• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sistem Pengadilan Mutu Kantor Akuntan Publik Terhadap Pekerjaan Lapangan Audit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Sistem Pengadilan Mutu Kantor Akuntan Publik Terhadap Pekerjaan Lapangan Audit"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN MUTU KANTOR

AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PEKERJAAN

LAPANGAN AUDIT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Putrama Buntoro Nasution NIM: 104082002663

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN MUTU KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PEKERJAAN LAPANGAN AUDIT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Putrama Buntoro Nasution NIM: 104082002663

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

DR. Yahya Hamja, MM Abdul Hamid Cebba, SE, Ak, MBA

NIP. 130 676 334 NIP. 132 055 044

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

Hari ini Kamis Tanggal Dua Belas Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Putrama Buntoro Nasution NIM: 104082002663 dengan judul Skripsi “PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN MUTU KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PEKERJAAN LAPANGAN AUDIT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universtas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Juni 2008

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Amilin, SE, M.Si, Ak Rahmawati, SE, MM

Ketua Sekretaris

(4)

Hari ini Kamis, Tanggal 19 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Putrama Buntoro Nasution, NIM: 104082002663 dengan judul Skripsi “PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN MUTU KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PEKERJAAN LAPANGAN AUDIT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 19 Juni 2008

Tim Penguji Ujian Skripsi

DR. Yahya Hamja, MM Abdul Hamid Cebba, SE, Ak, MBA

Ketua Sekretaris

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Putrama Buntoro Nasution

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 8 Juli 1986 Jenis Kelamin : Laki - Laki

Alamat : Jl. Bumidaya VIII Kav.193 Blok-D Cinere, Depok (16514)

Telepon : 081315035538 / 021-94248112

E – mail : rama_buntoro@yahoo.com

Ayah : Yuliar Murad Nasution

Ibu : Endang Saptorini

IPK : 3,40

Pendidikan Formal

1. SD Muhammadiyah 5 Jakarta : Tahun 1992 - 1998 2. SLTP N 11 Jakarta : Tahun 1998 – 2001

3. SMA N 6 Jakarta : Tahun 2001 – 2004

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2004 - 2008 Pendidikan Non Formal

1. Pelatihan ESQ : Tahun

2006

2. Pelatihan Kepemimpinan (Malaysia) : Tahun 2007

3. Pelatihan Brevet Perpajakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) : Tahun 2008

(6)

1. UKM FORSA UIN Divisi Basket tahun 2004

2. Staf ahli Departemen Olahraga, Seni dan Budaya BEM Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial periode 2005 – 2006.

3. Wakil Ketua Propesa Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial tahun 2006. 4. Menteri Departemen Olahraga, Seni dan Budaya BEM Fakultas Ekonomi

dan Ilmu Sosial periode 2006 – 2007.

5. Manager Tim Basket Libama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. 6. Staff Program Indonesian Bureau Of International Affairs (IBIA) UIN

(7)

Abstract

Putrama Buntoro Nasution. Thesis title,”Influence of Quality Control System in Accountant Public Office on Audit Field Work”. Stratum one (S1) Accounting Major in Economic and Social Science Faculty, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

The purpose of this research is to know the influence of supervision, consultation and inspection on audit field work by using simple random sampling in respondent selection.

The result of the research shows that there is significant influence of independent variable upon dependent variable as shown in “F test” for 87,146. The value of “F table” is 2,44. This means that “F test” (87,146) is bigger than “F table” (2,44). It shows that the independent variables influence the dependent variable simultaneously. This research acceptable the H1 for the hypothesis,

because all of independent variable influence the dependent variable significantly. The adjusted R square value is 0,662, this shows that dependent variable can be explained by independent variables for 66,2 % and the rest of it is explained by other variables.

(8)

Abstrak

Putrama Buntoro Nasution. Judul Skripsi, “Pengaruh Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik Terhadap Pekerjaan Lapangan Audit”. Skripsi, strata satu (S1) Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hdiayatullah Jakarta, 2008.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh supervisi, konsultasi dan inspeksi dalam pekerjaan lapangan audit dengan menggunakan metode simple random sampling dalam pemilihan responden.

Dari hasil penelitian dapat diketahui adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara signifikan seperti ditunjukkan dalam ”uji F” sebesar 87,146. Nilai ”F tabel” adalah sebesar 2,44, berarti ”F hitung” (87,146) lebih besar dari ”F tabel” (2,44). Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Dalam perumusan hipotesis, maka penelitian ini menerima H1, karena semua variabel

independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Nilai determinasi yang telah disesuaikan (adjusted R Square) adalah sebesar 0.662, berarti variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 66,2 % dan selebihnya dijelaskan oleh variabel lain.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil‘alamiin dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan taufiq dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Rosulullah SAW keluarga dan para sahabatnya yang telah menjadi jalan bagi umatnya dalam menempuh keselamatan dan kebahagiaan dengan berbagai ilmu pengetahuan yang benar.

Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi tugas akhir untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi jenjang pendidikan Strata Satu Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan telah penulis hadapi. Namun, berkat petunjuk dan hidayah Allah SWT, seta dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu diantaranya:

1. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan baik moril, spirituil dan material yang tak terhingga.

(10)

3. Bapak Abdul Hamid Cebba, SE, Ak, MBA,sebagai Ketua Jurusan Akuntansi dan sebagai pembimbing II , atas waktu yang telah diluangkan untuk membimbing dan memberi motivasi dan bantuan dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Drs. M. Faisal Badroen, MBA, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

5. Semua jajaran Dekanat, Akademik, dan Dosen di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial beserta staf.

6. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang telah membantu penulis dalam menyebarkan kuesioner penelitian.

7. Semua sahabat dan teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, BEM FEIS, FORSA, BEM J (Akuntansi, Manajemen, HI, IESP) semoga silaturahmi kita terus terjaga selamanya. Lebarkan terus koneksi jaringan ”FE UIN” di dunia kerja. Hubungan relasi yang baik, kelak menjadi penting dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Untuk teman-teman junior FEIS, tetap pertahankan juara rektor cup basket kita!!, regenerasi terus anggota tim futsal dan basket ekonomi untuk menjadi yang terbaik diantara yang baik, jalankan terus semua kegiatan yang telah kita lakukan (DEKAN CUP, FUSHION, SAMAN, FACTORY, FEUI CUP, REKTOR CUP, dan lainnya).Ukir terus prestasi untuk ekonomi kita yang tercinta.

(11)

bermanfaat bagi pembaca, khususnya untuk menambah wawasan, pengetahuan serta informasi.

Wassalam

Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Sidang Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Sidang Skripsi ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Auditing ... 13

1. Pengertian Auditing ... 13

2. Jenis Audit ... 16

B. Sistem Pengendalian Mutu ... 17

1. Pengertian Sistem Pengendalian Mutu ... 17

2. Pengertian Peer Review ... 18

3. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Mutu ... 19

4. Supervisi ... 26

5. Konsultasi ... 30

(13)

C. Pekerjaan Lapangan Audit ... 33

D. Kerangka Pemikiran ... 38

E. Perumusan Hipotesis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 41

B. Metode Penentuan Sampel ………... 42

C. Metode Pengumpulan Data ………. 42

D. Metode Analisis ...…. 43

E. Operasional Variabel Penelitian ……….... 50

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 70

B. Implikasi dan Saran ... 71

Daftar Pustaka ... xiv

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1, Gambaran umum proses pekerjaan lapangan audit ... 36

Gambar 2.2, Kerangka Pemikiran ... 39

Gambar 4.1, Hasil Uji Normalitas ... 61

Gambar 4.2, Hasil Uji Normalitas ... 62

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1, Skala Likert Variabel Dependen ... 50

