• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Nutrisi Yang Dibutuhkan Untuk Memelihara Status Kesehatan Di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Nutrisi Yang Dibutuhkan Untuk Memelihara Status Kesehatan Di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG NUTRISI

YANG DIBUTUHKAN UNTUK MEMELIHARA STATUS

KESEHATAN DI POLIKLINIK HIPERTENSI

RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

Vera Triastuti Hasibuan 071101030

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Nutrisi yang Dibutuhkan Untuk Memelihara Status Kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku dosen penguji I.

4. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, Ns. selaku dosen penguji II dan pembimbing akademik.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

(3)

7. Terima kasih kepada Ayahanda Maswar Hasibuan dan Ibunda Pudji Hartati tercinta yang selalu mendoakan dan menyayangi, memberikan dukungan baik moril maupun materiil, dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk saudara-saudaraku tercinta Iwan Victor Hasibuan dan Yuyun Wirdiyanti Hasibuan yang senantiasa memberikan doa dan dukungan untuk penulis.

8. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Marli, Novri, Istik, dan Febri yang selalu, membantu dan mendukung dalam perkuliahanku.

9. Teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2007, Ruth, Wanda, Wasli, Wahyu, Bety, Arif, dan lain-lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. 10. Terima kasih juga untuk Bang Jefri, Kak Dina, Kak Riza serta seluruh anak

kos gg. Sarmin No.15 yang selalu mendukung dalam doa dan selalu memberikan motivasi yang berharga kepada penulis.

11. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, 17 Juni 2011

(4)

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 5

4.1 Rumah sakit ... 5

4.2 Institusi pendidikan keperawatan ... 5

4.3 Pasien hipertensi... 5

4.4 Penelitian keperawatan yang akan datang... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan ... 7

1.1 Definisi pengetahuan ... 7

1.2 Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif ... 8

1.3 Klasifikasi pengetahuan ... 8

1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 9

2. Hipertensi ... 11

2.1 Definisi dan klasifikasi hipertensi ... 11

2.2 Penyebab hipertensi ... 13

2.3 Faktor risiko hipertensi ... 14

2.4 Gejala klinis hipertensi ... 14

2.5 Patofisiologi hipertensi ... 15

2.6 Kerusakan organ target ... 15

2.7 Penatalaksanaan hipertensi... 16

3. Nutrisi yang Dibutuhkan Untuk Memelihara Status Kesehatan Pasien Hipertensi ... 16

3.6 Rendah kolesterol dan lemak jenuh ... 29

3.7 Cukup vitamin C dan E ... 32

(5)

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual ... 36

2. Definisi Operasional... 37

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 41

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 46

7. Metode Pengumpulan Data ... 47

8. Analisa Data ... 48

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 50

1.1 Karakteristik responden ... 50

1.2 Pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan ... 53

2. Pembahasan ... 66

BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 80

2. Rekomendasi ... 81

2.1Rumah sakit ... 81

2.2Institusi pendidikan keperawatan ... 81

2.3Pasien hipertensi... 82

2.4Penelitian keperawatan yang akan datang... 82

Daftar Pustaka ... 83

Lampiran-lampiran 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Responden tentang Nutrisi ... 86

2. Lembar Surat Survei Awal ... 89

3. Lembar Surat Pengambilan Data ... 90

4. Formulir Persetujuan Menjadi Responden ... 92

5. Kuesioner Penelitian ... 93

6. Lembar Uji Validitas ... 97

7. Tabel Coefisient Validity Index (CVI) ... 98

8. Lembar Uji Reliabilitas ... 102

9. Jadwal Tentatif Penelitian ... 105

10.Data SPSS ... 106

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 ... 12

Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO ... 13

Tabel 3. Contoh menu diet yang yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ... 18

Tabel 4. Nilai gizi yang dibutuhkan pasien hipertensi ... 18

Tabel 5. Diet DASH (The Dietary Approaches to Stop Hypertension) ... 18

Tabel 6. Kadar kalium pada beberapa makanan ... 24

Tabel 7. Daftar tabel makanan yang boleh dan tidak boleh diberikan ... 34

Tabel 8. Tabel definisi operasional instrumen penelitian ... 37

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan ... 51

Tabel 10. Distribusi pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan berdasarkan tingkat pendidikan ... 53

Tabel 11. Distribusi pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan berdasarkan lama berobat ... 54

Tabel 12. Distribusi pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan berdasarkan rutin kontrol ... 54

Tabel 13. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan ... 55

Tabel 14. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang rendah natrium ... 55

Tabel 15. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang rendah natrium ... 57

Tabel 16. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang tinggi kalium ... 57

Tabel 17. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang tinggi kalium ... 58

Tabel 18. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang cukup kalsium ... 58

Tabel 19. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang cukup kalsium ... 59

Tabel 20. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang cukup magnesium... 59

Tabel 21. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang cukup magnesium ... 60

Tabel 22. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang tinggi serat ... 60

(7)

Tabel 24. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang rendah kolesterol dan lemak jenuh ... 62 Tabel 25. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien

hipertensi tentang rendah kolesterol dan lemak jenuh ... 63 Tabel 26. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang

cukup vitamin C dan E ... 64 Tabel 27. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien

hipertensi tentang cukup vitamin C dan E ... 64 Tabel 28. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden tentang

rendah kafein dan alkohol ... 65 Tabel 29. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan pasien

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

Judul : Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Nutrisi yang Dibutuhkan Untuk Memelihara Status Kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Vera Triastuti Hasibuan

NIM : 071101030

Jurusan : S-1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2011

Abstrak

Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah secara abnormal dan berlangsung selama beberapa waktu yang dapat diketahui melalui beberapa kali pengukuran tekanan darah. Sekitar 90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya yang disebut the silent killer karena sering dijumpai tanpa gejala, yang apabila tidak diobati dan ditanggulangi akan menimbulkan komplikasi. Meningkatnya taraf hidup masyarakat dan tuntutan hidup secara cepat berpengaruh terhadap pola makan yang umumnya rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula dan mengandung banyak garam yang akan memicu penyakit hipertensi. Hipertensi tidak bisa disembuhkan, namun penderita hipertensi dapat memiliki kualitas hidup yang normal dengan melakukan perubahan gaya hidup seperti mempertahankan berat badan agar selalu ideal, menurunkan kadar kolesterol dengan mengatur pola makan, banyak mengkonsumsi serat, dan tidak meminum alkohol. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, sampel yang diteliti sebanyak 73 responden dan diambil dengan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan berpedoman pada kuesioner dan data diolah dengan sistem komputerisasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Dari penelitian diperoleh hasil dari 73 responden pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan/kontrol menunjukkan 60 responden (82,2%) memiliki pengetahuan baik, 13 responden (17,8%) memiliki pengetahuan cukup, dan tidak ada responden dengan pengetahuan kurang. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan telah memiliki pengetahuan yang baik. Diharapkan dengan pengetahuan yang baik dapat memberikan motivasi pada pasien hipertensi untuk hidup sehat demi mencapai kesehatan yang optimal.

(10)

Title : Hypertension Patients’ Knowledge of Nutrition to Maintain Health Status at Hypertension Polyclinic of Adam Malik Hospital, Medan.

