PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN
KONSEP HIDROKARBON
(PTK Pada siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2010-2011)
(Skripsi)
Oleh
IRNA TRISNANI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON
(PTK pada siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2010-2011)
Oleh IRNA TRISNANI
Berdasarkan dokumentasi dan observasi, diperoleh informasi bahwa Kriteria
ke-tuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah adalah 100% siswa telah
men-capai nilai ≥64. Nilai rata-rata pengusaan konsep siswa kelas X1 SMA Gajah
Mada Bandar Lampung TP 2009-2010 pada materi hidrokarbon adalah 58. Siswa
yang mendapat nilai ≥ 64 hanya mencapai 48,5%. Aktivitas siswa yang relevan
dalam pembelajaran (on task) masih rendah. Salah satu model pembelajaran yang
dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep pada materi tersebut adalah
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
Tujuan penelitian ini adalah meningkatan setiap jenis aktivitas belajar siswa,
penguasaan konsep, dan ketuntasan belajar siswa pada materi pokok hidrokarbon
dengan menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 3 siklus. Data
Irna Trisnani
kuantitatif berupa data penguasaan konsep dan ketuntasan belajar siswa yang
di-ambil setiap akhir siklus.
.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase (1) setiap
jenis aktivitas on task, dari siklus I ke II dan dari siklus II ke III berturut-turut
adalah aktif dalam memberikan pendapat12,5% dan 6,95%, diskusi kelompok
18,06% dan 16,67%, bertanya kepada guru 9,72% dan 13,89%, menjawab
per-tanyaan 9,72% dan 8,33%, (2) rata-rata penguasaan konsep dari siklus I ke II
sebesar 7,48% dan siklus II ke III sebesar 8,11%, (3) ketuntasan belajar siswa dari
siklus I ke II sebesar 19,45% dan siklus II ke III sebesar 11,11%.
Kata kunci: pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT);
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN
KONSEP HIDROKARBON
(PTK Pada siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2010-2011)
Oleh
IRNA TRISNANI Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ______________
Sekretaris : Emawaty Sofya, S. Si, M. Si. ______________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si ______________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315198503 1 003
Judul Skripsi : PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON (PTK Pada Siswa Kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2010-2011)
Nama Mahasiswa : IRNA TRISNANI
Nomor Pokok Mahasiswa : 0543023017
Program Studi : Pendidikan Kimia
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi PembimbingDra. Ila Rosilawati, M.Si. Emawaty Sofya, S. Si, M. Si. NIP 196507171990032001 NIP 197108191999032001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Irna Trisnani NPM : 0543023017 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan/Fakultas : Pendidikan MIPA/KIP
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah di ajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Yang menyatakan,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Natar pada tanggal 15 Juni 1988. Penulis adalah anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tugianto, A.Md. dan Ibu Neo
Wati Purwaningsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK Dharma Wanita PTP N VII
Rejosari pada Tahun 1993, Sekolah Dasar Negeri 3 Negara Ratu pada Tahun
1999, kemudian di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Natar Lampung
Selatan pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Umun Negeri 1 Natar Lampung
Selatan pada tahun 2005.
Pada tahun 2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Kimia, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung. Pada tahun 2007 penulis mengikuti Kuliah Kerja
Lapangan (KKL) ke Gunung Madu Plantations (GMP). Pada tahun 2010 penulis
mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Gajah Mada Bandar
MOTTO
“SUCCESS NEVER COMES TO THE INDOLENCE”
yang berarti sukses
tidak pernah datang kepada orang yang malas
(Sigit Daryanto)
“
Tiada Sesuatu yang Menarik, Jika kita tidak Belajar untuk Tertarik
”
(Suyadi)
“
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi
bangkit
kembali setiap kali kita jatuh”
(Confusius)
“Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang!”
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan
kasih sayang-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan
lembaran-lembaran sederhana ini kepada:
Bapak dan ibu tercinta
yang tak pernah lelah senantiasa membimbing, dan mendoakan setiap waktu untuk
keberhasilan ananda dunia dan akhirat. Ananda mohon maaf jika telah banyak
menge-cewakan bapak dan mamak. Jasa kalian takkan mungkin dapat ananda balas walau
sampai akhir hayat. Semoga kelak ananda dapat membahagiakan dan membuat kalian
bangga telah melahirkanku.
Adikku tersayang
Irfan Darmawan yang senantiasa memberikan dukungan, doa dan selalu menjadi
motivasiku. Semoga teteh bisa menjadi panutan yang baik untukmu.
Sahabat-sahabatku
doa, perhatian, dan kebersamaan yang telah kalian terjalin selama ini adalah suatu
hal yang sangat berarti bagiku. Seorang sahabat adalah suatu sumber kebahagiaan
dikala kita merasa tidak bahagia.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Penguasaan Konsep Kimia Siswa Pada Materi Hidrokarbon (PTK pada Siswa
Kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis
ter-batas, maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat
mem-bantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis
me-ngucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia.
4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si. selaku Pembimbing I atas kesedian, keikhlasan,
motivasi dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik
dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Emawaty Sofya, S. Si, M. Si., selaku Pembimbing II atas kesedian,
keikhlasan, motivasi dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan, saran,
iii 7. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan saran selama berkuliah di Universitas Lampung.
8. Seluruh Dosen dan staf di Jurusan PMIPA Universitas Lampung.
9. Bapak Drs. Tugiman Elfian, selaku Kepala Sekolah SMA Gajah Mada Bandar
Lampung.
10.Bapak Muhammad Ali, S.Pd, selaku guru mitra yang sudah bersedia
membim-bing dan membantu selama penelitian dan pengambilan data.
11.Seluruh guru, staf dan siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung
yang sudah bekerjasama dan membantu selama proses penelitian berlangsung.
12.Sahabat-sahabat terbaikku: Tien, Rashinta, Sari, Lia, Herlina, Desmi, dan Tia
atas perhatian dan kebersamaan kita hingga saat ini. Semoga kebersamaan ini
akan terjaga hingga ke surga-Nya.
13.Teman-teman program studi P. Kimia’05: Yunis, Ani, Iyas, Dian, Saudah,
Fitri, Lia, Mb Septi, Chintia, Media, Friska, Putri, Anti, Mita, Arista, Anita,
Pina, Ade, Feru, Joni, Arif, dan Dwi H, atas semangat dan dukungan serta
persahabatan yang telah terjalin selama ini.
