• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perubahan Laba Kotor Pada PT Kaltim Parna Industri Di Bontang. Magun Istonapi Yunus Tete Konde.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Perubahan Laba Kotor Pada PT Kaltim Parna Industri Di Bontang. Magun Istonapi Yunus Tete Konde."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1

Analisis Perubahan Laba Kotor Pada PT Kaltim Parna Industri Di Bontang Magun Istonapi (kidalkanan@rocketmail.com)

Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Yunus Tete Konde

Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Musviyanti

Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan perubahan apakah yang menjadi penyebab terjadinya perubahan laba kotor pada PT KPI di bontang pada tahun 2010 dibandingkan dengan pada tahun 2011. Alat analisis yang digunakan adalah analisis perubahan perubahan laba kotor yaitu membandingkan laporan keuangan tahun 2011 dengan laporan keuangan tahun 2010 serta disebabkan oleh faktor penjualan dan faktor harga pokok penjualan. Setelah dilakukan penelitian dan dari data yang diperoleh diolah, dapat diketahui terjadi perubahan laba kotor yang disebabkan oleh perubahan harga jual, perubahan kuantitas (volume) penjualan, perubahan harga pokok penjualan per satuan produk, dan perubahan kuantitas penjualan. Ternyata terdapat perubahan laba kotor yang diperoleh PT KPI tahun 2010 dengan 2011 adalah sebesar Rp. 7.499.636.429,00. Adapun yang menjadi penyebab dari adanya perubahan laba kotor tahun 2010 dengan tahun 2011 dalam penjualan ammonia selama 2 (dua) tahun adalah faktor harga jual sebesar Rp. 2.006.944.805,00 dan faktor kuantitas penjualan mengalami penurunan sebesar Rp. 27.586.259.444,00 dimana kedua faktor tersebut merupakan faktor penambah dalam perhitungan perubahan laba kotor, sedangkan faktor harga pokok penjualan per satuan produk mengalami perubahan sebesar Rp. 2.126.566.787,00 dan faktor kuantitas harga pokok penjualan mengalami perubahan sebesar Rp. 24.220.354.300,00 dimana kedua faktor ini merupakan faktor pengurang dalam perhitungan laba kotor.

Kata Kunci: Laba Kotor, Harga Jual, Harga Pokok Penjualan, Kuantitas Penjualan, Kuantitas Harga Pokok Penjualan

Abstract

This research was done at what is become cause the happening of change of gross profit at PT KPI in Bontang in the year 2010 compared to in the year 2011. Analyzer the used is analysis change of gross profit that is comparing year financial statement 2011 with year financial statement 2010 and also because of sale factor and cost of goods sold factor. After conducted by research and from data the obtained to be processed, can know to happened change of gross profit which because of price chage sell, change of amount (sale volume), fundamental price change of sale per set of product, and change of sale amount. In the reality there are change of obtained by gross profit is PT KPI year 2010 is equal Rp. 7.499.636.429,00. As for becoming cause from existence of change of year gross profit 2010 with year 2011 in sale of logarithm during 2 years is price factor sell to experience of degradation equal to Rp. 2.006.944.805,00 and natural sale amount factor of degradation equal to Rp. 27.586.259.444,00 where both the factor represent build up factor in calculation of change of gross profit, while cost of goods sold factor per set of natural product of change equal to Rp. 2.126.566.787,00 and natural cost of goods sold amount factor of change equal to Rp. 24.220.354.300,00 where both this factor represent factor of pengurang in calculation of gross profit. Keyword: Gross Profit, Price change Sell, change of Amount (sale volume), Fundamental price chage of sale

per set of product, change of sale amount.

▸ Baca selengkapnya: justek perubahan volume

(2)

2

A. Latar Belakang

Potensi industri yang mewarnai sebagian besar wilayah daratan provinsi Kalimantan Timur selama ini telah mendatangkan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan rakyat, terutama sebagai pendorong bagi kelancaran jalannya pembangunan daerah Kalimantan Timur. PT Kaltim Parna Industri (KPI) merupakan salah satu perusahaan di Kalimantan Timur yang bergerak di bidang industri. PT KPI didirikan pada tahun 1995. PT KPI terletak di Kaltim Industrial Estate Bontang, Kalimantan Timur dengan kapasitas produksi 500.000 ton pertahun (1.500 MTPD). PT KPI merupakan perusahaan joint venture antara Mitsubishi Corporation (50 %), PT. Parna Raya (25 %), Yayasan Tabungan Hari Tua PT. Pupuk Kalimantan Timur (5 %), Yayasan Dana Pensiun PT. Pupuk Kalimantan Timur (5 %), Asahi Chemical Industry Co. Ltd. (10 %), dan Nippon Yusen Kabushiki Kaisha (5 %). PT KPI bekerjasama dengan beberapa perusahaan, diantaranya PERTAMINA dan Kontraktor Produk Sharing (TOTAL, VICO, dan UNOCAL), dimana perusahaan-perusahaan tersebut berperan dalam menyediakan bahan baku (gas alam) untuk proses pembuatan ammonia. PT KPI membeli gas alam ini sebagai sole feed

stock (stok bahan baku utama). Produk ammonia yang dihasilkan dipasarkan ke industri kimia

yang mengolah ammonia menjadi produk lain seperti urea, acrylonitrite, ammonium nitrate, ammonium sulfate, dan melamine. PT KPI mengekspor melalui contrated offtakers yang sebagian besar dikirim ke pasar asia seperti Thailand, Philipina, Jepang, Cina, dan juga untuk penggunaan dalam negeri sendiri. Contrated offtakers adalah sebuah kontrak legal antara dua perusahaan tentang berapa jumlah barang yang akan dikirim dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Penjualan bersih produk ammonia yang diperoleh PT KPI pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 287.087.966.182,00 dan di tahun 2011 adalah sebesar Rp. 257.494.719.826,00 jadi penjualan bersih produk ammonia mengalami penurunan sebesar Rp 29.593.246.356,00. Kuantitas (volume) produk yang dijual oleh PT KPI pada tahun 2010 adalah sebesar 230.153,68 ton dan di tahun 2011 adalah sebesar 208.038,23 ton jadi kuantitas (volume) produk PT KPI mengalami penurunan sebesar 22.115,45 ton. Laba kotor yang diperoleh PT KPI tahun 2010 adalah sebesar Rp. 35.028.805.621,00 dan di tahun 2011 adalah sebesar Rp. 27.529.169.192,00 jadi laba kotor PT KPI mengalami penurunan sebesar Rp. 7.499.636.429,00. Besaran laba kotor yang dihasilkan menunjukkan adanya beberapa penyebab yang terjadi didalam menentukan harga jual, kuantitas penjualan, perubahan harga pokok penjualan, dan lain-lain. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya perubahan baik menguntungkan maupun merugikan. Berdasarkan uraian-uraian yang telah disebutkan di atas maka dalam skripsi ini akan dibahas mengenai “Analisis Perubahan Laba Kotor Pada PT Kaltim Parna Industri di Bontang.”