Name : Vera Triastuti Hasibuan Student Number : 071101030

Faculty : Nursing

Year : 2011

Abstract

Hypertension is one of the degenerative diseases which can cause health problem. A person who suffers from hypertension will experience abnormal blood pressure, and it can last for some time and can be detected by measuring the blood pressure. About 90% of the cause of hypertension cannot be detected; therefore, it is usually called the silent killer because it is usually found out without any symptom. If this disease is not treated and handled well, it can cause complication. The increase of standard of living and necessity of life will eventually influence the eating pattern which usually contains low fiber foods, high fat, high blood sugar, and plenty of salt which triggers hypertension. This disease cannot be cured, but the person who suffers from it can have normal quality of life by changing his lifestyle such as getting ideal weight, decreasing cholesterol content by arranging eating pattern, consuming enough fiber foods, and being abstain from drinking alcoholic beverages. This research was aimed to obtain the description of the hypertension patients’ knowledge in nutrition in order to keep health status at the Hypertension Polyclinic of H. Adam Malik Hospital, Medan. The design of this research was descriptive. 73 respondents were used as the samples and were taken by using purposive sampling method. Questionnaires were used as the instrument. The data were collected by using interviews which were based on the questionnaires and analyzed by using computerization system in the form of table of frequency of distribution and percentage. The result of the research, concerning 73 hypertension patients who conducted outpatient/health control, showed that 60 respondents (82.2%) had good knowledge, 13 respondents (17.8%) had moderate knowledge, and none of them had bad knowledge. From the result of the research, it could be concluded that the hypertension patients’ knowledge in nutrition, in order to keep health status at the Hypertension Polyclinic of H. Adam Malik Hospital, had good knowledge. It was expected that good knowledge would give motivation to the hypertension patients to live healthily so that they will achieve optimal health.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bangsa Indonesia sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan ke arah masyarakat industri memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi yang pada gilirannya dapat memacu meningkatnya penyakit tidak menular (Bustan, 2007). Adapun perubahan dalam pola kehidupan tersebut menyebabkan terjadinya transisi epidemiologi penyakit yang ditunjukkan dengan adanya kecenderungan perubahan pola kesakitan dan pola penyakit utama penyebab kematian, dimana terdapat penurunan prevalensi penyakit infeksi, sedangkan prevalensi penyakit non infeksi atau degeneratif seperti hipertensi, stroke, kanker dan sebagainya, justru semakin meningkat (Bustan, 2007).

Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah secara abnormal dan berlangsung selama beberapa waktu yang dapat diketahui melalui beberapa kali pengukuran tekanan darah. Sampai saat ini, sekitar 90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya dan disebut dengan the silent

killer karena sering dijumpai tanpa gejala, yang apabila tidak diobati dan

(12)

angka kesadaran hipertensi di Amerika yang mencapai 69%. Dari angka tersebut, hipertensi yang terkendali dengan baik masih di bawah 10% dari seluruh penderitanya di Indonesia (Bustan, 2007).

Menurut laporan pertemuan WHO di Jenewa pada tahun 2002, didapatkan angka prevalensi penyakit hipertensi adalah 15-37% dari populasi dewasa di dunia dan 50% dari populasi yang berusia lebih dari 60 tahun dengan angka

Proporsional Mortality Rate akibat hipertensi adalah 13% atau sekitar 7,1 juta

kematian (Yahya, 2005). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 diperoleh bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 13,4-14,6% sedangkan, pada tahun 2008 meningkat menjadi 16-18% (Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan, 2010).

Prevalensi hipertensi di Sumatera Utara menurut Riskesdas tahun 2007 adalah 5,8% dari seluruh penduduk dan menduduki urutan keempat dari sepuluh penyakit tidak menular di Provinsi Sumatera Utara (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2008). Sedangkan berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di RSUP H. Adam Malik Medan didapatkan data prevalensi hipertensi, baik hipertensi esensial maupun hypertensive heart disease without (congestive)

heart failure, meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun yaitu pada tahun

2009 sebanyak 941 orang menjadi 1720 orang pada tahun 2010.

(13)

yang perlu diperhatikan adalah menjaga makanan yang dikonsumsi karena konsumsi terhadap makanan sehat di Indonesia dinilai masih sangat rendah yaitu hanya sekitar 10 persen.

Meningkatnya taraf hidup masyarakat dan tuntutan hidup secara cepat berpengaruh terhadap pola makan. Saat ini masyarakat lebih memilih makanan siap saji yang umumnya rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula dan mengandung banyak garam yang akan memicu penyakit seperti hipertensi. Hal tersebut menyebabkan hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat (public health

problem) dan akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi

sejak dini (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2008).

(14)

Hipertensi tidak bisa disembuhkan. Namun penderita hipertensi dapat memiliki kualitas hidup yang normal dengan melakukan perubahan gaya hidup dan rutin menggunakan obat-obatan. Hipertensi yang terkontrol dapat mencegah terjadinya komplikasi dan mencegah kerusakan organ. Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mempertahankan berat badan agar selalu ideal, menurunkan kadar kolesterol dengan mengatur pola makan, tidak meminum alkohol (Ridwan, 2002). Pengaturan makanan yang tepat dapat menurunkan tekanan darah dengan lebih cepat dan terdapat kemungkinan tidak bergantung pada penggunaan obat-obatan. Oleh karena itu, pasien hipertensi harus dapat mengatur zat gizi/nutrisi yang dibutuhkannya serta dapat menjalankan cara hidup sehat dan ikut berpartisipasi dalam perencanaan pola nutrisi pribadi (Moore, 1997).

Berdasarkan rincian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan.

2. Pertanyaan Penelitian

(15)

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Manfaat Penelitian 4.1. Rumah sakit

Sebagai bahan informasi bagi pihak rumah sakit dalam meningkatkan program pelayanan keperawatan dalam hal edukasi untuk promosi kesehatan tentang pemenuhan nutrisi pada hipertensi sehingga dapat meningkatkan serta memelihara status kesehatan.

4.2. Institusi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan serta sumber informasi pendidikan keperawatan tentang pentingnya pemenuhan nutrisi pada pasien hipertensi dan dapat disampaikan ke masyarakat, khususnya pasien hipertensi dan keluarga.

4.3. Pasien hipertensi

(16)

4.4. Penelitian keperawatan yang akan datang

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

1.1. Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah manusia melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan dapat digunakan untuk mendapatkan fakta atau informasi baru dan dapat diingat kembali (Potter & Perry, 2005). Pengetahuan merupakan kemampuan untuk menghafal, mengingat, mendefenisi, mengenali atau mengidentifikasi informasi tertentu, seperti fakta, peraturan, prinsip, kondisi, dan syarat yang disajikan dalam pengajaran. Pengetahuan termasuk dalam domain kognitif yang berorientasi kepada kemampuan berpikir, mencakup kemampuan intelektual yang paling sederhana, yaitu mengingat, sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah (problem solving) yang menuntut untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut (Nurhidayah, 2009).

(18)

proses berfikir lainnya seperti pemberian dasar logis atau penyelesaian masalah (Basford, 2006).

1.2. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, antara lain tahu, memahami, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tahu adalah kemampuan untuk menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi yang nyata. Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan objek kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih didalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Sedangkan, evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek dengan menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri (Sunaryo, 2004).

1.3. Klasifikasi pengetahuan

(19)

tentang merupakan pengetahuan yang mengidentifikasi semua hal yang diketahui seperti mengetahui keberadaan dan sesuatu tentang hal tertentu. Pengetahuan bagaimana merupakan pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, maksudnya individu memiliki cara untuk mengetahui sesuatu. Pengetahuan bahwa merupakan pengetahuan dalam memahami sesuatu, tentang apa arti sesuatu, sifat dan cara kerjanya, dan bagaimana hubungannya dengan hal-hal lain.

