• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Konversi CO Yang Menjadi Metanol Pada Metanol Reaktor Di PT. Kaltim Metanol Industri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Konversi CO Yang Menjadi Metanol Pada Metanol Reaktor Di PT. Kaltim Metanol Industri"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KONVERSI CO YANG MENJADI METANOL

PADA METANOL REAKTOR DI PT. KALTIM

METANOL INDUSTRI

BONTANG

KARYA ILMIAH

MUHAMMAD MARDUANSYAH

102401052

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENENTUAN KONVERSI CO YANG MENJADI METANOL

PADA METANOL REAKTOR DI PT. KALTIM

METANOL INDUSTRI

BONTANG

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

MUHAMMAD MARDUANSYAH

NIM : 102401052

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Konversi CO Yang Menjadi Metanol Pada Metanol Reaktor di PT. Kaltim Metanol Industri

Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Muhammad Marduansyah Nomor Induk Mahasiswa : 102401052

Program Studi : Diploma 3 Kimia Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2013

Program Studi D3 Kimia

Ketua, Pembimbing,

Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si Dr. Andriayani,M.Si NIP.195512181987012001 NIP.196903051999032001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KONVERSI CO YANG MENJADI METANOL PADA METANOL REAKTOR DI PT. KALTIM

METANOL INDUSTRI BONTANG

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2013

(5)

PENGHARGAAN

Bismillaahhirrohmaanirrohiim.

Alhamdulillahi Robbil Alamin Penulis ucapkan sebagai suatu ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang Maha Esa atas kuasanya yang tetap mencurahkan berkah, rahmat, nikmat kesehatan jasmani dan rohani, serta taufiq dan hidayahnya sehingga penulis dapat menjalani hidup dengan penuh makna dan insyaallah akan lebih bermakna lagi. Shalawat dan salam penulis hantarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengemban risalah dan mengalirkan nilai-nilai islam dalam rangkaian tarbiah kepada seluruh umat. Alhamdulillah tidak habisnya penulis ucapkan rasa syukur, atas ridho Allah SWT penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya (AMD) pada program studi Kimia Industri Diploma III di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Karya Ilmiah ini ditulis berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Kaltim Methanol Industri dari tangal 11 Februari 2013 sampai dengan 1 Maret 2013. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan pada penulis, baik dari segi pengetahuan, waktu, maupun keterbatasan penulis. Meski demikian penulis mengharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang telah membaca karya ilmiah ini serta dapat bermanfaat bagi Universitas Sumatera Utara.

Pada masa penyelesaian karya ilmiah ini, Penulis telah banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan juga arahan dari berbagai pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dengan rasa keikhlasan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :

(6)

2. Andryani,S.Pd.,M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya kepada penulis dalam penyusunan Karya Ilmiah ini.

3. Dr. Sutarman, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Rumondang Bulan, M.S, selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

5. Dra. Emma Zaidar, M.Sc, selaku ketua Program Studi D-III Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam khususnya jurusan Kimia yang telah mendidik penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

7. Pak Dedy Rahmat Utomo ST selaku Pembimbing saya selama melakukan kerja praktek di PT. Kaltim Methanol Industri.

Penulis sudah berupaya semaksimal mungkin dalam menyusun dan menyelesaika karya ilmiah ini, namun penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu demi selesainya karya ilmiah ini dan penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2013 Penulis,

(7)

PENENTUAN KONVERSI CO YANG MENJADI METANOL PADA METANOL REAKTOR DI PT. KALTIM

METANOL INDUSTRI BONTANG

ABSTRAK

(8)

PENENTUAN KONVERSI CO YANG MENJADI METANOL PADA METANOL REAKTOR DI PT. KALTIM

METANOL INDUSTRI BONTANG

ABSTRACT

(9)
(10)

BAB 3. Metode Penelitian

3.1 Alat-Alat 19 3.2 Bahan – Bahan 19 3.3 Prosedur Percobaan 19

BAB 4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Perhitungan 22 4.2 Pembahasan 31

BAB 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 33 5.2 Saran 33

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar

(13)

PENENTUAN KONVERSI CO YANG MENJADI METANOL PADA METANOL REAKTOR DI PT. KALTIM

METANOL INDUSTRI BONTANG

ABSTRAK

(14)

PENENTUAN KONVERSI CO YANG MENJADI METANOL PADA METANOL REAKTOR DI PT. KALTIM

METANOL INDUSTRI BONTANG

ABSTRACT

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengingat perkembangan teknologi yang semakin pesat pada sekarang ini, maka

permintaan akan produk serta mutu produk yang dihasilkan tentu harus semakin baik

pula. Karena itu setiap perusahaan harus memperhatikan atau meningkatkan mutu

barang yang dihasilkan sesuai keinginan pasar, karena mutu produk merupakan

ukuran penting bagi konsumen dan dapat menentukan kemajuan suatu perusahaan.

Untuk menghasilkan mutu yang baik, maka perusahaan harus menata dan

memperhatikan proses pengolahan pada setiap unit operasi sehingga dapat

menghasilkan produk yang baik dan dapat juga diterima oleh pasar lokal maupun

pasar internasional.