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah sebagai berikut. Apakah yang menjadi penyebab terjadinya perubahan laba kotor pada PT Kaltim Parna Industri di Bontang tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan laba kotor pada PT KPI di Bontang.

(3)

3

A. Dasar Teoritis

Untuk mempelajari permasalahan dalam judul skripsi ini, maka diperlukan definisi konsepsional. Definisi konsepsional adalah suatu unsur pokok dari suatu penelitian yang mana penentuan dan perincian konsep sangat penting agar persoalan dan pembahasan lebih terarah.

Menurut Badriwan (2004:29) pengertian laba adalah sebagai berikut:

“Laba (gain) adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik.”

Sedangkan Prastowo dan Julianty (2005:22) memberikan definisi laba atau keuntungan

(gains), yaitu “Pos lain yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin timbul atau tidak

timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang rutin.”

Yang dimaksud laporan laba rugi menurut Munawir (2002:47), “Laporan laba rugi adalah suatu laporan sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.”

Menurut Supriyono (2006:179) mengenai analisa laba kotor adalah sebagai berikut: "Analisa laba kotor adalah memecah-mecah atau membagi-bagi menjadi bagian-bagian atau elemen-elemen yang lebih kecil dan bertujuan untuk menentukan penyebab penyimpangan laba kotor dan untuk mengetahui hubungan antara elemen-elemen tersebut.”

Selanjutnya menurut Munawir (2007:216) yang menyebabkan perubahan laba kotor dijelaskan sebagai berikut:

“Pada dasarnya perubahan laba kotor itu disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor pejualan dan faktor harga pokok penjualan. Besar kecilnya hasil penjualan dipengaruhi oleh kuantitas atau volume produk yang dapat dijual dan harga jual per satuan produk tersebut. Oleh karena itu perubahan hasil penjualan dapat disebabkan adanya:

a. Perubahan harga jual per satuan produk.

b. Perubahan kuantitas atau volume produk yang dijual/dihasilkan.

Faktor harga pokok penjualan juga dipengaruhi oleh kuantitas produk yang dijual dan harga pokok per satuan (rata-rata) produk yang dijual dihasilkan tersebut, oleh karena itu perubahan laba kotor yang disebabkan oleh adanya perubahan harga pokok penjualan dapat disebabkan oleh:

a. Perubahan harga pokok rata-rata per satuan.

b. Perubahan kuantitas atau volume produk yang dijual.”

(4)

4

Gambar II.1. Kerangka Konsep

III. Metode Penelitian A. Definisi Operasional

Potensi industri yang mewarnai sebagian besar wilayah daratan provinsi Kalimantan Timur selama ini telah mendatangkan manfaat yang sangat besar terutama sebagai daya pendorong bagi kelancaran jalannya pembangunan khususnya daerah Kalimantan Timur. PT KPI bekerjasama dengan beberapa perusahaan, diantaranya PERTAMINA dan Kontraktor Produk Sharing (TOTAL, VICO, dan UNOCAL), dimana perusahaan-perusahaan tersebut berperan dalam menyediakan bahan baku (gas alam) untuk proses pembuatan ammonia. PT KPI membeli

PT Kaltim Parna Industri Bontang

Rumusan Masalah :

Faktor apakah yang menjadi penyebab terjadinya perubahan laba kotor pada PT KPI di Bontang tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010

Alat Analisis :

Analisis Perubahan Laba Kotor - Disebabkan oleh Penjualan

- Disebabkan oleh Harga pokok penjualan

Hasil Penelitian

Laba yang terjadi dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu :

- Faktor Penjualan

(5)

5

gas alam ini sebagai sole feed stock (stok bahan baku utama). Produk ammonia yang dihasilkan dipasarkan ke industri kimia yang mengolah ammonia menjadi produk lain seperti urea, acrylonitrite, ammonium nitrate, ammonium sulfate, dan melamine. PT KPI mengekspor melalui

contrated offtakers yang sebagian besar dikirim ke pasar asia seperti Thailand, Philipina, Jepang,

Cina, dan juga untuk penggunaan dalam negeri sendiri.

Perubahan laba yang dimaksud adalah perubahan laba kotor dengan menganalisis penjualan dan harga pokok penjualan untuk menentukan penyebab perubahan yang terjadi. Laba kotor adalah hasil penjualan bersih yang diperoleh perusahaan dikurangi dengan harga pokok penjualan selama satu periode. Perubahan laba kotor disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor penjualan dan faktor harga pokok penjualan. Faktor penjualan dipengaruhi oleh kuantitas atau volume produk yang dapat dijual dan harga jual per satuan produk tersebut. Dan faktor harga pokok penjualan dipengaruhi oleh kuantitas produk yang dijual dan harga pokok per satuan (rata-rata) produk yang dijual dihasilkan tersebut.

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi atau memperoleh ammonia. Mengenai hal tersebut elemen biaya dibagi menjadi tiga, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead yang akan diuraikan sebagai berikut:

a. Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh ammonia. Dalam hal ini bahan baku yang dihasilkan berupa ammonia.

b. Biaya tenaga kerja adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi berupa ammonia.

c. Biaya overhead adalah biaya-biaya selain biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung yang turut mendukung keberhasilan produksi suatu produk.

Adapun yang dimaksud dengan biaya overhead pabrik dalam perusahaan ini, antara lain adalah:

- Bahan penolong, seperti pemakaian bahan bakar. - Biaya tenaga kerja tidak langsung, yaitu gaji karyawan. - Penyusutan peralatan, kendaraan, dan penyusutan bangunan. - Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin.

B. Rincian Data yang Diperlukan

Untuk menunjang penulisan skripsi ini maka diperlukan data dari objek yang diteliti yaitu PT KPI. Adapun rincian data yang diperlukan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Gambaran umum PT Kaltim Parna Industri. 2. Struktur organisasi PT Kaltim Parna Industri.

3. Laporan Laba Rugi PT Kaltim Parna Industri tahun yang berakhir 31 Desember 2010 dan 2011.

4. Laporan Harga Pokok Penjualan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2010 dan 2011.

5. Perbandingan Data Penjualan Produk ammonia tahun 2010 dan 2011 (Harga per unit dan Kuantitas (Volume) Penjualan).

(6)

6

6. Data-data lain yang relevan.

C. Jangkauan Penelitian

Penulis mengadakan penelitian pada PT Kaltim Parna Industri yang bertempat di Tanjung Harapan kota Bontang Kalimantan Timur. Penelitian ini difokuskan pada analisis perubahan kenaikan dan penurunan laba kotor perusahaan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Guna memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Field Work Research (Penelitian Lapangan) adalah tehnik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung dengan objek yang diteliti guna memperoleh data yang diperlukan, yaitu:

a. Metode Observasi yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara melakukan pencatatan tertulis terhadap data yang diperlukan didalam melakukan penelitian. 2. Library Research (Studi Kepustakaan) adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara membaca buku-buku atau literature dan catatan lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

E. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk membahas masalah tentang perubahan laba kotor ini adalah Analisis Perubahan Laba Kotor yang dikemukakan oleh Munawir (2007:218-220) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

1. Perubahan harga jual (sales price variance), yaitu adanya perubahan antara harga jual yang sesungguhnya dengan harga jual yang dibudgetkan atau harga jual tahun sebelumnya.

