• Tidak ada hasil yang ditemukan

Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandar Lampung Terhadap Pencalonan Herman HN Dalam Pemilihan Gebernur Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandar Lampung Terhadap Pencalonan Herman HN Dalam Pemilihan Gebernur Lampung"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ORIENTASI POLITIK MASYARAKAT KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENCALONAN HERMAN HN DALAM PEMILIHAN

GUBERNUR LAMPUNG Oleh

REZA DWI SAPUTRA

Setiap orang yang mengikuti perkembangan politik lokal di Provinsi Lampung dalam konteks Pemilihan Gubernur tentunya memiliki orientasi politik sebagai cara pandang yang berhubungan erat dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat terkait dengan objek politik.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandar Lampung Terhadap Pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif, dengan mengambil sampel yaitu masyarakat di Kelurahan Labuh2.an Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung yang berjumlah 98 orang.

(2)

dalam Pemilihan Gubernur Lampung dan tidak ada (0,00%) responden memiliki orientasi politik yang negatif terhadap Pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung. Rata-rata nilai aspek kognitif adalah 2.6 (masuk dalam kategori positif), rata-rata nilai aspek afaketif adalah 2.6 (masuk dalam kategori positif) dan rata-rata nilai aspek evaluatif adalah 2.7 (masuk dalam kategori positif).

(3)

ABSTRACT

POLITICAL ORIENTATION OF BANDAR LAMPUNG PEOPLE TOWARD HERMAN HN CANDIDACY ON LAMPUNG

GOVERNOR ELECTION By

REZA DWI SAPUTRA

Everyone who follows the local political developments in the province of Lampung in the context of the election of Governor certainly has a political orientation as a perspective that is closely related to the values held by the people associated with the political object. The purpose of this research was to determine political orientation of Bandar Lampung people toward Herman HN candidacy on Lampung Governor Election

This research is a descriptive study, with a quantitative approach, by taking a sample community on Labuhan Ratu District of Bandar Lampung, amounting to 98 people.

(4)

Governor of Lampung and no (0.00%) of respondents have a negative orientation towards political candidacy of Herman HN in Lampung Governor Election. Average value of cognitive aspect is 2.6 (include in positive category), value of affective aspect is 2.6 (include in positive category), and value of evaluative aspect is 2.7 (include in positive category).

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Reza Dwi Saputra dilahirkan di Bandar Lampung, tanggal 20 Oktober 1989, merupakan putra dari pasangan Bapak Zailani, S.E dan Ibu Dra. Baiduri, M.M. Peneliti merupakan anak ke dua dari empat bersaudara, memiliki satu saudara laki-laki dan dua saudara perempuan yakni Redo Tridinata Wijaya, Reni Yuliana Meutia, S.Kom dan Rera Maulindra.

(10)

PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT penguasa alam semesta, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, memberikan akal

dan semangat untuk senantiasa bertawakal.

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan bagi junjungan Nabi Muhammad SAW.

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Kedua Orang Tua Ku Yang Sangat Kusayangi

Thank you so much mam pap, atas semua perjuangan dan kasih sayang nya. ini awal dari semua mimpi

Mba dan Kedua Adik Tersayang

Reni yuliana meutia, Redo Tridinata Wijaya, Rera Maulindra yang telah memberikan semangat serta doa

kepadaku dan juga yang sudah sangat-sangat berharap adik sekaligus kakak nya untuk cepat meraih gelar S.IP.

Sahabat-sahabat terbaikku

Yang selalu menemani dan berbagi dalam suka dan duka

Seluruh angkatan 2009 yang tidak dapat disebut satu persatu jangan pernah lupa akan perjuangan kita di mana tawa dan tangis

menjadi satu demi menggapai gelar S.IP.

(11)

MOTO

“Isi Gelas Sepenuhnya Lalu Kosongkan.” (Chairil Anwar)

“Kadang Untuk Membuat Orang Menurunkan Senjata

Kita Harus Mengangkat Senjata”

(Malcom X)

“Deposit Emotional Banking”

(12)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rosulullah Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga serta pengikutnya. Penulisan skripsi berjudul: Orientasi Politk Masyarakat Kota Bandar Lampung Terhadap Pencalonan Herman HN Dalam Pemilihan Gebernur Lampung, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.

