• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE INFLUENCE OF PRINCIPAL LEADERSHIP, WORK MOTIVATION AND SCHOOL CLIMATE TOWARD JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHER’S PERFORMANCE IN SUMBEREJO SUB DISTRICT IN TANGGAMUS REGENCY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE INFLUENCE OF PRINCIPAL LEADERSHIP, WORK MOTIVATION AND SCHOOL CLIMATE TOWARD JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHER’S PERFORMANCE IN SUMBEREJO SUB DISTRICT IN TANGGAMUS REGENCY"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF PRINCIPAL LEADERSHIP, WORK MOTIVATION AND SCHOOL CLIMATE

TOWARD JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHER’S PERFORMANCE

IN SUMBEREJO SUB DISTRICT IN TANGGAMUS REGENCY

By W i d o d o

Education is a crucial factor in the society. Therefore, it needs some efforts to conduct the education well managed and systematic so that the process occurs at school can contribute to the increase of the society’s qualified life. Teacher’s performance as one of the components to judge the education quality needs attention.The facts indicate that teacher’s performance has not fulfilled the expectation. Although there are many variables that influence the teacher’s performance, it needs far the research about the factors which influence them. The research goal is to understand the influence of principal leadership, work motivation and school climate toward the teacher’ performance of state Junior High School Teachers in Sumberejo sub-district in Tanggamus Regency.

This research was quantitative research by using associative approach. The data collecting technique used by using questionnaires. The population as many as 64 teachers, and the samples were 40 teachers by using propotional random sampling technique. The data analysis used simple linear regression equations and double linear regression equations.

The research result showed that there was the over all influence of the principal leadership, work motivation and school climate toward teacher’s performance of state Junior High School in Sumberejo sub district in Tanggamus Regency.

(2)

TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI

DI KECAMATAN SUMBEREJO

KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

W i d o d o

Tesis

( Diajukan sebagi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

Kabupaten Tanggamus pada tanggal 24 Desember 1971, merupakan anak ke empat dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Reso Supar dan ibu Dermi.

Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Dadapan Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus selesai pada tahun 1985, dan dilanjutkan di SMP swasta Dadapan dan menamatkan pada tahun 1989. Pada tahun 1991 penulis lulus dari pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Talang Padang Kabupaten Tanggamus.

Pada tahun 1991, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Kimia dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pada tahun 1997 sampai tahun 2008, penulis sebagai guru di SMA Muhammadiyah Gisting Kabupaten Tanggamus.

Pada tahun 1998 sampai sekarang, penulis sebagai guru di MA Mamba’ul Ulum

Margoyoso Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

(7)

MOTO

Guru Biasa : “Menceritakan”, Guru Baik : “Menjelaskan”, Guru terbaik : “Mendemonstrasikan”,Guru Besar : “Memberi inspirasi”

( William Arthur Ward)

Bersyukurlah karena kita tidak memiliki semua yang kita inginkan, karena jika ia apalagi yang hendak kita cari

Bersyukurlah saat kita tidak mengetahui sesuatu, karena itu memberi kita kesempatan untuk belajar

(Ziyadaturrahmah)

Orang yang bisa membuat semua hal sulit menjadi mudah dipahami, yang rumit menjadi mudah dimengerti, atau yang sukar menjadi mudah,

(8)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Kupersembahkan tesis ini kepada:

1. Kedua orang tuaku di Dadapan Sumberejo ( Bapak Reso Supar dan ibu Dermi ) yang kubanggakan dan senantiasa berdoa untuk kesuksesanku. 2. Kakak adikku (mbak Rub, mbak Tum , mbak Muji, Slam, Her, Yatmi) dan

keluarga besar.

3. Istriku terkasih ( Mifthakul Janah, S.Pd.I ) 4. Anakku tersayang

( Haya Karima Alfitri, M.Haidar Abdurrahman, M.Haikal Ramadhan) 5. Sahabat dan saudaraku yang berdo’a demi keberhasilanku.

(9)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja

Guru dan Iklim Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus”, ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung atas dukungan dan motivasi yang telah diberikan sehngga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.S., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberi dukungan dan motivasi sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

3. Bapak Prof. Dr. Sujarwo, M.S., selaku Derektur Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberi bimbingan, motivasi dan semangat sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

(10)

diselesaikan.

5. Ibu Dr. Sowiyah, M.Pd., selaku sekretaris Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung yang senantiasa memberi dukungan, motivasi bimbingan dan semangat sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. 6. Bapak Nandang Kosasih Ananda, M.A.,Ph.D., selaku pembimbing kedua

penulisan tesis ini yang telah dengan sabar memberi bimbingan, motivasi ,dukungan, semangat dan bantuan sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

7. Bapak dan ibu dosen staf pengajar pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung yang telah membantu dalam penulisan tesis ini. 8. Bapak Budiyono, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Sumberejo dan

Dewan Guru yang telah membantu dalam penelitian ini.

9. Bapak Drs. Rohman, selaku Kepala SMP Negeri 2 Sumberejo dan dewan guru yang telah membantu dalam penelitian ini.

10.Teman-teman di Program Studi Manajemen Pendidikan angkatan 2012, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberi semangat sehingga penulis mampu menyelesaiakan tesis ini. 11.Rekan-rekan dewan guru dan karyawan di SMA N 1 Sumberejo dan MA

Mamba’ul Ulum Margoyoso Tanggamus serta semua pihak yang telah

(11)

Semoga atas bantuan, bimbingan serta dorongan yang diberikan mendapat pahala dari Alloh SWT. Harapan kami semoga tesis ini memberikan sumbangan bagi kemajuan dunia pendidikan. Amin.

Tanggamus, Februari 2014, Penulis,

(12)

Halaman

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ……….. 10

(13)
(14)

4.1.2 Kinerja Guru………. 76

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……… 98

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 : Data Kehadiran Guru SMP Negeri di Kecamatan

Sumberejo ……… 5

1.2 : Data Jumlah guru yang membuat dan belum membuat perangkat pembelajaran ……… 5

3.1 : Daftar Jumlah Populasi dan Sampel pada masing- masing Sekolah……….. 49

3.7 : Hasil Uji Validitas Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah ………... 62

3.8 : Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Guru ... 63

3.9 : Hasil Uji Validitas Variabel Iklim Sekolah ……….. 64

3.10 : Hasil Reliabilitas Instrumen Penelitian………. 65

3.11 : Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian ………. 66

3.12 : Hasil Uji Homogenitas Variabel Penelitian ………. 67

3.13 : Hasil Uji Linieritas Garis Regresi Variabel Penelitian.…… 69

3.14 : Interaksi antara variabel X1 dengan variabel Y ……… 70

4.1 : Data Statistik Variabel Penelitian ……… 76

4.2 : Distribusi Skor Variabel Kinerja Guru ……… 77

4.3 : Distribusi Skor Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah .. 78

4.4 : Distribusi Skor Variabel Motivasi Kerja Guru ……… 80

4.5 : Distribusi Skor Variabel Iklim Sekolah ……….. 81

4.6 : Tabel Silang Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Kinerja Guru (Y) ……….. 83

4.7 : Tabel Silang Variabel Motivasi Kerja Guru (X2) dan Kinerja Guru (Y) ………. 86

(16)
(17)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.1 : Instrumen Kinerja Guru……….. 105

1.2 : Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah ……….. 107

1.3 : Instrumen Motivasi Kerja Guru ………. 109

1.4 : Instrumen Iklim Kerja Sekolah ……….………… 111

1.5 : Hasil Perolehan Skor Uji coba Instrumen Kinerja Guru…… 113

1.6 : Hasil Perolehan Skor Uji coba Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah ……… 114

1.7 : Hasil Perolehan Skor Uji coba Instrumen Motivasi Kerja ... 115

1.8 : Hasil Perolehan Skor Uji coba Instrumen Iklim Kerja Sekolah………... 116

1.9 : Hasil Uji Validitas instrumen Kinerja Guru ………. 117

1.10 : Hasil Uji Validitas Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah ………. 118

