• Tidak ada hasil yang ditemukan

TORTOR HUSIP-HUSIP DALAM UPACARA KEMATIAN SAURMATUA PADA MASYARAKAT BATAK TOBA : KAJIAN KOMUNIKASI NON VERBAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TORTOR HUSIP-HUSIP DALAM UPACARA KEMATIAN SAURMATUA PADA MASYARAKAT BATAK TOBA : KAJIAN KOMUNIKASI NON VERBAL."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

TORTOR HUSIP-HUSIP DALAM UPACARA KEMATIAN

SAURMATUA PADA MASYARAKAT BATAK TOBA :

KAJIAN KOMUNIKASI NON VERBAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

YULI M. SIDABUTAR

NIM 2111340002

PROGRAM STUDI SENI TARI

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRACT

Yuli M.Sidabutar, 2111340002. TORTOR HUSIP-HUSIP TRADITIONAL CEREMONY OF SAURMATUA IN BATAK TOBA SOCIETY: THE STUDY OF NON VERBAL COMMUNICATION. Essay. Medan: Faculty of Language and Art, State University of Medan, 2015.

This study aims to find out how non-verbal communication of Tortor

Husip-husip in Batak Toba society. The population in this study are some of the traditional

leaders Batak Toba society in Simanindo district, some of the artists who know about

Tortor Husip-husip and the actors (citizens) who are involved as performer Tortor-husip Husip. The sample is also customary prominent figure, artists, and actors

involved in Tortor Husip-husip.

The method is used descriptive qualitative method. To complete the data in this study, the research conducted field observations, video, interviews and also documentation.

The results of the data collected can be seen in non-verbal communication of

Tortor Husip-husip in Batak Toba society, which is not only as a dance performed in

ceremonies of death Batak Toba, but also can serve as a medium of communication and symbolic systems. The uniqueness and characteristic of this tortor are gotten in Husip-husip which has meaning how expressing of whispering, hopeful and prayers to those who have Saurmatua. As a medium of non-verbal communication can be seen from the gesture. The dancers are not only get dance as usual, but there are non-verbal messages will be conveyed through by gesture in Tortor Husip-Husip. The form of non-verbal communication in Tortor Husip-husip is symbolized by keep nodding head with body position leaning forward and whispering with a corpse.

Gondang Bolon as the traditional music is used in this ceremonial celebrating. It

contains sarune, taganing, gordang, ogung and hesek. The Non-verbal messages will be submitted to each community must be respecting to parents. And the Tortor Husip-husip is one of final tribute and delivering of the prayer, hope, gratitude and apology to the parents who have saurmatua.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan KasihNYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat waktu. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari di Universitas Negeri Medan.

Apa yang penulis lakukan ini mungkin belum mencapai yang maksimal, untuk itu saran dan masukan yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan. Semoga Skripsi ini dapat memberikan kontribusi dan membantu terhadap kegiatan penelitian - penelitian yang relevan selanjutnya.

Banyak sudah dukungan dan bantuan yang penulis dapatkan dalam menyelesaikan Skripsi ini. Tanpa bantuan, dukungan, dan kemudahan yang diperoleh, sulit kiranya penulis menyelesaikan Skripsi ini. Untuk itu rasa hormat saya dan ucapan terim,akasih penulis sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Rektor Universitas Negeri Medan

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

3. Uyuni Widiastuti M.Pd, Ketua Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Medan

4. Sitti Rahmah S.Pd, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Tari Universitas Negeri Medan

5. Irwansyah M.Sn, Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis

6. Yusnizar Heniwaty S.ST, M.Hum, Pembimbing Skripsi I 7. Iskandar Muda M.Sn, Pembimbing Skripsi II

8. Seluruh Staf/Dosen pengajar di Jurusan Sendratasik khususnya Program Studi Pendidikan Tari yang telah banyak memberikan motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan.

9. Kepada kedua orangtua tercinta Ayahanda Antonius Sidabutar dan Ibunda Arni Silalahi yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, kesabaran, kasih sayang serta doanya kepada penulis.