Pengetahuan bahwa dapat dibagi menjadi pengetahuan apriori dan empiris. Pengetahuan apriori adalah pengetahuan yang diambil dari dasar aksiomatiknya sendiri yang dihasilkan dari proses pemikiran dan dedukasi tanpa adanya stimulus eksternal atau bukti yang berperan pada kesimpulan. Sedangkan, pengetahuan empiris adalah pengetahuan yang diambil dari persepsi, misal, observasi tentang fenomena di lingkungan sehingga didapatkan pengetahuan dengan proses induksi tanpa mengubah kondisi yang ada (Basford, 2006).

1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Roger (1974, dalam Notoadmodjo, 2003), sebagian besar pengetahuan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan seperti pendidikan, motivasi, persepsi dan pengalaman, yang bersifat given atau bawaan. Sedangkan, faktor eksternal yakni lingkungan, ekonomi, kebudayaan, dan informasi.

(20)

Dalam arti luas, pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan dan segala bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara fomal maupun informal.

Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan manusia selain pendidikan adalah motivasi. Motivasi merupakan sumber kekuatan yang mendorong menuju kearah tujuan tertentu secara disadari maupun tidak disadari yang bias timbul dari dalam diri individu atau dari lingkungan.

Faktor internal berikutnya adalah persepsi. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia yang dilakukan secara terus menerus agar dapat berhubungan dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan melalui indera, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman.

Faktor internal yang terakhir adalah pengalaman. Pengalaman yang diperoleh individu ikut mempengaruhi pengetahuan individu tersebut dan pengalaman yang didapatkan banyak berasal dari lingkungan sekitar.

(21)

Faktor eksternal lainnya adalah kebudayaan. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan kegiatan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar. Dalam arti sempit, kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau peradaban manusia (Soemanto, 2006).

2. Hipertensi

2.1. Definisi dan klasifikasi hipertensi

(22)

Hipertensi sering disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena individu yang mengalami hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah memperkirakan separuh individu yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Ketika penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner & Suddarth, 2001).

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC

7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1 dibawah (Brookes, 2003; Gray, et al. 2005 dan Bakri, 2008).

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7 Klasifikasi Tekanan

Darah

Tekanan Darah Sistolik (mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Normal <120 < 80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 >160 >100

Sedangkan, klasifikasi tekanan darah (mmHg) menurut

WHO/International Society of Hypertension guidelines subcommittees

(23)

Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah (mmHg) menurut WHO (Kuswardhani, 2006).

Kategori Sistolik Diastolik

Optimal < 120 < 80

Normal <130 < 85

Normal-tinggi 130-139 85-89

Hipertensi derajat 1 (ringan) 140-159 90-99 Subkelompok : borderline 140-149 90-94 Hipertensi derajat 2 (sedang) 160-179 100-109 Hipertensi derajat 3 (berat) ≥ 180 ≥ 110 Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90 Subkelompok : borderline 140-149 < 90

2.2. Penyebab hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Hipertensi esensial atau hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Sering disebut juga hipertensi idiopatik dan terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30 – 50 tahun (Schrier, 2000; Brunner & Suddarth, 2001 dan Rusdi, 2009).

(24)

kehamilan, dan lain sebagainya (Schrier, 2000; Brunner & Suddarth, 2001 dan Rusdi, 2009).

2.3. Faktor risiko hipertensi

Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas. Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur. Sedangkan, faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti merokok, obesitas, obat-obatan, stres, aktivitas fisik, dan asupan (Gray et al., 2005 dan Rusdi, 2009).

2.4. Gejala klinis hipertensi

(25)

2.5. Patofisiologi hipertensi

Kaplan menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yaitu curah jantung dan tahanan perifer. Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh terhadap kenormalan tekanan darah. Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol kecil dan jika terjadi peningkatan konsentrasi yang lama akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol dan menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang irreversible (Gray, et al. 2005).

Selain pengaruh curah jantung dan tahanan perifer, faktor lain yang berperan dalam pengendalian tekanan darah antara lain sistem renin angiotensin, sistem saraf otonom, disfungsi endothelium, substansi vasoaktif, hiperkoagulasi, serta disfungsi diastolic (Gray et al., 2005).

2.6. Kerusakan Organ Target

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah penyakit ginjal kronis, penyakit jantung (hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokardium, gagal jantung), otak (stroke, Transient Ischemic Attack/TIA), penyakit arteri perifer, dan retinopati (Yogiantoro, 2006).

(26)

synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam

dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekskresi

transforming growth factor-β (TGF-β) (Yogiantoro, 2006). 2.7. Penatalaksanaan hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara farmakologis dan non farmakologis (diet). Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup (Yogiantoro, 2006).

Tujuan dari penatalaksanaan diet, antara lain membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan darah menuju normal, mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral, menurunkan faktor risiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak, kolesterol dalam darah, mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM (Yogiantoro, 2006).

3. Nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan pasien hipertensi

(27)

satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Sedangkan, nutrisi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier, 2009).

Pada hipertensi derajat I (sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-99 mmHg), perubahan diet dapat dijalankan sebagai perawatan pertama sebelum memulai terapi obat. Banyak pasien hipertensi yang sedang menjalankan terapi obat, perubahan diet, khususnya mengurangi konsumsi garam, dapat cepat menurunkan tekanan darah tinggi dan pengobatan dapat dikurangi (American Heart Association, 2006).

Faktor gizi/nutrisi sama pentingnya seperti terapi farmakologik dalam pengelolaan hipertensi. Sampai tiga dekade terakhir, pasien dengan hipertensi biasanya meninggal lebih cepat dan tiba-tiba. Tetapi dengan manajemen farmakologi modern, gizi, dan gaya hidup, pasien dengan hipertensi dapat menjalani hidup normal (Way III, 1999).

(28)

Tabel 3. Contoh menu diet yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bahan Berat (g) Ukuran/Takaran

Beras 350 5 gelas nasi

Tabel 4. Nilai gizi yang dibutuhkan pasien hipertensi

Kalori 2230

Tabel 5. Diet DASH (The Dietary Approaches to Stop Hypertension) (Kaplan, 2001)

Contoh Keterangan dari setiap sereal kering ½ cangkir nasi, pasta, atau sereal masak

Roti gandum, muffin, roti pita, roti, sereal,

(29)

sayuran yang hijau, ubi jalar

serat

(30)

Hasil diet DASH sangat mengesankan dan mendukung efek antihipertensi dari diet rendah lemak jenuh, tinggi serat dan mineral dari buah-buahan dan sayuran segar. Selain itu, pada 1.710 laki-laki setengah baya dievaluasi selama 7 tahun, didapatkan penurunan tekanan darah sistolik secara bermakna dengan diet yang tinggi buah-buahan, sayuran dan rendah daging merah (Kaplan, 2006).

(31)

3.1. Rendah natrium

Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler dengan konsentrasi serum normal adalah 136 sampai 145 mEg / L. Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan ekstraseluler dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfusi saraf dan kontraksi otot (Kaplan, 2006 dan Almatsier, 2001).

Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang yang secara genetik sensitif terhadap natrium, misalnya orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau diabetes sehingga, pembatasan asupan garam akan bermanfaat terhadap penurunan tekanan darah. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram per hari. Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6 gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih cepat seiring dengan meningkatnya umur, serta kejadian hipertensi lebih sering ditemukan (Kaplan, 2006).

(32)

menurunkan prevalensi asma, menurunkan prevalensi katarak, melindungi terhadap terjadinya hipertensi (Kaplan, 2001).