Tabel 3.2, Skala Likert Variabel Independen ... 52

Tabel 3.3, Operasional Variabel ... 53

Tabel 4.1, Rincian Pembagian dan Pengumpulan Kuesioner .... 55

Tabel 4.2, Karakteristik Responden ... 55

Tabel 4.3, Hasil Uji Validitas Data Try Out ... 57

Tabel 4.4, Hasil Uji Reliabilitas Data Try Out ………... 60

Tabel 4.5, Hasil Uji Multikolinieritas ……… 62

Tabel 4.6, Hasil Uji Regresi Linier Berganda ……… 65

Tabel 4.7, Hasil Uji Statistik T ... 66

Tabel 4.8, Hasil Uji Statistik F ... 68

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran ke – 1 Kuesioner Penelitian ……… 74

Lampiran ke – 2 Hasil Try Out Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

data Try Out ………

81

Lampiran ke – 3 Tabulasi data Try Out ……… 83

Lampiran ke – 4 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

data Non Try Out ………

84

Lampiran ke – 5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ……… 86

Lampiran ke – 6 Tabulasi data Non Try Out ……… 91

Lampiran ke – 7 Tabel “t” dan Tabel “r” ... 94

(17)
(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Saat ini lingkungan dan ukuran bisnis entitas suatu perusahaan telah menjadi kompleks dan rumit. Keanekaragaman jenis entitas bisnis tersebut harus diikuti dan dipahami oleh pihak yang berkepentingan, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman informasi terhadap suatu entitas bisnis tertentu. Keanekaragaman entitas bisnis tentunya diikuti juga dengan keanekaragaman cara dalam menjalankan bisnis yang bisa menimbulkan keanekaragaman kualitas dari suatu entitas perusahaan.

Salah satu tolak ukur untuk melihat sehat atau tidaknya kualitas suatu entitas perusahaan, publik biasanya melihat dari opini audit. Opini audit ini dibuat oleh auditor yang tergabung dalam suatu kantor akuntan publik. Dalam pembuatan opini terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan, sehingga bisa menghasilkan opini yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

(19)

Dalam menjalankan profesinya, auditor memiliki pedoman standar yaitu Standar Profesional Akuntan Publik yang merupakan ketentuan dan pedoman audit yang harus dipatuhi oleh auditor. Dalam standar ini terdapat standar audit yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan seorang auditor . Standar pekerjaan lapangan memuat hal-hal yang harus ada dan dikerjakan dalam suatu aktivitas audit. Standar pelaporan memuat hal-hal yang harus dipenuhi dalam penyusunan dan penyajian laporan hasil audit.

Auditor sebagai praktisi yang professional dapat memberikan jasa atestasi yang terdiri dari jasa audit, pemeriksaan (examination), penelaahan (review) dan jasa atestasi lainnya, maupun jasa non atestasi, yang terdiri dari jasa perpajakan, konsultasi manajemen dan jasa akuntansi atau pembukuan. Atestasi ialah suatu pernyataan tertulis atau pertimbangan tentang apakah asersi atau pernyataan tertulis suatu usaha sesuai dalam semua hal yang material dengan kriteria yang telah ditetapkan, menurut (Lilis Maryasih, 2002).

(20)

reliabilitas). Kriteria relevansi dipenuhi bila laporan keuangan tersebut memiliki nilai prediktif dan disajikan tepat pada waktunya. Kriteria reliabilitas dipenuhi bila laporan keuangan dapat diuji netral dan dapat dipercaya. Berdasarkan hasil pekerjaan auditor yang dituangkan dalam opini audit, para pemakai laporan keuangan memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang diaudit telah memenuhi kedua kriteria tersebut. Mereka menjadi lebih yakin terhadap kualitas laporan keuangan suatu perusahaan yang telah diaudit. Kantor akuntan publik dalam menjaga kualitas auditor dan staff audit menerapkan sistem pengendalian mutu, agar hasil kerja para auditor tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut (SPAP, 2001), dalam SPM seksi 100 no. 03 menyatakan bahwa “sistem pengendalian mutu KAP mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang diterapkan KAP untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesional dengan (SPAP, 2001). Sistem pengendalian mutu harus komprehensif dan harus dirancang selaras dengan struktur organisasi, kebijakan, dan sifat praktik KAP.”

(21)

Kesembilan unsur tersebut adalah : 1. Independensi

2. Penugasan personel 3. Konsultasi

4. Supervisi 5. Pemekerjaan

6. Pengembangan profesional 7. Promosi

8. Penerimaan dan keberlanjutan klien 9. Inspeksi

Dalam penerapan sistem pengendalian mutu, kesembilan unsur tersebut saling mempengaruhi. Kantor Akuntan Publik dalam meyakinkan bahwa sistem pengendalian mutunya telah sesuai atau tidak dengan standar audit yang ditetapkan, maka diterapkanlah prosedur pengendalian mutu mengenai supervisi yang mana dipengaruhi oleh faktor kerumitan masalah, kualifikasi staf pelaksana perikatan dan lingkup konsultasi yang digunakan. Prosedur pengendalian mengenai konsultasi juga digunakan agar staf pelaksana atau personel audit dapat memperoleh informasi memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan dan wewenang memadai.

(22)

prosedur pengendalian mutu, inspeksi merupakan langkah yang dilakukan supaya keefektifan dari prosedur pengendalian mutu tetap terjaga.

1. Penelitian Terdahulu a. Parwanto (1999)

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Parwanto (1999), yaitu meneliti dengan menganalisa terhadap penerapan sistem pengendalian mutu pada KAP Djaka Surasa dan rekan. Di dalam penelitiannya tersebut, dijelaskan secara deskriptif mengenai penerapan sistem pengendalian mutu pada KAP Djaka Surasa dan rekan. Masing-masing unsur sistem pengendalian mutu tersebut dipaparkan bagaimana penerapan sistem tersebut di dalam KAP Djaka Surasa dan rekan.

Selain memaparkan secara deskriptif terhadap pengaplikasian sistem pengendalian mutu, penelitian ini juga menganalisis terhadap penerapan sistem pengendalian mutu pada KAP Djaka Surasa dan rekan. Dalam analisa tersebut, dilakukan beberapa cara penelitian yakni seperti secara langsung ke lapangan dengan menanyakan atau mewawancara pihak klien dan pihak KAP, membandingkan hasil pemeriksaan audit terhadap beberapa contoh kertas kerja audit dan laporan hasil audit, kemudian menganalisa sistem pengendalian mutu dengan penerapannya.

b. Wahyudiono (2000)

(23)

penelitiannya, penulis mengevaluasi terhadap penerapan yang dilakukan oleh KAP H dan M terhadap sistem pengendalian mutu. Pengevaluasian tersebut dipaparkan berdasarkan masing-masing unsur yang terkandung dalam sistem pengendalian mutu. Proses pengevaluasian diikuti penulis sesuai dengan prosedur penerapan sistem pengendalian mutu yang diterapkan oleh KAP H dan M. Sehingga hasil dari penelitian ini terdapat suatu penilaian tersendiri dari penulis terhadap hasil penerapan sistem pengendalian mutu yang dilakukan oleh KAP H dan M.

c. Meldasari (2002)

Dalam penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi atas penerapan standar pekerjaan lapangan pada KAP Husnul Mucharam dan Rosidi. Didalam penelitiannya, Meldasari mengevaluasi terhadap standar pekerjaan lapangan yang telah dilakukan oleh KAP Husnul Mucharam dan Rosidi. Penulis lebih memperhatikan bagaimana penerapan tahap pekerjaan lapangan audit yang dilakukan oleh KAP Husnul Mucharam dan Rosidi. Tahap pekerjaan lapangan audit yang diperhatikan ialah mengenai perencanaan audit, supervisi audit, pemahaman terhadap SPI (Sistem Pengendalian Internal) dan terhadap bukti audit.

d. Rahmawati (2004)

(24)

variabel dalam penelitian ini, yaitu kualitas audit sebagai variabel terikat dan kedelapan faktor yang menentukan kualitas audit, yaitu (1) pengalaman audit, (2) pemahaman terhadap industri klien, (3) responsif terhadap kebutuhan klien, (4) ketaatan terhadap standar umum audit, (5) keterlibatan pimpinan KAP, (6) keterlibatan komite audit, (7) Independensi anggota tim audit, (8) komunikasi tim audit dan manajemen klien, sebagai variabel bebas.