1.11 : Hasil Uji Validitas Instrumen Motivasi Kerja Guru ………. 119

1.12 : Hasil Uji Validitas Instrumen Iklim Kerja Sekolah ……….. 120

1.13 : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kinerja Guru ………. 121

1.14 : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah ……….. 122

1.15 : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Motivasi Kerja Guru ……. 123

1.16 : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Iklim Kerja Sekolah ……... 124

2.1 : Perolehan Skor Variabel Kinerja Guru (Y) ………... 125

2.2 : Perolehan Skor Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ……… 126

2.3 : Perolehan Skor Variabel Motivasi Kerja Guru (X2) ……….. 127

2.4 : Perolehan Skor Variabel Iklim Kerja Sekolah (X3)…... 128

2.5 : Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ………. 129

4.1 : Deskripsi Data Hasil penelitian ……….. 130

4.2 : Distribusi Frekuensi dan Histogram Variabel Y ……... 131

4.3 : Distribusi Frekuensi dan Histogram Variabel X1 ………….. 132

4.4 : Distribusi Frekuensi dan Histogram Variabel X2 ………….. 133

4.5 : Distribusi Frekuensi dan Histogram Variabel X3 ………….. 134

4.6 : Hasil uji Normalitas data Penelitian………... 135

4.7 : Hasil uji Homogenitas data Penelitian………... 136

4.8 : Hasil uji Linieritas data Penelitian……….. 137

4.9 : Regresi antara Variabel X1 dengan Y ………... 138

4.10 : Regresi antara Variabel X2 dengan Y ………... 139

4.11 : Regresi antara Variabel X3 dengan Y ………... 140

4.12 : Regresi antara Variabel X1,X2,X3 dengan Y ..………... 141

4.13 : Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ………. 143

4.14 : Surat Izin Penelitian ………... 144

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat. Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk menyelenggarakan pendidikan secara baik, tertata dan sistematis sehingga proses yang terjadi di dalam organisasi pendidikan seperti sekolah dapat memberi sumbangan besar bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat. Sekolah sebagai suatu institusi yang melaksanakan proses pendidikan dalam tataran mikro menempati posisi penting, karena di lembaga inilah setiap anggota masyarakat dapat mengikuti proses pendidikan dengan tujuan mempersiapkan mereka dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan agar mampu berperan dalam kehidupan masyarakat.

Melalui Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pemerintah berupaya untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Upaya mencapai tujuan tersebut diperlukan pendidikan yang baik dan berkualitas. Untuk mewujudkan pendidikan berkualitas tersebut tidak dapat dipisahkan dengan peran guru sebagai tenaga pendidik .

(19)

2

berbagai fasilitas yang disediakan untuk aktifitasnya. Dengan demikian sekolah memiliki struktur yang formal dengan batasan-batasan sistem yang jelas sehingga tampak sebagai suatu sistem yang berinteraksi dengan lingkungan, baik lingkungan dekat maupun lingkungan jauh (remote environment). Sekolah terdiri dari bagian-bagian yang berinteraksi dan bersinergi dalam menjalankan peran dan fungsinya guna mencapai tujuan-tujuan pendidikan .

Sekolah pada dasarnya merupakan lembaga tempat di mana proses pembelajaran terjadi antara siswa dan guru untuk mencapai kompetensi-kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran akan semakin meningkat dan berkualitas apabila seluruh unsur dalam organisasi sekolah melakukan pembelajaran, sehingga kapasitas organisasi sekolah terus-menerus mengalami peningkatan dan perluasan ke arah yang lebih baik dan produktif.

Kepemimpinan pendidikan dapat dilihat dalam tataran mikro institusi, yaitu kepala sekolah dan dalam tataran teknis yaitu tenaga pendidik (guru). Kepemimpinan kepala sekolah merupakan pemimpin dalam tataran institusi organisasi yang akan menentukan bagaimana kinerja organisasi secara keseluruhan, sedangkan guru adalah pemimpin dalam tataran teknis pembelajaran yang akan menentukan keberhasilan proses pembelajaran guna menghasilkan output pembelajaran yang bermutu.

(20)

dikelas dan peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan tugas, peran dan fungsinya.

Tugas guru sebagai pendidik, menuntut seorang guru untuk mengembangkan profesionalismenya sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai sebuah profesi guru mengemban amanah untuk dapat mengajar, membimbing, melatih dan mendidik peserta didik serta mendorong tumbuh kembang potensi peserta didik menjadi manusia yang utuh baik jasmani maupun rohani. Guru harus mendapatkan haknya secara proporsional dengan gaji yang layak dan patut dipejuangkan melebihi profesi lainnya sehingga keinginan untuk terus meningkatkan kompetensi guru dan kualitas belajar peserta didik bukan hanya slogan belaka.

Kehadiran Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memberikan peluang kepada mereka untuk bersikap profesional.

Undang-undang ini setidaknya memuat empat kompetensi yang patut dikuasai guru yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Guru seharusnya memahami dan menguasai keempat kompetensi tersebut. Berbagai hal yang terkait dengan profesi guru yang dikemukakan di atas secara langsung berhubungan dengan kinerja guru. Kinerja guru akan mengalami peningkatan yang signifikan apabila ditunjang oleh variabel-variabel lain diantaranya Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan Iklim Sekolah yang baik.

(21)

4

akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Namun demikian dalam kenyataanya banyak faktor yang mempengaruhi perilaku guru, sehingga bila diterapkan pada guru maka bagaimana guru berkinerja akan dapat menjadi dasar untuk menganalisis latar belakang yang mempengaruhinya.

Kepala Sekolah sebagai pemimpin satuan pendidikan hendaknya memperhatikan iklim sekolah bagi guru dan tenaga kependidikan agar mencapai kinerja maksimal.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada bulan September 2013 dengan kepala sekolah dan guru yang hasilnya mengindikasikan bahwa kinerja guru umumnya masih belum memenuhi yang diharapkan. Belum maksimalnya kinerja guru terlihat dari beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :

Pertama, tingkat kehadiran guru masih tergolong belum memenuhi harapan. Hal ini dapat diketahui dari persentasi kehadiran guru yang hanya mencapai rerata 72% pada semester ganjil tahun 2012 (SMP Negeri di Kecamatan Sumberejo Kecamatan Tanggamus). Data kehadiran guru disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data Kehadiran Guru SMP Negeri di Kecamatan Sumberejo Pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013

No Bulan Rata-rata Kehadiran ( % )

1 Januari 71,00

2 Pebruari 74,00

3 Maret 71,00

(22)

5 Mei 73,00

6 Juni 70,00

Rata-rata 72,00 Sumber: Data SMP Negeri tahun 2013

Kedua, terdapat sejumlah guru kurang mampu menyusun perangkat pembelajaran dengan baik. Hal ini dapat diketahui terdapat 25 % guru belum membuat perangkat pembelajaran pada semester ganjil tahun 2012 (sumber data SMP Negeri di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus). Data jumlah guru yang membuat dan yang belum membuat perangkat pembelajaran disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2 Data Jumlah Guru yang Membuat dan Belum Membuat Perangkat Pembelajaran. Sumber: Data SMP Negeri tahun 2013

Ketiga, terdapat sejumlah guru yang terlambat datang ke sekolah, keengganan masuk kelas tepat waktu, kurang peduli terhadap peserta didik dan berbagai kegiatan sekolah.

(23)

6

Meskipun banyak variabel mempengaruhi kinerja guru, namun masih perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada penelitian ini memfokuskan pada beberapa variabel meliputi kepemimpinan Kepala Sekolah, motivasi kerja guru, iklim sekolah dan kinerja guru.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang ada di lapangan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1.2.1 Sebagian guru di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus belum menunjukan motivasi kerja dan kinerja sesuai yang diharapkan.

1.2.2 Pembagian tugas dan tanggung jawab guru di SMP Negeri Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus masih belum merata.

1.2.3 Kepemimpinan Kepala Sekolah di Kecamatan Sumberejo belum dapat memberikan suasana kondusif bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran.

