KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul ANALISIS INTERAKSI SOSIAL DUA KELOMPOK SISWA DALAM NOVEL GROTESQUE KARYA NATSUO KIRINO ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih, penghargaan, serta penghormatan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan studi dan skripsi ini, antara lain kepada : 1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.hum selaku ketua Departemen Sastra Jepang dan juga selaku Dosen pembimping pertama saya, terimakasih untuk waktu dan bimbingan yang bapak berikan kepada saya.
3. Bapak Prof. Hamzon Situmorang.M.S,Ph.D selaku Dosen pembimbing dua saya, terimakasih atas waktu dan bimbingan yang bapak berikan kepada saya.
5. Kepada kakakku Nora dan adik-adik yang sangat saya sayangi, Tohom, Grace dan Lija, terimakasih atas segala bantuan dan dukungan semangat yang telah kalian berikan.
6. Kepada teman-teman seperjuangan Eka, Kristin dan teman-teman stambuk 2007 lainnya, yang sudah banyak memberikan bantuan kepada saya.
7. Kepada sahabat-sahabatku Vita, Hesti, Femy, David, Ellya yang senantiasa memberikan dukungan semangat kepada saya. Terimakasih untuk semua yang sudah kita jalani selama ini.
8. Kepada kakak abang senior dan juga adik stambuk yang sudah memberikan dukungan semangat kepada saya.
Medan, September 2011 Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……….. i
DAFTAR ISI ……… ii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ………. 1
1.2.Perumusan Masalah ……… 5
1.3.Ruang Lingkup Pembahasan ………... 6
1.4.Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ……… 7
1.5.Tujuan dan Manfaat Penelitian ………..………... 11
1.6.Metodologi penelitian ………..………. 12
BAB II. TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL GROTESQUE, SINOPSIS CERITA NOVEL GROTESQUE, INTERAKSI SOSIAL DAN PEMBENTUKAN KELOMPOK SISWA DALAM NOVEL GROTESQUE 2.1. Setting Novel Groteque………... 14
2.2. Sinopsis Cerita Novel Grotesque ………... 17
2.3. Interaksi Sosial ……….……….. 19
2.4. Pembentukan Kelompok Siswa dalam Novel Grotesque ….……. 22
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
ABSTRAK
ANALISIS INTERAKSI SOSIAL DUA KELOMPOK SISWA DALAM NOVEL GROTESQUE KARYA NATSUO KIRINO
Novel adalah adalah salah satu hasil karya sastra fiksi yang dapat dijadikan sebagai cerminan dari kehidupan nyata. Isi cerita dalam novel merupakan hasil imajinasi pengarang yang di dapat dari pengalamannya dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini bukan hanya pengalaman yang dialami sendiri bisa saja sesuatu yang di lihat dan di ketahuinya dari orang lain. Novel dibangun dengan dua unsur yaitu unsur intrinstik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik yaitu unsur yang membangun novel secara langsung misalnya tema, alur, gaya bahasa, penokohan dll. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang secara tidak langsung mempengaruhi novel misalnya keadaan sosial, ekonomi, kebudayaan dll.
Dalam sebuah novel sering dijumpai permasalahan yang sama seperti pada kehidupan nyata. Permasalahan dapat dilihat melalui hubungan yang di bangun oleh para tokoh dalam novel tersebut. Para tokoh harus melakukan interaksi supaya dapat membentuk sebuah cerita yang dapat dipahami pembaca. Seperti dalam kehidupan nyata, dalam interaksi sosial salah satu pihak akan melakukan aksi dan pihak lain akan memberikan reaksi.
dalam berasal dari keluarga yang kaya. Sedangkan kelompok orang luar adalah siswa yang masuk ke sekolah lanjutan atas perguruan Q melalui ujian dan mereka hanya berasal dari keluarga yang biasa saja.
Untuk menganalisis novel ini penulis menggunakan teori interaksi sosial untuk mengetahui bagaimana interaksi kedua kelompok siswa tersebut dan untuk mengetahui bagaimana sikap siswa dari kelompok orang dalam terhadap siswa dari kelompok orang luar dan sebaliknya. Penulis menganalisis apa saja yang dapat menunjukkan bentuk interaksi dua kelompok siswa tersebut melalui cuplikan-cuplikan pada novel.
siswa dari kelompok orang dalam dan berusaha menunjukkan dirinya melalui prestasi dalam pelajaran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Novel Jepang sebagai salah satu karya sastra Jepang, sama seperti novel lainnya yaitu banyak berisi tentang hal-hal yang terjadi dalam masyarakat.Hal ini sesuai dengan pengertian sastra menurut wellek dalam Melani Budianto (1997:109), bahwa sastra adalah lembaga sosial yang memakai medium bahasa dalam menampilkan gambar kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan. Menurut Jan Van Luxemburg (1986:23-24) sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial, sastra yang di tulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat-istiadat zaman itu. Sastra pun di pergunakan sebagai sumber untuk menganalisa sistim masyarakat. Sastra juga mencerminkan kenyataan dalam masyarakat dan merupakan sarana untuk memahaminya.
Menurut Iswanto dalam Jabrohim (http://blognyaphie.blogspot.com/), Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Pendapat tersebut mengandung implikasi bahwa karya sastra (terutama cerpen, novel, dan drama) dapat menjadi potret kehidupan melalui tokoh-tokoh ceritanya.
lebih lanjut dapat dibedakan menjadi berbagai macam bentuk yaitu roman, novel, novelet maupun cerpen.
Dalam bahasa Jepang novel disebut dengan shousetsu. Kawabata Takeo dalam Muhammad Pujiono (2006:6) mengatakan bahwa novel timbul sebagai sesuatu yang menggambarkan tentang kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat, meskipun kejadiannya tidak nyata. Tetapi itu merupakan sesuatu yang dapat dipahami dengan prinsip yang sama dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam novel Grotesque karya Natsuo Kirino juga terdapat interaksi antara tokoh-tokohnya. Dalam novel ini ada dua kelompok siswa sekolah lanjutan atas yang saling membangun hubungan melalui interaksi-interaksi yang mereka lakukan. Dua kelompok siswa ini diceritakan oleh pengarang saat menceritakan kehidupan Kazue Sato saat berada di sekolah lanjutan atas.
mereka sering bertindak sesuka hati dan memperlakukan siswa kelompok orang luar dengan semena-mena. Kazue sato yang berasal dari keluarga yang biasa selalu ingin menjadi nomor satu dan menjadi yang terbaik. Oleh karena itu, dia tidak setuju kalau dirinya ditempatkan di kelompok orang luar yang merupakan kelompok yang ada di bawah kelompok orang dalam. Sehingga dia berusaha untuk bisa mendapatkan hak yang sama seperti kelompok orang dalam. Teman-teman Kazue di kelompok orang luar lainnya juga merasa tidak suka atas sikap kelompok siswa orang dalam terhadap mereka. Antara siswa kelompok orang dalam yang berkuasa dan siswa kelompok orang luar yang sering mendpatkan diskriminasi saling melakukan interaksi saat menjalankan keseharian mereka di sekolah. Siswa kelompok dalam memberikan sebuah aksi dan siswa kelompok orang luar memberikan reaksi, begitupun sebaliknya.
