• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN

KONSEP HIDROKARBON

(PTK Pada siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2010-2011)

(Skripsi)

Oleh

IRNA TRISNANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON

(PTK pada siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2010-2011)

Oleh IRNA TRISNANI

Berdasarkan dokumentasi dan observasi, diperoleh informasi bahwa Kriteria

ke-tuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah adalah 100% siswa telah

men-capai nilai ≥64. Nilai rata-rata pengusaan konsep siswa kelas X1 SMA Gajah

Mada Bandar Lampung TP 2009-2010 pada materi hidrokarbon adalah 58. Siswa

yang mendapat nilai ≥ 64 hanya mencapai 48,5%. Aktivitas siswa yang relevan

dalam pembelajaran (on task) masih rendah. Salah satu model pembelajaran yang

dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep pada materi tersebut adalah

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

Tujuan penelitian ini adalah meningkatan setiap jenis aktivitas belajar siswa,

penguasaan konsep, dan ketuntasan belajar siswa pada materi pokok hidrokarbon

dengan menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Jenis

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus. Data

(3)

Irna Trisnani

kuantitatif berupa data penguasaan konsep dan ketuntasan belajar siswa yang

di-ambil setiap akhir siklus.

.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase (1) setiap

jenis aktivitas on task, dari siklus I ke II dan dari siklus II ke III berturut-turut

adalah aktif dalam memberikan pendapat12,5% dan 6,95%, diskusi kelompok

18,06% dan 16,67%, bertanya kepada guru 9,72% dan 13,89%, menjawab

per-tanyaan 9,72% dan 8,33%, (2) rata-rata penguasaan konsep dari siklus I ke II

sebesar 7,48% dan siklus II ke III sebesar 8,11%, (3) ketuntasan belajar siswa dari

siklus I ke II sebesar 19,45% dan siklus II ke III sebesar 11,11%.

Kata kunci: pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT);

(4)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN

KONSEP HIDROKARBON

(PTK Pada siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2010-2011)

Oleh

IRNA TRISNANI Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ______________

Sekretaris : Emawaty Sofya, S. Si, M. Si. ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315198503 1 003

(6)

Judul Skripsi : PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON (PTK Pada Siswa Kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2010-2011)

Nama Mahasiswa : IRNA TRISNANI

Nomor Pokok Mahasiswa : 0543023017

Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Emawaty Sofya, S. Si, M. Si. NIP 196507171990032001 NIP 197108191999032001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(7)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Irna Trisnani NPM : 0543023017 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan/Fakultas : Pendidikan MIPA/KIP

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah di ajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Yang menyatakan,

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Natar pada tanggal 15 Juni 1988. Penulis adalah anak

pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tugianto, A.Md. dan Ibu Neo

Wati Purwaningsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK Dharma Wanita PTP N VII

Rejosari pada Tahun 1993, Sekolah Dasar Negeri 3 Negara Ratu pada Tahun

1999, kemudian di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Natar Lampung

Selatan pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Umun Negeri 1 Natar Lampung

Selatan pada tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Kimia, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung. Pada tahun 2007 penulis mengikuti Kuliah Kerja

Lapangan (KKL) ke Gunung Madu Plantations (GMP). Pada tahun 2010 penulis

mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Gajah Mada Bandar

(9)

MOTTO

“SUCCESS NEVER COMES TO THE INDOLENCE”

yang berarti sukses

tidak pernah datang kepada orang yang malas

(Sigit Daryanto)

Tiada Sesuatu yang Menarik, Jika kita tidak Belajar untuk Tertarik

(Suyadi)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit

kembali setiap kali kita jatuh”

(Confusius)

“Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang!”

(10)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan

kasih sayang-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan

lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

Bapak dan ibu tercinta

yang tak pernah lelah senantiasa membimbing, dan mendoakan setiap waktu untuk

keberhasilan ananda dunia dan akhirat. Ananda mohon maaf jika telah banyak

menge-cewakan bapak dan mamak. Jasa kalian takkan mungkin dapat ananda balas walau

sampai akhir hayat. Semoga kelak ananda dapat membahagiakan dan membuat kalian

bangga telah melahirkanku.

Adikku tersayang

Irfan Darmawan yang senantiasa memberikan dukungan, doa dan selalu menjadi

motivasiku. Semoga teteh bisa menjadi panutan yang baik untukmu.

Sahabat-sahabatku

doa, perhatian, dan kebersamaan yang telah kalian terjalin selama ini adalah suatu

hal yang sangat berarti bagiku. Seorang sahabat adalah suatu sumber kebahagiaan

dikala kita merasa tidak bahagia.

(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan

ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Pembelajaran

Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Aktivitas

dan Penguasaan Konsep Kimia Siswa Pada Materi Hidrokarbon (PTK pada Siswa

Kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis

ter-batas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat

mem-bantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis

me-ngucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia.

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si. selaku Pembimbing I atas kesedian, keikhlasan,

motivasi dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik

dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Emawaty Sofya, S. Si, M. Si., selaku Pembimbing II atas kesedian,

keikhlasan, motivasi dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan, saran,

(12)

iii 7. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan saran selama berkuliah di Universitas Lampung.

8. Seluruh Dosen dan staf di Jurusan PMIPA Universitas Lampung.

9. Bapak Drs. Tugiman Elfian, selaku Kepala Sekolah SMA Gajah Mada Bandar

Lampung.

10.Bapak Muhammad Ali, S.Pd, selaku guru mitra yang sudah bersedia

membim-bing dan membantu selama penelitian dan pengambilan data.

11.Seluruh guru, staf dan siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung

yang sudah bekerjasama dan membantu selama proses penelitian berlangsung.

12.Sahabat-sahabat terbaikku: Tien, Rashinta, Sari, Lia, Herlina, Desmi, dan Tia

atas perhatian dan kebersamaan kita hingga saat ini. Semoga kebersamaan ini

akan terjaga hingga ke surga-Nya.

13.Teman-teman program studi P. Kimia’05: Yunis, Ani, Iyas, Dian, Saudah,

Fitri, Lia, Mb Septi, Chintia, Media, Friska, Putri, Anti, Mita, Arista, Anita,

Pina, Ade, Feru, Joni, Arif, dan Dwi H, atas semangat dan dukungan serta

persahabatan yang telah terjalin selama ini.

14. Rekan-rekan PPL SMA Gajah Mada Bandar Lampung: Miswanti, Alvia,

Puteri, Triyana, Eka, Mela, Kiki, dan Wiwit atas nuansa kebersamaan yang

kalian berikan selama PPL dan sampai saat ini.