Perubahan harga jual = ( HJ2 - HJ1 ) K2

Keterangan:

HJ1 = Harga jual per satuan produk tahun 2010

HJ2 = Harga jual per satuan produk tahun 2011

K2 = Kuantitas produk yang dijual tahun 2011

2. Perubahan kuantitas produk yang dijual (sales volume variance), yaitu adanya perbedaan antara kuantitas produk direncanakan tahun sebelumnya dengan kuantitas produk yang sesungguhnya dijual.

Perubahan kuantitas produk = ( K2 - K1 ) HJ1

Keterangan:

K1 = Kuantitas produk yang dijual tahun 2010

K2 = Kuantitas produk yang dijual tahun 2011

HJ1 = Harga jual per satuan produk tahun 2010

3. Perubahan harga pokok penjualan (cost price variance), yaitu perbedaan antara harga pokok penjualan per satuan produk yang dibudgetkan atau tahun sebelumnya dengan harga pokok yang sesungguhnya.

(7)

7

Keterangan:

HPP1 = Harga pokok penjualan produk tahun 2010

HPP2 = Harga pokok penjualan produk tahun 2011

K2 = Kuantitas produk yang dijual tahun 2011

4. Perubahan kuantitas harga pokok penjualan (cost volume variance), yaitu adanya perubahan harga pokok penjualan karena adanya perubahan / volume yang dijual atau yang diproduksi.

Perubahan kuantitas harga pokok penjualan = ( K2 - K1 ) HPP1

Keterangan:

K1 = Kuantitas produk yang dijual tahun 2010

K2 = Kuantitas produk yang dijual tahun 2011

HPP1 = Harga pokok penjualan produk tahun 2010

Untuk melihat akibat perubahan-perubahan dalam kuantitas, harga jual maupun biayaper satuan, maka berikut ini diberikan tabel analisa perubahan laba kotor.

Tabel III.1 Analisa Perubahan Laba Kotor

Tahun xxx Tahun xxx Kenaikan/Penurunan

Penjualan Netto xxx xxx xxx

Harga Pokok Penjualan xxx xxx xxx

Laba Kotor xxx xxx xxx

Kuantitas yang dijual xxx xxx xxx

Harga Jual per satuan xxx xxx xxx

Harga Pokok per satuan xxx xxx xxx

Sumber : Munawir, 2007:221, modifikasi

IV. Analisis dan Pembahasan A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Singkat PT KPI

Gas alam merupakan bahan baku utama dalam pembuatan pupuk ammonia. Gas tersebut banyak di bumi Indonesia dalam jumlah yang melimpah baik di darat maupun di laut. Ammonia adalah gas tajam yang tidak berwarna dengan titik didih -33,50C. Cairannya mempunyai panas penguapan yang bebas yaitu 1,37 kJ/g pada titik didihnya dan dapat ditangani dengan peralatan laboratorium yang biasa. Cairan NH3 mirip air dalam perilaku fisikanya, bergabung dengan

sangat kuat melalui ikatan hydrogen. Tetapan dielektriknya ~22 pada -34oC kira-kira 81 untuk

H2O pada 25oC cukup tinggi untuk membuatnya sebagai pelarut pengion yang baik. Ammonia

banyak digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia, serta industri bubur kertas dan kertas (pulp dan paper). Sumber ammonia yang lain adalah reduksi gas nitrogen yang berasal dari proses difusi udara atmosfer, limbah industri, dan domestik. Sesuai dengan pasal 33 ayat (3) 1945, bahwa kekayaan alam Indonesia beserta segala isinya yang terkandung didalamnya dan digunakan untuk kepentingan hajat hidup orang banyak dipelihara oleh Negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

(8)

8

PT Kaltim Parna Industri (KPI) merupakan salah satu perusahaan di Kalimantan Timur yang bergerak di bidang industri. PT KPI didirikan pada tahun 1995. PT KPI didirikan berdasarkan Akta Notaris No.14 pada tanggal 25 Mei tahun 1993 oleh Mulyono Azhar, SH di Jakarta. PT KPI terletak di Kaltim Industrial Estate Bontang, Kalimantan Timur dengan kapasitas produksi 500.000 ton pertahun (1.500 MTPD). PT KPI merupakan perusahaan joint venture antara Mitsubishi Corporation (50 %), PT. Parna Raya (25 %), Yayasan Tabungan Hari Tua PT. Pupuk Kalimantan Timur (5 %), Yayasan Dana Pensiun PT. Pupuk Kalimantan Timur (5 %), Asahi Chemical Industry Co. Ltd. (10 %), dan Nippon Yusen Kabushiki Kaisha (5 %).

Kontruksi PT KPI secara keseluruhan dikerjakan oleh Mitsubishi Heavy Industri (MHI), dengan 80% dari total investasi didanai langsung oleh MHI sendiri. Sedangkan 20% berasal dari investor lain. Pengerjaan kontruksi dan pilling work dimulai pada bulan Februari 1994 dan selesai pada Oktober 1995. Pada tanggal 14 November 1995, pukul 14.00 WITA, tetesan perdana ammonia dihasilkan dari plant PT KPI. Dan pada tanggal 1 Desember 1995, dilaksakan pengapalan perdana. Setelah performance test selesai dilakukan oleh MHI pada tanggal 14 Desember 1995, maka pada tanggal 1 Februari 1996 produksi secara komersil mulai dilakukan.

2. Struktur Organisasi

Segala bentuk organisasi memiliki struktur. Struktur organisasi pun mutlak diperlukan oleh semua jenis organisasi. Begitu pula bagi perusahaan, setiap perusahaan yang didirikan pasti mempunyai struktur organisasi pada perusahaan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar dengan adanya struktur organisasi yang tepat dan jelas maka pembagian tugas, hak, wewenang serta tanggung jawab masing-masing anggota di perusahaan dapat dimengerti dan dijalankan dengan baik. Dengan demikian dapat menciptakan keharmonisan kerja diantara setiap karyawannya, karena dengan demikian bisa menempatkan karyawan secara tepat pada bidangnya masing-masing, serta dapat membantu kelancaran proses produksi. Sehingga memberikan suatu susunan kinerja yang dapat membantu perusahaan didalam mencapai tujuan. Keterampilan kegiatan perusahaan tergantung pada keterampilan pengelolanya yang ditandai oleh struktur organisasi perusahaan tersebut. Struktur organisasi perusahaan yang baik mempunyai peranan yang sangat penting karena menyangkut dengan perihal pembagian tugas atau pekerjaan setiap anggotanya, oleh karena itu struktur organisasi perusahaan harus jelas setiap pembagian tugasnya. Dengan organisasi yang baik maka akan tercipta pola kerja yang baik pula dan selanjutnya menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan tersebut.