Dari hal di atas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana interaksi kedua kelompok yang sangat berbeda tersebut.Oleh karena itu penulis memilih judul Analisis Interaksi Sosial Dua kelompok Siswa dalam Novel Grotesque Karya Natsuo Kirino.
1.2.Perumusan Masalah
berasal dari keluarga biasa saja. Siswa di kelompok dalam, dianggap sebagai siswa yang terbaik, mereka disegani dan memiliki kekuasaan. Sedangkan siswa di kelompok luar cenderung tidak memiliki kebebasan dan sering mendapatkan diskriminasi. Kazue Sato yang berasal dari kelompok luar ingin menjadi yang terbaik, dia juga ingin mendapatkan hak yang sama seperti siswa di kelompok dalam. Dia melakukan banyak usaha untuk bisa seperti siswa di kelompok dalam dan mendapatkan pengakuan dari siswa-siswa lainnya. Dia berusaha menentang segala sesuatu yang membatasi dirinya yang juga dialami siswa dari kelompok luar lainnya. Tetapi ketidakpuasan atas sikap siswa kelompok orang dalam juga ditunjukkan oleh siswa kelompok orang luar lainnya.
Dari hal di atas yang ingin diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana interaksi yang terjadi antara kedua kelompok tersebut saat menjalani kehidupan mereka di Sekolah. Dalam bentuk pertanyaan masalah yang akan di teliti dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimana interaksi sosial golongan atas dan golongan bawah yang terlihat dalam novel Grotesque karya Natsuo ?
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
dan berasal dari keluarga yang biasa saja. Interaksi yang akan dilihat disini adalah tindakan semena-mena yang ditunjukkan oleh siswa dari kelompok orang dalam terhadap siswa di kelompok orang luar, dan bagaimana sikap siswa di kelompok orang luar menanggapi perlakuan tersebut. Untuk menganalisisnya penulis akan menggunakan teori interaksi dan pendekatan semiotik.
Untuk menghindari permasalahan melebar dan tidak fokus maka perlu adanya pembatasan ruang lingkup pembahasan. Sebelum melakukan kajian mengenai interaksi sosial dua kelompok siswa pada novel “Grotesque” ini, penulis akan mencoba membahas mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu: setting novel “Groteque” , sinopsis cerita novel “Grotesque”, interaksi sosial dan pembentukan kelompok siswa dalam novel “Grotesque”
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori a. Tinjauan Pustaka
itu sebuah karya sastra dihasilkan dengan melihat lingkungan dan kehidupan sehari-hari dan diharapkan memberikan manfaat juga bagi kehidupan.
Novel adalah karya sastra yang sangat popular. Meskipun novel merupakan hasil karya fiksi namun isi cerita dalam novel merupakan penggambaran dari sebuah kehidupan. Sehingga pembuatan sebuah novel juga dipengaruhi dengan budaya atau keadaan lingkungan dan sosial masyarakat.
Dalam kehidupan nyata setiap individu tidak dapat terlepas dari interaksi sosial. Setiap individu selalu akan melakukan interaksi sosial dalam menjalani kehidupannya. Menurut Bonner dalam Ali (http://belajarpsikologi.com/ pengertian-interaksi-sosial/) interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.
yang biasa saja. Siswa kelompok orang dalam memiliki kekuasaan dan kebebasan di sekolah. Hal ini menyebabkan siswa kelompok orang dalam bersikap semena-mena terhadap kelompok orang luar. Siswa kelompok orang luar yang sering mendapat diskriminasi merasa tidak suka atas sikap siswa kelompok orang dalam. Hal ini menyebabkan Kazue Sato salah satu siswa kelompok orang luar berusaha mendapatkan hak yang sama dengan kelompok orang dalam. Dan kelompok orang luar lainnya pun berusaha untuk menghindar dan terlepas dari tekanan siswa kelompok orang dalam. Kedua kelompok ini saling berhubungan dan menghasilkan suatu interaksi yang menunjukkan sikap siswa dari kelompok orang dalam selalu mendominasi.
b. Kerangka Teori
Untuk mengetahui bagaimana interaksi antara dua kelompok siswa yang terdapat dalam novel Grotesque, penulis akan menggunakan teori interaksi sosial serta pendekatan semiotik.
hubungan dan melakukan interaksi. Pihak yang satu akan melakukan aksi dan yang lain akan memberikan reaksi, begitu sebaliknya saling mempengaruhi. Dalam novel grotesque terdapat interaksi dua kelompok siswa yaitu siswa kelompok orang dalam dan siswa kelompok orang luar. Dalam interaksi kedua kelompok siswa ini terdapat aksi dan reaksi yang ditunjukkan satu sama lain dan juga saling mempengaruhi. Dari interaksi itu juga dapat diketahui sikap siswa dari kelompok orang dalam terhadap siswa di kelompok orang luar dan bagaimana tanggapan siswa kelompok orang luar terhadap sikap tersebut, begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan pendekatan semiotik tersebut penulis akan menginterpretasikan sikap dan interaksi pada tokoh ke dalam tanda. Tanda-tanda tersebut diperoleh dari teks-teks cerita yang ada dalam novel. Tanda yang ada dalam novel Grotesque ini akan dipilih bagian mana yang menunjukkkan adanya interaksi sosial antara dua kelompok siswa. Dengan demikian maka interaksi sosial antara dua kelompok siswa yang terlihat dalam novel ini dapat ditemukan dan dapat mengambil makna dari interaksi tersebut.
1.5. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian a.Tujuan Penelitian
Dengan mencoba meneliti tentang budaya kelompok di Jepang melalui novel Grotesque ini maka tujuan dari penelitian ini yaitu:.
1. Untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial dua kelompok siswa yang ada dalam novel Grotesque karya Natsuo Kirino.
b.Manfaat Penelitian
Dengan melakukan penelitian tentang permasalahan di atas penulis dan juga pembaca dapat memperoleh manfaat diantaranya:
1. Menambah wawasan penulis dan pembaca tentang interaksi sosial.
1.6. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriftif yang termasuk dalam cakupan penelitian kumulatif dan menggunakan pendekatan semiotik. Menurut Koentjaraningrat (1976 : 30) bahwa penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai individu , keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Metode deskriftif merupakan metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dan dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasi, mengkaji dan menginterpretasi data. Muhammad nazir (1988:84) menerangkan bahwa penelitian deskriftif mempelajari masalah masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Oleh karena itu, dengan metode itu peneliti akan meneliti bagaimana interaksi sosial dua kelompok siswa yang ada dalam novel Grotesque karya Natsuo Kirino. Dengan menggunakan teori interaksi sosial dan pendekatan semiotik yang akan digunakan untuk menunjukkan interaksi tersebut.