15. Kakak dan adik-adik tingkatku tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas

(13)

iv Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta

berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, 2012

Penulis,

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9

B. Pembelajaran Kooperatif ………. 10

C. Model Pembelajaran Teams Games Tournament ... 14

D. Aktivitas Belajar ... 18

E. Penguasaan Konsep ... 20

F. Lembar Kerja Siswa ... 22

G. Hidrokarbon ……… 24

(15)

v

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ... Hasil Penelitian ... 52

B. Pembahasan ... 57

IV. SIMPULAN DAN SARAN A. ... Simp

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 88

3. Lembar Kerja Siswa ... 153

9. Daftar Kelompok Kooperatif dan Turnamen ……… 242

10.Data Hasil Penguasaan Konsep Dan Ketuntasan Belajar ... 243

11.Data Perolehan Penghargaan Kelompok ... 246

12.Perhitungan Data Hasil Penelitian ... 249

13.Hubungan aktivitas on task dengan penguasaan konsep hidrokarbon ... 257

(16)
(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Enam Fase Dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

2. Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain ... 17

3. Kriteria Penghargaan Kelompok ... 18

4. Rata-Rata Persentase Tiap Jenis Aktivitas On Task Pada Tiap Siklus Dan Peningkatan Rata-Rata Persentasenya ... 53

5. Rata-Rata Nilai Penguasaan Konsep Siswa ... 54

6. Persentase ketuntasan belajar siswa ... 56

7. Kisi-Kisi Soal Tes Formatif ... 208

8. Kunci Jawaban Tes Formatif ... 218

9. Lembar Observasi Aktivitas On Task Siswa ... 224

10.Lembar Observasi Kinerja Guru ... 230

11.Daftar Kelompok Kooperatif Dan Turnamen ... 242

12.Data Hasil Penguasaan Konsep Dan Ketuntasan Belajar Siswa ... 243

13.Data perolehan penghargaan kelompok ... 246

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penempatan Anggota Kelompok Di Meja Pertandingan ………….. 16

2. Diagram Penelitian Tindakan Kelas ... 48

3. Grafik Persentase Tiap Jenis Aktivitas On Task Siswa ... 53

4. Grafik Persentase Peningkatan Aktivitas On Task Siswa ... 54

5. Grafik rata-rata penguasaan konsep... 55

6. Grafik Peningkatan persentase penguasaan konsep ………. 55

7. Grafik persentase ketuntasan belajar siswa ……….. 56

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami

tentang alam. Salah satu bidang sains adalah ilmu kimia, yang terdiri dari banyak

konsep, hukum, dan azas, dari yang sederhana sampai yang kompleks. Oleh

sebab itu, pembelajaran kimia harus diupayakan untuk dapat membekali siswa

dengan suatu pengalaman dan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang sangat

berguna untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupannya sehari-hari.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia di SMA Gajah

Mada Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang ditetapkan di SMA tersebut yaitu 100% siswa mencapai nilai ≥ 64.

Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar

Lampung pada materi pokok hidrokarbon tahun pelajaran 2009/2010 yaitu 58.

Siswa yang mendapat nilai ≥ 64 hanya men-capai 48,5%. Rendahnya nilai

rata-rata tersebut menunjukkan bahwa konsep yang diberikan masih belum dapat

dikuasai dan dipahami oleh siswa dengan baik.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar

(20)

elektrolit, aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran adalah

mendengar-kan dan mencatat penjelasan dari guru. Aktivitas yang relevan dalam

pembelajar-an (on task) seperti mengemukakan pendapat, diskusi kelompok, bertanya kepada

guru, dan mengemukakan pendapat masih kurang terlihat. Selama proses

pem-belajaran, hanya beberapa siswa, itupun siswa yang berkemampuan akademik

tinggi saja yang terlihat aktif dalam bertanya dan menanggapi pertanyaan dari

guru. Sementara beberapa siswa lainnya tidak memperhatikan dan cenderung

melakukan aktivitas diluar konteks pembelajaran (off task) seperti bermain

handphone, mengobrol, mengganggu teman dan keluar masuk kelas.

Rendahnya penguasaan konsep dan aktivitas on task siswa tersebut diduga

di-sebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan dominan menggunakan

metode ceramah, tanya jawab, dan latihan soal demi mengejar ketuntasan materi

pelajaran. Informasi lain yang diperoleh yaitu metode praktikum yang jarang

dilakukan, hal ini disebabkan karena fasilitas laboratorium IPA terutama alat dan

bahan kimia masih kurang memadai. Bila dilakukan praktikum, siswa juga tidak

diberikan LKS melainkan hanya mengandalkan prosedur percobaan yang telah

tersedia di dalam buku pelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi

monoton sehingga tidak jarang siswa merasa jenuh dan kurang termotivasi untuk

belajar kimia. Selain itu proses pembelajaran yang demikian membuat siswa

kurang dibekali dengan prinsip-prinsip sains.

Beberapa kompetensi dasar yang harus dicapai siswa SMA kelas X semester

genap adalah (1) mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam membentuk

(21)

3

strukturnya serta hubungannya dengan sifat senyawa. Untuk mencapai

kompeten-si dasar tersebut, maka kompeten-siswa dibelajarkan materi hidrokarbon yang proses

pem-belajarannya dilakukan praktikum. Dengan melakukan suatu demonstrasi,

mem-buat beberapa kelompok yang heterogen sehingga, memungkinkan semua siswa

aktif berdiskusi dan siswa tidak hanya cenderung menghafal semua materi yang

telah diajarkan, tetapi siswa dapat lebih memahami konsep hidrokarbon serta

dapat menerapkannya dengan menyelesaikan soal-soal yang berkaitan.

Guru perlu menciptakan suasana belajar yang dapat menumbuhkan sikap bekerja

sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, alur proses belajar

tidak harus berasal dari guru menuju siswa, sesama siswa atau teman sebaya juga

bisa saling bertukar pikiran. Dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai

motiva-tor, dan fasilitator. Agar siswa dapat aktif berdiskusi dan berfikir untuk

menemu-kan konsep secara bersama-sama maka dibentuklah kelompok-kelompok kecil

yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang. Pembentukan kelompok ini terdiri dari

siswa-siswa dengan tingkat akademik yang heterogen, agar siswa yang memiliki

kemampuan akademik yang lebih tinggi dapat bekerja sama dan membantu siswa

lain yang memiliki kemampuan akademik lebih rendah. Model pembelajaran

yang dapat mendukung terciptanya suasana belajar seperti itu salah satunya adalah

dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah sistem

pem-belajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja satu sama

lain. Pembelajaran dengan model kooperatif menciptakan kondisi lingkungan di

(22)

Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan aktivitas seluruh siswa

tanpa harus ada perbedaan status, dan peran siswa sebagai tutor sebaya yang

mengandung unsur permainan dan reinforcement dalam pembelajaran dikelas,

diterapkanlah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT).

