• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Pasien Penderita Leukorea Di RSUP. H. ADAM MALIK, Medan Pada Tahun 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Pasien Penderita Leukorea Di RSUP. H. ADAM MALIK, Medan Pada Tahun 2012."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PASIEN PENDERITA LEUKOREA DI RSUP. H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2012.

Oleh:

TANISRAAJ KANATASAY 100100412

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PASIEN PENDERITA LEUKOREA DI RSUP. H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2012.

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

TANISRAAJ KANATASAY 100100412

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Karakteristik Pasien Penderita Leukorea Di RSUP. H. Adam Malik, Medan Pada Tahun 2012

Nama : Tanisraaj Kanatasay NIM : 100100412

Pembimbing, Penguji I,

__________________________________________________________________

Muhammad Rusda, M.Ked (OG), Dr. dr. Putri C. Eyanoer, dr.Sp.OG (K) MS. Epi, Ph.D

NIP: 196805202002121002 NIP: 197209011999032001

Penguji II,

dr. Yetty Machrina M.Kes NIP: 197903242003122002

Medan, 11 Januari 2014

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan kasih kurniaNya yang telah memelihara dan memampukan penulis untuk dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Banyak sekali hambatan yang dialami, dengan dorongan, bimbingan dan arahan dari beberapa pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Gontar A. Siregar, Sp. PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. Ketua Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp. PD. SpJP(K) atas persetujuan komisi etik yang telah diberikan.

3. Muhammad Rusda, M.Ked (OG), dr.Sp.OG (K), selaku dosen

pembimbing yang telah memberi bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

4. Dr. dr. Putri C. Eyanoer, MS. Epi, Ph.D dan dr. Yetty Machrina M.Kes, selaku dosen penguji yang telah memberi tanggapan dan bimbingan sewaktu seminar proposal penelitian.

5. Orang tua penulis yang membantu memberikan dukungan moral dan materi.

(5)

Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Demikian dan terima kasih.

06 Desember 2013 Penulis,

(TANISRAAJ KANATASAY)

(6)

ABSTRAK

Latar Belakang: Leukorea dapat menyerang wanita mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat pendidikan,ekonomi, dan sosial budaya, sedangkan kasus ini lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah. Namun tidak banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat karakteristik pasien penderita leukorea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien penderita leukorea.

Metode: Penelitian bersifat deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan metode total sampling. Data meliputi umur, tingkat pendidikan, sosio ekonomi pasien dan pemakaian alat kontrasepsi pada pasien.

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien (46.4%) berusia 26-45 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, banyak pasien (51.8%) memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu, 47.3% mempunyai sosio ekonomi yang rendah dan 86.6% tidak memiliki riwayat pemakaian alat kontrasepsi.

Diskusi: Penelitian yang lebih lanjut disarankan dengan membuat perbandingan kedua waktu periode yang berbeda dan juga mencari faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi leukorea.

(7)

ABSTRACT

Background: Leucorrhea may strike a woman from a young age, the reproductive healthy and old-age and does not recognize the educational level, economy and socio-culture, meanwhile, the case is much found in women with the low educational level and socioeconomic. But not much research conducted to see characteristic of patients with leucorrhea .This research is aimed at knowing the characteristics of patients with leucorrhea.

Methods: The research is descriptive statistics study. The data collection conducted with a total sampling which including age, the level of education, socio-economic of patient and usage of contraceptives by patient.

Results: The research shows that a majority of patients (46.4 %) was 26-45 years. Based on educational level, many patients (51.8 %) having a low education level. Besides, 47.3% have low socio-economic level and 86.6% having no acts using contraceptive.

Discussion: Further research suggested by making comparisons of two distinct period of time and also looks for other factors that might affect leucorrhea.