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL GROTESQUE, SINOPSIS CERITA NOVEL GROTESQUE, INTERAKSI SOSIAL DAN PEMBENTUKAN KELOMPOK SISWA PADA NOVEL GROTESQUE
2.1. Setting Novel Grotesque
Menurut Ikram (1980:21), setting adalah tempat secara umum dan dan waktu atau masa terjadi. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:216), latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Setting merupakan bagian intrinstik dalam novel. Setting menunjukkan tempat, waktu dan menjelaskan suasana terjadinya suatu kejadian dalam sebuah cerita novel. Setting merupakan bagian penting dalam novel, tanpa adanya setting pembaca akan sulit untuk mengerti isi cerita dalam sebuah novel. Dengan adanya setting para pembaca juga bisa mudah menghayati dan membayangkan suasana saat kejadian dalam cerita novel tersebut terjadi.
Unsur latar atau setting dapat dibedakan ke dalam tiga unsure pokok yaitu tempat, waktu, dan sosial. Meskipun ketiga unsur itu masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Nurgiyantoro, 1995 : 227)
Latar tempat menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa cerita terjadi. Unsur-unsur tempat yang dipergunakan bisa berupa tempat dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu atau mungkin juga dengan suatu penggambaran lokasi tertentu tanpa menyebutkan nama.
Cuplikan halaman 61.
Kazue dan aku lulus ujian masuk dan masuk ke sistim perguruan Q di sekolah
lanjutan atas. Aku yakin kau tahu, bahwa sekolah lanjutan atas Q untuk
perempuan mudah sangat kompetitif dan hanya menerima mereka yang nilai
ujiannya paling tinggi.
Dari cuplikan di atas digambarkan bahwa latar tempat pada cerita “Grotesque” berada di sebuah Sekolah Lanjutan atas yang merupakan bagian dari Perguruan Q yang sangat kompetitif. Dan tidak mudah untuk bisa menjadi salah satu dari siswanya.
2.Latar Waktu
Latar waktu mengacu kepada saat terjadinya peristiwa, dalam plot secara historis. Melalui pemberian waktu secara jelas, akan tergambar tujuan fiksi tersebut secara jelas pula. Dengan adanya latar waktu akan tergambar jelas urutan setiap kejadian-kejadian yang ada dalam cerita, sehingga akan mudah untuk memahami cerita.
Cuplikan halaman 68
Waktu kami pertama mulai bersekolah di Sekolah Lanjutan Atas Q untuk
perempuan muda, aku tidak tahu nama Kazue dan tidak tertarik untuk mencari
tahu. Waktu itu, semua orang luar berkumpul bersama dan kelihatan bingung dan
Dari cuplikan di atas diganbarkan bahwa kejadian terjadi saat tokoh baru bersekolah di Sekolah lanjutan Atas Q untuk perempuan muda. Saat itu semua siswa yang merupakan siswa baru belum saling mengenal.
3.Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara bersiakap dan lain-lain. Disamping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya kalangan bawah, menengah atau atas.
Cuplikan halaman 63
Waktu aku pertama mulai tinggal bersama kakekku, aku bermimpi tentang
bagaimana hidupku sebagai siswa di Sekolah Lanjutan Atas Q untuk perempuan
muda yang sangat didambakan itu. Imajinasiku subur sekali, adegan demi adegan
berkembang. Menuruti khayalan-khayalan ini memberiku kenikmatan besar,
seperti sudah kukatakan. Aku akan bergabung dengan kelab-kelab, berteman dan
menjalani kehidupan normal seperti orang normal lainnya. Namun kenyataan
mencabik-cabik impian-impian ini hingga berkeping-keping. Pada dasarnya,
keberadaan kubu-kubu menghancurkan diriku. Kau tidak bisa begitu saja
berteman dengan siapa saja, tahu. Bahkan kegiatan kelab-kelab diberi peringkat
dan disusun dalam hierarki masing-masing, jelas dibedakan antara yang
didambakan dan yang pinggiran. Dasar dari pemeringkatan ini tentu saja
Dari cuplikan diatas menggambarkan adanya keadaan sosial yang masyarakatnya dibagi ke dalam kelas-kelas atau kubu-kubu dan menjadikan sesuatu yang dianggap elit sebagai dasar dari pembagian peringkat setiap kelas. Setiap orang tidak bisa begitu saja berteman dengan siapa saja. Semua diatur berdasarkan peringkat kelasnya. Dengan siapa berteman sampai kelab yang bisa dimasuki sesuai dengan kelasnya.
2.2. Sinopsis Cerita Novel Grotesque
Novel Grotesque ini menceritakan tentang kehidupan dua orang wanita yang berprofesi sebagai seorang pelacur yang terbunuh secara sadis. Kedua wanita tersebut adalah Kazue Sato dan Yuriko. Dalam novel ini kehidupan kedua wanita tersebut diceritakan oleh kakak yuriko dan juga teman satu sekolah kazue. Dan cerita tentang kehidupan kedua wanita ini juga di dapat dari buku harian mereka.
masyarakat tentang bagaimana mungkin seorang yang biasa saja memiliki anak yang sangat cantik. Kecantikan yuriko jugalah yang membuat banyak pria yang tertarik kepadanya. Hal ini membuat yuriko terobsesi menjadi seorang pelacur.
dalam kelompok dalam pada akhirnya menjadikan dia terobsesi untuk menjadi nomor satu tanpa mempedulikan orang lain. Bahkan sampai saat dia sudah memiliki pekerjaan dia yang bagus dia tetap ingin menjadi pusat perhatian orang disekitarnya, dan ini membuat orang-orang disekitarnya merasa tidak nyaman dan menjauhinya.
Yuriko dan Kazue diduga dibunuh oleh orang yang sama yaitu Zhang warga negara china yang datang ke Jepang secara illegal, demi mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dia adalah salah satu orang yang memakai jasa Yuriko dan Kazue. Dia membunuh Yuriko karena terlibat perkelahian. Sedangkan untuk pembunuhan Kazue dia tidak mengakuinya.
2.3.Interaksi Sosial
Menurut Bonner dalam Ali (http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/) interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.
Kehidupan bermasyarakat tidak mungkin terlepas dari interaksi sosial. Sebagai makhluk sosial setiap anggota masyarakat harus melakukan interaksi dengan anggota masyarakat lain untuk bisa menjalani kehidupannya.