Penulis sadar bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi yang sederhana ini guna lebih bermanfaat di kemudian hari.

Skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan FISIP Universitas Lampung.

(13)

3. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan. 4. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A. selaku pembimbing utama yang telah banyak

membantu dan memberikan motivasi selama proses bimbingan skripsi serta kritik saran dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini agar menjadi lebih baik.

5. Bapak Arizka Warganegara, S.IP., M.A selaku pembimbing ke dua yang juga amat banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Dr. Suwondo, M.A selaku Penguji Utama yang juga sangat banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Syafarudin. S,Sos selaku Pembimbing Akademik, yang telah banyak membantu dan membeikan motivasi di bidang akademik sejak awal perkuliahan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Jajaran Dosen Pengajar Ibu Tabah, Pak Sigit, Ibu Dwi, Ibu Feni, Pak Maulana, Pak Pitojo, Pak Ismono, Pak Piping, Pak Syafar, Pak Syarief, Bapak Yana Ekana, Pak Himawan, dan Pak Budi Kurniawan, serta dosen-dosen lain, terimakasih atas wawasan ilmu yang diberikan, mohon maaf apabila banyak hal yang kurang berkenan.

9. Seluruh staf Jurusan Ilmu Pemerintahan,serta Staf FISIP Universitas Lampung yang tak dapat ditulis satu per satu, terima kasih telah banyak membantu Penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Pemerintahan. 10. Buat Mami dan Papi yang tidak pernah henti henti nya untuk memberi

semangat.

(14)

12. Buat My Best Friend Noprian Saputra, S. Kom., terima kasih atas bantuannya yang membuat penulis sangat terharu. yang juga dapat menemani baik disaat susah maupun senang.

13. Buat Siti Fei Kenia Nournabila, S.IP., yang dari awal sampai akhir penulis menyelesaikan kuliah tetap memberi bantuannya. Terima kasih banyak buat bantuannya, terima kasih juga sudah bisa menjadi teman yang sangat baik dalam perjuangan. semoga mimpi-mimpi kita terwujud.

14. Buat sahabat-sahabat terbaik yang pernah penulis miliki: Jevta Mahendra, Budi Purlingga, Hajar Gilang Suwandaru dan Welly Thames Vary.

15. Buat seseorang yang ada di sana, terima kasih atas tamparannya yang membuat penulis selalu termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Ini awal dari sebuah mimpi, penulis yakin kita akan bersatu lagi.

Allah Maha Melihat semua yang ada di dunia ini, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian, dan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis,

(15)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

HALAMAN JUDUL ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ... vi

HALAMAN PENGESAHAN ... vii

PERNYATAAN ... viii

RIWAYAT HIDUP ... ix

MOTTO ... x

PERSEMBAHAN ... xi

SAN WACANA ... xii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 10

II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Orientasi Politik ... 11

1. Pengertian Orientasi Politik ... 11

2. Klasifikasi Orientasi Politik ... 13

3. Kategori Orientasi Politik ... 15

4. Hubungan Antara Orientasi Politik dan Budaya Politik ... 17

B. Masyarakat ... 19

1. Pengertian Masyarakat... 19

2. Ciri-Ciri Masyarakat ... 20

C. Pemilihan Kepala Daerah ... 25

1. Pengertian Pemilihan Kepala Daerah ... 25

2. Fungsi Pemilihan Kepala Daerah ... 27

D. Kerangka Pikir ... 28

III METODE PENELITIAN ... 31

A. Tipe Penelitian ... 31

B. Definisi Konsep ... 31

C. Definisi Operasional... 32

D. Populasi dan Sampel ... 34

(16)

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Teknik Pengolahan Data ... 36