Keywords: leucorrhea, age, educational level, socio-economy, usage of contraceptive

(8)
(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian……….. 18

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………... 18

5.1.2. Distribusi Frekuensi Umur, Tingkat……. 19

Pendidikan, Sosio Ekonomi, Pemakaian Alat Kontrasepsi 5.2. Pembahasan……… 21

5.2.1. Gambaran Distribusi Frekuensi Umur….. 21

5.2.2. Gambaran Distribusi Frekuensi Tingkat… 22 Pendidikan 5.2.3. Gambaran Distribusi Frekuensi Sosio….. 23

(10)

LAMPIRAN……….. 28

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Pasien 19 Penderita Leukorea

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan 19 Pasien Penderita Leukorea

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sosio Ekonomi 20 Pasien Penderita Leukorea

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pemakaian Alat

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 14

Gambar 5.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Umur 21 Pasien Penderita Leukorea

Gambar 5.2 Gambaran Distribusi Frekuensi Tingkat 22 Pendidikan Pasien Penderita Leukorea

Gambar 5.3 Gambaran Distribusi Frekuensi Sosio 23 Ekonomi Pasien Penderita Leukorea

Gambar 5.4 Gambaran Distribusi Frekuensi Pemakaian 24 Alat Kontrasepsi pada Pasien Penderita

(12)

ABSTRAK

Latar Belakang: Leukorea dapat menyerang wanita mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat pendidikan,ekonomi, dan sosial budaya, sedangkan kasus ini lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah. Namun tidak banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat karakteristik pasien penderita leukorea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien penderita leukorea.

Metode: Penelitian bersifat deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan metode total sampling. Data meliputi umur, tingkat pendidikan, sosio ekonomi pasien dan pemakaian alat kontrasepsi pada pasien.

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien (46.4%) berusia 26-45 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, banyak pasien (51.8%) memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu, 47.3% mempunyai sosio ekonomi yang rendah dan 86.6% tidak memiliki riwayat pemakaian alat kontrasepsi.

Diskusi: Penelitian yang lebih lanjut disarankan dengan membuat perbandingan kedua waktu periode yang berbeda dan juga mencari faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi leukorea.

(13)

ABSTRACT

Background: Leucorrhea may strike a woman from a young age, the reproductive healthy and old-age and does not recognize the educational level, economy and socio-culture, meanwhile, the case is much found in women with the low educational level and socioeconomic. But not much research conducted to see characteristic of patients with leucorrhea .This research is aimed at knowing the characteristics of patients with leucorrhea.

Methods: The research is descriptive statistics study. The data collection conducted with a total sampling which including age, the level of education, socio-economic of patient and usage of contraceptives by patient.

Results: The research shows that a majority of patients (46.4 %) was 26-45 years. Based on educational level, many patients (51.8 %) having a low education level. Besides, 47.3% have low socio-economic level and 86.6% having no acts using contraceptive.

Discussion: Further research suggested by making comparisons of two distinct period of time and also looks for other factors that might affect leucorrhea.

Keywords: leucorrhea, age, educational level, socio-economy, usage of contraceptive

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak merupakan darah (Sarwono, 2005). Sebagian wanita menganggap cairan yang keluar dari vagina masalah biasa, ada juga yang menganggap masalah keputihan mengganggu aktivitas sehari-hari (Cunningham, Gary, dkk. 2005).

Menurut Kasdu (2008) ada Fluor albus yang patologis dan ada yang fisiologis. Sembilan puluh lima persentase kasus kanker leher rahim pada wanita indonesia ditandai dengan keputihan (Yeni, 2008).

Menurut data Internasional 75% wanita minimal pernah mengalami candidiasis atau keputihan satu kali dalam kehidupannya. Laporan Depkes RI (1988-1989) menunjukkan bahwa prevalensi infeksi vagina yang dialami wanita disebabkan oleh bakteri vaginitis 38%, tricomonas 3,7% dan candidiasis 52.8%.

Penelitian secara epidemiologi, leukorea patologis dapat menyerang wanita mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah.

(15)

dalam setiap 2 minggu. Dengan latar belakang demikian, peneliti ingin mengkaji karakteristik pasien penderita leukorea di RSUP. H. Adam Malik.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Dengan memperhatikan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Terdapat variasi karakteristik penderita leukorea di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2012.