1.2.4 Sebagian Sekolah di Kecamatan Sumberejo belum memiliki iklim kerja yang kondusif untuk terlaksananya proses pembelajaran yang baik.

1.3 Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan yang dimiliki peneliti baik keterbatasan tenaga, waktu dan biaya, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

(24)

1.4 Rumusan Masalah

Permasalahan pada penelitian ini adalah rendahnya kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1.4.1 Apakah kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh terhadap kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus?

1.4.2 Apakah motivasi kerja guru berpengaruh terhadap kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus?

1.4.3 Apakah iklim sekolah berpengaruh terhadap kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus?

1.4.4 Bagaimana pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah, motivasi kerja guru dan iklim sekolah terhadap kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan

Sumberejo Kabupaten Tanggamus secara bersama-sama?

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka judul penelitian ini adalah pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah, motivasi kerja guru dan iklim sekolah terhadap kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis :

1.5.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

1.5.2 Motivasi Kerja terhadap kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

(25)

8

1.5.4 Pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah, motivasi kerja guru dan iklim sekolah terhadap kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus secara bersama-sama.

1.6 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan secara teoritis dan praktis sebagai berikut:

1.6.1 Kegunaan Teoritis

1.6.1.1 Memberi sumbangsih pada ilmu manajemen pendidikan, terutama

mengenai efektivitas pelaksanaan kepemimpinan Kepala Sekolah,

motivasi kerja guru dan iklim sekolah dalam upaya meningkatkan kinerja

guru.

1.6.2 Kegunaan Praktis

1.6.2.1 Memberi sumbangan pikiran bagi pengambil kebijakan tentang masalah - masalah yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru.

1.6.2.2 Menjadi bahan pertimbangan bagi Kepala Sekolah dalam melaksanakan peran dan fungsinya kaitanya dalam meningkatkan kinerja guru.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian difokuskan pada empat hal pokok yaitu objek penelitian, subjek penelitian, tempat dan waktu serta ruang lingkup ilmu.

1.7.1 Objek Penelitian

(26)

1.7.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru PNS dan non PNS pada SMP Negeri di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

1.7.3 Tempat dan waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah SMP Negeri di kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Februari tahun ajaran 2013/2014.

1.7.4 Ruang Lingkup Ilmu

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Pada bagian ini akan dibahas tentang tinjauan pustaka yang berkaitan dengan penelitian.

2.1 Kepemimpinan

Stogdill dalam Daryanto (2011 : 17) menyatakan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu kelompok yang diorganisasi, menuju kepada pencapaian tujuan. Keberhasilan dan kegagalan pemimpin ditentukan oleh sifat dan gaya kepemimpinan dalam mengarahkan dinamika kelompoknya. Untuk mempengaruhi orang lain seorang pemimpin harus memiliki kedewasaan (maturity), kecerdasan, kepercayaan diri yang tinggi, konsistensi, ketegasan, kemampuan mengawasi, kemitraan dan lainya.

Law, Smith dan Sinclair dalam Suharsaputra (2010 : 137) menyatakan bahwa:

(28)

Beberapa teori Kepemimpinan sebagai berikut:

2.1.1 Teori Pendekatan Sifat-Sifat (Traits Approach)

Pendekatan sifat-sifat merupakan salah satu pendekatan lama dalam mempelajari

kepemimpinan. Berkembang dari teori “Great Man” yang merupakan teori awal

mengenai sifat-sifat pemimpin dizaman Yunani kuno dan Roma. Teori ini menegaskan bahwa kualitas kepemimpinan diwariskan, terutama oleh orang-orang dari kelas atas. Orang-orang-orang pada zaman itu percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, tidak diciptakan (leadres are born, not made).

Pendekatan sifat-sifat mendekatkan kualitas pribadi pemimpin dan fokus terhadap atribut yang membedakan pemimpin dari yang bukan pemimpin. Tiga jenis sifat yang banyak dipelajari dalam penelitian awal kepemimpinan adalah faktor fisik (tinggi badan, penampilan, umur dll), aspek kepribadian (kepercayaan diri, kekuasaan, kestabilan emosi, konservatif dll), dan bakat (kecerdasan umum, kemampuan komunikasi, kreativitas dll) (Wukir.2013:139).

2.1.2 Teori Pendekatan Perilaku (Behavior Approach)

Istilah “pendekatan gaya” terkadang digunakan secara bergantian dengan istilah

“pendekatan perilaku”. Namun, perilaku kepemimpinan merupakan usaha usaha

memepengaruhi yang teramati secara empiris yang bervariasi bergantung situasi, dimana gaya kepemimpinan menunjukkan jangka panjang, pola perilaku situasional invariant.

(29)

12

1. Gaya petriarki (dicirikan dengan gambaran kepala keluarga dan dengan pengakuannya yang tidak diragukan lagi oleh angota keluarga)

2. Gaya karismatik (dicirikan oelh pemimpin dengan sifat kepribadian yang unik, oleh karen aitu tidak mengenal pendahuluan, penerus atau pengganti. Pemimpin tipe ini akan sangat efektif dalam keadaan krisis dimana kepercayaan akan adanya pemimpin yang datang menyelamatkan telah menekan stategi pemecahan masalah yang rasional).

3. Gaya otokratik (dicirikan oelh pemimpin dalam organisasi besar yang menggunakan struktur hirarki untk menggunakan kekuasaan. Contoh subordinasi digunakan untuk menegaskan keputusan otokrat, karena itu kontak pribadi antara otokrat dan staf minimal).

4. Gaya birokratik (dicirikan oleh versi ekstrim dalam menyusun dan keteraturan perilaku organisasi. Kompetensi profesional dari borokrat, yang mana diterima sebagai legitimasi dari kekuasaan birokrat menggantikan kesewang-wenangan otokrat)

2.1.3 Teori Kepemimpinan Transformasional

Gaya kepemimpinan ini muncul akibat ketertarikan mengenai pembangunan organisasi dan berpusat pada promosi perubahan dan pengembangan individu, kelompok dan organisasi. Terdapat banyak teori yang mencoba mengidentifikasi perilaku kepemimpinan yang menginisiasi dan memfasilitasi berbagai transformasi esensial dalm organisasi. Salah satu yang sangat populer adalah teori kepemimpinan transformasional.

3

(30)

Sementara menurut Bass dalam Wukir (2013: kepemimpinan transformasional merujuk kepada pemimpin yang menggerakkan pengikutnya langsung melampaui kepentingan pribadi melalui pengaruh ideal (karisma), inspirasi, ransangan intelektual atau pertimbangan individual. Kemudian meningkatkan level kematangan dan keidealan pengikutnya serta perhatian terhadap prestasi, aktualisasi diri dan kesejateraan orang lain, organisasi dan masyarakat.

Lebih jauh lagi, Buss dan Avolio dalam Wukir (2013:143) mengemukakan bahwa pemimpin transformasional mencapai hasil mereka dalam satu atau lebih cara :

1. Pemimpin trasformasional menjadi sumber inspirasi yang lain melalui komitmen mereka kepada orang-orang yang bekerja bersamanya, ketekunannya terhadap misi, kemauannya dalam mengambil resiko dan keinginan kuat untuk berprestasi

2. Pemimpin transformasional mendiagnosa, menemui dan meningkatkan kebutuhan setiap rekannya. Mereka mendorong adanya perbaikan SDM yang berkelanjutan.

3. Pemimpin trasformasional merangsang rekan kerjanya untuk melihat dunia dari perspektif baru dan sumber informasional. Mereka bahkan mempertanyakan strategi sukses untuk mengembangkan kemampuannya.

4. Rekannya mempercayai pemimpin transformasional mereka untuk menyelesaikan berbagai halangan, karena kerja kerasnya, kemauannya untuk mengorbankan kepentingan pribadi dan keinginannya untuk sukses.

2.2 Kinerja Guru

(31)

14

bagaimana guru berkinerja akan dapat menjadi dasar untuk menganalisis latar belakang yang mempengaruhinya.

Mendidik adalah usaha menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perananya di masa yang akan datang (Sahertian.1994 : 2).