H. Skala Data dan Penentuan Skor ... 37

I. Teknik Analisa Data ... 37

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 39

A. Sejarah Singkat Kelurahan Labuhan Ratu ... 39

B. Keadaan Geografis Kelurahan Labuhan Ratu ... 42

C. Keadaan Demografis Kelurahan Labuhan Ratu ... 42

D. Tugas dan Fungsi Struktur Kelurahan Labuhan Ratu ... 45

V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Identitas Responden ... 48

1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 48

2. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur ... 49

3. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 49

4. Identitas Responden Menurut Pekerjaan ... 50

B. Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandar Lampung Terhadap Pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung ... 51

1. Orientasi Kognitif (Pengetahuan) ... 51

2. Orientasi Afektif (Perasaan) ... 67

3. Orientasi Evaluatif (Perilaku/Tindakan) ... 75

C. Kategori Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandar Lampung TerhadapPencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung ... 81

D. Pembahasan ... 83

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 92

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penentuan Skor ... 37

2. Distribusi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin ... 43

3. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan ... 44

4. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 44

5. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ... 48

6. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur ... 49

7. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 50

8. Identitas Responden Menurut Pekerjaan ... 50

9. Pemahaman Responden pada Langkah Herman HN dalam Melakukan Sosialisasi Menjelang Pemilihan Gubernur ... 52

10.Pemahaman Responden pada Materi Sosialisasi oleh Herman HN Menjelang Pemilihan Gubernur ... 53

11.Pemahaman Masyarakat pada Kegunaan Sosialisasi oleh Herman HN Menjelang Pemilihan Gubernur ... 55

12.Pemahaman Masyarakat pada Reputasi Herman HN ... 56

13.Pemahaman Responden terhadap Kedekatan Herman HN dengan Masyarakat ... 58

14.Pemahaman Responden terhadap Kemampuan Herman HN membina Hubungan dengan Masyarakat ... 60

15.Pemahaman Masyarakat terhadap kualitas Kepemimpinan Herman HN sebagai Calon Gubernur Lampung... 61

16.Pemahaman Responden pada Keberhasilan Kepemimpinan Herman HN ... 63

17.Pemahaman Responden terhadap Keberhasilan Pembangunan Kota Bandar Lampung oleh Herman HN ... 64

(18)

Kota Bandar Lampung Terhadap Pencalonan Herman HN dalam

Pencalonan Gubernur Lampung ... 66 20.Tanggapan atau Penilaian Masyarakat terhadap visi Herman HN dalam

Memajukan Pendidikan ... 67 21.Tanggapan atau Penilaian Masyarakat terhadap visi Herman HN dalam

Memajukan Kesehatan ... 69 22.Tanggapan atau Penilaian Masyarakat terhadap visi Herman HN dalam

Memajukan Pembangunan ... 70 23.Tanggapan atau Penilaian Masyarakat terhadap visi Herman HN dalam

Memajukan Pelayanan Publik ... 71 24.Tanggapan atau Penilaian Masyarakat terhadap visi Herman HN dalam

Memajukan Kesejahteraan Masyarakat ... 72 25.Kategori Aspek Afektif dalam Orientasi Politik Masyarakat

Kota Bandar Lampung Terhadap Pencalonan Herman HN dalam

Pencalonan Gubernur Lampung ... 74 26.Dukungan Responden terhadap Program Herman HN dalam Memajukan

Pendidikan ... 75 27.Dukungan Responden terhadap Program Herman HN dalam Memajukan

Kesehatan ... 76 28.Dukungan Responden terhadap Program Herman HN dalam Memajukan

Pembangunan ... 78 29.Dukungan Responden terhadap Program Herman HN dalam Memajukan

Pelayanan Publik ... 79 30.Dukungan Responden terhadap Program Herman HN dalam Memajukan

Meningkatkan Kesejaheraan Masyarakat ... 79 31.Kategori Aspek Evaluatif dalam Orientasi Politik Masyarakat

Kota Bandar Lampung Terhadap Pencalonan Herman HN dalam

Pencalonan Gubernur Lampung ... 80 32.Kategori Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandar Lampung Terhadap

(19)

Lampiran 1

KUISIONER PENELITIAN

ORIENTASI POLITIK MASYARAKAT KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENCALONAN HERMAN HN DALAM PEMILIHAN

GUBERNUR LAMPUNG 0916021099

A. IDENTITAS RESPONDEN

Petunjuk: Isilah Identitas Anda dengan Benar

1. Nama : ... 2. Jenis Kelamin : ... 3. TTL/Umur : ... 4. Pendidikan Terakhir : ... 5. Pekerjaan : ...

B. DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER

Berilah tanda (√ ) pada alternatif jawaban yang telah disediakan, sesuai dengan opini, pandangan atau pendapat Anda.