Diet yang dapat mengurangi asupan garam, antara lain diet rendah garam I (hanya boleh mengonsumsi kurang dari 0,5 gr natrium atau kurang dari 1,25 gr garam dapur per hari dan diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites, dan/atau hipertensi berat), diet rendah garam II (boleh mengonsumsi 0,5-1,5 gr natrium per hari, senilai dengan 1,25-3,75 gr garam dapur dan diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites, dan/atau hipertensi tidak terlalu berat), sedangkan diet rendah garam III (boleh mengonsumsi 1,5-3 gr natrium per hari, senilai dengan 3,75-7,5 gr garam dapur dan diberikan kepada penderita dengan oedema dan/atau hipertensi ringan) (Sheps, 2002 dan Gunawan, 2007).

Pengurangan asupan natrium harian sekitar 100 mmol (2,4 g natrium atau 6,0 g garam/NaCl) dapat dicapai dengan menghindari makanan olahan yang sangat asin dan dengan tidak menambahkan garam pada saat memasak atau saat makan. Bahan pengganti garam mungkin bermanfaat, terutama karena sebagian besar menyediakan kalium tambahan (walaupun ini harus dihindari jika mengalami insufisiensi ginjal atau mendapatkan angiotensin converting enzim (ACE) inhibitor). Pasien harus diperingatkan dari 'perasaan shock' ketika secara tiba-tiba mengurangi asupan natrium. Walaupun demikian, keinginan untuk mengkonsumsi natrium akan terus berkurang dari waktu ke waktu (Kaplan, 2001).

(33)

dikenal dengan nama bumbu penyedap masakan), pengawet makanan atau

natrium benzoate (biasanya terdapat di dalam saos, kecap, selai, jelli), makanan

yang dibuat dari mentega (Sheps, 2002).

Secara umum, penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalani konsumsi makanan rendah garam harus memperhatikan hal-hal berikut, antara lain sedikit atau tidak menggunakan garam dapur baik untuk penyedap masakan atau dimakan langsung, menghindari bahan makanan awetan yang diolah menggunakan garam dapur (mis. kecap, margarin, mentega, keju, terasi, biskuit asin, sardencis, sosis, cornet beef, dan peanut butter), menghindari dan membatasi bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan tambahan atau penyedap rasa (mis. saos dan tauco), menghindari penggunaan baking soda, membatasi minuman yang bersoda atau minuman ringan (softdrink) (Sheps, 2002).

3.2. Tinggi kalium

Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang tinggi akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah (Appel, 1999).

(34)

Menurut Moore (1997), asupan kalium tinggi (4,5 – 7 g atau 120 – 175 mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Ini juga membantu mengganti kehilangan kalium akibat pemakaian diuretik. Buah-buahan dan sayuran segar biasanya tinggi kalium, dan rendah natrium.

Tabel 6. Kadar kalium pada beberapa makanan yang umum digunakan (Sunita, 2001)

Bahan Makanan Ukuran Kadar kalium

Apel Mentah, 1 buah sedang 159 mg

Bayam Dimasak, ½ gelas 291 mg

Susu skim (susu rendah lemak) 1 gelas 406 mg

Jeruk 1 buah sedang 250 mg

Tomat Mentah, 1 buah sedang 366 mg

Pisang 1 buah sedang 451 mg

Kentang Dipanggang, 1 buah

sedang

503 mg

Di dalam tubuh, kalium berfungsi untuk memelihara keseimbangan garam (natrium) dan cairan serta membantu mengontrol tekanan darah. Kadar kalium yang rendah akan menyebabkan terjadinya retensi natrium dalam tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan tekanan darah mengalami peningkatan. Dengan menerapkan diet tinggi kalium dapat menurunkan dosis obat hipertensi yang dibutuhkan. Kebutuhan kalium minimal orang dewasa untuk mencapai kesehatan yang optimum sekitar 2000 mg (2 g) per hari, dengan kemampuan tubuh untuk menyerap asupan kalium sekitar 90% (Wirakusumah, 2001).

(35)

porsi per hari buah-buahan dan sayuran kaya kalium berkaitan dengan risiko 22% lebih rendah untuk stroke selama 20 tahun (Kaplan, 2006).

Meskipun suplemen kalium dapat menurunkan TD, suplemen tersebut terlalu mahal harganya dan berpotensi berbahaya untuk digunakan secara rutin dalam pengobatan hipertensi pada pasien normokalemik karena dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal. Tindakan terbaik adalah untuk meningkatkan asupan kalium dengan meningkatkan konsumsi buah-buahan segar, sayuran dan makanan rendah lemak (Kaplan, 2006).

3.3. Cukup kalsium

Terdapat hubungan terbalik antara asupan kalsium dengan tekanan darah sehingga meningkatkan konsumsi kalsium sehari-hari dapat membantu mencegah dan mengobati hipertensi dan osteoporosis (Kaplan, 2006). Sejumlah penelitian di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa kalsium memiliki peranan penting dalam hipertensi. Pasien hipertensi menunjukkan kekurangan yang signifikan dalam diet kalsium, kalium, vitamin A dan vitamin C. Kalsium yang rendah menjadi faktor risiko yang paling konsisten untuk diet hipertensi. Beberapa laporan menunjukkan bahwa suplemen kalsium oral (1 sampai 2 gram per hari) dapat menurunkan tekanan darah pada beberapa pasien, terutama pada dewasa muda, khususnya wanita (Braverman, 1996).

(36)

ginjal mengeluarkan natrium dan air sehingga tekanan darah menurun (Braverman, 1996 dan Wirakusumah, 2001).

Meskipun suplemen kalsium dapat menurunkan tekanan darah, suplemen tersebut mahal harganya dan berpotensi meningkatkan hiperkalsiuria lebih lanjut yang telah dialami sebelumnya oleh pasien hipertensi dan dapat menyebabkan batu ginjal dan infeksi saluran kemih. Pengobatan terbaik adalah untuk memastikan asupan makanan yang cukup kalsium tetapi tidak memberikan suplemen kalsium baik untuk mencegah dan mengobati hipertensi (Kaplan, 2006). Penelitian di University Of Texas Health Science Center menunjukkan bahwa asupan 800 mg kalsium per hari dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 20% populasi secara dramatis, yaitu sekitar 20-30 poin (Wirakusumah, 2001). Asupan makanan yang cukup kalsium seperti dua sampai tiga gelas susu atau yogurt sehari atau 113,2 gr keju, belut, ikan mujair, bayam merah (Moore, 1997 dan Wirakusumah, 2001).

3.4. Cukup magnesium

Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus dan berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of

High Blood Presure (JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik

antara magnesium dan tekanan darah (Appel, 1999).

(37)

penggunaan diuretik. Pasien hipertensi yang menggunakan diuretik memiliki perbedaan tingkat magnesium yang signifikan, dari 1,79 mg pada 100 ml dibandingkan dengan pasien tekanan darah normal dengan 1,92 mg pada 100 ml. Kekurangan magnesium dapat berhubungan dengan tekanan darah tinggi dengan meningkatkan perubahan mikrosirkulatori atau arteriosklerosis mikrosirkulatori (Braverman, 1996).

Tingkat magnesium dalam serum dan intraselular adalah normal pada kebanyakan pasien hipertensi yang tidak diobati. Namun, konsentrasi magnesium dalam otot yang rendah telah ditemukan pada setengah dari pasien dengan terapi diuretik dosis tinggi kronis (Kaplan, 2006).