Pembagian dalam struktur organisasi akan mempengaruhi pimpinan perusahaan dalam melaksakan pengawasan terhadap bawahannya dan masing-masing bagian dapat berjalan dengan lancar. Dalam penerapannya pada karyawan dilakukan berdasarkan:

1. Sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 2. Sesuai dengan tingkat pendidikan .

3. Sesuai dengan pengalaman dan kecakapan kerja.

Demikian pula halnya dengan PT KPI yang merupakan salah satu perusahaan yang bertujuan untuk mencari laba yang tentunya untuk mencapai hak tersebut diperlukan suatu kegiatan yang terkoordinir, hal ini dapat terlihat dari adanya struktur organisasi yang merupakan

(9)

9

gambaran umum batas-batas wewenang dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam menjalankan tugasnya.

Adapun struktur organisasi PT Kaltim Parna Industri (KPI) seperti terlihat sebagai berikut:

Gambar IV.1 Struktur Organisasi PT KPI

4. Laporan Keuangan PT KPI

Secara garis besar data-data yang diperlukan selama penelitian tertera didalam perincian data yang diperlukan, maka berikut ini ditampilkan perhitungan laba rugi tahun 2010 dan 2011 serta laporan harga pokok penjualan untuk periode 31 Desember 2010 dan 2011.

PT KALTIM PARNA INDUSTRI HARGA POKOK PENJUALAN

(10)

10

URAIAN Rp Rp

I. HARGA POKOK PRODUKSI

Biaya Bahan Baku

Persediaan Awal Bahan Baku 52.983.439.312,00

Pembelian Bahan Baku 88.940.756.232,00

Bahan Baku Tersedia Dipakai 141.924.195.544,00

Persediaan Akhir Bahan Baku (31.941.661.314,00)

Total Biaya Bahan Baku 109.982.534.230,00

Biaya Tenaga Kerja Langsung 37.916.950.853,00

Biaya Overhead Pabrik

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 16.291.866.972,00

Biaya Asuransi Pabrik 2.657.429.964,00

Biaya Penyusutan Bangunan 3.526.581.487,00

Biaya Penyusutan Mesin dan Peralatan 15.537.206.356,00

Biaya Reparasi dan Pemeliharaan 17.195.421.823,00

Biaya Listrik dan Air 9.284.231.350,00

Biaya Pajak 2.697.429.964,00

Biaya Lain-lain 4.915.415.461,00

Total Biaya Overhead Pabrik 72.065.583.377,00

Total Biaya Produksi 219.965.068.459,00

Persediaan Barang Dalam Proses Awal 53.037.672.138,00

273.002.740.597,00

Persediaan Barang Dalam Proses Akhir (11.580.006.183,00)

III. TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI 261.422.734.414,00

Persediaan Awal Barang Jadi 197.881.888.224,00

Persediaan Akhir Barang Jadi (229.339.072.002,00)

IV. HARGA POKOK PENJUALAN 229.965.550.636,00

Sumber: PT Kaltim Parna Industri, 2012

PT KALTIM PARNA INDUSTRI HARGA POKOK PENJUALAN

(11)

11

URAIAN Rp Rp

I. HARGA POKOK PRODUKSI

Biaya Bahan Baku

Persediaan Awal Bahan Baku 105.784.183.026,00

Pembelian Bahan Baku 96.180.472.554,00

Bahan Baku Tersedia Dipakai 201.964.655.580,00

Persediaan Akhir Bahan Baku (52.983.439.312,00)

Total Biaya Bahan Baku 148.981.216.268,00

Biaya Tenaga Kerja Langsung 36.492.538.525,00

Biaya Overhead Pabrik

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 36.327.267.333,00

Biaya Asuransi Pabrik 2.656.171.979,00

Biaya Penyusutan Bangunan 3.106.295.789,00

Biaya Penyusutan Mesin dan Peralatan 31.550.759.500,00

Biaya Reparasi dan Pemeliharaan 22.386.622.903,00

Biaya Listrik dan Air 10.307.311.126,00

Biaya Pajak 4.930.503.998,00

Biaya Lain-lain 1.229.745.115,00

Total Biaya Overhead Pabrik 112.488.677.743,00

Total Biaya Produksi 297.962.432.536,00

Persediaan Barang Dalam Proses Awal 98.940.944.112,00

396.903.376.648,00

Persediaan Barang Dalam Proses Akhir (53.037.672.138,00) III. TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI 343.865.704.510,00

Persediaan Awal Barang Jadi 106.075.344.275,00

Persediaan Akhir Barang Jadi (197.881.888.224,00)

IV. HARGA POKOK PENJUALAN 252.059.260.561,00

Sumber: PT Kaltim Parna Industri, 2012

PT KALTIM PARNA INDUSTRI Perhitungan Laba / Rugi

(12)

12

URAIAN TAHUN 2011 TAHUN 2010

Rp Rp

Penjualan Bersih Ammonia 257.494.719.826,00 287.087.966.182,00 Beban Pokok Penjualan (229.965.550.634,00) (252.059.160.561,00)

Laba / Rugi Kotor 27.529.169.192,00 35.028.805.621,00

Beban Usaha

Beban Penjualan 7.228.423.975,00 7.371.546.500,00

Beban Administrasi dan Umum 8.532.426.584,00 7.029.340.054,00 Jumlah Beban Usaha (15.760.850.559,00) (14.400.886.554,00)

Laba Usaha 11.768.418.633,00 20.627.919.067,00

Pendapatan (Beban) Lain-lain

Keuntungan (Kerugian) Kurs Mata Uang Asing - Bersih 1.452.085.656,00 (2.939.181.081,00)

Pendapatan Jasa 117.951.667,00 117.362.958,00

Penghasilan Bunga 85.256.404,00 223.498.813,00

Pendapatan Denda dan Klaim 31.444.137,00 32.541.728,00

Pendapatan Ekuitas Asosiasi 1.131.556,00 1.319.568,00

Beban Bunga (989.930.906,00) (854.104.632,00)

Lain-lain Bersih 398.247.487,00 364.064.653,00

Pendapatan (Beban) Lain-lain Bersih 1.096.186.001,00 (3.054.497.990,00)

Laba / Rugi Sebelum Pajak 12.864.604.634,00 17.573.421.077,00

Pendapatan (Beban)

Pajak Penghasilan

- Pajak Kini (3.341.540.451,00) (3.175.573.375,00)

- Pajak Tangguhan 279.923.400,00 (139.024.092,00)

Jumlah Penghasilan (Beban) Pajak (3.061.617.051,00) (3.314.597.467,00)

Laba Bersih 9.802.987.583,00 14.258.823.610,00

Sumber : PT Kaltim Parna Industri,2012

(13)