Orientasi Kognitif

1. Apakah Anda memahami langkah Herman H.N. dengan cara sosialisasi menjelang Pemilihan calon Gubernur?

(20)

2. Apakah Anda memahami materi sosialisasi yang dilakukan oleh Herman H.N. dengan cara sosialisasi menjelang Pemilihan calon Gubernur?

a. Paham b. Cukup Paham c. Tidak Paham

3. Apakah Anda memahami kegunaan sosialisasi yang dilakukan oleh Herman H.N. dengan cara sosialisasi menjelang Pemilihan calon Gubernur?

a. Paham b. Cukup Paham c. Tidak Paham

4. Apakah Anda memahami bahwa Herman H.N. merupakan salah satu calon Gubernur yang memiliki reputasi baik

a. Paham b. Cukup Paham c. Tidak Paham

5. Apakah Anda memahami bahwa Herman H.N. merupakan salah satu calon Gubernur yang dekat dengan masyarakat?

a. Paham b. Cukup Paham c. Tidak Paham

6. Apakah Anda memahami bahwa Herman H.N. mampu membangun hubungan yang baik dengan masyarakat yang dipimpinnya?

(21)

7. Apakah Anda memahami bahwa selama memimpin Kota Bandar Lampung, Herman H.N. memiliki kualitas kepemimpinan yang baik

a. Paham b. Cukup Paham c. Tidak Paham

8. Apakah Anda memahami bahwa Herman HN selama memimpin Kota Bandar Lampung dapat dinyatakan sebagai pemimpin yang berhasil?

a. Paham b. Cukup Paham c. Tidak Paham

9. Apakah Anda memahami bahwa selama memimpin Kota Bandar Lampung, Herman H.N. berhasil melaksanakan pembangungan dengan baik?

a. Paham b. Cukup Paham c. Tidak Paham

10.Apakah Anda memahami bahwa selama memimpin Kota Bandar Lampung, Herman H.N. berhasil memberikan pelayanan publik dengan baik?

a. Paham b. Cukup Paham c. Tidak Paham

Orientasi Afektif

11.Apakah anda menyukai visi dan misi Herman H.N. yang akan memajukan pendidikan di Lampung?

a. Suka

(22)

12.Apakah anda menyukai visi dan misi Herman H.N. yang akan meningkatkan bidang kesehatan di Lampung?

a. Suka

b. Cukup Suka c. Tidak Suka

13.Apakah anda menyukai visi dan misi Herman H.N. yang akan meningkatkan pembangunan di Lampung?

a. Suka

b. Cukup Suka c. Tidak Suka

14.Apakah anda menyukai visi dan misi Herman H.N. yang akan meningkatkan pelayanan publik di Lampung?

a. Suka

b. Cukup Suka c. Tidak Suka

15.Apakah anda menyukai visi dan misi Herman H.N. yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Lampung?

a. Suka

b. Cukup Suka c. Tidak Suka

Orientasi Evaluatif

16.Apakah Anda mendukung program Herman H.N. yang akan memajukan pendidikan di Lampung?

a. Mendukung

(23)

17.Apakah Anda mendukung program Herman H.N. yang akan meningkatkan bidang kesehatan di Lampung?

a. Mendukung

b. Cukup Mendukung c. Tidak Mendukung

18.Apakah Anda mendukung program Herman H.N. yang akan meningkatkan pembangunan di Lampung?

a. Mendukung

b. Cukup Mendukung c. Tidak Mendukung

19.Apakah Anda mendukung program Herman H.N. yang akan meningkatkan pelayanan publik di Lampung?