Tipe pembelajaran ini memberi kesempatan pada siswa untuk saling berdiskusi

dalam struktur tugas, saling membagikan ide-ide dan menimbang jawaban yang

paling tepat. Melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT diharapkan siswa

akan dapat : (1) meningkatkan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat,

menanggapi pendapat temannya, dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi

kelompok, (2) terlatih untuk berkompetisi dalam turnamen, (3) terpacu untuk

menunujukkan kemampuannya selama proses pembelajaran, dan (4) memotivasi

aktivitas individu masing-masing siswa untuk meningkatkan aktivitas dan

penguasaan konsep dalam proses pembelajaran dengan adanya pengakuan atau

penghargaan yang diberikan oleh guru. Melalui pembelajaran dengan

menerap-kan tipe TGT ini, diharapkan siswa dapat termotivasi untuk belajar memahami

materi hidrokarbon, tidak hanya menerima, mendengar dan mengingat saja tetapi

dilatih untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap pengetahuan yang

diperoleh. Selain itu diharapkan minat dalam mempelajari konsep-konsep

hidrokarbon akan meningkat yang pada akhirnya pemahaman siswa juga

meningkat, sehingga hasil belajar pun tercapai lebih optimal.

Penelitian yang mengkaji penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT juga

(23)

5

yang dilakukan oleh Handayani, (2010) yang mengimplementasikan model

pembelajaran Teams Games Tournament terhadap siswa kelas X5 SMAN 4 Bandar

Lampung tahun pelajaran 2009-2010 pada materi pokok Larutan Elektrolit dan

Redoks melaporkan bahwa aktivitas dan penguasaan konsep meningkat. Selain itu,

hasil penelitian Isparwati, (2010) pada siswa kelas X.C SMA Muhammadiyah 2

Bandar Lampung pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Redoks juga

menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan judul

―Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Untuk Meningkatkan

Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Hidrokarbon (PTK

Siswa Kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2010-2011)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan

aktivitas on task pada materi hidrokarbon dari siklus ke siklus?

2. Bagaimanakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan

penguasaan konsep materi hidrokarbon dari siklus ke siklus?

3. Bagaimanakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan

persentase yang mencukupi KKM pada materi hidrokarbon dari siklus ke

(24)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

mendeskripsi-kan:

1. Peningkatan aktivitas belajar pada materi hidrokarbon menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe TGT dari siklus ke siklus.

2. Peningkatan penguasaan konsep pada materi hidrokarbon menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe TGT dari siklus ke siklus.

3. Peningkatan ketuntasan belajar siswa pada materi hidrokarbon menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe TGT dari siklus ke siklus.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini yaitu:

1) Bagi siswa

Melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT ini

mempermudah siswa untuk menemukan konsep hidrokarbon, sehingga

pengetahuan yang didapat lebih lama diingat.

2) Bagi peneliti dan guru mitra

Memberi pengalaman secara langsung bagi peneliti dan masukan kepada guru

mitra dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran kimia dengan menerapkan

model pembelajaran TGT sebagai alternatif bentuk pembelajaran kimia pada

materi pokok hidrokarbon dalam meningkatkan penguasaan konsep kimia

(25)

7

3) Bagi sekolah

Melalui penerapan model pembelajaran TGT ini diharapkan dapat

meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X1 semester genap SMA Gajah Mada

Bandar Lampung tahun pelajaram 2010-2011, yang berjumlah 36 siswa terdiri

dari 17 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

2. Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah tipe pembelajaran dengan cara

membagi siswa dalam suatu kelas menjadi kelompok-kelompok yang terdiri

dari 4-6 orang secara heterogen baik kemampuan akademik maupun jenis

kelaminnya. Pada akhir pembelajaran diadakan games untuk memastikan

seluruh anggota kelompok menguasai materi atau tidak setelah itu diberikan

suatu penghargaan untuk kelompok terbaik.

3. Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran

berlangsung. Aktivitas yang diamati adalah perilaku siswa yang relevan

dengan pembelajaran (on task) yaitu :

a. Mengemukakan pendapat.

Keaktifan siswa untuk memberikan pendapat atau menanggapi jawaban

terhadap sebuah permasalahan atau pertanyaan ketika diskusi kelas.

b. Diskusi kelompok.

Keaktifan siswa untuk bertanya kepada teman, memberikan pendapat,

(26)

c. Bertanya kepada guru.

Keaktifan siswa untuk mengajukan pertanyaan kepada guru selama

proses pembelajaran berlangsung.

d. Menjawab pertanyaan dari guru

Keaktifan siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada

saat awal pembelajaran, dalam diskusi kelas, dan di akhir pembelajaran.

4. Penguasaan konsep adalah kemampuan menguasai materi hidrokarbon yang

diukur melalui tes penguasaan konsep pada setiap akhir siklus.

5. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar kerja

Siswa (LKS), dan kartu-kartu soal pada Tournament. LKS disusun secara

kronologis yang mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi konsep

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang

menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri”.

Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan

Sekarwinahyu (2001):

Konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain

Menurut Von Glasersfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

(2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1.Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali

pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan

mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan

membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui ―suka dan tidak suka” inilah muncul

(28)

Menurut Trianto (2007) setiap orang membangun pengetahuannya sendiri,

se-hingga transfer pengetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah

suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan

ke-pada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru

bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan

itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat

pengalamannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:

1. pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2. tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. mengajar adalah membantu siswa belajar;

4. tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5. kurikulum menekankan partisipasi siswa;

6. guru adalah fasilitator.

B. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

strategi pembelajaran, siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

kecil untuk menolong satu sama lainnya dalam memahami suatu pelajaran,

memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan

mencapai prestasi belajar yang tinggi (Lie, 2003).

Menurut Artzt dan Newman yang dikutip As’ari (2003):

(29)

11

Menurut Roger dan David johnson dalam Lie, (2008) tidak semua kerja kelompok

bisa dianggap kooperatif learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka

harus diterapkan lima unsur model pembelajara kooperatif, yaitu:

1. Saling ketergantungan positif.

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, tugas harus disusun oleh setiap anggota kelompok yang memiliki tugas masing-masing dan harus menyelesaikan tugasnya sendiri, agar tujuan kelompok tercapai. Dalam pembelajaran kooperatif , siswa yang memiliki kemampuan berfikir rendah akan terpacu untuk memberikan sumbangan kepada teman sekelompoknya maka tujuan kelompok tercapai.