14. Rekan-rekan PPL SMA Gajah Mada Bandar Lampung: Miswanti, Alvia,
Puteri, Triyana, Eka, Mela, Kiki, dan Wiwit atas nuansa kebersamaan yang
kalian berikan selama PPL dan sampai saat ini.
15. Kakak dan adik-adik tingkatku tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas
iv Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta
berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bandar Lampung, 2012
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9
B. Pembelajaran Kooperatif ………. 10
C. Model Pembelajaran Teams Games Tournament ... 14
D. Aktivitas Belajar ... 18
E. Penguasaan Konsep ... 20
F. Lembar Kerja Siswa ... 22
G. Hidrokarbon ……… 24
v
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ... Hasil Penelitian ... 52
B. Pembahasan ... 57
IV. SIMPULAN DAN SARAN A. ... Simp
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 88
3. Lembar Kerja Siswa ... 153
9. Daftar Kelompok Kooperatif dan Turnamen ……… 242
10.Data Hasil Penguasaan Konsep Dan Ketuntasan Belajar ... 243
11.Data Perolehan Penghargaan Kelompok ... 246
12.Perhitungan Data Hasil Penelitian ... 249
13.Hubungan aktivitas on task dengan penguasaan konsep hidrokarbon ... 257
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Enam Fase Dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 13
2. Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain ... 17
3. Kriteria Penghargaan Kelompok ... 18
4. Rata-Rata Persentase Tiap Jenis Aktivitas On Task Pada Tiap Siklus Dan Peningkatan Rata-Rata Persentasenya ... 53
5. Rata-Rata Nilai Penguasaan Konsep Siswa ... 54
6. Persentase ketuntasan belajar siswa ... 56
7. Kisi-Kisi Soal Tes Formatif ... 208
8. Kunci Jawaban Tes Formatif ... 218
9. Lembar Observasi Aktivitas On Task Siswa ... 224
10.Lembar Observasi Kinerja Guru ... 230
11.Daftar Kelompok Kooperatif Dan Turnamen ... 242
12.Data Hasil Penguasaan Konsep Dan Ketuntasan Belajar Siswa ... 243
13.Data perolehan penghargaan kelompok ... 246
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Penempatan Anggota Kelompok Di Meja Pertandingan ………….. 16
2. Diagram Penelitian Tindakan Kelas ... 48
3. Grafik Persentase Tiap Jenis Aktivitas On Task Siswa ... 53
4. Grafik Persentase Peningkatan Aktivitas On Task Siswa ... 54
5. Grafik rata-rata penguasaan konsep... 55
6. Grafik Peningkatan persentase penguasaan konsep ………. 55
7. Grafik persentase ketuntasan belajar siswa ……….. 56
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami
tentang alam. Salah satu bidang sains adalah ilmu kimia, yang terdiri dari banyak
konsep, hukum, dan azas, dari yang sederhana sampai yang kompleks. Oleh
sebab itu, pembelajaran kimia harus diupayakan untuk dapat membekali siswa
dengan suatu pengalaman dan kemampuan berfikir tingkat tinggi yang sangat
berguna untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupannya sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia di SMA Gajah
Mada Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ditetapkan di SMA tersebut yaitu 100% siswa mencapai nilai ≥ 64.
Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar
Lampung pada materi pokok hidrokarbon tahun pelajaran 2009/2010 yaitu 58.
Siswa yang mendapat nilai ≥ 64 hanya men-capai 48,5%. Rendahnya nilai
rata-rata tersebut menunjukkan bahwa konsep yang diberikan masih belum dapat
dikuasai dan dipahami oleh siswa dengan baik.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar
elektrolit, aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran adalah
mendengar-kan dan mencatat penjelasan dari guru. Aktivitas yang relevan dalam
pembelajar-an (on task) seperti mengemukakan pendapat, diskusi kelompok, bertanya kepada
guru, dan mengemukakan pendapat masih kurang terlihat. Selama proses
pem-belajaran, hanya beberapa siswa, itupun siswa yang berkemampuan akademik
tinggi saja yang terlihat aktif dalam bertanya dan menanggapi pertanyaan dari
guru. Sementara beberapa siswa lainnya tidak memperhatikan dan cenderung
melakukan aktivitas diluar konteks pembelajaran (off task) seperti bermain
handphone, mengobrol, mengganggu teman dan keluar masuk kelas.
Rendahnya penguasaan konsep dan aktivitas on task siswa tersebut diduga
di-sebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan dominan menggunakan
metode ceramah, tanya jawab, dan latihan soal demi mengejar ketuntasan materi
pelajaran. Informasi lain yang diperoleh yaitu metode praktikum yang jarang
dilakukan, hal ini disebabkan karena fasilitas laboratorium IPA terutama alat dan
bahan kimia masih kurang memadai. Bila dilakukan praktikum, siswa juga tidak
diberikan LKS melainkan hanya mengandalkan prosedur percobaan yang telah
tersedia di dalam buku pelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi
monoton sehingga tidak jarang siswa merasa jenuh dan kurang termotivasi untuk
belajar kimia. Selain itu proses pembelajaran yang demikian membuat siswa
kurang dibekali dengan prinsip-prinsip sains.
Beberapa kompetensi dasar yang harus dicapai siswa SMA kelas X semester
genap adalah (1) mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam membentuk
3
strukturnya serta hubungannya dengan sifat senyawa. Untuk mencapai
kompeten-si dasar tersebut, maka kompeten-siswa dibelajarkan materi hidrokarbon yang proses
pem-belajarannya dilakukan praktikum. Dengan melakukan suatu demonstrasi,
mem-buat beberapa kelompok yang heterogen sehingga, memungkinkan semua siswa
aktif berdiskusi dan siswa tidak hanya cenderung menghafal semua materi yang
telah diajarkan, tetapi siswa dapat lebih memahami konsep hidrokarbon serta
dapat menerapkannya dengan menyelesaikan soal-soal yang berkaitan.