Hal ini berarti akan terkait dengan kinerja guru dengan berbagai implikasinya, diantaranya adalah mutu pendidikan/sekolah.

Danim (2002 : 30) mengungkapkan bahwa salah satu masalah krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat kemampuan kompetensi yang memadai.

Lebih lanjut Baedhowi (2006 : 8) menyatakan bahwa kini banyak terdapat kesulitan yang dialami guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa kesulitan yang dialami guru tersebut diklarifikasikan menjadi tiga jenis yaitu keterampilan (skill), kemampuan personal (keperibadian), metodologi, dan teknis.

Mulyasa (2009 : 9) menyatakan dalam hal kinerja guru bahwa:

Sedikitnya terdapat tujuh indikator yang menyebabkan lemahnya kinerja guru dalam melakanakan tugas utamanya mengajar yaitu, (1) rendahnya pemahaman guru terhadap strategi pembelajaran, (2) kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, (3) rendahnya kemampuan dalam melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas, (4) rendahnya motivasi berprestasi, (5) kurang disiplin, (6) rendahnya komitmen profesi, dan (7) rendahnya kemampuan dalam manajemen waktu.

(32)

pencerminan mutu pendidikan. Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibanya tidak lepas dari pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja baik faktor internal maupun faktor eksternal diantaranya variabel individu (meliputi kemampuan, keterampilan, mental, fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman), variabel organisasi (meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan), dan variabel psikologi meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi (Suharsaputra. 2010 : 147) .

Guru adalah pendidik, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif yaitu suasana belajar menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberi ruang bagi siswa untuk berfikir aktif, kreatif dan inovatif dalam mengekplorasi dan mengelaborasi kemampuanya.

(33)

16

yang mentrasferkan pengetahuan dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan arahan dan tuntunan kepada siswa.

Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Untuk menjadi guru profesional harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan dan kaidah-kaidah guru yang profesional dan kinerja. Kinerja adalah performance atau unjuk kerja. Kinerja dapat juga diartikan prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil kerja. Kinerja dapat diartikan sebagai wujud perilaku seseorang atau organisasi dengan orientasi prestasi. Menurut Noto Atmojo kinerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: ability, capacity, held, insentive, environment dan validity (Rusman. 2010 : 50).

Whitemore dalam Uno (2012 : 63) mengemukakan bahwa kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang. Pengertian ini merupakan pengertian yang menuntut kebutuhan paling minim untuk berhasil. Kinerja menuntut tergambarnya tanggung jawab yang besar dari pekerjaan seseorang. Dengan demikian kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi apa yang diperlihatkan seseorang melalui keterampilan yang nyata .

(34)

Galton dan Simon dalam Uno ( 2012 : 65 ) menyatakan bahwa kinerja atau

performance merupaka hasil interaksi atau berfungsinya unsur-unsur motivasi, kemampuan dan persepsi pada diri seseorang .

Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil pembelajaran.

Piet A Sahertian dalam (Rusman.2010 : 51) menyatakan:

“Standar kinerja guru berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya meliputi: (1) Bekerja dengan siswa secara individual; (2) Persiapan dan perncanaan pembelajaran; (3) Pendayagunaan media pembelajaran; (4) Melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar dan (5) Kepemimpinan yang aktif dari guru”.

Glasser menyatakan kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya serta kemampuan untuk mencapai tujuan (Sulistyorini dalam Saondi.2010 : 20).

Timpe, A Dale dalam Saondi (2010 : 21) berpendapat bahwa kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang didalamnya terdiri dari tiga aspek, yaitu kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; dan kejelasan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud .

(35)

18

organisasi dan anggota organisasi yang berinteraksi kurang mempunyai rasa sosial.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja baik faktor internal maupun faktor eksternal diantaranya variabel individu (meliputi kemampuan, keterampilan, mental, fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman), variabel organisasi (meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan), dan variabel psikologi meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi (Suharsaputra. 2010 : 147) .\

Dari beberapa pengertian tentang kinerja di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Istilah kinerja yang digunakan dewasa ini oleh berbagai kalangan disebut juga untuk kerja dan ada pula yang menyebutkan sebagai performasi kerja. Ketiga istilah tersebut walaupun berbeda dalam pengungkapannya, namun sebenarnya memiliki maksud yang sama yang pada istilah aslinya dari bahasa Inggris, work performance atau dari kata job performance, tetapi sering digunakan performance saja.

(36)

yang mengacu pada perubahan atau tingkah laku seseorang yang dapat diamati di dalam suatu kelompok.

Kinerja selalu mendapat perhatian dalam manajemen kerja karena kinerja berkaitan erat dengan produktifitas organisasi. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau yang diperlihatkan atau kemampuan kerja. Dengan kata lain, bahwa kinerja bermakna sama dengan prestasi kerja. Mathhias dan Jackson (2002 : 78) menyatakan bahwa kinerja diartikan sebagai apa yang dilakukan atau tindakan karyawan yang memengaruhi seberapa banyak karyawan member kontribusi kepada organisasi, antara lain termasuk kuantitas ouput, kualitas output, jangka waktu output, kehadiran di tempat kerja dan sikap kooperatif, suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari

out put yang dihasilkan baik kualitas maupun kuantitasnya.

(37)

20

Terdapat faktor – faktor yang dapat memengaruhi kinerja, antara lain kemapuan dan kemaun. Kemampuan tanpa adanya kemauan tidak menghasilkan kinerja. Demikian halnya kemauan tanpa disertai kemampuan juga tetap tidak menghasilkan kinerja optimal.

Mulyasa (2009 : 16) menguraikan beberapa faktor yang memengaruhi kinerja atau produktifitas, yaitu faktor teknologi, tata nilai, iklim kerja, derajat kesehatan dan tingkat upah minimal, serta kepemimpinan dalam hal ini Kepala Sekolah. Sejalan dengan pendapat tersebut Sedarmayanti (2001 : 67) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain: (1)sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja dan budaya kerja), (2)pendidikan, (3) keterampilan, (4) manajemen kepemimpinan, (5) tingkat penghasilan,(6) gaji dan kesehatan, (7) jaminan sosial dan kesejahteraan, (8) iklim kerja, (9) sarana dan prasana yang memadai, (10) teknologi, (11) kesempatan untuk berprestasi. Kedua pendapat tersebut merujuk pada variabel yang sama, yakni beberapa aspek yang terdapat pada individu, lingkungan dan budaya kerja, sarana prasarana, dan kesejahteraan sebagai motivasi kerja.

Hasibuan (2001 : 126) menyatakan bahwa:

“Kinerja dapat diterjemahkan dalam penilaian perilaku yang secara mendasar meliputi hal – hal sebagai berikut : (1) kualitas kerja, (2) kuantitas kerja, (3) pengetahuan tentang pekerjaan, (4) pendapat atau pernyataan yang disampaikan, (5) keputusan yang diambil, (6) perencanaan kerja, dan (7) daerah organisasi kerja”.

(38)

menentukan bagaimana upaya untuk mencapai tingkat produktifitas yang tinggi dalam organisasi.

Kinerja merupakan hal – hal seperti diuangkapkan Nawawi (2003 : 13) yaitu sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja. Kaitannya dengan kinerja yang dimaksud adalah prestasi atau kemampuan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan hubungan antarpribadi. Kinerja guru adalah perilaku atau respon yang member hasil yang mengacu kepada apa yang dikerjakan ketika menghadapi suatu tugas.

Yamin dan Maisah (2010 : 87) menyatakan bahwa kinerja guru menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang dialami guru, jawaban yang mereka buat, untuk memberi hasil atau tujuan. Kinerja guru dapat tercapai dengan baik pada suatu instansi terlihat dari kehadiran guru di kelas, kesangupan mengajar dengan disertai dedikasi dan semangat yang tinggi, serta diiringi rasa senang. Tolak ukur kinerja dikatakan baik jika dapat ditunjukan dengan kinerja yang baik ditinjau dari berbagai faktor.

