• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP JUMLAH DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN YANG DIBERI PAPARAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK HANDPHONE PERIODE KRONIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP JUMLAH DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN YANG DIBERI PAPARAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK HANDPHONE PERIODE KRONIK"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE EFFECTS OF ETHANOL EXTRACT OF MANGOSTEEN PEEL (Garcinia mangostana L.) ON SPERM COUNT AND MOTILITY OF WHITE MALE RATS (Rattus norvegicus) EXPOSED TO CHRONIC

PERIOD OF HANDPHONE ELECTROMAGNETIC WAVES

By

ANDRIAN PRASETYA WICAKSONO

Handphone radiation potentially causes damage on reproductive system due to electromagnetic waves that able to induce oxidative stress over increasing free radicals. Extract of mangosteen peel (Garcinia mangostana L. ) is enriched with amounts of antioxidant, particularly xanthone. Antioxidant has its role to prevent free radicals in order to give protective nature and avoid occurence of oxidative stress. This study is preserved for 28 days with 25 samples of Sprague dawley strain white male rats (Rattus norvegicus) allotted into 5 groups, consist of group without handphone exposure (K1), group given with only handphone exposure for 3 hours/day, and groups (P1, P2, P3) given handphone exposure for 3 hours/day and ethanol extract of mangosteen peel consecutively with dosage of 50 mg/kgbw/day, 100 mg/kgbw/day, 200 mg/kgbw/day. Spermatozoa specimen is taken from epididymis caudalis shows the mean number of spermatozoa (millions/ml) on K1: 31, K2: 48, P1: 41, P2: 36, P3: 46. Meanwhile, the mean motility of spermatozoa (%) on K1: 95,82, K2: 77,25, P1: 99,82, P2: 93,32, P3: 93,25. The conclusion of this study is ethanol extract from mangosteen peel do not have impact on the sperm count in rats, however it gives impact on elevated sperm motility in rats exposed to chronic period of handphone electromagnetic waves.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP JUMLAH DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN

YANG DIBERI PAPARAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK HANDPHONE PERIODE KRONIK

Oleh

ANDRIAN PRASETYA WICAKSONO

Radiasi handphone berpotensi menimbulkan gangguan pada sistem reproduksi karena adanya gelombang elektromagnetik yang memicu stres oksidatif akibat peningkatan radikal bebas. Ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) kaya akan kandungan antioksidan terutama xanthone. Antioksidan berperan dalam menangkal radikal bebas sehingga dapat memberi peranan protektif agar tidak terjadi stres oksidatif. Penelitian ini dilakukan selama 28 hari dengan menggunakan 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok yang tidak diberi paparan handphone (K1), kelompok yang hanya diberi paparan handphone selama 3 jam/hari, serta kelompok (P1,P2,P3) yang diberi paparan handphone 3 jam/hari dan diberi ekstrak etanol kulit manggis berturut-turut sebesar 50 mg/kgbb/hari, 100 mg/kgbb/hari, 200 mg/kgbb/hari. Spesimen spermatozoa diambil dari kauda epididimis dan menunjukkan rerata jumlah spermatozoa (juta/ml) pada K1: 31, K2: 48, P1: 41, P2: 36, P3: 46. Sedangkan, rerata motilitas spermatozoa (%) yang diperoleh pada K1: 95,82, K2: 77,25, P1: 99,82, P2: 93,32, P3: 93,25. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol kulit manggis tidak berpengaruh terhadap jumlah spermatozoa tikus, namun memberikan pengaruh terhadap peningkatan motilitas spermatozoa tikus yang diberi paparan gelombang elektromagnetik handphone periode kronik.

(3)

PENGARUH EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP JUMLAH DAN MOTILITAS SPERMATOZOA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN

YANG DIBERI PAPARAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK HANDPHONE PERIODE KRONIK

Oleh

ANDRIAN PRASETYA WICAKSONO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 21 November 1994, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Setiadi dan Ibu Surati. Penulis bertempat tinggal di Kota Tangerang, Banten.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Dharma Mulia pada tahun 2000, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN Pabuaran Tumpeng 1 pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 2 Tangerang pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 2 Tangerang pada tahun 2012.

(8)

Untuk Mama dan Papa atas segala kasih sayang, doa, semangat, motivasi, dan kesabarannya. Semoga Allah selalu melindungi, dunia maupun akhirat.

Dari air kita belajar ketenangan

Dari api kita belajar kekuatan

Dari angin kita belajar kebijakan

Dari batu kita belajar ketegaran

Dari tanah kita belajar kehidupan

Dari padi kita belajar rendah hati

Dari kupu-kupu kita belajar merubah diri

Dan dengan beriman kepada Allah SWT, kita akan menjadi

(9)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan dan nabi akhir zaman Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya dan kita selaku umatnya sampai akhir zaman.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Jumlah dan Motilitas Spermatozoa Pada Tikus Putih

(Rattus norvegicus) Jantan yang Diberi Paparan Gelombang Elektromagnetik Handphone Periode Kronikadalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada semua pihak yang telah berperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan antara lain kepada :

(10)

3. Ibu Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc., selaku Pembimbing Utama atas kebaikan hatinya dan kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini di kampus maupun dirumah walaupun waktu libur, tanpa mengurangi perhatiannya walaupun harus membagi waktu dengan banyak mahasiswa bimbingan lainnya; 4. Ibu dr. Anggraeni Janar Wulan, M.Sc, selaku Pembimbing Kedua dan

telah memberikan kesempatan untuk bergabung dalam penelitian, meluangkan waktu diantara kesibukan-kesibukannya baik melalui telepon, sms, ataupun berkunjung ke rumahnya, sabar dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan, bersedia membagi ilmunya, memberikan kritik, saran, serta nasihat yang tak saya lupakan;

5. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed., selaku Penguji Utama pada Ujian Skripsi. Terima kasih atas waktu, ilmu, dan saran-saran yang telah diberikan di saat maupun di luar waktu seminar;

6. Bapak dr. Iswandi Darwis, selaku Pembimbing Akademik sejak semester 1 hingga semester 2 di Fakultas Kedokteran;

7. Bapak Dr. dr. Asep Sukohar, M.Kes., selaku Wakil Dekan 1 sekaligus Pembimbing Akademik sejak semester 3 hingga akhir semester di Fakultas Kedokteran;

(11)

Semoga Allah selalu melindungi dan menjadikan ladang pahala di akhirat kelak;