(38)

3.5. Tinggi serat

Terdapat dua macam istilah serat, yaitu serat kasar (crude fiber) dan serat makanan (dietary fiber). Serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan selain buah dan sayuran, seperti beras, kentang, singkong, dan kacang ijo. Serat makanan terdiri dari dua bagian, yaitu serat larut dan serat tidak larut dalam air. Yang termasuk serat larut antara lain gums, gels, mucilages, pectic substances, hemiselulosa. Sedangkan, serat tidak larut meliputi komponen serat non-karbohidrat, lignin, selulosa, dan sebagian hemiselulosa, terutama yang berikatan.

Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi. Serat ini akan mengikat kolesterol maupun asam empedu dan selanjutnya membuangnya bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar cukup tinggi. Meningkatkan asupan serat sebagaimana yang telah diatur dalam diet DASH dapat menurunkan tekanan darah (Kaplan, 2001).

(39)

dalam 12-14 tahun tindak lanjut dari 75.000 perempuan dalam Nurses Health

Study, risiko stroke berkurang secara signifikan dengan asupan tinggi buah dan

sayuran, dan makanan biji-bijian. Selain itu, analisis dikumpulkan dari 10 penelitian kohort prospektif menemukan penurunan risiko penyakit jantung koroner dengan peningkatan konsumsi serat makanan (Kaplan, 2006).

Berdasarkan pengetahuan tersebut, penderita tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari mengonsumsi makanan tinggi serat. Berikut ini contoh bahan makanan yang mengandung serat kasar cukup tinggi yang berasal dari golongan buah-buahan, antara lain jambu biji, belimbing, jambu bol, kedondong, anggur, nangka masak, markisa, papaya, jeruk, mangga, apel, semangka, dan pisang. Berasal dari golongan sayuran, antara lain daun bawang, kecipir muda, jamur segar, bawang putih, daun dan kulit melinjo, buah kelor, daun kacang panjang, kacang panjang, daun kemangi, daun katuk, daun singkong, daun ubi jalar, daun seledri, lobak, tomat, kangkung, tauge, buncis, kol, wortel, bayam, dan sawi. Sedangkan, yang berasal dari golongan protein nabati, antara lain kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah, dan biji-bijian (havermout, beras merah, jagung). Selain itu, makanan lainnya yang tinggi serat seperti agar-agar dan rumput laut (Wirakusumah, 2001).

3.6. Rendah kolesterol dan lemak jenuh

(40)

dalam tubuh. Kolesterol hanya akan berbahaya jika jumlah yang dikonsumsi lebih banyak daripada yang dibutuhkan oleh tubuh.

Kolesterol merupakan bagian dari lemak. Di dalam tubuh terdapat tiga jenis lemak, yaitu kolesterol, trigliserida, dan pospolipid. Tubuh memperoleh kolesterol dari makanan sehari-hari dan dari hasil sintesis dalam hati (hepar). Sekitar 25-50% kolesterol yang berasal dari makanan dapat diabsorbsi oleh tubuh, selebihnya akan dibuang melalui feses (kotoran). Jika konsumsi kolesterol terlalu banyak maka penyerapan di dalam tubuh akan meningkat. Beberapa makanan yang tinggi kandungan kolesterolnya yaitu daging, jeroan, keju keras, susu, yogurt, kuning telur, ginjal, kepiting, kerang, udang, cumi-cumi, cokelat, mentega, lemak babi, margarin, hati dan cavier (telur dari jenis ikan tertentu).

Di dalam makanan, lemak terdiri dari dua macam, yakni lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Lemak jenuh adalah lemak yang sebagian besar asam lemaknya terdiri dari asam lemak jenuh. Adapun lemak tidak jenuh adalah lemak yang sebagian besar asam lemaknya terdiri dari asam lemak tidak jenuh (tidak jenuh ganda dan tidak jenuh tunggal).

(41)

membantu untuk mencegah aterosklerosis. Bahan makanan yang mengandung lemak tak jenuh kebanyakan berasal dari tumbuh-tumbuhan (minyak jagung, minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji bunga matahari, minyak bunga mawar) dan sebagian kecil hewani (ikan dan minyak ikan) (Braverman, 1996 dan Wirakusumah, 2001).

Terdapat hubungan terbalik antara konsumsi ikan dengan kematian pada usia dua puluh tahun akibat penyakit jantung koroner. Individu yang mengkonsumsi 30 gram atau lebih ikan per hari mempunyai rata-rata angka kematian akibat penyakit jantung 50 persen lebih rendah daripada mereka yang tidak mengkonsumsinya.

Selain mengkonsumsi ikan, minyak ikan (asam lemak omega-3) atau EPA (asam eicosapentaenoic), seperti mackerel, telah terbukti mengurangi risiko penyakit jantung koroner dengan cara mengurangi tingkat plasma lipid yang tinggi, lipoprotein, dan apolipoprotein serta menurunkan viskositas darah pada pasien dengan trigliserida yang tinggi (Braverman, 1996 dan Wirakusumah, 2001).

(42)

dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan (Braverman, 1996 dan Wirakusumah, 2001).

3.7. Cukup vitamin C dan E

Vitamin C dan E dapat digunakan sebagai antioksidan, mencegah tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Sumber vitamin C seperti daun singkong, mangga, jeruk, brokoli, sawi, dan jambu biji. Bulpitt (dalam Wirakusumah 2001) dari London berpendapat bahwa tekanan darah tinggi lebih banyak terjadi pada individu yang kekurangan vitamin C. Penelitian lain mengungkapkan pula bahwa lansia yang mengkonsumsi jeruk sebagai sumber tunggal vitamin C sebanyak dua kali sehari, memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibanding mereka yang mengkonsumsi sebanyak empat kali sehari. Lansia tersebut memiliki tekanan sistolik 11 poin lebih tinggi dan tekanan diastolik 6 poin lebih tinggi. Pada penelitian lain, Dr. Jacgues menyimpulkan bahwa kadar vitamin C yang rendah dalam darah dapat meningkatkan tekanan sistolik sekitar 16% dan tekanan diastolic sekitar 9% (Carper, 1993 dalam Wirakusumah, 2001).

(43)

3.8. Rendah kafein dan alkohol

Kafein banyak terkandung dalam kopi, teh dan minuman soda. Kafein yang terkandung di dalam kopi memiliki potensi terhadap terjadinya peningkatan tekanan darah, terutama dalam keadaan stres dan telah terbukti dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner (Braverman, 1996; Wirakusumah, 2001; dan Kaplan, 2006). Kafein didalam dua sampai tiga cangkir kopi ( 200-250 mg) atau lebih dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu, pasien hipertensi harus membatasi konsumsi kafein sehari tidak lebih dari dua cangkir kopi, tidak lebih dari tiga atau empat cangkir teh, tidak lebih dari dua sampai empat kaleng minuman soda berkafein, serta harus menghindari konsumsi kafein sebelum beraktivitas seperti olahraga atau pekerjaan fisik berat.

(44)

penyakit pembuluh darah perifer, kejadian disfungsi ginjal diabetes tipe 2, osteoporosis, gangguan kognitif ringan, dan demensia (Kaplan, 2006).

Sedangkan, tekanan darah orang yang mengonsumsi alkohol sebanyak dua sampai tiga minuman per hari akan naik sekitar 40% dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Risiko kenaikan tekanan darah akan naik sebesar 90% pada peminum alkohol yang melebihi tiga minuman per hari, serta dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh yang tidak dapat diperbaiki (Braverman, 1996, Wirakusumah, 2001 dan Kaplan, 2001).

Kejadian hipertensi meningkat di kalangan wanita yang mengkonsumsi alkohol lebih dari dua minuman sehari dan pada pria yang mengkonsumsi alkohol lebih dari tiga minuman per hari. Tekanan darah meningkat selama mengkonsumsi minuman beralkohol dan jika berhenti, tekanan darah biasanya menurun (Kaplan, 2006).