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. TUJUAN UMUM

Mengetahui karakteristik pasien penderita leukorea di RSUP. H. Adam Malik.

1.3.2. TUJUAN KHUSUS

1. Mengetahui distribusi frekuensi umur berdasarkan kejadian leukorea. 2. Mengetahui tingkat pendidikan pasienyang menderita leukorea. 3. Mengetahui sosio ekonomi pasienyang menderita leukorea.

4. Mengetahui pemakaian alat kontrasepsi pada pasien yang menderita leukorea.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:

1. Bagi Masyarakat: Sebagai bahan informasi tentang keluhan keputihan. 2. Bagi petugas: Dapat merencanakan suatu promkes untuk menindaklanjuti

segala hal yang berkaitan dengan keputihan.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI

Keputihan (leukorea, fluor albus) merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik (normal) dan ada yang patologik (tidak normal). Keputihan tidak merupakan penyakit melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita (Mansjoer, 2001).

Pada umumnya, orang menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005).

2.2. ETIOLOGI

2.2.1. Menurut Ababa (2003), penyebab paling sering dari keputihan tidak normal adalah infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena infeksi adalah vulva, vagina, leher rahim, dan rongga rahim. Infeksi ini dapat disebabkan oleh:

2.2.1.a. Bakteri (kuman)

(17)

b) Chlamydia trachomatis: Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit gonore.

c) Gardnerella vaginalis: Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putih keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas pada vagina.

2.2.1.b. Jamur Candida: Keputihan (fluor albus) dapat juga terjadi oleh karena penderita atau suaminya kukunya terinfeksi kandida. Dengan demikian ada hubungan timbal balik antara vulvo-vaginitis yang menyebabkan fluor albus dengan infeksi pada kuku. Disamping itu dari penelitian M. Nasution, dkk pada tahun 2002, wanita dengan simptom keputihan lebih banyak dijumpai pada wanita yang suaminya tidak disirkumsisi. Jadi berarti bahwa pasangan seksualnya itu sebagai pembawa candida. Bila jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidiasis vaginalis.

2.2.1.c. Parasit: Trichomonas vaginalis, parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikomoniasis.

2.2.1.d. Virus: Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes Simplex (VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV).

2.2.2. Penyebab lain keputihan selain infeksi (Katharini, 2009) antara lain : 2.2.2.a. Benda asing dalam vagina

(18)

2.2.2.b. Penyakit organ kandungan

Keputihan juga dapat timbul jika ada penyakit di organ kandungan, misalnya peradangan, tumor ataupun kanker.

2.2.2.c. Penyakit menahun atau kelelahan kronis

Kelelahan, anemia (kurang darah), sakit yang telah berlangsung lama, perasaan cemas, kurang gizi, usia lanjut,terlalu lama berdiri di lingkungan yang panas, peranakan turun (prolaps uteri) dan dorongan seks tidak terpuaskan dapat juga menimbulkan keputihan. Keputihan juga berhubungan dengan keadaan lain seperti penyakit kencing manis (diabetes mellitus), kehamilan, memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen–progesteron seperti pil KB atau memakai obat steroid jangka panjang.

2.2.2.d. Gangguan keseimbangan hormon

Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina, kehidupan Lactobacilli doderleins dan proliferasi (ketebalan) sel epitel skuamosa vagina sehingga membrane mukosa vagina membentuk barier terhadap invasi bakteri. Dengan demikian tidak mudah terkena infeksi.

2.2.2.e. Fistel di vagina

Terbentuknya fistel (saluran patologis) yang menghubungkan vagina dengan kandung kemih atau usus, bisa terjadi akibat cacat bawaan, cedera persalinan, kanker atau akibat penyinaran pada pengobatan kanker serviks.(Ramayanti,2004)

2.3. KLASIFIKASI

2.3.1. Keputihan Fisiologis

(19)

hari, karena pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin, saat menars, karena pengaruh estrogen dan biasanya akan hilang dengan sendirinya, rangsangan seksual sebelum dan pada waktu koitus akibat transudasi dinding vagina, saat ovulasi, berasal dari sekret kelenjar serviks uteri yang menjadi lebih encer, saat kehamilan, mood (perasaan hati), stress, saat pemakaian kontrasepsi hormonal, pembilasan vagina secara rutin.