9. Mama, Surati, yang selalu mendengar segala keluh kesah, mendoakan, membimbing, dan memberikan kasih sayangnya. Semoga Allah selalu melindungi dan menjadikan ladang pahala di akhirat kelak;

10.Adik-adik saya, Ardian Setyo Ramadhani dan Salma Setia Ningrum, yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, canda, dan kasih sayangnya. Juga keluarga besar saya di Pulau Jawa yang selalu memberikan dorongan dan doa;

11.Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Dokter Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita;

12.Seluruh Staf Tata Usaha, Akademik, pegawai, dan karyawan FK Unila; Pak Makmun, Mba Lisa, Mba Luthfi, Mba Qori, Mba Ida, Mba Yulis, Mas Heri, Mas Seno, Pak Iskandar, Mas Bayu dan civitas akademik lainnya yang telah memberikan doa, semangat, motivasi, dan nasihat selama pembelajaran di FK Unila;

13.Bu Nuriah, yang sangat sabar mengajari dan membimbing mengenai prosedur selama proses penelitian. Terima kasih telah menuntun kami yang masih tidak bisa apa-apa hingga kami bisa;

(12)

15.Keluarga Anatomi FK Unila, dr. Anggraini Janar Wulan, M.Sc., dr. Rekha Nova Iyos, dr. Catur Ari Wibowo, Pak Habudin, Abdul Rois R., Alexander Dicky, Andrian Rivanda, Debby Aprilia, Gheavani Legowo, Hambali Humam M., Ika Agustin, Inaz Kemala D., Leon L. Gaya, Karina, Mohammad Syahrezki, Muhammad Farrash HS., Nindriya Kurniandari, Stefani Gista L. Terima kasih atas kerja sama, keceriaan, motivasi, dan ilmunya;;

16.Seluruh sahabat, teman angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas kekompakan, canda, tawa, maupun masalah selama 3,5 tahun yang telah memberikan warna serta makna tersendiri. Semoga kebersamaan dan kekompakkan selalu terjalin baik sekarang maupun ke depan nanti;

17.Teman-teman saya yang selalu membantu selama proses penelitian, Abdul Rois R., Andika Yusuf R., Muhammad Farrash HS., dan Bobi Kurnia H. Terimakasih atas waktu, pikiran, dan tenaga untuk lancarnya proses penelitian;

18.Teman satu kostan saya Amri Yusuf, Fairuz Rabbaniyah, Andika Yusuf R., M. Ridho Ansori, Tri Suhanda, Marco Manza, M. Muhlis R., dan Widyan HP yang selalu berbagi cerita, semangat, keluh kesah, dan tawa. Terimakasih atas kebersamaannya;

(13)

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Semoga segala perhatian, kebaikan, dan keikhlasan yang diberikan selama ini mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.

Bandar Lampung, 7 Desember 2015 Penulis

(14)

DAFTAR ISI 2.1 Gelombang Elektromagnetik ... 5

2.2 Handphone ... 6

2.4 Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik ... 15

2.4.1 Pengaruh Gelombang Elektromagnetik Terhadap Sistem Reproduksi ... 16

2.5 Manggis ... 18

2.5.1 Taksonomi Tanaman Manggis ... 18

2.5.2 Kandungan Kulit Manggis ... 19

2.5.3 Xanthone dan Derivatnya ... 21

2.5.4 Kulit Manggis Sebagai Antioksidan ... 21

2.6 Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague dawley ... 23

(15)

ii

2.8 Kerangka Konsep... 26

2.9 Hipotesis ... 26

III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 27

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 30

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 30

3.6.5 Prosedur Pembuatan Ekstrak Kulit Manggis ... 33

3.6.6 Perlakuan Paparan Gelombang Elektromagnetik Handphone . 34 3.6.7 Prosedur Terminasi Hewan Coba ... 35

3.6.8 Prosedur Pengamatan Jumlah dan Motilitas Spermatozoa ... 35

3.7 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 37

3.7.1 Identifikasi Variabel ... 37

3.7.2 Definisi Operasional Variabel ... 39

3.8 Pengumpulan Data ... 40

3.9 Pengolahan Data ... 40

3.10 Analisis Data ... 40

3.11 Alur Penelitian ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 43

4.1.1 Jumlah Spermatozoa ... 43

4.1.2 Motilitas Spermatozoa ... 46

4.2 Pembahasan ... 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 55 DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan kulit manggis ... 20 2. Pembagian kelompok perlakuan ... 33 3. Definisi operasional ... 39 4. Hasil perhitungan jumlah spermatozoa (juta/ml) pada tikus putih jantan

galur Sprague dawley yang diberi perlakuan... 44 5. Hasil uji normalitas data jumlah spermatozoa setiap kelompok ... 45 6. Hasil perhitungan motilitas spermatozoa (%) pada tikus putih jantan

(17)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perambatan gelombang elektromagnetik ... 5

2. Potongan sagital testis... 8

3. Tahapan spermatogenesis ... 10

4. Tahapan spermiogenesis ... 11

5. Struktur spermatozoa ... 13

6. Efek non-thermal gelombang elektromagnetik handphone ... 17

7. Buah manggis ... 19

8. Kerangka teori ... 25

9. Kerangka konsep ... 26

10. Gambaran kelompok ... 27

11. Sketsa kandang tikus modifikasi untuk paparan ... 35

12. Bilik hitung Improved Neubauer ... 36

13. Diagram alur penelitian ... 42

14. Grafik hasil perhitungan jumlah spermatozoa (juta/ml) ... 44

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Perhitungan Uji Statistik 2. Dokumentasi Penelitian 3. Surat Keterangan LIPI

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan telepon seluler atau handphone seakan sudah merupakan kebutuhan primer yang tidak dapat dipisahkan di kalangan masyarakat. Pada tahun 2014, Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki jumlah handphone lebih tinggi dibanding jumlah penduduknya dengan rata-rata penggunaan sekitar 181 menit. Jumlah handphone mencapai 281.963.665 unit, sedangkan penduduknya berjumlah 251.160.124 orang (BBC, 2014; WAS, 2014). Hal ini mungkin saja terjadi, mengingat fungsi dari handphone sebagai alat komunikasi untuk menunjang segala aktivitas manusia. Namun, dibalik fungsi dan kegunaannya terdapat suatu efek merugikan yang ditimbulkan oleh handphone karena adanya suatu radiasi gelombang elektromagnetik (Tarigan et al., 2013).