Indonesia adalah Negara dengan kekayaan alam yang sangat banyak, minyak,

batu bara, emas dan juga gas alam. Gas alam yang dikandung dibumi Indonesia ini

dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pemasukan Negara. Salah satu

industri yang memanfaatkan gas alam sebagai bahan baku pembuatan metanol adalah

PT. Kaltim Methanol Industri (KMI). Prospek metanol dimasa yang akan datang

(16)

terutama untuk industri bahan perekat kayu lapis atau bahan dasar pembuatan

formaldehid. Peningkatan permintaan tersebut akan terus bertambah seiring dengan

semakin berkembangnya industri hilir yang memanfaatkan metanol. Produk PT. KMI

telah mampu menembus pasar diberbagai wilayah baik dalam maupun luar negeri

seperti Korea, Malaysia, Amerika, Cina, Jepang, Bangkok, Singapura, Taiwan,

Australia, Filipina dan India.

Ada tiga proses tahap utama yang terjadi pada pembuatan metanol di PT.

KMI yaitu: yang pertama, unit reforming (unit-100) berfungsi untuk mempersiapkan

bahan baku yang akan masuk kedalam reaktor metanol pada unit sintesis agar sesuai

dengan kondisi reaktor dan dapat beroperasi dengan optimal. Pada unit ini terdapat

beberapa bagian antara lain : desulphurisasi, pre-reforming, steam reforming,

autothermal reforming.

Yang kedua, unit reaktor sintesis metanol (unit-200) adalah unit pembentukan

metanol yang berasal dari gas sintesis reformer. Berdasarkan cara kerjanya biasanya

reaktor menggunakan katalis Cu/ZnO/Al2O3 sesuai dengan jenis dan reaksi yang

terjadi didalam reaktor tersebut. Reaktor ini merupakan reaktor tubular dengan tube

yang diisi katalis khusus yaitu CuO yang dikelilingi oleh boiling water. Katalis

diletakkan diatas bed inert ball yang ditampung di antara tube sheet bagian bawah

dan penahan berlubang berbentuk kerucut. Reaksi yang terjadi didalam reaktor

metanol (020-R01A/B) adalah reaksi kesetimbangan, reaksi ini bersifat eksotermis.

Reaktor dirancang agar reaksi berlangsung pada tekanan sekitar ± 80 bar dan

temperatur sekitar 250oC. Selain itu juga perlu diperhatikan kinerja dari katalis,

(17)

Salah satu parameter untuk melihat baik atau tidaknya kinerja dari reaktor metanol

dapat dilihat dari konversi CO pada pembentukan metanol.

Yang ketiga, unit destilasi metanol (unit 300) berfungsi untuk memurnikan

metanol dari zat pengotor agar mendapatkan kualitas metanol tertinggi grade AA

dengan kandungan metanol minimal 99,85% (KMI,1997)

Berdasarkan uraian diatas, Penulis tertarik mengambil judul “Menentukan

Konversi CO Yang Menjadi Metanol Pada Reaktor Metanol Di PT. Kaltim Metanol

Industri”.

1.2 Perumusan Masalah

Reaktor metanol merupakan salah satu alat utama dan memegang peranan yang

sangat penting dalam industri pembuatan metanol, pada metanol reaktor ini terjadi

pembentukan metanol. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengetahui kinerja

dari metanol reaktor ini. Kinerja dari metanol reaktor dapat ditunjukkan dengan cara

membandingkan profil konversi CO dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui

konversi CO ini perlu mengkaji distribusi komponen masuk dan keluar dari metanol

reaktor dari peneracaan massa.

Perhitungan neraca massa dilakukan untuk mengevaluasi beberapa variabel

antara lain laju alir massa, laju alir volumetrik, laju alir molar dan komposisi

komponen aliran. Perhitungan neraca massa tersebut tidak hanya dilakukan disekitar

metanol reaktor tetapi juga perlu dilakukan disekitar metanol separator (020-F02),

(18)

tersebut akan menunjang peneracaan massa disekitar metanol reaktor. perhitungan

dapat dilakukan dengan bantuan program komputer sehingga dapat mempermudah

dan mempersingkat waktu.

1.3 Tujuan Percobaan

1. Untuk menentukan konversi CO yang menjadi metanol

2. Untuk menentukan komposisi gas CO sisa yang keluar dari metanol reaktor

(020-R01 A/B).

1.4 Manfaat Percobaan

1. Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca dalam proses

pengolahan industri metanol.

2. Sebagai masukan dan sumber inspirasi baru bagi pembaca dalam proses

pengolahan industri metanol.

3. Dapat mengetahui berapa lama aktivitas katalis dalam reaktor metanol

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Metanol

Metanol merupakan cairan polar yang dapat bercampur dengan air, alkohol – alkohol

lain seperti, ester, keton, eter, dan sebagian besar pelarut organik. Metanol sedikit

larut dalam lemak dan minyak. Titik didih metanol berada pada 64,7oC dengan panas

pembentukan (cairan) –239,03 kJ/mol pada suhu 25oC. Metanol mempunyai panas

fusi 103 J/g dan panas pembakaran pada 25oC sebesar 22,662 J/g. Tegangan

permukaan metanol adalah 22,1 dyne/cm sedangkan panas jenis uapnya pada 25 oC

sebesar 1,370 J/(gK) dan panas jenis cairannya pada suhu yang sama adalah 2,533

J/(gK) (Winarso,1998).

