• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Manajemen Risiko yang Baik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Manajemen Risiko yang Baik"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

KARAKTERISTIK MANAJEMEN RISIKO YANG

BAIK

Dosen : Dr.

Dra. Rahmani Timorita Y., M.Ag

Disusun Oleh:

Mau’izhotul Hasanah

(13423114)

Program Studi Ekonomi Islam

(2)

Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas nikmat dan karunianya yang telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Manajemen Risiko yang berjudul Karakteristik Manajemen Risiko yang Baik. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada suri tauladan bagi umat manusia yakni nabi Muhamad SWT yang mana sesosok manusia sempurna yang telah memperjuangkan agama Islam sehingga sampai sejaya ini. Dan tak lupa saya berterima kasih kepada dosen pengajar kami

Dr. Dra. Rahmani Timorita Y., M.Ag yang mana telah membimbing kami selama materi ini berlangsung dan juga telah mempercayakan tugas ini kepada saya, sehingga saya dapat mengambil pengetahuan dan pembelajarannya.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I PENDAHULUAN...4

BAB II PEMBAHASAN...5

A. MANAJEMEN RISIKOYANG BAIKMENCAKUPTIGAHALYAITU:...5

B. MANAJEMEN RISIKOYANG BAIK MENCAKUP ELEMEN-ELEMENBERIKUTINI:...5

BAB III PEUTUP...10

A. KESIMPULAN...10

B. SARAN... 10

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

Risiko merupakan bagian dari kehidupan suatu perusahaan. Suatu perusahaan akan berjumpa dengan bermacam-macam risiko yang biasanya risiko itu memiliki sebuah konotasi yang negatif, yang dapat merugikan sebuah perusahaan tersebut jika tidak segera diantisipasi dari awal. Karena risiko berkaitan dengan kemungkinan keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran sebuah perusahaan. Dengan keadaan risiko yang akan menggangu sebuah pencapaian tujuan perusahaan Maka sebuah risiko haruslah dikelola dengan baik melalui manajemen risiko karena pada hakikatnya risiko tidak bisa dihindari.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Manajemen Risiko yang Baik mencakup tiga hal yaitu:

1. Formal dan sitematis

Formal merupakan kegiatan manajemen risiko yang dilakukan secara resmi oleh suatu organisasi atau perusahaan dengan tujuan tertentu dan mendapat dukungan dari Top Manajemen

2. Terintegrasi

Menunjukan bahwa suatu kegiatan tersebut menyatu dengan kegiatan yang lainnya dalam organisasi atau perusahaan, khususnya kegiatan lini dari suatu organisasi dikarenakan dalam suatu institusi atau unit usaha tidak dapat berdiri sendiri melainkan adanya keterkaitan dengan unit lainnya.

3. Komperhensif

Menunjukan bahwa manajemen risiko bukan kegiatan parsial melainkan kegiatan yang menyeluruh. Kegiatan manajemen risiko bukan hanya pekerjaan bagi manajer risiko, namun merupakan pekerjaan lini juga.

B. Manajemen Risiko yang Baik Mencakup Elemen-Elemen berikut

ini:

1. Memahami Bisnis Perusahaan

(6)

manajer, melainkan semua anggota perusahaan memiliki tanggung jawab atas manajemen risiko. Semua pihak dalam perusahaan harus menyadari bahwa pekerjaannya akan berpengaruh terhadap risiko perusahaan.

Dengan memahami bisnis perusahaan diharapkan seluruh potensi yang dapat menyebabkan risiko dapat diidentifikasi dengan baik sehingga dapat mendorong terciptanya konsep manajemen risiko yang sesuai dengan perusahaan karena untuk semua model manajemen risiko tidak bisa di terapkan sama untuk semua situasi, harus ada penyesuaian-penyesuaian terhadap risiko-risiko yang sedang dihadapi. Disamping itu dengan memahami bisnis perusahaan akan menghasilkan pelaksanaan manajemen risiko yang berbeda dengan perusahaan lain yang dapat diimplementasikan dengan baik.