(20)

Efek thermal dapat merusak fungsi dari organ testis, karena fungsi testis sangat bergantung pada suhu. Normalnya, suhu testis 2⁰C lebih rendah dari suhu tubuh 37⁰C. Peningkatan suhu testis walaupun hanya sampai 37⁰C sudah dapat mengganggu spermatogenesis (Alatas & Lusiyanti, 2001). Sedangkan, efek non-thermal terjadi melalui mekanisme peningkatan stres oksidatif yang dapat mempengaruhi fungsi dan struktur di dalam testis. Peningkatan stres oksidatif juga dapat mempengaruhi keadaan sel membran plasma sel sperma, merusak struktur DNA (Deoxyribo Nucleic Acid), dan mempercepat proses apoptosis yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas sperma (Walczak-Jedrzejowska et al., 2013).

Hasil studi observasional, menunjukkan bahwa pria yang terkena paparan radiasi handphone mengalami abnormalitas morfologi spermatozoa serta penurunan jumlah, motilitas, dan viabilitas spermatozoa (Agarwal et al., 2008). Penelitian Al-damegh (2012), menyatakan bahwa paparan gelombang elektromagnetik terhadap tikus jantan dengan durasi 15, 30, dan 60 menit per hari selama 14 hari memiliki pengaruh buruk terhadap morfologi testis.

(21)

3

Pada penelitian sebelumnya, diketahui bahwa pemberian dosis 200 mg/kgbb/hari ekstrak etanol kulit manggis selama 21 hari dapat berpengaruh pada perbaikan kualitas spermatozoa tikus yang diberi paparan radikal bebas berupa asap rokok (Afrizal et al., 2012; Armidha et al., 2012; Permatasari et al., 2012). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian dosis rendah ekstrak kulit manggis terhadap jumlah dan motilitas spermatozoa tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang diberi paparan gelombang elektromagnetik periode kronik, dikatakan kronik apabila paparan dilakukan lebih dari 14 hari (Victorya, 2015). Pada penelitian ini dibedakan atas dasar pemicu radikal bebas berupa paparan radiasi handphone, dosis dan lama pemberian terapi esktrak etanol kulit manggis, yaitu 50, 100, dan 200 mg/kgbb/hari selama 28 hari.

1.2 Rumusan Masalah

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit manggis terhadap fungsi reproduksi tikus yang diberi paparan gelombang elektromagnetik handphone periode kronik.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit manggis terhadap jumlah spermatozoa tikus yang diberi paparan gelombang elektromagnetik handphone periode kronik.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit manggis terhadap motilitas spermatozoa tikus yang diberi paparan gelombang elektromagnetik handphone periode kronik.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti terkait penggunaan obat herbal khususnya kulit manggis.

2. Mengkaji informasi kepada masyarakat terkait pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis terhadap tingkat kesuburan pria.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik, dimana arah getaran vektor medan listrik dan medan magnet saling tegak lurus (gambar 1) (Harefa, 2003). Gelombang ini berupa gelombang transversal yang memiliki panjang gelombang >0,0001 nm dan pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuan bernama Heinrich Hertz (Khoir, 2012).

Gambar 1. Perambatan gelombang elektromagnetik (Harefa, 2003).

(24)

spektrum gelombang elektromagnetik dibagi menjadi beberapa daerah. Pada spektrum gelombang dengan frekuensi 60 atau 50 Hz terdapat medan elektromagnetik yang dibangkitkan oleh saluran daya listrik dan beberapa peralatan besar maupun kecil. Pada ujung atas terdapat radiasi nuklir yang terdiri dari sinar Gamma dan sinar-X. Ditengah-tengah terdapat Radio Frekuensi (RF) gelombang elektromagnetik yang membawa apa saja dari radio, siaran televisi, band radio dan lainnya. Oleh karena itu peralatan komunikasi seperti handphone yang sering digunakan oleh manusia akan memberikan paparan radiasi berupa gelombang elektromagnetik RF (Khoir, 2012; Swamardika, 2009).

2.2 Handphone

Handphone adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa kemana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel. Pada umumnya, handphone juga mempunyai fungsi pengiriman dan penerimaan pesan singkat (Short Message Service, SMS). Saat ini Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu sistem GSM (Global System for Mobile Telecommunications) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access) (Khoir, 2012).

(25)

7

1800Mhz di Eropa dan Asia, sedangkan di Amerika Serikat pada frekuensi 850Mhz dan 1900Mhz. Berbeda dengan GSM, pada teknologi CDMA merupakan basis untuk Interim Standard (IS)-95 dan beroperasi pada frekuensi 800Mhz dan 1900Mhz (Proboyekti, 2007).

2.3 Testis

2.3.1 Anatomi dan Fisiologi

(26)

Gambar 2. Potongan sagital testis (Tortora & Nielsen, 2012).

(27)

9

2.3.2 Spermatogenesis

Proses dalam pembentukan sperma melalui dua tahapan penting yaitu spermatogenesis dan spermiogenesis. Spermatogenesis adalah suatu proses perubahan spermatogonium menjadi spermatid, kemudian spermiogenesis adalah tahap dimana spermatid diubah menjadi spermatozoa (Mescher, 2012).

(28)

Gambar 3. Tahapan spermatogenesis (Mescher, 2012).

Selama masa pergantian dari tahap spermatosit ke tahap spermatid, 46 kromosom spermatozoa (23 pasang kromosom) dibagi sehingga 23 kromosom diberikan ke satu spermatid dan 23 lainnya ke spermatid yang kedua. Keadaan ini juga membagi gen kromosom sehingga hanya setengah karakteristik genetik bayi yang berasal dari ayah, sedangkan setengah sisanya diturunkan dari oosit yang berasal dari ibu (Guyton, 2008).

(29)

11

pembelahan sel selama proses ini berlangsung. Spermatid dapat dikenali dari ukurannya yang kecil (diameter 7-8 µm), inti haploid dengan daerah kromatin padat dan posisinya berada dekat dengan lumen tubulus seminiferus. Spermiogenesis mencakup pembentukan akrosom, kondensasi, pemanjangan inti, pembentukan flagelum, dan hilangnya sebagian besar sitoplasma. Hasil akhirnya adalah spermatozoa matang, yang kemudian dilepaskan ke dalam lumen tubulus seminiferus (Mescher, 2012). Keseluruhan proses dari spermatogonia menjadi spermatozoa memerlukan waktu sekitar 65-75 hari (Tortora & Nielsen, 2012).