Metanol dapat dibuat dari proses penyulingan kayu, gasifikasi batu bara muda

dan sintesis gas alam. Sintesis metanol dari gas alam saat ini tekhnologinya di pakai

pada pembuatan metanol skala industri di mana di Indonesia sendiri baru ada 2 pabrik

yang mengolahnya yaitu kilang metanol Bunyu di Tarakan, Kaltim dengan kapasitas

produksi 1000 MT/day dan kilang metanol Kaltim Metanol Industri di Bontang juga

(20)

Adapun secara ringkas, tahapan proses pembuatan metanol adalah sebagai berikut (di

pakai di kilang KMI Bontang) :

2.2. Unit 100 – Reforming

Unit ini berfungsi untuk mempersiapkan bahan baku yang masuk menuju reaktor

metanol agar sesuai dengan kondisi operasi reaktor metanol tersebut. Pada unit ini

terdapat beberapa bagian pula, antara lain:

2.2.1. Desulfurisasi

Tahap desulfurisasi bertujuan menurunkan kandungan sulfur dalam bahan baku gas

alam sampai kadar yang diijinkan dalam proses. Proses ini menjadi penting karena

katalis yang digunakan pada unit pre-reforming dan sintesis metanol sensitif terhadap

keracunan sulfur.

2.2.2. Pre-Reporming

Gas alam setelah keluar dari desulfurizer direaksikan dengan steam superheated,

reaksi yang terjadi sebagai berikut:

CnHm + n H2O ⇌ nCO + ( m

2+ n) H2 - panas CO + 3 H2 ⇌ CH4 + H2O + panas

(21)

2.2.3. Steam Reforming

Reaksi pemecahan metana

CH4 + H2O ⇌ CO + 3 H2 – panas

Komposisi gas yang keluar selanjutnya ditentukan oleh reaksi kesetimbangan

peruraian yang sangat eksotermis.

CO + H2O ⇌ CO2 + H2 + panas

2.2.4. Autotermal Reforming

Merubah sisa-sisa CH4 dengan steam dan O2 untuk mendapatkan sintesis gas pada

rasio stoikiometri yang optimum untuk proses sintesis metanol , di mana reaksi

parsial dan sempurna berlangsung sekaligus. Prinsip reaksi kimia meliputi proses

penyempurnaan pembakaran metana, oksidasi parsial metana dan reformasi metana.

CH4 + 2O2 ⇌ CO2 + 2H2O + panas CH4 + O2 ⇌ CO + H2 + H2O + panas CH4 + H2O ⇌ CO+ 3H2 - panas CO + H2O ⇌ CO2 + H2 + panas 2.3. Sintesis Metanol

Gas-gas CO, CO2, dan H2 menjadi CH3OH dan H2O lalu disintesis dalam reaktor

(22)

reaktor kemurniannya masih berkisar 70 %, maka dilakukan tahap akhir yaitu

destilasi untuk mendapatkan metanol dengan kemurnian tinggi.

Menurut standard International Methanol Producers and Consumer

Assocation (IMPCA) kualitas metanol tertinggi adalah grade AA dengan kandungan

metanol minimal 99,85 %, dan kandungan etanol maksimal 10 ppm (KMI,1997).

2.4. Reaktor

Jika tidak ada pertukaran panas yang berlebihan maka reaktor tersebut adalah

adiabatik. Jika reaktor beropresi sangat baik antara hubungan termal dengan

lingkungan sekitar maka temperatur menjadi konstan. (dalam kedua waktu dan posisi

dalam reaktor) dan dengan demikian reaksi yang terjadi didalam reaktor tersebut

adalah reaksi isotermal. Waktu yang dihabiskan dalam reaktor oleh setiap volume

cairan sama (Westerterp,1963).

Reaktor adalah salah satu unit proses yang paling penting dalam proses kimia.

Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan pada sebuah reaktor agar dapat

berjalan secara optimal antara lain kondisi operasi, reaksi yang terjadi dalam reaktor,

jenis reaktor dan katalis yang digunakan pada reaktor. Reaktor ideal berdasarkan

kerjanya bisa dibagi menjadi dua macam yaitu reaktor batch dan reaktor alir

kontinyu. Reaktor alir kontinyu sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu: Reaktor

(23)

2.4.1. Reaktor Batch

Reaktor batch sering digunakan untuk tingkat produksi kecil dan waktu reaksi

yang lama. Reaktor fleksibel dan kondisi reaksi dapat disesuaikan, berguna dalam

produksi berbagai bahan kimia yang berbeda. Operasi batch sering ditakutkan dimana

fouling atau kontaminasi cepat terjadi didalam reaktor. Biaya investasi reaktor batch

termasuk peralatan bantu umum yang relatif rendah. disisi lain, operasi manual

diperlukan pengawasan yang relatif luas, sementara operasi otomatis seringkali sulit

dan mahal. Berkenaan dengan kapasitas reaktor, telah ditunjukkan pada bagian

sebelumnya kapasitas tangki reaktor selalu lebih kecil dibandingkan tabung reaktor

(Westerterp,1987).

Reaktor batch berdasarkan sifatnya adalah transisi dari sistem tertutup.

Sementara reaktor batch dapat menjadi sederhana baik diaduk dalam botol batch

temperatur konstan, atau laboratorium reaktor batch skala pabrik. Diamati dari jenis

tingkat konsentrasi dapat disimpulkan bahwa percobaan dalam tipe batch, konsetrasi

dari reaktan dan produk diukur sebagai fungsi dari waktu. Seperti yang ditunjukan

sebelumnya, penggunaan reaktor memungkinkan untuk pengukuran langsung dari

laju reaksi. Dikondisi steady state (berada dalam reaktor batch), skala waktu

digunakan untuk teknik analitik dan pemisahan reaksi. Selain itu karena banyak

contoh dapat menjadi hasil dikondisi yang sama. Meningkatkan akurasi dari data

(24)

2.4.2. Reaktor Alir Tangki Berpengaduk

Pengukuran langsung harga reaksi untuk reaktor ideal adalah isotermal, tekanan

operasi reaktor aliran konstan di kondisi steady state dengan pencampuran yang

lengkap diseluruh reaktor sehingga komposisi seragam. Reaksi ideal ini sering

disebut reaktor alir tangki berpengaduk atau aliran kontinyu, reaktor tipe ini adalah

asumsi bahwa komposisi aliran buangan didalam reaktor terjadi pada komposisi

konstan (Davis,2003)

2.4.3. Reaktor Alir Pipa

Tipe lain dari reaktor ideal adalah operasi reaktor aliran tubular dengan reaksi

isotermal ditekanan konstan dan pada kondisi steady state dengan waktu tinggal yang

khusus. Tipe reaktor ini tetap normal karena pipa silinder penampang konstan.