Ada beberapa bentuk-bentuk interaksi sosial menurut Park dan Burgess dalam Santosa (http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/) yaitu :
Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau kelompok-kelompok bekerja sama atau bantu-membantu untuk mencapai tujuan bersama.
b. Persaingan
Persaingan ialah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau kelompok-kelompok berlomba untuk meraih tujuan yang sama c. Pertentangan
Pertentangan ialah suatu bentuk interaksi sosial berupa perjuangan yang langsung dan sadar antara orang dan orang atau kelompok dan kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.
d. Persesuaian
Persesuaian ialah proses penyesuaian dimana orang-orang atau kelompok-kelompok yang sedang bertentangan bersepakat untuk menyudahi pertentangan tersebut atau setuju untuk mencegah pertentangan yang berlarut-larut dengan melakukan interaksi damai baik bersifat sementara maupun bersifat kekal. Selain itu persesuaian juga memiliki arti yang lebih luas yaittu penyesuaian antara orang yang satu dengan yang lain, antara seorang dengan kelompok, dan antara kelompok yang satu dan kelompok yang lain.
e. Perpaduan
mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Faktor-faktor yang mendasari proses terbentuknya interaksi sosial adalah :
1. Imitasi yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di lungkungan keluarga, kemudian lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat.
2. Indentifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh seorang individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu lain yang ditirunya. Proses identifikasi tidak hanya terjadi melalui serangkain proses peniruan pola perilaku saja, tetapi juga melalui proses kejiwaaan yang sangat mendalam.
3. Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan sesorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional.
4. Motivasi yaitu rangsangan pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti tau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab . Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih tinggi dan berwibawa, misalnya dari seorang ayah kepada anak, seorang guru kepada siswa.
6. Empati yaitu mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat intens/dalam. (http://id.shvoong.com/social-sciences /sociology/ 1809953-interaksi-sebagai-proses-sosial/ )
Semua bentuk-bentuk interaksi sosial di atas selain dapat dilihat di dalam kehidupan sehari-hari juga bisa dilihat dalam karya sastra, khususnya novel. Tokoh yang satu dengan yang lain saling berinteraksi sehingga menghasilkan sebuah cerita. Dalam novel grotesque interaksi dilakukan oleh dua kelompok siswa. Siswa kelompok orang dalam menunjukkan golongan atas dan siswa kelompok orang luar menunjukkan golongan bawah. Setiap perilaku masing-masing kelompok ini memberikan pengaruh terhadap kelompok lainnya. Setiap tindakan dan sikap dari siswa kelompok orang dalam mendapat tanggapan dari siswa kelompok orang luar begitu juga sebaliknya. Dari setiap interaksi tersebut juga dapat di lihat bagaimana hubungan yang terjadi antara kedua kelompok ini.
2.4. Pembentukan Kelompok Siswa dalam Novel Grotesque Karya Natsuo Kirino.
Berikut adalah cuplikan-cuplikan cerita yang akan menunjukkan pembentukan kelompok siswa dalam novel Grotesque.
Cuplikan halaman 62-63
Itu karena Universitas Q tidak begitu saja menerima siapa pun. Dan
masuk ke universitas Q-merasa berhak. Semakin awal si siswa masuk ke sistim
ini, semakin kuat kesadaran elit mereka.
Justru karena sistim ekskalator inilah orang tua yang kaya raya berupaya
keras agar anak mereka masuk sekolah Q tingkat dasar. Kudengar dari orang
lain bahwa keseriusan mereka dalam menghadapi ujian awal ini sudah mendekati
histeri.
Dari cuplikan diatas di jelaskan bahwa sistem perguruan Q bukanlah sistim yang menerima siswa dengan mudah, semakin cepat seorang siswa masuk ke dalam sistim ini maka mereka akan semakin dianggap elit. Perguruan Q memiliki sistim ekskalator maka siswa yang masuk saat sekolah dasar bisa masuk ke tingkat berikutnya dengan mudah tanpa test. Karena itulah maka para orang tua yang kaya raya berupaya keras agar anak mereka masuk dari tingkat dasar. Hal itu juga merupakan alasan kenapa semakin cepat siswa masuk ke dalam sistim perguruan Q semakin mereka dianggap elit karena siswa sekolah dasar perguruan Q merupakan siswa yang berasal dari keluarga yang kaya. Sistim perguruan Q ini juga menyebabkan siswa yang masuk pada tingkat berikutnya dianggap lebih rendah dibandingkan siswa yang masuk di tingkat sebelumnya dan melanjut tanpa ujian.
Cuplikan halaman 64
Siswa-siswa tingkat satu dibagi atas dua kelompok besar: mereka yang
melanjutkan dari dalam sistem sekolah Q dan mereka yang masuk tahun itu.
Sekilas mudah melihat yang mana kelompok apa. Panjang rok seragam sekolah
Diantara kami yang masuk untuk pertama kali-masing-masing dari kami-
sesudah berhasil lulus ujian masuk, memakai rok yang panjangnya tepat di atas
lutut, tepat sesuai peraturan sekolah. Tetapi, separuh siswa yang sudah sejak
tingkat sekolah dasar atau sekolah menengah ada di sistem itu, memakai rok yang
pendek hingga ke paha mereka. Nah, aku bukan bicara tentang jenis rok yang di
pakai gadis-gadis sekarang, rok yang hampir tidak menutupi apa pun sehingga
seperti sama sekali tidak ada.
Dari cuplikan di atas dijelaskan bagaimana kelompok siswa dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang masuk melalui sistim dan yang kedua yang masuk melalui test pada tahun itu. Pada cuplikan yang ingin dijelaskan bukanlah masalah panjang rok tetapi perbedaan yang sangat menonjol pada kedua kelompok tersebut. Kelompok pertama memakai rok yang sangat pendek yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah, tanpa takut akan mendapat hukuman. Mereka merasa berkuasa di sekolah itu sehingga memiliki keberanian untuk melanggar peraturan yang ada. Sedangkan kelompok yang kedua adalah siswa-siswa baru yang taat dengan peraturan yang ada. Dari cuplikan sebelumnya kelompok pertama jelas merupakan siswa-siswa yang dianggap lebih elit dari pada siswa yang ada di kelompok kedua.
Cuplikan halaman 65
Upacara matrikulasi pun dimulai. Kami orang luar memperhatikan
dengan serius semua yang dikatakan. Tetapi sebaliknya siswa-siswa yang naik
dari tingkat dasar hanya pura—pura mendengarkan. Mereka mengunyah permen
dengan apa yang sedang berlangsung. Bukannya bersikap serius, mereka malah
bertingkah laku seperti anak kucing yang lincah, sangat disayang, dan sulit
diatur. Dan mereka tidak satu kali pun melirik kearah kami.