Pada keadaan normal, cairan yang keluar dari vagina wanita dewasa sebelum menopause terdiri dari epitel vagina, cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama laktobasilus doderlein. Basil doderlein mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga suasana vagina dengan menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis karena basil doderlein mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari epitel vagina yang terlepas menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap dalam keadaan asam dengan pH 3,0 ± 4,5 pada wanita dalam masa reproduksi. Suasana asam inilah yang mencegah tumbuhnya mikroorganisme patologis. Apabila terjadi suatu ketidakseimbangan suasana flora vagina yang disebabkan oleh beberapa faktor maka terjadi penurunan fungsi basil doderlein dengan berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi proteksi basil doderlein berkurang maka terjadi aktivitas dari mikroorganisme patologis yang selama ini ditekan oleh flora normal vagina. Progresivitas mikroorganisme patologis secara kinis akan memberikan suatu reaksi inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja membantu fungsi dari basil doderlein sehingga terjadi pengeluaran lekosit PMN maka terjadilah leukorea.

2.3.2. Keputihan Patologis

(20)

disebabkan oleh spesies kandida, cairan yang keluar dari vagina biasanya kental, berwarna putih susu, dan sering disertai rasa gatal, vagina tampak kemerahan akibat peradangan. Etiologi terbanyak leukorea karena parasit biasanya disebabkan trikomonas vaginalis. Cara penularan penyakit ini melalui senggama, walaupun jarang dapat juga ditularkan melalui perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset. Cairan yang keluar dari vagina biasanya banyak, berbuih, menyerupai air sabun dan berbau. Leukorea oleh parasit ini tidak selalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan dan timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih bila berkemih. Leukorea akibat infeksi virus sering disebabkan oleh kondiloma akuminata dan herpes simpleks tipe 2. Cairan di vagina sering berbau, tanpa rasa gatal.

Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai pada waktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita dengan prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran cairan vagina yang berlebihan. Jika rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal yang berada di dalam vagina sehingga timbul keputihan.

(21)

ini memudahkan terjadinya infeksi karena tipisnya lapisan sel epitel sehingga mudah menimbulkan luka dan akibatnya timbul leukorea.

Pada masa reproduksi wanita, umumnya epitel kolumnar endoserviks lebih keluar ke arah porsio sehingga tampak bagian merah mengelilingi ostium uteri internum. Bila daerah merah ini terkelupas akan memudahkan terjadinya infeksi penyerta dari flora normal di vagina sehingga timbul leukorea. Selain itu, meningkatnya produksi duh vagina pada wanita hamil dapat mengalami leukorea patologis, selama belum terjadi persalinan dan selaput ketuban masih utuh, dimana janin masih terlindungi oleh selaput ketuban dan air ketuban yang steril, umumnya tidak ada efek langsung infeksi vagina yang menyebabkan terjadinya keputihan pada janin. Namun bila saat persalinan masih terdapat infeksi, maka dampak keputihan yang terjadi tergantung penyebabnya, dimana bayi akan terkontak dengan penyebab keputihan tersebut. (Greer, IA,2003)

2.4. DIAGNOSIS 2.4.1. Anamnesis

1. Sejak kapan mengalami keputihan.

2. Bagaimana konsistensi, warna, bau, jumlah dari keputihannya. 3. Riwayat penyakit sebelumnya.

4. Riwayat penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid.

5. Riwayat penggunaan bahan-bahan kimia dalam membersihkan alat genialia 6. Higienis alat genitalia

2.4.2. Pemeriksaan Fisis- Pemeriksaan fisis harus dapat diarahkan diagnosis apabila dijumpai:

1. Inspeksi : kekentalan, bau dan warna leukore 2. Warna kuning kehijauan berbusa:parasit 3. Warna kuning, kental : GO

(22)

5. Warna merah muda : bakteri non spesifik 6. Palpasi : pada kelenjar bartolini

2.4.3. Pemeriksaan ginekologi

• Pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10% • Kultur

2.5. DIAGNOSIS BANDING • Kanker Serviks

Kanker serviks adalah kanker leher rahim / kanker mulut rahim tumor ganas yang tumbuhdi dalam serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak Vagina) yang di sebabkan oleh virus Human Papiloma Virus (HPV).