Dengan demikian, aliran sebuah pengisi berjalan disepanjang tabung dan campuran

sebagai pengisi berjalan lancar di sepanjang tabung. Karena itu diberi nama plug flow

reactor (PFR). Asumsi ini tidak ada terjadi pencampuran antara volume cairan

dengan elemen radial (aliran normal) atau aksial (arah aliran) yang berdekatan.

Artinya setiap elemen volume memasuki reaktor memiliki jarak waktu yang sama

karena pertukaran massa tidak pada massa yang lain (Devis,2003).

2.5. Fixed Bed Reaktor

Merupakan suatu reaktor yang mana katalis berdiam di dalam reaktor bed, didalam

reaktor, katalis ditopang oleh suatu struktur penyangga katalis berupa penampang

(25)

bervariasi sesuai dengan ukuran partikel katalis baik disisi terbawah maupun

dilapisan teratas bed katalisator.

Secara spesifik, fixed bed reaktor yang ada di unit pengolahan minyak bumi

dirancang berdasarkan kebutuhan proses. Struktur internal reaktor pun berbeda dari

satu dengan lainnya. Karena sifatnya yang sangat spesifik, perancangan reaktor itu

sendiri biasanya juga terkait dengan lisensi prosesnya. Hal ini terkait dengan

kebutuhan proses, terutama terkait dengan kebutuhan katalis yang sangat spesifik

tergantung pada fungsinya masing-masing. Meskipun demikian, secara umum

bagian-bagian internal reaktor tetap sama, hanya saja tiap lisensi proses maupun

reaktor tersebut memiliki tipe desain masing-masing yang diharapkan mampu

mengoptimalkan fungsi dari reaktor tersebut.

Bagian utama dari sebuah fixed bed reaktor adalah reaktor vessel, reaktor

internal, katalisator, inert balls dan tingkat katalisator. Reaktor vessel merupakan

bagian yang menyediakan tempat bagi katalis dan tempat berlangsungnya kontak

antara minyak umpan dan katalis yang kemudian terjadi reaksi. Reaktor vessel

dirancang dengan dasar perancangan pressure vessel (ASME BPVC Section VIII

Division 2). Kunci dari perancangan reaktor vessel ini adalah pemilihan material,

tekanan kerja yang diinginkan (allowable working pressure), dimensi dan ketebalan

dinding vessel (Howard, 1957).

2.6. Konversi

Untuk mengurangi efek CO terhadap lingkungan, dibutuhkan usaha memanfaatkan

(26)

adalah hidrogenasi katalitik gas CO menjadi metanol. CO dapat dikonversi menjadi

metanol. Konversi tersebut dapat ditingkatkan dengan penggunaan katalis yang

berperan mempercepat jalannya reaksi dan mengarahkan reaksi sesuai yang

diinginkan agar reaksi tetap berlangsung secara konstan.

Dilihat dari maafaat cukup bervariasi penggunaan metanol, maka perlu dilakukan

pelajaran mengenai konversi gas CO menjadi metanol. Kendala yang dihadapi dalam

sintesis metanol melalui reaksi hidrogenasi katalitik CO diantaranya yaitu:

a. Kondisi operasi tekanan dan temperatur sintesis metanol relatif tinggi. Hal ini

menyebabkan tingginya biaya investasi dan operasional.

b. Konversi CO2 dan selektivitas yang rendah sehingga membutuhkan investasi besar

untuk mendaur ulang umpan CO2 yang tidak terkonversi.

c. Belum ditemukannya katalis yang optimal untuk mengkonversi CO2 dengan

selektivitas yang tinggi terhadap metanol.

Untuk mengatasi kendala tersebut, harus terfokus pada pengembangan katalis

berbasis Cu dan Zn karena kedua komponen tersebut telah dinyatakan aktif dalam

sintesis metanol (Zenta,2009).

2.7. Katalis

Katalis merupakan suatu zat yang dapat mempercepat suatu reaksi serta dapat

mempertahankan suatu reaksi agar tetap berlangsung secara tetap atau konstan.

(27)

dapat bertumbukan, sehingga kesetimbangan reaksi cepat tercapai. Katalis yang baik

dapat menginduksi transformasi molekul-molekul reaktan dengan cepat tanpa

mengalami penurunan kualitas yang berarti. Katalis hanya dapat mempercepat

tercapainya kesetimbangan reaksi dan tidak dapat menggesernya (Twigg,1970).

Katalis yang memiliki fasa yang sama dengan reaktan disebut dengan katalis

homogen, sedangkan apabila fasanya berbeda disebut heterogen. Didalam industri

katalis memiliki kemampuan kerja bergantung pada tiga karakter yaitu :

1. Aktivitas katalis.

Kemampuan katalis untuk mempercepat konversi umpan menjadi produk per

satuan berat atau volume katalis pada kondisi tertentu. Aktivitas katalis per satuan

volume menjadi hal penting secara ekonomi karena berpengaruh terhadap ukuran

dan harga reaktor. Penurunan aktivitas katalis akan menyebabkan konversi reaksi

akan turun pada waktu tinggal yang tetap.