Gambar 4. Tahapan Spermiogenesis (Mescher, 2012).

(30)

oleh satu hormon hipotalamus, gonadotropin-releasing hormone (GnRH). Testosteron yang merupakan produk stimulasi LH pada sel Leydig, bekerja secara umpan balik negatif untuk menghambat sekresi LH melalui dua jalan. Efek umpan balik negatif predominan testosteron adalah mengurangi pelepasan GnRH dengan bekerja pada hipotalamus sehingga secara tidak langsung akan mengurangi pengeluaran FSH dan LH oleh hipofisis anterior. Selain itu, testosteron bekerja secara langsung pada hipofisis anterior untuk menurunkan responsivitas sel sekretorik LH terhadap GnRH. Hal ini menjelaskan mengapa efek inhibisi testosteron terhadap sekresi LH lebih besar daripada sekresi FSH (Sherwood, 2012).

2.3.3 Struktur Sperma

(31)

13

1). Kerangka pusat, dibentuk dari sebelas mikrotubulus, yang secara keseluruhan disebut aksonema. Struktur tersebut serupa dengan struktur silia yang terdapat pada permukaan sel tipe lain.

2). Membran sel tipis yang menutupi aksonema, dan

3). Sekelompok mitokondria yang mengelilingi aksonema dibagian proksimal ekor yang disebut sebagai badan ekor.

Gerakan maju mundur ekor (flagela) memberikan motilitas pada sperma. Gerakan ini disebabkan oleh gerakan meluncur longitudinal secara ritmis diantara tubulus posterior dan anterior yang membentuk aksonema. Energi untuk proses ini disuplai dalam bentuk adenosine triphosphate (ATP) yang disintesis oleh mitokondria di badan ekor (Guyton, 2008; Tortora & Nielsen, 2012).

(32)

2.3.4 Fisiologi Normal Sperma

Dalam keadaan normal, sperma keluar bercampur dengan cairan sekretorik dan mukus organ reproduksi yang sering disebut dengan cairan semen. Volume dan kandungan sperma ejakulat bergantung pada lama waktu antar ejakulasi. Volume rerata semen adalah 2,75 ml, berkisar dari 2 sampai 6 ml, dengan volume lebih banyak setelah abstinensia (tidak berhubungan seks selama beberapa waktu). Ejakulat manusia rerata mengandung sekitar 180 juta sperma (66 juta/ml). Seorang pria dianggap infertil secara klinis apabila konsentrasi sperma nya turun dibawah 20 juta/ml semen (Sherwood, 2012).

(33)

15

2.4 Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik

Radiasi gelombang elektromagnetik yang dihasilkan handphone termasuk ke dalam radiasi non-pengion, yaitu jenis radiasi yang tidak mampu mengionisasi materi yang dilaluinya (WHO, 2002). Radiasi elektromagnetik non-pengion berada pada rentang frekuensi Hz (Hertz) sampai THz (Tera Hertz). Demikian pula panjang gelombangnya, mulai dari panjang gelombang terkecil, yaitu nm (nanometer) sampai lebih dari 1000 km (kilometer). Sedangkan, energi per foton yang dihasilkan tentu saja berada pada rentang yang sangat lebar, mulai dari peV (peta elektron Volt) sampai eV (elektron Volt). Potensi gangguan kesehatan antara lain ditentukan energi per foton yang dihasilkan oleh radiasi elektromagnetik tersebut (Anies, 2007).

(34)

2.4.1 Pengaruh Gelombang Elektromagnetik Terhadap Sistem Reproduksi

Paparan gelombang elektromagnetik yang diakibatkan oleh handphone dapat menyebabkan gangguan kesehatan reproduksi seorang pria melalui efek non-thermal dan efek thermal. Hal ini sejalan dengan penelitian De Iuliis et al. (2009), yang menyatakan bahwa pada efek non-thermal didapati RF-EMR (radiofrequency electromagnetic radiation) yang berasal dari telepon seluler meningkatkan reactive oxygen species (ROS) dalam mitokondria pada spermatozoa manusia. Ketidakseimbangan antara ROS dan antioksidan protektif dapat menyebabkan stres oksidatif. ROS dalam jumlah besar dapat menyebabkan respon patologis yang berakhir dengan kerusakan sel dan jaringan. Spermatozoa sangat mudah untuk mendapat efek kerusakan yang ditimbulkan oleh ROS. Stres oksidatif dapat meningkatkan peroksidasi lipid asam lemak tak jenuh pada membran spermatozoa, ROS juga menyebabkan degenerasi tubulus seminiferus. Peroksidasi dapat merusak integritas membran dengan meningkatkan permeabilitas membran (Almasiova, 2013; Hamada et al., 2011).

(35)

17

Efek thermal berpengaruh karena peningkatan suhu pada testis dapat mencegah spermatogenesis dengan menyebabkan degenerasi sebagian besar sel-sel tubulus seminiferus selain spermatogonium (Guyton, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Agarwal A. et al. (2008), menyatakan bahwa intensitas penggunaan telepon selular yang tinggi memperkuat terjadinya abnormalitas spermatozoa, seperti penurunan jumlah, motilitas, viabilitas dan bentuk sperma normal.

(36)

2.5 Manggis

2.5.1 Taksonomi Tanaman Manggis

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyte Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Guttiferanales Family : Guttiferae

Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L.

(37)

19

Gambar 7. Buah manggis (Emilan, 2011)

2.5.2 Kandungan Kulit Manggis

Buah manggis merupakan salah satu komoditas hortikultura Indonesia yang menjadi fokus peningkatan produksi oleh Kementerian Pertanian. Hal ini dapat dilihat dari ekspor buah-buahan Indonesia yang salah satunya didominasi oleh komoditas buah manggis. Pada tahun 2012, kontribusi nilai ekspor manggis terhadap total ekspor 26 jenis buah-buahan nasional adalah sebesar 9,64 %. Laju peningkatan produksi manggis pada periode tahun 2011-2012 pun cukup tinggi, yaitu mencapai 61,82%. Pada tahun 2011 produksi buah manggis sebesar 117.595 ton dan meningkat menjadi 190.294 ton pada tahun 2012 (Wijana et al., 2012).

