• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Membeli Susu Procal Gold Dan Susu Promise Gold Pada PT. Wyeth Indonesia Cabang Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Membeli Susu Procal Gold Dan Susu Promise Gold Pada PT. Wyeth Indonesia Cabang Medan"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS

KONSUMEN MEMBELI SUSU PROCAL GOLD DAN SUSU

PROMISE GOLD PADA PT. WYETH INDONESIA

CABANG MEDAN

TESIS

Oleh

SAPNA BIBY

087019125/IM

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS

KONSUMEN MEMBELI SUSU PROCAL GOLD DAN SUSU

PROMISE GOLD PADA PT. WYETH INDONESIA

CABANG MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAPNA BIBY

087019125/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS KONSUMEN MEMBELI SUSU PROCAL GOLD DAN SUSU

PROMISE GOLD PADA PT. WYETH

INDONESIA CABANG MEDAN Nama Mahasiswa : Sapna Biby

Nomor Pokok : 087019125

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Rismayani, SE, MS) (Dr. Parapat Gultom, MSIE)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(4)

Tanggal lulus : 19 Agustus 2010

Telah diuji pada

Tanggal : 19 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Rismayani, SE, M.S

Anggota : 1. Dr. Parapat Gultom MSIE

2. Drs. Syahyunan, M.Si

3. Drs. H.B. Tarmizi, SU

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul: Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Membeli Susu Procal

Gold Dan Susu Promise Gold Pada PT. Wyeth Indonesia Cabang Medan

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya, kecuali yang secara tertulis diacu dalam tesis ini dan disebutkan di

dalam daftar pustaka. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2010

Yang membuat Pernyataan,

(6)

ABSTRAK

Pemenuhan kebutuhan pangan yang berkualitas bagi balita sangat perlu diperhatikan, karena usia tersebut adalah masa pertumbuhan dan perkembangan otak. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut tidak cukup hanya bersumber dari Air Susu Ibu (ASI). Susu balita seperti Procal Gold dan Promise Gold yang diproduksi PT. Wyeth Indonesia diperlukan oleh balita. Jumlah konsumen loyal yang membeli susu Procal Gold maupun susu Promise Gold mengalami penurunan selama enam tahun terakhir. Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh nilai merek, hambatan berpindah (switching barrier), karakteristik konsumen, lingkungan pasar, dan kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen membeli susu Procal

Gold maupun susu Promise Gold.

Teori yang digunakan adalah Teori mengenai Perilaku Konsumen dan Teori tentang Loyalitas Konsumen.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kota Medan, tepatnya di Hypermart, Carrefour, dan Supermarket Brastagi. Pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner yang disebarkan di ketiga supermarket tersebut. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang datang berbelanja dan membeli susu balita Procal Gold dan Promise

Gold minimal dua kali. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Analisis Deskriptif, untuk mengetahui sebaran karakteristik responden, dan Analisis Regresi Berganda, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen membeli susu Procal Gold atau susu Promise Gold.

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas ibu rumah tangga untuk membelih susu Promise Gold dan Procal Gold tidak sama.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: (1) nilai merek, hambatan berpindah, karakteristik konsumen, lingkungan pasar, dan kepuasan konsumen berpengaruh simultan terhadap loyalitas konsumen membeli susu Procal Gold, (2) Secara parsial, variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen membeli susu Procal Gold terdiri dari hambatan berpindah, nilai merek, karakteristik konsumen, dan kepuasan konsumen. Dari antara variabel tersebut ternyata nilai merek merupakan variabel yang paling dominan; (3) Untuk produk

Promise Gold, loyalitas konsumen secara simultan dipengaruhi oleh nilai merek,

hambatan berpindah, karakteristik konsumen, lingkungan pasar, dan kepuasan konsumen; (4) Secara parsial, variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen membeli susu Promise Gold terdiri dari penghambat berpindah, nilai merek, dan kepuasan konsumen. Variabel penghambat berpindah merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi konsumen membeli produk Promise

Gold.

(7)

ABSTRACT

Fulfilling the needs of quality food for toddlers is very important, because that age is a time of growth and brain development. Mother's Milk (ASI) only is not enough to meet these needs. Milk toddlers such as Procal Gold and Promise Gold produced PT. Wyeth Indonesia is required by toddlers. The number of loyal consumers who buy Procal Gold milk or Promise Gold milk has decreased over the last six years. The problem of this research is to analyze the effect of brand value, switching barriers, customer characteristics, market environment, and consumer satisfaction on consumer loyalty to buy Procal Gold milk or Promise Gold milk.

Theories were implemented in this research included Consumer Behavior Theory and Loyalty Consumer Theory.

This research was conducted in the area of Medan City, precisely at Hypermart, Carrefour, and Brastagi Supermarket. Data collected through questionnaires distributed at those supermarkets. Respondents in this research were women who came to shop and buy Procal Gold milk or Promise Gold milk at least two times. Analysis Methods applied in this research are Descriptive Analysis using to determine the distribution of respondents’ characteristics, and Multiple Regression analysis was using to determine the factors that influence customer loyalty to buy Procal Gold milk or Promise Gold milk.

The results show that the factors affected the loyalty of customer to buy Procal Gold milk are not same with Promise Gold milk

The research concluded: (1) Brand value, switching barriers, customer characteristics, market environment, and customer satisfaction simultaneously influence customer loyalty to buy Procal Gold milk, (2) In partial, variables that significantly influence consumer loyalty to buy Procal Gold milk consist of switching barrier, brand value, customer characteristics, and customer satisfaction, (3) Brand value is the dominant variable influents the loyalty of consumer to buy Procal Gold. Meanwhile, customers loyalty to buy Promise Gold are simultaneously influenced by brand value, switching barriers,, customer characteristics, market environment, and customer satisfaction, (4) In partial, the variables significantly influence consumer loyalty to buy Promise Gold milk consists of switching barrier, brand value, and customer satisfaction. Switching Barrier is the dominant variable influents the loyalty of consumer to buy Promise Gold

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, yang telah melindungi dan memberkahi penulis selama kuliah dan

melakukan penelitian di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sehingga

dapat menyelesaikan kuliah dan penulisan tesis ini dengan baik.

Selama melakukan studi, penulisan, dan penelitian ini penulis mendapatkan

banyak sekali bantuan baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan yang baik

ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan

setulus-tulusnya kepada pihak-pihak berikut ini :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B.,M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., MS selaku Pembimbing dan Ketua Program Studi

Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas

bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada penulis.

4. Bapak Dr. Parapat Gultom, MSIE sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang

telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan sampai selesainya penulisan

tesis ini.

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Anggota

Komisi Pembanding yang banyak memberikan masukan dan perbaikan atas tesis

ini.

6. Bapak Drs. Tarmizi, SU dan Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA selaku Anggota

Komisi Pembanding yang banyak memberikan masukan dan perbaikan atas tesis

(9)

7. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, yang telah berjasa

membimbing dan membantu peneliti selama kuliah dan penulisan tesis ini.

8. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda H.M. Jamil Ismail dan Ibunda Hj.

Halimah serta kakak dan abang penulis yang telah memberikan banyak dukungan

moril selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

9. Suami tercinta Agustiar, SE atas waktu, kesabaran, motivasi, dukungan dan doa

yang diberikan kepada penulis selama kuliah, terutama selama masa-masa sulit

penulisan tesis sampai selesainya pendidikan.

10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa angkatan XV di Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan, kerjasamanya,

persahabatan dan persaudaraan yang diberikan kepada penulis selama menempuh

pendidikan hingga selesainya penulisan tesis ini.

Penulis hanya bisa mendoakan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan

balasan pahala kepada Bapak , Ibu dan teman-teman semuanya.

Medan, Agustus 2010

Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

Sapna Biby, dilahirkan di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, pada

tanggal 15 September 1978, anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan

Ayahanda H.M. Jamil Ismail dan Ibunda Hj. Halimah. Menikah dengan Agustiar

pada tahun 2002.

