• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/20

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/20"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN

BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

WENING SUDRAJAT

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN

BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2011/2012) (Skripsi)

Oleh

WENING SUDRAJAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

i ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN

BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

WENING SUDRAJAT

Hasil observasi proses pembelajaran biologi selama ini hanya sebatas menghafal, sedangkan biologi tidak hanya membutuhkan kemampuan menghafal, tetapi juga kecakapan berpikir rasional, sehingga siswa mampu menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi suatu informasi data atau argumen. Sehubungan dengan itu dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share

(TPS) pada proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan kecakapan berpikir rasional siswa.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model

pembelajaran TPS terhadap peningkatan kecakapan berpikir rasional dan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Ekosistem pada kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

(4)

ii

secara acak dengan teknik cluster random sampling. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 95%. Data kualitatif berupa data aktivitas belajar siswa dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran TPS dapat meningkatkan kecakapan berpikir rasional siswa, terlihat pada kelas eksperimen rata-rata nilai N-Gain sebesar 51,6 dan rata-rata nilai N-Gain kelas kontrol sebesar 38,2. Peningkatan tertinggi yaitu pada indikator memecahkan masalah dan

indikator terendah yaitu pada aspek menggali informasi. Selain itu, rata-rata aktivitas siswa juga menunjukkan peningkatan sebesar 75,0. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas bekerja sama dengan teman, mengungkapkan ide atau gagasan, melakukan kegiatan diskusi, dan mempresentasikan hasil diskusi. Skor tertinggi terdapat pada aspek aktivitas bekerja sama dengan teman dan skor terendah terdapat pada aspek presentasi. Data angket kemenarikan model pembelajaran TPS menunjukan bahwa 75,9% siswa menyatakan bahwa model pembelajaran TPS menarik yaitu dalam hal dapat mengembangkan kemampuan pribadi dan dapat berinteraksi baik dengan teman sehingga memudahkan siswa untuk

memahami materi. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran TPS meningkatkan kecakapan berpikir rasional siswa kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung materi pokok Ekosistem.

(5)

xiii A. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ... 11

B. Kecakapan Berpikir Rasional ... 15

C. Aktivitas Belajar Siswa... 17

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

(6)

xiv IV. Hasil Peenelitian Dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 40

V. Simpulan Dan Saran A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Perangkat Pembelajaran ... 52

2. Data Hasil Penelitian ... 113

3. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 140

4. Foto-Foto Penelitian ... 149

(7)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1. Kecakapan berpikir rasional siswa ... . 26

2. Lembar observasi Aktivitas belajar siswa ... ... 26

3. Hubungan antara Variabel, instrumen, jenis data, dan Analisis Data ... 27

4. Kriteria Kecakapan Berpikir Rasional Siswa ... 28

5. Kriteria N-Gain Yang Diperoleh Dari Siswa ... 29

6. Kriteria Persentase Aktivitas Siswa ... 32

7. Pernyataan Angket Tanggapan Siswa ... 32

8. Skor Tiap Pernyataan Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 33

(8)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 10

2. Desain pretes postes kelompok non ekuivalen ... 20

3. Grafik peningkatan aspek indikator kecakapan berpikir rasional

Siswa... 38

(9)
(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Tri Jalmo, M.Si. ………..

Sekretaris : Berti Yolida, S.Pd., M.Pd. …………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Arwin Achmad, M.Si. ……….

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.

(11)

Judul Skripsi : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012) Nama Mahasiswa : Wening Sudrajat

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743024054

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Tri Jalmo, M.Si. Berti Yolida, S.Pd.,M.Pd.

NIP 196109101986031005 NIP 198310152006042001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(12)

MOTTO

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum (kecuali) bila

mereka sendiri mengubah keadaannya...”

(Q.S. Ar-Ra’d, 13:11)

“Jangan pernah ragu dalam mengambil suatu keputusan.”

(13)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Wening Sudrajat NPM : 0743024054 Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : P. MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, November 2012 Menyatakan

Wening Sudrajat

(14)

PERSEMBAHAN

Aku bersyukur kepadamu ya Allah atas izin Mu lah kebahagiaan ini dapat kuraih.

Aku persembahkan kebahagiaan ini kepada:

 Ayahandaku Sumardi, AS. (Alm) dan Ibundaku Srilestari yang telah mendidik dan membesarkanku dengan segala do’a terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang.

 Kakak-kakakku Mbak Ida Rahmawati, Mas Linggarsih Subandrio, Mbak Kartika Madyaratri, dan Mas Wening Nolo Agni yang amat sangat kucintai, terima kasih atas kasih sayang dan doa tulus untuk keberhasilanku.

 Semua teman-temanku satu angkatan Biologi Non Reg 07 yang selalu menyemangatiku.

 Almamater tercinta Universitas Lampung.

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karang Endah pada tanggal 30 November 1986, yang

merupakan anak kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Sumardi. AS (Alm)

dan Ibu Sri lestari.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Sekolah TK Aisiyah Karang

Endah diselesaikan tahun 1993, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Karang Endah

diselesaikan tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 11

Karang Endah diselesaikan tahun 2001, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri

1 Seputih Mataram diselesaikan tahun 2004. Pada tahun 2007 penulis terdaftar

sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur

Non-Reguler.

Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di

SMA Gajah Mada Bandar Lampung dan pada tahun 2012 penulis melakukan

penelitian di SMA Gajah Mada Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana

(16)

x

SANWACANA

Puji syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA,

FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share (TPS) Terhadap Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional

Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem” (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X

Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2011/2012).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas

Lampung;

3. Pramudiyanti, S. Si., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;

4. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembimbing I atas kesabaran, arahan dan waktu

yang diluangkan untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini;

5. Berti Yolida, S. Pd., M. Pd., selaku pembimbing II dan sekaligus Pembimbing

Akademik atas kesabaran, bimbingan, arahan, dan masukannya kepada

(17)

xi

6. Drs. Arwin Achmad, M. Si., selaku pembahas yang memberikan bimbingan

dan motivasi kepada penulis selama studi;

7. Bapak dan Ibu dosen pengajar, atas segala bantuan dan ilmu yang telah

diberikan;

8. Imam Budi, S. P., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan bantuan

dan arahan selama penelitian;

9. Ayahanda tercinta Sumardi, AS. (Alm) yang selalu membimbing dari kecil

tanpa kenal lelah, terimakasih ayah kini anakmu telah dewasa dan mengerti

arti kehidupan ini. Ibundaku Sri Lestari yang selalu mencurahkan do’a serta

kasih sayangnya. Saudara-saudaraku Mbak Ida Rahmawati, Mas Ahmat

Sanusi, Mas Linggarsih Subandrio, Mbak Sasmita, Mbak Kartika Madyaratri,

Mas Nuryadi, Mas Wening Nolo Agni, serta seluruh keluarga yang sangat

kucintai atas Do’a, dukungan moril dan materil dan selalu memberikan

semangat bagi penulis;

10.Kekasihku tersayang Tri Wahyuni, S. Ked., yang selalu memberikan motivasi,

nasehat, dan mendampingiku dalam keadaan suka maupun duka.

11.Teman-teman seperjuanganku I Gede Suliwan, I Gede Suastika Yasa, S.Pd.,

Nur Hidayati, S.Pd., Septyan Nurrachman, terimakasih atas bantuan yang

selama ini kalian berikan dan selalu memberikan dukungan;

12.Teman-temanku Fitriadi, S.Pd, Ahmad Fauzi, Arudia, S.Pd, Nuris Mukhton,

Aditya Prayoga, Antun Sutarya, I Komang Suthawijaya, I Gusti Putu

Hendrawan, Fery Ardianto, dan Lamudin, terimakasih atas bantuan dan

(18)

xii

13.Melda Ariyanti, S. Pd., terimakasih sudah sabar membantu dalam mengolah

data hasil penelitian penulis;

14.Sahabat-sahabatku di Biologi Nr ’07, serta adik dan kakak tingkat tercinta

pendidikan biologi, terima kasih motivasi dan kebersamaan selama ini;

15.Almamater tercintaku, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung;

Bandar Lampung, November 2012 Penulis

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek pokok bagi kehidupan suatu bangsa. Kondisi bangsa di masa

datang, sangat dipengaruhi oleh paradigma berpikir masyarakatnya yang terbentuk melalui

suatu proses pendidikan. Proses pendidikan yang terarah akan membawa bangsa ini menuju

peradaban yang lebih baik. Sebaliknya proses pendidikan yang tidak terarah, hanya akan

menyita waktu, tenaga, serta dana tanpa ada hasil. Dengan demikian sistem pendidikan

sebagai implementasi pendidikan nasional sangat menentukan maju mundurnya bangsa ini.

Pendidikan nasional telah diatur dan didefinisikan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan

Nasional (UU Sisdiknas) nomor 20 tahun 2003. Dalam UU tersebut pendidikan didefinisikan

sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pendidikan

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Karim, 2011:3).

Hingga saat ini tujuan Pendidikan Nasional pada kenyataannya belum sepenuhnya tercapai.

Hal tersebut dapat ditunjukan dari nilai rerata hasil belajar peserta didik yang belum

mencapai standar. Hasil tersebut disinyalir merupakan akibat dari pembelajaran yang masih

bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu

(20)

Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia masih kurang,

sehingga peningkatan mutu pembelajaran harus selalu diupayakan. Salah satunya adalah

kecakapan hidup (life skills) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah

keterampilan berpikir. Berpikir adalah salah satu kecakapan hidup yang harus dimiliki oleh

setiap manusia, sehingga siswa yang memiliki kecakapan hidup berani menghadapi

problema kehidupan dan mampu memecahkannya (Tim BBE, 2002:2).

Biologi sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang mengajarkan kecakapan

hidup siswa, terutama kecakapan berpikir rasional. Biologi tidak hanya membutuhkan

kemampuan menghafal,tetapi juga membutuhkan kecakapan berpikir rasional, sehingga siswa mampu menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasisuatuinformasi data atau argumen. Seseorang yang memahami biologi akan bersikap dan bertindak berbeda dalam menghadapi suatu permasalahan dalam kehidupan (Anonim a), 2011:2).