Tolak ukur kinerja guru tertuang pada standar proses yang meliputi perencanaan pelaksanaan, penilaian hasil dan pengawasan proses pembelajaran.

(39)

22

kuantitas yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan hubungan antar pribadi.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menyebutkan bahw tugas guru sebagai berikut:

“Guru sebagai pendidik profesional mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru harus menguasai kompetensi yang dikelompokkan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Untuk mempermudah penilaian dalam penilaian kinerja guru dirangkum menjadi 14 (empat belas) kompetensi / indikator ( Depdiknas.2010:6).

Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud kinerja guru padapenelitian ini adalah persepsi Guru dalam pelaksanaan kerja atau hasil kerja guru yang meliputi dimensi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

2.3 Kepemimpinan Kepala Sekolah

(40)

dalam organisasi pendidikan mencapai tujuan pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nawawi dalam Ambarita (2013:68) yang mengemukakan bahwa:

“Kepemimpinan pendidikan adalah proses mempengaruhi, menggerakkan, memberikan motivasi, dan mengarahkan orang-orang yang ada dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan”.

Menurut Owens dalam Ambarita (2013:68) juga menegaskan bahwa:

”Kualitas kepemimpinan merupakan sarana utama untuk mencapai tujuan

organisasi. Untuk itu, agar kepala sekolah bisa melaksanakan tugasnya secara efektif, mutlak harus bisa menerapkan kepemimpinan yang baik”.

Kepala Sekolah adalah pemimpin yang menjalankan peran dalam memimpin sekolah sebagai lembaga pendidikan. Secara umum kepemimpinan pendidikan diartikan sebagai kepemimpinan yang diterapkan dalam bidang pendidikan.

Roland S.Barth dalam Suharsaputra (2010 : 139) menyatakan bahwa:

”Kepala Sekolah merupakan kunci sekolah yang baik dan berkualitas, faktor potensial penentu iklim sekolah, serta sebagai pendorong bagi pertumbuhan guru. Kepala sekolah yang dapat memberikan rasa puas bagi guru jelas akan berdampak pada perilaku dan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran. Untuk itu kepala sekolah perlu terus berupaya untuk memperbaiki dan memelihara iklim sekolah yang kondusif bagi pembelajaran kreatif- inovatif”.

Mulyasa dalam Widoyoko (2012 : 212) menyatakan bahwa:

“Kepala Sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan disekolah” .

(41)

24

“enam peranan kepemimpinan kepala sekolah, yaitu kepemimpinan formal, kepemimpinan administratif, kepemimpinan supervisi, kepemimpinan organisasi, dan kepemimpinan tim pendidikan”.

Kepemimpinan administratif, mengacu pada tugas kepala sekolah untuk membina administrasi seluruh staf dan anggota organisasi sekolah. Kepemimpinan supervisi mengacu pada tugas kepala sekolah untuk membantu dan membimbing anggota agar bias melaksanakan tugas dengan baik. Kepemimpinan organisasi mengacu pada tugas kepala sekolah untuk menciptakan iklim kerja yang kondusif, sehingga anggota bisa bekerja dengan penuh semangat dan produktif . kepemimpinan tim mengacu pada tugas sekolah untuk membangun kerja sama yang baik diantara semua anggota afar bisa mencapai tujuan organisasi sekolah secara optimal.

Keahlian kepala sekolah menurut Pemendiknas 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut:

1. Keahlian Kepemimpinan (Leadership)

Sebagai pimpinan, kepala sekolah harus memimpin diri sendiri dan orang lain. Seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan biasanya memiliki mental yang teguh, memegang prinsip dan tidak mudah menyerah.

(42)

2. Keahlian Mendidik (Edukatif)

Idealnya, kepala sekolah berasal dari guru, orang yang memiliki pengalaman pendidikan dan/atau pekerjaan sebagai pengajar atau pendidik. Pengalaman tersebut memungkinkan kepala sekolah menghayati peran, fungsi dan tugas-tugas pendidik. Dengan begitu, dia dapat membimbing dan mengarahkan guru dan siswa dalam konteks mendidik. Itulah sebabnya, seorang kepla sekolah dituntut mampu berperan sebagai pendidik.

3. Keahlian Manajemen

Proses pembelajaran disekolah dibatasi oleh waktu, tenaga, sarana dan biaya, padahal wali murid sebagai konsumen memiliki tuntutan yang harus dipenuhi melalui proses tersebut. Karena itulah, kepala sekolah dituntut mampu berperan sebagai manager, yaitu pengelolaan seluruh program, tenaga, dan keuangan sekolah agar mampu mengantarkan pada target-target kerja secara efektif.

Kunci keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola manajemen sekolah terletak pada kemampuan perencanaan (planning skill). Dalam konteks manajemen bahkan dinyatakan bahwa ketepatan perencanaan adalah separuh keberhasilan.

(43)

26

4. Keahlian Administrasi

Administrasi merupakan ruh kerja dalam organisasi modern, bahkan saat ini diyakini bahwa kualitas administrasi mencerminkan kualitas kerja seseorang. Melalui administrasi yang baik kepala sekolah mampu memonitor keberhasilan dan kegagalan, peningkatan atau penurunan kinerja, keuntungan dan kerugian. Sebagai seorang manager, kepala sekolah dituntut menguasai administrasi sekolah da administrasi pembelajaran. Atas data-data administrasi itulah kepala sekolah mengambil sikap dan kebijakan sekolah.

5. Keahlian Supervisi

Sebagai manager pelaksana, kepala sekolah harus mampu melakukan pengawasan atau control (supervise) terhadap cara kerja dan hasil kerja bawahannya. Supervise berperan melengkapi pemahaman terhadap data-data administrasi. Supervise beperan penting sebagai pengendali mutu pembelajaran dan pelayanan pendidikan. Sebagai supervisor kepala sekolah dengan sendirinya mutlak harus mampu tugas-tugas supervisi.

6. Keahlian Motivasi

Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus pribadi yang motivatif. Dia mampu berperan sebagai motivator, yang menyemangati dan membesarkan hati guru, pegawai, siswa dan wali murid agar bekerja dan mendukung tercapainya tujuan sekolah.

Oleh karena itu, kepala sekolah harus terdiri dari orang-orang yang memiliki

(44)

thinking). Selain kompetensi tersebut, kepala sekolah dilingkungannya dituntut memiliki kompetensi untuk diteladani orang-orang disekitarnya( Ambarita.2013:77)

Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud Kepemimpinan Kepala Sekolah pada penelitian ini adalah Kepemimpinan Kepala sekolah dalam fungsi dan perannya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator.

2.4 Motivasi Kerja Guru

Motivasi diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman. 2011 : 73). Mc.Donald menyatakan motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman.2011:73).

(45)

28

David McClelland menyatakan bahwa motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji.

David McClalland dalam Mangkunegara (2010 : 19) mengemukakan:

“Ada 6 (enam) karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi yaitu; 1) memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, 2) berani mengambil dan memikul resiko, 3) memiliki tujuan yang realistic, 4) memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan, 5) memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan dan 6) mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan”.

Edward Murray dalam Mangkunegara ( 2010 : 20) mengemukakan:

“Ada 8 (delapan ) karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu; 1) melakukan suatu dengan sebaik-baiknya, 2) melakukan sesuatu dengan mencapai kesuksesan, 3) menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan, 4) berkeinginan menjadi orang terkenal atau menguasai bidang tertentu, 5) mengerjakan sesuatu yang sangat sukar dengan hasil yang memuaskan, 6) mengerjakan sesuatu yang sangat berarti, 7) melakukan sesuatu yang lebih baik daripada orang lain dan 8) menulis novel atau cerita yang bermutu”.

Berdasarkan hasil penelitian McClalland, Edwad Murray, Miller dan Gordon W

menyimpulkan bahwa “ ada hubungan yang positif antara motivasi kerja dengan

pencapaian prestasi”. Artinya guru yang memiliki motivasi kerja tinggi akan

cenderung memiliki prestasi kerja yang tinggi dan sebaliknya guru yang memiliki motivasi kerja rendah cenderung memiliki prestasi kerja rendah.