13

Sumber : PT Kaltim Parna Industri, 2012

Tabel 2. Data Penjualan Ammonia Tahun 2010

No. Tanggal Ton Harga/Ton Jumlah Pertambahan Nilai) PPN (Pajak Biaya Produksi

Jumlah Penjualan termasuk biaya produksi 1 14/02/2011 18.973,62 1.150.000,00 21.819.663.000,00 2.181.966.300,00 3.865.334.913,00 25.684.997.913,00 2 09/03/2011 3.095,63 1.150.000,00 3.559.974.500,00 355.997.450,00 632.081.515,00 4.192.056.015,00 3 01/04/2011 11.249,94 1.150.000,00 12.937.431.000,00 1.293.743.100,00 2.330.634.462,00 15.268.065.462,00 4 01/04/2011 11.317,87 1.150.000,00 13.015.550.500,00 1.301.555.050,00 2.341.669.057,00 15.357.219.557,00 5 01/04/2011 10.003,02 1.150.000,00 11.503.473.000,00 1.150.347.300,00 2.067.267.205,00 13.570.740.205,00 6 01/04/2011 8.476,15 1.150.000,00 9.747.572.500,00 974.757.250,00 1.736.910.284,00 11.484.482.784,00 7 03/05/2011 19.832,71 1.100.000,00 21.815.981.000,00 2.181.598.100,00 3.690.594.536,00 25.506.575.536,00 8 03/05/2011 4.933,66 1.100.000,00 5.427.026.000,00 542.702.600,00 1.006.036.031,00 6.433.062.031,00 9 23/06/2011 5.308,38 1.100.000,00 5.839.218.000,00 583.921.800,00 999.596.238,00 6.838.814.238,00 10 23/07/2011 3.607,02 1.000.000,00 3.607.020.000,00 360.702.000,00 820.119.220,00 4.427.139.220,00 11 30/07/2011 3.226,89 1.000.000,00 3.226.890.000,00 322.689.000,00 549.989.873,00 3.776.879.873,00 12 26/09/2011 20.829,32 1.000.000,00 20.829.320.000,00 2.082.932.000,00 4.311.778.826,00 25.141.098.826,00 13 21/10/2011 8.686,17 900.000,00 7.817.553.000,00 781.755.300,00 15.887.937.836,00 23.705.490.836,00 14 17/11/2011 14.700,61 900.000,00 13.230.549.000,00 1.323.054.900,00 3.568.571.074,00 16.799.120.074,00 15 17/11/2011 12.379,58 900.000,00 11.141.622.000,00 1.114.162.200,00 3.151.260.629,00 14.292.882.629,00 16 17/11/2011 12.477,04 900.000,00 11.229.336.000,00 1.122.933.600,00 3.193.860.925,00 14.423.196.925,00 17 17/11/2011 13.117,16 900.000,00 11.805.444.000,00 1.180.544.400,00 3.384.986.789,00 15.190.430.789,00 18 17/11/2011 12.575,52 900.000,00 11.317.968.000,00 1.131.796.800,00 3.232.930.532,00 14.550.898.532,00 19 18/12/2011 436,93 900.000,00 393.237.000,00 39.323.700,00 96.740.717,00 489.977.717,00 20 18/12/2011 333,97 900.000,00 300.573.000,00 30.057.300,00 61.017.664,00 361.590.664,00 TOTAL 208.038,23 200.565.401.500,00 20.056.540.150,00 56.929.318.326,00 257.494.719.826,00

(14)

14

No. Tanggal Ton Harga/Ton Jumlah

PPN (Pajak Pertambahan Nilai) Biaya Produksi Jumlah Penjualan termasuk biaya produksi 1 12/02/2010 14.170,80 1.250.000,00 17.713.500.000,00 1.771.350.000,00 2.695.839.547,00 20.409.339.547,00 2 16/03/2010 18.936,84 1.250.000,00 23.671.050.000,00 2.367.105.000,00 3.566.411.852,00 27.237.461.852,00 3 31/03/2010 19.047,79 1.250.000,00 23.809.737.500,00 2.380.973.750,00 3.334.064.739,00 27.143.802.239,00 4 22/05/2010 11.266,15 1.150.000,00 12.956.072.500,00 1.295.607.250,00 2.105.837.325,00 15.061.909.825,00 5 22/05/2010 11.043,47 1.150.000,00 12.699.990.500,00 1.269.999.050,00 2.099.823.394,00 14.799.813.894,00 6 22/05/2010 12.040,09 1.150.000,00 13.846.103.500,00 1.384.610.350,00 2.286.250.614,00 16.132.354.114,00 7 22/05/2010 10.025,10 1.150.000,00 11.528.865.000,00 1.152.886.500,00 1.892.623.976,00 13.421.488.976,00 8 25/07/2010 20.706,09 1.000.000,00 20.782.390.000,00 2.078.239.000,00 3.979.525.947,00 24.761.915.947,00 9 26/08/2010 20.782,39 1.000.000,00 20.230.840.000,00 2.023.084.000,00 4.640.902.602,00 24.871.742.602,00 10 09/192010 20.230,84 1.000.000,00 15.143.270.000,00 1.514.327.000,00 9.065.478.263,00 24.208.748.263,00 11 17/10/2010 15.143,27 900.000,00 10.268.838.000,00 1.026.883.800,00 6.303.109.681,00 16.571.947.681,00 12 05/11/2010 11.409,82 900.000,00 10.788.516.000,00 1.078.851.600,00 1.765.415.668,00 12.553.931.668,00 13 05/11/2010 11.987,24 900.000,00 10.788.516.000,00 1.078.851.600,00 2.389.001.724,00 13.177.517.724,00 14 05/11/2010 12.773,40 900.000,00 11.496.060.000,00 1.149.606.000,00 2.552.266.611,00 14.048.326.611,00 15 26/11/2010 20.590,39 900.000,00 18.531.351.000,00 1.853.135.100,00 4.156.314.239,00 22.687.665.239,00 TOTAL 230.153,68 234.255.100.000,00 23.425.510.000,00 52.832.866.182,00 287.087.966.182,00

Sumber : PT Kaltim Parna Industri, 2012

B. Analisis dan Pembahasan 1. Analisis

Untuk menghitung perubahan laba kotor yang terjadi pada PT KPI, baik perubahan yang menguntungkan (kenaikan) maupun perubahan yang tidak menguntungkan (penurunan) maka perlu dilakukan analisa terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan laba kotor tersebut.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, adapun faktor-faktor yang dapat menentukan perubahan laba kotor dari suatu usaha adalah jumlah penjualan, perubahan harga jual, perubahan kuantitas (volume) penjualan dan perubahan harga pokok penjualan. Dalam menganalisa perubahan laba kotor terlebih dahulu diadakan perbandingan antara laba yang diperoleh pada periode sekarang dengan laba yang diperoleh pada periode sebelumnya atau laba yang dibudgetkan, kemudian menghitung perubahan laba kotor yang disebabkan oleh perubahan harga jual per satuan produk dan volume penjualan. Setelah itu menghitung perubahan laba kotor yang disebabkan oleh harga pokok penjualannya yaitu perubahan yag disebabkan oleh berubahnya kuantitas atau satuan barang yang dijual dan perubahan harga pokok per satuan (unit cost).