Guru perlu menciptakan suasana belajar yang dapat menumbuhkan sikap bekerja
sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, alur proses belajar
tidak harus berasal dari guru menuju siswa, sesama siswa atau teman sebaya juga
bisa saling bertukar pikiran. Dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai
motiva-tor, dan fasilitator. Agar siswa dapat aktif berdiskusi dan berfikir untuk
menemu-kan konsep secara bersama-sama maka dibentuklah kelompok-kelompok kecil
yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang. Pembentukan kelompok ini terdiri dari
siswa-siswa dengan tingkat akademik yang heterogen, agar siswa yang memiliki
kemampuan akademik yang lebih tinggi dapat bekerja sama dan membantu siswa
lain yang memiliki kemampuan akademik lebih rendah. Model pembelajaran
yang dapat mendukung terciptanya suasana belajar seperti itu salah satunya adalah
dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah sistem
pem-belajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja satu sama
lain. Pembelajaran dengan model kooperatif menciptakan kondisi lingkungan di
Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan aktivitas seluruh siswa
tanpa harus ada perbedaan status, dan peran siswa sebagai tutor sebaya yang
mengandung unsur permainan dan reinforcement dalam pembelajaran dikelas,
diterapkanlah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT).
Tipe pembelajaran ini memberi kesempatan pada siswa untuk saling berdiskusi
dalam struktur tugas, saling membagikan ide-ide dan menimbang jawaban yang
paling tepat. Melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT diharapkan siswa
akan dapat : (1) meningkatkan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat,
menanggapi pendapat temannya, dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi
kelompok, (2) terlatih untuk berkompetisi dalam turnamen, (3) terpacu untuk
menunujukkan kemampuannya selama proses pembelajaran, dan (4) memotivasi
aktivitas individu masing-masing siswa untuk meningkatkan aktivitas dan
penguasaan konsep dalam proses pembelajaran dengan adanya pengakuan atau
penghargaan yang diberikan oleh guru. Melalui pembelajaran dengan
menerap-kan tipe TGT ini, diharapkan siswa dapat termotivasi untuk belajar memahami
materi hidrokarbon, tidak hanya menerima, mendengar dan mengingat saja tetapi
dilatih untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap pengetahuan yang
diperoleh. Selain itu diharapkan minat dalam mempelajari konsep-konsep
hidrokarbon akan meningkat yang pada akhirnya pemahaman siswa juga
meningkat, sehingga hasil belajar pun tercapai lebih optimal.
Penelitian yang mengkaji penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT juga
5
yang dilakukan oleh Handayani, (2010) yang mengimplementasikan model
pembelajaran Teams Games Tournament terhadap siswa kelas X5 SMAN 4 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2009-2010 pada materi pokok Larutan Elektrolit dan
Redoks melaporkan bahwa aktivitas dan penguasaan konsep meningkat. Selain itu,
hasil penelitian Isparwati, (2010) pada siswa kelas X.C SMA Muhammadiyah 2
Bandar Lampung pada materi pokok Larutan Elektrolit dan Redoks juga
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan judul
―Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Untuk Meningkatkan
Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Hidrokarbon (PTK
Siswa Kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2010-2011)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
aktivitas on task pada materi hidrokarbon dari siklus ke siklus?
2. Bagaimanakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
penguasaan konsep materi hidrokarbon dari siklus ke siklus?
3. Bagaimanakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
persentase yang mencukupi KKM pada materi hidrokarbon dari siklus ke
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsi-kan:
1. Peningkatan aktivitas belajar pada materi hidrokarbon menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe TGT dari siklus ke siklus.
2. Peningkatan penguasaan konsep pada materi hidrokarbon menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe TGT dari siklus ke siklus.
3. Peningkatan ketuntasan belajar siswa pada materi hidrokarbon menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe TGT dari siklus ke siklus.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini yaitu:
1) Bagi siswa
Melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TGT ini
mempermudah siswa untuk menemukan konsep hidrokarbon, sehingga
pengetahuan yang didapat lebih lama diingat.
2) Bagi peneliti dan guru mitra
Memberi pengalaman secara langsung bagi peneliti dan masukan kepada guru
mitra dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran kimia dengan menerapkan
model pembelajaran TGT sebagai alternatif bentuk pembelajaran kimia pada
materi pokok hidrokarbon dalam meningkatkan penguasaan konsep kimia
7
3) Bagi sekolah
Melalui penerapan model pembelajaran TGT ini diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X1 semester genap SMA Gajah Mada
Bandar Lampung tahun pelajaram 2010-2011, yang berjumlah 36 siswa terdiri
dari 17 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.
2. Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah tipe pembelajaran dengan cara
membagi siswa dalam suatu kelas menjadi kelompok-kelompok yang terdiri
dari 4-6 orang secara heterogen baik kemampuan akademik maupun jenis
kelaminnya. Pada akhir pembelajaran diadakan games untuk memastikan
seluruh anggota kelompok menguasai materi atau tidak setelah itu diberikan
suatu penghargaan untuk kelompok terbaik.
3. Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Aktivitas yang diamati adalah perilaku siswa yang relevan
dengan pembelajaran (on task) yaitu :
a. Mengemukakan pendapat.
Keaktifan siswa untuk memberikan pendapat atau menanggapi jawaban
terhadap sebuah permasalahan atau pertanyaan ketika diskusi kelas.
b. Diskusi kelompok.
Keaktifan siswa untuk bertanya kepada teman, memberikan pendapat,
c. Bertanya kepada guru.
Keaktifan siswa untuk mengajukan pertanyaan kepada guru selama
proses pembelajaran berlangsung.
d. Menjawab pertanyaan dari guru
Keaktifan siswa untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru pada
saat awal pembelajaran, dalam diskusi kelas, dan di akhir pembelajaran.
4. Penguasaan konsep adalah kemampuan menguasai materi hidrokarbon yang
diukur melalui tes penguasaan konsep pada setiap akhir siklus.
5. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar kerja
Siswa (LKS), dan kartu-kartu soal pada Tournament. LKS disusun secara
kronologis yang mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi konsep
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri”.
Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan
Sekarwinahyu (2001):
Konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain
Menurut Von Glasersfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu
(2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1.Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan
membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui ―suka dan tidak suka” inilah muncul
Menurut Trianto (2007) setiap orang membangun pengetahuannya sendiri,
se-hingga transfer pengetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah
suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan
ke-pada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru
bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan
itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat
pengalamannya.
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:
1. pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2. tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. mengajar adalah membantu siswa belajar;
4. tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5. kurikulum menekankan partisipasi siswa;
6. guru adalah fasilitator.
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada
strategi pembelajaran, siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok
kecil untuk menolong satu sama lainnya dalam memahami suatu pelajaran,
memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan
mencapai prestasi belajar yang tinggi (Lie, 2003).