(8)
(9)

iv A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

Bab II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teori ... 11

1. Teori komunikasi non verbal ... 11

2. Teori Interaksi Simbolik ... 13

B. Kerangka Konseptual ... 15

Bab III Metodologi Penelitian A. Metodologi Penelitian ... 17

B. Lokasi dan Waktu ... 18

(10)

v

2. Waktu Penelitian ... 19

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

1. Populasi ... 19

2. Sampel ... 20

D. Teknik Pengumpulan Data ... 20

1. Studi Kepustakaan ... 21

2. Observasi ... 23

3. Wawancara ... 23

4. Dokumentasi ... 25

E. Teknik Analisis Data ... 25

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ... 27

1. Letak Geografis ... 27

2. Keadaan Penduduk ... 29

3. Mata Pencaharian dan Sumber Daya Alam ... 30

4. Suku Batak Toba ... 32

5. Sistem Kekerabatan Masyarakat Batak Toba ... 35

6. Sistem Religi ... 41

B. Tata Pelaksanaan Upacara Adat Saurmatua ... 43

a. Perencanaan ... 44

b. Pelaksanaan ... 46

1. Mangalap pande dohot pargonsi ... 46

c. Penutup ... 53

C. Bentuk Penyajian Tortor Husip-Husip ... 54

1. Tortor Husip-husip ... 54

a. Ragam Gerak ... 56

b. Pelaku Tortor ... 60

c. Musik Pengiring ... 61

d. Tempat Pelaksanaan ... 64

(11)

vi

E. Interaksi Simbolik ... 71

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

DAFTAR ACUAN INTERNET ... 78

GLOSARIUM ...

(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 .Ragam Gerak Dan Teknik Melakukan Tortor Husip-husip ... 57

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Konsep ... 16

Gambar 4.1. Peta Kecamatan Simanindo ... 27

(14)

ix

DAFTAR FOTO

Foto 4.1. Susunan Atau Tertib Acara ... 41

Foto 4.2. Menyembah Hula-hula ... 49

Foto 4.3. Mangaliat ... 50

Foto 4.4. Tortor namarhaha-maranggi ... 50

Foto 4.5. Tortor Husip-husip ... 51

Foto 4.6. Mangolopi ... 52

Foto 4.7. Hasahatan Sitio-tio ... 52

Foto 4.8. Taganing ... 62

Foto 4.9. Gordang ... 62

Foto 4.10. Sarune Bolon ... 63

Foto 4.11. Ogung ... 63

Foto 4.12. Hesek ... 64

Foto 4.13. Ekspresi Wajah ... 66

Foto 4.14. Waktu Penyampaian Pesan... 67

Foto 4.15. Ruang atau Tempat Peyampaian Pesan Non verbal Terjadi ... 68

Foto 4.16. Gerakan Yang Menimbulkan Kesan ... 68

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan zaman banyak mengubah tata kehidupan manusia, akibatnya beberapa aturan sosial yang merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat mengalami suatu pergeseran bahkan, yang semula hanya bergeser, namun lama kelamaan hilang sama sekali, demikian juga kegiatan dalam upacara kematian. Dalam berbagai hal, aktivitas manusia ditentukan oleh bentuk kebudayaan yang mengelilinginya, baik secara individu maupun secara berkelompok. Menurut Lawlwess dalam Saifuddin (2005: 10)

“Kebudayaan merupakan pola-pola perilaku dan keyakinan (dimensi simbol) yang dipelajari, rasional, terintegrasi, dimiliki bersama secara dinamik, adaptif dan yang tergantung pada interaksi sosial manusia demi eksistensi mereka, yang meliputi bahasa dan komunikasi, iptek, ekonomi, organisasi sosial, agama, dan kesenian.”

(16)

2

Berdasarkan konteks budaya, ragam kesenian terjadi disebabkan adanya sejarah dari zaman ke zaman. Jenis-jenis kesenian tertentu mempunyai kelompok pendukung yang memiliki fungsi berbeda. Adanya perubahan fungsi dapat menimbulkan perubahan yang hasil-hasil seninya disebabkan oleh dinamika masyarakat, kreatifitas, dan pola tingkah laku dalam konteks kemasyarakatan.

Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan merupakan tiang yang menopang keberadaan masyarakat dalam berbagai upacara yang terdapat ditengah-tengah masyarakat, seperti upacara keagamaan (religi), upacara adat perkawinan, upacara adat kematian, upacara pemberian nama, dan berbagai macam aktivitas masyarakat lainnya. Kesenian juga menjadi sarana komunikasi baik dengan warga masyarakat maupun alam semesta dan sering hadir dalam berbagai aktivitas masyarakat.

(17)

3

demikian, Tortor memiliki prinsip semangat kebersamaan, rasa persaudaraan, atau solidaritas untuk kepentingan bersama. Tortor pada masyarakat Batak Toba dilakukan dalam setiap kegiatan-kegiatan yang berbentuk upacara religi dan upacara adat. Masyarakat Batak Toba percaya dengan menyertakan kesenian, maka tujuan dan keinginan akan tercapai. Masyarakat Batak Toba mempunyai kepercayaan bahwa alam semesta ini dihuni oleh roh-roh orang yang telah meninggal. Kematian dan adat tradisinya dalam budaya Batak Toba memiliki perlakuan atau upacara serta adat yang berbeda-beda. Setiap orang yang meninggal dengan umur dan status, maka prosesi dari orang yang meninggal tersebut akan saling berbeda satu sama lain.

(18)

4

dengan mate dakdanak yaitu jenazah ditutupi ulos dari tulang, meninggal pada saat berusia dewasa namun belum menikah (mate ponggol) tradisi atau prosesi adat kematian sama dengan mate dakdanak dan mate bulung jenazah ditutupi ulos oleh tulang, meninggal pada saat sudah menikah namun belum memiliki keturunan (mate diparalang-alangan/mate punu), meninggal pada saat sudah menikah dan sudah mempunyai keturunan tetapi masih anak-anak (mate mangkar), meninggal pada kondisi sudah mempunyai beberapa anak yang sudah menikah namun belum memiliki cucu (mate hatungganeon), meninggal pada kondisi mempunyai cucu, namun ada anaknya yang belum menikah (mate sarimatua), meninggal pada saat anaknya sudah menikah semua dan sudah mempunyai cucu (mate saurmatua), meninggal pada saat anaknya sudah menikah semua dan sudah memiliki cucu yang sudah mempunyai keturunan (mate saurmatua bulung).

(19)

5

Dalam pelaksanaan Tortor bentuk gerak yang dilakukan juga berhubungan dengan status masyarakat sebagai pelaku Tortor dan ini berkaitan dengan sistem kekerabatan yang mengikat dalam upacara tersebut. Sistem kekerabatan pada etnis Batak Toba disebut Dalihan na tolu, Dalihan na tolu adalah suatu kerangka yang menghubungkan kekerabatan karena

pertalian darah maupun karena hubungan perkawinan yang terdiri dari Hula-hula (pihak pemberi istri), Boru (pihak keluarga istri) dan Dongan Sabutuha

(kerabat semarga). Dengan demikian Dalihan na tolu menjadi kerangka dasar bagi semua hubungan kekerabatan dalam organisasi sosial tradisional di kalangan orang Batak Toba.

Salah satu kegiatan peninggalan sejarah dalam upacara kematian pada masyarakat Batak Toba adalah TortorHusip-husip.TortorHusip-husip ini dilakukan pada upacara kematian mate Saurmatua, Tortor Husip-husipini menggambarkan tentang sukacita akan kematian ditingkatan Saurmatua karena seseorang dapat hidup hingga mempunyai cucu, dan sudah menikahkan anak-anaknya, maka anak-anaknya membuat upacara kematian diiringi Gondang (jenis alat musik tradisional Batak Toba) dan dipimpin oleh seorang tokoh adat yang biasa disebut Raja Parhata, kemudian Maminta Gondang dan mereka mulai menari.