Dari penelitian tersebut maka terdapat beberapa kesimpulan yang dihasilkan, diantaranya mengenai faktor pengalaman audit dan faktor keterlibatan pimpinan KAP mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit dengan faktor keterlibatan pimpinan KAP yang berpengaruh paling signifikan terhadap kualitas audit.

e. Murtanto (2005)

(25)

Variabel Independen dari penelitian ini ialah Tindakan supervisi dan Budaya Organisasi. Untuk Variabel Intervening ialah Kepuasan Kerja. Lalu untuk Variabel Independen ialah Kinerja Individual. Sehingga dalam penelitian ini dibahas secara rinci bagaimana pengaruh supervisi dan dibahas juga mengenai hal budaya organisasi.

f. Christiawan (2005)

(26)

Dari beberapa peneltian sebelumnya tersebut, penulis tertarik untuk mengembangkan penelitian-penelitian sebelumnya yakni dengan meneliti pengaruh sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik terhadap pekerjaan lapangan audit yang akan dilakukan oleh auditor.

Di dalam sistem pengendalian mutu terdapat sembilan unsur yang mempengaruhinya. Tanpa mengabaikan kesembilan unsur tersebut, penulis tertarik terhadap tiga unsur dari kesembilam unsur tersebut, yaitu terhadap supervisi, konsultasi dan inspeksi. Penulis tertarik terhadap ketiga hal tersebut karena dalam pelaksanaan kerja audit ketiga hal tersebut biasanya sering dilakukan oleh auditor. Dan tidak hanya terhadap auditor saja, ketiga hal tersebut juga sangat umum digunakan terhadap proses pekerjaan di bidang lainnya seperti bidang hukum, kedokteran, teknik dan berbagai macam bidang lainnya.

Dalam standar pekerjaan lapangan, terdapat banyak faktor penentu dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan audit. Pekerjaan lapangan audit ini merupakan hal-hal yang harus terdapat dalam proses pekerjaan audit. Faktor penentu merupakan hal yang sangat mempengaruhi terhadap hasil audit yang akan disampaikan kepada klien. Tanpa mengabaikan kembali kesembilan unsur dalam sistem pengendalian mutu, penulis ingin meneliti mengenai pengaruh ketiga unsur pengendalian mutu tersebut terhadap pekerjaan lapangan yang akan dilakukan oleh auditor.

(27)

pengendalian mutu kantor akuntan publik terhadap pekerjaan lapangan audit. Untuk itu penelitian ini diberi judul:

“Pengaruh Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik Terhadap Pekerjaan Lapangan Audit”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka variabel yang digunakan peneliti dibatasi pada supervisi, konsultasi dan inspeksi sebagai variabel independen dan pekerjaan lapangan audit sebagai variabel dependen. Untuk pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh supervisi dalam sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik terhadap pekerjaan lapangan audit?

2. Bagaimana pengaruh konsultasi dalam sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik terhadap pekerjaan lapangan audit?

3. Bagaimana pengaruh inspeksi dalam sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik terhadap pekerjaan lapangan audit?

(28)

C. Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah supervisi dalam sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik berpengaruh secara signifikan terhadap pekerjaan lapangan audit.

2. Untuk mengetahui apakah konsultasi dalam sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik berpengaruh secara signifikan terhadap pekerjaan lapangan audit.

3. Untuk mengetahui apakah inspeksi dalam sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik berpengaruh secara signifikan terhadap pekerjaan lapangan audit.

4. Untuk mengetahui apakah supervisi, konsultasi, dan inspeksi dalam sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik berpengaruh secara keseluruhan terhadap pekerjaan lapangan audit.

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Auditor

(29)

2. Bagi Peneliti

Mendapatkan gambaran mengenai pentingnya penerapan sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan audit yang dilakukan.

3. Bagi Mahasiswa dan Pembaca

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Auditing

1. Pengertian Auditing

Menurut Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association”(Accounting Review, Vol.47), definisi audit ialah “suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak yang berkepentingan”.

Dari pengertian tersebut dapat diambil beberapa unsur penting yakni proses sistematis, bukti yang objektif, peristiwa ekonomi, derajat kesesuaian, dan penyampaian hasil kepada pihak yang berkepentingan.

(31)

jasa profesinya secara professional. Sedangkan auditor pemerintah ialah auditor yang melakukan pekerjaan audit terhadap lembaga-lembaga yang dimiliki oleh negara. Walaupun terdapat perbedaan posisi dalam proses kerja audit yang dilakukan, ketiga klasifikasi auditor harus tetap menjaga tingkat independensi dan profesionalitas dalam melakukan profesinya sebagai auditor.

Dalam auditing, terdapat banyak tahap pekerjaan yang harus dilalui oleh auditor untuk memperoleh hasil akhir yang maksimal dengan melaksanakan pekerjaan audit secara sistematis. Proses sistematis yang diterapkan dalam mengaudit tergantung terhadap jenis audit atau bidang jasa yang dilakukan, karena hal ini dipengaruhi oleh jenis klien yang sedang diaudit oleh auditor.

Dari proses yang sistematis diharapkan auditor dapat memperoleh dan mengevaluasi bukti yang kompeten berupa bukti material. Maksud dari material disini ialah bahwa jumlah nominal dari bukti tersebut sangatlah mempengaruhi dari total asset yang dimiliki oleh klien. Bukti-bukti dalam audit ini bisa berupa lembar kuitansi pembayaran, rekening koran perusahaan, buku kas perusahaan, catatan aset perusahaan dan bukti lainnya yang mendukung terhadap proses audit.

(32)

Dalam mengaudit, auditor menentukan tingkat kesesuaian laporan klien dengan kriteria standar yang telah dtetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP, 2001). Namun standar yang dilihat tidak hanya dari segi akuntan publik, melainkan juga harus tetap memperhatikan terhadap aturan dasar dari akuntansi yang terdapat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

Ketika proses audit sudah selesai dilakukan, auditor menyampaikan hasil auditnya kepada pihak yang membutuhkan dengan mengeluarkan opini audit berdasarkan keadaan yang sebenarnya dari klien yang ditangani oleh auditor. Apabila diketahui auditor eksternal mengeluarkan opini audit yang tidak sesuai dengan keadaan klien, maka auditor eksternal akan dicabut nomor izin usaha auditnya oleh departemen keuangan.

(33)

2. Jenis audit

a. Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).

b. Audit Operasional

Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Menurut Gondodiyoto (2003: 90), audit operasional memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Terhadap operasionalisasi entitas atau segmen atau divisi tertentu 2) Lebih berorientasi pemeriksaan kinerja

3) Pelaksanaan dan frekuensi tergantung kebutuhan atau kemauan pimpinan organisasi

4) Data potensial atau kecenderungan kedepan yang mungkin terjadi. c. Audit Kepatuhan

(34)

ditentukan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber seperti manajemen, kreditor, maupun lembaga pemerintah. (Halim, 2003: 5).

B. Sistem Pengendalian Mutu

Sistem pengendalian mutu biasa terdapat dalam tiap elemen organisasi atau perusahaan tertentu yang bertujuan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sistem pengendalian mutu merupakan tindakan peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan untuk disesuaikan dengan standarnya agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam penelitian ini, sistem pengendalian mutu yang dimaksud ialah sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik.