2. Tanggung jawab perseorangan

Dalam pembelajaran kooperatif, pada saat seorang pengajar akan melaksanakan kegiatan belajar mengajar tidak boleh tanpa persiapan. Seorang tenaga pengajar harus mengarahkan tugas dari masing–masing anggota kelompok dan bertanggung jawab menyelesaikan tugas

kelompoknya. 3. Tatap muka

Dalam pembelajaran kelompok setiap anggota diberi kesempatan untuk berdiskusi dan bertatap muka, sehingga untuk memperoleh kesimpulan tidak berasal dari satu siswa namun dari hasil pemikiran beberapa siswa. Dari proses yang demikian mereka dapat memperoleh hasil yang

maksimal karena berasal dari beberapa pendapat tidak dari satu pendapat saja. Selain itu, dari masing-masing anggota kelompok timbul sikap mampu menghargai perbedaan pendapat, memanfaatkan kelebihan orang lain untuk mengisi kekurangannya masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota.

Tidak semua siswa memiliki keahlian untuk mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan dari suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengajukan pendapat. Selain itu pada pembelajaran kooperatif, siswa juga diajarkan bagaimana menyatakan sanggahan dan ungkapan positif dengan ungkapan yang baik dan halus.

5. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevalusi proses dan hasil kerja sama kelompok agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Arends dalam Trianto (2007) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan

pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(30)

2.Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah;

3.Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam; dan

4.Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Pembelajaran kooperatif yang disebut dengan pembelajaran gotong royong adalah

sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana

dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator (Lie, 2002).

Menurut Eggen and Kauchak dalam Trianto (2007), pembelajaran kooperatif

merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja

secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini berarti

pembelajar-an kooperatif merupakpembelajar-an pembelajarpembelajar-an ypembelajar-ang didasari oleh falsafah homo socius

yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial (Djamarah dan Zain,

1996). Kegiatan belajar mengajar siswa dalam kelas kooperatif adalah belajar

bersama dalam kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang memiliki

kemampuan akademik yang beragam. Pada penerapan pembelajaran kooperatif

ini siswa akan belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami

suatu pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban serta kegiatan lainnya

dengan tujuan mencapai hasil belajar maksimal.

Menurut Ibrahim dkk., (2000) model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:

1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif

2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, cukup rendah, rendah sekali,

(31)

13

4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. 5. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung

satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Ibrahim dalam Trianto (2007) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

dilakukan melalui enam langkah/fase, seperti yang terlihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Enam fase dalam model pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2 Menyajikan Informasi

Guru menggali pengetahuan awal siswa

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan kegiatan kooperatif secara efisien.

Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6

Memberi penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya atau hasil belajar individu dan kelompok.

Menurut Ibrahim dkk (2000) pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang

berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan

agama, strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif

memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk

(32)

penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama

lain.

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

Model Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) merupakan salah satu

tipe dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mudah

diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,

melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan

dan reinforcement.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran

koopera-tif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping

menum-buhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan

yang perlu ditempuh, yaitu:

1. Mengajar (teach)

Pada awal pembelajaran guru mempresentasikan atau menyajikan materi di kelas dengan menggunakan metode langsung atau ceramah dan diskusi. Pada saat penyajian materi di kelas, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2. Belajar kelompok (team study)

Siswa terdistribusi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.

(33)

15

lembar kerja kelompok siswa saling berdiskusi memecahkan masalah ber-sama-sama, saling mencocokkan jawaban dan membenarkan teman yang melakukan kesalahan. Setiap anggota kelompok harus yakin bahwa dirinya telah benar-benar menguasai materi, dapat mempertanggungjawabkannya dalam presentasi kelas, dan mempersiapkan diri dalam turnamen.

3. Permainan (game tournament)

Biasanya turnamen dilakukan pada akhir tiap indikator ataupun tiap kom-petensi dasar yang telah ditentukan sebelumnya oleh guru. Turnamen di-laksanakan setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Kelompok heterogen untuk sementara waktu dirombak kemudian dibentuk kelompok yang homogen dalam hal tingkat kecerdasan. Anak yang berkemampuan cerdas dari setiap kelompok di-satukan dalam meja 1, anak yang berkemampuan sedang digabung dalam meja 2 dan meja 3, dan anak yang berkemampuan rendah dipadukan dalam meja 4. Penentuan kedudukan siswa sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2001) yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa di suatu kelas memiliki prestasi cukup (sedang), sedangkan sebagian kecil lainnya memiliki prestasi tinggi (pintar) dan rendah.

Hal ini di gambarkan tentang mekanisme turnamen berikut ini:

Kelompok A

Kelompok B Kelompok C Gambar 1. Penempatan anggota kelompok di meja pertandingan

(34)

Siswa yang homogen duduk dalam satu meja turnamen untuk menjawab per-tanyaan yang ada di meja tersebut secara bergiliran. Apabila siswa yang mendapat giliran pertama menjawab dengan benar, ia mendapat kartu ke-menangan yang di dalamnya terdapat poin. Namun, jika jawabannya salah, siswa lain (penantang) dalam meja itu boleh menjawab. Apabila jawaban penantang benar, maka kartu kemenangan menjadi miliknya dan jika jawabannya salah, maka ia harus merelakan nilainya berkurang. Saat per-tandingan usai, siswa menghitung nilai perolehannya yang tertera di kartu kemenangan dan ditulis pada papan nilai sebagai nilai individu dalam kelom-pok turnamen. Peserta yang mendapat nilai terbanyak meraih tingkat 1 (top scorer), siswa yang memperoleh nilai terbanyak kedua meraih tingkat 2(high middle scorer), siswa yang memperoleh nilai terbanyak ketiga meraih tingkat 3 (low middle scorer), dan peserta yang memperoleh nilai terkecil meraih tingkat 4 (low scorer). Perolehan poin individu sesuai dengan peringkatnya dalam kelompok turnamen ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Perhitungan poin permainan untuk empat pemain

Tingkatan Pemain

Poin Bila Kartu Yang Diperoleh

Top Scorer 60

High Middle Scorer 40

Low Middle Scorer 30

Low Scorer 20

(Slavin, 1995)

Dalam turnamen selanjutnya, diusahakan pembagian meja berdasarkan perolehan poin yang di dapat oleh pemain/siswa pada turnamen sebelumnya dengan tetap beranggotakan kelompok yang memiliki kemampuan akademik yang sama (homogen).

