• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGINTERPRETASI SUATU PERNYATAAN DAN KEMAMPUAN UNTUK MEMBERIKAN ALASAN PADA MATERI LAJU REAKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGINTERPRETASI SUATU PERNYATAAN DAN KEMAMPUAN UNTUK MEMBERIKAN ALASAN PADA MATERI LAJU REAKSI"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGINTERPRETASI SUATU

PERNYATAAN DAN KEMAMPUAN UNTUK MEMBERIKAN ALASAN PADA MATERI LAJU REAKSI

Oleh

ARUM KHALISTA FAEZATY

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGINTERPRETASI SUATU

PERNYATAAN DAN KEMAMPUAN UNTUK MEMBERIKAN ALASAN PADA MATERI LAJU REAKSI

Oleh

Arum Khalista Faezaty

Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan kemampuan untuk memberikan alasan pada materi laju reaksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 2 Gading Rejo yang berjumlah 34 orang, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 siswi perempuan. Penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimen dengan One Group Pretest Posttest Design. Data penelitian ini adalah data keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan data kemampuan untuk memberikan alasan, analisis data menggunakan N-gain.

(3)
(4)
(5)
(6)

iv

` DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran………... 7

B. Pembelajaran Kontruktivisme ... 7

C. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing... 9

D. Keterampilan Berpikir Kritis ... 14

E. Kerangka Pemikiran ... 19

F. Anggapan Dasar ... 21

G. Hipotesis Umum ... 22

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 23

B Jenis dan Sumber Data ... 23

(7)

D. Variabel Penelitian ... 24

E . Instrumen Penelitian ... 24

F. Validitas Instrumen ... 25

G. Pelaksanaan Penelitian ... 25

H. Teknik Analisis Data ... 27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 29

B. Pembahasan ... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... 45

2. RPP ... 54

3. LKS ... 101

4. Soal Pretest dan Posttest ... 137

5. Rubrik Pretest dan Posttest ... 139

6. Data N-gain Keterampilan Menginterpretasi Suatu Pernyataan ... 146

7. Data N-gain Kemampuan untuk Memberikan Alasan ... 148

8. Perhitungan ... 150

9. Lembar Penilaian Afektif ... 152

10. Lembar Kinerja Guru ... 154

(8)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu sains yang memiliki karakteristik yang sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembang-kan berdasardikembang-kan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat perubahan, dinamika dan energitika zat yang melibatkan ketrampilan dan penalaran.

(9)

Saat ini kecakapan berpikir belum dilaksanakan secara optimal oleh para guru di sekolah. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Rofi’udin (2000) yang menemukan bahwa terjadi keluhan tentang rendahnya keterampilan berpikir kritis-kreatif yang di-miliki oleh lulusan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Oleh karena itu, pe-nanganan kecakapan berpikir terutama berpikir tingkat tinggi sangat penting di-integrasikan dalam setiap mata pelajaran. Di samping itu, Bassham dalam Saputra (2011) menyatakan bahwa kebanyakan sekolah cenderung menekankan kemampuan tingkat rendah dalam pembelajarannya. Siswa menyerap informasi secara pasif dan kemudian mengulanginya atau mengingatnya pada saat mengikuti tes. Dengan pem-belajaran seperti ini, siswa tidak memperoleh pengalaman untuk mengembangkan ke-terampilan berpikir kritis, di mana keke-terampilan ini sangat diperlukan untuk meng-hadapi kehidupan dan untuk berhasil dalam kehidupan.

(10)

3

meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecah-annya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Dari dua pendapat tersebut, tampak ada-nya persamaan dalam hal sistematika berpikir yang terada-nyata berproses. Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan atau penilai-an (Achmad, 2005).

Pada penerapannya dalam proses pembelajaran, untuk mencapai keterampilan ber-pikir kritis maka diperlukan pembelajaran yang berfilosofi konstruktivisme. Salah satu model pembelajaran berfilosofi konstruktivisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah model inkuiri terbimbing. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian Redjeki dan Pullaila (2007) yang meneliti model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan penguasaaan dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA Negeri 1 Rambah pada materi suhu dan kalor, jenis pe-nelitian yang digunakan adalah kuasi eksprimen dengan desain pepe-nelitian

Randomized Control Group Pretest-Posttes Design. Dari analisis N-gain

menunjuk-kan bahwa peningkatan penguasaaan suhu dan kalor, bagi siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran laboratorium verifikasi. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Siti (2010) menyimpulkan bahwa praktikum berbasis inkuiri ter-bimbing dalam materi hidrolisis garam dapat dijadikan sebagai pembelajaran yang

mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.