1. Pengertian Sistem Pengendalian Mutu

Terdapat banyak definisi yang diberikan untuk pengendalian mutu yang dalam banyak literatur bahasa Inggris dikenal dengan istilah quality control. Definisi quality control dijelaskan oleh J.M. Juran dan Frank M. Gryna sebagai berikut: “This process is used by operating forces as an aid to meeting the product and process goals. It is based on the feedback loop, and consist of the following steps: (1) evaluate actual operating performance, (2) compare actual performance to goals, (3) act on the difference”.

(35)

which sustain a quality of product or service that will satisfy given needs; also the use of such techniques and activities”.

Menurut (Wahyudiono,2000) “quality control atau sistem pengendalian mutu merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memastikan bahwa suatu output dapat memenuhi tujuan dan spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya yang diwujudkan dengan mengunakan pedoman atau standar yang telah ditetapkan”.

Menurut (Meldasari, 2002) “sistem pengendalian mutu yang baik harus memiliki rencana standar mutu, pelaksanaan dari rencana tersebut, pembandingan antara pelaksanaan dengan rencana, dan perbaikan, apabila dalam pelaksanaan terjadi penyimpangan dari rencana”.

Definisi sistem pengendalian mutu KAP menurut Standar Profesional Akuntan Publik SPM 100 no.03 ialah “sistem pengendalian mutu KAP mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan KAP untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan professional dengan (SPAP, 2001)”.

Tujuan pengendalian mutu bagi kantor akuntan publik adalah untuk meningkatkan kemampuan individu dan organisasi dan memastikan kepatuhan terhadap standar teknis dan kode etik yang telah ditetapkan. 2. Pengertian Peer Review

(36)

istilah peer review. Evaluasi atas penerapan sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik umumnya dinamakan peer review.

Pengertian peer review menurut (Sukrisno, 1999: 10) ialah: “suatu penelahaan yang dilakukan terhadap kantor akuntan publik untuk menilai apakah kantor akuntan tersebut telah mengembangkan secara memadai kebijakan dan prosedur pengendalian mutu sebagaimana yang diisyaratkan dalam (SPAP, 2001) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia”.

Peer review dapat dilakukan oleh kantor akuntan publik lain atau oleh suatu tim yang anggotanya dipilih oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia. Selain dilakukan oleh profesi, penelahaan mutu terhadap kantor akuntan publik juga dilakukan oleh BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).

Menurut (SPAP, 2001) dalam SPM seksi 300 no.01 dinyatakan bahwa tujuan program review mutu IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) adalah untuk meningkatkan mutu kinerja anggota IAI dalam perikatan audit, atestasi, akuntansi dan konsultasi. Tujuan program ini dicapai melalui tindakan pendidikan dan perbaikan, serta tindakan koreksi.

Jadi dalam menjaga terhadap berjalannya suatu sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik, peer review menjadi penting dalam mengevaluasi sistem pengendalian mutu suatu kantor akuntan publik. 3. Unsur-unsur sistem pengendalian mutu

(37)

profesionalnya, yakni seperti tingkat independensi, kompetensi, objektivitas, dan kesungguhan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan tepat. Untuk mempertimbangkan hal tersebut, maka setiap kantor akuntan publik wajib memiliki sistem pengendalian mutu dan menjelaskan unsur pengendalian mutu dan yang terkait dengan implementasi secara efektif dalam sistem.

Dalam merumuskan suatu kebijakan dan prosedur pengendalian mutu, KAP harus memperhatikan terhadap beberapa faktor penting yaitu mengenai ukuran kantor yang dimiliki, tingkat otonomi yang diberikan kepada personel dan kantor-kantor cabangnya, sifat praktik yang dijalankan, struktur organisasi kantor, dan pertimbangan atas biaya dengan manfaat yang akan diperoleh olen kantor akuntan publik.

Untuk dapat memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tentang sistem pengendalian mutu KAP, maka terdapat unsur-unsur dari sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik yang tercantum dalam (SPAP, 2001) SPM seksi 100 no.07, sebagai berikut: a. Independensi

(38)

b. Penugasan Personel

Dalam unsur ini mempunyai peran untuk memberikan keyakinan memadai bahwa penugasan akan dilaksanakan oleh staf professional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk penugasan tersebut. Dalam proses penugasan personel, sifat dan lingkup supervisi harus dipertimbangkan. Umumnya, apabila personel yang ditugaskan semakin cakap dan berpengalaman, maka supervisi secara langsung terhadap personel tersebut, semakin tidak diperlukan.

c. Konsultasi

Unsur konsultasi memberikan keyakinan memadai bahwa personel akan memperoleh informasi yang memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgement) yang memadai. Sifat konsultasi akan tergantung atas beberapa faktor, antara lain ukuran KAP dan tingkat pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan yang dimiliki oleh staf pelaksana perikatan.

d. Supervisi

(39)

menetapkan prosedur mengenai supervisi berbeda dengan tanggung jawab staf secara individual untuk merencanakan dan melakukan supervisi secara memadai atas perikatan tertentu.

e. Pemekerjaan

Unsur pemekerjaan memberikan keyakinan memadai bahwa semua staf profesionalnya memiliki karakteristik yang tepat sehingga memungkinkan mereka melakukan perikatan secara kompeten. Akhirnya, mutu pekerjaan KAP tergantung kepada integritas, kompetensi, dan motivasi personel yang melaksanakan dan melakukan supervisi atas pekerjaan. Oleh karena itu, program pemekerjaan KAP manjadi salah satu unsur penentu untuk mempertahankan mutu pekerjaan KAP.

f. Pengembangan peofesional

Unsur ini memberikan keyakinan memadai bahwa personel memiliki pengetahuan yang memadai sehingga memenuhi mereka untuk memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional dan berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan kepada personelnya pengetahuan memadai untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier mereka di KAP.

g. Promosi

(40)

untuk lapis tanggung jawab yang lebih tinggi. Praktik promosi personel akan berakibat terhadap mutu pekerjaan KAP. Kualifikasi personel terseleksi untuk promosi harus mencakup, tetapi tidak terbatas kepada karakter, intelegensi, pertimbangan dan motivasi.

h. Penerimaan dan keberlanjutan klien

Dalam penerimaan dan keberlanjutan klien bahwa perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas. Adanya keharusan bagi KAP untuk menetapkan prosedur dengan tujuan seperti tersebut, tidak berarti bahwa KAP bertugas untuk menentukan integritas atau keandalan klien, dan tidak juga berarti bahwa KAP berkewajiban kepada siapa pun, kecuali kepada dirinya, untuk menerima, menolak atau mempertahankan kliennya. Namun, dengan berdasarkan pada prinsip pertimbangan hati-hati, KAP disarankan selektif dalam menentukan hubungan profesionalnya.

i. Inspeksi

(41)

di KAP untuk melaksanakan kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya.

Dari kesembilan unsur yang terdapat dalam sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik, penulis akan memfokuskan lebih kepada tiga bagian dari kesembilan unsur tersebut, yakni terhadap supervsi, konsultasi dan inspeksi.

Dalam menerapkan berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian mutu, maka kantor akuntan publik memperhatikan kepada penetapan tangung jawab, komunikasi dan pemantauan. Berikut penjelasan yang terdapat dalam (SPAP, 2001) SPM seksi 100 No.08 – No 10, sebagai berikut:

a. Penetapan Tanggung Jawab

Penetapan tangung jawab ditetapkan kepada personil KAP agar dapat melaksanakan kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya secara efektif. Hal-hal yang harus mendapatkan pertimbangan memadai, dalam penetapan tanggung jawab, ialah kompetensi individu, penetapan wewenang, dan lingkup supervisi yang diberikan.

b. Komunikasi

(42)

menyampaikan kepada personel KAP, informasi mengenai kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang berhubungan dengan mereka. c. Pemantauan

KAP harus memantau keefektifan sistem pengendalian mutunya secara rutin, kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya penetapan tanggung jawabannya dan komunikasi kebijakan dan prosedurnya. Ukuran struktur dan sifat praktik KAP mempengaruhi keterbatasan dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh fungsi pemantauan KAP.