(46)

Mausner dan Synderman dalam Wukir (2013:116) mengemukakan dua tipe motivasi, yaitu :

1 Motivasi intrinsik : faktor yang datang dari diri sendiri yang mempengaruhi sesorang untuk melakukan tindakan tertentu. Faktor ini misalnya tanggung jawab (merasa pekerjaan adalah sesuatu yang penting), otonomi (kebebasan bertindak), kesempatan untuk maju, mengembangkan keahlian, melakukan pekerjaan yang menarik dan menantang.

2 Motivasi ekstrinsik : faktor yang datang dari luar diri atau yang dilakukan orang lain untuk memotivasi kita. Misalnya pemberian penghargaan, kenaikan gaji, promosi, tindakan disiplin, pemberian sanksi, atau kritik. Motivasi ekstrinsik mempunyai pengaruh yang cepat dan kuat namaun biasanya tidak bertahan lama. Motivasi intrinsik biasanya bertahan lama karena melekat dalam diri individu.

2.4.1 Teori Motivasi

Teori motivasi berkaitan dengan proses yang menjelaskan kenapa dan bagaimana perilaku manusia diaktifkan dan diarahkan. Teori motivasi merupakan salah satu area penting dalam studi perilaku organisasi. Terdapat berbagai teori motivasi yang berbeda-beda, namun tidak ada satu pun teori yang diterima secara universal. Tidak ada satu teori yang menjelaskan semua aspek dari motivasi namaun setiap pendekatan berkontribusi terhadap pemahaman mengenai motivasi.

2.4.1.1 Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

(47)

30

tingkatan teratas. Maslow membagi kebutuhan yang penting bagi manusia ke dalam lima tingkatan, yaitu :

1. Kebutuhan fisiologis : Merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan manusia untuk bertahan hidup. Kebutuhan ini harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang ingin memenuhi kebutuhan diatasnya. Contoh kebutuhan ini adalah : makanan, minuman, tempat tinggal, udara, hubungan seks.

2. Kebutuhan keselamatan (rasa aman) : setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi maka kebutuhan untuk melindungi diri sendiri menjadi motivasi dari perilaku berikutnya. Kebutuhan ini termasuk stabilitas, kebebasan dari rasa khawatir dan keamanan pekerjaan. Asuransi hidup dan kesehatan merupakan contoh kebutuhan yang masuk ke dalam kategori ini.

3. Kebutuhan sosial (love and social needs) : setelah kebutuhan tubuh dan keamanan terpenuhi maka muncul kebutuhan baru yaitu rasa memiliki dan dimiliki serta kebutuhan untuk diterima dalam kelompok sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk berhubungan dan berinteraksi. Di tempat kerja kebutuhan ini dapat terpenuhi dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan rekan kerja atau bekerja sama dalam tim

4. Kebutuhan Penghargaan : setelah ketiga kebutuhan sebelumnya terpenuhi maka muncul kebutuhan akan penghargaan atau keinginan untuk berprestasi. Kebutuhan ini juga termasuk keinginan untuk mendapatkan reputasi, wibawa, status, ketenaran, kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, kepentingan, dan penghargaan.

(48)

2.4.1.2 Teori Dua Faktor Herzberg

Merupakan teori kedua mengenai isi dari motivasi yang dikembangkan oleh Fredrick Herzberg. Studi Hersberg berupaya melakukan pencarian penyebab mengapa seseorang puas terhadap pekerjaannya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa yang membuat seseorang bahagia dan tidak bahagia terhadap pekerjaan terbagi dalam dua kelompok, yaitu faktor kesehatan dan faktor motivasi ( Wukir.2013:121)

2.4.1.3 Teori Alderfer

Teori yang dikembangkan oleh Clayton Alderfer ini dikenal dengan teori ERG. Teori ini merupakan perbaikan dari hirarki kebutuhan Maslow. Menurut teori ini manusia mempunyai tiga tingkat kebutuhan yaitu, Existence (E), Relatedness ( R ) , dan Growth (G).

1. Existence (Keberadaan) : Mengacu pada kebutuhan kita terhadap keberadaan materi dasar seperti tempat bernaung, kondisi fisik yang sehat dan keamanan psikologis. Dalam hirarki Maslow kebutuhan ini merupakan kebutuhan fisiologis dan keamanan.

2. Relatendness (keterkaitan) : kebutuhan ini mengacu kepada keinginan untuk memiliki hubungan interpersonal dan interaksi sosial mirip dengan kebutuhan sosial dan komponen eksternal dari kebutuhan pengahrgaan pada hirarki Maslow.

(49)

32

2.4.1.4 Teori X dan Teori Y McGregor

Mcgregor dalam bukunya yang berjudi “The Human Side of Enterprise”, menyatakan bahwa orang-orang dalam sebuah organisasi dapat dikelola melalui dua cara. Pertama lebih bersifat negatif, yang masuk dalam kategori X dan yang satu lagi bersifat positif dan masuk dalam kategori Y. Setelah melakukan pengamatan terhadap cara manajer menghadapi karyawanya, McGregor menyimpulkan bahwa pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas kelompok asumsi dan dia cenderung membentuk perilaku terhadap bawahan berdasarkan asumsi tersebut.

Teori X (asumsi yang dipegang menajer yang percaya terhadap teori X dalam mengahadapi karyawannta) :

1. Karyawan tidak suka bekerja dan bila memungkinkan, akan berusaha untuk menghindarinya

2. Karena kwryawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus didorong, dipaksa atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan

3. Karyawan menghindari tanggung jawab dan tidak bekerja hingga adanya pengarahan formal.

4. Kebanyakan karyawan lebih mempertimbangkan keamanan suatu pekerjaan dari pada faktor lain dan mempunyai sedikit ambisi.

Teori Y (asumsi yang dipegang manajer yang percaya terhadap teori Y dalam menghadapi karyawannya) :

1. Karyawan menyukai pekerjaannya seperti menyukai bermain dan beristirahat 2. Karyawan dapat mengarahkan diri sendiri dan mengendalikan sendiri dan

berkomitmen terhadap tujuan organsasi.

3. Karyawan mencari dan mau menerima tanggung jawab dan melatih imajinasi, kecerdasan dan kreatifitas dalam menyelesaikan permasalahan organisasi. 4. Karyawan memiliki potensi dan semangat

(50)

2.4.1.5 Teori McClelland

Teori motivasi berprestasi David McClelland menyatakan bahwa seseorang mempunyai tiga kebutuhan yang pengaruhnya berbeda-beda pada perilaku setiap orang :

1. Kebutuhan akan kekuasaan 2. Kebutuhan akan afiliasi 3. Kebutuhan akan prestasi

Kebutuhan akan kekuasaan dicirikan oleh adanya dorongan untuk mengontrol dan mempengaruhi orang lain, keinginan untuk memenangkan argumen, kebutuhan untuk membujuk dan menang. Individu dengan kebutuhan ini ingin mendapatkan kekuasaan untuk mengontrol orang lain (untuk kepentingan tujuannya) atau untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.

Kebutuhan akan afiliasi dicirikan oleh adanya keinginan untuk memiliki, senang dengan kerja tim, peduli terhadap hubungan interpersonal. Orang dengan kebutuhan akan afiliasi mencari hubungan yang harmonis dengan orang lain. Mereka akan cenderung akan menyesuaikan diri, mencari persetujuan dari pada pengakuan dan suka membangun lingkungan yang bersahabat. Orang dalam kategori ini akan termotivasi dengan adanya pengakuan sosial dan afiliasi ( Wukir.2013:126)

(51)

34

2.5 Iklim Sekolah

Iklim kerja sebagai suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan nilai – nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem. Iklim kerja di sekolah diidentifikasikan sebagai perangkat atribut yang memberi warna atau karakter, spirit, etos, suasana batin, dari setiap sekolah secara operasional, sebagaimana halnya pengertian iklim pada cuaca, iklim kerja di sekolah diukur dengan menggunakan rata – rata dari persepsi komunitas sekolah terhadap aspek – aspek yang menentukan lingkungan kerja.