2. Formal dan Terintegrasi

Dalam pengelolaan risiko yang efektif, perusahaan harus membuat manajemen risiko yang formal, yang merupakan suatu upaya khusus dan didukung oleh perusahaan. Secara singkat, manajemen risiko formal mencakup tiga hal yaitu: a) Infrastruktur Keras : Ruang kerja, struktur organisasi, komputer, model

statistik, dan sebagainya

b) Infrastruktur Lunak : Budaya kehati-hatian, organisasi yang responsif terhadap risiko, dan sebagainya

c) Proses Manajemen Risiko : Identifikasi, pengukuran, dan pengelolaan risiko

Disamping pengelolaan risiko secara formal, risiko perlu dikelola secara integratif. Bagan dibawah ini merupakan perbandingan antara paradigma manajemen risiko yang lama dengan yang baru yaitu:

Paradigma Lama Paradigma Baru

 Pengelolaan risiko dilakukan secara terpisah oleh masing-masing departemen atau fungsi. Perhatian lebih kepada akuntansi dan audit internal

(7)

 Ad-hoc: manajemen risiko dilakukan kejadian atau tindakan yang dapat memberikan dampak negatif terhadap kemampuan perushaan untuk menjalankan strateginya dan mencapai tujuannya. Kata tambahan manajemen terhadap risiko mempunyai implikasi bahwa risiko dikelola dengan cara:

1. Formal : menggunakan sumber daya perusahaan untuk mengelola risiko dengan tujuan tertentu seperti meningkatkan nilai perusahaan.

2. Terintegrasi : mempunyai keuntungan seperti lebih menyeluruh (semua risiko dilihat), biaya pendanaan lebih kecil seperti premi asuransi lebih murah, dan menghilangkan ketidakkonsistenan antarbagian dalam persahaan.

Untuk mencapai manajemen risiko yang terintegrasi secara formal, perusahaan dapat melakukan langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikas semua risiko dan merangking risiko (prioritas risiko)

2. Beberapa perusahaan mengunakan sesi brainstroming gabungan antara manajer perusahaan dengan konsultan untuk mengidentifikasi semua risiko. Langkah berikutnya adalah merangking risiko tersebut sehingga dapat dilihat urutasn prioritasnya. Manajer dalam hal ini dapat diminta untuk memberi rangking risiko-risiko yang diidentifikasi dengan menggunakan dimensi tertentu

3. Menghitung probabilitas dan dampak risiko secara kuantitatif. Pendekatan kuantitatif tersebut memungkinkan perusahaan menghitung dampak tersebut lebih akurat, meskipun tidak semua rasio dapat dikuantitatifkan.

(8)

3. Mengembangkan Infrastruktur Risiko

Dalam pelaksanaanya, manajemen risiko yang efektif membutuhkan infrastruktur risiko yang mendukung. Infrastrktur risiko yang mendukung disini adalah struktur organisasi. Perusahaan menggunakan struktur organisasi yang bervariasi. Disamping itu ketersediaan sarana dan prasarana menjadi suatu kebutuhan wajib yang harus dipenuhi etrmasuk didalamnya pengembangan SDM terkait dengan fungsi dari manajemen risiko tersebut.

4. Menetapkan Mekanisme Kontrol

Manajemen yang efektif harus memiliki sistem pengendalian yang baik, agar terjadinya mekanisme saling mengontrol, menghindari kekuasaan yang berlebihan, dan tidak adanya pemusatan kekuasaan. Jika terjadinya pemusatan kekuasaan maka akan menghalangi mekanisme check and balances.