Kecakapan berpikir rasional yaitu kecakapan menggali dan menemukan informasi,

kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan

permasalahan secara kreatif (Anwar, 2006:29).Kecakapan berpikir rasional diperlukan untuk

menghadapi dan memecahkan permasalahan yang kita hadapi sehari-hari. Pada

kenyataannya kita memang sejak kecil berhadapan dan berinteraksi dengan hal-hal yang

tidak rasional, namun demikian kita tetap dapat hidup dengan keyakinan-keyakinan yang

tidak rasional tersebut. Dampak dari keyakinan dan perilaku yang tidakrasional tersebut

adalah bahwa perilaku kita tidak efektif dalam mengerjakan dan menyelesaikan masalah

(21)

Hasil observasi di SMA Gajah Mada Bandar Lampung didapatkan bahwa dalam

pembelajaran biologi, guru masihkurangmengembangkan kecakapanberpikir

rasionalsiswa.Hal tersebutterjadi karena dalampembelajarannyaguru

selalumenggunakanmetodeceramahdandiskusi, guru tidak

mengajaksiswaberlatihuntukmenganalisis, mensintesis, mengevaluasisuatuinformasi data atau argumen, sehingga

kecakapanberpikirrasionalmerekarendah.Selama ini proses pembelajaran biologi hanya sebatas menghafal,sehingga kemampuan yang dimiliki oleh siswa masih kurang.Rendahnya kecakapanberpikirrasionalsiswa memberi dampak terhadap penguasaan konsep siswa. Ini ditunjukkan dari nilai rata-rata kelas X IPA SMA

Gajah Mada Bandar Lampung untuk materi pokok ekosistem yakni baru mencapai 56,5

dengan ketuntasan 55%, belum memenuhi standar KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimum)yang ditentukan oleh sekolah padamatapelajaranbiologi materi pokok ekosistem

yaitu ≥68.

Ketidaktuntasanbelajar siswa terjadikarenametodepembelajaran yang digunakan guru

belumtepatdenganmateri yang

diajarkan.Sebagianbesarsiswamengalamikesulitandalambelajarbiologi,

kondisisepertiinimenyebabkansiswakebanyakandiam (pasif),

kurangaktifdalambertanyamaupundalammenjawabpertanyaandalam proses belajarmengajar.

Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan belajar yaitu dengan cara pemilihan

metode atau model pembelajaran yang tepat dan sesuai, untuk membantu siswa memahami

(22)

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan

kecakapan berpikir rasional siswa dan juga dapat meningkatkan aktivitas siswa yang dapat

memberikan dampak positif terhadap hasil belajar.Salah satu model pembelajaranyang dapat

membangkitkan aktivitas, semangat belajar dan kecakapan berpikir rasional siswayaitu model Think-Pair-Share (TPS).TPS adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri

konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan berpikir (Think), berpasangan

(Pair), dan mengemukakan pendapat (Share) (Ibrahim dkk, 2000:26).

Siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS ini belajar dengan cara berpasangan sehingga

siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dengan temannya (pasangannya). Cara

tersebut dapat mendorong siswa untuk menganalisis dan mengevaluasisuatuinformasi

data atau argumen, sehingga kecakapanberpikirrasionalnya akan meningkat, karena mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan pasangannya.

Siswa diharapkan dapat menjadi lebih aktif dalam pembelajaran sehingga dapat

membangkitkan aktivitas, semangat belajar, dan kecakapan berpikir rasional siswa.

Tahapan pelaksanaan TPS efektif dalam membatasi aktivitas siswa yang tidak relevan

dengan pembelajaran dan pada akhirnya TPS akan mengembangkan kemampuan siswa untuk

berpikir secara terstruktur dalam diskusi, serta memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri

ataupun dengan orang lain melalui keterampilan berkomunikasi. Hasil penelitian

Pramudiyanti (dalam Wulandari, 2011:5) menyimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh Ariansyah (2009:37) bahwa pembelajaran TPS

(23)

Manusia.Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wulandari (2011:48) bahwa model TPS

dapat meningkatkan penguasaan konsep dan siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh

model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap peningkatan kecakapan berpikir rasional

siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan

kecakapan berpikir rasional siswa pada materi pokok ekosistem kelas X SMA Gajah

Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem kelas X SMA Gajah Mada Bandar

Lampung tahun pelajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui peningkatan kecakapan berpikir rasional siswa dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi pokok ekosistem di kelas X SMAGajah

(24)

2. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TPSpada materi pokok ekosistem kelas X SMA Gajah Mada Bandar

Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Siswa yaitu untuk menciptakan suasana baru yang dapat meningkatkan kecakapan

berpikir rasionalsiswa.

2. Guru yaitu sebagai sumbangan pemikiran dan alternatif pembelajaran dalam usaha

untuk meningkatkan kemampuan berpikir rasional siswa.

3. Peneliti yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sebagai calon guru

tentang penggunaan model pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif

tipe TPS dalam meningkatkan kecakapan berpikir rasional siswa.

4. Sekolah yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan pembelajaran

biologi disekolah melalui pemilihan model pembelajaran biologi yang tepat.

E. Ruang lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu strategi diskusi kooperatif

dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara berpikir dan

komunikasi.TPS merupakan diskusi berpasangan yang terdiri dari tiga tahapan. Tahapan

pertama yaitu thinking, pada tahapan ini guru mengajukan pertanyaan atau permasalahan

(25)

kedua yaitu pairing, pada tahapan ini jawaban yang telah dipikirkan secara mandiri

disampaikan pada pasangannya masing-masing (teman sebangkunya). Siswa dapat

menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi jawaban dengan pasangannya.

Tahapan yang ketiga yaitu sharing, pada tahapan ini guru membimbing kelompok untuk

menyampaikan hasil diskusi secara bergantian di depan kelas.

2. Kecakapan berpikir rasional yang diamati dalam penelitian ini adalah (1) kecakapan

menggali informasi, (2) kecakapan mengolah informasi, (3) kecakapan mengambil

keputusan, dan (4) kecakapan memecahkan masalah secara kreatif.Pengukuran

kecakapan berpikir rasional diperoleh dari hasil pretes dan postes pada materi pokok

ekosistem.

3. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X2dan X4semester genap di

SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

4. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah Ekosisem dengan kompetensi dasar

mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia

serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan (KD 4.1).