Menurut Wartono, (2004)

Menjelaskan dalam Team Games Tournament atau pertandingan permainan tim, siswa memainkan pengacakan kartu dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh poin pada skor tim mereka. Permainan ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah pertanyaan-pertanyan yang relevan dengan materi pelajaran yang

(35)

17

4. Penghargaan kelompok (team recognition)

Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rata-rata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan. Untuk menentukan poin kelompok

digunakan rumus:

Keterangan : Pk = poin peningkatan kelompok

Tabel 3. Kriteria penghargaan kelompok

Kriteria Predikat kelompok

100 keatas Tim Istimewa

71-99 Tim Baik Sekali

51-70 Tim Baik

Dibawah 50 Tim Kurang Baik

D. Aktivitas Belajar

Saat proses belajar mengajar, aktivitas belajar memegang peranan penting dalam

pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar pada dasarnya merupakan aktivitas

seseorang yang dapat menyebabkan perubahan pada dirinya. Belajar adalah

ber-buat, berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan. Tidak

ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip

yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2003).

Ke-giatan pembelajaran terjadi melalui interaksi antara peserta didik di satu pihak

dengan pendidik di pihak lain. Pada kegiatan belajar kelompok, interaksi terjadi

pula diantara peserta didik. Interaksi inilah yang akan menentukan aktivitas

(36)

Paul B. Diehdrick (Sardiman, 2000) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam

kegiatan siswa antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Visual Activities yang termasuk di dalamnya misal, membaca, memperhatikan, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain

2. Oral Activities seperti, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening Activities meliputi, mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, pidato, musik.

4. Writing Activities meliputi, menulis karangan, laporan angket, menyalin.

5. Drawing Activities meliputi, menggambar, membuat peta, grafik, diagram.

6. Motor Activities meliputi, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model meresapi, bemain, berkebun, beternak.

7. Mental Activities misalnya, menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil kesimpulan.

8. Emosional Activities seperti, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Aktivitas-aktivitas dalam belajar tersebut dapat dibedakan menjadi aktivitas yang

relevan dengan pembelajaran (on task) dan aktivitas yang tidak relevan dengan

pembelajaran (off task). Aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task),

contohnya adalah bertanya kepada guru, mengemukakan pendapat, aktif

meme-cahkan masalah, berdiskusi dan bekerjasama. Aktivitas yang tidak relevan

dengan pembelajaran (off task), contohnya adalah tidak memperhatikan penjelasan

guru, mengobrol dengan teman, dan keluar masuk kelas. Keberhasilan siswa

dalam belajar tidak terlepas dari aktivitas belajar yang dilaksanakan oleh siswa,

untuk siswa yang memiliki prestasi yang tinggi biasanya didukung oleh aktivitas

belajar (on task) yang tinggi pula, sebaliknya siswa dengan prestasi rendah

di-sebabkan aktivitas belajar (on task) yang rendah pula. Adapun kaitannya dengan

proses pembelajaran banyak teori belajar yang menekankan pentingnya aktivitas

(37)

19

dapat dipisahkan, yakni aktivitas mental (emosional, intelektual, sosial) dan

aktivitas motorik (gerakan fisik). Kedua aktivitas tersebut saling berkaitan satu

sama lainnya, saling mengisi dan menentukan.

Setelah mengikuti proses belajar mengajar, perubahan pengetahuan, sikap dan

ke-terampilan yang dialami siswa dapat diketahui berdasarkan penilaian yang

di-lakukan oleh guru. Bagi siswa penilaian dapat memberikan informasi tentang

se-jauh mana penguasaan konsep yang telah disajikan. Bagi guru, penilaian dapat

digunakan sebagai petunjuk mengenai keadaan siswa, materi yang diajarkan,

metode yang tepat dan umpan balik untuk proses belajar mengajar selanjutnya.

Nilai yang diperoleh setelah proses belajar mengajar ini disebut sebagai hasil

belajar.

E. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil

ber-fikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak

pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu

aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik

sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung

konsep tersebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan

berhasil hanya dengan bantuan konsep proses belajar mengajar dapat ditingkatkan

lebih maksimal.

Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek,

(38)

sama (Dahar, 1996). Penguasaan konsep pada materi pokok hidrokarbon berarti

kemampuan menguasai pokok utama yang mendasari keseluruhan dari materi

Hidrokarbon yang diukur melalui hasil tes penguasaan konsep, sebagai hasil

dalam proses pembelajaran. Penguasaan merupakan salah satu aspek dalam ranah

(domain) kognitif dari tujuan kegiatan belajar mengajar. Ranah kognitif ini

meliputi berbagai tingkah laku dari tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Penguasaan

merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari,

tetapi menguasai lebih dari itu yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental

sehingga lebih bersifat dinamis.

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu

proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau

mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini

didukung oleh Djamarah dan Zain (2000) yang mengatakan bahwa belajar pada

hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah

ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang

diguna-kan guru dalam kelas. Dalam belajar dituntut juga adanya suatu aktivitas yang

harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi.

Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak melakukan

belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran.

Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah:

(39)

21

pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.

Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat

atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini

didukung oleh Djamarah dan Zain (2000) yang mengatakan bahwa belajar pada

hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah

berakhirnya melakukan aktivitas belajar.

F. Lembar Kerja Siswa

Media pembelajaran yang digunakan dalaam pembelajaran ini adalah media

berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Media pembelajaran adalah alat bantu untuk

menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses

pem-belajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru

dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pada proses belajar mengajar, LKS

digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi

dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajaran yang telah atau

sedang dijalankan.

Melalui LKS siswa harus mengemukakan pendapat dan mampu mengambil

ke-simpulan. Dalam hal ini LKS digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran. Menurut Sriyono (1992), Lembar Kerja Siswa (LKS)

adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus

(40)

keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Sudjana dalam Djamarah dan Zain, 2006, fungsi LKS adalah :

a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru. d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran. e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada

siswa.

f) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain:

a) Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. b) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.

d) Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

e) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

f) Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar.

g) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Berikut ini adalah uraian mengenai jenis LKS, yaitu:

1. LKS eksperimen

LKS eksperimen merupakan media pembelajaran yang tersusun secara

kronologis agar dapat membantu siswa dalam memperoleh konsep

pengetahuan yang dibangun melalui pengalaman belajar mereka sendiri yang

(41)

23

pernyataan, hasil pengamatan, dan soal-soal hingga kesimpulan akhir dari

eksperimen yang dilakukan pada materi pokok yang bersangkutan.

2. LKS noneksperimen

LKS noneksperimen merupakan media pembelajaran yang disusun secara

kronologis, dimana hanya digunakan untuk mengkonstruksi konsep pada sub

materi yang tidak dilakukan eksperimen. Jadi, LKS non eksperimen

di-rancang sebagai media teks terprogram yang menghubungkan antara hasil

percobaan yang telah dilakukan dengan konsep yang harus dipahami. Siswa

dapat menemukan konsep pembelajaran berdasarkan hasil percobaan dan

soal-soal yang dituliskan dalam LKS noneksperimen tersebut.