Selain pertimbangan unsur-unsur sistem pengendalian mutu diatas, kantor akuntan publik juga harus mempertimbangkan kondisi dan kemampuan para personelnya. Oleh karena itu agar kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang telah dirancang dan ditetapkan dapat berjalan secara efektif, maka harus disertai tindakan yang dapat menjamin kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan kebijakan dan prosedur.

(43)

4. Supervisi

Dalam setiap aktivitas organisasi atau perusahaan, tindakan supervisi biasa dilakukan oleh atasan terhadap bawahan untuk memeriksa dan memastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan telah dilakukan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.

Dalam profesi akuntan publik, supervisi merupakan hal yang penting. Dalam bidang pemeriksaan akuntan, supervisi diatur dalam Standar Profesional Akuntansi Publik. Seksi ini berisi panduan bagi auditor yang melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Pengertian supervisi berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (2001:311) ialah sebagai berikut:

Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan yang dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor akuntan. Luasnya supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit.

(44)

sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik, supervisi harus dilakukan untuk memastikan bahwa bawahan telah mengerti terhadap pekerjaan lapangan audit yang akan dilakukan.

Menurut Mulianto dkk (2006), supervisor memiliki peran ganda yaitu: a. Suatu saat ia mewakili perusahaan menyampaikan instruksi kerja,

perintah atau informasi lain kepada bawahan serta harus menjaga kepentingan perusahaan.

b. Di saat lain, ia harus menyampaikan keluhan karyawan kepada atasan, memperjuangkan kebutuhan karyawan, dan membela nasib karyawan sesuai dengan norma-norma, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP, 2001) unsur supervisi ialah sebagai berikut:

a. Memberikan instruksi kepada asisten

Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur yang mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang kemungkinan berpengaruh terhadap sifat, lingkup, dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti sifat bisnis entitas yang bersangkutan dengan penugasan dan masalah akuntan dan audit. b. Menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang

dijumpai dalam audit.

(45)

Signifikan yang muncul dalam audit sehingga auditor dapat menetapkan seberapa signifikan masalah tersebut.

c. Memeriksa kembali pekerjaan yang dilaksanakan.

Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus di review untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan auditor harus menilainya apakah hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan auditor.

d. Menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor akuntan. Auditor yang bertanggung jawab akhir mengenai auditnya dan asistennya harus menyadari prosedur yang harus diikuti jika terdapat perbedaan pendapat mengenai masalah akuntansi di antara personel Kantor Akuntan Publik yang terlibat dalam audit. Prosedur tersebut harus memungkinkan asisten mendokumentasikan ketidaksetujuan di antara mereka, dan kesimpulan yang diambil jika setelah konsultasi memadai, ia berkeyakinan bahwa perlu baginya untuk tidak sependapat dengan penyelesaian masalah tersebut. Dalam hal ini, dasar penyelesaian akhir masalah harus juga didokumentasikan.

Menurut (Lidyawati, 2007) terdapat berbagai kebijakan dan prosedur untuk mengimplementasikan tindakan supervisi yaitu :

(46)

1) Bebankan tanggung jawab fungsi perencanaan suatu perikatan kepada satu atau lebih personel dengan tingkat wewenang yang memadai. Ikut sertakan personel yang semestinya ditugasi ke perikatan tertentu dalam proses perencanaan.

2) Kembangkan informasi tentang latar belakang atau informasi review yang dikumpulkan dari perikatan sebelumnya dan lakukan pemutakhiran sesuai dengan kondisi yang telah berubah.

3) Jelaskan hal-hal yang harus dicakup dalam proses perencanaan penugasan.

b. Sediakan prosedur untuk mempertahankan standar mutu KAP untuk pekerjaan yang dilaksanakan. Langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Lakukan supervisi memadai pada semua tingkat organisasi, dengan mempertimbangkan pelatihan, kemampuan, dan pengalaman personel yang ditugasi.

2) Kembangkan pedoman mengenai bentuk dan isi kertas kerja.

3) Manfaatkan lembar isian, daftar pemeriksaan, dan kuesioner standar, sejauh sesiau dengan kondisi, untuk membantu pelaksanaan perikatan.

4) Sediakan prosedur untuk menyelesaikan perbedaan pertimbangan profesional di antara tim pelaksana perikatan.

(47)

5. Konsultasi

Kebijakan konsultasi yang ada dalam kantor akuntan publik merupakan alat untuk memberikan pengalaman kepada personel. Konsultasi ditetapkan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan yang layak bahwa auditor pada kantor akuntan publik akan meminta bantuan sepanjang diperlukan dari orang yang mempunyai pertimbangan yang lebih matang ataupun otoritas.

Tindakan konsultasi ini diharapkan agar para pekerja lapangan audit dapat meminta bantuan saran atau solusi kepada atasan audit dengan tidak kaku, sehingga segala pekerjaan lapangan audit yang dilakukan tetap dalam koridor yang telah ditetapkan.

Menurut (Lidyawati, 2007) terdapat berbagai kebijakan dan prosedur untuk mengimplementasikan tindakan konsultasi yaitu :

a. Menganalisa masalah dan situasi khusus, sehingga personel harus berkonsultasi dengan sumber atau pihak yang berwenang mengenai masalah yang tidak biasa. Langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Informasikan kebijakan dan prosedur konsultasi KAP kepada personel

2) Tentukan bidang atau situasi khusus yang mengharuskan personel untuk berkonsultasi

(48)

4) Bentuk fungsi riset untuk membantu personel dalam hal masalah praktik.

b. Terdapat satu individu sebagai spesialis yang bertindak sebagai pihak yang berwenang, dan tetapkan wewenang tersebut dalam koridor konsultasi. Buat prosedur untuk menyelesaikan perbedaan pendapat antara personel pelaksana perikatan dengan para spesialis.

c. Tentukan lingkup dokumentasi yang harus dilakukan terhadap hasil konsultasi mengenai masalah atau situasi khusus yang mengharuskan adanya konsultasi khusus. Langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Jelaskan lingkup dokumentasi yang perlu disiapkan dan tanggung jawab penyiapannya kepada personel

2) Tunjukkan kondisi yang mengharuskan dilakukannya dokumentasi konsultasi.

3) Buat arsip, berdasarkan subjek, yang memuat hasil konsultasi untuk referensi dan riset pada masa mendatang.

(49)

6. Inspeksi

Inspeksi merupakan tindakan untuk memeriksa kembali terhadap pekerjaan lapangan audit yang telah dilakukan oleh auditor. Maksud dari pemeriksaan kembali ialah apakah segala tahapan dalam pekerjaan lapangan audit yang ditentukan telah dijalankan dengan baik atau tidak, karena jika tindakan inspeksi tidak dilakukan, resiko mutu audit yang dihasilkan akan semakin tinggi dan tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja dari kantor akuntan publik.

Dalam pelaksanaan tindakan inspeksi, kantor akuntan publik tentunya harus menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu seperti menetapkan program inspeksi dan menyajikan pelaporan temuan inspeksi kepada tingkat manajemen yang semestinya.

Menurut (Lidyawati, 2007) terdapat berbagai kebijakan dan prosedur untuk mengimplementasikan tindakan inspeksi yaitu :

a. Tetapkan batas lingkup dan isi program inspeksi KAP. Langkah yang dapat dilakukan ialah:

1) Tetapkan prosedur inspeksi yang diperlukan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP diterapkan dengan efektif.