Berdasarkan hasil penelitian dalam periode 2010 sampai 2011 bahwa laba kotor yang dihasilkan oleh perusahaan mengalami penurunan. Analisis dilakukan dengan memecah komponen-komponen yang menyebabkan terjadinya perubahan laba kotor dengan menggunakan data keuangan yang meliputi laporan laba rugi dan realisasi penjualan selama dua periode pembukuan.

(15)

15

Tahun 2010 Tahun 2011 Kenaikan/ Penurunan Penjualan 287.087.966.182,00 257.494.719.826,00 29.593.246.356,00 Turun Harga Pokok Penjualan 252.059.160.561,00 229.965.550.636,00 22.093.609.925,00 Turun Laba Kotor 35.028.805.621,00 27.529.169.192,00 7.499.636.429,00 Turun Kuantitas (Volume)

Penjualan 230.153,68 Ton 208.038,23 Ton 22.115,45 Ton Turun Harga Jual per Ton

= 1.247.375,00 1.237.728,00 9.647,00 Turun

Harga Pokok Penjualan per Ton

= 1.095.178,00 1.105.400,00 10.222,00 Naik

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan tabel yaitu tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010 menunjukkan adanya penurunan dalam penjualan yaitu sebesar Rp.29.593.246.356,00 dan penurunan harga pokok penjualan sebesar Rp.22.093.609.925,00 sehingga mengalami penurunan laba kotor sebesar Rp.7.499.636.429,00.

Untuk mengetahui perubahan tersebut maka langkah-langkah analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Perhitungan Laba Kotor :

1. Perubahan laba kotor yang disebabkan oleh penjualan. a. Perubahan Harga Jual

= ( HJ2 – HJ1 ) K2

= ( Rp. 1.237.728,00 – Rp. 1.247.375,00 ) x 208.038,23 Ton = Rp. 2.006.944.805,00 ( Penurunan )

Keterangan:

HJ1 = Harga Jual per Ton Tahun 2010

HJ2 = Harga Jual per Ton Tahun 2011

K2 = Kuantitas (Volume) Penjualan Tahun 2011

b. Perubahan Volume Penjualan = ( K2 – K1 ) HJ1

= ( 208.038,23 Ton - 230.153,68 Ton ) x Rp. 1.247.375,00 = Rp. 27.586.259.444,00 ( Penurunan )

(16)

16

Keterangan:

K1 = Kuantitas (Volume) Penjualan Tahun 2010

K2 = Kuantitas (Volume) Penjualan Tahun 2011

HJ1 = Harga Jual per Ton Tahun 2010

2. Perubahan laba kotor yang disebabkan oleh Harga Pokok Penjualan a. Perubahan Harga Pokok per unit

= ( HPP2 – HPP1 ) K2

= ( Rp. 1.105.400,00 – Rp. 1.095.178,00 ) x 208.038,23 Ton = Rp. 2.126.566.787,00 ( Kenaikan )

Keterangan:

HPP1 = Harga Pokok Penjualan per Ton Tahun 2010

HPP2 = Harga Pokok Penjualan per Ton Tahun 2011

K2 = Kuantitas (Volume) Penjualan Tahun 2011

b. Perubahan Kuantitas ( Volume ) dalam Harga Pokok Penjualan = ( K2 – K1 ) HPP1

= ( 208.038,23 Ton – 230.153,68 Ton ) x Rp. 1.095.178,00 = Rp. 24.220.354.300,00 ( Penurunan )

Keterangan:

K1 = Kuantitas (Volume) Penjualan Tahun 2010

K2 = Kuantitas (Volume) Penjualan Tahun 2011

HPP1 = Harga Pokok Penjualan per Ton Tahun 2010

Untuk memperjelas perhitungan di atas mengenai perubahan laba kotor PT KPI antara tahun 2010 dengan tahun 2011, berikut ini penulis paparkan laporan perubahan laba kotor pada akhir tahun 2010 dengan tahun 2011.

PT Kaltim Parna Industri Laporan Perubahan Laba Kotor

(17)

17

Akhir tahun 2010 dengan tahun 2011

Perubahan penjualan yang disebabkan oleh :

Perubahan Harga Jual (Rp. 2.006.944.805,00) Perubahan Kuantitas ( Volume ) Penjualan (Rp. 27.586.259.444,00) +

(Rp. 29.593.204.249,00) Perubahan Harga Pokok Penjualan yang disebabkan

oleh :

Perubahan Harga Pokok per unit Rp. 2.126.566.787,00 Perubahan Kuantitas ( Volume ) Harga Pokok

Penjualan

(Rp. 24.220.354.300,00) +

(Rp. 22.093.787.313,00) -

Perubahan Laba Kotor (Rp. 7.499.416.936,00)

2. Pembahasan

Perubahan laba kotor merupakan salah satu pedoman efisiensi dan efektifitas manajemen dalam mengelola suatu unit usaha dalam hubungannya dengan pertumbuhan serta perkembangan unit usaha yang dikelolanya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan laba kotor adalah jumlah penjualan, perubahan harga jual, perubahan kuantitas (volume) penjualan dan perubahan harga pokok penjualan. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan kenaikan dan penurunannya, sebab jika penjualan menurun dan harga pokok penjualan mengalami kenaikan maka laba kotor akan mengalami penurunan. Tetapi sebaliknya, apabila penjualan mengalami penurunan maka laba kotor akan mengalami kenaikan.

Jika penjualan mengalami penurunan dan harga pokok penjualan mengalami penurunan maka laba kotor pun akan mengalami penurunan. Sebaliknya, apabila penjualan mengalami kenaikan dan harga pokok penjualan mengalami kenaikan sampai batas tertentu akan mengalami kenaikan.

Untuk dapat meningkatkan laba kotor dapat ditempuh dengan cara:

1. Mengusahakan kenaikan penjualan yang lebih tinggi daripada harga pokok penjualan. 2. Mengusahakan penurunan harga pokok penjualan yang lebih besar daripada penurunan

penjualan.