G. Hidrokarbon

Sebagian besar senyawa kimia yang terdapat di alam ini merupakan senyawa

karbon. Salah satu senyawa karbon yang jumlahnya sangat banyak dan

peng-gunaannya cukup penting adalah senyawa hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon

adalah senyawa yang terbentuk dari atom hydrogen dan karbon.

1. Identifikasi unsur C, dan H dalam senyawa karbon

Bahan yang berasal dari makhluk hidup umumnya merupakan senyawa

karbon. Adanya unsur karbon dan hidrogen dalam sampel organik, secara

lebih pasti dapat ditunjukan melalui percobaan sederhana, yaitu dengan uji

pembakaran. Pembakaran sampel organik akan mengubah karbon (C)

men-jadi karbon dioksida (CO2) dan hidrogen (H) manjadi air (H2O). Gas karbon

dioksida dapat dikenali berdasarkan sifatnya yang mengeruhkan air kapur,

(42)

kertas kobalt dari biru menjadi merah muda. Selain karbon dan hidrogen,

unsur yang sering terdapat dalam senyawa karbon adalah oksigen, nitrogen,

fosforus, halogen dan beberapa unsur logam.

2. Kekhasan atom karbon

Atom karbon mempunyai konfigurasi electron 2 4, sehingga elektron

va-lensinya adalah 4. Artinya, setiap satu atom C dapat membentuk 4 ikatan

kovalen tunggal. Oleh karena itu, atom C mempunyai sifat yang khas, yaitu

mampu berikatan dengan atom C lain membentuk rantai karbon yang sangat

panjang dan bervariasi. Atom karbon mempunyai jari-jari atom yang relatif

kecil sehingga ikatan kovalen yang dibentuk karbon relatif kuat dan karbon

dapat membentuk ikatan rangkap dua dan tiga.

Berdasarkan atom karbon yang diikatnya, atom karbon dengan 4 ikatan

kovalen tunggal dibedakan atas :

a) Atom

karbon kuarterner (4o)

3. Penggolongan senyawa hidrokarbon

Senyawa hidrokarbon yang terbentuk dari atom-atom C dan H berjumlah

sangat banyak. Berdasarkan jenis rantai yang terbentuk, hidrokarbon

digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Hidrkarbon alifatik

(43)

10

c. Hidrokarbon aromatik

Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon digolongkan

menjadi dua jenis, yaitu:

1). Hidrokarbon Jenuh

Jika semua ikatan antar karbonnya merupakan ikatan tunggal ( —C—C—)

(disebut alkana) maka digolongkan sebagai hidrokarbon jenuh.

2). Hidrokarbon Tak Jenuh

Jika terdapat satu saja ikatan rangkap (—C=C—) (disebut alkena) atau

ikatan rangkap tiga (—C≡C—) (disebut alkuna) disebut hidrokarbon tak

jenuh.

4. Tata nama alkana, alkena,

dan alkuna

Tata nama senyawa hidrokarbon bergantung pada strukturnya. Struktur

senyawa hidrokarbon dapat berbentuk rantai lurus, rantai bercabang, dan

rantai cincin. Selain itu, jenis ikatan yang terdapat dalam struktur juga

memengaruhi penamaan senyawa hidrokarbon. Aturan tata nama senyawa

hidrokarbon telah diatur oleh komisi tata nama dari himpunan kimia sedunia,

yaitu IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry). Aturan

ini disebut nama sistematis atau nama IUPAC.

5. Keisomeran senyawa

hidrokarbon

Dalam kelompok senyawa hidrokarbon dikenal istilah isomer. Isomer terdiri

(44)

senyawa yang mempunyai Mr sama, tetapi berbeda strukturnya. Isomer

struktur meliputi isomer kerangka (isomer rantai), isomer tempat (isomer

posisi), dan isomer fungsi. Sementara itu, isomer ruang meliputi isomer

geometris (isomer cis-trans) dan isomer optik.

6. Sifat fisika senyawa

hidrokarbon

Senyawa hidrokarbon seperti alkana, alkena, dan alkuna mempunyai sifat

fisika yang mirip, yaitu tidak larut dalam air dan mengapung di atas

permukaan air. Akan tetapi, senyawa-senyawa ini mempunyai titik didih dan

wujud yang berbeda-beda.

Hubungan struktur suatu senyawa hidrokarbon dengan sifat fisisnya adalah:

a. Semakin besar nilai Mr

suatu senyawa hidrokarbon, maka titik didih dan titik leleh senyawa

tersebut akan semakin tinggi.

b. Semakin sedikit jumlah rantai cabang, semakin tinggi titik didih

senyawa tersebut.

7. Reaksi kimia pada senyawa hidrokarbon

Jenis reaksi yang dapat terjadi pada senyawa hidrokarbon adalah reaksi:

a. Reaksi substitusi :

Reaksi penggantian satu atom oleh atom lainnya.

b. Reaksi adisi :

Reaksi pemutusan ikatan rangkap.

c. Reaksi eliminasi :

(45)

11

kebalikan dari reaksi adisi.

d. Reaksi pembakaran :

Reaksi antara suatu zat dengan oksigen. Pada

senyawa hidrokarbon, reaksi pembakaran akan

menghasilkan karbon dioksida dan uap air.

(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar

Lampung, tahun Pelajaran 2010-2011 yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 17

siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Berdasarkan hasil wawancara dengan

guru mata pelajaran kimia diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata penguasaan

konsep siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada materi

hidrokarbon tahun pelajaran 2009-2010 yaitu 58. Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yang ditetapkan oleh sekolah untuk nilai penguasaan konsep yaitu 100%

siswa memperoleh nilai ≥ 64, sedangkan siswa yang memperoleh nilai ≥ 64

hanya mencapai 48,5%.

B. Data Penelitian

1. Jenis data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

kuantitatif:

a.Data kualitatif berupa data observasi kinerja guru dan data aktivitas on

(47)

27

pendapat, (2) aktif dalam diskusi, (3) aktif bertanya kepada guru, dan (4)

aktif menjawab pertanyaan dari guru.

b.Data kuantitatif adalah data hasil tes penguasaan konsep pada materi

pokok hidrokarbon yang dilakukan pada setiap akhir siklus berdasarkan

indikator yang harus dicapai.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Teknik observasi

Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas on task

siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran. Observasi yang akan

dilaku-kan pada penelitian ini adalah observasi langsung terhadap aktivitas

siswa dan kinerja guru selama kegiataan belajar mengajar berlangsung

dengan menggunakan lembar aktivitas siswa dan lembar kinerja guru

yang dibantu oleh dua orang observer dan guru mitra.

b. Teknik tes

Teknik tes digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep pada materi

pokok hidrokarbon. Tes dilakukan pada setiap akhir siklus, jenis tes

yang digunakan berupa tes essay.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Lembar observasi kinerja guru dalam pembelajaran diisi oleh guru mitra.