• Infeksi Klamidia

Klamidia adalah penyakit menular seksual yang sangat umum yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, yang dapat merusak organ reproduksi wanita. Meskipun gejala klamidia biasanya ringan atau tidak ada, komplikasi serius dapat menyebabkan kerusakan ireversibel, termasuk infertilitas. Klamidia dapat ditularkan selama hubungan seks vaginal, anal, atau oral. Klamidia juga dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya saat melahirkan per vaginal. Wanita yang memiliki gejala mungkin memiliki keputihan abnormal atau rasa terbakar saat buang air kecil.

• Vaginitis atrofik

(23)

terapi radiasi, atau bahkan setelah melahirkan terutama pada wanita menyusui. Kurangnya estrogen menyebabkan jaringan vagina mengering dan menipis dan juga dapat menyebabkan bercak.

•Gonorrhea

Gonore (gonorrhea) adalah sebuah penyakit menular seksual umum yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae, bakteri yang dapat tumbuh dan berkembang biak dengan mudah di daerah yang hangat lembab saluran reproduksi, termasuk serviks, uterus, dan tuba falopi pada wanita, dan pada uretra pada wanita dan pria. Bakteri ini juga dapat tumbuh di mulut, tenggorokan, mata, dan anus.

Gonore ditularkan melalui kontak dengan penis, vagina, mulut, atau anus. Ejakulasi tidak harus terjadi untuk penularan gonore. Gonore juga dapat menyebar dari ibu ke bayi saat melahirkan.Bila ada, gejala dan tanda pada wanita termasuk sensasi nyeri atau terbakar saat buang air kecil, keputihan, atau perdarahan vagina antara menstruasi.(Nasution,2005)

2.6. PENATALAKSANAAN

Obat obatan untuk keputihan Patologis : 1.Antiseptik : Povidone Iodin

Sediaan ini berbentuk larutan 10% povidon iodin dan ada yang diperlengkapi dengan alat douche-nya sebagai aplikator larutan ini. Selain sebagai anti infeksi yang disebabkan jamur Kandida, Trikomonas, bakteri atau infeksi campuran, juga sebagai pembersih. Tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan menyusui. Bila terjadi iritasi atau sensitif pemakaian harus dihentikan.

2.Antibiotik

(24)

Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1%dioleskan 2 kali sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg digunakansekali sehari pada malam hari selama 7 hari atau tablet vagina; 500 mg, dosis tunggal.

Tinidazole: Tinidazole adalah obat antiparasit yang digunakan untuk membrantas infeksiProtozoa, Amuba.Efek samping obat ini sama seperti Metronidazole tetapi dengan kelebihan tidak perlu minum dengan waktu yang panjang sehingga mengurangi efek sampingnya.Tinidazole sebagai preparat vaginal digunakan untuk infeksi Trichomonas. Biasadikombinasi dengan Nystatin sebagai anti jamurnya. Bentuk sediaan yang ada adalah vaginal tablet.

Metronidazole: Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12 jam x 2 atau 250 mg3xsehari selama 5-7 hari) untuk infeksibTrichomonas vaginalis.Diberikan 500 mg 2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara mitraseksual.Untuk infeksi Gardnerella vaginalis. Efek samping adalah mual kadang kadang muntah, rasa seperti logam dan intoleransi terhadap alkohol.Metronidazol tidak boleh diberikan pada trimester pertama kehamilan.

Nimorazole: Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru. Selain dalamsediaan tunggal dalam bentuk tablet oral (diminum) juga ada kombinasinya (Chloramphenicol dan Nystatin) dalam bentuk vaginal tablet.