F. Kerangka Pikir

Biologi merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan,sehingga siswa harus dapat

menguasainya dengan baik.Dalam mempelajari biologi tidak hanya membutuhkan

kemampuan menghafal, tetapi juga membutuhkan kemampuan untuk menganalisis,

mensintesis, dan mengevaluasisuatuinformasi data atau argumen, sehingga dapat mengembangkan kecakapan berpikir rasional siswa. Kecakapan berpikir rasional diperlukan untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan yang kita hadapi

(26)

kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan

memecahkan masalah secara kreatif.

Guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kecakapan berpikir

rasional siswa. Kecakapan ini mungkin tidak akan muncul secara maksimal apabila tidak

diberikan masalah atau rangsangan terlebih dahulu. Pada proses pembelajaranini guru

perlumemberikanmasalah-masalah yang merangsangsiswa agar menjadi lebih aktif,

sehinggasiswadapatmengatasipersoalan yang diberikan oleh guru. Agar

dapatmencapaitujuantersebutmaka aktivitasbelajarmemegangperananpenting.Karenaadanya

aktivitasbelajardapatmemperlancar proses pembelajaransehinggapembelajaran yang optimal

dapat tercapai.

Oleh karena itu, guru harus menggunakan model pembelajaran yang dapat memberikan

kondisi yang sesuai dalam proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan

untuk menciptakan kondisi yang sesuai sehingga dapat mengembangkan kecakapan berpikir

rasional siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS).TPS dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta

bekerja sama dengan orang lain, mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, dan

memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide dengan pasangannya. Siswa

dapat berlatih untuk menggali dan mengolah informasi dari berbagai sumber, berlatih untuk

menghargai pendapat orang lain, dan menumbuhkan rasa percaya diri, serta saling

membantu.

Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaranTPS ini diharapkan dapat

(27)

secara aktif baik dengan pasangannya maupun dengan seluruh teman di dalam

kelas.Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y. Variabel X adalah

variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan variabel Y adalah variabel

terikat yaitu kecakapan berpikir rasional siswa.

Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram di bawah ini:

Keterangan: X= Model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Y = kecakapan berpikir rasional siswa.

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis Penelitian

Ho:Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan modelpembelajaran kooperatif tipe

TPS terhadap peningkatan kecakapan berpikir rasional siswa pada materi pokok

ekosistem kelas X SMAGajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

H1: Ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajarankooperatif tipe TPS

terhadap peningkatan kecakapan berpikir rasional siswa pada materi pokok ekosistem

kelas X SMAGajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

(28)
(29)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share(TPS)

Pembalajaran kooperatif yang disebut dengan pembelajaran gotong royong adalah sistem

pengajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan

sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana dalam sistem ini guru bertindak

sebagai fasilitator (Lie, 2002:12). Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat berinteraksi

baik dengan temannya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dan setiap siswa dapat

memunculkan pemecahan masalah secara selektif dalam masing-masing kelompok.

Lie (2002:31) mengemukakan bahwa terdapat lima unsur dasar kooperatif yang harus

diterapkan yaitu:

1) Saling ketergantungan positif 2) Tanggung jawab perseorangan 3) Tatap muka

4) Komunikasi antar anggota 5) Evaluasi proses kelompok

Agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai dengan harapan, dan siswa dapat bekerja

secara produktif dalam kelompok, maka siswa perlu diajarkan keterampilan-keterampilan

kooperatif. Keterampilan kooperatif tersebut berfungsi untuk melancarkan peranan

hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan

komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dapat dilakukan dengan

membagi tugas antar anggota kelompok.

Salah satu tipe pembelajaran dalam pembelajaran model kooperatif adalah tipe TPS. TPS

(30)

mengutamakan siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam

pembelajaran dengan jalan berpikir (think), berpasangan (pair), dan mengemukakan

pendapat (share). Pada pembelajaran kooperatif tipe TPS ini, siswa belajar dengan cara

berpasangan sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman

sebaya (pasangannya). Dengan cara tersebut maka siswa akan terdorong untuk

menganalisis dan mengevaluasisuatuinformasi data atau argumen,

sehinggaketerampilanberpikirrasionalnya akan meningkat, karena mereka dapat

saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan pasangannya (Ibrahim dkk,

2000:26).

TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan

penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam

TPS ini dapat memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, untuk merespon

dan saling membantu satu sama lain. TPS mengedepankan aspek berpikir secara mandiri,

tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan kelompok kecil, dan dapat

menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan Senduk, 2004:67).

Menurut Anonim (2001:1) ada empat prinsip kerja dari TPS yang sesuai dengan

pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Saling ketergantungan positif diantara siswa sehingga siswa mampu belajar dari siswa

lain.

2. Tanggung jawab individual.

Setiap siswa bertanggung jawab pada gagasannya karena akan dipaparkan pada

(31)

3. Partisipasi yang seimbang.

Setiap siswa akan mempunyai kesempatan yang sama untuk berbagi (mengemukakan

pendapatnya) dengan pasangannya dan pada seluruh kelas.

4. Interaksi bersama.

Semua siswa akan aktif dalam mengemukakan pendapat dan mendengarkan sehingga

menciptakan interaksi tingkat tinggi. Hal ini akan menciptakan pembelajaran yang aktif

jika dibandingkan dengan cara Tanya jawab yang sudah biasa dilakukan oleh guru,

dimana hanya satu atau dua siwa saja yang aktif.