Pendidikan dimulai pada Sekolah Dasar di SDN 9 Banda Aceh, tamat dan

lulus pada tahun 1991. Sekolah Menengah Pertama di MTsN I Banda Aceh, tamat

dan lulus pada tahun 1994. Sekolah Menengah Atas di SMU Negeri 1 Banda Aceh,

tamat dan lulus pada tahun 1997. Melanjutkan kuliah di Universitas Tjut Nyak Dhien,

pada Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen, tamat dan lulus pada tahun 2005. Pada

tahun 2008 melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

Sejak Tahun 2006 sampai sekarang menjadi Pegawai Negeri Sipil sebagai

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... . ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

I.5. Kerangka Berpikir ... 10

I.6. Hipotesis ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Teori Tentang Perilaku Konsumen ... 13

2.1.1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 13

2.1.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 16

2.1.3. Definisi dan Karakteristik Konsumen ... 21

2.2. Loyalitas Pelanggan ... 29

2.2.1. Pengertian Loyalitas Pelanggan ... 29

2.2.2. Golongan Loyalitas Konsumen ... 30

(12)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 47

3.1.Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

3.2.Metode Penelitian ... 47

3.3 Populasi dan Sampel ………. ... 47

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 50

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 50

3.6.1. Identifikasi Variabel ... 50

3.6.2. Definisi Operasional Variabel ... 51

3.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 53

3.7.1. Uji Validitas ... 53

3.7.2. Uji Reliabilitas Variabel ... 55

3.8 Metode Analisis Data ... 57

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 58

3.8.2 Analisis Regresi Berganda ... 58

3.9. Pengujian Asumsi Klasik ... 59

3.9.1. Uji Normalitas ... 59

3.9.2.Uji Multikolonieritas ... 60

3.9.3. Uji Heteroskedastisitas ... 60

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 61

4.1.1 Profil Perusahaan ... 61

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 63

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan dan Uraian Tugas ... 64

4.1.4 Strategi Pemasaran Perusahaan ... 67

4.2. Karakteristik Responden ... 69

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 69

(13)

4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal 71

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan… ... 72

4.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran per Bulan ... 73

4.2.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Anak ... 74

4.3. Pengenalan Produk ... 75

4.3.1. Sumber Informasi ... 75

4.3.2. Lama Mengkonsumsi …… ... 77

4.3.3. Alasan Mengkonsumsi ……….. ... 78

4.3.4. Manfaat Mengkonsumsi ... 79

4.4. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 80

4.4.1. Produk Procal Gold ... 80

4.4.2 Produk Promise Gold ... 83

4.5. Pembahasan ………... 86

4.5.1. Hipotesis Pertama ……… ... 86

4.5.2 Hipotesis Kedua ... 90

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

5.1. Kesimpulan ... 98

5.2. Saran ... 99

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Produsen dan Merek Produk Susu Balita yang Beredar Psaran

di Indonesia Tahun 2008... 5

1.2 Data Konsumen Setia dan Tidak Setia untuk Procal Gold dan Promise Gold ……… ... 7

3.1 Jumlah Sampel Penelitian ... 49

3.2 Definisi Operasional dan Indikator Variabel Hipotesis Pertama dan Kedua ... 54

3.3 Hasil pengujian Validitas Instrumen... 56

3.4 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 57

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 69

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 70

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ... 71

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 72

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran Per Bulan ... 74

4.6 Karakteristik Responden Usia Anak ... 75

(15)

4.8 Lama Mengkonsumsi Produk ... 77

4.9 Alasan Mengkonsumsi Produk ... 78

4.10 Manfaat Mengkonsumsi Produk ... 79

4.11 Hasil Uji Multikolinearitas Produk Procal Gold... 82

4.12 Hasil Uji Multikolinearitas Produk Promise Gold... 85

4.13 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama secara Serempak Produk Procal Gold ……… 88

4.14 Nilai Koefisien Determinasi (R²) Produk Procal Gold... . 88

4.15 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama secara Parsial Produk Procal Gold ……… 89

4.16 Pengaruh Parsial Terhadap Kepuasan Procal Gold... .. 89

4.17 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua secara Serempak Produk Promise Gold ……… 91

4.18 Nilai Koefisien Determinasi (R²) Produk Promise Gold... . 92

4.19 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua secara Parsial Produk Promise Gold ………. ... . 93

4.20 Pengaruh Parsial Terhadap Kepuasan Produk Promise Gold ……… 93

(16)

DAFTAR GAMBAR

nungg

Nomor Judul Halaman

1.1 Kerangka Berpikir... 12

2.1 Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 15

2.2 Taxonomy Loyalitas... 44

4.1 Struktur Organisasi PT. Wyeth Indonesia Cabang Medan ... 65

4.2 Hasil Uji Normalitas Produk Procal Gold... 81

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Produk Procal Gold... 83

4.4 Hasil Uji Normalitas Produk Promise Gold... 84

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

I Kuesioner Untuk Konsumen Procal Gold ... 103

II Kuesioner Untuk Konsumen Promise Gold ... 110

III Data Pendapat Konsumen Procal Gold ... 117

IV Data Pendapat Konsumen Promise Gold ... 118

V Hasil Pengolahan Data untuk Susu Procal Gold ... 119

(18)

ABSTRAK

Pemenuhan kebutuhan pangan yang berkualitas bagi balita sangat perlu diperhatikan, karena usia tersebut adalah masa pertumbuhan dan perkembangan otak. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut tidak cukup hanya bersumber dari Air Susu Ibu (ASI). Susu balita seperti Procal Gold dan Promise Gold yang diproduksi PT. Wyeth Indonesia diperlukan oleh balita. Jumlah konsumen loyal yang membeli susu Procal Gold maupun susu Promise Gold mengalami penurunan selama enam tahun terakhir. Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh nilai merek, hambatan berpindah (switching barrier), karakteristik konsumen, lingkungan pasar, dan kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen membeli susu Procal

Gold maupun susu Promise Gold.

Teori yang digunakan adalah Teori mengenai Perilaku Konsumen dan Teori tentang Loyalitas Konsumen.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kota Medan, tepatnya di Hypermart, Carrefour, dan Supermarket Brastagi. Pengumpulan data dilakukan melalui kuisioner yang disebarkan di ketiga supermarket tersebut. Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang datang berbelanja dan membeli susu balita Procal Gold dan Promise

Gold minimal dua kali. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Analisis Deskriptif, untuk mengetahui sebaran karakteristik responden, dan Analisis Regresi Berganda, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen membeli susu Procal Gold atau susu Promise Gold.

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas ibu rumah tangga untuk membelih susu Promise Gold dan Procal Gold tidak sama.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: (1) nilai merek, hambatan berpindah, karakteristik konsumen, lingkungan pasar, dan kepuasan konsumen berpengaruh simultan terhadap loyalitas konsumen membeli susu Procal Gold, (2) Secara parsial, variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen membeli susu Procal Gold terdiri dari hambatan berpindah, nilai merek, karakteristik konsumen, dan kepuasan konsumen. Dari antara variabel tersebut ternyata nilai merek merupakan variabel yang paling dominan; (3) Untuk produk

Promise Gold, loyalitas konsumen secara simultan dipengaruhi oleh nilai merek,

hambatan berpindah, karakteristik konsumen, lingkungan pasar, dan kepuasan konsumen; (4) Secara parsial, variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen membeli susu Promise Gold terdiri dari penghambat berpindah, nilai merek, dan kepuasan konsumen. Variabel penghambat berpindah merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi konsumen membeli produk Promise

Gold.

(19)

ABSTRACT

Fulfilling the needs of quality food for toddlers is very important, because that age is a time of growth and brain development. Mother's Milk (ASI) only is not enough to meet these needs. Milk toddlers such as Procal Gold and Promise Gold produced PT. Wyeth Indonesia is required by toddlers. The number of loyal consumers who buy Procal Gold milk or Promise Gold milk has decreased over the last six years. The problem of this research is to analyze the effect of brand value, switching barriers, customer characteristics, market environment, and consumer satisfaction on consumer loyalty to buy Procal Gold milk or Promise Gold milk.

Theories were implemented in this research included Consumer Behavior Theory and Loyalty Consumer Theory.