5. Menetapkan Batas (Limits)

Penentuan batas merupakan bagian dari manajemen risiko, dengan adanya batasan maka manajer dapat menentukan batas kendali yang dimilikinya sehingga mereka mengetahui kapan harus jalan dan kapan harus berhenti. Dalam menetapkan batas tergantung pada tipe risikonya seperti:

a) Risiko pasar : batas risiko mencakup VAR maksimunm tertentu, pembatasan pada jenis instrumen yang dapat diperdagangkan, kualifikasi trader, durasi, batas untuk stop-loss.

b) Risiko kredit : batas risiko mencakup konsentrasi kredit nasabah, sektor tertentu atau negara tertentu, tingkat risiko dari calon nasabah.

c) Risiko oprasional : batas risiko mencakup standar kualitas minimum untuk operasi, sistem, dan proses.

Di samping itu, penetapan batas dapat diperluas untuk mengendalikan risiko bisnis tertentu.

6. Fokus Pada Aliran Kas

(9)

kas perusahaan. Perawasan tersebut dapat berupa pengawasan sederhana contohnya adanya otorisasi untuk setiap cek yang dikeluarkan atau untuk transfer uang. Mekanisme pengawasan lainnya contohnya pengecekan konsistensi antara transaksi kas dengan posisi kas.

7. Sistem Insentif yang tepat

People respond incentives, Sistem insentif akan membuat seseorang berprilaku tertentu. Timbulnya risiko seringkali disebabkan oleh penyalahgunaan wewenang yang dimiliki oleh pihak internal perusahaan atau karyawan perusahaan. Maka dari itu untuk mengendalikan karyawan agar tidak terjadinya penyalahgunaan wewenang diperlukannya suatu sistem penghargaan atau bonus bagi karyawan. Dengan sistem ini maka dapat menurunkan tumbuhnya keinginan untuk menyalahgunakan wewenang karena kesejahteraan karyawan secara umum telah terpenuhi.

Sistem insentif juga dapat digunakan untuk merubah perilaku seseorang agar menjadi lebih sadar akan risiko. Contohnya, Chase menggunakan Shareholders Valua Added (SVA) sebagai cara untuk mendorong perilaku sadar risiko. Manajer Chase akan dinilai berdasarkan SVA yang mereka ciptakan, SVA dihitug sebagi berikut:

SVA = Pendapatan Operasional – Beban untuk modal

Beban untuk modal dihitung berdasarkan risiko dari modal tersebut. Sebagai contoh, jika manajer menggunakan modal untuk kegiatan yang berisiko, maka beban modal akan lebih besar, sesuai dengan risiko yang lebih tinggi tersebut. Melalui cara tersebut, risiko dikaitkan dengan kinerja. Jika kinerja melakukan aktivitas yang berisiko, maka ia harus bisa menghasilkan keuntungan yang lebih besar untuk menghasilkan kompensasi risiko tersebut.

Jika manajer dibebani dnegan target penjualan tanpa memperhitungkan risiko, maka manajer akan selalu berusaha meningkatkan penjualan. Ada kemungkinan besar bahwa risiko perusahaan dalam situasi tersebut akan meningkat, karena secara umum ada hubungan positif antara risiko dengan tingkat keuntungan termasuk penjualan. Manajer akan memasuki wilayah yang lebih berisiko karena mengejar target penjualan tersebut.

(10)

Pada pembahasan sebelumnya telah banyak pembicarakan mengenai sisi keras dari manajemen risiko seperti pengukuran risiko secara kuantitatif, struktur organisasi dan sebagainya, dimana sisi keras tersebut diharapkan dapat mendorong perilaku sadar risiko dari anggota organisasi. Disamping sisi keras terdapat sisi lunak pada manajemen risiko yang perlu diperhatikan juga. Sisi lunak tersebut akan terlihat pada budaya yang lebih sadar akan risiko. Dan untuk mendorong sisi lunak tersebut dapat dilakukan dengan cara:

a) Menetapkan suasana keseluruhan (setting the tone) yang kondusif untuk perilaku yang berhati-hati, dimulai dari atas dengan menunjukan komitmen dari manajemen puncak.

b) Menetapkan prinsip-prinsip manajemen risiko yang dapat mengarahkan budaya, perilaku, dan nilai risiko dari organisasi.

c) Mendorong komunikasi yang terbuka untuk mendiskusikan isu risiko, dampak risiko, dan belajar bersama dari kejadian-kejadian di perusahaan sendiri atau di perusahaan lainnya.

d) Memberikan program pelatihan dan pengembangan yang berkaitan dengan manajemen risiko.

e) Mendorong perilaku yang mendukung manajemen risiko melalui evaluasi dan sistem insentif yang sesuai.