Menurut Artzt dan Newman yang dikutip As’ari (2003):
11
Menurut Roger dan David johnson dalam Lie, (2008) tidak semua kerja kelompok
bisa dianggap kooperatif learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka
harus diterapkan lima unsur model pembelajara kooperatif, yaitu:
1. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, tugas harus disusun oleh setiap anggota kelompok yang memiliki tugas masing-masing dan harus menyelesaikan tugasnya sendiri, agar tujuan kelompok tercapai. Dalam pembelajaran kooperatif , siswa yang memiliki kemampuan berfikir rendah akan terpacu untuk memberikan sumbangan kepada teman sekelompoknya maka tujuan kelompok tercapai.
2. Tanggung jawab perseorangan
Dalam pembelajaran kooperatif, pada saat seorang pengajar akan melaksanakan kegiatan belajar mengajar tidak boleh tanpa persiapan. Seorang tenaga pengajar harus mengarahkan tugas dari masing–masing anggota kelompok dan bertanggung jawab menyelesaikan tugas
kelompoknya. 3. Tatap muka
Dalam pembelajaran kelompok setiap anggota diberi kesempatan untuk berdiskusi dan bertatap muka, sehingga untuk memperoleh kesimpulan tidak berasal dari satu siswa namun dari hasil pemikiran beberapa siswa. Dari proses yang demikian mereka dapat memperoleh hasil yang
maksimal karena berasal dari beberapa pendapat tidak dari satu pendapat saja. Selain itu, dari masing-masing anggota kelompok timbul sikap mampu menghargai perbedaan pendapat, memanfaatkan kelebihan orang lain untuk mengisi kekurangannya masing-masing.
4. Komunikasi antar anggota.
Tidak semua siswa memiliki keahlian untuk mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan dari suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengajukan pendapat. Selain itu pada pembelajaran kooperatif, siswa juga diajarkan bagaimana menyatakan sanggahan dan ungkapan positif dengan ungkapan yang baik dan halus.
5. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevalusi proses dan hasil kerja sama kelompok agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Arends dalam Trianto (2007) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
2.Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah;
3.Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam; dan
4.Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Pembelajaran kooperatif yang disebut dengan pembelajaran gotong royong adalah
sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana
dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator (Lie, 2002).
Menurut Eggen and Kauchak dalam Trianto (2007), pembelajaran kooperatif
merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja
secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini berarti
pembelajar-an kooperatif merupakpembelajar-an pembelajarpembelajar-an ypembelajar-ang didasari oleh falsafah homo socius
yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial (Djamarah dan Zain,
1996). Kegiatan belajar mengajar siswa dalam kelas kooperatif adalah belajar
bersama dalam kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang memiliki
kemampuan akademik yang beragam. Pada penerapan pembelajaran kooperatif
ini siswa akan belajar dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami
suatu pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban serta kegiatan lainnya
dengan tujuan mencapai hasil belajar maksimal.
Menurut Ibrahim dkk., (2000) model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
1. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif
2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, cukup rendah, rendah sekali,
13
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. 5. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung
satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Ibrahim dalam Trianto (2007) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
dilakukan melalui enam langkah/fase, seperti yang terlihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Enam fase dalam model pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah laku guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Menyajikan Informasi
Guru menggali pengetahuan awal siswa
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan kegiatan kooperatif secara efisien.
Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6
Memberi penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya atau hasil belajar individu dan kelompok.
Menurut Ibrahim dkk (2000) pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang
berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan
agama, strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif
memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk
penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama
lain.
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Model Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) merupakan salah satu
tipe dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mudah
diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan
dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
koopera-tif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping
menum-buhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan
yang perlu ditempuh, yaitu:
1. Mengajar (teach)
Pada awal pembelajaran guru mempresentasikan atau menyajikan materi di kelas dengan menggunakan metode langsung atau ceramah dan diskusi. Pada saat penyajian materi di kelas, siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Belajar kelompok (team study)
Siswa terdistribusi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
15
lembar kerja kelompok siswa saling berdiskusi memecahkan masalah ber-sama-sama, saling mencocokkan jawaban dan membenarkan teman yang melakukan kesalahan. Setiap anggota kelompok harus yakin bahwa dirinya telah benar-benar menguasai materi, dapat mempertanggungjawabkannya dalam presentasi kelas, dan mempersiapkan diri dalam turnamen.
3. Permainan (game tournament)
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir tiap indikator ataupun tiap kom-petensi dasar yang telah ditentukan sebelumnya oleh guru. Turnamen di-laksanakan setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Kelompok heterogen untuk sementara waktu dirombak kemudian dibentuk kelompok yang homogen dalam hal tingkat kecerdasan. Anak yang berkemampuan cerdas dari setiap kelompok di-satukan dalam meja 1, anak yang berkemampuan sedang digabung dalam meja 2 dan meja 3, dan anak yang berkemampuan rendah dipadukan dalam meja 4. Penentuan kedudukan siswa sejalan dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2001) yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa di suatu kelas memiliki prestasi cukup (sedang), sedangkan sebagian kecil lainnya memiliki prestasi tinggi (pintar) dan rendah.
Hal ini di gambarkan tentang mekanisme turnamen berikut ini:
Kelompok A
Kelompok B Kelompok C Gambar 1. Penempatan anggota kelompok di meja pertandingan
Siswa yang homogen duduk dalam satu meja turnamen untuk menjawab per-tanyaan yang ada di meja tersebut secara bergiliran. Apabila siswa yang mendapat giliran pertama menjawab dengan benar, ia mendapat kartu ke-menangan yang di dalamnya terdapat poin. Namun, jika jawabannya salah, siswa lain (penantang) dalam meja itu boleh menjawab. Apabila jawaban penantang benar, maka kartu kemenangan menjadi miliknya dan jika jawabannya salah, maka ia harus merelakan nilainya berkurang. Saat per-tandingan usai, siswa menghitung nilai perolehannya yang tertera di kartu kemenangan dan ditulis pada papan nilai sebagai nilai individu dalam kelom-pok turnamen. Peserta yang mendapat nilai terbanyak meraih tingkat 1 (top scorer), siswa yang memperoleh nilai terbanyak kedua meraih tingkat 2(high middle scorer), siswa yang memperoleh nilai terbanyak ketiga meraih tingkat 3 (low middle scorer), dan peserta yang memperoleh nilai terkecil meraih tingkat 4 (low scorer). Perolehan poin individu sesuai dengan peringkatnya dalam kelompok turnamen ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Perhitungan poin permainan untuk empat pemain
Tingkatan Pemain
Poin Bila Kartu Yang Diperoleh
Top Scorer 60
High Middle Scorer 40
Low Middle Scorer 30
Low Scorer 20
(Slavin, 1995)
Dalam turnamen selanjutnya, diusahakan pembagian meja berdasarkan perolehan poin yang di dapat oleh pemain/siswa pada turnamen sebelumnya dengan tetap beranggotakan kelompok yang memiliki kemampuan akademik yang sama (homogen).