(38)

komponen seluruh buah manggis yang paling besar adalah kulitnya, yakni 70-75%, sedangkan daging buahnya hanya 10- 15% dan bijinya 15-20 %. Kandungan xanthone tertinggi terdapat dalam kulit buah manggis, yakni 107,76 mg per 100 g kulit buah. Xanthone merupakan subtansi kimia alami yang tergolong senyawa polyphenolic, yang dihasilkan oleh metabolit sekunder. Selain itu, buah manggis juga mengadung katekin, potasium, kalsium, fosfor, besi, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, dan vitamin C (Yatman, 2012).

Tabel 1. Kandungan kulit manggis

Komposisi Satuan Nilai

(39)

21

2.5.3 Xanthone dan Derivatnya

Kandungan tertinggi antioksidan pada kulit manggis adalah senyawa xanthone. Berdasarkan strukturnya, xanthone tergolong senyawa aromatik sederhana, seperti dibenzofuran, dibenzopyran, dan griseofulvin. Ciri golongan ini adalah adanya inti kerangka dibenzo-g-pyron yang menunjukkan dekatnya hubungan xanthone dengan flavonoid dan chromomer, turunan g-pyron. Inti xanthone bebas berupa kristal jarum tidak berwarna, tapi jarang dijumpai di alam. Sedangkan, yang sering dijumpai adalah bentuk turunan oksigenisasinya, sehingga umumnya xanthone yang diisolasi berbentuk kristal jarum berwarna kuning. Xanthone dan derivatnya dapat diisolasi dari pericarp kulit buah berupa 3-isomangostin, alpha-mangostin, betamangostin, gamma-mangostin, garcinone A, garcinone B, garcinone C, garcinone D, maclurin, dan mangostenol. Turunan senyawa xanthone yang paling dominan pada kulit manggis adalah alpha-mangostin (Permana, 2010; Yatman, 2012).

2.5.4 Kulit Manggis Sebagai Antioksidan

(40)

dinilai mempunyai potensi lebih besar. Berkaitan dengan aktivitas antioksidan tersebut, kedua ekstrak tersebut juga mampu menunjukkan aktivitas neuroprotektif pada sel NG108-15. Seiring dengan hasil tersebut, penelitian lainnya memaparkan hasil skrining aktivitas antioksidan dari senyawa-senyawa tersebut, yang menunjukkan aktivitas poten adalah : 8-hidroksikudraxanton, gartanin, alpha-mangostin, gamma-mangostin dan smeathxanton A (Nugroho, 2007).

Sel hidup dalam tubuh memiliki kerentanan untuk mengalami oksidasi oleh radikal bebas dan xanthone memiliki peranan khusus dalam hal ini. radikal peroksil (ROO) akan mengoksidasi xanthone dengan cepat, sehingga radikal peroksil itu akan berubah menjadi R-H. Perubahan itu terjadi karena molekul oksigen direduksi oleh garcinone B sebagai derivat xanthone. Reaksinya dapat menghambat radikal bebas dari berbagai jenis oksigen reaktif dari beberapa contoh radikal bebas, seperti H3C ( carbon-centered), R, R2NO (nitrogen-centered), RO, H3COO (O2-centered), atau ROO, dapat dihilangkan oleh xanton jenis garcinone B atau parvixanton dalam proses oksidasi (Yatman, 2012).

(41)

23

Penelitian lain mengemukakan bahwa ekstrak kulit manggis sebagai antioksidan bermanfaat dalam meningkatkan ekspresi cAMP Responsive Element Modulator (CREM) dan protamine, menurunkan kadar malondialdehyde (MDA) pada organ testis, meningkatkan jumlah dan motilitas spermatozoa, serta menurunkan abnormalitas spermatozoa pada tikus. Penelitian ini menggunakan ekstrak etanol kulit manggis dengan dosis 200 mg/KgBb, 400 mg/KgBb, dan 600 mg/KgBb. Ketiga dosis tersebut, terbukti memberikan pengaruh perbaikan sistem reproduksi pada tikus yang sebelumnya telah diberikan paparan radikal bebas berupa asap rokok (Afrizal et al, 2012; Armidha et al, 2012; Permatasari et al, 2012).

2.6 Tikus Putih (Rattus novergicus) Galur Sprague dawley

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Rodentia Subordo : Sciurognathi Famili : Muridae Sub-Famili : Murinae Genus : Rattus

(42)
(43)

25

2.7 Kerangka Teori

Keterangan :

= Peningkatan = Penurunan

//

= Penghambatan

---

= Variabel yang diteliti

(44)

2.8 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 9. Kerangka konsep

2.9 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Ekstrak etanol kulit manggis memiliki pengaruh meningkatkan jumlah spermatozoa tikus yang diberi paparan gelombang elektromagnetik handphone periode kronik.

(45)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan rancangan acak lengkap dengan Posttest Only Control Group Design. Dalam penelitian ini dilakukan randomisasi, artinya pengelompokan anggota-anggota kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan berdasarkan acak atau random. Kelompok-kelompok tersebut dianggap sama sebelum dilakukan perlakuan. Dengan rancangan ini, memungkinkan peneliti mengukur pengaruh perlakuan (intervensi) pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan kelompok tersebut dengan kelompok kontrol (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini menggunakan tikus jantan yang dibagi dalam 5 kelompok. Terdiri dari kelompok kontrol satu (K1), kontrol dua (K2), perlakuan satu (P1), perlakuan dua (P2), dan perlakuan tiga (P3).

(46)

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2015.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Animal House, Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Biomolekular Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Sastroasmoro (1995) Populasi adalah setiap subyek (dapat berupa manusia, binatang percobaan, data laboratorium dan lain-lain) yang memenuhi karakteristik yang ditentukan. Dalam penelitian ini populasi yang dimaksud adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley berumur 10-12 minggu dengan berat badan sekitar 200-300 gram yang diperoleh dari Palembang Tikus Center (PTC).

3.3.2 Sampel Penelitian

(47)

29

atau acak. Kemudian tikus-tikus tersebut dibagi ke dalam 5 kelompok dengan pengulangan sebanyak 5 kali, sesuai dengan rumus Frederer.

t (n-1) ≥ 15 Keterangan :

n = jumlah ulangan setiap kelompok. t = banyaknya perlakuan.

Penelitian ini menggunakan 5 kelompok uji, sehingga banyaknya ulangan adalah sebagai berikut.

t (n-1) ≥ 15 5 (n-1) ≥ 15 5n-5 ≥ 15 5n ≥ 20 n ≥ 4

n = 4

Jadi, banyaknya ulangan setiap kelompok percobaan adalah 4 ekor. Namun, jumlah ini harus diolah untuk diperhitungkan kembali agar dapat mengantisipasi hilangnya unit eksperimen, dengan rumusan sebagai berikut.