Kontras sekali dengan para siswa pendatang, yang ketika memperhatikan
cara orang dalam bersikap, merasa semakin gelisah.
Cuplikan di atas juga menunjukkan bahwa siswa yang baru masuk disebut “orang luar” dan siswa yang masuk melalui sistim disebut “orang dalam”. Dalam cuplikan juga ditunjukkan bahwa perbedaan sikap antara dua kelompok siswa tersebut. Siswa yang termasuk ke dalam kelompok “orang dalam” bertindak sesuka hati dan sama sekali tidak mempedulikan siswa di kelompok “orang luar”
Cuplikan halaman 76-77
“Di sini kami punya masyarakat berdasarkan golongan dalam seluruh
kejayaan yang menjijikkan,” lanjut Mitsuru.
“ Pasti lebih buruk di sini dari tempat lain mana pun di seluruh Jepang.
Penampilan menguasai segalanya. Karena itulah orang-orang di lingkaran dalam
dan mereka yang berorbit di luarnya tidak pernah berbaur.”
“Lingkaran dalam? apa itu?”
“Mereka yang mulai bersekolah disini sejak sekolah dasar adalah
putri-putri berdarah biru sejati, anak-anak perempuan dari para ayah yang memiliki
kartel-kartel raksasa. Mereka tidak pernah harus bekerja sama sekali dalam
hidup mereka. Bahkan, kalau punya pekerjaan malah memalukan.”
“Bukankah itu agak kuno?” aku mendengus jijik, tetapi Mitsuru
“Nah, aku setuju tentu saja. Tetapi begitulah sikap lingkaran dalam
terhadap penaksiran nilai. Mungkin agak lepas dari kenyataan, tetapi mereka
sangat kokoh dalam posisi mereka, maka semua orang lain terbawa
menyimpang.”
“Nah, bagaimana dengan orang-orang lain di sekeliling mereka?”
“Mereka anak-anak orang upahan,” jawab Mitsuru dengan nada sedih.
“ Anak perempuan dari orang yang bekerja untuk mendapatkan bayaran tidak
pernah bisa menjadi bagian dari lingkaran dalam. Mungkin saja dia pintar dan
berbakat, tetapi hal itu tidak menjadikannya berbeda. Ia bahkan tidak akan
terperhatikan. Kalau ia mencoba bergerak dengan licin ke tengah mereka, ia
akan diejek. Tambahan lagi, meskipun dia cukup cerdas, tetapi ia tidak keren dan
jelek maka ia tidak lebih dari sampah di tempat ini.”
golongan luar atau anak dari orang upahan selalu dianggap tidak penting dan dianggap seperti sampah.
BAB III
ANALISIS INTERAKSI SOSIAL DUA KELOMPOK SISWA DALAM NOVEL GROTESQUE KARYA NATSUO KIRINO
3.1. Analisis Interaksi Sosial Dua kelompok Siswa dalam Novel Grotesque Karya Natsuo Kirino
Berikut adalah cuplikan-cuplikan yang menunjukkan interaksi antara kelompok orang dalam dan kelompok orang luar atau golongan atas dan golongan bawah.
Cuplikan halaman 66-67
Di hari-hari sesudah upacara matrikulasi, semakin banyak gadis mulai
muncul di sekolah dengan rok pendek.
Kazue termasuk yang pertama. Namun sepatu dan tas bukunya sama
sekali tidak serasi dengan panjang roknya dan menandainya sebagai orang-luar.
Siswa dari kelompok orang-dalam, tidak membawa tas siswa model standar.
Mereka dating ke sekolah dengan kantong nilon ringan menggantung pada
pundak mereka, atau kalau tidak, mereka menenteng tas bermalam mewah yang
di masa itu masih tidak umum.
Analisis
menjadi salah satu yang menarik perhatian siswa lain. Salah satunya Kazue sato. Setelah masuk sekolah dia mulai meniru gaya berpakaian siswa dari kelompok orang dalam. Tetapi itu tidak membuat dia terlihat seperti siswa dari kelompok orang dalam karena tas yang dia gunakan bukan merupakan jenis tas yang digunakan siswa di kelompok orang dalam. Interaksi sosial yang dapat dilihat di sini adalah bahwa perilaku dari siswa di kelompok orang dalam mempengaruhi siswa di kelompok orang luar. Banyak siswa dari kelompok orang lusr yang meniru perilaku siswa kelompok orang luar, terutama cara berpakaian siswa kelompok orang dalam.
Cuplikan halaman 69
“ Nah, coba lihat! Lihat!”
Bunyi tawa memenuhi ruangan. Gadis-gadis lain menghampirinya untuk
melihat, membentuk lingkaran di seputar pemegang kaus kaki itu.
“Wah, rupanya di sulam!”
“Mahakarya hebat!”
Pemilik kaus kaki rupanya membeli kaus kaki biru tua biasa dan
menyulam pinggiran atasnya dengan benang merah agar tampak seperti logo
Ralph Lauren.
Gadis yang menemukan kaos kaki itu bukan mencari pemiliknya karena
upaya bermurah hati mempertemukan kembali si pemilik dengan barangnya yang
hilang. Ia hanya ingin tau kaus itu milik siapa. Karena itu ia berteriak seperti itu.
Tidak ada yang maju mengakui kaus kaki itu sebagai miliknya. Semua orang-luar
Tetapi wajah-wajah mereka menunjukkan kegembiraan yang mereka rasakan
sementara menanti-nanti adegan yang pasti akan terjadi pada saat pelajaran
berikutnya di mulai.
Analisis
Dari cuplikan di atas terlihat bahwa siswa dari kelompok orang dalam sangat senang mempermalukan orang lain. Hal ini terlihat dari kebahagiaan mereka saat melihat kaus kaki yang memakai merek palsu yang di sulam. Mereka penasaran ingin tahu siapa pemilik kaus kaki ini bukan untuk mengembalikannya tetapi mereka memikirkan kesenangan yang akan mereka dapat apabila tahu siapa pemilik kaus kaki itu. Siswa kelompok orang dalam tampak tidak sabar masuk pelajaran berikutnya karena saat itu mereka bisa mengetahui siapa pemilik kaus kaki. Setelah itu mereka akan mengejeknya dan mempermalukannya. Interaksi sosial yang dapat dilihat adalah siswa di kelompok orang luar mendapat pengaruh dari sikap siswa di kelompok dalam sehingga menyulam kaus kakinya dengan merek palsu agar terlihat sama seperti yang digunakan oleh siswa di kelompok orang dalam. Dan reaksi yang ditunjukkan siswa di kelompok orang dalam menunjukkan bahwa mereka akan menjadikan itu sebagai alasan baru untuk mengejek siswa dari kelompok orang luar.