Umumnya kerusakan katalis (deaktivasi katalis) dibagi menjadi:

a. Pengerakan (fouling)

Deaktivasi katalis akibat pengerakan, pada umumnya berlangsung cepat.

Pengerakan terjadi jika ada zat-zat dalam reaktor terdeposit diatas permukaan

katalis dan menutup pori-pori katalis secara fisik. Karbon merupakan bentuk

kerak yang paling umum dan bentuk pengerakannya disebut coking. Misalnya

pembentukan coke (C) pada reaksi pemecahan hidrokarbon.

CH4 C + 2H2

(28)

Reaksi pembentukan deposit karbon terjadi pada rentan temperatur antara

650-800oC.

b. Peracunan (poisoning)

Deaktivasi katalis akibat peracun, umumnya berlangsung lambat, peracunan

disebabkan oleh penyerapan zat kimia. Zat-zat dalam aliran proses ini

kemudian menutup atau memodifikasi aktif sintesis pada katalis racun dapat

menyebabkan perubahan morfologi permukaan katalis baik melalui

rekonstruksi permukaan maupun relaksasi permukaan.

c. Kerusakan (sintering)

Deaktivasi katalis yang disebabkan oleh pertumbuhan atau aglomerasi

kristal yang akan merubah struktur kimia katalis atau kemampuan kerja

optimum katalis.

2. Selektivitas katalis

Kemampuan katalis untuk mengarahkan reaksi spesifik untuk menghasilkan

produk yang diinginkan sehingga berlangsung reaksi pembentukan produk yang

lain dapat dihambat.

3. Umur katalis

Periode dimana katalis dapat mempercepat reaksi pada rentang waktu yang telah

ditentukan. Umur katalis berkaitan erat dengan aktivitas dan selektivitas. Apabila

katalis yang telah mengalami penurunan kekuatan mekanik, aktivitas dan

selektivitas yang berakibat penurunan konversi secara drastis maka dikatakan

bahwa katalis telah berumur dan harus segera diregenerasi atau diganti

(29)

2.8. Neraca Massa

Neraca massa adalah suatu perhitungan bahan yang masuk dan keluar dalam suatu

sistem. Perhitungan ini sangat diperlukan dalam rancangan bangun alat, evaluasi dan

efisiensi kerja alat serta kebutuhan bahan baku dari suatu produk. Perhitungan neraca

massa berdasarkan hukum kekekalan massa, dimana tidak akan pernah terjadi massa

yang hilang, akan tetapi massa yang masuk hanya berubah bentuk, sehingga massa

yang masuk selalu sama dengan massa yang keluar. Untuk sebuah sistem yang

diamati, neraca massa total dinyatakan sebagai berikut :

[Laju Akumulasi Massa] = [Laju Massa Masuk] – [Laju Massa Keluar]

����� �= mmasuk - mkeluar ………. 2.1

Pada saat kondisi Sready State (tunak) tercapai laju akumulasi adalah nol. Maka pada

kondisi tunak persamaan 2.1 menjadi

0 = ������- �������

0 = ������� ………. 2.2

Untuk proses yang berjalan steady state (kondisi tunak), laju aliran massa

yang memasuki sistem aliran harus sama dengan yang meninggalkan sistem itu,

karena dalam sistem aliran yang berada pada kondisi steady state massa tidak

bertambah atau berkurang.

Neraca massa berlaku untuk keseluruhan proses atau alat, dan juga untuk

bagian proses atau alat tersebut. Oleh karena itu, berlaku untuk keseluruhan bahan

yang masuk dan keluar dari proses tersebut atau untuk salah satu bahan (komponen)

(30)

2.9. Konsep Kesetimbangan

Pada umumnya reaksi kimia terjadi secara bolak-balik (reversible). Reaksi yang

berjalan secara searah (irreversible) relatif lebih sedikit dibanding yang bolak-balik.

Kesetimbangan kimia terjadi untuk reaksi yang bersifat reversible. Kesetimbangan

kimia adalah keadaan di mana reaksi kecepatan pembentukan produk dan peruraian

produk adalah sama. Secara makroskopis sudah tidak terlihat lagi perubahan kuantitas

reaktan maupun produk. Kesetimbangan kimia pada suatu reaksi melibatkan dua

senyawa berbeda yang bertindak masing-masing sebagai reaktan dan produk.

Untuk reaksi aA + bB ⇌ cC + dD, konstanta kesetimbangan dituliskan sebagai:

Kc

[C]c[D]d

[A]a[B]b

Kc dikenal sebagai tetapan kesetimbangan, (c menunjukan konsentrasi yang

dinyatakan dalam mol per liter, seperti dinyatakan dalam penggunaa kurung siku ([ ]).

Ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan ringkas kaitannya dengan Kc pada suatu

reaksi, yaitu:

1. Jika persamaan reaksi dibalik, maka persamaan reaksi kesetimbangan yang

baru mempunyai tetapan kesetimbangan yang besarnya merupakan kebalikan

dari tetapan kesetimbangan semula, yaitu 1 Kc.

2. Jika persamaan kimia dikalikan factor n, maka persamaan faktor

kesetimbangan yang baru mempunyai tetapan kesetimbangan yang besarnya

adalah tetapan kesetimbangan semula dipangkatkan dengan faktor n tersebut,

(31)

2.9.1. Meramalkan Arah Reaksi

Tetapan kesetimbangan dapat membantu untuk meramalkan arah dari suatu reaksi

hingga tercapai kesetimbangannya, serta dapat untuk menghitung konsentrasi dari

reaktan dan produk pada keadaan kesetimbangan.