(48)

dibantu dengan 2 orang observer. Lembar observasi kinerja guru dan lembar

aktivitas on task siswa terlampir dalam lampiran 8 halaman 230, dan lampiran

7 halaman 224.

2) Lembar tes tertulis yang berisi soal essay. Lembar tes tertulis terlampir dalam

lampiran 5 halaman 214.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus. Masing-masing siklus

dilaksanakan tiga kali pertemuan. Prosedur pelaksanaan setiap siklus pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan tindakan

3. Observasi

4. Refleksi

SIKLUS I

1. Perencanaan tindakan I

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan tindakan ini adalah

sebagai berikut :

1) Guru melakukan penelitian pendahuluan kesekolah, untuk mengetahui

permasalahan yang ada dalam kegiatan belajar mengajar siswa yang

mengakibatkan rendahnya aktivitas dan penguasaan konsep siswa.

2) Guru menentukan subjek penelitian.

(49)

29

4) Guru menyusun lembar observasi untuk mengukur aktivitas on task siswa

dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

5) Guru menyusun LKS ( lembar kerja siswa ).

6) Guru menyusun tes formatif, kisi-kisi tes formatif, dan kunci jawaban test

formatif untuk tes penguasaan konsep.

7) Guru menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk perco-baan.

8) Guru membentuk kelompok sebanyak 9 kelompok berdasarkan

ke-mampuan akademik, yaitu dari nilai uji blok sebelumnya. Setiap

kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa yang memiliki kemampuan

akademik yang heterogen. Guru menjelaskan kepada siswa tentang

pembelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan, mengenai tugas dan

kewajiban setiap anggota kelompok dan tanggung jawab terhadap

keberhasilan kelompok.

2. Pelaksanaan tindakan I

Siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Materi yang akan dipelajari

pada pertemuan pertama yaitu mengidentifikasi unsur C, dan H dalam

senyawa organik, mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam senyawa

karbon, dan membedakan atom C primer, sekunder, tersier, dan kuarterner

berdasarkan jumlah atom karbon yang terikat pada atom karbon lainnya

dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Materi pembelajaran pada pertemuan

kedua yaitu penggolongan senyawa hidrokarbon berdasarkan kejenuhan

ikatan dengan alokasi waktu 1 x 40 menit. Pada pertemuan ketiga dilakukan

(50)

Pertemuan I (2 x 40 menit) 1) Kegiatan awal (pendahuluan)

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan

apersepsi, dan memotivasi siswa.

2)Kegiatan inti

Melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tahapan-tahapan sebagai

berikut :

a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok (anggota kelompok telah

ditentukan), dan membagikan LKS 1 tentang identifikasi unsur C,

dan H dalam senyawa karbon, mendeskripsikan kekhasan atom

karbon, dan membedakan atom C primer, sekunder, tersier, dan

kuarterner masing-masing siswa mendapatkan 1 LKS .

b. Guru melakukan demonstrasi, kemudian guru mengajukan

pertanyaan atau latihan soal yang terdapat dalam LKS kepada

masing-masing kelompok.

c. Guru mempersilahkan siswa untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS

dalam kelompoknya dengan arahan guru untuk menemukan konsep.

Pada saat siswa melakukan diskusi guru membimbing siswa

mengerjakan LKS menggunakan alat peraga berupa molymood.

Setelah selesai mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal.

d. Guru memberi kesempatan kepada beberapa perwakilan kelompok

untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan

kelompok lain.

(51)

31

telah dipelajari.

f. Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian kepada

siswa.

3) Kegiatan akhir (penutup)

Guru memberikan penguatan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua

pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Pertemuan II (1 x 40 menit) 1) Kegiatan awal (pendahuluan)

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan

apersepsi, dan memotivasi siswa.

2)Kegiatan inti

Melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tahapan-tahapan sebagai

berikut :

a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok (anggota kelompok telah

ditentukan), dan membagikan LKS 2 tentang penggolongan senyawa

hidrokarbon masing-masing siswa mendapatkan 1 LKS .

b. Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS

dalam kelompoknya dengan arahan guru untuk menemukan konsep.

Pada saat siswa melakukan diskusi guru membimbing siswa

mengerjakan LKS menggunakan alat peraga berupa molymood.

Setelah selesai mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal.

c. Guru memberi kesempatan kepada beberapa perwakilan kelompok

untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan

(52)

d. Guru menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang

telah dipelajari.

e. Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian kepada

siswa.

3) Kegiatan akhir (penutup)

Guru memberikan penguatan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua

pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Pertemuan III (2 x 40 menit) 1) Kegiatan awal (pendahuluan)

a. Guru menggabungkan siswa-siswa dari semua kelompok secara

homogen dalam hal akademik (tinggi, cukup, rendah, rendah sekali)

dalam meja yang telah dipersiapkan oleh guru dengan adanya tanda

nomor diatas meja. Penggabungan ini didasarkan pada nilai tes

sebelumnya.

b. Guru memberitahukan aturan permainan, lalu guru membagikan

kartu-kartu untuk bermain dimana kartu soal dan jawaban ditaruh

terbalik diatas meja.

2) Kegiatan inti

Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Guru memberikan pertanyaan sesuai tingkat kemampuan siswa.

b. Setiap pemain tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain

yang pertama dengan cara undian kemudian pemain yang menang

(53)

diberi-33

kan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal

sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya

soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang searah

jarum jam sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.

Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain

mem-bacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang.

Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor

hanya diberikan pada pemain yang menjawab benar dan penantang

pertama kali yang menjawab benar.

3) Kegiatan akhir (penutup)

a. Guru menghitung skor kelompok untuk memberikan

penghargaan kelompok terbaik, selain itu setiap individu yang

menjawab benar juga akan mendapatkan penghargaan.

b. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa

yang berhasil mendapat predikat kelompok sangat bagus yang

dilakukan dalam bentuk pengumuman lisan di depan kelas dan

memberikan hadiah yang bertujuan untuk memotivasi siswa dan

menumbuhkan rasa percaya diri.

(54)

Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mitra mengisi lembar

observasi kinerja guru, sedangkan peneliti dan seorang observer mengisi

lembar observasi aktivitas siswa.