Cuplikan halaman 70
Karena sudah lolos dari keadaan yang sulit tadi, ekspresi muka Kazue
acuh tak acuh. Hari itu, seperti biasanya, ia mengangkat tangannya dan
dipanggil untuk berdiri dan membaca dari buku pelajaran dengan suara keras.
yang unggul dalam bahasa Inggris. Tetapi hal itu tidak menghentikan Kazue.
Dengan percaya diri, ia mengangkat tangannya tanpa berpikir panjang.
Analisis
Dari cuplikan di atas terlihat bahwa Kazue tidak terlalu peduli dengan pembagian kelompok yang ada di sekolah. Dia ingin belajar dan berkompetisi sebagaimana sekolah pada umumnya tanpa harus memikirkan tanggapan orang lain, terutama tanggapan dari siswa dari kelompok orang dalam yang pasti akan merasa tidak senang atas sikap percaya diri Kazue.
Dari analisis diatas interaksi sosial yang dapat dilihat menunjukkan bahwa ada sebuah reaksi yang ditunjukkan oleh Kazue yang berasal dari siswa kelompok orang luar terhadap ketidaksetujuannya dengan pembedaan siswa. Siswa di kelompok orang dalam selalu dianggap paling hebat sehingga dia berusaha menunjukkan bahwa ada siswa di kelompok orang luar juga memiliki kemampuan yang sama dengan siswa di kelompok orang dalam.
Cuplikan halaman 71
Aku mengerti bahwa Kazue menyulam kaus kakinya bukan karena
keluarganya terlalu miskin untuk membeli barang asli tetapi karena pendirian
yang rasional. Namun menurutku, jenis rasionalitas Kazue, yang mencoba
menyesuaikan diri dengan kemewahan sekolah, konyol sekali. Kazue mempunyai
kepicikan watak yang sudah tertanam dalam dirinya. Karena itulah tidak ada
Analisis
Dari cuplikan di atas terlihat bahwa Kazue tidak setuju dengan adanya pembedaan siswa di sekolah. Sehingga dia berusaha menyesuaikan diri dengan kemewahan yang ditunjukkan siswa kelompok orang dalam tetapi tidak ingin mengeluarkan uangnya untuk membeli barang asli karena berpikir tidak harus dengan barang-barang seperti itu maka dia bisa sama seperti siswa di kelompok orang dalam. Interaksi sosial yang dapat dilihat di sini adalah bahwa Kazue selalu berusaha masuk dan menyesuaikan diri dengan siswa di kelompok orang dalam, dan itu membuat siswa kelompok orang dalam tidak menyukainya.
Cuplikan halaman 72
Satu bulan sesudah aku masuk sekolah itu, kami mendapat ujian pertama
kami. Para siswa orang-luar bertekad untuk tidak kalah dalam pelajaran. Mereka
sudah cukup sengsara akibat tekanan terus-menerus dari kelompok orang-dalam.
kelompok yang rajin belajar-yang nonstop mengerjakan pekerjaan sekolah dan
bercita-cita melebihi para orang-dalam-yang terutama bertekad kuat, tetapi
mereka tidak sendirian semua orang luar dengan semangat besar mengerahkan
diri untuk persiapan ujian.
Analisis
diri. Interaksi sosial yang dapat dilihat di sini adalah adanya bentuk perlawanan yang dilakukan siswa dari kelompok orang luar terhadap tekanan yang dilakukan oleh siswa dari kelompok orang dalam.
Cuplikan halaman 78
“Oke. Akan kubeberkan yang sebenarnya-tetapi aku hanya cerita kepadamu. Sebenarnya, rumahku juga di Distrik P. Ibuku bilang agar jangan
memberitahu siapa pun, dan ia menyewa apartemen di Distrik Minato-hanya
untukku. Tentu saja, kami berpura-pura memilikinya. Ibuku datang setiap hari
dan membersihkan, memasak makananku, dan mencuci.”
“Kenapa kalian lakukan itu?”
“karena jika tidak, aku akan digertak.”
Analisis
Karena bila siswa kelompok orang dalam tahu dia adalah orang miskin maka dia akan digertak.
Cuplikan halaman 79
Kazue tidak akan pernah berbaur dengan lingkaran dalam, tetapi Kazue
tidak menyadari hal ini. Kalau para siswa mengusik Kazue, mereka mengusiknya
gara-gara ketidak mampuannya menyadari tempatnya. Mereka bukan
mengusiknya karena tempat lahirnya, atau bagaimana ia menghayati
pandangannya tentang nilai-nilai.
Analisis
Cuplikan halaman 84
“ Yang ingin kukatakan adalah, kenapa sekolah harus tidak adil begitu?
Sembunyi-sembunyi begitu! Mereka sudah memilih pemenang sebelum permainan
dimainkan!”
“ Apa yang kau bicarakan?” sekarang giliranku bertanya.
“Begini, aku ingin ikut tim pemandu sorak. Aku memasukkan
permohonanku dan sebelum mereka membacanya mereka sudah menolakku,
begitu saja. Bukankah menurutmu itu salah?”
Analisis
Dari cuplikan di atas dapat di lihat bahwa siswa yang berasal dari kelompok orang luar tidak bisa dengan mudah masuk ke kelab yang mereka sukai. Dalam cerita kelab pemandu sorak adalah kelab yang paling di sukai semua siswa sehingga yang masuk ke sana hanyalah siswa-siswa yang berasal dari kelompok orang dalam. Kazue yang berasal dari siswa kelompok orang luar langsung ditolak tanpa melihat surat permohonannya lebih dulu. Interaksi sosial yang dapat dilihat di sini adalah menunjukkan siswa yang ada di kelompok orang luar merasa kecewa atas sikap siswa orang dalam yang mengatur siapa yang bisa masuk kelab sesuka hati mereka. Siswa dari kelompok orang luar tidak mendapatkan hak yang sama seperti yang didapatkan siswa-siswa dari kelompok orang dalam.
Cuplikan halaman 101
“Tunggu.” Aku memegang blusnya. Ia membalik untuk memandangku.
“waktu kau digertak, kata ibumu kau mempersenjatai dirimu sendiri.
“Nah”- Mitsuru memberi isyarat kepada temannya untuk jalan lebih dulu
agar ia bisa bicara denganku-“aku membiarkan mereka memakai catatanku.”
“Tetapi kalau begitu kau membiarkan mereka memanfaatkanmu, bukan?
Bagaimana kau bisa berbaik hati kepada anak-anak yang mengganggumu?”
Mitsuru mengetuk gigi depannya yang besar dengan jarinya. “Aku hanya
cerita ini kepadamu, oke ? catatan yang kupinjamkan kepada mereka bukan
catatanku yang sebenarnya.”