N =

Keterangan :

(48)

n = jumlah pengulangan.

f = perkiraan proporsi drop out sebesar 10%. (Yana, E. 2014).

Dari rumusan tersebut sehingga perhitungan nya adalah sebagai berikut.

N =

Jadi, jumlah sampel yang diperlukan untuk setiap kelompok adalah 5 ekor dan jumlah kelompok yang digunakan adalah 5 kelompok sehingga pada penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus dari populasi yang ada.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1 Kriteria Inklusi

a. Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.

b. Berada pada rentang usia 10-12 minggu.

c. Memiliki berat sekitar 200-300 gram.

(49)

31

3.4.2 Kriteria Eksklusi

a. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi di laboratorium.

b. Sakit (penampakan rambut kusam, rontok atau botak, keluar cairan atau eksudat yang tidak normal dari mata, hidung, mulut, anus atau genital, serta perubahan aktivitas menjadi tidak aktif).

3.5 Alat dan Bahan

3.5.1 Alat Penelitian

a. Spuit 1cc dan sonde lambung, untuk pemberian ekstrak pada tikus.

b. Timbangan elektronik, untuk menimbang berat badan tikus.

c. Alat untuk pemeriksaan spermatozoa (pinset, bilik hitung improved neubauer, pipet eppendorf, kaca arloji, object glass, deck glass).

d. Mikroskop.

e. Minor set, untuk melakukan pembedahan tikus.

f. Handscoen, Kapas, dan alkohol.

g. Handphone dan stopwatch.

h. Kandang modifikasi (fiber), sebagai wadah untuk pemaparan radiasi.

(50)

3.5.2 Bahan Penelitian

a. Hewan coba yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.

b. Bahan pakan hewan berupa pelet.

c. Kulit buah manggis.

d. Larutan etanol 40%, ketamine, dan NaCl 0,9%.

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Ethical Clearance

Penelitian ini dimulai dengan pengajuan proposal ethical clearance untuk mendapatkan izin etik penelitian menggunakan 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dengan galur Sprague dawley. Proposal diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3.6.2 Pengadaan Hewan Coba

(51)

33

3.6.3 Adaptasi Tikus

Sebelum memulai perlakuan, tikus terlebih dahulu diadaptasi selama 7 hari dan diukur berat badannya. Selama masa adaptasi dan masa perlakuan, tikus diberi makan serta minuman air ad libitum.

3.6.4 Pembagian Kelompok

Tabel 2. Pembagian kelompok perlakuan

Kelompok Perlakuan

Kelompok K1 Kelompok kontrol satu, tanpa perlakuan paparan

gelombang elektromagnetik handphone dan tanpa pemberian ekstrak etanol kulit manggis

Kelompok K2 Kelompok kontrol dua, dengan perlakuan paparan

gelombang elektromagnetik handphone selama 3 jam / hari selama 28 hari, tanpa pemberian ekstrak etanol kulit manggis

Kelompok P1 Kelompok perlakuan satu, dengan pemberian

paparan gelombang elektromagnetik handphone

selama 3 jam / hari dan ekstrak etanol kulit manggis dengan dosis 50 mg/kgbb/hari selama 28 hari

Kelompok P2 Kelompok perlakuan dua, dengan pemberian

paparan gelombang elektromagnetik handphone

selama 3 jam / hari dan ekstrak etanol kulit manggis dengan dosis 100 mg/kgbb/hari selama 28 hari

Kelompok P3 Kelompok perlakuan tiga, dengan pemberian

paparan gelombang elektromagnetik handphone

selama 3 jam / hari dan ekstrak etanol kulit manggis dengan dosis 200 mg/kgbb/hari selama 28 hari

3.6.5 Prosedur Pembuatan Ekstrak Kulit Manggis

1. Determinasi buah manggis.

(52)

2. Pembuatan ekstrak etanol kulit manggis.

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan menggunakan kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang sudah dilepaskan dari daging buah dan kulit luar yang keras, kemudian diekstrak dengan menggunakan pelarut etanol 40%.

3. Pemberian ekstrak etanol kulit manggis dilakukan selama 28 hari dan 30 menit sebelum dilakukan induksi gelombang elektromagnetik handphone.

(Dyahnugra & Widjanarko, 2015).

3.6.6 Perlakuan Paparan Gelombang Elektromagnetik Handphone

(53)

35

Paparan tersebut dilakukan setiap malam selama 28 hari, 30 menit setelah hewan diberikan ekstrak kulit manggis.

Gambar 11. Sketsa kandang tikus modifikasi untuk paparan (Victorya, 2015).

3.6.7 Prosedur Terminasi Hewan Coba

Terminasi tikus dilakukan setelah perlakuan terakhir, tikus diterminasi dengan anastesi terlebih dahulu menggunakan ketamine dosis 75-100mg/kg secara intraperitoneal, kemudian di euthanasia dengan metode cervical dislocation. Kemudian, subjek penelitian dilakukan pembedahan guna mengambil sampel spermatozoa dari kauda epididimis untuk diamati.

3.6.8 Prosedur Pengamatan Jumlah dan Motilitas Spermatozoa

a. Jumlah spermatozoa

(54)

dipakai selaku cairan pengencer. Isilah pipet dengan suspensi sperma yang telah dihomogenkan terlebih dahulu, selanjutnya diambil sebanyak 10µl sampel dan dimasukkan ke dalam kotak-kotak hemositometer improved neubauer serta ditutup dengan kaca penutup. Di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 kali, hitunglah spermatozoa dalam kamar hitung pada permukaan seluas 1 mm2, kemudian angka yang telah didapat dikalikan dengan 200.000 untuk mendapatkan hasil spermatozoa/ml (Gandasoebrata, 1967).

Gambar 12. Bilik Hitung Improved Neubauer (Luthfi, 2013).

b. Motilitas Spermatozoa

(55)

37

spermatozoa dari kauda epididimis seperti penjelasan di atas kurang lebih 10-15 μl ke atas gelas objek lalu ditutup dengan kaca penutup. Perhitungan motilitas spermatozoa dilakukan dengan menghitung persentase spermatozoa di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 100 kali, dihitung yang pergerakannya progresif maju ke depan dibandingkan dengan seluruh teramati (bergerak dan tidak bergerak) kemudian dikali dengan 100% (Rahmanisa & Maisuri, 2013).