TPS dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk bekerja

sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Waktu berpikir akan memungkinkan siswa

untuk mengembangkan jawaban. Siswa akan dapat memberikan jawaban yang lebih panjang

dan lebih berkaitan. Jawaban yang dikemukakan juga telah dipikirkan dan didiskusikan.

Siswa akan lebih berani mengambil resiko untuk mengemukakan jawabannya di depan kelas

karena mereka telah “mencoba” dengan pasangannya. Proses pelaksanaan TPS akan

membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran karena siswa

harus mengemukakan pendapatnya, minimal pada pasangannya (Lyman, 2002:2).

Menurut Nurhadi dan Senduk (2004:67) tahapan-tahapan dalam TPS dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1. Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan/permasalahan yang berkaitan dengan materi yang baru

dipelajari, kemudian memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk memikirkan

(32)

2. Pairing (berpasangan)

Jawaban yang telah difikirkan secara mandiri, kemudian disampaikan kepada

pasangannya masing-masing (teman sebangkunya). Pada tahap ini, siswa dapat

menuangkan idenya, menambahkan gagasan, dan berbagi jawaban dengan pasangan.

Tahap ini berlangsung dalam empat menit.

3. Sharing (berbagi)

Guru membimbing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi secara bergantian.

Sampai sekitar seperempat kelompok menyampaikan pendapat. Pada tahap ini seluruh

kelompok dapat mendengarkan pendapat yang akan disampaikan oleh perwakilan tiap

kelompok. Kelompok yang menyampaikan pendapatnya harus bertanggung jawab atas

jawaban dan pendapat yang disampaikan. Pada akhir diskusi guru memberi tambahan

materi yang belum terungkapkan oleh kelompok diskusi.

B. Kecakapan Berpikir Rasional

Proses belajar pada dasarnya tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan dan

pemahaman, tetapi aspek aplikasi, analisis, sintesis, bahkan tahap evaluasi juga harus

ditekankan. Sehingga siswa dapat mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan

permasalahan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan

nyata. Berpikir, memecahkan masalah, dan menghasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan

kompleks dan berhubungan erat satu dengan yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat

dipecahkan tanpa berpikir dan banyak masalah yang memerlukan pemecahan yang baru

(33)

Berpikir rasional adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan

pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan

prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana” (how)

dan “mengapa” (why). Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal

sehat) untuk menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan, dan

bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan (Syah,

2004:123).

Kecakapan berpikir rasional (thinking skills) menurut Tim BBE (2002:7) yaitu:

1. Kecakapan menggali informasi

Kecakapan ini memerlukan kecakapan dasar yakni kecakapan membaca, menghitung dan

kecakapan observasi.Tujuan dari kecakapan ini adalah untuk memperoleh data-data yang

penting dan berperan dalam menentukan keputusan.

2. Kecakapan mengolah informasi

Kecakapan ini memerlukan kecakapan dasar seperti membandingkan, membuat

perhitungan tertentu, dan membuat analogi.Tujuan dari pengolahan informasi adalah

untuk membuat kesimpulan mengenai alternatif pemecahan masalah.

3. Kecakapan mengambil keputusan

Keputusan (decision) berarti pilihan, yakni pilihan dari dua atau lebih kemungkinan.

4. Kecakapan memecahkan masalah secara kreatif

Tim BBE (2002:20) menyatakan bahwa pemecahan masalah yang baik tentu berdasarkan

(34)

Pemecahan masalah memerlukan kreativitas dan kearifan. Kreativitas untuk menemukan

pemecahan yang efektif dan efisien, sedangkan kearifan diperlukan karena pemecahan

harus selalau memperhatikan kepentingan berbagai pihak dan lingkungan sekitarnya.

Biologi sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang mengajarkan kecakapan

hidup siswa, terutama kecakapan berpikir rasional. Kecakapan berpikir rasional yaitu

kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan

mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan permasalahan secara kreatif (Anwar,

2006:29).

C. Aktivitas Belajar Siswa

Belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, belajar tidak mungkin

berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakam rangkaian

kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang

belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan

dapat menunjang prestasi belajar.Siswa yang beraktivitas akan memperoleh pengetahuan,

pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang

bermakna untuk hidup di masyarakat(Sardiman, 2003:100).

Dierich yang dikutip oleh Hamalik (2001:172) menyatakan, aktivitas belajar dibagi dalam

kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati

(35)

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, member saran, mengemukakan

pendapat, berwawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan

percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permaianan, atau mendengarkan

radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan,

bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi

angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram,

peta, dan pola.

6. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan

pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

(36)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Gajah Mada pada bulan Mei 2012.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap

SMA Gajah Mada tahun pelajaran 2011/2012. Sampel dalam penelitin ini

adalah siswa kelas X2 yang berjumlah 26 siswa sebagai kelas eksperimen dan

siswa kelas X4 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 28 siswa. Pengambilan

sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling, karena memilih

secara acak kelompok individu yang terpilih mewakili populasi dan

melibatkan seluruh individu dalam kelompok tersebut sebagai subyek

(Sugiono, 2009:83-84).

C. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen.

Kelompok eksperimen maupun kontrol menggunakan kelas yang ada dengan

kondisi yang homogen.Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model

pembelajaran TPS, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode diskusi

kelompok.