“apa maksudmu?”
“Aku punya dua set. Catatanku yang sebenarnya jauh lebih teliti dan
detail daripada set yang kutunjukkan kepada mereka. Set itu punya beberapa poin
penting, maka mereka tidak tahu. Tetapi catatan itu kupalsukan.”
Analisis
memberikan perlawanan. Bentuk perlawanan itu dapat dilihat dari tindakan memalsukan catatan yang akan diberikan kepada siswa kelompok orang dalam.
Cuplikan halaman 101-102
Karena aku membolehkan mereka menyalin catatanku, mereka berhenti
menggertakku; begitulah tukar-menukar yang kami sepakati. Gadis-gadis itu
cepat mengerti. Mereka langsung tahu bahwa aku lebih dari sekedar anak lemah
yang bisa mereka permainkan. Aku bisa bermanfaat untuk mereka, maka mereka
mengalihkan penjajahan mereka kepada siswa lain.”
Analisis
Dari cuplikan di atas terlihat bahwa siswa dari kelompok orang dalam hanya akan melepaskan orang yang bisa mereka manfaatkan. Mereka menukarkan kenyamanan dengan sesuatu yang bisa menguntungkan mereka. Setelah itu mereka akan mencari orang yang bisa mereka gertak lagi, tentunya siswa yang berasal dari kelompok orang luar. Interaksi sosial yang dapat dilihat disini adalah adanya tukar menukar antara siswa dari kelompok orang dalam dan siswa kelompok orang luar. Siswa kelompok orang dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dari siswa kelompok orang luar dan siswa kelompok orang luar dilepaskan dari penggertakan.
Cuplikan halaman 220
“Yang kumaksud, siswa-siswa orang-dalam begitu kejam sampai mereka
Kazue mendeham panjang-lebar, berusaha menghindari kesinisanku. Ia
sudah bergabung dengan kelab ice-skating. Tetapi aku dengar yang lainnya
bergunjing bahwa ia kesulitan untuk membayar biaya tempat skating.
Analisis
Dari cuplikan di atas dapat di lihat bahwa siswa dari kelompok orang dalam mengatur semua siapa bisa masuk ke sebuah kelab. Kazue tidak diijinkan masuk ke kelab yang dia inginkan karena dia berasal dari kelompok orang luar, sementara kelab yang dia ingin masuki adalah kelab fevorit dan hanya bisa dimasuki oleh siswa dari kelompok orang dalam. Tetapi kazue tidak menyerah dia tetap ingin masuk ke kelab yang cukup favorit yaitu kelab ice-skating, meskipun dia kesulitan membayar biaya tempat skating, dia tetap ingin masuk ke sana karena ingin mendapatkan hak yang sama dengan siswa dari kelompok orang dalam. Interaksi sosial yang terlihat disini adalah bahwa ada siswa di kelompok orang luar yang berusaha menyesuaikan diri dengan siswa di kelompok orang dalam dengan cara memaksakan diri masuk ke kelab yang biayanya tidak mampu dia bayar.
Cuplikan halaman 221
“Menurutku mereka hanya membiarkan kau membersihkan tempat dan
merawat sepatu mereka. Mungkin mereka menyebutnya pelatihan fisik, tetapi
sebenarnya lebih seperti perpeloncoan. Dan berapa kali kau harus lari keliling
lapangan waktu itu ketika suhu lebih dari 95 derajat Fahrenheit? Kau kelihatan
Analisis
Cuplikan di atas merupakan percakapan antara tokoh aku dengan Kazue. Kazue yang masuk ke kelab skating dan di suruh melakukan sesuatu yang dianggap sebagai pelatihan fisik tetapi itu semua hanyalah alasan untuk menyiksanya. Siswa dari kelompok orang dalam menyuruhnya membersihkan tempat, membersihkan sepatu-sepatu mereka dan juga berlari keliling lapangan pada suhu yang panas. Interaksi sosial yang dapat dilihat disini adalah siswa di kelompok orang dalam tidak menyukai siswa dari kelompok orang luar ada di kelab mereka. Sehingga saat siswa dari kelompok orang luar masuk ke kelab mereka maka mereka akan menyuruhnya melakukan hal-hal yang berat dengan alasan latihan.
Cuplikan halaman 241
“Tim sudah menunjuk komite peninjauan tengah semester, dan kami yang
ditugaskan. Aku sungkan bertanya sebenarnya, tetapi bolehkah kami menyalin
catatn bahasa Inggris dan sastra klasikmu? Kau murid terbaik di tim”
“Tentu saja”, jawab Kazue, berseri-seri dengan bangga.
“kalau begitu, kau keberatan tidak kalau kami juga pinjam catatan ilmu
sosial dan geografimu? Semuanya akan sangat berterima kasih.”
“Tidak jadi masalah.”
Mereka bergegas keluar ruangan. Aku yakin mereka sedang tertawa
histeris di lorong.
“Kau tolol sekali!” aku berkata. “Tidak ada yang namanya komite
Analisis
Dari cuplikan di atas terlihat siswa dari kelompok orang dalam yang berada dalam kelab yang sama dengan Kazue, mencoba memanfaatkan Kazue. Mereka berpura-pura menjadi tim komite peninjauan tengah semester dan memuji Kazue sebagai siswa terbaik di kelab agar bisa meminjam catatan kazue. Tetapi meskipun Kazue mengetahui hal itu, dia tetap meminjamkannya karena dia menganggap itu akan bisa membuat dia diakui di kelab dan siswa dari kelompok orang dalam akan berhenti mengusiknya. Interaksi sosial yang dapat dilihat disini adalah bahwa siswa dari kelompok orang luar berusaha untuk bisa mendapatkan kenyamanan yang di tukar dengan sesuatu yang bisa berguna bagi siswa di kelompok orang dalam.
Cuplikan halaman 263
Kudengar reputasinya di kelab skating benar-benar buruk. Tak peduli
berapa surat tagihan yang di terimanya, ia tidak pernah membayar sewa tempat.
Ia memakai seragam kompetisinya bahkan selama latihan dan meluncur
sekeliling gelanggang tanpa mempedulikan apa pun. Kelihatannya tinggal
masalah waktu saja sebelum ia diminta keluar dari tim, tetapi toh anehnya itu
tidak pernah terjadi. Itu karena Kazue berguna kalau datang saatnya meminjam
catatannya untuk ujian.
Analisis
tentunya harus mewah. Tetapi dia tidak mempedulikan itu semua. Dia tetap ingin berada di sana sama seperti siswa dari kelompok orang dalam lainnya. Tim skating tidak mengeluarkannya dari tim karena mereka masih membutuhkan catatan Kazue saat ujian tiba. Interaksi sosial yang dapat dilihat disini adalah bahwa siswa dari kelompok orang dalam akan mempertahankan siswa dari kelompok orang luar, selama siswa tersebut bisa mereka manfaatkan. Siswa dari kelompok orang dalam tidak akan memberikan reaksi negatif atas sikap siswa dari kelompok orang luar yang tidak mereka suka selama mereka masih membutuhkan siswa tersebut.