2) Tetapkan kualifikasi staf pelaksana inspeksi dan metode pemilihannya.

(50)

b. Sajikan pelaporan temuan inspeksi dan tindakan pemantauan yang dilaksanakan atau direncanakan, kepada tingkat manajemen yang semestinya. Langkah yang dapat dilakukan ialah:

1) Lakukan pembahasan temuan review inspeksi terhadap perikatan yang di-review, dengan staf pelaksana perikatan.

2) Lakukan pembahasan temuan inspeksi mengenai unit, fungsi, departemen yang di-review, dengan personal manajemen yang bersangkutan.

3) Laporkan temuan dan rekomendasikan inspeksi, bersama dengan tindakan perbaikan yang diambil atau direncanakan, kepada manajemen KAP.

4) Pastikan bahwa tindakan perbaikan yang direncanakan telah dilaksanakan.

Dari hasil tindakan inspeksi, hasil pekerjaan lapangan audit akan dapat terlihat baik atau buruk, sehingga inspeksi memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap pekerjaan lapangan audit.

C. Pekerjaan Lapangan Audit

(51)

lapangan audit termasuk di dalam standar auditing dalam bagian standar pekerjaan lapangan.

Standar pekerjaan lapangan menurut (SPAP, 2001) SA seksi 150 No.2 b. ialah:

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Dalam pekerjaan lapangan audit terdapat beberapa langkah umum yang diperlukan. Berikut tujuh langkah pokok yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit laporan keuangan menurut (Boynton, 2004: 190) yaitu: 1. Memahami terlebih dahulu terhadap jenis bisnis dari klien.

2. Mengidentifikasi asersi laporan keuangan yang relevan.

3. Membuat keputusan tentang jumlah yang material bagi para pengguna laporan keuangan.

(52)

5. Memperoleh bukti melalui prosedur audit, termasuk prosedur untuk memahami pengendalian intern, melaksanakan pengujian pengendalian, dan melaksanakan pengujian substantif.

(53)

Gambar 2.1.

Pengujian bertujuan ganda

Gambaran umum proses pekerjaan lapangan auditmenurut (Boynton, 2004: 191)

Memperoleh pemahaman tentang

(54)

Gambar 2.1 merupakan gambaran umum proses pekerjaan lapangan audit. Auditor harus mengembangkan pemahaman tentang bisnis dan industri agar dapat memahami substansi ekonomi suatu transaksi entitas serta untuk mengembangkan harapan tentang laporan keuangan entitas. Auditor harus membagi audit berdasarkan fungsinya tersendiri seperti audit atas saldo akun utama, penggolongan transaksi dan audit atas asersi laporan keuangan untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi.

Kemudian auditor membuat keputusan perencanaan penting tentang apa yang dianggap material bagi laporan keuangan (materialitas), dan tentang resiko salah saji yang material dalam laporan keuangan (risiko audit). Keputusan pendahuluan ini akan membimbing kinerja prosedur audit untuk mengumpulkan bukti tentang asersi laporan keuangan dan secara keseluruhan, kewajaran penyajian laporan keuangan.

Ketika auditor mengumpulkan bukti tentang kewajaran penyajian laporan keuangan, ia juga menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam proses audit untuk menentukan apakah terdapat jasa bernilai tambah lain yang mungkin bermanfaat bagi manajemen dan dewan direksi. Akhirnya, audit akan berakhir pada komunikasi temuan audit, pernyataan pendapat atas laporan keuangan, komunikasi dengan komite audit, serta komunikasi lain dengan dewan direksi dan manajemen berkaitan dengan jasa bernilai tambah.

(55)

berlaku, maka kantor akuntan publik harus menerapkan sistem pengendalian mutu secara terus menerus.

Tindakan yang sering dilakukan oleh auditor ketika sedang mengaudit dilapangan yaitu supervisi, konsultasi dan inspeksi. Untuk supervisi dilakukan terhadap pekerjaan lapangan agar auditor mendapat pengarahan yang tepat ketika dalam mengaudit. Untuk konsultasi, auditor dapat mengkomunikasikan kesulitan pekerjaan lapangan auditnya kepada pihak yang mengerti terhadap masalah pekerjaan tersebut. Untuk Inspeksi, dilakukan agar segala bentuk pekerjaan lapangan audit itu telah dipastikan sesuai dengan aturan pekerjaan lapangan audit yang berlaku, sehingga inspeksi bersifat untuk meninjau kembali terhadap pekerjaan lapangan audit yang telah dilakukan.

D. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini mengkaji pengaruh sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik, yang dimana supervisi sebagai (X1), konsultasi sebagai (X2), dan inspeksi sebagai (X3) terhadap pekerjaan lapangan audit sebagai (Y).

(56)

Gambar 2.2.

Kerangka Pemikiran

E. Perumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Karena jawaban yang diberikan masih didasarkan pada teori yang relevan, tidak berdasar pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2005), dengan kata lain rumusan hipotesis merupakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, karena masih perlu dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.

Berdasarkan dari rumusan masalah penelitian, maka penulis akan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh antara tindakan supervisi auditor terhadap pekerjaan lapangan audit.

SUPERVISI (X1)

INSPEKSI (X3) KONSULTASI

(57)

2. Terdapat pengaruh antara tindakan konsultasi auditor terhadap pekerjaan lapangan audit.

3. Terdapat pengaruh antara tindakan inspeksi auditor terhadap pekerjaan lapangan audit.

(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan dirancang untuk meneliti pengaruh sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik, yakni supervisi, konsultasi, dan inspeksi terhadap pekerjaan lapangan audit. Untuk penelitian ini, data diambil dari sejumlah sampel yang ada dalam populasi.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 1999:73), sedangkan populasi merupakan keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi.

(59)

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam melakukan penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang akan digunakan oleh penulis ialah teknik simple random sampling. Metode simple random sampling memberikan kesempatan yang sama bersifat tidak terbatas pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel (Indriantoro dan Supomo, 1999: 124).

Alasan penulis menggunakan metode tersebut karena sampel dari penelitian ini ialah auditor eksternal yang terdapat dalam kantor akuntan publik, yang dimana auditor eksternal ini bisa mencakup auditor senior, auditor junior maupun staf auditor, sehingga pada saat penelitian dilakukan, sampel yang telah diberikan daftar pertanyaan (kuesioner) memiliki tingkatan dan kesempatan yang sama dalam menjawab.

C. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data

(60)

2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam data primer, pengumpulan data dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan (kuesioner) langsung kepada sampel. Sumber data diperoleh langsung dari para auditor eksternal yang terdapat dalam kantor akuntan publik, baik itu tingkatan senior, junior maupun staf auditor. Dalam data sekunder, pengumpulan data dilakukan dengan memperoleh data dari buku, literatur, jurnal, skripsi, (SPAP, 2001) dan referensi lainnya yang terkait dengan penelitian ini. Sumber data diperoleh dari perpustakaan-perpustakaan, baik universitas negeri maupun swasta, dan dari internet.

D. Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 11.5. Analisis ini bertujuan untuk menentukan keeratan hubungan antara variabel supervisi (X1),

konsultasi (X2), dan inspeksi (X3) dengan pekerjaan lapangan audit (Y).

1. Uji Instrumen Penelitian a. Uji Validitas

(61)

dapat mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 1999: 181). Pengujian validitas ini menggunakan metode Pearson Correlation yang dapat dilihat dari hasil korelasi bivariate dengan melihat output kolom Corrected Item-Total Correlation adalah identik karena keduanya mengukur hal yang sama (Ghozali, 2004;46). Metode ini akan menunjukkan korelasi antara masing-masing butir pernyataan terhadap skor butir-butir pernyataan tiap variabel. Suatu instrumen dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan yaitu nilai r hitung lebih besar daripada r tabel. Kriteria dalam pengambilan keputusan untuk menentukan valid yakni jika nilai r hitung lebih besar daripada r tabel pada taraf signifikan 5% (Ghozali, 2005;45).

b. Uji Reliabilitas

(62)

c. Uji Klasik

1) Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi data normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal. (Santoso, 2002;212). Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2002;74).

2) Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ini terdapat korelasi antar variabel bebas (independen). Jika ternyata ditemukan hubungan korelasi, maka model regresi ini terjadi multikolinieritas. Untuk model regresi yang baik ialah regresi yang tidak terjadinya multikolinieritas. Cara mengetahuinya ialah dengan melihat pada VIF (Variance Inflation Factor) dan angka tolerance. Jika VIF tersebut kurang dari 10 dan angka tolerance dibawah 0,9 maka instrumen seperti ini dikatakan tidak terjadi multikoliniearitas.

Hipotesis:

H0 : Model regresi tidak terjadi multikolinieritas

(63)

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika nilai variannya tetap, maka disebut Homokedastisitas. Jika variannya berbeda disebut dengan heterokedastisitas. Model regresi yang baik ialah terjadinya homokedastisitas yang berarti tidak terjadinya heterokedastisitas.

Dasar pengambilan keputusannya, jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi Heterokedastisitas. Apabila terdapat pola yang menyebar, yang dimana titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heterokedastisitas (Santoso, 2002; 210).

Hipotesis:

H0 : Model regresi tidak terjadi Heterokedastisitas.

H1 : Model regresi terjadi Heterokedastisitas.

2. Analisis Data

a. Analisis Regresi Berganda

(64)

mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara tiga variabel bebas (X1,X2, dan X3) dengan variabel terikat (Y) dipergunakan analisis regresi linier dengan persamaan matematik sebagai berikut:

Y = a + bX1 + bX2 + bX3 + e

Dimana:

Y = Pekerjaan lapangan audit (Variabel Terikat) a = Konstanta, harga Y bila X = 0

b = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan pada variabel bebas (X). Bila b (+) maka naik, dan bila b (-) maka terjadi penurunan,

X1 = Supervisi

X2 = Konsultasi

X3 = Inspeksi

e = Standart Error

Nilai koefisien regresi atau b diperoleh dengan menggunakan SPSS versi 11.5. Sedangkan hipotesis yang digunakan adalah:

Ho = Koefisien model regresi tidak signifikan H1 = Koefisien model regresi signifikan

Dengan kriteria sebagai berikut:

(65)

b. Pengujian Hipotesis 1) Uji T

Analisis regresi secara univariate dengan menggunakan t-test dengan taraf signifikansi 5% untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai probabilitas.

Jika nilai probabilitas > 0,05 dan nilai t table lebih besar dari pada t hitung maka H0 diterima dan H alternative ditolak, yang

berarti tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan jika terjadi sebaliknya, jika nilai probabilitas < 0,05 dan nilai t table lebih kecil dari t hitung maka H0 ditolak dan

H alternatif diterima, yang berarti bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

2) Uji F

Analisis regresi secara multivariate dengan menggunakan metode uji f dengan taraf signifikansi 5% untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independen secara serentak atau simultan terhadap variabel dependen.

Uji ini dilakukan dengan melihat nilai probabilitas, jika nilai probabilitas > 0,05 dan nilai f tabel lebih besar dari nilai f hitung maka H0 diterima dan H alternatif ditolak, yang berarti tidak ada

(66)

nilai f tabel lebih kecil dari nilai f hitung maka H0 ditolak dan H

alternatif diterima, yang berarti terdapat pengaruh signifikan secara serentak variabel independen terhadap variabel dependen

3) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur persentase variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh semua variabel bebasnya. Untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas, digunakan adjusted R2 sebagai koefisien determinasi. (Santoso, 2004: 365). Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dimana semakin tinggi nilai R2 suatu regresi atau semakin mendekati 1, maka hasil regresi tersebut semakin baik. Hal ini berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat.

(67)

E. Operasional Variabel Penelitian

Definisi dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu variabel pekerjaan lapangan audit, variabel supervisi, variabel konsultasi, dan variabel inspeksi. Perincian dari masing-masing variabel tersebut adalah: 1. Variabel Dependen : Pekerjaan Lapangan Audit (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pekerjaan lapangan audit. Yang dimaksud dalam pekerjaan lapangan audit ini adalah segala jenis dan tahapan pekerjaan audit yang akan dilakukan oleh auditor ketika dalam proses mengaudit.

Pekerjaan lapangan audit ini diukur dengan menggunakan tingkat efektif dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan lapangan audit yang dilakukan oleh auditor eksternal. Dalam pengukurannya tersebut digunakan skala likert dengan ukuran ordinal.

Tabel 3.1.

Skala Likert Variabel Dependen (Y)

Pernyataan Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Tidak Berpendapat 3

Tidak Setuju 2

(68)

2. Variabel Independen (X) a. Supervisi (X1)

Supervisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu bentuk pengarahan yang dilakukan oleh auditor terhadap tim pelaksana audit, sehingga meyakinkan bahwa tim pelaksana audit memahami terhadap pekerjaan audit yang akan dilakukan. Supervisi dapat diukur dari kualifikasi personel yang melakukan supervisi, kerumitan masalah, dan lingkup konsultasi yang tersedia. Pengukuran tindakan supervisi ini dengan menggunakan instrumen dengan lima point skala likert. b. Konsultasi (X2)

Konsultasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu aktivitas untuk memberikan keyakinan memadai bahwa semua personel akan memperoleh informasi sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki pengetahuan, dan kompetensi yang memadai. Konsultasi disini dilakukan oleh orang yang melakukan audit. Konsultasi dapat diukur dari kualifikasi personel yang memberikan konsultasi, ukuran besarnya KAP, lalu dapat juga diukur dari tingkat pertimbangan yang dimiliki oleh staf pelaksana pekerjaan audit. Pengukuran tindakan konsultasi ini dengan menggunakan instrumen dengan lima point skala likert.

c. Inspeksi (X3)

(69)

untuk mengendalikan dan memeriksa pekerjaan yang telah dilakukan tim pelaksana audit telah sesuai dengan tujuan awal pekerjaan audit yang ditetapkan. Inspeksi dalam penelitian ini dapat diukur dengan melihat kebijakan dan prosedur inspeksi, memantau kepatuhan personel terhadap pekerjaan audit yang dilakukan, tingkat dokumentasi terhadap inspeksi yang telah dilakukan. Pengukuran tindakan inspeksi ini dengan menggunakan instrumen dengan lima point skala likert.

Tabel 3.2.

Skala Likert Variabel Independen (X)

Pernyataan Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Tidak Berpendapat 3

Tidak Setuju 2

(70)

Tabel 3.3.

Operasional Variabel

Variabel Indikator Ukuran Skala

Pekerjaan Lapangan

Audit (Y)

ƒ Penelahaan kembali terhadap kejadian ekonomi tertentu.

ƒ Langkah kerja audit yang ditetapkan.

ƒ Situasi pekerjaan lapangan audit

ƒ Efektifitas dari perencanaan audit.

ƒ Pemahaman terhadap pengendalian intern klien.

ƒ Bukti audit yang kompeten.

ƒ Komunikasi antara auditor eksternal dengan klien.

ƒ Efektif dan efisiensi pekerjaan lapangan.

ƒ Ketepatan dalam bekerja.

ƒ Ketelitian dalam menganalisa.

Ordinal Likert

Supervisi (X1)

ƒ Pendelegasian tanggung jawab dari supervisor.

ƒ Tindakan terhadap adanya ketidakpuasan bawahan.