(11)

meng-interpretasi suatu pernyataan dan kemampuan untuk memberikan alasan. Pada sub-indikator menginterpretasi suatu pernyataan, yang dimaksud adalah menyatakan dengan negasi dan dua negasi (sangkalan dan dua sangkalan), menyatakan kondisi yang dibutuhkan dan efisien dari suatu pernyataan. Siswa dapat menggali kemampu-an dalam memberikkemampu-an penykemampu-angkalkemampu-an pada tahap membuat kesimpulkemampu-an. Pada tahap ini, siswa dapat memberikan penyangkalan dari hipotesis yang telah dibuat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis tersebut berdasarkan data yang diperoleh siswa. Karena sebagian besar data percobaan laju reaksi adalah tabel dan grafik, siswa dapat menggali kemampuan menyatakan kondisi yang dibutuhkan dan efisien dengan menginterpretasi tabel atau grafik dan mengkomunikasikannya baik secara lisan maupun tulisan dengan baik berdasarkan data yang diperoleh siswa. Begitu juga pada sub-indikator kemampuan untuk memberikan alasan, siswa dapat mengembang-kan kemampuan memberimengembang-kan alasan pada tahap merumusmengembang-kan hipotesis dan membuat kesimpulan. Pada tahap ini, siswa dapat mengemukakan alasan dari hipotesis yang dibuat serta dari kesimpulan yang dibuat berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan

(12)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi efektif dalam meningkatkan keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan kemampuan untuk memberikan alasan?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan kemampuan untuk memberikan alasan siswa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu :

1. Melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis terutama pada keterampil-an menginterpretasi suatu pernyataketerampil-an dketerampil-an kemampuketerampil-an untuk memberikketerampil-an alasketerampil-an serta memberikan pengalaman baru dalam belajar menggunakan model pembel-ajaran inkuiri terbimbing pada siswa.

(13)

3. Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penelitian yang berbeda-beda terhadap istilah yang digunakan, maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 2 Gading Rejo, TP 2012/2013.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektiv meningkatkan hasil bel-ajar siswa apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai ≥ 60 dalam peningkatan hasil belajar (kognitif) dan pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar (kognitif) siswa apabila hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (N-gain yang signifikan).

3. Model inkuiri terbimbing yang digunakan pada penelitian ini adalah model inkuiri terbimbing menurut Gulo (Trianto, 2010) yang terdiri dari tahap-tahap, yaitu: (1)

mengajukan pertanyaan atau permasalahan, (2) merumuskan hipotesis, (3) me-ngumpulkan data, (4) analisis data, dan (5) membuat kesimpulan.

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan (Satria, 2005).

Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) yang menyatakan bahwa pem-belajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai ≥ 60 dalam peningkatan hasil belajar (kognitif) dan

pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar (kognitif) siswa apabila hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (N-gain yang signifikan).

B. Pembelajaran Kontruktivisme

(15)

Glaserfeld dalam Battencourt, 1989) dan Matthews dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001). Menurut filsafat kontruktivisme, pengetahuan ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari seseorang (guru) kepada orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus meng-artikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-peng-alaman mereka atau konstruksi yang telah mereka miliki sebelumnya (Lorsbach & Tobin dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu, 2001).

Inkuiri terbimbing adalah salah satu model pembelajaran yang berlandaskan pada filsafat kontruktivisme. Dalam inkuiri terbimbing hubungan guru dan murid adalah sebagai mitra yang bersama-sama membangun pengetahuan. Artinya bahwa murid harus aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya dan guru membantu agar pencarian tersebut berjalan dengan baik (Suparno, 1996).

Menurut Von Glaserfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu membangun pengetahuannya maka diperlukan :

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalam-an. Kemampuan ini sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan dan mengambil keputusan me-ngenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum (merapat-kan) dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan per-bedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi penge-tahuannya.

(16)

9

Prinsip-prinsip kontruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa, (3) mengajar adalah membantu siswa belajar, (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada hasil akhir,(5) kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan (6) guru ada-lah fasilitator.

C.Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris Inquiry yang dapat diartikan sebagai proses ber-tanya dan mencari tahu jawaban terhadap perber-tanyaan ilmiah yang diajukannya. Per-tanyaan ilmiah yang dimaksud adalah perPer-tanyaan yang mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan (Suyanti, 2010)

(17)

Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pembelajaran inquiri dimulai ketika pertanyaan atau per-masalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis. 2. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru mem-bimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru mem-bimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.

4. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inquiri yang telah dilakukannya.

5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inquiri adalah membuat kesimpulan ber-dasarkan data yang diperoleh siswa.

(18)

11

terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam me-lakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berfikir lambat atau siswa yang mem-punyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang di-laksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli ke-giatan. Oleh sebab itu, guru harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus.

Dengan desain pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep dan berpikir kritis terhadap siswa. Keterampilan berpikir sangat dibutuhkan, menurut Winocur dalam Costa (1985) menyatakan bahwa kemajuan zaman telah memberi manfaat yang positif juga menimbulkan dampak negatif dan berimbas pada lingkung-an global. Pemecahlingkung-an ylingkung-ang kompleks ini memerluklingkung-an keterampillingkung-an berpikir ylingkung-ang berkualitas, termasuk keterampilan berpikir kritis.

(19)
[image:19.612.112.527.177.558.2]

pem-belajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh Gulo dalam Trianto (2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 1 Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Guru membimbing siswa meng-identifikasi masalah. Guru mem-bagi siswa dalam kelompok

Siswa

meng-identifikasi masalah dan siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing. 2. Membuat

hipotesis

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipotesis. Guru membimbing siswa dalam me-nentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan mem-prioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

Siswa memberikan pendapat dan me-nentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan.

3. Mengumpulkan data

Guru membimbing siswa men-dapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literatur

Siswa melakukan percobaan maupun telaah literatur untuk mendapatkan data-data atau informasi 4. Menganalisis

data

Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyam-paikan hasil pengolahan data yang terkumpul

Siswa mengumpul-kan dan meng-analisis data serta menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul 5. Membuat

kesimpulan

Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

Siswa membuat ke-simpulan

Menurut Roestiyah (1998), inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

(20)

13

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses bel-ajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, ber-sikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inquiry antara lain:

1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep.

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan

pertanyaan-pertanyaan.

Adapun menurut Prambudi (2010) yang menyatakan bahwa pada pembelajaran inkuiri memiliki kelemahan yang pasti dihadapi pada proses pembelajaran baik secara konsep maupun teknis, kelemahan pembelajaran inkuri yaitu :

1. Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

2. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementa-sikan oleh setiap guru.

Kelemahan inquiry dapat diatasi dengan cara:

1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa ter-dorong mengajukan dugaan awal

(21)

D. Keterampilan Berpikir Kritis

Menurut kamus Webster’s dalam Amri (2010) menyatakan, “Kritis” (critical) adalah

“Menerapkan atau mempraktikan penilaian yang teliti dan obyektif” sehingga “ber -pikir kritis” dapat diartikan sebagai ber-pikir yang membutuhkan kecermatan dalam

membuat keputusan. Pengertian yang lain diberikan oleh Suryanti dalam Amri (2010) yaitu: berpikir kritis merupakan proses yang bertujuan untuk membuat ke-putusan yang masuk akal mengenai apa yang kita percayai dan apa yang kita kerja-kan. Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi. Sugiarto dalam Amri (2010) mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi ke dalam empat kelompok yang meliputi pemecahan masalah (problem

solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kritis (critical thinking),

dan berpikir kreatif (creative thinking). Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan karena dalam kehidupan di masyarakat, manusia selalu dihadapkan pada permasalah-an ypermasalah-ang memerlukpermasalah-an pemecahpermasalah-an. Untuk memecahkpermasalah-an suatu permasalahpermasalah-an tertentu diperlukan data-data agar dapat dibuat keputusan yang logis, dan untuk membuat suatu keputusan yang tepat, diperlukan kemampuan kritis yang baik. Ennis (1985) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus di-percaya atau dilakukan.

(22)

15

[image:22.612.116.503.514.689.2]

menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan. Per-nyataan di atas didukung oleh Amri dan Ahmadi (2010) dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiarto dalam Amri (2010), bahwa berpikir kritis merupa-kan berpikir disiplin yang dikendalimerupa-kan oleh kesadaran. Cara berpikir ini merupamerupa-kan cara berpikir yang terarah, terencana, mengikuti alur logis sesuai dengan fakta yang diketahui. Berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan dengan cara meng-ingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi mengintegrasikan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dimiliki. Terdapat enam komponen/unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1985) yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada tabel 2.