Struktur desainnya sebagai berikut:

(37)

2

Keterangan:I= kelompok eksperimen; II= kelompok kontrol; O1 = pretes;

O2 = postes;

X = perlakuan model TPS;

C= metode diskusi;(dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43)

Gambar 2. Desain pretes postes kelompok non ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan waktu penelitian;

b. Mengurus surat penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah;

c. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti;

d. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas kontrol dan kelas

eksperimen;

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS);

f. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes/postes untuk setiap

pertemuan untuk mengukur berpikir rasional siswa;

g. Melakukan uji kualitatif, validitas, dan reliabilitas instrumen evaluasi;

(38)

3

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan model TPS untuk kelas

eksperimen dan dengan metode diskusi biasa untuk kelas kontrol.

Penelitian ini dirancang sebanyak dua kali pertemuan. Tes awaldiberikan

sebelum pembelajaran dan tes akhirdiberikan setelah pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen dengan model

pembelajaran TPS sebagai berikut:

a. Pendahuluan

1. Siswa menerima lembar soal pretes untuk mengukur kemampuan

awal siswa (pertemuan I).

2. Siswa mendengarkan informasi mengenai indikator/tujuan

pembelajaran yang dismpaikan guru.

3. Siswa diberi apersepsi

Pertemuan pertama: Menyajikan gambar ekosistem sawah

“komponen apa saja yang menyusun ekositem tersebut?”

Pertemuan kedua: Menyajikan gambar penebangan hutan secara

liar “apakah pengaruh dari kegiatan pada gambar tersebut bagi daur

air di bumi ini?”

4. Siswa diberi motivasi

Pertemuan pertama: “keseimbangan suatu ekosistem perlu dijaga

dengan baik, karena kita hidup di suatu lingkungan bersama

organisme-organisme lain dan saling membutuhkan. Untuk itu, kita

harus mengetahui peran masing-masing komponen ekosistem agar

(39)

4

Pertemuan kedua: “ seluruh makhluk hidup yang ada di bumi pasti

membutuhkan air. Air bisa dikatakan sebagai sumber kehidupan.

Untuk itu, kita harus tetap menjaga ketersediaan air di bumi ini”

b. Kegiatan Inti

1. Siswa mendengarkanpenjelasan tahapan pembelajaran dengan

menggunakan model TPS yang disampaikan oleh guru.

2. Siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan secara

singkat oleh guru.

3. Siswa menerima LKS kemudian diberi waktu berpikir (thinking)

selama dua menit untuk setiap soal.

4. Siswa berpasangan (pairing) dengan teman sebangkunya untuk

saling mengutarakan hasil pemikirannya, jawaban, atau gagasan

atas pertanyaan yang ada dalam LKS selama lima menit untuk

tiap soal.

5. Siswa mengemukakan (sharing) hasil diskusinya di depan kelas.

6. Siswa yang lainmenanggapi hasil diskusi.

7. Guru memberikan respon terhadap jawaban siswa dengan

menambahkan materi yang belum diungkapkan siswa.

8. Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah

disampaikan.

c. Penutup

1. Siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan materi yang

telah dipelajari.

(40)

5

Langkah-langkah pembelajaran kelas kontrol dengan metode diskusi

sebagai berikut:

a. Pendahuluan

1. Siswa diberi penjelasan mengenai tujuan pembelajaran.

2. Siswa menerima lembar soal pretes untuk mengukur kemampuan

awal (pertemuan I).

3. Siswa diberi apersepsi

Pertemuan pertama: Menyajikan gambar ekosistem sawah

“komponen apa saja yang menyusun ekositem tersebut?”

Pertemuan kedua: Menyajikan gambar penebangan hutan secara

liar “apakah pengaruh dari kegiatan pada gambar tersebut bagi daur

air di bumi ini?”

4. Siswa diberi motivasi

Pertemuan pertama: “keseimbangan suatu ekosistem perlu dijaga

dengan baik, karena kita hidup di suatu lingkungan bersama

organisme-organisme lain dan saling membutuhkan. Untuk itu, kita

harus mengetahui peran masing-masing komponen ekosistem agar

suatu ekosistem dapat tetap seimbang”

Pertemuan kedua: “ seluruh makhluk hidup yang ada di bumi pasti

membutuhkan air. Air bisa dikatakan sebagai sumber kehidupan.

Untuk itu, kita harus tetap menjaga ketersediaan air di bumi ini”

5. Siswa menerima informasi dari guru bahwa pada pembelajaran ini

akan dilakukan dengan metode diskusikemudian akan

(41)

6

b) Kegiatan Inti

1. Siswa mendengarkan penjelasan materi secara singkat yang

disampaikan oleh guru.

2. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok.

3. Setiap kelompok menerima LKS yang diberikan oleh guru dan

menjawab pertanyaan yang ada pada LKS.

4. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

5. Guru memberikan penguatan dengan menjelaskan materi yang

belum dipahami siswa.

6. Siswa mengumpulkan hasil diskusi kelompoknya.

c) Penutup

1. Siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

2. Siswa menjawab soal postes (pertemuan II).

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

1. Jenis Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah:

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data keterampilan berpikir rasional siswa

pada materi pokok ekosistem yang diperoleh dari nilai pretesdan postes.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

(42)

7

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pretes dan Postes

Data berupa nilai pretesyang diambil pada pertemuan awal dan nilai

postespada pertemuan terakhir. Nilai pretes diambil sebelum

pembelajaran, sedangkan nilai postes diambil setelah pembelajaran

baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Bentuk soal yang

diberikan berupa soal essay yang mengandung indikator kecakapan

berpikir rasional.Indikator berpikir rasionl yangdiamati yaitu: 1)

menggali informasi, 2) mengolah informasi, 3) mengambil keputusan,

4) memecahkan masalah. Masing-masing indikator berpikir rasional

memiliki skor yang tertera pada rubrik penilaian soalPretes dan

Postes.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu:

= 100

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari);

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut;

(Purwanto,2008:112).