ƒ Saling terbuka, jujur dan interaktif.

ƒ Pengawasan secara berkala.

ƒ Pujian terhadap kinerja yang baik serta bantuan untuk mendapat peluang kerja.

ƒ Kepedulian terhadap minat bawahannya.

ƒ Adanya review program audit.

ƒ Kompetensi yang memadai.

ƒ Kelengkapan data permanen sebagai bahan bukti audit

ƒ Waktu dalam mereview.

Ordinal Likert

Konsultasi (X2)

ƒ Ruang lingkup dalam konsultasi

ƒ Tersedianya ruang perpustakaan literatur

ƒ Kesempatan dalam berkonsultasi.

ƒ Identifikasi masalah dalam konsultasi.

ƒ Standar dalam konsultasi.

ƒ Pendokumentasian hasil konsultasi.

ƒ Adanya panduan teknis audit.

ƒ Dorongan atasan untuk menggunakan perpustakaan KAP.

ƒ Adanya prosedur dalam konsultasi.

Ordinal Likert

Inspeksi (X3)

ƒ Adanya prosedur inspeksi KAP.

ƒ Ruang lingkup program inspeksi KAP.

ƒ Standar pelaksana inspeksi.

ƒ Kompetensi dalam inspeksi.

ƒ Review terhadap prosedur pengendalian mutu KAP.

ƒ Evaluasi pengendalian mutu secara berkala.

ƒ Pelaporan hasil inspeksi kepada atasan.

ƒ Pembahasan hasil inspeksi dalam tingkatan atasan.

(71)

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian

(72)

Tabel 4.1.

Rincian Pembagian dan Pengumpulan Kuesioner

Keterangan Jumlah Pembagian Kuesioner 160

(Kuesioner yang tidak kembali) (27) Kuesioner yang kembali 133

Tingkat pengembalian

(Response Rate) 83 % Sumber : data primer yang diolah

2. Karakteristik Responden

Berikut ini adalah karakteristik dari responden yang disajikan dalam bentuk tabel:

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden

Frekuensi Keterangan

Absolut Persentase

Jumlah Responden 133 100 %

Jenis Kelamin

Pria 85 64 %

Wanita 48 36 %

Posisi Jabatan

Partner 26 20 %

(73)

Auditor Senior 29 21 % Auditor Junior 55 42 % Pendidikan Terakhir

S 3 2 1,5 %

S 2 11 8, 5 %

S 1 100 75 %

D 3 20 15 %

Lama Bekerja

> 5 tahun 52 40 %

3 – 5 tahun 18 13 %

< 3 tahun 63 47 % Sumber : data primer yang diolah

(74)

pengalaman lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 40%, dan selebihnya diisi oleh responden yang memiliki pengalaman audit antara 3 sampai dengan 5 tahun yaitu sebesar 13%.

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data primer, penulis melakukan penyebaran kuesioner kepada para auditor yang bekerja di 30 Kantor Akuntan Publik di wilayah DKI Jakarta sebanyak 160 kuesioner. Sebelum kuesioner disebar ke 160 responden, peneliti melakukan Try Out terlebih dahulu terhadap 20 responden dengan memberikan 48 butir pertanyaan untuk menguji tingkat validitas dan reabilitas instrumen penelitian yang digunakan.

1. Uji Instrumen Penelitian a. Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Tabel 4.3.

Hasil Uji Validitas Data Try Out

No. Variabel r hitung r tabel Kesimpulan

1 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 9156 0,3783 Valid 2 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 8361 0,3783

Valid 3 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 7556 0,3783

Valid 4 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 7520 0,3783

(75)

5 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 6157 0,3783

Valid 6 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 7777 0,3783

Valid 7 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 7635 0,3783

Valid 8 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 7765 0,3783

Valid 9 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 7048 0,3783

Valid 10 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 6313 0,3783

Valid 11 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 6202 0,3783

Valid 12 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 6912 0,3783

Valid 13 Pekerjaan Lapangan Audit 0,7107 0,3783

Valid 14 Pekerjaan Lapangan Audit 0,7846 0,3783

Valid

21 Supervisi 0,4767 0,3783

Valid

22 Supervisi 0, 8032 0,3783

Valid

23 Supervisi 0,8152 0,3783

(76)

27 Konsultasi 0, 6805 0,3783

32 Konsultasi 0,8324 0,3783

Valid

33 Konsultasi 0, 6288 0,3783

Valid

34 Konsultasi 0, 8059 0,3783

Valid

35 Konsultasi 0,6459 0,3783

Valid

36 Konsultasi 0,5949 0,3783

(77)

Berdasarkan hasil uji validitas data try out pada tabel 4.3, data instrumen yang diperoleh merupakan valid secara keseluruhan. Karena dari 20 responden yang diteliti, diperoleh r hitung diatas r tabel yaitu r hitung diatas 0,3783. Sehingga korelasi item dinyatakan semuanya valid.

b. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel berarti instrumen tersebut bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,6 (Nugroho, 2005: 72).

Tabel 4.4.

Hasil Uji Reliabilitas Data Try Out

No Variabel α hitung Kesimpulan

1 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 9407 Reliabel

2 Supervisi 0, 8892 Reliabel

3 Konsultasi 0, 9210 Reliabel

4 Inspeksi 0, 9203 Reliabel

Sumber : data primer yang diolah

(78)
(79)

Gambar 4.2. Hasil Uji Normalitas

Sumber : data primer yang diolah

Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal Plot dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal. Sedangkan pada grafik normal Plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. 2) Uji Multikolinieritas

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

(80)

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam pengujian ini jika model regresi yang bebas multiko adalah mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 sampai dengan 9 dan mempunyai angka tolerance dibawah 0,9.

Berdasarkan tabel 4.5, nilai tolerance untuk variabel supervisi ialah 0,369, variabel konsultasi ialah 0,342, dan variabel inspeksi ialah 0,361. Lalu untuk nilai VIF dari variabel supervisi ialah 2,71, variabel konsultasi ialah 2,923, dan variabel inspeksi ialah 2,770. Dari hasil nilai tolerance dan nilai VIF, maka hasil uji regresi ini tidak terjadi korelasi antar variabel yang berarti tidak terjadi multikolinieritas, dan model regresi ini menerima H0 dan menolak

H1 , karena untuk semua nilai tolerance masih dibawah 0,9 dan

Gambar

table” (2,44).  It shows that the independent variables influence the dependent
Gambar 2.1, Gambaran umum proses pekerjaan lapangan audit ............
Tabel “t” dan Tabel “r”
Gambar  2.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

dimaksudkan untuk meneliti dan mengkonfirmasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas audit lebih lanjut, yaitu audit tenur e, ukuran kantor akuntan

Hasil penelitian yang berbeda-beda tersebut memotivasi peneliti untuk meneliti kembali perbedaan audit report lag berdasarkan ukuran Kantor Akuntan Publik Big Four dan

audit persediaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Yuwono H &amp; Rekan di.. 10 perusahaan, maka penulis menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan

Pada pengujian statistik deskripsi dan didukung dengan teori – teori yang ada menunjukkan bahwa akuntan publik dan kantor akuntan publik pada enam KAP di Yogyakarta sudah

“Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Pergantian Kantor Akuntan Publik, Spesialisasi Audit Di Bidang Industri Klien Dan Independensi Akuntan Publik Terhadap Kualitas Audit Serta

in si laba yang lebih berkualitas. Investor akan lebih mempercayai informasi yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik big 4. Reputasi yang dimiliki oleh kantor akuntan publik

belakang ini, maka peneliti mengambil judul penelitian yaitu “Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Mutu pada Kinerja Auditor (Studi Kasus pada Kantor Akuntan

Berbagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja Kantor Akuntan Publik (KAP) harus terus dilakukan dari segi standar auditing , pengendalian mutu dan kualitas