Menurut Wartono, (2004)
Menjelaskan dalam Team Games Tournament atau pertandingan permainan tim, siswa memainkan pengacakan kartu dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh poin pada skor tim mereka. Permainan ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah pertanyaan-pertanyan yang relevan dengan materi pelajaran yang
17
4. Penghargaan kelompok (team recognition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rata-rata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan. Untuk menentukan poin kelompok
digunakan rumus:
Keterangan : Pk = poin peningkatan kelompok
Tabel 3. Kriteria penghargaan kelompok
Kriteria Predikat kelompok
100 keatas Tim Istimewa
71-99 Tim Baik Sekali
51-70 Tim Baik
Dibawah 50 Tim Kurang Baik
D. Aktivitas Belajar
Saat proses belajar mengajar, aktivitas belajar memegang peranan penting dalam
pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar pada dasarnya merupakan aktivitas
seseorang yang dapat menyebabkan perubahan pada dirinya. Belajar adalah
ber-buat, berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan. Tidak
ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip
yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2003).
Ke-giatan pembelajaran terjadi melalui interaksi antara peserta didik di satu pihak
dengan pendidik di pihak lain. Pada kegiatan belajar kelompok, interaksi terjadi
pula diantara peserta didik. Interaksi inilah yang akan menentukan aktivitas
Paul B. Diehdrick (Sardiman, 2000) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam
kegiatan siswa antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Visual Activities yang termasuk di dalamnya misal, membaca, memperhatikan, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain
2. Oral Activities seperti, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening Activities meliputi, mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, pidato, musik.
4. Writing Activities meliputi, menulis karangan, laporan angket, menyalin.
5. Drawing Activities meliputi, menggambar, membuat peta, grafik, diagram.
6. Motor Activities meliputi, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model meresapi, bemain, berkebun, beternak.
7. Mental Activities misalnya, menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil kesimpulan.
8. Emosional Activities seperti, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Aktivitas-aktivitas dalam belajar tersebut dapat dibedakan menjadi aktivitas yang
relevan dengan pembelajaran (on task) dan aktivitas yang tidak relevan dengan
pembelajaran (off task). Aktivitas yang relevan dengan pembelajaran (on task),
contohnya adalah bertanya kepada guru, mengemukakan pendapat, aktif
meme-cahkan masalah, berdiskusi dan bekerjasama. Aktivitas yang tidak relevan
dengan pembelajaran (off task), contohnya adalah tidak memperhatikan penjelasan
guru, mengobrol dengan teman, dan keluar masuk kelas. Keberhasilan siswa
dalam belajar tidak terlepas dari aktivitas belajar yang dilaksanakan oleh siswa,
untuk siswa yang memiliki prestasi yang tinggi biasanya didukung oleh aktivitas
belajar (on task) yang tinggi pula, sebaliknya siswa dengan prestasi rendah
di-sebabkan aktivitas belajar (on task) yang rendah pula. Adapun kaitannya dengan
proses pembelajaran banyak teori belajar yang menekankan pentingnya aktivitas
19
dapat dipisahkan, yakni aktivitas mental (emosional, intelektual, sosial) dan
aktivitas motorik (gerakan fisik). Kedua aktivitas tersebut saling berkaitan satu
sama lainnya, saling mengisi dan menentukan.
Setelah mengikuti proses belajar mengajar, perubahan pengetahuan, sikap dan
ke-terampilan yang dialami siswa dapat diketahui berdasarkan penilaian yang
di-lakukan oleh guru. Bagi siswa penilaian dapat memberikan informasi tentang
se-jauh mana penguasaan konsep yang telah disajikan. Bagi guru, penilaian dapat
digunakan sebagai petunjuk mengenai keadaan siswa, materi yang diajarkan,
metode yang tepat dan umpan balik untuk proses belajar mengajar selanjutnya.
Nilai yang diperoleh setelah proses belajar mengajar ini disebut sebagai hasil
belajar.
E. Penguasaan Konsep
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil
ber-fikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak
pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu
aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik
sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung
konsep tersebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan
berhasil hanya dengan bantuan konsep proses belajar mengajar dapat ditingkatkan
lebih maksimal.
Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek,
sama (Dahar, 1996). Penguasaan konsep pada materi pokok hidrokarbon berarti
kemampuan menguasai pokok utama yang mendasari keseluruhan dari materi
Hidrokarbon yang diukur melalui hasil tes penguasaan konsep, sebagai hasil
dalam proses pembelajaran. Penguasaan merupakan salah satu aspek dalam ranah
(domain) kognitif dari tujuan kegiatan belajar mengajar. Ranah kognitif ini
meliputi berbagai tingkah laku dari tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Penguasaan
merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari,
tetapi menguasai lebih dari itu yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental
sehingga lebih bersifat dinamis.
Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu
proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau
mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini
didukung oleh Djamarah dan Zain (2000) yang mengatakan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang
diguna-kan guru dalam kelas. Dalam belajar dituntut juga adanya suatu aktivitas yang
harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi.
Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak melakukan
belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran.
Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah:
21
pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.
Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat
atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini
didukung oleh Djamarah dan Zain (2000) yang mengatakan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
F. Lembar Kerja Siswa
Media pembelajaran yang digunakan dalaam pembelajaran ini adalah media
berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Media pembelajaran adalah alat bantu untuk
menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses
pem-belajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru
dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pada proses belajar mengajar, LKS
digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi
dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajaran yang telah atau
sedang dijalankan.