(43)

8

No. Nama

Aspek Kecakapan Berpikir Raional Menggali

Informasi Mengolah Informasi Menentukan Keputusan Memecahkan masalah Skor per soal Skor per soal Skor per soal Skor per soal

Catatan : Isilah skor yang diperoleh pada kolom yang disediakan. (dimodifikasi dari Arief, 2009:9).

b. Lembar observasi aktivitas siswa

Berisi kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap

siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi

tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah

ditentukan.

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Catatan: Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai. Keterangan: = persentaseaktivitas siswa;

∑Xi= Jumlah skor yang diperoleh;

n= Jumlah skor maksimum; (dimodifikasi dari Belina, 2008:133).

Keterangan Kriteria penilaian aktivitas siswa:

A. Bekerjasama dengan teman

No Nama

Aspek yang diamati Xi

(44)

9

1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja).

2. Bekerjasama tetapi tidak sesuai dengan permasalahan. 3. Bekerjasama baik dengan teman.

B. Mengungkapkan ide atau gagasan

1. Tidak mengungkapkan ide atau gagasan.

2. Mengungkapkan ide atau gagasan namun tidak sesuai dengan permasalahan. 3. Mengungkapkan ide atau gagasan sesuai dengan permasalahan.

C. Melakukan kegiatan diskusi

1. Diam saja, tidak melakukan diskusi dengan teman.

2. Melakukan diskusi, tapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan permasalahan. 3. Melakukan diskusi dengan tepat dan sesuai dengan permasalahan.

D. Mempresentasikan kegiatan kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan tidak menjawab pertanyaan.

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok, tetapi menjawab pertanyaan dengan benar.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok

dan menjawab pertanyaan dengan benar.

Rubrik variabel, sub variabel, indikator, jenis data dan alat ukur data secara rinci

dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Hubungan antara variabel, instrumen, jenis data, dan analisis data

F. Teknik Analisis Data

No Variabel Instrumen Jenis data dan Alat ukur Analisis Data

1 Kecakapan

berpikir rasional Tes kecakapan berpikir rasional siswa

Nominal dan tes

tertulis Uji t

2 Aktivitas siswa selama proses pembelajaran

Lembar observasi

(45)

10

1. Kecakapan berpikir rasional

Data kecakapan berpikir rasional siswa diperoleh dari skor pretes postes.

Untuk memperoleh skor tiap indikator kecakapan berpikir rasional dicari

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

= 100

Keterangan :P= Poin yang dicari;

f = Jumlah poin kecakapan berpikirrasional yang diperoleh;

N= Jumlah total poinkecakapan berpikir rasioanaltiap Indicator;(dimodifikasi dari Sudijono, 2004:40).

Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka kecakapan

berpikir rasional siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut:

Tabel 4. Kriteria kecakapan berpikir rasional siswa

Interval Kriteria (dimodifikasi dari Arikunto, 2010:245)

Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dan postest dengan

menggunakan rumus N-gain lalu dianalisis secara statistik. Untuk

mendapatkan skor N-gainmenggunakan formula Hake (modifikasi dalam

Loranz, 2008:3)sebagai berikut:

Keterangan : X = Nilai rata-rata postes Y = Nilai rata-rata pretes Z = Skor maksimum

(46)

11

Dimodifikasi dari Hake (dalam Loranz, 2008:3)

Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor gain pada kelompok

kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS

17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1) Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan

program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung<Ltabelatau p-value> 0,05, tolak Ho untuk

harga yang lainnya (Nurgiantoro dkk, 2002:118).

2) Kesamaan Dua Varians

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan

dengan uji kesamaan dua varian dengan uji Barlett.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama

H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda

(47)

12

- Jika χ 2hit <χ 2tab sehingga Ho diterima

- Jika χ 2

hit >χ 2tab sehingga Ho ditolak(Pratisto, 2004:71)

3) Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji

perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17.

A. Uji hipotesis menggunakan uji t

1. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

a. Hipotesis

Ho = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

b. Kriteria Uji

- Jika ttabel< thitung< ttabel, maka Ho diterima

- Jika thitung< -ttabel atau thitung>ttabel maka Ho ditolak (Pratisto,

2004:13)

2. Uji Perbedan Dua Rata-rata

a. Hipotesis

Ho= rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama

dengan kelompok kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol.

b. Kriteria Uji

- Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima

(48)

13

B. Uji hipotesis dengan uji U

1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

2. Kriteria Uji

- Jika –Ztabel<Zhitung<Ztabel atau p-value> 0,05, maka Ho diterima

- Jika Zhitung< -Ztabel atau Zhitung>Ztabelatau p-value< 0,05, maka Ho

ditolak (Martono, 2010:158).

G. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data

yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan

menggunakan indeks aktivitas siswa.

Langkah–langkah yang dilakukan untuk yaitu:

Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:

X = ∑Xi

n

Keterangan: X = Rata-rata skor aktivitas siswa; ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh;

n = Jumlah skor maksimun; (dimodifikasi dari Sudjana, 2002:67).

(49)

14 (dimodifikasi dari Hidayati, dkk, 2011:17)

H. Pengolahan Data Kemenarikan model pembelajaran TPS

Angket ini berisikan 10 pernyataan, 6 pernyataan positif, dan 4 pernyataan

negatif.