3.7 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

3.7.1 Identifikasi Variabel

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak kulit manggis dan paparan gelombang elektromagnetik handphone.

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah dan motilitas spermatozoa tikus.

c. Variabel perantara, variabel ini dibagi menjadi dua :

i. Dapat dikendalikan, yang termasuk dalam variabel ini diantaranya adalah sebagai berikut.

% motilitas =

(56)

1. Berat badan dan makanan tikus 2. Lingkungan tempat tinggal 3. Jumlah waktu paparan 4. Dosis ekstrak kulit manggis

ii. Tidak dapat dikendalikan, yang termasuk dalam variabel ini diantaranya adalah sebagai berikut.

(57)

39

3.7.2 Definisi Operasional Variabel

Tabel 3. Definisi operasional

(58)

3.8 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data numerik yang terdiri atas rerata jumlah spermatozoa/ml dan rerata persentase motilitas spermatozoa untuk setiap kelompok.

3.9 Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data diubah ke dalam bentuk tabel, kemudian proses pengolahan data menggunakan program komputer yang terdiri beberapa langkah sebagai berikut:

1. Koding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan

selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

2. Data entry, memasukkan data ke dalam komputer.

3. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang

telah dimasukkan ke dalam komputer.

4. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian

dicetak.

3.10 Analisis Data

Analisis statistik untuk mengolah data yang diperoleh menggunakan program

komputer dengan analisis bivariat. Analisis bivariat adalah analisis yang

digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat dengan menggunakan uji statistik. Hasil penelitian dilakukan uji

(59)

41

kenormalan distribusi data. Kemudian dilakukan uji Levene untuk mengetahui

varians data. Data yang berdistribusi normal dan homogen dilakukan uji

parametric One Way Anova. Sedangkan, data yang distribusinya tidak normal

dilakukan uji non parametrik Kruskal-Wallis. Hasil uji yang menunjukkan data

signifikan (p<0,05) dilanjutkan dengan melakukan analisis Post Hoc untuk

(60)

3.11 Alur Penelitian

(61)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pemberian ekstrak etanol kulit manggis tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah spermatozoa tikus putih jantan yang diberi paparan gelombang elektromagnetik handphone periode kronik.

2. Pemberian ekstrak etanol kulit manggis memberikan pengaruh terhadap peningkatan motilitas spermatozoa tikus putih jantan yang diberi paparan gelombang elektromagnetik handphone periode kronik.

5.2 Saran

1. Peneliti lain disarankan untuk menggunakan sumber gelombang elektromagnetik lain untuk penelitian selanjutnya.

2. Peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak kulit manggis dalam mencegah penurunan jumlah spermatozoa. 3. Peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai dosis efektif

ekstrak kulit manggis dalam menjaga fungsi sistem reproduksi.

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Adiyati PN. (2011). Ragam jenis ektoparasit pada hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Afrizal FR, Aulanni’am, Pramana, A., & Marhendra, A. P. W. (2012). Pengaruh

ekstrak ethanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap ekspresi cAMP responsive element modulator (CREM) dan morfologi spermatozoa pasca paparan asap rokok pada tikus (Rattus norvegicus) jantan. Jurnal Medical Veteriner, 3(4), 1–10.

Agarwal A, Deepinder F, Sharma RK, Ranga G, & Li J. (2008). Effect of cell phone usage on semen analysis in men attending infertility clinic: an observational study. Fertility and Sterility, 89(1), 124-28.

Alatas Z, & Lusiyanti Y. (2001). Efek kesehatan radiasi non pengion pada manusia. prosiding seminar nasional keselamatan, kesehatan, dan lingkungan (pp. 1-11). Jakarta: Litbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir BATAN.

Al-Damegh MA. (2012). Rat testicular impairment induced by electromagnetic radiation from a conventional cellular telephone and the protective effects of the antioxidants vitamins c and e. Clinics, 67(7), 785–92.

Almasiova V, Holovska K, Cigankova V, & Racekova E. (2013). Influence of electromagnetic radiation on selected organs in rats. RFFCH, 9(3), 1–6. Anies. (2007). Mengatasi gangguan kesehatan masyarakat akibat radiasi

elektromagnetik dengan manajemen berbasis lingkungan [disertasi]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Armidha RN, Aulanni’am, & Wuragil DK. (2012). Potensi ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap ekspresi protamine dan motilitas spermatozoa tikus (Rattus norvegicus) yang terpapar asap rokok. Jurnal Medical Veteriner, 3(4), 1–10.

(63)

norvegicus) selama aktivitas fisik maksimal [disertasi]. Denpasar: Universitas Udayana.

Athena, Tugaswati AT, Sukar, & Soesanto SS. (2000). Kuat medan listrik dan medan magnet pada peralatan rumah tangga dan kantor. Buletin Penelitian Kesehatan, 27(1), 170–7.

BBC. (2014). Orang Indonesia pengguna ponsel nomor 1 di dunia. Tersedia di: www.bbc.com/indonesia/majalah/2014/06/140605_majalah_ponsel_indonesi a. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2015.

De Luliis GN, Newey RJ, King BV, & Aitken RJ. (2009). Mobile phone radiation induces reactive oxygen species production and DNA damage in human spermatozoa in vitro. Plos One, 4(7), 1–9.

Dyahnugra AA, Widjanarko SB. (2015). Pemberian ekstrak bubuk simplisia kulit manggis (Garcinia mangostana L.) menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar jantan kondisi hiperglikemik. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(1), 113-23.

Emilan TA. (2011). Manggis (Garcinia mangostana) [report]. Jakarta: Universitas Indonesia.

Gandasoebrata R. (1967). 'Mani', dalam Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat. 171-5.

Guyton AC. (2008). 'Fungsi reproduksi dan hormonal pria', dalam Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11, eds. L. Y. Rachman, H. Hartanto, A. Novrianti, & N. Wulandari. Jakarta: EGC. 1048-63.

Hamada AJ, Singh A, & Agarwal A. (2011). Cell phones and their impact on male fertility: Fact or Fiction. The Open Reproductive Science Journal, 3. 125–37. Harefa SPA. (2003). Analisis perbandingan model propagasi untuk komunikasi

bergerak pada sistem GSM 900 [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Hayati A, A Lenci KN, Subani ND, & Yudiwati R (2014). The potential of garciniamangostana pericarp extract on spermatogenesis and sperm quality of mice (Mus musculus) after 2- methoxyethanol exposure. J. Appl. Environ. Biol. Sci.,4(4), 47–51.