(20)

6

bahwa semua berbahagia dan memberi penghormatan serta harapan akan Sahala orang yang mate Saurmatua akan memberi berkat dan jauh dari

bahaya, dansemua keturunannya akan menyatakan sesuatu dengan berbisik kepada jenazah yang mate Saurmatuatersebut.

Hal ini menjadi istimewa karena terdapat unsur komunikasi non verbal yang melatar-belakangi Tortor Husip-husip pada upacara adat

Saurmatua. Untuk itu perlu dikaji dan diteliti bagaimana bentuk Tortor

husip yang didalamnya terdapat keunikan pada Tortor

Husip-husipnya. Dikatakan unik karena dalam penyajiannya berlangsung

komunikasi non verbal antara keturunan dan jenazah yang meninggal Saurmatua.

Bentuk komunikasi non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaiannya bukan dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan bahasa isyarat atau body language. Selain itu Tortor Husip-husip sangat menarik untuk ditelaah terutama sebuah pesan dalam hal ini menggunakan komunikasi non verbal yang dapat dilihat dalam gerak dan keunikan ini menjadi hal paling utama dan menjadi ciri khas dalam kesenian serta berbagai peranan didalamnya yang berbentuk komunikasi non verbal. Tortor Husip-husip pada upacara kematian pada masyarakat Batak Toba memiliki

(21)

7

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji topik ini dengan melihat kajian komunikasi non verbal yang terdapat dalam Tortor Husip-husip, kemudian mengapa masyarakat menggunakan Tortor

Husip-husip pada upacara kematian saurmatua ini, siapa-siapa saja yang

terlibat dalam menari. Untuk itu dengan mengadakan penelitian berdasarkan topik ini, maka jawaban yang diinginkan akan terwujud. Selain itu pemilihan topik ini merupakan sebuah analisis pengkajian budaya nasional dan sebagai bagian dari tarian tradisional yang dimiliki khususnya masyarakat Batak Toba. Di sini penulis mengambil judul “Tortor Husip-husip Pada Upacara

Adat Saurmatua pada Masyarakat Batak Toba Kajian Komunikasi Non Verbal.”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan lain sebagainya) yang menimbulkan beberapa pertanyaan-pertanyaan (Hadeli 2006 : 23)

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

(22)

8

2. Bagaimana bentuk penyajian Tortor Husip-husip dalam upacara adat Saurmatua pada masyarakat Batak Toba?

3. Apa fungsi komunikasi non verbal pada Tortor Husip-husip dalam upacara adat Saurmatua pada masyarakat Batak Toba?

4. Apa makna komunikasi non verbal Tortor Husip-husip dalam upacara adat Saurmatua pada masyarakat Batak Toba?

5. Apa pengaruh Tortor Husip-husip dalam upacara adat Saurmatua pada masyarakat Batak Toba?

6. Bagaimana peranan masyarakat Batak Toba dalam pelaksanaan Tortor Husip-husip dalam upacara adat Saurmatua pada masyarakat Batak

Toba?

C. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi pembahasan agar topik menjadi terfokus dan tidak terlampau luas, penulis membatasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk penyajian Tortor Husip-husip dalam upacara adat kematian pada masyarakat Batak Toba?

2. Apa makna komunikasi non verbal Tortor Husip-husip dalam upacara adat Saurmatua pada masyarakat Batak Toba?

D. Rumusan Masalah

(23)

9

lapangan tidak terjadi penyimpangan dalam pengambilan data. Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang dikemukakan, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah makna komunikasi non verbal yang terdapat dalam Tortor Husip-husip pada upacara adat Saurmatua masyarakat Batak Toba”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah suatu indikasi atau apa yang dicari melalui suatu penelitian. Dengan demikian, berdasarkan rumusan masalah yang menjadi tujuan dalam penelitian tentang kajian komunikasi non verbal Tortor Husip-husip dalam upacara adat Saurmatua pada masyarakat Batak

Toba ini adalah “Mendeskripsikan Komunikasi non verbal yang terdapat

dalam Tortor Husip-husip pada upacara adat Saurmatua pada masyarakat Batak Toba”

F. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang dapat menjadi informasi bagi peneliti dan pembaca, antara lain :

(24)

10

2. Sebagai sumber informasi tertulis mengenai kajian komunikasi yang terdapat dalam Tortor Husip-husip pada upacara kematian Saurmatua pada masyarakat Batak Toba

3. Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai bahan referensi bagi penulis lainnya.