4. Refleksi I

Pada bagian refleksi dilakukan analisis mengenai proses, masalah, dan

hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap

pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Hasil tes dan observasi dianalisis

dan ditarik kesimpulan tentang perkembangan kemajuan dan kelemahan yang

terjadi yang selanjutnya dijadikan dasar perbaikan pada siklus berikutnya.

Apabila terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah

berlangsung, maka akan dicari solusi untuk mengatasinya dan solusi

dilaksanakan pada siklus berikutnya dan apabila pembelajaran yang telah

berlangsung cukup baik akan dipertahankan pada proses pembelajaran

berikutnya.

SIKLUS II

1. Perencanaan Tindakan II

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan tindakan ini adalah

sebagai berikut :

1) Menyiapkan media pembelajaran (LKS), lembar aktivitas on task siswa,

lembar observasi kinerja guru, dan soal-soal Tes Formatif.

2) Mengingatkan kembali tugas dan kewajiban anggota masing-masing

(55)

35

2. Pelaksanaan tindakan II

Siklus II dilaksanakan sebanyak 3 pertemuan. Materi yang akan di pelajari

pada pertemuan pertama yaitu tata nama alkana, alkena, dan alkuna dengan

alokasi waktu 2 x 40 menit. Materi pembelajaran pada pertemuan kedua

yaitu menentukan isomer senyawa alkana, alkena, dan alkuna dengan alokasi

waktu 1 x 40 menit. Pada pertemuan ketiga di lakukan Tournament ( 2 x 40

menit ), dan tes formatif II ( 1 x 40 menit ).

Pertemuan I (2 x 40 menit) 1)Kegiatan awal (pendahuluan)

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan

apersepsi, dan memotivasi siswa.

2) Kegiatan inti

Melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tahapan-tahapan sebagai

berikut :

a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok (anggota kelompok telah

ditentukan), dan membagikan LKS 3 tentang tata nama senyawa

hidrokarbon masing-masing siswa mendapatkan 1 LKS .

b. Guru mempersilakan siswa untuk diskusi dan mengerjakan LKS

dengan arahan guru untuk menemukan konsep. Pada saat siswa

melakukan diskusi guru membimbing siswa mengerjakan LKS

menggunakan alat peraga berupa molymood. Setelah selesai

mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal.

(56)

mempresen-tasikan hasil diskusinya di depan kelompok lain.

d. Guru menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang

telah di pelajari.

e. Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian kepada

siswa.

3)Kegiatan akhir (penutup)

Guru memberikan penguatan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua

pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Pertemuan II (1 x 40 menit) 1)Kegiatan awal

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan

apersepsi, dan memotivasi siswa.

2)Kegiatan inti

Melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tahapan-tahapan sebagai

berikut :

a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok (anggota kelompok telah

ditentukan), dan membagikan LKS 4 tentang keisomeran senyawa

hidrokarbon masing-masing siswa mendapatkan 1 LKS .

b. Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS

dengan arahan guru untuk menemukan konsep. Pada saat siswa

melakukan diskusi guru membimbing siswa mengerjakan LKS

menggunakan alat peraga berupa molymood. Setelah selesai

mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal.

(57)

37

untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelompok lain.

d. Guru menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang

telah dipelajari.

e. Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian kepada

siswa.

3)Kegiatan akhir (penutup)

Guru memberikan penguatan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua

pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Pertemuan III (2 x 40 menit) 1)Kegiatan awal (pendahuluan)

a. Guru menggabungkan siswa-siswa dari semua kelompok secara

homogen dalam hal akademik (tinggi, cukup, rendah, rendah sekali)

dalam meja yang telah dipersiapkan oleh guru dengan adanya tanda

nomor diatas meja. Penggabungan ini didasarkan pada nilai tes

sebelumnya.

b. Guru memberitahukan aturan permainan, lalu guru membagikan

kartu-kartu untuk bermain dimana kartu soal dan jawaban ditaruh

terbalik diatas meja.

2) Kegiatan inti

Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Guru memberikan pertanyaan sesuai tingkat kemampuan siswa.

b. Setiap pemain tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan

(58)

menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal

dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan

membaca-kan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.

Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan

pe-nantang searah jarum jam sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal

selesai, maka pemain membacakan hasilpekerjaannya yang akan

ditanggapi oleh penantang. Setelah itu pembaca soal akan

mem-buka kunci jawaban dan skor hanya diberikan pada pemain yang

menjawab benar dan penantang pertama kali yang menjawab benar.

3) Kegiatan akhir (penutup)

a. Guru menghitung skor kelompok untuk memberikan penghargaan

kelompok terbaik, selain itu setiap individu yang menjawab benar

juga akan mendapatkan penghargaan.

b. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang

ber-hasil mendapat predikat kelompok sangat bagus yang dilakukan

dalam bentuk pengumuman lisan di depan kelas dan memberikan

hadiah yang bertujuan untuk memotivasi siswa dan menumbuhkan

rasa percaya diri.

Gambar

Gambar                                                                                                        Halaman
Tabel 1. Enam fase dalam model pembelajaran kooperatif
Gambar 1.  Penempatan anggota kelompok di meja pertandingan
Tabel 2. Perhitungan poin permainan untuk empat pemain
+7

Referensi

Dokumen terkait

DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L. ) UNTUK PENGOBATAN LUKA BAKAR PADA MENCIT PUTIH ( Musmusculus albinus) ” adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat

dengan pendekatan jigsaw di SMA Negeri 3 Semarang untuk mengetahui kontribusi pengembangan model pembelajaran berbasis lingkungan dengan. pendekatan jigsaw di

PROFIL MISKONSEPSI SISWA SMA DI JEPARA PADA MATERI BILANGAN KUANTUM DAN KONFIGURASI ELEKTRON MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICES.. Universitas Pendidikan Indonesia

Untuk membuat suatu homepage yang sangat baik dengan mudah diantaranya adalah dengan menggunakan Macromedia Dreamweaver MX. Dalam hubungannya dengan kondisi tersebut, maka

Hal ini mengindikasikan kontribusi dari personal adjustment dan dukungan keluarga sebesar 52,5% sedangkan sisanya 47,5% menyangkut sumbangan dari variabel atau

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh yang diberikan oleh kontrol diri pada perilaku agresi pada remaja.Hipotesis dalam penelitian ini adalah kontrol diri

berasal dari batalion yang pernah dipimpin Letnan Kolonel Untung di Kodam Diponegoro. Sulit dibayangkan seorang Batak atau Minahasa menjadi

 Setelah melihat video, siswa mampu mengidentifikasi kegiatan manusia yang sesuai dengan kondisi cuaca dengan tepat.  Setelah melihat video, siswa mampu mendeskripsikan