This research was conducted in the area of Medan City, precisely at Hypermart, Carrefour, and Brastagi Supermarket. Data collected through questionnaires distributed at those supermarkets. Respondents in this research were women who came to shop and buy Procal Gold milk or Promise Gold milk at least two times. Analysis Methods applied in this research are Descriptive Analysis using to determine the distribution of respondents’ characteristics, and Multiple Regression analysis was using to determine the factors that influence customer loyalty to buy Procal Gold milk or Promise Gold milk.

The results show that the factors affected the loyalty of customer to buy Procal Gold milk are not same with Promise Gold milk

The research concluded: (1) Brand value, switching barriers, customer characteristics, market environment, and customer satisfaction simultaneously influence customer loyalty to buy Procal Gold milk, (2) In partial, variables that significantly influence consumer loyalty to buy Procal Gold milk consist of switching barrier, brand value, customer characteristics, and customer satisfaction, (3) Brand value is the dominant variable influents the loyalty of consumer to buy Procal Gold. Meanwhile, customers loyalty to buy Promise Gold are simultaneously influenced by brand value, switching barriers,, customer characteristics, market environment, and customer satisfaction, (4) In partial, the variables significantly influence consumer loyalty to buy Promise Gold milk consists of switching barrier, brand value, and customer satisfaction. Switching Barrier is the dominant variable influents the loyalty of consumer to buy Promise Gold

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Masa bayi dan balita merupakan masa paling baik untuk menerima asupan

gizi, semakin baik asupan gizi yang diperoleh, maka semakin baik pula

perkembangan fisik sang anak, khususnya perkembangan otak. Kebutuhan zat gizi

anak diharapkan dapat terpenuhi secara lengkap melalui konsumsi susu, termasuk

zat-zat gizi yang tidak diperoleh dari makanan.

Lima tahun pertama merupakan masa terpenting dalam kehidupan manusia,

inilah yang disebut masa emas. Pada masa ini, perubahan dalam kemampuan terbesar

terjadi pada balita, termasuk pertumbuhan otak yang paling pesat, setelah itu

pertumbuhan otak akan menurun seiring dengan bertambahnya umur. Secara umum

untuk tumbuh kembang anak, termasuk pertumbuhan dan perkembangan otak pada

masa emas diperlukan zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein) dan zat gizi

mikro (vitamin dan mineral).

Untuk memenuhi zat gizi, Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang

pertama dan utama bagi anak usia 0-6 bulan. Komposisi zat gizi ASI sangat ideal

untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Namun, setelah usia 6 bulan seiring dengan

(21)

oleh karena itu anak harus diberikan MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu).

Air susu ibu sebaiknya tetap diberikan kepada anak hingga usia dua tahun.

Susu berperan dalam proses pembentukan tulang. Pada usia batita (bayi tinga

tahun) formasi (pembentukan) tulang lebih besar dari resorbsi (peluruhan) sehingga

dibutuhkan asupan kalsium yang tinggi. Masa batita merupakan masa yang paling

tepat untuk menstimulasi otak anak karena pada saat anak berusia dua tahun, otak

akan terbentuk dan memiliki berat sekitar 1200gr. Selain itu masa batita adalah masa

yang sangat tepat untuk absorbsi (penyerapan) kalsium. Kemampuan absorbsi

kalsium pada anak-anak adalah sebesar 75% sedangkan pada orang dewasa adalah

sebesar 20 hingga 40%. Oleh sebab itu, pemberian konsumsi susu pada masa batita

sangat diperlukan.

Bagi batita pemenuhan kebutuhan pangan yang berkualitas sangat perlu

diperhatikan, karena usia tersebut adalah masa pertumbuhan dan perkembangan otak.

Selain itu penyediaan pangan yang cukup, aman dan bergizi bagi batita merupakan

langkah awal dalam menciptakan sumberdaya berkualitas. Terciptanya sumberdaya

manusia berkualitas/andal merupakan aset yang sangat potensial bagi perkembangan

perekonomian dan pembangunan di masa mendatang.

Pada usia 1-5 tahun, tahap pertumbuhan anak adalah sebagai berikut:

Pertumbuhan otak dan kepala hampir 95% dari ukuran orang dewasa. Pertumbuhan

jaringan limfa yang berkaitan dengan fungsi kekebalan tubuh belum sempurna.

(22)

kandungannya menyerupai dengan kandungan Air Susu Ibu (ASI), tetapi tidak

seluruh zat gizi yang terkandung didalamnya dapat diserap oleh bayi. Susu formula

merupakan asupan yang sangat diperlukan bayi untuk pertumbuhan dan

kecerdasannya. Karena itu, para orang tua akan sangat membutuhkan susu formula

untuk diberikan kepada bayi mereka.

Salah satu makanan yang memiliki kandungan nilai gizi tinggi yaitu susu.

Susu merupakan makanan yang berguna dalam menunjang proses pertumbuhan

balita. Aspek gizi yang cukup banyak membuat susu menjadi istimewa. Susu

merupakan produk yang dapat diandalkan dibandingkan dengan produk-produk lain.

Susu mengandung jenis nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Adapun

kandungan nutrisi-nutrisi tersebut terdiri dari: karbohidrat, lemak, mineral, dan

vitamin. Jenis lemak yang terkandung pada susu diantaranya asam butirat, asam

linoleat terkonjungsi, fosfolipid, kolesterol, AA dan DHA.

Nutrisi penting yang terdapat di dalam susu adalah DHA (Docosa Hexaenoic

Acid). DHA merupakan asam lemak pembentuk pada otak. Komponen yang termasuk dalam long chain polyunsaturated fatty acid (LCUPUFA/LCPs) atau asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang ini menjadi komponen penting dari sel

membran di otak. DHA dapat membantu pertumbuhan otak, sel-sel syaraf dan

penglihatan bayi. DHA tergolong dalam asam lemak esensial yang tidak diproduksi

oleh tubuh. Perolehannya didapat dari sumber makanan. Bayi memperoleh asam

(23)

formula yang telah disuplementasi DHA. Kandungan DHA yang bersumber dari ASI

(Air Susu Ibu) tidak dapat disamai oleh susu formula yang ada di pasaran.

Pada umumnya, para ibu sangat mengetahui pentingnya pemberian ASI bagi

pertumbuhan dan perkembangan batita, karena kandungan nutrisi di dalam ASI jauh

lebih baik dibandingkan produk susu olahan (susu sapi). Namun, dengan semakin

tingginya partisipasi wanita (ibu rumah tangga) di dalam angkatan kerja yaitu sebesar

42,2 persen dan pria sebesar 79,2 persen (untuk daerah perkotaan) mengakibatkan

kesempatan memberikan ASI menjadi terbatas.

Produk susu olahan yang dikonsumsi oleh batita saat ini tidak hanya terbatas

pada susu bubuk biasa saja tetapi juga terdapat differensiasi komposisi produk seperti

halnya susu dengan komposisi DHA dan AA tinggi. Persaingan antar produsen susu

batita di Indonesia semakin ketat, hal ini terlihat dengan semakin bertambahnya

produsen maupun pemasar susu batita.

Persaingan bisnis membuat para produsen susu batita harus memahami benar

keinginan konsumennya, sehingga mampu menerapkan pelayanan yang sesuai

dengan keinginan tersebut dan dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

Banyaknya jenis pilihan merek susu balita yang ada di pasaran saat ini dengan

keunggulan dan karakteristik masing-masing produk yang ditawarkan, membuat

konsumen dapat memilih produk mana yang cocok dan baik untuk dikonsumsi.