Penisilin

1. Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam saluran cerna

2. Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak terhambat makanan dalam absorbsinya.

(25)

Sediaan dan posologi

Ampisilin : - Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul 125mg, 250mg, 500mg -Dalam suntikan 0,1 ; 0,25 ; 0,5 dan 1 gram pervial

Amoksisilin : Dalam bentuk kapsul atau tablet ukuran 125, 250, 500 gram dan sirup125mg/5mL dosis diberikan 3 kali 250-500 mg sehari

3. Anti jamur : Nystatin

Nystatin adalah obat antijamur polien untuk jamur dan ragi yang sensitif terhadapobat ini termasuk Candida sp. Di dalam darah sangat berbahaya bagi tubuh, tetapidengan sifatnya yang tidak bisa melewati membran kulit sangat baik untuk digunakan sebagai obat pemakaian luar saja. Tetapi dalam penggunaannya harushati-hati jangan digunakan pada luka terbuka.

4. Anti-Virus : Asiklovir

Hambat enzim DNA polimerase virus. Sediaan dalam bentuk oral, injeksi dan krimuntuk mengobati herpes dilabia.Efek samping :Oral : pusing, mual, diare,sakit kepalaTopikal : Kulit kering dan rasa terbakar dikulit.Kontraindikasi : tidak boleh digunakan pada ibu

2.7. PENCEGAHAN

a) Membersihkan bagian luar kemaluan setelah buang air kecil atau air besar, sebaiknya menggunakan air.

b) Ketika haid, wanita dianjurkan sering mengganti pembalut wanita terutama pada hari-hari yang banyak darah keluar. Ini karena darah adalah media yang ideal untuk bakteri berkembang biak. Bagi wanita yang menggunakan tampon mereka harus ingat untuk mengubahnya.

(26)

d) Hindari menyabun pada alat kelamin karena dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal. Beberapa wanita sensitif dan alergi pada pewangi dalam buih sabun.

e) Pasangan suami istri dianjurkan membersihkan alat kelamin dengan air sebelum dan setelah hubungan seks untuk kebersihan yang optimal.

f) Amalkan membuang air kecil lebih kurang setengah jam setelah hubungan seks untuk mengurangi risiko infeksi pada kandung kemih. Praktek ini efektif untuk wanita yang sering mengalami infeksi saluran kemih (urinary tract infection). g) Hindari memakai pakaian dalam sintetis yang terlalu ketat karena menyebabkan kulit berkeringat, tidak ada sirkulasi udara pada kulit dan akhirnya mendorong kuman berkembang biak. Pakaian dalam harus diganti setiap hari dan pada hari-hari mengalami keputihan, elok memakai panty liner sehingga tidak menempel pada pakaian dalam yang menyebabkan ketidaknyamanan.

h) Diet. Perbanyak antioksidan vitamin seperti vitamin A, C, dan E. Begitu juga vitamin B kompleks dan D direkomendasikan untuk daya tahan tubuh. Penggunaan yogurt sebagai terapi oral lactobacillus dapat menurunkan angka rekuren. Pengendalian faktor risiko dengan tidak melakukan hubungan seksual sebelum dinyatakan sembuh atau menggunakan kondom.

2.8. KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering adalah bila kuman telah naik ke panggul sehingga terjadi penyakit yang dikenal dengan penyakit radang panggul. Komplikasi jangka panjang lebih mengerikan lagi yaitu kemungkinan wanita tersebut akan mandul akibat rusak dan lengketnya organ organ dalam kemaluan terutama tuba fallopii.

2.9. PROGNOSIS

(27)

pengobatan. Kandidiasis mengalami kesembuhan rata rata 80 -95 %. Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata – rata 95 % (Amiruddin,2003)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah:

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

(28)

pengobatan. Kandidiasis mengalami kesembuhan rata rata 80 -95 %. Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata – rata 95 % (Amiruddin,2003)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah:

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

(29)

v. 66 tahun

3.2.2. Tingkat Pendidikan: Suatu tahapan dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang dilihat dari pendidikan terakhir seseorang.