Melalui LKS siswa harus mengemukakan pendapat dan mampu mengambil
ke-simpulan. Dalam hal ini LKS digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran. Menurut Sriyono (1992), Lembar Kerja Siswa (LKS)
adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus
keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Sudjana dalam Djamarah dan Zain, 2006, fungsi LKS adalah :
a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru. d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran. e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada
siswa.
f) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.
Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain:
a) Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. b) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.
c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.
d) Membantu guru dalam menyusun pelajaran.
e) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
f) Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar.
g) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Berikut ini adalah uraian mengenai jenis LKS, yaitu:
1. LKS eksperimen
LKS eksperimen merupakan media pembelajaran yang tersusun secara
kronologis agar dapat membantu siswa dalam memperoleh konsep
pengetahuan yang dibangun melalui pengalaman belajar mereka sendiri yang
23
pernyataan, hasil pengamatan, dan soal-soal hingga kesimpulan akhir dari
eksperimen yang dilakukan pada materi pokok yang bersangkutan.
2. LKS noneksperimen
LKS noneksperimen merupakan media pembelajaran yang disusun secara
kronologis, dimana hanya digunakan untuk mengkonstruksi konsep pada sub
materi yang tidak dilakukan eksperimen. Jadi, LKS non eksperimen
di-rancang sebagai media teks terprogram yang menghubungkan antara hasil
percobaan yang telah dilakukan dengan konsep yang harus dipahami. Siswa
dapat menemukan konsep pembelajaran berdasarkan hasil percobaan dan
soal-soal yang dituliskan dalam LKS noneksperimen tersebut.
G. Hidrokarbon
Sebagian besar senyawa kimia yang terdapat di alam ini merupakan senyawa
karbon. Salah satu senyawa karbon yang jumlahnya sangat banyak dan
peng-gunaannya cukup penting adalah senyawa hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon
adalah senyawa yang terbentuk dari atom hydrogen dan karbon.
1. Identifikasi unsur C, dan H dalam senyawa karbon
Bahan yang berasal dari makhluk hidup umumnya merupakan senyawa
karbon. Adanya unsur karbon dan hidrogen dalam sampel organik, secara
lebih pasti dapat ditunjukan melalui percobaan sederhana, yaitu dengan uji
pembakaran. Pembakaran sampel organik akan mengubah karbon (C)
men-jadi karbon dioksida (CO2) dan hidrogen (H) manjadi air (H2O). Gas karbon
dioksida dapat dikenali berdasarkan sifatnya yang mengeruhkan air kapur,
kertas kobalt dari biru menjadi merah muda. Selain karbon dan hidrogen,
unsur yang sering terdapat dalam senyawa karbon adalah oksigen, nitrogen,
fosforus, halogen dan beberapa unsur logam.
2. Kekhasan atom karbon
Atom karbon mempunyai konfigurasi electron 2 4, sehingga elektron
va-lensinya adalah 4. Artinya, setiap satu atom C dapat membentuk 4 ikatan
kovalen tunggal. Oleh karena itu, atom C mempunyai sifat yang khas, yaitu
mampu berikatan dengan atom C lain membentuk rantai karbon yang sangat
panjang dan bervariasi. Atom karbon mempunyai jari-jari atom yang relatif
kecil sehingga ikatan kovalen yang dibentuk karbon relatif kuat dan karbon
dapat membentuk ikatan rangkap dua dan tiga.
Berdasarkan atom karbon yang diikatnya, atom karbon dengan 4 ikatan
kovalen tunggal dibedakan atas :
a) Atom
karbon kuarterner (4o)
3. Penggolongan senyawa hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon yang terbentuk dari atom-atom C dan H berjumlah
sangat banyak. Berdasarkan jenis rantai yang terbentuk, hidrokarbon
digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Hidrkarbon alifatik
10
c. Hidrokarbon aromatik
Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon digolongkan
menjadi dua jenis, yaitu:
1). Hidrokarbon Jenuh
Jika semua ikatan antar karbonnya merupakan ikatan tunggal ( —C—C—)
(disebut alkana) maka digolongkan sebagai hidrokarbon jenuh.
2). Hidrokarbon Tak Jenuh
Jika terdapat satu saja ikatan rangkap (—C=C—) (disebut alkena) atau
ikatan rangkap tiga (—C≡C—) (disebut alkuna) disebut hidrokarbon tak
jenuh.
4. Tata nama alkana, alkena,
dan alkuna
Tata nama senyawa hidrokarbon bergantung pada strukturnya. Struktur
senyawa hidrokarbon dapat berbentuk rantai lurus, rantai bercabang, dan
rantai cincin. Selain itu, jenis ikatan yang terdapat dalam struktur juga
memengaruhi penamaan senyawa hidrokarbon. Aturan tata nama senyawa
hidrokarbon telah diatur oleh komisi tata nama dari himpunan kimia sedunia,
yaitu IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry). Aturan
ini disebut nama sistematis atau nama IUPAC.
5. Keisomeran senyawa
hidrokarbon
Dalam kelompok senyawa hidrokarbon dikenal istilah isomer. Isomer terdiri
senyawa yang mempunyai Mr sama, tetapi berbeda strukturnya. Isomer
struktur meliputi isomer kerangka (isomer rantai), isomer tempat (isomer
posisi), dan isomer fungsi. Sementara itu, isomer ruang meliputi isomer
geometris (isomer cis-trans) dan isomer optik.
6. Sifat fisika senyawa
hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon seperti alkana, alkena, dan alkuna mempunyai sifat
fisika yang mirip, yaitu tidak larut dalam air dan mengapung di atas
permukaan air. Akan tetapi, senyawa-senyawa ini mempunyai titik didih dan
wujud yang berbeda-beda.
Hubungan struktur suatu senyawa hidrokarbon dengan sifat fisisnya adalah:
a. Semakin besar nilai Mr
suatu senyawa hidrokarbon, maka titik didih dan titik leleh senyawa
tersebut akan semakin tinggi.
b. Semakin sedikit jumlah rantai cabang, semakin tinggi titik didih
senyawa tersebut.
7. Reaksi kimia pada senyawa hidrokarbon
Jenis reaksi yang dapat terjadi pada senyawa hidrokarbon adalah reaksi:
a. Reaksi substitusi :
Reaksi penggantian satu atom oleh atom lainnya.
b. Reaksi adisi :
Reaksi pemutusan ikatan rangkap.
c. Reaksi eliminasi :
11
kebalikan dari reaksi adisi.
d. Reaksi pembakaran :
Reaksi antara suatu zat dengan oksigen. Pada
senyawa hidrokarbon, reaksi pembakaran akan
menghasilkan karbon dioksida dan uap air.