a. Mendukung

b. Cukup Mendukung c. Tidak Mendukung

20.Apakah Anda mendukung program Herman H.N. yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Lampung?

a. Mendukung

b. Cukup Mendukung c. Tidak Mendukung

(24)
(25)
(26)
(27)
(28)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(29)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Orientasi politik pada dasarnya merupakan cara pandang yang berhubungan erat dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat, orientasi politik suatu masyarakat dapat muncul dari dalam masyarakat itu sendiri atau dapat muncul dari luar masyarakat, tetapi tanggapan anggota masyarakat terhadap orientasi itu berbeda-beda tergantung dari pengetahuan dan nilai-nilai yang dimilikinya (Sjamsudin, 1993: 8).

(30)

2

banyak janji dianggap semakin banyak mengingkari. Banyak mengumbar janji memberikan kesan negatif bagi calon di mata pemilih

Penelitian lain oleh Setiajid (2011) yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih pemula dalam menggunakan hak pilihnya adalah faktor pengaruh orang tua, faktor pilihan sendiri, faktor media massa, partai politik dan iklan politik, dan faktor teman sepergaulan. Faktor yang dominan yang mempengaruhi pemilih pemula dalam menggunakan hak pilihnya pada adalah faktor pengaruh dari pilihan sendiri dan orang tua. Orientasi politik pemilih pemula dalam menggunakan hak pilihnya meliputi orientasi kognitif, afektif maupun evaluatif sudah mengarah pada tataran orientasi positif dimana orientasi yang ditunjukkan dengan tingkat pengetahuan dan frekuensi kesadaran yang tinggi, perasaan dan evaluasi positif terhadap obyek politik.

(31)

3

Penelitian Hastato Pribady (2011) menunjukkan bahwa orientasi politik aktivis perempuan LSM Damar dan LSM Sekar Sewu pada Pemilihan Walikota Bandar Lampung Tahun 2010 adalah sebagai berikut: (1) Orientasi kognitif, aktivis perempuan memiliki pemahaman terhadap hakikat Pemilihan Walikota Bandar Lampung sebagai suatu mekanisme demokratisisasi untuk memilih pemerintah kota secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (2) Orientasi afektif, para aktivis perempuan cenderung memiliki perasaan dan sikap yang kurang baik apabila pada proses Pemilihan Walikota Bandar Lampung masih terdapat berbagai kecurangan dan kelemahan yang dapat mengurangi dan mengotori hakikat demokrasi lokal (3) Orientasi evaluatif, para aktivis perempuan menilai bahwa proses demokratisasi lokal yang diwujudkan dalam Pemilihan Walikota Bandar Lampung secara umum sudah berjalan dengan baik, namun mereka memiliki harapan kepada Walikota dan Wakil Walikota terpilih untuk memperhatikan kepentingan kaum perempuan.

(32)

4

Fakta politik menunjukkan bahwa Pemilihan Gubernur Lampung Tahun 2014 didominasi oleh para calon gubernur yang berlatar belakang birokrat atau pejabat negara yang masih aktif. Dalam Pemilihan Gubernur Lampung Tahun 2014 terdapat empat pasangan calon gubernur sebagai berikut:

1. Muhammad Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri

Muhammad Ridho Ficardo adalah Ketua DPD Partai Demokrat Lampung dan Bachtiar Basri adalah Bupati Tulangbawang Barat

2. Berlian Tihang dan Mukhlis Basri

Berlian Tihang adalah Sekretaris Daerah Provinsi Lampung dan Mukhlis Basri adalah Bupati Lampung Barat

3. Muhammad Alzier Dianis Thabrani dan Lukman Hakim

Muhammad Alzier Dianis Thabrani adalah Ketua DPD Partai Golkar Lampung dan Lukman Hakim adalah Walikota Metro

4. Herman HN dan Zainudin Hasan

Herman HN adalah Walikota Bandar Lampung dan Zainudin Hasan adalah berlatar belakang pengusaha

(Sumber: www.radarlampung.calongubernurlampung2014.html.Diakses 22 Februari 2014)

(33)

5

Feodalisme merupakan struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik yang dijalankan kalangan bangsawan/monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra. (Miriam Budiardjo, 1998: 7-8).