3.2.3. Sosio Ekonomi: Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan,

3.2.4. Pemakaian Alat Kontrasepsi: Pemakaian alat kontreasepsi adalah untuk

(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk menilai karakteristik pasien penderita leukorea di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2012.

4.2 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data rekam medis penderita leukorea di RSUP Haji Adam Malik mulai dari tanggal 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2012

4.3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2013 hingga November 2013 di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP. Haji Adam Malik Medan.

4.3. Populasi dan Sampel

(31)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang didapat dari rekam medis pasien penderita leukorea yang di RSUP Haji Adam Malik mulai dari tanggal 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2012.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan adalah sebuah rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit in terletak di Jalan Bunga Lau, No.17, Medan, 20136. RSUP H.Adam Malik mulai berfungsi dengan pelayanan rawat jalan sejak tanggal 17 Juni 1991.Mulai tanggal 2 Mei 1992, rumah sakit ini turut menyediakan pelayanan rawat inap.

(33)

5.1.2. Distribusi Frekuensi Umur, Tingkat Pendidikan, Sosio Ekonomi dan Pemakaian Alat Kontrasepsi.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Pasien Penderita Leukorea.

Umur N %

Dari tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa terdapat 1 orang (0.9%) penderita leukorea pada masa kanak-kanak, 13 orang (11.6%) pada masa remaja awal dan akhir, 52 orang (46.4%) pada masa dewasa awal dan akhir, 43 orang (38.4%) pada masa lansia awal dan akhir dan 3 orang (2.7%) pada masa manula.

(34)

Dari Tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa 12 orang (10.7%) pasien berpendidikan Sekolah Dasar, 58 orang (51.8%) berpendidikan Sekolah Menengah Pertama, 29 orang (25.9%) berpendidikan Sekolah Menengah Atas dan 13 orang (11.6%) berpendidikan tinggi S1.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sosio Ekonomi Pasien Penderita Leukorea.

Sosio Ekonomi N %

Dari tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa 53 orang (47.3%) pasien mempunyai status sosio ekonomi yang rendah, 48 orang (42.9%) mempunyai status ekonomi yang sedang dan 11 orang (9.8%) pasien mempunyai status ekonomi yang baik.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Pemakaian Alat Kontarasepsi pada Pasien Penderita Leukorea.

__________________________________________________________________

Pemakaian Alat Kontrasepsi N %

__________________________________________________________________

Ya 15 13.4

Tidak 97 86.6

Total 112 100

(35)

Dari Tabel 5.4. diatas menunjukkan bahwa 15 orang (13.4%) mempunyai riwayat pemakaian alat kontrasepsi sedangkan 97 orang (86.6%) tidak mempunyai riwayat pemakaian alat kontrasepsi.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Gambaran Distribusi Frekuensi Umur Pasien Penderita Leukorea.

Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Pasien penderita Leukorea.

(36)

ovarian dan juga kegiatan seksual adalah maksimal pada wanita 20-30 tahun. Selama periode ini, ovarium memproduksi estrogen yang cukup yang membantu pertumbuhan Candida dengan mempertahankan pH asam dan meningkatkan jamur ke sel epitel vagina. (Binita Joseph Aring, 2012).

5.2.2. Gambaran Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pasien Penderita Leukorea.

(37)

5.2.3. Gambaran Distribusi Frekuensi Sosio Ekonomi Pasien Penderita Leukorea.

(38)

5.2.3. Gambaran Distribusi Frekuensi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Pasien Penderita Leukorea.

Gambar 5.4. Distribusi Frekuensi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Pasien Penderita Leukorea.

(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan kepada hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Pasien penderita leukorea pada masa dewasa awal dan akhir yaitu 26-45 tahun paling banyak dijumpai yaitu 46.4%.

2) Mayoritas pasien penderita leukorea memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu pada peneltian ini Sekolah Menengah Pertama(SMP) yaitu 51.8%.