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar
Lampung, tahun Pelajaran 2010-2011 yang berjumlah 36 siswa terdiri dari 17
siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru mata pelajaran kimia diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata penguasaan
konsep siswa kelas X1 SMA Gajah Mada Bandar Lampung pada materi
hidrokarbon tahun pelajaran 2009-2010 yaitu 58. Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ditetapkan oleh sekolah untuk nilai penguasaan konsep yaitu 100%
siswa memperoleh nilai ≥ 64, sedangkan siswa yang memperoleh nilai ≥ 64
hanya mencapai 48,5%.
B. Data Penelitian
1. Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif:
a.Data kualitatif berupa data observasi kinerja guru dan data aktivitas on
27
pendapat, (2) aktif dalam diskusi, (3) aktif bertanya kepada guru, dan (4)
aktif menjawab pertanyaan dari guru.
b.Data kuantitatif adalah data hasil tes penguasaan konsep pada materi
pokok hidrokarbon yang dilakukan pada setiap akhir siklus berdasarkan
indikator yang harus dicapai.
2. Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Teknik observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas on task
siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran. Observasi yang akan
dilaku-kan pada penelitian ini adalah observasi langsung terhadap aktivitas
siswa dan kinerja guru selama kegiataan belajar mengajar berlangsung
dengan menggunakan lembar aktivitas siswa dan lembar kinerja guru
yang dibantu oleh dua orang observer dan guru mitra.
b. Teknik tes
Teknik tes digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep pada materi
pokok hidrokarbon. Tes dilakukan pada setiap akhir siklus, jenis tes
yang digunakan berupa tes essay.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Lembar observasi kinerja guru dalam pembelajaran diisi oleh guru mitra.
dibantu dengan 2 orang observer. Lembar observasi kinerja guru dan lembar
aktivitas on task siswa terlampir dalam lampiran 8 halaman 230, dan lampiran
7 halaman 224.
2) Lembar tes tertulis yang berisi soal essay. Lembar tes tertulis terlampir dalam
lampiran 5 halaman 214.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus. Masing-masing siklus
dilaksanakan tiga kali pertemuan. Prosedur pelaksanaan setiap siklus pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan tindakan
3. Observasi
4. Refleksi
SIKLUS I
1. Perencanaan tindakan I
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan tindakan ini adalah
sebagai berikut :
1) Guru melakukan penelitian pendahuluan kesekolah, untuk mengetahui
permasalahan yang ada dalam kegiatan belajar mengajar siswa yang
mengakibatkan rendahnya aktivitas dan penguasaan konsep siswa.
2) Guru menentukan subjek penelitian.
29
4) Guru menyusun lembar observasi untuk mengukur aktivitas on task siswa
dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
5) Guru menyusun LKS ( lembar kerja siswa ).
6) Guru menyusun tes formatif, kisi-kisi tes formatif, dan kunci jawaban test
formatif untuk tes penguasaan konsep.
7) Guru menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk perco-baan.
8) Guru membentuk kelompok sebanyak 9 kelompok berdasarkan
ke-mampuan akademik, yaitu dari nilai uji blok sebelumnya. Setiap
kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa yang memiliki kemampuan
akademik yang heterogen. Guru menjelaskan kepada siswa tentang
pembelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan, mengenai tugas dan
kewajiban setiap anggota kelompok dan tanggung jawab terhadap
keberhasilan kelompok.
2. Pelaksanaan tindakan I
Siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Materi yang akan dipelajari
pada pertemuan pertama yaitu mengidentifikasi unsur C, dan H dalam
senyawa organik, mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam senyawa
karbon, dan membedakan atom C primer, sekunder, tersier, dan kuarterner
berdasarkan jumlah atom karbon yang terikat pada atom karbon lainnya
dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Materi pembelajaran pada pertemuan
kedua yaitu penggolongan senyawa hidrokarbon berdasarkan kejenuhan
ikatan dengan alokasi waktu 1 x 40 menit. Pada pertemuan ketiga dilakukan
Pertemuan I (2 x 40 menit) 1) Kegiatan awal (pendahuluan)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan
apersepsi, dan memotivasi siswa.
2)Kegiatan inti
Melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut :
a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok (anggota kelompok telah
ditentukan), dan membagikan LKS 1 tentang identifikasi unsur C,
dan H dalam senyawa karbon, mendeskripsikan kekhasan atom
karbon, dan membedakan atom C primer, sekunder, tersier, dan
kuarterner masing-masing siswa mendapatkan 1 LKS .
b. Guru melakukan demonstrasi, kemudian guru mengajukan
pertanyaan atau latihan soal yang terdapat dalam LKS kepada
masing-masing kelompok.
c. Guru mempersilahkan siswa untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS
dalam kelompoknya dengan arahan guru untuk menemukan konsep.
Pada saat siswa melakukan diskusi guru membimbing siswa
mengerjakan LKS menggunakan alat peraga berupa molymood.
Setelah selesai mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal.
d. Guru memberi kesempatan kepada beberapa perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan
kelompok lain.
31
telah dipelajari.
f. Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian kepada
siswa.
3) Kegiatan akhir (penutup)
Guru memberikan penguatan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Pertemuan II (1 x 40 menit) 1) Kegiatan awal (pendahuluan)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan
apersepsi, dan memotivasi siswa.
2)Kegiatan inti
Melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut :
a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok (anggota kelompok telah
ditentukan), dan membagikan LKS 2 tentang penggolongan senyawa
hidrokarbon masing-masing siswa mendapatkan 1 LKS .
b. Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS
dalam kelompoknya dengan arahan guru untuk menemukan konsep.
Pada saat siswa melakukan diskusi guru membimbing siswa
mengerjakan LKS menggunakan alat peraga berupa molymood.
Setelah selesai mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal.
c. Guru memberi kesempatan kepada beberapa perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan
d. Guru menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.
e. Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian kepada
siswa.