Persepsi tersebut dapat diukur dengan cara pengamatan langung dan wawancara dengan anggota komunitas sekolah, khususnya guru, maupun dengan cara yang lebih praktis dan ekonomis tetapi reliabel, yaitu mengedarkan angket. Iklim adalah suatu konsep sistem yang mencerminkan keseluruhan gaya hidup suatu organisasi, apabila gaya hidup itu dapat ditingkatkan kemungkinan besar tercapai peningkatan prestsi kerja dan efektifitas kerja.

Kepemimpinan Kepala Sekolah, sarana dan prasarana sekolah, lingkungan disekitar sekolah agar mempunyai pengaruh yang besar dalam mewujudkan sekolah yang efektif.

Pinkus dalam Rustiyan (2011 : 18 ) , menyatakan :

School climate as the quality and character of school life based on patterns of student’, parent’ and school personnel’s experience life and reflects norms, goals, values, interpersonal relationships, teaching and learning practices, and organizational structures”

(52)

tentang kehidupan sekolah yang mencerminkan norma – norma, tujuan, nilai, hubungan interpersonal, praktek belajar dan mengajar, serta struktur organisasi ). Pendapat yang sama tentang iklim sekolah dikemukakan oleh Litwin dalam Rustiyan, (2011 : 18), yang menjelaskan iklim sekolah sebagai “a set of measurable properties of the work environment, perceived directly or indirectly bu people who live and work in this environment and assumed to influence their motivation and behavior”.

Pendapat tersebut menyatakan bahwa iklim kerja sekolah merupakan kondisi kerja yang dirasakan langsung maupun tidak langsung oleh guru yang ditinggal dan bekerja di sekolah dan diasumsikan dapat berpengaruh terhadap perilaku dan motivasi mereka.

Marshall dalam Rustiyan (2011 : 19) berkaitan iklim sekolah mengemukakan :

(53)

36

Hoy dan Miskel dalam Suharsaputra (2010 :75), menyatakan:

“Iklim sekolah sebagai kualitas dari lingkungan sekolah yang terus menerus dialami oleh guru – guru, mempengaruhi tingkah laku mereka dan berdasarkan pada pesepsi kolektif tingkah laku mereka). Berdasarkan pendapat tentang iklim sekolah yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa iklim sekolah adalah suasana di lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi aktivitas kerja di sekolah”.

Kemajuan sebuah organisasi diukur melalui produktivitas, kualitas, serta prestasi kerja bawahannya. Untuk memastikan tujuan tercapainya maka sebuah organisasi harus mewujudkan iklim kerja yang baik bagi tenaga kerjanya. Iklim organisasi sebagai sejauh mana suasana suatu pekerjaan disukai atau tidak oleh mereka yang berada didalamnya. Sebagaimana halnya dengan faktor-faktor lain seperti kurikulum, sarana dan kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan pembelajaran di kelas dan sekolah memegang peranan penting dalam pembentukan sekolah yang efektif. Selama dua dasawarsa lingkungan pembelajaran di sekolah ditengarai sebagai salah satu faktor keefektifan suatu sekolah. Fisher dan Fraser menyatakan bahwa peningkatan mutu lingkungan kerja di sekolah dapat menjadikan sekolah lebih efektif dalam memberikan proses pembelajaran yang lebih baik. Iklim kerja yang sehat di suatu sekolah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap proses pembelajaran yang efektif. Ia memberikan argumen bahwa pembentukan lingkungan kerja sekolah yang lebih kondusif menjadikan seluruh anggota sekolah melakukan tugas dan peran mereka secara optimal.

(54)

menyarankan bahwa intervensi sekolah yang meningkatkan rasa kepuasaan sekolah akan dapat meningkatkan prestasi akademik siswa.

Hoy dalam Suharsaputra (2010 : 77 ) menyatakan bahwa iklim kerja sekolah dimana pemberdayaan guru menjadi prioritas adalah sangat penting bagi keefektifan sekolah yang pada muaranya mempengaruhi prestasi siswa secara keseluruhan. Secara konsep, iklim kerja sekolah didefinisikan sebagai seperangkat atribut yang memberi warna atau karakter, spirit, etos, susana batin, dari setiap sekolah secara operasional.Selanjutnya dalam kegiatan di dalam dan di luar lingkungan sekolah dimana rasa kebersamaan sesama guru tinggi, dukungan sarana memadai, target akademik tinggi, dan kemantapan integritas sekolah sesuai suatu institusi mendukung pencapaian prestasi akademik siswa yang lebih baik. Iklim kerja sekolah merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian terutama bagi seorang manajer pendidikan (kepala sekolah) karena faktor tersebut ikut mempengaruhi tingkah laku guru dan pegawai. Dengan demikian hendaknya organisasi atau lembaga yang dinamis akan berdampak positif bagi kelangsungan dan keuntungan organisasi atau lembaga itu sendiri.

(55)

38

Suharsaputra (2010 : 30) menyatakan:

“Terdapat lima faktor yang mempengaruhi iklim kerja sekolah yang kondusif, yaitu: (1) penempatan personalia, (2) pembinaan antar hubungan dan komunikasi, (3) dinamisasi dan penyelesaian konflik, (4) pemanfaatan informasi, (5) peningkatan lingkungan kerja serta lingkungan belajar”.

Proses komunikasi merupakan faktor yang sangat esensial untuk terciptanya iklim kerja yang kondusif. Secara kodrat manusia satu sama lain saling berhubungan dan membutuhkan, dimana hal ini dapat terwujud melalui proses komunikasi. Proses komunikasi berfungsi mengikat masing-masing anggota sekolah menjadi satu bagian yang integral, utuh dan bersatu. Ikatan yang terbentuk karena komunikasi yang harmonis dan lancar dapat mendorong semangat kerjasama dan menumbuhkan sikap peduli dengan lingkungan kerja, semua itu mempengaruhi iklim kerja di sekolah. Tanpa komunikasi pikiran kita tidak dapat mengembangkan sikap alami manusia yang asli tetapi tetap dalam keadaan yang tidak normal dan sikap yang lebih kasar. Kutipan ini mengisyaratkan supaya setiap komponen sekolah membuat satu sistem komunikasi kerjasama yang harmonis sehingga tercipta iklim kerja yang kondusif dan harmonis.

Guru yang menggunakan komunikasi yang terbuka dan persuasif dapat merangsang semangat kerja sehingga mereka akan lebih antusias melaksanakan tugasnya. Sebaliknya komunikasi antara semua komponen sekolah terutama antara pimpinan sekolah dan guru akan tercermin dari perilaku guru dimana mereka bekerja seolah-olah terpaksa.

(56)

membosankan sehingga sekalipun mereka melakukan tugas, hal tersebut hanya sekedar melakukan kewajiban saja. Dengan demikian hendaknya kepala sekolah dan guru bahu membahu memelihara faktor-faktor atau dimensi yang berpengaruh terhadap iklim kerja.

Iklim sekolah menurut Pinkus dalam Rustiyan (2011 : 22 ), menjabarkan pengukuran iklim sekolah ke dalam empat aspek yaitu:

“ (a) safety, (b) teaching and learning, (c) inter personal relationships, dan (d) institutional environment. Aspek safety terdiri dari (a) rules and norms, meliputi adanya aturan yang dikomunikasikan dengan jelas dan dilaksanakan secara konsisten, (b) physical safety meliputi peran siswa dan orang tua yang merasa aman dari kerugian fisik di sekolah, dan (c) social and emotional security meliputi perasaan siswa yang merasa aman dari ejekan, sindiran dan pengecualian”.

Aspek teaching and learning terdiri atas (a) support for learning, menunjukkan adanya dukungan terhadap praktek-praktek pengajaran, seperti tanggapan yang positif dan konstruktif, dorongan untuk mengambil resiko, tantangan akademik, perhatian individual, dan kesempatan untuk menunjukkan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai cara, dan (b) social and civic learning, menunjukkan adanya dukungan untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan sosial, termasuk mendengarkan secara efektif, pemecahan masalah, refleksi dan tanggungjawab, serta keputusan yang etis.