Tabel 2. Unsur-Unsur Kemampuan Berpikir Kritis

No Unsur Keterangan

1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin

utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhir-nya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertaakhir-nyaan, atau permasalahan tersebut.

2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai

(23)

diajukan harus dapat mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelum mem-buat keputusan akhir.

3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah

hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung ke-simpulan

4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi

oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial).

5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat,

diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain me-mahami apa yang diungkapkan

6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang telah

kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan.

Langholz & Smaldino dalam Gelven & Stewart (2001) menyatakan bahwa berpikir kritis tidak dapat dikembangkan dalam waktu yang singkat. Diperlukan pembelajaran yang secara berkesinambungan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Potts & Bonnie (1994) mengungkapkan beberapa tanda pengajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis antara lain:

a. Meningkatkan interaksi antar siswa saat belajar. Belajar dalam kelompok dapat membantu meningkatkan interaksi antar anggota.

b. Mengajukan pertanyaan terbuka, yang tidak membutuhkan satu jawaban benar. Rustaman (2005) menyatakan bahwa menggunakan pertanyaan yang efektif berarti mendorong siswa berpikir dan bernalar, sehingga belajar menjadi berpusat pada diri siswa.

(24)

17

Hassoubah (2004), menyatakan bahwa salah satu cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah melalui diskusi, karena dengan diskusi, kita dapat mengungkap argumen, mendengarkan argumen orang lain dan mengevalusi argumen, ini semua merupakan proses berpikir kritis. Selanjutnya Zohar & Dori (1994) menyatakan bahwa siswa yang sebelumnya tidak pernah berpartisipasi dalam diskusi, secara suka rela mengangkat tangan pada kelas diskusi saat kegiatan belajar Teaching Critical and Scientific Thinking (TCS Project) berlangsung.

Menurut Ennis (1985) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang di-kelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok ke-terampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary cla-rification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan

(inter-ference), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan

[image:24.612.126.529.514.704.2]

taktik (strategy and tactics).

Tabel 3. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis

No Kelompok Indikator Sub Indikator

1 Memberikan penjelasan sederhana Memfokuskan pertanyaan

a. Mengidentifikasi atau merumus-kan sebuah pertanyaan

b. Mengidentifikasi atau merumus-kan kriteria untuk memper-timbangkan jawaban yang mungkin

c. Menjaga kondisi berpikir Menganalisis

argumen

a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi

kalimat-kalimat pertanyaan c. Mengidentifikasi

(25)

d. Mengidentifikasi dan menangani ketidaktepatan

e. Melihat struktur dari suatu argumen

f. Membuat ringkasan Bertanya dan

men-jawab pertanyaan

a. Menyebutkan contoh

b. Mengapa? Apa ide utamamu? Apa yang anda maksud..? Apa yang membuat perbedaan....?

2 Membangun keterampilan dasar Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

a. Mempertimbangkan keahlian b. Mempertimbangkan

kemenarik-an konflik

c. Mempertimbangkan kesesuaian sumber

d. Mempertimbangkan reputasi e. Mempertimbangkan penggunaan

prosedur yang tepat

f. Mempertimbangkan resiko untuk reputasi

g. Kemampuan untuk memberikan alasan

h. Kebiasaan berhati-hati.

Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi

a. Melibatkan sedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan.

c. Melaporkan hasil observasi d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti yang

benar

f. Menggunakan akses yang baik g. Menggunakan teknologi

h. Mempertanggungjawaban hasil observasi.

3 Menyimpulkan

Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

a. Siklus logika-Euler b. Mengkondisikan logika c. Menginterpretasi suatu

pernyataan Menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

a. Mengemukakan hal yang umum b. Mengemukakan kesimpulan dan

(26)

19

E. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran inkuiri terbimbing, adalah pembelajaran yang mana siswa diberikan kesempatan untuk menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri,

Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan sesuai latar belakang fakta-fakta

b. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat

c. Menerapkan konsep yang dapat diterima

d. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan masalah. 4 Memberikan penjelasan lanjut Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi

a. Membuat bentuk definisi (sinonim, klasifikasi, rentang ekivalen, rasional, contoh, bukan contoh)

b. Strategi membuat definisi c. Membuat isi definisi. Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

a. Penjelasan bukan pernyataan b. Mengkonstruksi argumen

5 Mengatur strategi dan taktik Menentukan suatu tindakan

a. Mengungkap masalah b. Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi yang mungkin

c. Merumuskan solusi alternatif d. Menentukan tindakan sementara e. Mengulang kembali

f. Mengamati penerapannya

Berinteraksi denganorang lain

a. Menggunakan argumen b. Menggunakan strategi logika c. Menggunakan strategi retorika d. Menunjukkan posisi, orasi, atau