Sementara untuk pihak produsen dituntut menciptakan produk berkualitas yang sesuai

(24)

Banyaknya merek susu yang ada di pasaran akan bersaing dalam benak

konsumen untuk menjadi yang terbaik. Perilaku konsumen yang cenderung brand

minded, mendorong perusahaan untuk menciptakan sebuah merek yang berbeda

untuk setiap produk yang dihasilkannya dan berusaha menjadikan merek tersebut

dikenal konsumen. Sehingga berbagai strategi pemasaran yang dilakukan mengarah

kepada pengenalan merek dan pada akhirnya memiliki konsumen yang loyal terhadap

merek tersebut. Beberapa produsen dan merek produk susu balita yang beredar di

pasaran Indonesia Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Produsen dan Merek Produk Susu Balita yang Beredar di Pasaran Indonesia Tahun 2008

No Produsen Merek

1 Abbot Prediasure

2 Frisian Flag Indonesia 123

3 Indomilk Indomilk Bio Kid

4 Mead Jhonson Indonesia Sustagen Junior, Enfagrow 5 Morinaga Chilmil, Chilkid

6 Nestle Indonesia Dancow 1+, Lactogen. Dancow Balita 7 Nutricia Indonesia Sejahtera Bebelac 1, Nutrilon 1

8 Sari Husada SGM 3, Vitalac 1

9 Wyeth Procal Gold dan Promise Gold Sumber: KOPEBI (Koperasi Pegawai Bank Indonesi), 2009

Data di atas menunjukkan besarnya persaingan susu balita di pasar

Indonesia. Kondisi ini menuntut perusahaan produsen susu balita harus senantiasa

melakukan perbaikan pemasaran dalam rangka memenangkan persaingan yang

(25)

Salah satu perusahaan yang memproduksi susu balita adalah PT Wyeth

Indonesia. Perusahaan ini memiliki berbagai cabang di seluruh Indonesia. Salah satu

diantaranya adalah PT. Wyeth Indonesia Cabang Medan. Perusahaan ini

memproduksi susu balita merek Procal Gold untuk usia 1-3 tahun, merek Promise

Gold untuk usia 3-7 tahun. Kedua produk ini memiliki segmen pasar yang berbeda dan memiliki pesaing yang jumlah berbeda.

Berdasarkan frekuensi mengkonsumsi produk, konsumen PT. Wyeth

Indonesia Cabang Medan dapat dikategorikan dua kelompok, yakni kelompok setia,

yakni konsumen yang minimal mengkonsumsi minimal dua kali produk yang sama.

Sementara kelompok kedua adalah konsumen biasa atau konsumen tidak setia, yakni

konsumen yang hanya satu kali melakukan pembelian atas satu produk dan

selanjutnya berhenti mengkonsumsi. Data penjualan menunjukkan bahwa persentase

konsumen setia dari tahun ke tahun untuk produk Procal Gold dan Promise Gold mengalami perubahan seperti ditunjukkan pada Tabel 1.2.

Penurunan konsumen setia dari tahun ke tahun selama enam tahun terakhir

mungkin merupakan dampak dari pertumbuhan susu balita di Indonesia. Persaingan

pasar susu formula sangat ketat. Hal ini dapat dilihat dari iklan televisi untuk

beberapa merek susu formula banyak ditayangkan. Selain itu, produsen juga sangat

(26)

Sasaran konsumen susu formula cukup jelas namun ada beberapa alasan

yang jadi ukuran konsumen dalam memilih susu formula. Oleh karena itu produsen

harus mencermati perilaku konsumen lebih jauh lagi untuk memenangkan pasar.

Tabel 1.2 Data Konsumen Setia dan Tidak Setia untuk Procal Gold dan Promise

Gold

Procal Gold Promise Gold

Konsumen Setia

Konsumen Tidak Setia

Konsumen Setia

Konsumen Tidak Setia No Tahun

(%) (%) (%) (%)

1 2005 82.4 17.6 78.6 21.4

2 2005 77.5 22.5 72.9 27.1

3 2006 74.2 25.8 70.6 29.4

4 2007 72.4 27.6 68.2 31.8

5 2008 70.7 29.3 66.1 33.9

6 2009 68.2 31.8 62.2 37.8

Sumber: PT. Weyth Indonesia Cabang Medan, 2010

Munculnya susu balita yang sudah dikenal konsumen merupakan faktor yang

diduga mempengaruhi kesetiaan konsumen dalam mengkonsumsi produk tertentu.

Keinginan berpindah dari satu merek ke merek yang lain merupakan faktor yang

muncul dari diri konsumen sendiri. Hal ini disebabkan adanya keinginan konsumen

untuk mencoba produk-produk lain atau produk baru. Karakteristik konsumen seperti

pendidikan, pekerjaan, dan status ekonomi memiliki daapt mengakibatkan persepsi

konsumen yang berbeda atas suatu produk. Hal ini memberikan makna bahwa

konsumen yang memiliki pendidikan tinggi boleh jadi mempunyai pandangan

(27)

yang sama untuk konsumen dengan jenis pekerjaan dan status ekonomi yang berbeda.

Konsumen yang berada pada segmen tertentu memiliki pandangan tertentu atas suatu

produk.

Kepuasan konsumen juga merupakan faktor yang banyak mempengaruhi

penilaian konsumen dalam mengkonsumsi produk. Konsumen yang merasa puas atas

suatu produk cenderung mengkonsumsi produk yang sama. Persaingan yang sangat

ketat dengan munculnya berbagai strategi seperti promosi yang gencar juga mrupakan

faktor yang dapat mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap suatu produk.

Potensi dan peluang industri susu terutama produk olahannya berupa susu

formula yang baik ini, mengharuskan PT. Wyeth Indonesia cabang Medan untuk

lebih aktif memahami kondisi pasar sekarang ini. Kondisi pasar dapat dilihat salah

satunya dengan melihat target pasar yaitu konsumen, karena konsumen adalah

sasaran utama dari produk yang ditawarkan. Untuk itu, sangat diperlukan studi

mengenai perilaku konsumen tentang tingkat loyalitas konsumen susu balita.

Mengingat kedua produk yang dihasilkan oleh PT. Wyeth Indonesia, susu

balita Procald Gold dan Promise Gold, merupakan susu untuk segmen yang berbeda

maka diperlukan kajian untuk keduanya sehingga dengan mengetahui tingkat

loyalitas konsumen, perusahaan dapat menetapkan produk yang bertahan atau yang

(28)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Sejauhmana pengaruh nilai merek, hambatan berpindah (switching barrier),

karakteristik konsumen, lingkungan pasar, dan kepuasan konsumen terhadap

loyalitas konsumen membeli susu Procal Gold?

2. Sejauhmana pengaruh nilai merek, hambatan berpindah (switching barrier),

karakteristik konsumen, lingkungan pasar, dan kepuasan konsumen terhadap

loyalitas konsumen membeli susu Promise Gold?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Pengaruh nilai merek, hambatan berpindah (switching barrier), karakteristik

konsumen, lingkungan pasar, dan kepuasan konsumen terhadap loyalitas

konsumen membeli susu Procal Gold.

2. Pengaruh nilai merek, hambatan berpindah (switching barrier), karakteristik

konsumen, lingkungan pasar, dan kepuasan konsumen terhadap loyalitas

(29)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai masukan bagi pihak Manajemen PT. Weyth Indonesia Cabang Medan

dalam mengembangkan strategi pemasaran produknya.

2. Sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

dalam Manajemen Pemasaran bagi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Sebagai menambah pengetahuan dan wawasan peneliti pada khususnya dalam

bidang manajemen pemasaran.

4. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat untuk

meneliti tentang loyalitas konsumen dimasa mendatang

1.5 Kerangka Berpikir

Loyalitas konsumen secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang atas

suatu produk, baik barang maupun jasa tertentu (Kotler, 1995). Loyalitas adalah bukti

konsumen yang selalu menjadi pelanggan, yang memiliki kekuatan dan sikap positif

atas perusahaan itu. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa masing-masing

pelanggan mempunyai dasar loyalitas yang berbeda, hal ini tergantung dari

obyektivitas mereka masing-masing.

Menurut Fredericks dan Salter dalam Egan (2001), ada lima faktor yang

(30)

individu yang dimiliki oleh konsumen, kepuasan konsumen, dan lingkungan pasar.