3) Mayoritas pasien penderita leukorea yaitu 47.3% mempunyai sosio ekonomi yang rendah.

4) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi terdapat pada pasien dengan minoritas yaitu 13.4%.

6.2. Saran

1) Perlunya penyebaran informasi kepada golongan wanita tentang leukorea dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya leukorea.

2) Penelitian yang lebih lanjut disarankan untuk mengetahui faktor resiko yang lain yang dapat mempengaruhi leukorea.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Djuanda, Adhi. Prof. Dr. dr. dkk.(2005). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.

Cunningham, F. Gary, dkk ( 2005). Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta EGC Kasdu, D (2008). Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara, Anggoru IKAPI.

Mansjoer, A., Triyanti, K.,Safitri, R., Wardhani, W., I., Setiwulon, W. (2001) Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Aeskulapius.

Greer, IA, Cameron, I T, Mangowan B. (2003). Vaginal Discharge. Problem based Obstetrics and Gynecology. London. Churchill Livingstone.

Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Amiruddin, M. (2003). Kesehatan dan Hak Reproduksi Perempuan. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Daring. Pusat Bahasa. Departemen Pendidikan Nasional. Republik Indonesia.

Ramayanti. Pola Mikroorganisme Fluor Albus Patologis Yang Disebabkan Oleh infeksi Pada Penderita Rawat Jalan Di Klinik Ginekologi Rumah Sakit Umum Dr.Kariadi Semarang. Semarang: Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2004. Diunduh dari: http://eprints.undip.ac.id/12387/1/2004PPDS3634.pdf .

(41)

Kesehatan Kulit Dan Kelamin Pada Fakultas Kedokteran, Diucapkan Di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara. Medan: Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU. 2005.). Diunduh dari:

R. N. Kulkarni, P. M. Durge (2005).A Study of Leucorrhoea in Reproductive Age Group Women of Nagpur City.

(42)

CURRICULUM VITAE

Nama : Tanisraaj Kanatasay

Tempat/ tanggal lahir : Kajang, Selangor/ 04 Desember 1992 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Kacang, No.19, Medan. Nomor Telepon : 083199205627

Orang tua : Kanatasay Verasamy/ Meenachy Kaliaperumal Riwayat pendidikan : Sijil Pelajaran Malaysia (SPM)-2009

: Nirwana College- 2010

: Fakultas Kedokteran USU- sekarang

Riwayat Organisasi : Ahli, Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia Indonesia Cawangan Medan. (PKPMI-CM)

(43)
(44)
(45)
(46)
(47)

Sosio Ekonomi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

(48)
(49)
(50)

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Pasien Penderita Leukorea.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sosio Ekonomi Pasien Penderita Leukorea.
Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi Umur Pasien penderita Leukorea.
Gambar 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pasien penderita Leukorea.
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Selain itu, setek cabang tidak merusak rumpun bambu induknya, dan pembentukan rumpun lebih cepat (Rao dkk., 1992). Pada setek cabang tanaman bambu hitam perlu

Tekanan darah sistolik lansia penderita hipertensi di Posyandu Lansia Wreda Pratama Bangunjiwo Kasihan Bantul setelah pemberian rebusan daun alpukat masuk kategori pre

Akan tetapi, semuannya adalah ujian atau cobaan untuk menjadi pelajaran dan peringatan, untuk menguji dan melatih, untuk dijadikan aturan sebelum di hukum dengan siksaan

Faktor pertama adalah proses filtrasi (dengan dan tanpa filtrasi), dan faktor kedua adalah persentase penambahan kasein(5%, 10%, 15%) b/v. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

Dengan ini kam calon penyedia barang pelelangan, kami mengun Jadwal sebagai berikut :..

Diberitahukan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran, negosiasi teknis dan harga serta verifikasi dokumen kualifikasi oleh Kelompok Kerja Khusus Pengadaan

Secara garis besar menurut Healy (1985) menyatakan bahwa penggunaan transaksi discretionary accruals, manajemen dapat mempengaruhi laba dengan mengendalikan jumlah