Jika dalam persamaan tetapan kesetimbangan, konsentrasi produk dan reaktan yang

dimasukkan bukan pada keadaan kesetimbangan, maka harga yang diperoleh disebut

koefisien reaksi (Q). Dari besaran Q ini, dapat meramalkan arah dari reaksi yang akan

terjadi yaitu dengan membandingkan nilai dari Q dan K. ada tiga kemungkinan yang

mungkin terjadi, yaitu:

1. Q < K, perbandingan konsentrasi awal dari produk terhadap reaktan terlalu

kecil sehingga untuk mencapai kesetimbangan, reaktan harus berubah menjadi

produk. Dengan kata lain, reaksi akan bergeser ke arah pembentukan produk.

2. Q = K, konsetrasi awal sudah setimbang. Maka sistem dalam keadaan

setimbang.

3. Q >K, perbandingan konsentrasi awal dari produk terhadap reaktan terlalu

besar, sehingga untuk mencapai kesetimbangan, produk harus terurai menjadi

reaktan. Dengan kata lain, reaksi akan bergeser ke arah pembentukan reaktan.

2.9.2. Prinsip Le Chatellier

Kesetimbangan kimia menggambarkan neraca suatu reaksi bolak-balik. Dalam

banyak kasus, neraca kesetimbangan merupakan hal yang cukup penting dalam suatu

proses kimia. Merubah kondisi operasi akan dapat mengganggu neraca

kesetimbangan dan arah kesetimbangan akan bergeser sehingga akan mempengaruhi

(32)

tersebut diantaranya adalah perubahan suhu, tekanan, volume dan konsentrasi.

Komposisi zat-zat dalam suatu reaksi setelah tercapainya kesetimbangan pada suhu

tertentu adalah konstan. Factor volume merupakan kebalikan dari tekanan, jika

tekanan diperbesar maka volume akan mengecil, begitu juga sebaliknya.

Pada tahun 1888 Henri Louis Le Chatelier mengenalkan suatu asas yang

kemudian dikenal sebagai asas Le Chatelier (prinsip Le Chatelier) yang berbunyi,

“jika pada suatu sistem kesetimbangan dilakukan aksi tertentu, sistem akan

mengadakan reaksi untuk mengurangi pengaruh aksi tersebut”. Aksi yang dimaksud

dalam pernyataan di atas adalah melakukan tindakan dengan mengubah konsentrasi,

tekanan, volume dan suhu. Prinsip Le Chatelier membantu untuk dapat memprediksi

arah kesetimbangan baru jika sistem tersebut dikenal aksi. Lebih penting lagi, sistem

ini membantu industri kimia untuk menciptakan kondisi optimum yang dapat

(33)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat – Alat

- Metanol Separator (020-F02)

- Metanol Reaktor (020-R01 A/B)

- Expansion Vessel (030-F01)

- Prerun Column (030-D01)

3.2. Bahan – Bahan

- Gas CO (karbon monoksida)

- Gas CO2 (karbon dioksida)

- Gas H2 (hidrogen)

- Gas CH4 (metana)

- Gas N2 (nitrogen) - Katalis CuO

- Bola keramik (bed inert ball)

3.3. Prosedur

Untuk menyelesaikan tugas ini, dibutuhkan data yang meliputi laju alir volumetrik

(flow rate) dan komposisi aliran disekitar Metanol Reaktor (020-R01 A/B), Metanol

Separator (020-F02), Expansion Vessel (030-F01) dan Prerun Column (030-D01).

(34)

System (DCS) unit 100, 200 dan 300 serta untuk membandingkan hasil perhitungan

dibutuhkan data desainnya. Dalam beberapa hal diperlukan asumsi untuk dapat

menyelesaikan neraca massa, asumsi tersebut diambil untuk mempermudah

perhitungan.

Dalam perhitungan dibutuhkan bagan alir proses sintesis metanol dapat dilihat

pada gambar 3.1.

(35)

Keterangan Gambar : S = Separator

MS = Metanol Separator

R = Reaktor

MD = Menara Destilasi

Exp V = Expansion Vessel

Merubah satuan massa

Massa gas = % vol gas x laju alir volumetrik x BM

% massa = massa gas

massa total x 100

Neraca massa komponen CO blok I

Laju Alir Massa Outlet Reaktor (B) = Laju alir Massa Recycle (C) + Laju alir Massa

Expansion Gas (E) + Laju Alir Massa Off

gas (F) + Laju Alir Massa Outlet Menara

Distilasi (G)

Atau

(36)

Neraca Massa Total Blok I

Laju Alir Massa CO Outlet Reaktor = Laju alir Massa CO Recycle + Laju Alir

Massa CO Expansion Gas + Laju AlirMassa

CO Off Gas + Laju Alir Massa CO Outlet

Menara Distilasi

Atau

B ZCO = C YCO + E X CO + F W CO + G V CO ……..……… 3.2

Dimana :

B, C, E, F dan G = laju alir massa masing-masing arus (Kg/Jam)

(37)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perhitungan Basis : 1 jam Operasi

Asumsi yang diambil :

1. Kondisi tunak (steady state), sehingga akumulasi = 0

2. Data diambil pada tanggal 25 Februari 2013

Data – data yang diketahui adalah sebagai berikut :

1. Arus C (Recycle gas)

Laju alir volumetrik = 595783 Nm3

Komposisi gas : CO2 = 7,17% vol

CO = 2,70% vol

H2 = 66,26% vol

CH4 = 2,70% vol

N2 = 2,70% vol

2. Arus E (Expansion Gas)

Laju alir volumetrik = 2017 Nm3

Komposisi gas : CO2 = 44,47 % vol

CO = 2,43 % vol

(38)