Tabel 7. Daftar tabel makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan, menurut Gunawan (2007):

Golongan Bahan Makanan

Makanan yang Boleh Diberikan

Makanan yang Tidak Boleh Diberikan

Sumber hidrat-arang Beras, bulgur, kentang, singkong, terigu, tapioka, hunkwee, gula, makanan yang diolah dari bahan makanan tersebut diatas tanpa garam dapur dan soda seperti : macaroni, mi, bihun, roti, biscuit, kue kering dan sebagainya.

Roti, biscuit dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur dan atau soda.

Sumber protein hewani Daging dan ikan maksimal 100 g sehari; telur maksimal 1 butir sehari; susu maksimal 200 g sehari.

(45)

dendeng, abin, ikan asin, ikan kaleng, kornet, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang, dan sebagainya.

Sumber protein nabati Semua kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah dan dimasak tanpa garam.

Keju, kacang tanah dan semua kacang-kacangan dan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur dan lain ikatan natrium.

Sayuran Semua sayuran segar;

sayuran yang diawet tanpa garam dapur, natrium benzoate dan soda.

Sayuran yang diawet dengan garam dapur dan lain ikatan natrium, seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan, acar, dan sebagainya.

Buah-buahan Semua buah-buahan

segar; buah-buahan yang diawet tanpa garam dapur, natrium benzoate dan soda.

Buah-buahan yang diawetkan dengan garam dapur dan lain ikatan natrium.

Lemak Minyak, margarine tanpa

garam, mentega tanpa garam

Margarin dan mentega biasa

Bumbu-bumbu Semua bumbu-bumbu

segar dan kering yang tidak mengandung garam dapur dan lain ikatan natrium

Garam dapur, “baking powder”, soda kue, vetsin dan bumbu-bumbu yang mengandung garam dapur seperti kecap, terasi, manggi, tomato ketchup, petis, tauco

Minuman Teh, cokelat, minuman

botol ringan

(46)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini disusun berdasarkan konsep pengetahuan. Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka maka, kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut.

Skema 1. Kerangka konseptual pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan.

Pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan :

- Rendah natrium - Tinggi kalium - Cukup kalsium - Cukup magnesium - Tinggi serat

- Rendah kolesterol dan lemak jenuh - Cukup vitamin C dan E

- Rendah kafein dan alkohol

Kategori Pengetahuan :

(47)

Variabel yang diteliti adalah variabel pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan meliputi pengetahuan baik, cukup, atau kurang. Hasil yang diharapkan terjadi adalah tingkat pengetahuan pasien hipertensi yang baik tentang nutrisi sehingga dapat terus memelihara status kesehatannya dan mencegah terjadinya komplikasi.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini akan dijabarkan pada tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Tabel definisi operasional instrumen penelitian

Variabel Definisi Operasional status kesehatan

Pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi adalah segala

(48)

1. Rendah dalam jumlah cukup

(49)

5. Tinggi serat

Tinggi serat adalah bahan-bahan

makanan yang mengandung serat dikonsumsi dalam jumlah banyak dan sering untuk dapat menurunkan

tekanan darah tinggi.

Rendah kolesterol dan lemak jenuh adalah bahan-bahan makanan yang mengandung

kolesterol dan lemak jenuh harus dibatasi atau dikonsumsi dalam jumlah sedikit untuk dapat menurunkan tekanan darah tinggi.

Cukup vitamin C dan E adalah bahan-bahan makanan yang mengandung vitamin C dan E dikonsumsi dalam jumlah cukup untuk menurunkan

(50)

dan alkohol harus dibatasi atau dikonsumsi dalam jumlah sedikit untuk menurunkan

tekanan darah tinggi.

(51)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan. Subjek penelitian yang dipilih adalah semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien yang mempunyai tekanan darah diatas normal yang sedang melakukan rawat jalan, sedangkan kriteria eksklusi adalah pasien yang mempunyai tekanan darah normal. Berdasarkan hasil survei awal, didapatkan data dari Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan terdapat 516 pasien hipertensi pada tahun 2010.

2.2. Sampel penelitian

(52)

baik secara lisan maupun tulisan dengan menandatangani informed consent. Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan cara purposive

sampling, dimana sebagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian.

Sampel yang diikutsertakan dalam penelitian tersebut berdasarkan pada pertimbangan peneliti sendiri sesuai dengan tujuan yaitu mendapatkan responden pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan/kontrol di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan, belum mengalami komplikasi dan bersedia menjadi responden. Selain itu, karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar. (Notoatmodjo, 2005 dan Arikunto, 2006).

Besarnya sampel diambil berdasarkan pertimbangan praktis terkait dana, sarana, tenaga dan waktu yang didasarkan pada besarnya populasi (Saryono, 2008). Oleh karena jumlah populasi lebih dari 100 orang maka sampel dibuat sekitar 10-15% atau 20-25% dari total populasi (Arikunto, 2006). Semakin besar sampel yang dipergunakan, semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh (Nursalam, 2009). Maka, besarnya sampel yang diambil peneliti adalah 14% dari populasi yaitu sebanyak 73 orang responden.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

(53)

hipertensi relatif banyak sehingga dapat memenuhi kriteria sampel yang diinginkan.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah proposal disetujui oleh institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU dan izin pengumpulan data diperoleh dari rumah sakit. Karena peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka hakekatnya sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertimbangan etik yaitu responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah responden bersedia menjadi subjek dan tanpa sanksi apapun. Peneliti menyerahkan langsung lembar persetujuan penelitian kepada responden, agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian.

(54)

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data, instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah jenis kuesioner tertutup, sehingga responden hanya perlu memberikan jawaban berupa tanda check list () pada jawaban yang tersedia. Kuesioner dimodifikasi oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka tentang nutrisi yang dibutuhkan pasien hipertensi. Rendah natrium dari Kaplan (2001), Almatsier (2001), Sheps (2002), Gunawan (2007). Tinggi kalium dari Moore (1997), Appel (1999), Almatsier (2001), Wirakusumah (2001), Kaplan (2006). Cukup kalsium dari Braverman (1996), Moore (1997), Wirakusumah (2001), Kaplan (2006). Cukup magnesium dari Braverman (1996), Appel (1999), Wirakusumah (2001), Kaplan (2006). Tinggi serat dari Wirakusumah (2001), Kaplan (2001 dan 2006). Rendah kolesterol dan lemak jenuh dari Braverman (1996), Wirakusumah (2001). Cukup vitamin C dan E dari Braverman (1996), Wirakusumah (2001). Rendah kafein dan alkohol dari Braverman (1996), Wirakusumah (2001), Kaplan (2001 dan 2006).

(55)

Pernyataan no.1 sampai dengan no.11 tentang rendah natrium/garam dan semuanya adalah pernyataan positif. No.12 sampai dengan no.15 pernyataan tentang tinggi kalium, dimana no.12, 13, 15 adalah pernyataan positif dan no.14 adalah pernyataan negatif. No.16 sampai dengan no.18 pernyataan tentang cukup kalsium, dimana no.16, 18 adalah pernyataan positif dan no.17 adalah pernyataan negatif. No.19 dan no.20 pernyataan tentang cukup magnesium, no.19 adalah pernyataan positif dan no.20 adalah pernyataan negatif. No.21 sampai dengan no.26 pernyataan tentang tinggi serat, no.21, 22, 23, 24, 25 adalah pernyataan positif dan no.26 adalah pernyataan negatif. No.27 sampai dengan no.31 pernyataan tentang rendah kolesterol dan lemak jenuh, no.27, 28, 29, 30 adalah pernyataan positif dan no.31 adalah pernyataan negatif. No.32 dan no.33 pernyataan tentang cukup vitamin C dan E, semuanya adalah pernyataan positif. No.34 sampai dengan no.42 pernyataan tentang rendah kafein dan alkohol, dimana no.34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42 adalah pernyataan positif dan no.36 adalah pernyataan negatif.

