakl~kan kegiatan usaha industri pengolahan barang, kegiatan rancang

bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir dan

pengspakan barang impor dari dalam Daerah Pabean Indonesia lainnya yang

hasilnya terutama untuk tujuan ekspor. Sementara itu fasilitas berupa

penangguhan bea masuk, tidak dipucgut PPN, PPnbM, PPH atas impor barang

modal atau peralatan diberikan untuk pembangunan/konstruksi/perluasan

Kawasan Berikat dan peralatan perkantoran yang semata-mata di pakai oleh

Pengusaha Kena Pajak yang telah mendapat izin. Selain itu pengeluaran mesin

dan peralatan pabrik ke Daerah Pabean Indonesia Iainnya di berikan penangguhan

pembayaran bea masuk, PPN, PPnbM, dan PPH.

Dalam konteks Indonesia KEK dapat terbentuk dengan tiga opsi (Noer,

2006). Pertama, KEK termasuk dari kumpulan kawasan berikat, dengan demikian

KEK dapat diistilahkan juga sebagai Kawasan Berikat plus. Kedua, KEK

(53)

Berikat. Kawasan ini dapat bempa Zona Perdagangan Bebas jika dekat dengan

pelabuhan. Ketiga, KEK mempakan kumpulan Kawasan Berikat, Kawasan

Industri dan Kawasan Perdagangan Bebas. Namun demikian, kawasan ini bukan

dimaksudkan untuk menjadi bagian terpisah dari entitas kawasan-kawasan

ekonomi nasional lainnya. Terbentuknya kawasan ini lebih kepada upaya untuk

menciptakan suatu lingkungan yang kondusif bagi dunia usaha dan mempakan

institutional frame work dalam rangka memacu kinerja perekonomian nasional.

2.3. Penelitian Terdahulu

Penanaman Modal Asing begitu diminati pemerintah negara-negara

berkembang yang masih sangat membutuhkan dana asing bagi proses

pembangunan karena mereka percaya bahwa pengamh PMA melalui Special

Economic Zone bisa berpengaruh positif terhadap ekonomi negara-negara

tersebut. Perkembangan PMA khususnya di Batam belakangan ini cukup baik

karena dengan adanya kemudahan dari KEK para investor banyak yang

menanamkan tnodalnya di Batam. Kemudahan ini diantaranya adalah tax yang

rendah bahkan diberikan tax holiday selama 5 tahun, kepabeanan yang efektif,

tersedianya infrastmktur dan birokrasi yang efekLii: -

Studi etnpiris yang dilakrtkan oleh beberapa ahli telah memperhat

argumen bahwa peranan PMA relatif besar dalatn pembangunan suatu negara.

Penelitian (Rana dan Dowling, 1998) mengenai pengaruh penanaman modal asing

terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya di negara-negara berkembang

menyimpulkan bahwa modzl asing memiliki pengamh positif terhadav

(54)

(Kustituanto dan Istikomah, 1998), dalam studinya mengenai peranan

penanam modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama tahun

1977-1996, mereka menyimpulkan bahwa dalam jangka pendek maupun dalam

jangka panjang, PMA tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini

disebabkan oleh: (1) countv risk pasar dometik yang kecil sehingga

menyebabkan rate of return dari modal rendah dan kurang tersedianya fasilitas

dan infrastruktur yang mendukung (transportasi, slcilled labor dan teknologi);

(2) pengembangan PMA masih terhambat oleh rumitnya proses administrasi,

birokrasi dan kurangnya koordinasi antar departemen terkait; (3) masih minimnya

informasi dana yang bisa digunakan untul: pelnbiayaan proyek; (4) rendahnya

kualitas SDM, sehingga ha1 ini berpengamh dalam tujuan pelaksanaanya investasi

asing di suatu negara (transfer of asset); dan (5) terjadinya persaingan yang

semakin ketat antar negara dalam upaya menarik investasi asing baik oleh negara

inaju m m p n negara berkembang. Hasi! kajian tersebut membuktikan bahwa

Indonesia masih perlu melakukan iklim investasi yang relatif kondusif

sebagaimane yang diharapkan oleh investor a

Gambar

Tabel 2. Nilai dan Pertumbuhan PDRB I 1  Kota Bntam Tal~un 2000-2005 -1
Gambar 1. Laju Pel-tumbuhan Ekonomi Kota Batam Tahun 2001-2005 dan
Gambar 2. MasaIak-MasaIaE Utama dalam Melalukan Bisnis di Indonesia
Gambar 3. Investasi Otonom dan Investasi Terpengaruh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan dan perubahan- perubahan yang terjadi dalam masyarakat memang telah terjadi sejak zaman dahulu. Seiring

Hasil Evaluasi : Dari 3 (Tiga) penyedia yang memasukkan dokumen penawaran, 1 (Satu) penyedia gugur dalam evaluasi administrasi, teknis dan harga, kemudian terhadap 2

model pembelajaran tutor sebaya dengan multimedia terhadap hasil belajar.. siswa kelas VII G pada materi himpunan dan diagram venn di

Pemrograman Aplikasi Mobile Smartphone dan Tablet PC berbasis Android..

Pada siklus II juga mengalami peningkatan dari pertemuan pertama dengan jumlah skor 14 dengan persentase 70% dikategorikan baik, meningkat pada pertemuan kedua dengan

Analisis rantai nilai digunakan untuk melihat persebaran pemasokan bahan baku dan pemasaran hasil produksi industri. Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Gamplong. Tujuan

Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia Mei 2012,

Pada zaman sekarang ini, kata hijrah adalah sebuah kata yang sangat ngetren dan bahkan tergolong populer, dimana banyak kita lihat dalam