3) Kegiatan akhir (penutup)
Guru memberikan penguatan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Pertemuan III (2 x 40 menit) 1) Kegiatan awal (pendahuluan)
a. Guru menggabungkan siswa-siswa dari semua kelompok secara
homogen dalam hal akademik (tinggi, cukup, rendah, rendah sekali)
dalam meja yang telah dipersiapkan oleh guru dengan adanya tanda
nomor diatas meja. Penggabungan ini didasarkan pada nilai tes
sebelumnya.
b. Guru memberitahukan aturan permainan, lalu guru membagikan
kartu-kartu untuk bermain dimana kartu soal dan jawaban ditaruh
terbalik diatas meja.
2) Kegiatan inti
Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Guru memberikan pertanyaan sesuai tingkat kemampuan siswa.
b. Setiap pemain tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain
yang pertama dengan cara undian kemudian pemain yang menang
diberi-33
kan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal
sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya
soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang searah
jarum jam sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.
Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain
mem-bacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang.
Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor
hanya diberikan pada pemain yang menjawab benar dan penantang
pertama kali yang menjawab benar.
3) Kegiatan akhir (penutup)
a. Guru menghitung skor kelompok untuk memberikan
penghargaan kelompok terbaik, selain itu setiap individu yang
menjawab benar juga akan mendapatkan penghargaan.
b. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa
yang berhasil mendapat predikat kelompok sangat bagus yang
dilakukan dalam bentuk pengumuman lisan di depan kelas dan
memberikan hadiah yang bertujuan untuk memotivasi siswa dan
menumbuhkan rasa percaya diri.
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mitra mengisi lembar
observasi kinerja guru, sedangkan peneliti dan seorang observer mengisi
lembar observasi aktivitas siswa.
4. Refleksi I
Pada bagian refleksi dilakukan analisis mengenai proses, masalah, dan
hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap
pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Hasil tes dan observasi dianalisis
dan ditarik kesimpulan tentang perkembangan kemajuan dan kelemahan yang
terjadi yang selanjutnya dijadikan dasar perbaikan pada siklus berikutnya.
Apabila terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah
berlangsung, maka akan dicari solusi untuk mengatasinya dan solusi
dilaksanakan pada siklus berikutnya dan apabila pembelajaran yang telah
berlangsung cukup baik akan dipertahankan pada proses pembelajaran
berikutnya.
SIKLUS II
1. Perencanaan Tindakan II
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan tindakan ini adalah
sebagai berikut :
1) Menyiapkan media pembelajaran (LKS), lembar aktivitas on task siswa,
lembar observasi kinerja guru, dan soal-soal Tes Formatif.
2) Mengingatkan kembali tugas dan kewajiban anggota masing-masing
35
2. Pelaksanaan tindakan II
Siklus II dilaksanakan sebanyak 3 pertemuan. Materi yang akan di pelajari
pada pertemuan pertama yaitu tata nama alkana, alkena, dan alkuna dengan
alokasi waktu 2 x 40 menit. Materi pembelajaran pada pertemuan kedua
yaitu menentukan isomer senyawa alkana, alkena, dan alkuna dengan alokasi
waktu 1 x 40 menit. Pada pertemuan ketiga di lakukan Tournament ( 2 x 40
menit ), dan tes formatif II ( 1 x 40 menit ).
Pertemuan I (2 x 40 menit) 1)Kegiatan awal (pendahuluan)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan
apersepsi, dan memotivasi siswa.
2) Kegiatan inti
Melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut :
a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok (anggota kelompok telah
ditentukan), dan membagikan LKS 3 tentang tata nama senyawa
hidrokarbon masing-masing siswa mendapatkan 1 LKS .
b. Guru mempersilakan siswa untuk diskusi dan mengerjakan LKS
dengan arahan guru untuk menemukan konsep. Pada saat siswa
melakukan diskusi guru membimbing siswa mengerjakan LKS
menggunakan alat peraga berupa molymood. Setelah selesai
mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal.
mempresen-tasikan hasil diskusinya di depan kelompok lain.
d. Guru menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang
telah di pelajari.
e. Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian kepada
siswa.
3)Kegiatan akhir (penutup)
Guru memberikan penguatan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Pertemuan II (1 x 40 menit) 1)Kegiatan awal
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan
apersepsi, dan memotivasi siswa.
2)Kegiatan inti
Melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut :
a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok (anggota kelompok telah
ditentukan), dan membagikan LKS 4 tentang keisomeran senyawa
hidrokarbon masing-masing siswa mendapatkan 1 LKS .
b. Guru mempersilakan siswa untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS
dengan arahan guru untuk menemukan konsep. Pada saat siswa
melakukan diskusi guru membimbing siswa mengerjakan LKS
menggunakan alat peraga berupa molymood. Setelah selesai
mengerjakan LKS, siswa mengerjakan latihan soal.
37
untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelompok lain.
d. Guru menuntun siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.
e. Guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian kepada
siswa.
3)Kegiatan akhir (penutup)
Guru memberikan penguatan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Pertemuan III (2 x 40 menit) 1)Kegiatan awal (pendahuluan)
a. Guru menggabungkan siswa-siswa dari semua kelompok secara
homogen dalam hal akademik (tinggi, cukup, rendah, rendah sekali)
dalam meja yang telah dipersiapkan oleh guru dengan adanya tanda
nomor diatas meja. Penggabungan ini didasarkan pada nilai tes
sebelumnya.
b. Guru memberitahukan aturan permainan, lalu guru membagikan
kartu-kartu untuk bermain dimana kartu soal dan jawaban ditaruh
terbalik diatas meja.
2) Kegiatan inti
Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Guru memberikan pertanyaan sesuai tingkat kemampuan siswa.
b. Setiap pemain tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan
menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal
dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan
membaca-kan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.
Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan
pe-nantang searah jarum jam sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal
selesai, maka pemain membacakan hasilpekerjaannya yang akan
ditanggapi oleh penantang. Setelah itu pembaca soal akan
mem-buka kunci jawaban dan skor hanya diberikan pada pemain yang
menjawab benar dan penantang pertama kali yang menjawab benar.
3) Kegiatan akhir (penutup)
a. Guru menghitung skor kelompok untuk memberikan penghargaan
kelompok terbaik, selain itu setiap individu yang menjawab benar
juga akan mendapatkan penghargaan.
b. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang
ber-hasil mendapat predikat kelompok sangat bagus yang dilakukan
dalam bentuk pengumuman lisan di depan kelas dan memberikan
hadiah yang bertujuan untuk memotivasi siswa dan menumbuhkan
rasa percaya diri.