Konsumen menilai suatu merek relatif terhadap kompetitornya dalam 3 (tiga) hal,

yaitu: citra yang ditampilkan oleh merek, kualitas dan harga. Faktor tersebut sangat

penting karena akan menghitung nilai ekonomi yang dikorbankan oleh konsumen

dalam mengakuisisi merek tertentu dibanding kualitas yang diterima, serta persepsi

mereka terhadap citra merek itu dibanding merek lain.

Karakteristik konsumen adalah karakter konsumen dalam menggunakan

suatu merek. Hambatan berpindah (switching barrier)yaitu hambatan yang muncul ketika konsumen akan berpindah dari satu merek ke merek lainnya. Dalam hal ini

hambatan yang timbul tidak selalu berupa economic value tetapi juga bisa berkaitan dengan fungsi, psikologis, sosial, bahkan ritual. Dan dalam hambatan ekonomis

tidak selalu berkaitan dengan harga tetapi juga biaya lain yang harus dikeluarkan

oleh konsumen ketika berganti merek. Sedangkan kepuasan konsumen adalah

besarnya kepuasan konsumen ketika konsumen mengkonsumsi suatu merek yang

mereka pilih dengan harapan semakin puas pelanggan, semakin tinggi pula mereka

tidak pindah ke merek lain. Faktor kelima yakni lingkungan pasar menyangkut

sejauh mana kompetisi yang terjadi antar merek dalam satu kategori produk

Loyalitas konsumen dilihat berdasarkan adanya keinginan dari konsumen

untuk membeli produk tersebut kembali di masa yang akan datang (repurchase)

dan bersedia merekomendasikannya kepada orang lain (Referral).

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pemikiran dalam penelitian

(31)

Loyalitas Konsumen

Lingkungan Pasar

[image:31.612.134.492.116.309.2]

Kepuasan Konsumen Karakteristik Konsumen Hambatan Berpindah Nilai Merek

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

I.6 Hipotesis

Adapun hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Nilai merek, hambatan berpindah (switching barrier), karakteristik

konsumen, lingkungan pasar dan kepuasan konsumen berpengaruh terhadap

loyalitas konsumen membeli susu Procal Gold.

2. Nilai merek, hambatan berpindah (switching barrier), karakteristik

konsumen, lingkungan pasar dan kepuasan konsumen berpengaruh terhadap

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Tentang Perilaku Konsumen

2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Proses dalam pembelian produk susu untuk batita (1-3 tahun) dapat

diprediksi dengan mengetahui bagaimana perilaku konsumen dalam mengkonsumsi

produk tersebut. Banyak para ahli mendefinisikan tentang perilaku konsumen seperti

yang dikemukakan sebagai berikut.

Menurut Solomon (2000), perilaku konsumen adalah studi yang meliputi

proses ketika individu atau kelompok tertentu membeli, menggunakan atau mengatur

produk, jasa, ide atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat.

Menurut Schiffman dan Kanuk (1997),

Ilmu perilaku konsumen merupakan ilmu tentang bagaimana individu mengambil suatu keputusan dalam menggunakan sumberdaya yang dimilikinya yaitu waktu, tenaga, dan uang untuk mengkonsumsi sesuatu, termasuk mempelajari apa, mengapa, kapan, dan dimana seseorang membeli, serta seberapa sering seseorang membeli dan menggunakan suatu produk dan jasa.

(33)

a. Perilaku konsumen itu dinamis karena pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu, kelompok konsumen dan lingkungan sosial akan selalu berubah. b. Perilaku konsumen dipengaruhi pikiran antar manusia, perasaan, dan

tingkah laku beserta lingkungannya.

c. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh perubahan-perubahan diantara manusia.

13

Engel et.al. (1994), menyatakan bahwa:

Perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen melewati lima tahapan yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi informasi, pembelian dan pasca pembelian. Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu :

a. Faktor perbedaan individu terdiri dari sumberdaya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi. b. Faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi,

keluarga dan situasi.

c. Proses psikologis terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap/perilaku.

Model perilaku pengambilan keputusan pembelian dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Peter dan Olson (1999) menyebutkan bahwa American Marketing

Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara

(34)

melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Ada tiga ide penting dalam definisi

di atas :

1. Perilaku konsumen adalah dinamis, ini berarti bahwa seseorang konsumen, grup

konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu.

Hal ini memiiki implikasi pada studi perilaku konsumen, demikian pula pada

pengembangan strategi pemasaran.

2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan

kejadian di sekitar. Ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan

mengembangkan strategi pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang

mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka

lakukan (perilaku) dan apa serta dimana (kejadian di sekitar) yang mempengaruhi

(35)
[image:35.612.133.514.117.382.2]

Sumber: Engel et.al. (1994)

Gambar 2.1 Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya

3. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran diantara individu. Hal ini membuat

definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang

(36)

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Kotler (2000), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

perilaku konsumen, yaitu:

1) Faktor budaya

Faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling meluas dan mendalam

terhadap perilaku konsumen. Faktor budaya terdiri dari beberapa unsur yaitu:

a. Kultur

Kultur atau budaya adalah determinan yang paling fundamental dari keinginan

dan perilaku seseorang, yang terdiri dari serangkaian tata nilai, persepsi,

preferensi, dan perilaku melalui keluarganya.

b. Subkultur

Subkultur merupakan bagian kecil dari kultur yang memberikan identifikasi dan

sosialisasi anggotanya secara lebih spesifik. Subkultur mencakup kebangsaan,

agama, kelompok ras, dan daerah geografisnya. Subkultur banyak membentuk

segmen pasar yang penting dan pemasar sering merancang produk dan program

pemasaran yang khusus dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka.

(37)

Kelas sosial adalah bagian-bagian yang relatif homogen dan tetap dalam suatu

masyarakat yang tersusun secara hirarkis dan anggotanya memiliki tata nilai,

minat, dan perilaku yang mirip. Kelas sosial menunjukkan preferensi produk dan

merek dalam bidang tertentu seperti pakaian, perabot rumah tangga, kegiatan

pada waktu luang dan kendaraan.

2) Faktor sosial

Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti:

a. Kelompok acuan

Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang mempunyai pengaruh

langsung atau pengaruh tidak langsung terhadap pendirian atau perilaku

seseorang. Kelompok yang dimaksud adalah kelompok dimana orang tersebut

berada atau berinteraksi. Sebagian besar dari kelompok tersebut merupakan

kelompok primer yang cenderung bersifat informal seperti keluarga, teman,

tetangga, dan rekan kerja. Bagian yang lain adalah kelompok sekunder yang

cenderung bersifat formal seperti kelompok keagamaan, profesi, dan kelompok

asosiasi perdagangan.

b. Keluarga

Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam

(38)

pengaruh paling besar. Pengaruh yang dimaksud adalah pengaruh yang lebih

langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari, contohnya pada keluarga

prokreasi yang terdiri dari pasangan dan anak-anak. Para pemasar tertarik dengan

peran dan pengaruh relatif dari seorang suami, istri dan anak-anak dalam

pembelian berbagai produk dan jasa. Peran dan pengaruh mereka akan bervariasi

pada negara dan kelas sosial yang berbeda.

c. Peran dan status

Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya. Posisi

seseorang dalam setiap kelompok dapat didefinisikan dalam istilah peran dan

status. Orang-orang akan cenderung memilih produk yang mengkomunikasikan

peran dan status mereka dalam masyarakat..

3) Faktor pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti

usia pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomis, gaya hidup serta

kepribadian dan konsep pribadi pembeli.

(39)

Orang-orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya.

Konsumsi seseorang dipengaruhi oleh tahap-tahap dalam siklus hidup keluarga

seperti tahap membujang, pasangan muda, keluarga dan anak serta keluarga tanpa

anak.

b Pekerjaan

Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi pola konsumsinya. Seorang pekerja

akan membeli pakaian kerja, sepatu kerja, kotak makanan dan lain sebagainya,

sedangkan seorang presiden sebuah perusahaan akan membeli pakaian mahal,

perjalanan udara, kapal pesiar dan lain sebagainya.

c. Keadaan ekonomi

Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Keadaan

ekonomi tersebut meliputi pendapatan yang dibelanjakan, tabungan dan

kekayaan, hutang, kekuatan yang meminjam dan pendirian terhadap belanja dan

menabung.

d. Gaya hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang di dunia yang diungkapkan

dalam kegiatan minat dan pendapatan seseorang. Gaya hidup melukiskan

keseluruhan orang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Para pemasar akan

(40)

e. Kepribadian dan konsep pribadi.