Cuplikan halaman 272
Waktu murid-murid lain masuk ke kelas dan melihat Kazue, kebanyakan
kelihatan gelisah dan cepat-cepat membuang muka seperti baru saja melihat
sesuatu yang mestinya tidak mereka lihat. Tetapi Kazue yang tidak menyadari itu
semua, melenggang ke salah satu gadis yang masuk tim skating yang pernah
meminjam catatannya.
“Kazue, apa yang terjadi denganmu?”
Kazue memandang murid itu seperti linglung, malu.
“Kau tidak bisa begitu saja tidak muncul sebelum tes!”
“Maaf.”
“Setidaknya kau bisa meminjamiku catatan Inggris dan sastra klasikmu.”
Analisis
Cuplikan di atas adalah cuplikan cerita setelah Kazue tidak masuk sekolah karena memiliki masalah dengan orang yang di sukainya. Cuplikan di atas menunjukkan bahwa siswa dari kelompok orang dalam yang pernah meminjam catatan kazue tidak benar-benar peduli terhadap keadaan Kazue. Siswa dari kelompok orang dalam tersebut hanya ingin memanfaatkan Kazue. Interaksi sosial yang dapat dilihat disini adalah bahwa siswa di kelompok orang dalam selalu berusaha memanfaatkan siswa di kelompok orang luar tanpa mempedulikan keadaan siswa kelompok luar tersebut. Dan siswa dari kelompok orang luar berusaha memenuhi keinginan siswa dari kelompok orang dalam agar tidak digertak.
Cuplikan halaman 264
Aku juga melihat bahwa kazue juga memberondong guru-gurunya dengan
rentetan pertanyaan selama pelajaran. Guru-guru segera menjadi tidak sabar.
“Oke, mari kita beralih ke pertanyaan berikutnya,” kata mereka, sambil melirik
jam tangan mereka, hanya mengakibatkan Kazue mengeluh, dengan suara
terisak,”Tetapi, Profesor, aku masih belum mengerti.” Meskipun semua siswa di
kelas memutar-mutar bola mata mereka penuh frustasi, ia tidak acuh. Kukira
Kazue tidak pernah memperhatikan reaksi orang-orang di sekitarnya.
Lambat-laun ia kehilangan kesadaran terhadap realitas masa sekarang. Setiap kali guru
mengajukan pertanyaan yang jawabannya diketahui Kazue, ia menjadi yang
pertama mengangkat tangannya, dengan ekspresi kemenangan pada wajahnya.
dengan tangannya-seperti kembali ke masa waktu ia menjadi murid yang
bersaing di sekolah dasar. Oh, ya tak diragukan lagi, ia begitu ganjil, bertingkah
laku begitu aneh sehingga tidak ada yang mau bergaul dengannya.
Analisis
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan
Dari analisis di atas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Pembentukan kelompok siswa yang ada dalam novel Groteque karya Natsuo Kirino ini didasarkan pada perbedaan kekayaan yang dimiliki kedua siswa kelompok orang dalam dan siswa kelompok orang luar.
2. Dua kelompok siswa yang terdapat dalam novel grotesque ini siswa kelompok orang dalam dan siswa kelompok orang luar.
3. Siswa di kelompok orang dalam adalah siswa yang masuk ke tingkat berikutnya perguruan Q tanpa ujian tetapi melalui sistim dan mereka berasal dari keluarga-keluarga yang kaya. Sedangkan siswa di kelompok orang luar adalah siswa yang masuk ke Sekolah Lanjutan Atas perguruan Q dengan cara mengikuti ujian dan berasal dari keluarga yang biasa saja. 4. Semakin cepat seorang siswa masuk ke sisitim perguruan Q maka mereka
akan dianggap semakin “elit”. Itulah sebabnya siswa di kelompok orang dalam yang masuk melalui sistim dianggap lebih elit.
5. Antara dua kelompok siswa tidak bisa saling berbaur satu sama lain.
6. Siswa di kelompok orang dalam memiliki kekuasaan yang besar di sekolah.
7. Interaksi yang terjadi antara kedua kelompok ini menunjukkan adanya pertentangan dan persaingan.
9. Siswa di kelompok dalam sering menjadikan siswa dari kelompok orang luar sebagai bahan permainan, mengejek dan menggertak.
10. Siswa di kelompok orang dalam akan melepaskan siswa dari kelompok orang luar apabila mereka dapat keuntungan dari siswa tersebut. Siswa kelompok orang dalam tidak akan mengertak siswa dari kelompok orang luar yang bisa mereka pinjami catatan.
11. Kebanyakan siswa dari kelompok dalam hanya berpura-pura baik kepada siswa dari kelompok orang luar. Mereka melakukan itu hanya untuk memanfaatkan siswa dari kelompok orang luar tersebut. Kelompok orang dalam pura-pura mau berteman dengan kelompok orang luar, agar bisa meminjam catatan siswa kelompok orang luar.
12. Siswa dari kelompok orang luar tidak semua bisa menerima tekanan yang di berikan siswa-siswa dari kelompok orang dalam.
13. Kazue tidak mau menerima kenyataan dia berada di kelompok orang luar sehingga berusaha bersaing dan mengimbangi siswa dari kelompok orang dalam.
14. Kazue tidak peduli terhadap batasan-batasan antara kelompok orang dalam dan kelompok orang luar. Dia berusaha untuk mendapatkan persamaan hak.
4.2. Saran
Daftar Pustaka
Aminuddin, 2000. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo Ikram, Achadiati, 1980. Hikayat Sri Rama: Suntingan Naskah disertai telaah
amanat dan Struktur. Jakarta: UI Press
Koentjaraningrat. 1976. Metode-Metode penelitian Masyarakat. Jakarta: UI Press Luxemburg, Jan Van. 1986. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia
Melani, Budianto. 1997. Teori kesusasteraan. Jakarta: Gramedia
Moeliono, Anton M. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkaji Sastra. Yogyakarta: UGM Press Natsuo, Kirino. 2010. Grotesque. Jakarta: Gramedia
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Pradopo, Rahmat Djoko. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hinindita
Pudjiono, Muhammad.2006. Analisis Nilai-Nilai Religius dalam Cerita Pendek (cerpen) Karya Miyazawa Kenzi.Medan: USU Press
http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/ http://blognyaphie.blogspot.com/
http://www.fikom.unpad.ac.id/?page=detailartikel&id=106 http://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1809953-interaksi-sebagai-proses-sosial/