CH4 = 26,17 % vol

N2 = 1,40 % vol

3. Arus F (Off gas)

Laju alir volumetrik = 798 Nm3

Komposisi gas : CO2 = 44,47 % vol

CO = 2,43 % vol

H2 = 25,51 % vol

CH4 = 26,17 % vol

N2 = 1,40 % vol

4. Arus G (keluaran menara destilasi)

Laju alir massa = 67,9 ton

= 67900 kg

Komposisi gas (CO2,CO,H2,CH4 dan N2) = 0

5. Arus D (Make Up)

Laju alir volumetrik = 225470 Nm3

Data – data yang diketahui secara teori atau desain adalah sebagai berikut :

Make-up Gas

Laju alir : 9380 kmol/jam

Komposisi CO 21,70 % mol

Recycle Gas

Laju alir : 30953 kmol/jam

(39)

Masukkan Reaktor

1. Untuk peneracaan massa arus C (Recycle gas) maka laju alir dan komposisi

gas diubah dalam satuan massa.

Massa CO2 = % vol CO2 x laju alir volumetrik x BM

90034,478 kg + 20095,083 kg

(40)

% massa CO2 =

Analog perhitungan diatas sehingga diperoleh :

Laju alir massa arus C = 249306,618 kg

2. Untuk peneracaan massa arus E (expansion gas) maka laju alir dan komposisi

gas diubah dalam satuan massa.

(41)

Massa CO = 61,137002 kg

Analog dengan perhitungan diatas sehingga diperoleh :

Laju alir massa arus E = 2276,6075 kg

Komposisi gas : CO2 = 77,228 %

CO = 2,685 %

H2 = 2,013 %

CH4 = 16,526 %

(42)

3. Untuk peneracaan massa arus F (off gas) maka laju alir dan komposisi gas

diubah dalam satuan massa.

(43)

Analog dengan perhitungan diatas sehingga diperoleh:

Laju alir massa arus F = 901,8817 kg

Komposisi gas: CO2 = 77,242 % vol

CO = 2,686 % vol

H2 = 2,014 % vol

CH4 = 16,510 % vol

N2 = 1,548 % vol

a. Menghitung laju alir massa dan mol CO masukkan reaktor (arus A)

laju volumetrik = laju alir volumetrik arus C + laju alir volumetrik arus D

= 595782 Nm3 + 225470 Nm3

b. Menghitung laju alir massa dan komposisi gas CO keluaran Reaktor (Arus B)

Dari persamaan (4.1)

B = C + E + F + G

B = 249306,618 kg + 2276,6075 kg + 901,8817 kg + 67900 kg

= 320385,1072 kg

(44)

Dari persamaan (4.2)

B ZCO = C YCO + E XCO + F WCO + G VCO

Z

CO

=

C YCO + E XCO + F WCO + G VCO

B

�249306,618 kg�8,060

100��+�2276,6075 kg �

Komposisi gas CO keluaran reaktor = 6,30 % massa

Laju alir massa CO keluaran R = (laju alir massa total)(KomposisiCO keluaranR)

= (320604,532 Kg)(0,063)

= 20167,077 Kg

Untuk menghitung konversi CO yang menjadi metanol, maka lajualir massa CO

keluaran reaktor diubah kedalam satuan mol.

Mol CO keluaran reaktor

=

(Laju alir Massa CO Outlet R)

c. Menghitung konversi CO aktual yang menjadi metanol

(45)

d. Menghitung konversi CO desain yang menjadi metanol

konversi CO desain =

(Mol CO Inlet R−Mol CO Outlet R)

Mol CO Inlet R

x 100 %

konversi CO desain =

7,86

100 x 40333 kmol�−� 3,3

100 x 35065�

�7,86100 x 40333 kmol�

x 100 %

= 63,5 %

Hasil perhitungan konversi CO aktual dan desain untuk data yang lainnya dapat

dilihat pada table 4.1 berikut :

Table 4.1 Hasil perhitungan konversi CO aktual dan konversi CO desain.

NO Hari/Tanggal Konversi CO aktual Konversi CO desain

1 Senin, 09 Mei 2011 72,93 % 63,5 %

2 Sanin, 08 Agustus 2011 71,13 % 63,5 %

3 Senin, 14 November 2011 65,40 % 63,5 %

4 Senin, 13 Februari 2012 70,49 % 63,5 %

5 Senin, 14 Mei 2012 66,89 % 63,5 %

6 Senin, 13 Agustus 2012 68,53 % 63,5 %

7 Senin, 12 November 2012 61,21 % 63,5 %

8 Senin, 25 Februari 2013 74,93 % 63,5 %

(46)

Jika table 4.1 diatas dibuat grafik maka akan diperoleh waktu vs konversi CO

sebagai berikut :

Gambar 4.1. Grafik hubungan antara waktu versus konversi CO

4.3. Pembahasan

Dari grafik 4.1. terlihat bahwa konversi CO berbanding lurus terhadap waktu

artinya semakin lama waktu penggunaan katalis maka konversi CO akan semakin

menurun, hal ini disebabkan katalis yang digunakan pada metanol reaktor samakin

lama semakin berkurang keaktifannya. Tapi untuk data konversi CO pada tanggal 27

Februari 2012 (data No. 4) lebih tinggi dari data pada konversi CO pada tanggal 28

November 2011 (data No. 3), hal ini disebabkan pada tanggal tersebut kondisi operasi Keterangan pada sumbu x :

1 = 09 Mei 2011 2 = 08 Agustus 2011 3 = 14November2011 4 = 13 Februari 2012 5 = 14 Mei 2012 6 = 13 Agustus 2012 7 = 12November2012 8 = 25 Februari 2013 y = -0.003x + 216.8

Grafik Hubungan antara Waktu dan Konversi CO

Konversi CO aktual

(47)

reaktor lebih baik sehingga CO yang bereaksi membentuk metanol lebih banyak.