Menurut Umar (2000) bahwa setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda.

Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari seseorang yang

menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan tetap terhadap lingkungannya.

Kepribadian biasanya dijelaskan dengan ciri-ciri bawaan seperti kepercayaan diri,

dominasi, otonomi, perbedaan kondisi sosial, keadaan pembelaan diri, dan

kemampuan beradaptasi. Kepribadian dapat menjadi variabel yang berguna

dalam menganalisis perilaku konsumen apabila tipe-tipe kepribadian dapat

dikumpulkan dan terdapat korelasi yang kuat antara tipe kepribadian tertentu

dengan pilihan produk atau merek.

4) Faktor Psikologis

Menurut Kotler (2000), pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat

faktor psikologi utama yaitu:

a. Motivasi

Suatu kebutuhan menjadi suatu motif bila telah mencapai tingkat Intensitas yang

cukup. Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup untuk mendorong seseorang

(41)

b. Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur

dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan

gambaran yang berarti. Persepsi tidak hanya bergantung pada stimuli fisik tetapi

juga pada stimuli yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan

individu tersebut.

c. Pengetahuan

Pengetahuan menjelaskan perubahan dalam perilaku suatu individu yang berasal

dari pengalaman. Ahli teori pengetahuan mengatakan bahwa pengetahuan

seseorang dihasilkan melalui proses yang paling mempengaruhi dari dorongan

stimuli, petunjuk, tanggapan dan penguatan.

d. Kepercayaan dan sikap pendirian

Seseorang akan memperoleh kepercayaan dan pendirian melalui bertindak dan

belajar. Hal ini kemudian akan mempengaruhi perilaku pembelian mereka.

Kepercayaan adalah pikiran deskriptif yang dianut seseorang mengenai suatu hal.

Kepercayaan dapat menciptakan citra produk dan orang bertindak atas citra itu.

Pembeli akan menjelaskan evaluasi kognitif yang menguntungkan atau tidak

menguntungkan, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan mapan

seseorang terhadap suatu objek atau ide. Orang-orang cenderung memiliki

(42)

suatu kerangka pemikiran tentang menyukai atau tidak menyukai suatu objek yang

bergerak menuju atau menjauhinya. (Kotler, 1997).

2.1.3 Definisi dan Karakteristik Konsumen

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk

hidup dan tidak untuk diperdagangkan. Definisi konsumen tersebut dinyatakan dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Konsumen

diartikan sebagai konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu

membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi

meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial dan lembaga lainnya (sekolah,

perguruan tinggi dan rumah sakit).

Menurut Engel et. al. (1994), terdapat tiga variabel yang berguna dalam

menggambarkan karakteristik konsumen dalam pangsa pasar target, yaitu

kepribadian, psikografi, dan demografi. Kepribadian didefinisikan sebagai respon

yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Profil psikografi digunakan sebagai

ukuran operasioanal dalam gaya hidup, yaitu pada pengukuran kegiatan, minat dan

opini pembeli. Variabel yang termasuk dalam profil demografi meliputi usia, jenis

(43)

pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Perbedaan kondisi demografi konsumen akan

mempengaruhi konsumsi produk dan jasa, yaitu mengakibatkan perbedaan

kebutuhan, selera dan kesukaan terhadap merek. Pemasar perlu mengetahui dengan

pasti variabel demografi yang dijadikan dasar untuk segmentasi pasar produknya.

Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen,

kepribadian konsumen dan karakteristik demografi konsumen. Konsumen yang

memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak mengenai produk mungkin tidak

termotivasi untuk mencari informasi, karena sudah merasa cukup dengan

pengetahuan yang dia miliki untuk mengambil keputusan. Konsumen yang memiliki

kepribadian senang mencari informasi akan meluangkan waktu untuk mencari

informasi yang lebih banyak. Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi.

Konsumen yang berpendidikan tinggi akan lebih senang mencari informasi yang

banyak mengenai suatu produk sebelum memutuskan untuk membeli.

a. Merek

Merek (brand) didefinisikan oleh Kotler (1995) sebagai suatu nama, istilah, tanda, lambang atau desain atau gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasi

barang atau jasa dari seorang penjual atau sekelompok penjual dan diharapkan akan

membedakan barang atau jasa tersebut dari produk-produk milik pesaing. Merek

(44)

mengidentifikasi barang atau jasa serta menyakinkan konsumen akan memperoleh

kualitas barang yang sama jika melakukan pembelian ulang.

Pemberian nama merek pada produk, tentu membawa konsekuensi kepada

perusahaan untuk memyediakan anggaran biaya yang cukup besar, baik untuk

pengemasan, pelabelan maupun perlindungan hukum, selain adanya resiko bahwa

produk-produk tersebut ternyata tidak dianggap memuaskan oleh konsumen.

Walaupun membutuhkan biaya yang tinggi namun perusahaan lebih suka

memberikan nama merek kepada produk-produknya karena pemberian merek paling

tidak memberikan 5 (lima) keuntungan kepada perusahaan, yaitu (1) merek

memudahkan penjual untuk mengelola pesanan-pesanan dan menekankan

permasalahan, (2) nama merek dan tanda dagang secara hukum akan melindungi

penjual dari pemalsuan ciri-ciri produknya yang mungkin ditiru oleh pesaingnya, (3)

merek memberi penjual peluang kesetian konsumen terhadap produknya, (4) merek

dapat membantu penjual dalam mengelompokan pasar kedalam segmen-segmen dan

(5) dengan adanya merek yang baik dapat membangun citra perusahaan (Kotler,

1995).

Selain itu, pemberian merek juga membantu perusahaan dalam

mempertahankan stabilitas harga dan mengurangi perbandingan harga oleh pembeli.

Selain memberikan keuntungan bagi perusahaan, pencantuman merek pada

produk-produk juga memberikan keuntungan bagi pihak lain, seperti distributor, konsumen

(45)

memberikan kemudahan dalam hal penanganan produk, mengidentifikasi pembekal

(supplier), meminta produsen agar bertahan pada standar tertentu dan juga

meningkatkan pilihan bagi pembeli. Sedangkan bagi konsumen, dengan adanya

pencantuman merek pada produk-produk akan mempermudah mereka untuk

mengenali perbedaan kualitas atau membuat kegiatan belanja menjadi efisien serta

melindungi konsumen karena produsen produk berkualitas adalah jelas, adanya

keseragaman kualitas pada produk bermerek dan adanya kecenderungan produsen

untuk meningkatkan kualitas produk (Kotler, 1995). Sementara bagi masyarakat

secara umum, pemberian merek pada produk-produk memberikan keuntungan dalam

hal kualitas yang lebih baik dan konsisten, tingkat inovasi dalam masyarakat menjadi

lebih tinggi karena setiap perusahaan bersaing dan meningkatkan efisiensi di pihak

pembeli.

Tujuan semua pengelola/pemilik adalah untuk mengukuhkan kesetiaan

konsumen secara berkesinambungan terhadap merek. Loyalitas merek penting karena

loyalitas ini akan menyebabkan pembelian ulang oleh konsumen dan penyampaian

rekomendasi kepada orang lain untuk membeli merek yang dimaksud. Selain itu,

alasan yang paling dipertimbangkan oleh pengelola/pemilik merek adalah karena

dibutuhkan usaha dan waktu lima kali lebih banyak untuk mencari konsumen baru

daripada mempertahankan konsumen yang sudah ada dan adanya kenaikan loyalitas

(46)

Menurut Kotler (1995), merek dapat memiliki enam tingkatan pengertian,

yaitu atribut, mamfaat, nilai, budaya, kepribadian dan pemakai. Merek yang kuat

adalah merek yang memiliki ekuitas merek yang tinggi, semakin tinggi ekuitas merek

semakin tinggi tingkat kesetiaan, kesadaran nama, mutu yang diyakini, hubungan

merek yang kuat dan aktiva lainnya seperti paten, hak dagang dan hubungan

distribusi.

b. Loyalitas Merek

Pengertian loyalitas merek adalah ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap

suatu merek. Loyalitas merek merupakan inti dari ekuitas merek (brand equity) yang

menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu ukuran

keterkaitan seseorang pelanggan pada sebuah merek. Apabila loyalitas merek

meningkat, maka kerentanan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat

dikurangi. Hal ini merupakan suatu indikator dari brand equity yang berkaitan dengan perolehan laba dimasa yang akan datang karena loyalitas merek secara langsung

dapat diartikan sebagai penjualan dimasa depan.