Untuk pernyataan positif apabila responden menjawab ya akan diberi nilai 1, dan menjawab tidak akan diberi nilai 0. Sedangkan, untuk pernyataan negatif apabila responden menjawab tidak diberi nilai 1 dan menjawab ya diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 42 sedangkan, nilai terendah adalah 0.

(56)

tiga bagian yaitu tingkat pengetahuan baik jika jawaban yang benar 76%-100%, cukup jika jawaban yang benar 56%-75%, dan kurang jika jawaban yang benar kurang dari 56%.

Berdasarkan persentase di atas, tingkat pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan dikatakan baik jika mampu menjawab soal dengan nilai 33-42, cukup dengan jumlah nilai 24-32, dan kurang dengan jumlah nilai kurang dari 24.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

(57)

Uji reliabilitas instrumen dilakukan bertujuan untuk mengetahui konsistensi instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup bidang penelitian yang sama. Dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas internal yaitu pembagian instrumen penelitian hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen yang diuji cobakan kepada sepuluh responden yang memenuhi kriteria (Azwar, 2003). Uji reliabilitas untuk instrumen akan menggunakan Kuder Richardson (KR) 20 karena jumlah butir pertanyaan genap dan cocok digunakan pada item bernilai 1 dan 0 atau dikotomi, serta dikatakan reliabel bila hasilnya bernilai > 0,765 (Arikunto, 2006). Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan, diperoleh nilai KR-20 sebesar 0,8562 (lampiran 8). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel karena hasilnya > 0,765 (Arikunto, 2006).

7. Metode Pengumpulan Data

(58)

calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Kemudian responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan oleh peneliti dengan menggunakan metode wawancara. Metode wawancara ini dipilih karena situasi pada saat di lapangan tidak memungkinkan untuk responden menjawab secara tertulis karena beberapa hal, antara lain waktu mengantri di bagian poliklinik hipertensi yang singkat, banyak responden yang sudah lanjut usia dan mengalami masalah penglihatan, responden malas membaca dan mengisi kuesioner secara langsung, dan keinginan responden untuk cepat pulang. Hal-hal tersebut yang mendorong peneliti menggunakan metode wawancara. Kuesioner yang telah selesai dijawab akan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi untuk dianalisa.

8. Analisa Data

(59)

yang diterapkan peneliti adalah analisa deskriptif (statistik univariat) dengan program komputer.

(60)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan 31 Maret 2011 di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan, dan diperoleh sebanyak 73 pasien hipertensi yang melakukan rawat jalan atau kontrol. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi karakteristik responden dan deskripsi pengetahuan pasien hipertensi tentang nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan.

1.1. Karakteristik Responden

(61)

Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa sebanyak 39 responden (52,7%) pasien hipertensi berada pada tahap lanjut usia/elderly yaitu sekitar 60-74 tahun, dengan tekanan darah hipertensi derajat 1 (140-159/90-99) sebanyak 33 responden (45,2%), mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 41 responden (56,2%), dengan lama berobat yang dijalani ≥ 1 tahun sebanyak 46 responden (63%), melakukan rutin kontrol 2x/bulan sebanyak 48 responden (65,8%), mayoritas bersuku batak yaitu sebanyak 52 responden (71,2%), tingkat pendidikan formal terakhir SMA sebanyak 33 responden (45,2%), pekerjaan pensiunan PNS/TNI/POLRI sebanyak 28 responden, dengan penghasilan per bulan lebih dari Rp 2.000.000 sebanyak 37 responden (50,7%), sebanyak 65 responden (89%), tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang nutrisi hipertensi, dan mayoritas responden mendapatkan informasi tentang nutrisi hipertensi dari dokter sebanyak 70 responden (95,9%).

Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di Poliklinik Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan (n = 73).

No. Karakteristik Responden Frekuensi (responden)

Persen (%) 1. Umur

Dewasa muda (elderly adulthood/17-44 tahun) Dewasa penuh (middle age/45-59 tahun) Lanjut usia (elderly/60-74 tahun)

Lanjut usia tua (old/75-90 tahun)

5 2. Tekanan darah

Normal (<120/<80)

Prahipertensi (120-139/80-89) Hipertensi derajat 1 (140-159/90-99) Hipertensi derajat 2 (>160/>100)

(62)

4. Lama berobat 7. Tingkat pendidikan formal yang terakhir

SD Ibu Rumah Tangga Wiraswasta 9. Penghasilan per bulan

< Rp 500.000 10.Penyuluhan tentang nutrisi hipertensi

Pernah 11.Responden mendapat informasi tentang nutrisi

(63)

1.2. Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Nutrisi yang Dibutuhkan Untuk Memelihara Status Kesehatan

Tabel 10. Distribusi Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Nutrisi yang Dibutuhkan Untuk Memelihara Status Kesehatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasien Hipertensi (n = 73)

No. Tingkat Pendidikan

Pengetahuan

Jumlah

Baik Cukup Kurang

n % n % n %

1. SD 6 75 2 25 -

- - -

8

2. SMP 15 75 5 25 20

3. SMA 29 87,9 4 12,1 33

4. Diploma/Perguruan Tinggi

10 83,3 2 16,7 12

(64)

Tabel 11. Distribusi Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Nutrisi yang Dibutuhkan Untuk Memelihara Status Kesehatan Berdasarkan Lama Berobat Pasien Hipertensi (n = 73)

No. Lama Berobat Pengetahuan

Jumlah Baik Cukup Kurang

n % n % n %

1. < 1 tahun 22 81,5 5 18,5 - 27

2. ≥ 1 tahun 38 82,6 8 17,4 - 46

Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa dari 27 responden dengan lama berobat < 1 tahun diketahui pengetahuan baik 22 responden (81,5%) dan pengetahuan cukup 5 responden (18,5%) , sedangkan dari 46 responden dengan lama berobat ≥ 1 tahun memiliki pengetahuan baik sebanyak 38 responden (82,6%) dan pengetahuan cukup sebanyak 8 responden (17,4%).

Tabel 12. Distribusi Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Nutrisi yang Dibutuhkan Untuk Memelihara Status Kesehatan Berdasarkan Rutin Kontrol Pasien Hipertensi (n = 73)

No. Rutin Kontrol Pengetahuan

Jumlah

Baik Cukup Kurang

n % n % n %

1. Tidak terkontrol 4 80 1 20 - 5

2. 1x/bulan 15 75 5 25 - 20

3. 2x/bulan 41 85,4 7 14,6 - 48

(65)

Tabel 13. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Nutrisi yang Dibutuhkan Untuk Memelihara Status Kesehatan (n = 73)

No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi (responden) Persen (%)

1. Baik 60 82,2

2. Cukup 13 17,8

3. Kurang 0 0,0

Tabel 13 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 60 responden (82,2%), diikuti dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 13 responden (17,8%) dan tidak terdapat responden dengan tingkat pengetahuan pada kategori kurang.