Demikian halnya untuk konversi CO untuk pada tanggal 27 Agustus 2012 (data

No.6). Khusus data konversi CO pada tanggal 25 Februari 2013 (data No. 8) terjadi

peningkatan dari data konversi CO sebelumnya, hal ini disebabkan pemprosesan gas

sebelum masuk reaktor berjalan optimal mengingat pabrik baru selesai TA (Time

Around).

Jika hasil perhitungan konversi CO aktual dibandingkan dengan konversi CO

desain terlihat bahwa konversi CO aktual lebih besar dari pada konversi CO desain,

hal ini disebabkan oleh kondisi katalis yang masih aktif. Tapi untuk data tanggal 12

November 2012 (data No. 7) konversi CO aktual berada dibawah konversi CO

desain. Hal ini disebabkan oleh katalis yang digunakan pada metanol reaktor semakin

lama semakin berkurang keaktifannya, dikarenakan katalis sudah terlalu lama

digunakan. Dan data terakhir pada tanggal 25 Februari 2013 menunjukan bahwa

konversi CO aktual berada diatas konversi CO desain, hal ini dikarenakan gas

sebelum masuk reaktor berjalan optimal mengingat pabrik baru selasai melakukan

(48)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Efektifitas katalis dipengaruhi oleh suhu dan umur pemakaiannya, dimana suhu

yang terlalu tinggi akan merusak katalis dan semakin lama pemakaiaan maka

keaktifan katalis akan menurun.

2. Data terakhir menunjukan bahwa konversi CO aktual sebesar 74,93 % berada

diatas konversi CO desain sebesar 63,5 %, artinya kondisi katalis masih layak

digunakan.

5.2 Saran

1. Diharapkan adanya perhitungan konversi gas CO yang merupakan salah satu

komponen bahan baku pembuatan metanol.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Davis, M.E. 2003. Fundamentals of Chemical Reaction Engineering. McGraw-Hill. United State.

[KMI] Kaltim Metanol Industri. 1997. Final Dokumen 2 Proses Engineering Vol 4+. Lurgi OI Gas Chemie GmbH. Bontang.

[KMI] Kaltim Metanol Industri. 1997. Final Dokumen 3 Vessel engineering Volume 21. Lurgi OI Gas Chemie GmbH. Bontang.

[KMI] Kaltim Metanol Industri. 1997. Petunjuk Operasi Pabrik Methanol 2000 MTPD Unit 200-synthesis Methanol. Bontang.

Rase, H.F and Barrow, M.H. 1957. Project Engineering of Process Plant. John Wiley and Son, New York.

Rianto,N dan Akbar, A.Y. 2009. Super Genius Olimpiade Kimia SMA Nasional dan Internasional. Pustaka Widyatama. Yogyakarta.

Tim Dosen Kimia Dasar. 2009. Kimia Organik Dasar. UPT MKU Unhas. Makassar.

Twigg,M.V. 1970. Catalyst Handbook. Wolfe Publishing Ltd. London.

Twigg,M.V. 1989. Catalyst Handbook. 2nd Edition. Wolfe Publishing Ltd. London.

Westerterp,K.R. 1963. Chemical Reactor Design and Operation. Jhon Wiley & Sons. New York.

Westerterp,K.R. 1987. Chemical Reactor Design and Operation. Jhon Wiley & Sons. New York.

Winarso,L.dkk. 1998. Operation hand out. PT.Kaltim Methanol industry. Bontang.

Gambar

Gambar 3.1. Bagan Alir Proses Sintetis Metanol
Table 4.1 Hasil perhitungan konversi CO aktual dan konversi CO desain.
Grafik Hubungan antara Waktu dan Konversi CO

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi mungkin, persoalan jalan raya yang sangat beragam itu dapat diatasi secara bersama-sama jika; (a) pemerintah bersama legislatif, aparat kepolisian dan dinas terkait

Reaksi transesterifikasi telah dilakukan untuk mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel dengan bantuan katalis heterogen, kalsium oksida, dengan menggunakan reaktor

Dari apa yang telah dijelaskan di atas, dapatlah saya mengambil suatu keslmpulan mengenai pengertlan rekam­ an video porno, yaitu rekaman gambar dan atau gambar ber­ gerak, tulisan,

Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru terus berupaya melakukan upaya per- baikan program yang bertujuan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas layanan serta tindak

Perlakuan yang menghasilkan nilai peningkatan produksi terbesar yaitu terjadi pada perlakuan 100 Kg NPK/Ha + 1080 liter P3/Ha yaitu sebesar 16.25% dibandingkan dengan dengan

Metode yang digunakan dalam analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan eknomi di Kota Medan tersebut adalah Ordinary Least Squared (OLS) dengan menggunakan

Web Services adalah kumpulan dari fungsi dan method yang terdapat pada sebuah server yang dapat dipanggil oleh client dari jarak jauh, kemudian method-method tersebut

Dalam rangka mengantisipasi krisis keuangan global yang terjadi pada akhir tahun 2008/pemerintah kota yogyakarta berupaya mengurangi dampak krisis keuangan global dengan