Salah satu alasan bahwa efek substitusi lebih besar pada periode interval

jangka panjang daripada jangka pendek adalah karena individu mengembangkan

kebiasaan pengeluaran yang tidak mudah berubah. Contohnya, ketika dihadapkan

(47)

sama, individu akan membentuk loyalitas pada merek tertentu dan membelinya

secara teratur. Perilaku ini masuk akal karena membuat individu tidak perlu selalu

mengevaluasi produk yang dikonsumsinya. Berarti, biaya yang timbul dari

pembuatan keputusan akan berkurang. Loyalitas pada merek juga akan mengurangi

kecenderungan substitusi merek, sekalipun terdapat perbedaan harga jangka pendek.

Namun, dalam jangka panjang, perbedaan harga dapat menggoda pembeli untuk

mencoba merek lain dan karenanya akan mengubah loyalitasnya.

Loyalitas merek merupakan inti dari ekuitas merek. Suatu produk dapat

mempunyai nama, kualitas yang baik, asosiasi merek yang cukup dikenal, tetapi

belum tentu mempunyai loyalitas merek. Sebaliknya, produk yang mempunyai

loyalitas merek dapat dipastikan memiliki nama, kualitas yang baik dan memiliki

asosiasi merek yang cukup dikenal (Umar, 2000).

Menurut Aaker dalam Durianto (2001), loyalitas merupakan hasil akumulasi

pengalaman penggunaan produk, dan tingkatan loyalitas merek adalah sebagai

berikut:

1. Switcher/price buyer (pembeli yang berpindah-pindah). Adalah tingkatan

loyalitas yang paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari

suatu merek ke merek yang lain mengidentifikasikan bahwa mereka tidak loyal,

semua merek dianggap memadai. Dalam hal ini merek memegang peranan yang

(48)

2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan). Adalah pembeli yang tidak mengalami kepuasan dalam mengkonsumsi suatu merek produk. Tidak ada

alasan kuat baginya untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek,

terutama jika peralihan itu membutuhkan usaha, biaya, atau pengorbanan lain.

Jadi ia membeli suatu merek karena alasan kebiasan.

3. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan). Adalah pembeli

yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. Namun mereka dapat saja

berpindah ke merek lain dengan menanggung switching cost (biaya peralihan), seperti waktu, biaya, atau resiko yang timbul akibat tindakan peralihan merek

tersebut. Untuk menarik peminat pembeli kategori ini, pesaing perlu mengatasi

biaya peralihan yang harus ditanggung pembeli dengan menawarkan berbagai

manfaat sebagai kompensasi.

4. Likes the brand (menyukai merek). Adalah pembeli yang sungguh-sungguh

menyukai merek tersebut. Rasa suka didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan

simbol, rangkaian pengalaman menggunakan merek tersebut sebelumnya, atau

persepsi kualitas yang tinggi.

5. Committed buyer (pembeli yang berkomitmen) atau customer referral. Adalah

pembeli yang setia dan memiliki kebanggaan dalam menggunakan suatu merek.

(49)

Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan konsumen kepada

sebuah merek (Durianto, 2001). Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang

mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek yang lain, terutama jika pada

merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut

lain.

Seorang pelanggan yang sangat loyal kepada suatu merek tidak akan dengan

mudah memindahkan pembeliannya ke merek lain, apapun yang terjadi dengan merek

tersebut. Bila loyalitas konsumen terhadap suatu produk meningkat, kerentanan

kelompok konsumen tersebut dari ancaman dan serangan merek produk pesaing dapat

dikurangi. Dengan demikian, loyalitas merek merupakan salah satu indikator inti dari

ekuitas merek yang jelas terkait dengan peluang penjualan, yang berarti pula jaminan

perolehan laba perusahaan dimasa mendatang. Konsumen yang loyal pada umumnya

akan melanjutkan pembelian merek tersebut walaupun dihadapkan kepada banyak

alternatif merek produk pesaing yang menawarkan karakteristik produk yang lebih

unggul dipandang dari berbagai sudut atributnya. Bila banyak pelangan dari suatu

merek masuk dalam kategori ini berarti merek tersebut memiliki ekuitas merek yang

kuat. Sebaliknya, konsumen yang tidak loyal kepada suatu merek, pada saat mereka

melakukan pembelian akan merek tersebut, pada umumnya tidak didasarkan karena

(50)

produk, harga dan kenyamaan pemakaiannya ataupun berbagai atribut lain yang

ditawarkan oleh merek produk alternatif. Bila sebagian besar konsumen dari suatu

merek termasuk dalam kategori ini berarti kemungkinan ekuitas merek tersebut

lemah.

Kotler (1995) menyatakan bahwa loyalitas merek dapat memberikan nilai

kepada perusahaan atau produsen, diantaranya:

1) Mengurangi biaya pemasaran. Dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan lebih murah mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk mendapatkan pelanggan baru. Jadi, biaya pemasaran akan mengecil jika loyalitas merek meningkat.

2) Meningkatkan perdagangan. Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan meningkatkan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran. 3) Menarik konsumen baru. Perasaan puas dan suka terhadap suatu merek akan

menimbulkan perasaan yakin bagi calon konsumen untuk mengkonsumsi merek tersebut dan biasanya akan merekomendasi/ mempromosikan merek yang dipakainya kepada orang lain, sehingga kemungkinan dapat menarik konsumen baru.

4) Memberi waktu untuk merespon ancaman Persaingan. Bila pesaing mengembangkan produk yang lebih unggul, konsumen yang loyal akan memberikan waktu bagi perusahaan untuk merespon pesaing dengan memperbaharui produknya.

2.2. Loyalitas Konsumen

2.2.1 Pengertian Loyalitas Konsumen

Loyalitas konsumen secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang atas

suatu produk, baik barang maupun jasa tertentu. Loyalitas konsumen merupakan

(51)

maupun jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap

menjadi konsumen dari perusahaan tersebut. Loyalitas adalah bukti konsumen yang

selalu menjadi pelanggan, yang memiliki kekuatan dan sikap positif atas perusahaan

itu. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa masing-masing pelanggan

mempunyai dasar loyalitas yang berbeda, hal ini tergantung dari obyektivitas mereka

masing-masing.

Lovelock (1991) menjelaskan bahwa:

tingkat kesetiaan dari para konsumen terhadap suatu barang atau jasa merek tertentu tergantung pada beberapa faktor: besarnya biaya untuk berpindah ke merek barang atau jasa yang lain, adanya kesamaan mutu, kuantitas atau pelayanan dari jenis barang atau jasa pengganti, adanya risiko perubahan biaya akibat barang atau jasa pengganti dan berubahnya tingkat kepuasan yang didapat dari merek baru dibanding dengan pengalaman terhadap merek sebelumnya yang pernah dipakai.

Loyalitas bukan tentang persentase dari konsumen yang sebelumnya membeli dari

anda, tetapi tentang pembelian ulang. Loyalitas adalah tentang persentase dari orang

yang pernah membeli dalam kerangka waktu tertentu dan melakukan pembelian

(52)

2.2.2 Golongan Loyalitas Konsumen

Menurut Kotler (1997):

Loyalitas konsumen berdasarkan pola pembeliannya dapat dibagi menjadi empat golongan:

1. Golongan fanatik

Adalah konsumen yang selalu membeli satu merek sepanjang waktu, sehingga pola membelinya adalah X, X, X, X, yaitu setia pada merek X tanpa syarat

2. Golongan agak setia

Adalah konsumen yang setia pada dua atau tiga merek. Di mana kesetiaan yang terpecah antara dua pola (X dan Y) dapat dituliskan dengan pola membeli X, X, Y, Y, X, Y.