(25)

72 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari semua yang sudah diteliti di lapangan, dapat diambil kesimpulan bahwa kematian saurmatua, merupakan sebuah upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Batak Toba ketika mereka mendapat kemalangan dengan meninggalnya orang tua mereka dalam kedudukan saurmatua, dan menjadi sebuah sukacita meninggal hingga mencapai

saurmatua. Dalam pelaksanaan upacara dan tujuan dilaksanakan upacara

tersebut akan mendapat berkat dari Tuhan Debata Mulajadi Nabolon. Berdasarkan uraian yang dipaparkan dapat diketahui bahwa:

1. Upacara saurmatua adalah satu kegiatan dalam upacara adat untuk kematian bagi masyarakat Batak Toba. Upacara ini dilakukan apabila kematian yang terjadi pada orang tua yang sudah uzur usianya, diman anak-anak seluruhnya sudah berumah tangga dan seluruhnya sudah mempunyai keturunan. 2. Ada 11 jenis kematian pada masyarakat Batak Toba mulai yang

(26)

73

3. Tor-tor Husip-husip merupakan salah satu jenis tor-tor yang terdapat pada upacara adat kematian saurmatua yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan adat dan mengekspresikan dalam bentuk gerak dengan tujuan menyampaikan sebuah pesan non verbal yang terakhir kalinya kepada orang yang meninggal atau jenazah atau sebagai komunikasi antara dunia nyata dan dunia orang meninggal, agar permohonan dari dunia ini dapat disampaikan kepada nenek moyang dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan kepada orang yang hidup terutama ahli waris.

4. Tortor Husip-husip ini dahulunya sering dilakukan pada

(27)

74

5. Pada tortor Husip-husip ini terdapat interaksi non verbal yang terjadi antara orang yang masih hidup dengan orang yang sudah meninggal, dan dalam pelaksanaannya pada saat membunyikan gondang akan terlebih dahulu dipersembahkan kepada Tuhan, dalam hal ini terdapat komunikasi non verbal antara manusia dengan Tuhan. Kemudian membunyikan gondang untuk kondisi alam, dalam hal ini terdapat komunikasi

non verbal antara manusia dengan alam. Dan pada saat penyampaian pesan akan dilakukan pada malam hari agar suasana semakin khusuk dan penampaian pesan tersampaikan.

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Melihat makna gerak tortor Husip-husip dalam upacara kematian saurmatua pada upacara adat Batak Toba memiliki peranan yang

sangat penting diharapkan tradisi ini tetap dilaksanakan sebagai salah satu identitas seni budaya pada masyarakat Batak Toba 2. Melihat pengaruh dan dampak perkembangan zaman yang begitu

(28)

75

tidak punah dan tradisi Batak Toba dapat diperkenalkan ke publik nasional dan internasional

3. Tortor Husip-husipdilakukan dengan tujuan untuk menghormati

orang tua agar semua keturunan yang ditinggalkan mendapat umur yang panjang dan menerima berkat serta rejeki yang melimpah, maka diharapkan generasi muda dapat meneruskan dan melestarikan serta mempertahankan adanya makna komunikasi non verbal dalam tortor Husip-husip pada upacara kematian saurmatua pada masyarakat Batak toba.

4. Kepada para seniman, khususnya seniman Batak Toba agar terus berkarya dan menjaga utuh kesenian tradisional Batak Toba.

5. Kepada orang tua dan Raja Parhata agar memperkenalkan tortor Husip-husip pada upacara kematian saurmatua kepada generasi

muda yang sekarang dan generasi yang akan datang.