1. Item pernyataan.

Tabel 7. Pernyataan angket tanggapan siswa

No Pernyataan S Pilihan TS

1 Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru (think, pair,share)

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh guru.

3 Saya bingung dalam menyelesaikan masalah melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh guru.

4 Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan modelpembelajaran yang diberikan oleh guru.

5 Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh guru.

6 Modelpembelajaranyang diberikan kepada saya dapat meningkatkan semangat/motivasi belajar saya .

7 Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri melaluimodelpembelajaran yang diberikan oleh guru.

8 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

9 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS melalui modelpembelajaran diberikan oleh guru.

10 Saya dapat berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran melaluimodelpembelajaran yang diberikan oleh guru.

(50)

15

Tabel 8. Skor tiap pernyataan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TPS

No Pernyataan 1 Skor 0

1 Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem melalui model pembelajaran yang diberikan oleh guru (think, pair,share)

S TS

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh

guru. S TS

3 Saya bingung dalam menyelesaikan masalah melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh

guru. TS S

4 Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan modelpembelajaran yang diberikan

oleh guru. S TS

5 Saya merasa bosan dalam proses belajar melalui modelpembelajaran yang diberikan oleh guru. TS S

6 Modelpembelajaranyang diberikan kepada saya dapat meningkatkan semangat/motivasi belajar

saya . S TS

7 Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri melaluimodelpembelajaran yang diberikan oleh

guru. S TS

8 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung. TS S

9 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS melalui modelpembelajaran diberikan oleh guru. TS S

10 Saya dapat berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran melaluimodelpembelajaran yang

diberikan oleh guru. S TS

Skor 1 (satu) untuk menyatakan setuju bagi pernyataan positif dan tidak

setuju bagi pernyataan negatif. Skor 0 (nol) untuk menyatakan tidak setuju

bagi pernyataan positif dan setuju bagi pernyataan negatif. Jumlah skor

setiap angket dihitung untuk mengetahui tanggapan masing-masing siswa

tentang kemenarikan model pembelajaran TPS. Menghitung skor yang

diperoleh dalam bentuk persentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik

(51)

16

Adapun rumus untuk analisis deskriptif persentase menurut Ali (1992:46)

adalah:

Presentase kemenarikan model pembelajaranTPS(%) =

N

n ×100%

Keterangan:n = Nilai yang diperoleh sampel

N = Nilai yang semestinya diperoleh sampel % = Persentase kemenarikan model pembelajaran TPS

Tabel9. Kriteria Tingkat Kemenarikan Model Pembelajaran TPS

No Rentang skor Interval Kriteria

1 16 – 23 76< % ≤ 100% Tinggi

2 8 – 15 51< % ≤ 75% Sedang

3 0 – 7 25< % ≤ 50% Rendah

(52)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkanhasilpenelitiandanpembahasan, makadapatdisimpulkanbahwa:

1. Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berpengaruh

signifikan terhadap peningkatan kecakapan berpikir rasional siswakelas

X SMA Gajah Mada Bandar Lampung padamateripokokEkosistem.

2. Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

berpengaruhdalammeningkatkanaktivitasbelajarsiswakelas XSMA Gajah

Mada Bandar LampungpadamateripokokEkosistem.

B. Saran

Berdasarkanhasilpenelitiandansimpulan, penulismenyampaikan saran

sebagaiberikut:

1. Bagi guru ataupeneliti yang akanmenerapkan model pembelajaran TPS

hendaknya meminta siswa agar mengumpulkan lembar jawaban

masing-masing siswa pada saat tahapan Thinkinguntuk mengetahui kemampuan

awal siswa sebelum siswa melakukan tahapan Pairing.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS memerlukan waktu yang cukup

lama, sehingga guru hendaknya sebelum melaksanakan proses

(53)

36

merancangkesesuaianwaktudenganmateripokok agar

pembelajarandapatberjalandenganefektifdanefisien.

3. Bagipenelitiselanjutnyasebelummelaksanakan proses

penelitianhendaknyapernahmengajarterlebihdahulupadakelas yang

akanditeliti, sehinggapadasaat proses

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.

Anonim. 2008. Daur Biogeokimia. 23 Desember 2011.

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/17/daur-biogeokimia/

Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup. Alfabeta. Bandung.

Ariansyah. 2009. Penguasaan Materi Pokok Sistem Reproduksi Manusia Oleh

Gambar

Tabel
Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 3. Hubungan antara variabel, instrumen, jenis data, dan analisis data
Tabel 7. Pernyataan angket tanggapan siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan, wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal jantung sebelum

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Keluarga klien merasa takut dan khawatir akan kelahiran klien terhadap prosedur invasif saat operasi SC yang akan dilakukan tidak lancar dan takut anaknya klien terjadi

NGKAP KANAN.. Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Uji Coba Tutupan Ijuk dan Karung Goni pada Pengoperasian Bubu Tambun di Perairan Kepulauan Seribu” adalah

Pusat Pengembangan Minat dan Bakat pemuda Tanjung Morawa atau lebih sering kita kenal dengan nama Gelanggang Remaja, merupakan suatu wadah yang memungkinkan

Dalam menyampaikan pesan tentang arti pentingnya dua anak lebih baik yang merupakan anjuran pemerintah demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Wonoharjo, para

4.3 Hambatan-Hambatan yang dihadapi dalam Pemanfaatan software SIPRUS Sebagai Media Penelusuran Informasi di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta

Di dalam form menu utama terdapat menu kelola arsip yang berfungsi untuk mengelola data pegawai dan data surat, pencarian berfungsi dalam pencarian arsip, dan