3. Mengusahakan kenaikan penjualan dan mempertahankan harga pokok.

Berdasarkan hasil analisis, maka didapat perbandingan laba kotor tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2011. Perubahan penjualan pada tahun 2010 sebesar Rp. 287.087.966.182,00 dan penjualan pada tahun 2011 sebesar Rp. 257.494.719.826,00 mengalami penurunan yang cukup tinggi sebesar Rp. 29.593.246.356,00 yang disebabkan oleh perubahan harga jual yang tinggi yaitu Rp. 2.006.944.805,00 dan perubahan kuantitas (volume) penjualan

(18)

18

sebesar Rp. 27.586.259.444,00 sedangkan dari faktor harga pokok penjualan, harga pokok penjualan pada tahun 2010 sebesar Rp. 252.059.160.561,00 dan harga pokok penjualan pada tahun 2011 sebesar Rp. 229.965.550.636,00 mengalami penurunan yang juga cukup tinggi sebesar Rp. 22.093.609.925,00 yang disebabkan oleh perubahan harga pokok per unit sebesar Rp. 2.126.566.787,00 dan juga perubahan pada kuantitas (volume) harga pokok penjualan sebesar Rp. 24.220.354.300,00

Dari hasil perhitungan pada analisis perubahan kuantitas (volume) penjualan menjadi faktor utama yang menyebabkan penurunan laba kotor perusahaan periode tahun 2010 dengan tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 27.586.256.444,00 hal ini berdasarkan pada penjualan ammonia sebesar 230.153,68 ton pada tahun 2010 sedangkan pada tahun 2011 hanya sebesar 208.038,23 ton sehingga terdapat selisih 22.115,45 ton yang akan mempengaruhi penjualan secara keseluruhan. Penurunan pada total biaya bahan baku pada tahun 2010 sebesar Rp. 148.981.261.268,00 dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 109.982.534.230,00 sehingga terjadi penurunan sebesar Rp. 38.998.682.038,00.

Terjadinya perubahan tersebut dikarenakan sulitnya perusahaan untuk memperoleh bahan baku yang disebabkan oleh kelangkaan bahan baku itu sendiri dan ketergantungan yang tinggi terhadap impor atau pemasok tertentu. Hasil penjualan juga mengalami penurunan dikarenakan oleh kapasitas produksi tidak terpakai (idle capacity) yang terjadi karena kurangnya daya serap pasar terhadap produk, kompetisi, perubahan teknologi, dan adanya restriksi pemerintah terhadap produksi terhadap barang tertentu.

Perubahan harga pokok penjualan pada tahun 2011 juga dipengaruhi oleh harga pokok produksi yang disebabkan oleh kenaikan pada biaya tenaga kerja langsung pada tahun 2010 sebesar Rp. 36.492.538.525,00 dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 37.916.950.853,00 sehingga terjadi kenaikan sebesar Rp. 1.424.412.328,00. Kenaikan pada biaya tenaga kerja langsung ini diakibatkan oleh peningkatan jumlah karyawan perusahaan pada tahun 2011 untuk meningkatkan hasil produksi ammonia PT KPI sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang lebih pada tahun-tahun selanjutnya.

Begitu juga dengan total biaya overhead pabrik terjadi penurunan pada tahun 2010 sebesar Rp. 112.488.677.743,00 dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 72.065.583.377,00 sehingga terjadi penurunan sebesar Rp. 40.423.094.366,00. Penurunan biaya overhead pabrik pada tahun 2011 ini diakibatkan oleh berkurangnya biaya-biaya untuk reparasi dan pemeliharaan pabrik dan juga biaya tenaga kerja tidak langung sehingga perusahaan dapat mengurangi pengeluaran untuk biaya overhead pabrik pada tahun 2011.

Jadi perubahan laba kotor PT KPI dipengaruhi oleh faktor penjualan dan harga pokok penjualan sehingga laba kotor mengalami penurunan sebesar Rp. 7.499.416.936,00.

Selanjutnya bahwa dengan menganalisis perubahan laba kotor dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan laba kotor adalah jumlah penjualan, perubahan harga jual, perubahan kuantitas (volume) penjualan dan perubahan harga pokok penjualan.

(19)

19

V. Penutup A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan berdasarkan hasil analisis sebagai berikut :

1. Laporan Penjualan Bersih Ammonia

Pada tahun 2010 PT KPI melakukan penjualan produk ammonia sebanyak 230.153,68 ton dengan hasil penjualan bersih sebesar Rp. 287.087.966.182,00 sedangkan pada tahun 2011 PT KPI melakukan penjualan produk ammonia sebanyak 208.038,23 ton dengan hasil penjualan bersih sebesar Rp. 257.494.719.826,00 sehingga terjadi penurunan kuantitas (volume) penjualan sebesar 22.115,45 ton dan juga penurunan pada penjualan bersih sebesar Rp. 29.593.246.356,00.

Perubahan pada penjualan bersih dan kuantitas (volume) penjualan pada tahun 2011 ini disebabkan oleh sulitnya perusahaan untuk memperoleh bahan baku yang disebabkan oleh kelangkaan bahan baku itu sendiri dan ketergantungan yang tinggi terhadap impor atau pemasok tertentu. Hasil penjualan juga mengalami penurunan dikarenakan oleh kapasitas produksi tidak terpakai (idle capacity) yang terjadi karena kurangnya daya serap pasar terhadap produk, kompetisi, perubahan teknologi, dan adanya restriksi pemerintah terhadap produksi terhadap barang tertentu.

2. Laporan Harga Pokok Penjualan

Harga Pokok Penjualan pada tahun 2010 sebesar Rp. 252.059.160.561,00 sedangkan pada tahun 2011 sebesar Rp. 229.965.550.636,00 sehingga terjadi penurunan harga pokok penjualan sebesar Rp. 22.093.609.925,00. Perubahan harga pokok penjualan pada tahun 2011 juga dipengaruhi oleh harga pokok produksi yang disebabkan oleh kenaikan pada biaya tenaga kerja langsung pada tahun 2010 sebesar Rp. 36.492.538.525,00 dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 37.916.950.853,00 sehingga terjadi kenaikan sebesar Rp. 1.424.412.328,00. Kenaikan pada biaya tenaga kerja langsung ini diakibatkan oleh peningkatan jumlah karyawan perusahaan pada tahun 2011 untuk meningkatkan hasil produksi ammonia PT KPI sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang lebih pada tahun-tahun selanjutnya.

Begitu juga dengan total biaya overhead pabrik terjadi penurunan pada tahun 2010 sebesar Rp. 112.488.677.743,00 dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 72.065.583.377,00 sehingga

1 Perubahan harga jual Rp. 2.006.944.805,00 2 Perubahan kuantitas (volume) penjualan Rp. 27.586.259.444,00 3 Perubahan harga pokok per ton Rp. 2.126.566.787,00 4 Perubahan Kuantitas dalam harga pokok penjualan Rp. 24.220.354.300,00

(20)

20

terjadi penurunan sebesar Rp. 40.423.094.366,00. Penurunan biaya overhead pabrik pada tahun 2011 ini diakibatkan oleh berkurangnya biaya-biaya untuk reparasi dan pemeliharaan pabrik dan juga biaya tenaga kerja tidak langung sehingga perusahaan dapat mengurangi pengeluaran untuk biaya overhead pabrik pada tahun 2011.