(27)

sedangkan topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh guru. Pembel-ajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5 tahap. Tahap pertama yaitu tahap mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Pada tahap ini guru memberikan permasalahan agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Tahap kedua yaitu tahap merumuskan hipotesis. Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan hipotesis secara bebas dari permasalahan yang diberikan ber-dasarkan pengetahuan awal mereka. Tahap ketiga yaitu tahap mengumpulkan data. Pada tahap ini, guru membimbing siswa untuk mengumpulkan data yang dapat di-peroleh dari melakukan percobaan atau telaah literatur. Pada tahap ini siswa diharap-kan mampu mengumpuldiharap-kan data semaksimal mungkin untuk mendukung jawaban hipotesis yang dituliskan.

(28)

21

upaya mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, sampai pada akhirnya kemampuan mereka berkembang secara utuh.

Dalam proses pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa diajak mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Sehingga guru dapat melatihkan ke-terampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan kemampuan untuk memberikan alasan kepada siswa sebagai salah satu komponen dalam keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis dimaksudkan untuk melatih dan mengembangkan ke-terampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga kan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembang-kan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.

Dengan berpikir apabila pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan pada pembel-ajaran kimia di kelas diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis khususnya keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan kemampuan untuk memberikan alasan.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Tingkat keluasan dan kedalaman materi yang diajarkan sama

(29)

pokok laju reaksi siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 2 Gading Rejo TP 2012-2013 pada subjek penelitian diusahakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan. 3. Perbedaan keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan kemampuan

untuk memberikan alasan siswa semata-mata karena perlakuan dalam proses pembelajaran.

G. Hipotesis Umum

(30)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA2 SMA Negeri 2 Gading Rejo TP 2012/2013 yang berjumlah 34 siswa.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterap-kan (posttest) kepada siswa. Sedangditerap-kan sumber data adalah siswa kelas XI IPA2.

C. Metode dan Desain Penelitian

(31)
[image:31.612.110.404.103.243.2]

Tabel 4 Desain Penelitian

Pretes Perlakuan Postes

O1 X O2

Keterangan:

O1 : nilai pretest sebelum perlakuan O2 : nilai posttest setelah perlakuan

X : perlakuan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Sebagai variabel terikat adalah hasil belajar siswa pada keterampilan menginterpretasi suatu pernyataan dan kemampuan untuk memberikan alasan materi laju reaksi siswa kelas XI IPA2 SMAN 2 Gading Rejo.

E. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah :

a. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

(32)

25

d. Lembar aktivitas siswa, yaitu lembar pengamatan terhadap aktivitas siswa yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran.

e. Lembar observasi kinerja guru.

F. Validitas instrumen

Validitas pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuai-an kesesuai-antara instrumen dengkesesuai-an rkesesuai-anah atau domain ykesesuai-ang diukur. Pengujikesesuai-an kevalidkesesuai-an isi pada penelitian ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilaku-kan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu ter-dapat kesesuaian, maka ter-dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk diguna-kan dalam mengumpuldiguna-kan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing untuk memvalidasinya.

G. Pelaksaan Penelitian

1) Tahap prapenelitian

a. Membuat surat izin pendahuluan penelitian ke sekolah.

(33)

c. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang ke-adaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan sarana prasarana di sekolah. d. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian yaitu kelas XI IPA2. e. Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai

dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi laju reaksi.

f. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan model pembe-lajaran inkuiri terbimbing dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi laju reaksi.

g. Membuat soal pretest dan posttest.

2) Tahap penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan LKS.

b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran.

Adapun pelaksanaan proses pembelajaran adalah: 1) Melakukan pretest pada subjek penelitian.

2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi laju reaksi sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan, pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing

(34)

27

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan dibawah ini :

Bagan Alur Penelitian

H.Teknik analisis data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

1. Nilai akhir

Nilai akhir pretest atau postest dirumuskan sebagai berikut: Observasi Penentuan populasi dan

sampel

Penyusunan instrumen

Pretest

Treatment (pem-belajaran inkuiri terbimbing)

Posttest Analisis data

(35)

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung N-gain.