Peraturan perundang-undangan pada dasarnya tidak melarang kepala daerah/wakil kepala daerah yang masih aktif untuk mencalonkan diri dalam pemilihan Gubernur, tetapi ditinjau dari etika politik, hal ini kurang baik, sebab idealnya kepala daerah/wakil kepala daerah yang masih aktif tersebut menyelesaikan masa jabatannya di kabupaten/kota masing-masing dan melaksanakan dan menyelesaikan program yang telah mereka janjikan kepada masyarakat pada saat berkampanye untuk menjadi kepala daerah/wakil kepala daerah kabupaten/kota tersebut sampai masa jabatannya berakhir.

(34)

6

Sebelum pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah, setiap calon kepala daerah, partai politik dan tim suksesnya berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan sosialisasi mengenai diri dan program yang mereka tawarkan. Melalui proses sosialisasi ini, masyarakat calon pemilih memilii kesempatan maksimal untuk mendapatkan informasi kepala daerah, sebagai dasar bagi mereka dalam menentukan pilihan. Hal ini sesuai dengan konsep bahwa masyarakat merupakan sasaran sosialisasi yang dilakukan oleh para calon kepala daerah dan partai politik, yang menjanjikan berbagai program dan perubahan bagi masyarakat, seperti sembako murah, pendidikan murah, pengobatan murah dan sebagainya.

Salah satu calon dalam Pilkada Provinsi Lampung adalah Herman H.N., yang menjabat sebagai Walikota Bandar Lampung. Herman H.N. telah melakukan sosialisasi politik dengan menyebarkan berbagai media berupa spanduk, pamplet dan media lainnya ke berbagai daerah di Provinsi Lampung. Pencalonan Herman HN tersebut dilaksanakan melalui sosialisasi politik yang dilaksanakan tersebut merupakan proses distribusi informasi politik. Sosialisasi politik membantu sebagai media distribusi dan penyebaran sejumlah hal ke masyarakat luas (Hal ini sangat bertolak belakang dengan keadaan yang berlaku dalam sistem politik tertutup, di mana distribusi dan penyebaran informasi serta pengetahuan politiknya terbatas pada kelompok).

(35)

7

tidak buta informasi. Mereka tidak lagi memilih asal memilih, melainkan lebih mempertimbangkan banyak hal ketika memutuskan akan memilih kandidat calon kepala daerah.

Herman HN yang masih menjabat sebagai Walikota Bandar Lampung mengandalkan beberapa program unggulan pada berbagai bidang sebagai materi sosialisasi politiknya menjelang Pemilihan Gubernur Lampung. Hal ini mengacu pada pelaksanaan program selama menjabat sebagai Walikota Bandar Lampung, misalnya pada bidang kesehatan adanya program berobat gratisdi 12 Rumah Sakit Swasta, dan 4 Rumah Sakit Pemerintah, semua penyakit di ruang kelas tiga selama 5 (lima) hari untuk masyarakat yang tidak mampu dengan jumlah anggaran 30 milyar / tahun. dan selama 2 tahun ini sudah dibangun 15 Puskesmas rawat inap 2 lantai.

Program di bidang pendidikan adalah peningkatan kualitas tenaga kependidikan dari jenjang S1 dan S2 sejumlah 120 guru sebesar Rp. 20 Juta/ guru/ tahun. Pembagian perlengkapan sekolah (2 stel pakaian, sepatu, kaos kaki, topi, tas dan alat-alat tulis) untuk 40.000 siswa secara gratis setiap tahun, bantuan biaya operasional 318 PAUD sebesar 5 juta/PAUD. Pemberian kuota 40% anak tidak mampu diterima di sekolah SMP, SMA Negeri dan SMK di seluruh Bandar Lampung secara gratis tanpa tes. Pemberian insentif guru honorer murni TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK berjumlah 6.000 guru sebesar Rp. 900.000/guru dengan nilai total Rp. 5,4 Milyar.