(29)

76

DAFTAR PUSTAKA

Van,Dijk.1954. Pengantar Hukum Adat Indonesia, PT Penerbit dan Balai Buku Ichtiar Djakarta.

Koentjaraningrat.1960. Masyarakat Desa di Indonesia Masa Ini, JBP Fakultas Ekonomi, UI Jakarta

Hilman,Hadikusuma.1976. Ensikpoledia Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia, Alumni Bandung.

Koentjaraningrat.1981. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta : Universitas Indonesia.

Soedarsono,1987. Tari-tari Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Bungin, Burhan (ED). 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Mulyana,Deddy.2001: Metode Penelitian Kualitatif :Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja Rosda Karya

Poerwadarminta.(2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Pasaribu,Ben (eds). 2004. Pluralitas Musik Etnik. Medan : Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nomensen.

Hutajulu,Rithaony dan Irwansyah Harahap. 2005. Gondang Batak Toba. Bandung : PAST UPI

Langer,Suzane K. 2006, Problema Seni. Ter. F. X. Widaryant, Bandung: STSIPMSS.

Moleong,Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Anya, Peterson. 2007. The Antropology of Dance. Terjemahan F.X. Widaryanto. Bandung : STSI Press.

Purba, Mauly. 2007. Musik Tradisional Masyarakat Sumatera Utara. Medan Masyhuri dan Zainuddin, M. 2008. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis

(30)

77

Debora, Ester. 2012. Gondang Sabangunan pada Tortor Sigale-gale di Desa Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Skripsi. Universitas Negeri Medan

Nugrahaningsih,RHD dan Heniwati, Yusnizar. 2012. Tari Identitas dan Resistensi. Medan : Unimed Press.

Simarmata,Golda, 2013. ”Husip-husip dalam tortor Hatasopisik pada

masyarakat Toba kajian Interaksi Simbolik”Medan : Universitas Negeri

(31)

78

Daftar Acuan Internet / Multimedia

https://pungsin.wordpress.com/2010/10/13/tahap-tahapan-upacara-saur-matua http://www.pakkatnews.com/pemahaman-tata-aturan-adat-kematian.html https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_nonverbal

http : //id.wikipedia.org/wiki/Tortor_Batak_Toba http://www.samosirkab.bps.go.id

Gambar

Tabel 4.1 .Ragam Gerak Dan Teknik Melakukan Tortor Husip-husip ....................................
Gambar 2.1. Kerangka Konsep  ........................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Adapun aspek-aspek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah amanat umpasa yang digunakan dalam upacara adat kematian saur matua, diksi umpasa yang digunakan

Modernisasi yang terdapat di kota medan menjadi salah satu penyebab perubahan yang terjadi dalam musik pada upacara adat perkawinan batak toba, khususnya di kota medan.. Masuknya

terkandung dalam upacara adat Sulang-sulang pahompu pada Etnik Batak Toba. Salah satu yang akan diteliti oleh penulis adalah struktur atau

Gambar gotong-royong dalam kegiatan marhobas dalam upacara adat. kegiatan marhobas dilakukan dalam upacara adat baik upacara adat kelahiran, perkawinan dan kematian

Salah satu jenis kearifan lokal yang terdapat pada upacara kelahiran anak pada etnik Batak Toba adalah kesetiakawanan sosial.Di daerah penelitian apabila ada salah satu

Salah satu nyanyian dalam kehidupan masyarakat Batak yang merupakan ungkapan perseorangan adalah andung yang dapat dilihat pada adat upacara kematian, syair dalam nyanyian

Sebelum ajaran agama Kristen muncul pada kebudayaan masyarakat batak toba, musik yang digunakan dalam upacara adat kematian saur matua adalah satu set ensambel Gondang sabangunan

Jadi hubungan antara komunikasi dan kebudayaan sungguh sangat erat, jika dikaitkan dengan kegiatan budaya dan praktek adat tradisi upacara kematian saurmatua bagi