3. Golongan berpindah kesetiaan

Adalah golongan konsumen yang bergeser dari satu merek ke merek lain, maka bila konsumen pada awalnya setia pada merek X tetapi kemudian pada saat berikutnya berpindah ke merek Y. Pola membelinya dapat dituliskan X, X, X, Y, Y.

4. Golongan selalu berpindah-pindah

Adalah kelompok konsumen yang sama sekali tidak setia pada merek apapun, maka pola membelinya dapat dituliskan X, Y, Z, S, Z

Sementara menurut Oliver (1997) dalam Solomon (200) menyatakan

bahwa mengetahui motivasi konsumen dalam melakukan pembelian merupakan

(53)

lain dari konsumen. Loyalitas terhadap merek mempunyai tiga komponen, yaitu:

komitmen, preferensi dan pembelian yang berulang.

Menurut Oliver (1997) dalam Solomon (2000) ada 4 (empat) tingkatan

loyalitas, yaitu:

1. Cognitively loyalty, dimana konsumen mengetahui semua informasi baik

langsung maupun tidak langsung mengenai segala hal yang menyangkut merek dan keuntungan yang akan didapat.

2. Affective loyalty, dimana konsumen berencana akan mengulangi

membeli suatu produk atau jasa yang sama.

3. Conative loyalty, dimana konsumen memiliki keinginan yang kuat dan

memiliki keterlibatan yang tinggi sebagai motivasi untuk membeli kembali produk atau jasa yang sama.

4. Action loyalty, dimana pada tahap ini loyalitas dapat bertahan dengan tidak

hanya melalui motivasi yang kuat tetapi juga karena adanya keinginan untuk terus melakukan segala hal yang mungkin untuk terus membeli produk dengan merek yang dipercayai.

Konsumen yang loyal dapat pula dikelompokkan kedalam 3 (tiga) kelompok

konsumen yang loyal (Coyles dan Gokey dalam RIT, 2002) yaitu:

1. Emotive loyalist merupakan konsumen yang paling loyal. Mereka merasa bahwa

alternatif yang mereka pilih saat ini adalah merupakan pilihan terbaik dan mereka

jarang menilai kembali apa yang sudah mereka beli. Pada konsumen ini sering

kali menghabiskan banyak uang dibanding konsumen yang selalu menilai setiap

(54)

2. Inertial loyalist adalah konsumen yang tidak terikat dengan satu produk atau

pengalaman hambatan biaya untuk berpindah ke merek lain dan hal ini

mendorong kepada pembelian ulang atas kepuasan yang diperoleh.

3. Deliverative loyalist selalu menjaga tingkat pengeluaran mereka untuk suatu

produk karena mereka mengangap hal tersebut adalah hal yang superior. Mereka

memilih suatu merek melalui proses yang rasional seperti selalu mereview harga

dan penampilan dari beberapa pilihan.

Ada banyak cara untuk menggambarkan tipe perilaku konsumen yang loyal dan

nonloyal, dan salah satunya adalah dengan customer repatronising behavior (Uncles

dalam Egan, 2001) yaitu:

1. Switching behavior, dimana pembelian terlihat sebagai suatu keputusan

apakah konsumen tersebut ingin tetap loyal ataupun ingin berpindah ke

merek lain.

2. Promiscuous behavior, dimana pelanggan dilihat berdasarkan pembuatan

`stream of purchases' tetapi masih dalam kontek pengambilan keputusan

apakah pelanggan tetap loyal pada suatu merek atau berpindah kepada alternatif

merek lainnya

3. Polygamous behavior, pelanggan membuat suatu `stream of purchases' tetapi

loyalitas yang mereka miliki terbagi pada beberapa kategori produk. Mereka

dapat menjadi lebih loyal ataupun tidak loyal terhadap suatu merek dibanding

(55)

Membangun dan menjaga loyalitas pelanggan telah menjadi topik yang

penting dalam teori dan praktek dalam marketing untuk mengembangkan

keuntungan kompetitif yang dapat bertahan. Keuntungan yang diperoleh dari suatu

merek yang memiliki loyalitas pelanggan yang kuat termasuk kemampuan untuk

menjaga harga yang tetap premium, bargaining power yang besar dengan adanya saluran distribusi, mampu mengurangi biaya penjualan, adanya hambatan yang

cukup besar bagi pesaing yang potensial untuk masuk kedalam industri yang sama

dan dapat melakukan perluasan merek (Reichfeld, 1996 dalam Gommans et. al., 2001). Adanya loyalitas pelanggan akan suatu produk/jasa, dapat memberikan

perlindungan bagi perusahaan dari persaingan dan memberikan lebih banyak

kontrol dalam membuat rencana program-program pemasaran yang akan dijalankan

oleh perusahaan tersebut.

Loyalitas merupakan suatu konsep yang penting dalam marketing karena

loyalitas merupakan salah satu faktor untuk dapat menentukan pangsa pasar (market

share) dari suatu perusahaan. Pangsa pasar itu sendiri merupakan suatu aset dari

suatu perusahaan, sejak perusahaan tersebut masuk ke dalam suatu pasar,

perusahaan tersebut akan menghadapi suatu hambatan atau entry barrier, karena

perusahaan tersebut belum memiliki market share (Faria, 2003).

Membangun loyalitas memerlukan banyak usaha yang terus menerus.

(56)

yang dimiliki oleh suatu produk atau jasa kuat, maka akan mampu membangun

loyalitas pelanggan (Wells et al., 2003 dalam Schoenbachler et al., 2004).

Pelanggan (customer) berbeda dengan konsumen (consumer), yaitu seorang dapat dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri

untuk membeli produk/jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Kebiasaan

tersebut dapat dibangun melalui pembelian berulang-ulang dalam jangka waktu

tertentu, apabila dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang,

maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai seorang

pembeli atau konsumen (Musanto, 2004).

Banyak dari konsumen merupakan multi-brand buyers dan hanya sepersepuluh dari konsumen yang merupakan konsumen yang benar-benar loyal.

Hal ini disebabkan karena kebutuhan konsumen ya

Gambar

Tabel 1.1. Produsen dan Merek Produk Susu Balita yang Beredar di Pasaran Indonesia  Tahun 2008
Tabel 1.2 Data Konsumen Setia dan Tidak Setia untuk Procal Gold  dan Promise Gold
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Model  Perilaku  Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilakukan evaluasi Administrasi, Teknis dan Kewajaran Harga serta Evaluasi I sian Dokumen Kualifikasi untuk Pelelangan Belanja Bahan Obat -

Perlindungan Konsumen tentang Standar Nasional Indonesia (SNI) Alat Listrik di Kota Surakarta belum optimal karena Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada kelas eksperimen, dari sembilan indikator aktivitas belajar yang diamati selama dua kali pertemuan diterapkan model

Dengan demikian, berdasarkan penyelesaian kontrol opti- mal terhadap model pengendalian persediaan yang dikaji dalam penelitian ini, pada kondisi yang sesuai,

Implikasi penelitian, diharapkan kepada pedagang sembako agar lebih banyak mengetahui tentang pelaksanaan jual beli yang sesuai dengan ekonomi Islam, karena ekonomi

Unsharp masking adalah sebuah metode yang meningkatkan kualitas ketajaman garis (edge) dan elemen gambar dengan frekuensi tinggi lainnya melalui suatu prosedur yang

Pengadaan Barang/Jasa kategori Pekerjaan Konstruksi metode pengadaan E-Lelang Pemilihan Langsung secara Pascakualifikasi Metode Satu File dengan Evaluasi Sistem Gugur

Kerjasama antara bahan beton dan baja tulangan hanya dapat terwujud dengan didasarkan pada keadaan-keadaan; (1) lekatan sempurna antara batang tulangan baja dengan