BAB III

PENUTUP

(11)

Karakteristik manajemen risiko yang baik harus dipahami oleh perusahaan karena dengan melihat karakteristik manajemen risiko yang baik akan berdampak positif bagi sebuah perusahaan tersebut. Disini manajemen risiko yang baik mencakup tiga hal yaitu formalitas dan sistematis, terintegrasi dan juga komperhensif. Ketiganya untuk sebuah manajemen risiko yang baik harus ada.

Sedangkan untuk lebih lengkapnya manajemen risiko yang baik mencakup beberapa elemen yaitu: Pertama, memahami bisnis perusahaan agar ketika seseorang ingin mengelola risiko dapat menyesuaikan dengan risiko-risiko yang sedang dihadapi. Kedua, formal dan terintegrasi. Ketiga, mengembangkan infrastruktur risiko. Keempat, menetapkan mekanisme kontrol. Kelima, menetapkan batas (limits). Keenam, fokus pada aliran kas. Ketujuh, sistem insentif yang tepat. Kedelapan, Mengembangkan budaya sadar risiko.

B.Saran

Dengan disusunnya makalah ini, dari penulis berharap agar para pembaca khususnya mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang Karakteristik Manajemen Risko yang Baik sehingga bisa lebih selektif dalam mengelola sebuah risiko karena manajemen risiko sendiri bukan hanya berguna bagi sebuah perusahaan tapi berguna juga bagi kehidupan setiap manusia jika dapat dilakukan dengan baik.

Dalam makalah ini mungkin sangat banyak sekali kesalahan-kesalahan dari segi penulisan ataupun hal yang lainnya. Dengan demikian saya sebagai penulis mohon maaf dan juga saya mengharapkan kritik dan saran atas tulisan saya agar bisa membangun dan memotivasi saya agar membuat tulisan yang jauh lebih baik lagi.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

 Hanafi Mamduh M. Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2009

 http://referensikuu.blogspot.co.id/2012/05/manajemen-resiko.html

Referensi

Dokumen terkait

Kerangka kerja pelaporan yang yang telah digambarkan sebelumnya menyoroti  pemajanan suatu perusahaan terhadap risiko valuta asing yang bisa terjadi kapan pun. Namun

Paparan hasil penelitian pada sebuah cabang perusahaan perbankan (PT ABC Cabang X) ini merupakan suatu tawaran untuk menerapkan metode manajemen risiko kejahatan pada

Pengaruh Karaktristik Dewan Komisaris, Risiko Pelaporan Keuangan dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Pembentukan Komite Manajemen Risiko Yang Terpisah Dengan Komite Audit

Diani (2013) berpendapat bahwa dalam menangani tanggung jawab pengawasan risiko perusahaan membutuhkan komite manajemen risiko, perusahaan dengan proporsi komisaris

 Keunggulan kompetiti. Sebuah arsitektur kepatuhan yang luas dan konsisten dapat memungkinkan suatu perusahaan untuk lebih memahami dan mengendalikan proses bisnis mereka,

Dalam penelitian ini akan dilakukan identifikasi risiko, analisa risiko serta perancangan strategi proaktif yang sesuai bagi perusahaan agar dapat menangani risiko yang

Dan semua masalah yang bisa mengakibatkan suatu kerugian bagi sebuah perusahaan hal ini yang dikenal sebagai risiko.52 Risiko operasional ialah resiko yang umumnya berasal

Dengan diterapkannya manajemen risiko, Pabrik Roti Ganto dapat menciptakan suatu strategi dalam mempertahankan bisnis dari kompleksnya risiko, serta perusahaan dapat merumuskan mitigasi