3. Laporan Laba Rugi

Berdasarkan perhitungan laba kotor pada PT KPI maka didapat hasil dari laba kotor PT KPI pada tahun 2010 sebesar Rp. 35.028.805.621,00 dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 27.529.169.192 sehingga mengalami penurunan laba kotor sebesar Rp. 7.499.636.429,00 Setelah didapat perbandingan dari laporan penjualan bersih ammonia, jumlah kuantitas (volume) penjualan, harga pokok penjualan, dan laba rugi. Maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui perubahan-perubahan tersebut dan didapat harga jual per ton ammonia pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.247.375,00 dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 1.237.728,00 sehingga mengalami penurunan sebesar Rp. 9.647,00. Dan juga didapat harga pokok per ton pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.095.178,00 dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 1.105.400,00 sehingga mengalami penurunan sebesar Rp. 10.222,00

Dari hasil perhitungan tersebut maka didapat hasil dari perubahan laba kotor yang disebabkan oleh penjualan berdasarkan faktor perubahan harga jual sebesar Rp. 2.006.944.805,00 dan faktor perubahan kuantitas (volume) penjualan adalah sebesar Rp. 27.586.259.444,00 dimana kedua faktor ini merupakan faktor penambah dalam perhitungan laba kotor, sedangkan hasil dari perubahan laba kotor yang disebabkan oleh harga pokok penjualan berdasarkan faktor perubahan harga pokok penjualan per satuan produk mengalami perubahan sebesar Rp. 2.126.566.787,00 dan faktor kuantitas (volume) harga pokok penjualan per satuan produk mengalami perubahan sebesar Rp. 24.220.354.300,00 dimana kedua faktor ini merupakan faktor pengurang dalam perhitungan laba kotor.

B. Saran

Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini penulis mencoba untuk memberikan saran-saran kepada pihak perusahaan yang sekiranya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan serta perbaikan sekiranya diperlukan :

1. Sebaiknya perusahaan mengadakan analisis atau membuat laporan perubahan laba kotor untuk setiap tahunnya, karena dengan adanya laporan perubahan laba kotor setiap tahunnya atau setiap periode tertentu maka pihak manajemen perusahaan dapat melihat kondisi penjualan ammonia, sehingga pihak manajemen dapat mengambil keputusan yang tepat dalam hal penentuan strategi agar dapat memberikan peningkatan laba serta mengurangi resiko-resiko yang mungkin terjadi seperti penumpukan persediaan.

2. Penjualan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perubahan laba kotor dan peningkatan maupun penurunan kuantitas (volume) penjualan merupakan faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap perubahan laba kotor. Sebaiknya perusahaan lebih meningkatkan kuantitas (volume) penjualan agar keuntungan yang dibudgetkan perusahaan dapat dicapai oleh perusahaan.

3. Meningkatkan pentingnya informasi mengenai kondisi keuangan, hendaknya setiap tahun perusahaan mengadakan analisa terhadap laporan keuangan agar dapat tercapai efisiensi dan efektifitas sebagai dasar kebijaksanaan selanjutnya.

(21)

21

4. Perusahaan agar lebih memacu dan mendorong bagian pemasaran agar lebih aktif lagi memasarkan produk ammonia, sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah kuantitas (volume) penjualan perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta

Hansen dan Morwen. 2003. Cost Management : Accounting and Control, Cincinnati, OH : South

Western College Publishing.

Horngren, Charles T et al. 2003. Pengantar Akuntansi Keuangan, Edisi Kedelapan, Jilid Ketiga, Erlangga, Jakarta.

Jusup, Al Haryono. 2004. Dasar-Dasar Akuntansi, Edisi Kedua, Jilid Keenam Bagian Penerbitan STIE YKPN, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Kartadinata, Abas. 2002. Akuntansi dan Analisis Biaya, Cetakan Kedua, PT. Rineka Cipta, Jakarta

Kieso, Donald E et al. 2002. Alih Bahasa Oleh Herman Wibowo dan Ancella A. Hermawan,

Akuntansi Intermediate, edisi Kesepuluh, Erlangga, Jakarta.

Kusnadi. 2002. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi

Biaya, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Matz, Adolph et al. 2002. Akuntansi Biaya : Perencanaan dan Pengendalian, Terjemahan Herman Wibowo, Edisi Delapan, Cetakan Kesembilan, Gramedia, Jakarta.

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Cetakan Ketujuh, UPP AMPYKPN, Yogyakarta. Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Kelima, Liberty,

Yogyakarta.

Mursyidi. 2010. Akuntansi Biaya – Conventional Costing, Just in Time, dan ABC, PT. Refika Aditama, Jakarta.

Prastowo, Dwi dan Rifka Julianty. 2005. Analisis Laporan Keuangan : Konsep dan Aplikasi, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Sumarni, Murti dan John Soeprihanto. 2003. Pengantar Bisnis : Dasar-dasar Ekonomi

perusahaan, Liberty, Yogyakarta.

(22)

22

Supriyono, R. A. 2006. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, Edisi Kedua, Buku I, BPFE, Yogyakarta.

Swastha, Basu. 2003. Azas-azas Marketing, Edisi Ketiga, Liberty, Yogyakarta.

Usry, Milton F et al. 2006. Akuntansi Biaya : Perencanaan dan Pengendalian, Erlangga, Jakarta. Warren, Carl S et al. 2006. Accounting, 21th Edition, South Western Publisihing Co. Cincinaty,

Gambar

Gambar II.1.  Kerangka Konsep
Tabel III.1 Analisa Perubahan Laba Kotor
Gambar IV.1 Struktur Organisasi PT KPI
Tabel 1. Data Penjualan Ammonia Tahun 2011
+3

Referensi

Dokumen terkait

Belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan peserta didik. Interaksi bernilai

b) Fungsi regulatoris, bahasa digunakann untuk mengendalikan prilaku orang lain c) Fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain d) Fungsi personal,

Kelompok yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok kesehatan 0,22 persen; kelompok sandang 0,12 persen; kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,04 persen;

Dinamika positif perekonomian tersebut memberikan dorongan dan sekaligus harapan dalam mempercepat akselerasi perbaikan ekonomi sehingga ekonomi Kabupaten Ponorogo pada

Kegiatan perekayasaan/penelitian dan pengembangan mekanisasi pertanian Kegiatan perekayasaan/penelitian dan pengembangan mekanisasi meliputi lima kegiatan utama, yaitu

d) Dinas Propinsi mempunyai fungsi perumusan kebijaksanaan teknis pelaksanaan dan pengendalian, pemberian pembinaan dan perizinan sesuai dengan bidang tugasnya serta pelaksanaan

Beragam bahasa yang digunakan dalam komunitas atau kelompok masyarakat pecinta sepak bola akan menjadi kebanggaan dan identitas bagi kelompok tersebut.. Adanya sebuah

pusat kegiatan dalam mengembangkan komoditi perikanan Tongkol antara lain berkaitan dengan pelayan pusat kegiatan terhadap: Ketersediaan jumlah pasar sebagai pusat-pusat