2. Gain ternormalisasi

N-gain merupakan perbandingan antara selisih skor pretest dan skor posttest dengan selisih skor maksimum dan skor pretest. N-gain digunakan untuk mengukur

efektivitas suatu pembelajaran.

Hake (2002) mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut gain ternormalisasi (normalize gain). N-Gain dirumuskan sebagai berikut:

[image:35.612.147.494.500.561.2]

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi N-gain ternormalisasi seperti terdapat pada tabel berikut :

Tabel 5 Klasifikasi N-gain ( g )

Besarnya g Interpretasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

(36)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam pene- litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing efektif dalam meningkatkan ke-terampilan menginterpretasi suatu pernyataan dalam kategori sedang. 2. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing efektif dalam meningkatkan

ke-mampuan untuk memberikan alasan siswa dalam kategori sedang.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang juga tertarik untuk menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing, hendaknya lebih mengoptimalkan persiapan yang

diperlu-kan pada tiap tahap dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta. PT Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Arnyana, I. 2006. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif pada Pelajaran Biologi terhadap Kemampuan Berpikir Krtis-Kreatif Siswa (Jurnal pendidikan dan pengajaran). IKIP Negeri Singaraja. Bali.

Depdiknas. 2003. Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Diawati, C. 2008. Current Issue On Research And Teaching In Science Education. PROCEEDINGS The 2nd International Seminar On Science Education. UPI . Bandung

Ennis, R. 1985. Critical Thinking. Prentice Hall, Inc. New Jersey.

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Inkuiri. Diakses 10 Desember 2011 dari

http://herfis.blogspot.com/2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html

Lestari, T. 2010. Pembelajaran Kimia Dengan Inkuiri Terbimbing Melalui Metode Eksperimen Dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal. Skripsi. Diakses 19 Januari 2012 dari http://trilestarisman1kbm.

blogspot.com/2010/02/pembelajaran-kimia-dengan-inkuiri.html.

(38)

Piiatama, F.Y. 2011. Analisis Data. Diakses 23 Oktober 2012 dari http://farizyieezpiiatama.wordpress.com

Pulallaila, A. dan Sri Redjeki. 2007. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Penguasaaan Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sma Pada Materi Suhu Dan Kalor. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. UPI. Bandung

Prambudi, Shoim. 2010. Bisik-bisik Tetangga Strategi Pembelajaran Inkuiri. Diakses 17 Januari 2012 dari http://shoimprambudi.wordpress.com/.

Purba, M. 2006. KIMIA SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Rofi’udin, A. 2000. Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif Untuk Siswa Sekolah Dasar .Majalah Bahasa dan Seni.

Saputra, A. 2012. Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Sidi, I. 2003. Menuju Masyarakat Belajar Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Logos Wacana Ilmu. Ciputat.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.

(39)

Gambar

Tabel  1 Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Tabel 2. Unsur-Unsur Kemampuan Berpikir Kritis
Tabel 3. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis
Tabel  4 Desain Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilaksanakannya tahapan evaluasi penawaran sampai dengan evaluasi kualifikasi oleh Pokja Barang Unit Layanan Pengadaan Kab. Aru untuk paket pekerjaan

Perseroan dengan ini memberikan kuasa penuh yang tidak dapat ditarik kembali kepada Wali Amanat dengan hak subtitusi untuk mewakili Perseroan dan bertindak untuk dan atas nama

The survey result shows that the majority of e- learning system from public and private universities in Indonesia use open source which is integrated to

Kromosfer adalah lapisan terbawah dari atmosfer Matahari dan mengeluarkan cahaya merah lemah. Cahayanya berbentuk gelang merah dari gas-gas hidrogen. Apabila terjadi

Sedangkan tanggung jawab perdata atas pemberitaan yang tidak benar yang dilakukan oleh media cetak adalah perbuatan melawan hukum yang di atur dalam Pasal

operasi pengurangan matriks. 6 mengalikan skalar dengan matriks. Matriks-matriks berukuran berbeda tidak bisa ditambahkan atau dikurangkan. Jika A adalah sembarang matriks dan

umum yang dilakukan adalah membuat fungsi basis dapat beradaptasi dengan data pembelajaran, dan menetapkan data pembelajaran tersebut sebagai pusat fungsi basis. Selanjutnya,

224/MP/1961, dan berjanji pula bahwa saya akan menghindarkan diri dari perbuatan tercela baik sebagai pegawai/Pelajar maupun sebagai anggota masyarakat (misalnya