Janhom P, & Dharmasaroja P. (2015). Neuroprotective effects of alpha-mangostin on mpp induced apoptotic cell death in neuroblastoma sh-sy5y cells. Journal of Toxicology. 1-11.

(64)

Luthfi MJ. (2013). Analisis kualitas sperma hewan uji : metode penghitungan bilangan sperma epididimis tikus. Kaunia, 9(1), 32–9.

Mailankot M, Kunnath AP, Jayalekshmi H, Koduru B, & Valsalan R. (2009). Radio frequency electromagnetic radiation (RF-EMR) from GSM (0.9/1.8GHz) mobile phones induces oxidative stress and reduces sperm motility in rats. Clinics, 64(6), 561–565.

Mescher AL. (2012). 'Sistem reproduksi pria', dalam Histologi dasar junqueira edisi 12, ed. H. Hartanto. Jakarta: EGC. 362–74.

Middleton E, Kandaswami C, & Theoharides TC. (2000). The effects of plant flavonoids on mammalian cells: implications for inflammation, heart disease, and cancer. Pharmacological Reviews, 52(4), 673–751.

Nugroho AE. (2007). Manggis (Garcinia mangostana L.) : dari kulit buah yang terbuang menjadi kandidat suatu obat. Majalah Obat Tradisional, 12(42), 1– 9.

Notoatmodjo S. (2012). 'Metode penelitian eksperimen, dalam Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 56-59.

Permana AW. (2010). Kulit buah manggis dapat menjadi minuman instan kaya antioksidan. Warta Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, 32(2), 5–7. Permatasari FR, Marhendra, APW, & Aulanni’am. (2012). Studi terapi ekstrak

kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap penurunan kadar Malondialdehyde (MDA) pada organ testis dan jumlah spermatozoa tikus (Rattus norvegicus) hasil induksi paparan asap rokok. Jurnal Medical Veteriner, 3(4). 1–10.

Proboyekti U. (2007). Teknologi nirkabel : telepon selular (ponsel)[report]. 1-7. Rahmanisa S, & Maisuri RA. (2013). Pengaruh pemberian ekstrak jahe merah

(Zingiber officinale Roxb. var Rubrum) dan zinc (Zn) terhadap jumlah, motilitas, dan morfologi spermatozoa pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dewasa strain Sprague dawley. JUKE, 3(2), 33–7.

Sastroasmoro S. (1995). 'Pemilihan subyek penelitian', dalam Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Binarupa Aksara. 88-103.

(65)

Sloane E. (2004). 'Sistem reproduksi, kehamilan, dan perkembangan', dalam Anatomi dan fisiologi untuk pemula, ed. W. Palupi. Jakarta: EGC. 345–53. Surya A. (2012). Hubungan penggunaan media elektronik dengan nyeri kepala

pada remaja [tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sutyarso. (2010). Hubungan antara lama menggunakan ponsel dengan jumlah dan kualitas spermatozoa pada laki-laki fertil. Majalah Kedokteran Indonesia, 60(3), 119–125.

Swamardika IBA. (2009). Pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik terhadap kesehatan manusia. Teknologi Elektro, 8(1). 106–9.

Tangpong J, Miriyala S, Noel T, Sinthupibulyakit C, Jungsuwadee P, & Clair DKS. (2011). Doxorubicin-induced central nervous system toxicity and protection by xanthone derivative of Garcinia mangostana. Neuroscience, 292–299.

Tarigan TRP, Gani UA, & Rajagukguk M. (2013). Studi tingkat radiasi medan elektromagnetik yang ditimbulkan oleh telepon selular. Jurnal Teknik Elektro Universitas Tanjungpura, 1(1), 1–8.

Tortora GJ, & Nielsen MT. (2012). The reproductive systems. In Principles of Human Anatomy 12th ed. Jefferson: Wiley. 884–98.

Victorya RM. (2015). Pengaruh gelombang elektromagnetik handphone terhadap jumlah dan motilitas spermatozoa tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley [skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Walczak-Jedrzejowska R, Wolski JK, & Slowikowska-Hilczer J. (2013). The role

of oxidative stress and antioxidants in male fertility. Central European Journal of Urology, 66(1), 60–7.

WAS (We Are Social), (2014). Global digital statistics 2014. London: We Are Social. 88-93

Wdowiak A, Wdowiak L, & Wiktor H. (2007). Evaluation of the effect of using mobile phones on male fertility. Ann Agric Environ Med, 14, 169–172. WHO (World Health Organization). (2002). Establishing a dialogue on risks from

electromagnetic fields. Geneva: Department of Protection of The Human Environment. 1-7.

(66)

Yana E. (2014). Pengaruh pemberian ekstrak etanol biji jengkol (Pithecellobium lobarum Benth) terhadap penurunan kadar LDL tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley yang diinduksi aloksan [skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Gambar

Gambaran kelompok ...................................................................................
Gambar 1. Perambatan gelombang elektromagnetik (Harefa, 2003).
Gambar 2. Potongan sagital testis (Tortora & Nielsen, 2012).
Gambar 3. Tahapan spermatogenesis (Mescher, 2012).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah leukosit pada kelompok perlakuan baik sop d a m Torbangun 5% maupun daun Torbangun kering 5% menunjukkan tidak ada

Pemantauan adalah usaha atau tindakan mengamati, mengawasi, dan memeriksa secara terstruktur perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan

Usaha dalam bidang pertanian atau disebut juga agrobisnis (agribisnis ) adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari

Yang tampak pada tayangan tersebut adalah unsur materialisme cenderung dikedepankan dengan penonjolan sisi kepemilikan materi, kesuksesan dan kekuasaan seseorang.. Begitu pula

Kesimpulannya adalah bahwa melalui strategi REACT dengan setting Teams Games Tournament dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa kelas VII D SMP Negeri

Berdasarkan kendala di atas guru memutuskan untuk melanjutkan penelitian pada siklus II dengan melakukan perbaikan pada beberapa aspek, antara lain: Guru harus

Dari hasil pengujian perbedaan mean dengan menggunakan uji t menunjukkan t hitung (3,04) lebih besar dari t tabel (2,00 dk 70) pada taraf signifikan  0,05, dengan