Tabel 14. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Responden tentang Rendah Natrium (n = 73)

NO PERNYATAAN YA

(%)

TIDAK (%) 1 Pasien hipertensi harus mengkonsumsi makanan

rendah garam. 73 (100) 0 (0)

2 Pengurangan konsumsi garam akan bermanfaat

terhadap penurunan tekanan darah. 72 (98,6) 1 (1,4) 3

Semakin tinggi tekanan darah pasien hipertensi maka harus semakin sedikit konsumsi garam dalam makanan sehari-hari.

71 (97,3) 2 (2,7) 4 Batasan konsumsi garam tidak boleh lebih dari 6

gram (1 ½ sendok teh) per hari. 26 (35,6) 47 (64,4) 5 Menghindari makanan olahan yang sangat asin. 73 (100) 0 (0)

6

Menghindari makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG, pengawet makanan atau natrium benzoate (biasanya terdapat di dalam saos, kecap, selai, jelli).

73 (100) 0 (0)

7 Menghindari makanan yang terbuat dari mentega. 60 (82,2) 13 (17,8) 8 Sedikit atau tidak menggunakan garam dapur baik

untuk penyedap masakan atau dimakan langsung. 59 (80,8) 14 (19,2) 9

Menghindari bahan makanan awetan yang diolah menggunakan garam dapur (mis. kecap, margarin, mentega, keju, terasi, biskuit asin, sardencis, sosis, cornet beef, dan peanut butter).

(66)

10 Membatasi minuman yang bersoda atau minuman

ringan (softdrink). 58 (79,5) 15 (20,5)

11

Konsumsi makanan kemasan seperti mie instan harus dibatasi untuk menjaga tekanan darah tetap normal.

73 (100) 0 (0)

Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) menyatakan bahwa pasien hipertensi harus mengkonsumsi makanan rendah garam. Sebanyak 72 responden (98,6%) menyatakan pengurangan konsumsi garam akan bermanfaat terhadap penurunan tekanan darah. Responden mengetahui semakin tinggi tekanan darah pasien hipertensi maka harus semakin sedikit konsumsi garam dalam makanan sehari-hari sebanyak 71 responden (97,3%). Sebanyak 26 responden mengetahui batasan konsumsi garam tidak boleh lebih dari 6 gram (1 ½ sendok teh) per hari (35,6%). Seluruh responden (100%) mengetahui pasien hipertensi harus menghindari makanan olahan yang sangat asin, menghindari makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG, pengawet makanan atau natrium benzoat (biasanya terdapat di dalam saos, kecap, selai, jelli). Pasien hipertensi harus menghindari makanan yang terbuat dari mentega dijawab sebanyak 60 responden (82,2%). Sebanyak 59 responden (80,8%) menyatakan sedikit atau tidak menggunakan garam dapur baik untuk penyedap masakan atau dimakan langsung. Pasien hipertensi harus menghindari bahan makanan awetan yang diolah menggunakan garam dapur (mis. kecap, margarin, mentega, keju, terasi, biskuit asin, sardencis, sosis, cornet beef, dan

peanut butter) menurut 66 responden (90,4%). Sebanyak 58 responden (79,5%)

(67)

konsumsi makanan kemasan seperti mie instan harus dibatasi untuk menjaga tekanan darah tetap normal.

Tabel 15. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Rendah Natrium (n = 73)

No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi (responden) Persen (%)

1. Baik 67 91,8

2. Cukup 6 8,2

3. Kurang 0 0

Tabel 15 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan baik tentang rendah natrium sebanyak 67 responden (91,8%), diikuti dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 6 responden (8,2%) dan tidak terdapat responden dengan tingkat pengetahuan pada kategori kurang.

Tabel 16. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Responden tentang Tinggi Kalium (n = 73)

NO PERNYATAAN YA

(%)

TIDAK (%) 1 Sangat baik mengkonsumsi buah-buahan dan

sayuran segar yang tinggi kalium. 40 (54,8) 33 (45,2) 2

Satu buah kentang, satu buah pisang dan satu gelas susu skim (susu rendah lemak) sangat baik dikonsumsi pasien hipertensi.

73 (100) 0 (0)

3

Satu buah tomat, ½ gelas bayam, satu buah jeruk, satu buah apel tidak baik dikonsumsi pasien hipertensi.

0 (0) 73 (100)

4

Kebutuhan kalium minimal orang dewasa untuk mencapai kesehatan yang optimum sekitar 2000 mg (2 g) per hari.

5 (6,8) 68 (93,2)

(68)

kentang, satu buah pisang, satu gelas susu skim (susu rendah lemak), satu buah tomat, ½ gelas bayam, satu buah jeruk, satu buah apel baik dikonsumsi pasien hipertensi. Hanya 5 responden (6,8%) yang mengetahui kebutuhan kalium minimal orang dewasa untuk mencapai kesehatan yang optimum sekitar 2000 mg (2 g) per hari.

Tabel 17. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan Pasien Hipertensi Tentang Tinggi Kalium (n = 73)

No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi (responden) Persen (%)

1. Baik 40 54,8

2. Cukup 33 45,2

3. Kurang 0 0

Tabel 17 menunjukkan bahwa 40 responden (54,8%) memiliki tingkat pengetahuan baik tentang tinggi kalium. Kemudian diikuti dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 33 responden (45,2%) dan tidak terdapat responden dengan tingkat pengetahuan pada kategori kurang.

Tabel 18. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Responden tentang Cukup Kalsium (n = 73)

NO PERNYATAAN YA

(%)

TIDAK (%)

1

Susu & produk susu, sayuran berdaun hijau, ikan yang tulangnya bisa dimakan, makanan yang diperkaya dengan kalsium sangat baik dikonsumsi pasien hipertensi.

67 (91,8) 6 (8,2)

2 Dua sampai tiga gelas susu sehari dapat

meningkatkan tekanan darah. 14 (19,2) 59 (80,8) 3

Belut, ikan mujair, dan bayam merah yang mengandung kalsium dapat menurunkan tekanan darah tinggi.

Gambar

Tabel 1.Klasifikasi Tekanan Darah
Tabel 2.  Klasifikasi tekanan darah (mmHg) menurut WHO  (Kuswardhani, 2006).
Tabel 3. Contoh menu diet yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahan Berat (g) Ukuran/Takaran
Tabel 6. Kadar kalium pada beberapa makanan yang umum digunakan (Sunita, 2001)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Kamis tanggal Tigabelas bulan Oktober tahun dua ribu enam belas, mulai pukul 09.00 s/d 11.00 waktu server LPSE (10.00 s/d 12.00 WITA) bertempat di

Nama Prosiding : Prosiding Senlinar Nasional &#34; Peran Orang Tua DalalTI Perlindungan Anak Untuk Menlbentuk J&lt;.arakter Generasi Z&#34;.. Jumlah halaman

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 dan Dokumen Pengadaan, apabila ada hal-hal yang dianggap kurang memuaskan atau ada kejanggalan dalam proses pemilihan

Judul Penelitian : PENGARUH LArrIHAN BEBAN DENGAN meャセode seセイ sysセイem TERI1ADAP PENAMBAIIAN beraセイ BADAN DAN PERSENrrASE

Dengan adanya portal ini diharapkan dapat menyediakan informasi yang lebih cepat dan akurat kepada penggemar eSports dan dapat memenuhi kebutuhan informasi event

(2) Proses penjelasan Topik TA: Tim Dosen MK Penulisan Proposal sekaligus sebagai calon dosen pembimbing akan mendiseminasikan topik dan ruang lingkup riset yang

Pedoman PKM 2017, DIREKTORAT KEMAHASISWAAN, DIKJEN PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN, KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI.. Pedoman PHBD 2017, DIKJEN

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan serta panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkah serta hidayah-NYA kepada penulis sehingga penulis dapat