(57)

40

keinginan untuk mendengar, dan kepedulian pribadi, dan (c) social support students menunjukkan adanya jaringan hubungan untuk mendukung kegiatan akademik dan pribadi siswa.

Aspek institutional environment terdiri atas (a) school connectedness/engagement, meliputi ikatan positif dengan sekolah, rasa memiliki, dan norma-norma umum untuk berpartisipasi dalam kehidupan sekolah bagi siswa dan keluarga, dan (b)

physical surroundings, meliputi kebersihan, ketertiban, dan daya tarik fasilitas dan sumber daya dan material yang memadai.

Litwin dalam Rustiyan (2011 : 23) menyatakan iklim sekolah adalah sebagai berikut :

a) Tanggungjawab, karyawan diberi kebebasan untuk melaksanakan tugas dan menyelesaikannya, diberi motovasi yang lebih untuk melaksanakan tugas tanpa harus selalu mencari persetujuan manajer, diberi keberanian mengambil resiko dari pekerjaan tanpa rasa takut dimarahi.

b) Fleksibilitas, karyawan diberi kebebasan untuk lebih inovatif.

c) Standar diperlukan untuk mencapai hasil yang memuaskan ditandai dengan adanya dorongan untuk maju.

d) Komitmen tim, orang akan memberikan apa yang terbaik yang mereka biasa lakukan jika mereka memiliki komitmen terhadap organisasi dan bangga berada di dalamnya.

e) Kejelasan, kejelasan terhadap apa yang menjadi tujuan, tingkatan tanggung jawab nilai-nilai organisasi. Hal ini penting diketahui oleh karyawan agar mereka tahu apa yang sesungguhnya diharapkan dari mereka dan mereka dapat memberikan kontribusi yang tepat bagi organisasi

f) Penghargaan, karyawan dihargai dengan kinerjanya. Manajer harus lebih banyak memberikan pengakuan daripada kritikan. Sistem promosi harus dibuat untuk membantu karyawan meraih puncak prestasi. Kesempatan berkembang harus menggunakan penghargaan dan peningkatan kinerja. g) Gaya kepemimpinan, ketika gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi yang

ada maka hasil akan dicapai.

(58)

a) Cologie, berhubungan dengan faktor lingkungan fisik dan material organisasi, sebagai contoh, ukuran, usia, fasilitas dan kondisi bangunan.

b) Milieu, berhubungan dengan dimensi sosial pada organisasi. Termasuk kedalam dimensi ini segala sesuatu mengenai orang orang dalam organisasi c) Social system, berhubungan dengan struktur organisasi dan administrasi.

Termasuk dimensi in iadalah struktur organisasi sekolah, cara pengambilan keputusan dan siapa orang-orang dalam organisasi dan lain-lain.

d) Culture, berhubungan dengan nilai, sistim kepercayaan, norma dan cara berpikir yang merupakan karateristik orang-orang dalam organisai.

Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran disekolah adalah kompetensi guru, metode yang dipakai, kurikulum, sarana dan prasarana, serta lingkungan pembelajaran baik lingkungan alam, sosial dan budaya.

Berdasarkan uraian diatas, yang dimaksud Iklim Sekolah adalah kondisi lingkungan kerja yang dirasakan secara langsung maupun tidak langsung oleh guru dalam melaksanakan tugas di sekolah.

Pada penelitian ini yang dimaksud iklim sekolah dapat antara lain : (a) hubungan antara atasan dengan bawahan, (b) hubungan antara sesama anggota organisasi, (c) tanggung jawab, (d) imbalan, (e) struktur kerja, dan (f) keterlibatan dan partisipasi.

2.6 Penelitian yang relevan

2.6.1 Hasil penelitian tesis (Elliyana. 2012 ) menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru sekolah Sugar Group di Kabupaten Lampung Tengah.

(59)

42

dan lingkungan sekolah terhadap prestasi siswa sebesar 30,1 %

2.6.3 Hasil penelitian ( Ananda : 1999 ) yang berjudul persepsi guru pemula terhadap lingkungan kerja sekolah menyimpulkan kelompok guru pemula (perkotaan dan pedesaan) memiliki persepsi yang positif terhadap lingkungan kerjanya.

2.7 Kerangka Pikir Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), motivasi kerja guru (X2) dan iklim sekolah (X3). Sebagai variabel terikatnya adalah kinerja guru (Y).

2.7.1 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah kemampuan yang ditunjukan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator (Widoyoko.2012 : 215)

(60)

2.7.2 Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru

Motivasi kerja adalah semangat atau dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan kerja guna mencapai suatu tujuan yang dapat berpengaruh positif dalam mencapai kinerja yang lebih baik. Jika seseorang memiliki motivasi tinggi dalam bekerja diharapkan kinerjanya akan meningkat, dan sebaliknya jika motivasi seseorang dalam bekerja rendah maka kinerjanya akan menurun.

2.7.3 Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru

(61)

44

Hubungan antar variabel penelitian dapat digambarkan dalam kerangka pikir sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja baik faktor internal dan faktor eksternal diantaranya variabel kepemimpinan Kepala Sekolah, motivasi kerja guru dan iklim sekolah. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel di atas peneliti berasumsi bahwa kepemimpinan Kepala Sekolah, motivasi kerja guru dan iklim sekolah baik, maka guru akan memiliki kinerja lebih baik dibandingkan dengan kepemimpinan Kepala Sekolah, motivasi kerja dan iklim sekolah kurang baik.

Kepemimpinan Kepala Sekolah

( X1)

Motivasi kerja guru ( X2 )

Iklim sekolah ( X3 )

(62)

Untuk mengetahui pengaruh variabel di atas, diajukan beberapa permasalahan sebagai berikut :1)Apakah ada pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) terhadap kinerja guru (Y), 2)Apakah ada pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja guru (X2) terhadap kinerja guru (Y), 3)Apakah ada pengaruh positif dan signifikan iklim sekolah (X3) terhadap kinerja guru (Y), 4)Apakah ada pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), motivasi kerja guru (X2) dan iklim sekolah (X3) terhadap kinerja guru (Y) secara bersama-sama.

2.8 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara tentang rumusan masalah penelitian yang belum dibuktikan kebenaranya (Sulistyo.2010 : 18).

Hipotesis terdiri dari hipotesis nihil (H0), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan atau pengaruh antar variabel dan hipotesis alternatif (Ha), yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antar variabel.

Pada penelitian ini hipotesis nihil (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) sebagai

berikut :

2.4.1 H0 : Tidak ada pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus.

Ha : Ada pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan Kepala

Gambar

Tabel
Tabel 1.2 Data Jumlah Guru yang Membuat dan Belum Membuat Perangkat                  Pembelajaran
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 3.2 Indikator Kinerja Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

lutea baik yang berada pada stasiun Utara maupun yang ada pada stasiun Selatan namun, peristiwa El Nino yan g terjadi pada tahun 1998 menyebabkan karang

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan peningkatan proses pembelajaran kemampuan menulis narasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pemanfaatan media

(1) Apabila pejabat yang berwenang tidak memberikan keputusan dalam jangka waktu tiga bulan sebagaimana dimaksud pasal 9 ayat (2) atau satu bulan sebagaimana

• Melakukan pembekalan narasumber, guru pendamping dan peserta • Memberikan pelatihan instruktur, dan peserta pada saat IN-1 dan IN-2. • Melakukan penilaian terhadap peserta

Terdapat kekurangan yang signifikan pada kapasitas dokter dan tempat tidur rumah sakit dibandingkan dengan permintaan calon pasien untuk mendapatkan perawatan sesuai standar

The purpose of this study was to examine the effect of job satisfaction and work motivation simultaneously and partially on the performance of junior high school (SMP) teachers

The purpose of this study was to determine the relationship between leadership, work motivation, morale with the performance of the teachers of State Junior High Schools

Tujuan peneneltian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan global pada balita di Poli Tumbuh Kembang Anak RSUD Dr