(36)

8

setiap masjid untuk biaya hari besar Islam (1 Muharam dan Isra' Mi'raj), bantuan untuk setiap pesantren Rp. 25 Juta/ tahun di seluruh Bandar Lampung serta adanya program pembangunan 3 Masjid/ tahun sebesaar Rp. 500 juta/masjid/tahun.

Program di bidang infrastruktur, adanya program perbaikan dan perluasan jalan protokol, lampu jalan, taman kota, air mancur yang ada diseluruh Kota Bandar Lampung. Pembangunan drainase di titik-titik rawan banjir dan pembangunam tiga 3 jembatan layang (fly over) di Kota Bandar Lampung. (Sumber: http://www.zainudinhasan.com/2013/07/profil-herman-hn.htm. Diakses 24 Februari 2014)

(37)

9

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung, dengan beberapa alasan bahwa Kecamatan Labuhan Ratu merupakan kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Kedaton yang berdiri pada tanggal 17 September 2012 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012 tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan, sehingga dengan dilakukan penelitian di Kecamatan ini maka akan diperoleh gambaran mengenai orientasi politik masyarakat di salah satu kecamatan baru di Kota Bandar Lampung.

Kelurahan Labuhan Ratu merupakan Ibu Kota Kecamatan Labuhan Ratu, sehingga cukup mewakili seluruh kelurahan yang ada dan pelaksanaan penelitian di Kelurhan ini merupakan representasi dari enam kelurahan yang ada yaitu Kelurahan Kampung Baru Raya, Labuhan Ratu, Labuhan Ratu Raya, Sepang Jaya, Kota Sepang dan Bandar Gumanti. Terdapat data dan sumber data yang mendukung pelaksanaan penelitian Kelurahan Labuhan Ratu, yaitu terdapat 3.983 Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang tersebar di 17 Tempat Pemungutan Suara (TPS). Alasan lainnya adalah sampai dengan penelitian ini dilaksanakan belum ada penelitian dengan kajian serupa di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung.

(38)

10

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandar Lampung Terhadap Pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandar Lampung Terhadap Pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya cakrawala pengetahuan dan wawasan dalam kajian ilmu pemerintahan pada khususnya dan khazanah ilmu-ilmu sosial politik pada umumnya. 2. Kegunaan Praktis

(39)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Orientasi Politik

1. Pengertian Orientasi Politik

Orientasi politik merupakan cara pandang yang berhubungan erat dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat, orientasi politik suatu masyarakat dapat muncul dari dalam masyarakat itu sendiri atau dapat muncul dari luar masyarakat. Akan tetapi tanggapan anggota masyarakat terhadap orientasi itu berbeda-beda tergantung dari pengetahuan dan nilai-nilai yang dimilikinya.

Menurut Sjamsudin (1993: 8), orientasi seseorang bisa saja berubah sesuai dengan pengetahuan yang didapatnya dan nilai-nilai yang dimilikinya. Nilai-nilai itulah yang akan mempengaruhi, dan kadang-kadang dapat “membentuk”, keseluruhan “sikap” masyarakat terhadap suatu orientasi. Itulah

(40)

12

Menurut Goeltom dalam Mediastutie (2006: 15), orientasi politik merupakan suatu cara pandang masyarakat baik yang homogen maupun heterogen dalam struktur masyarakat tersebut, yang dilatar belakangi oleh nilai-nilai yang ada dalam masyarakat maupun yang berada diluar masyarakat. Sehingga dapat membentuk sikap dan menjadi terpola oleh mereka untuk memandang suatu objek politik

Menurut Nazarudin Sjamsuddin (1993: 10), orientasi politik masyarakat dapat berubah melalui dua cara yaitu dengan cara pemaksaan dan dengan cara persuasif. Jika orientasi politik masyarakat dilakukan dengan cara pemaksaan maka masalah yang akan timbul adalah:

a. Sikap Menentang

Suatu ciri yang menonjol yang melekat pada segala bentuk paksaan ialah bahwa tindakan itu tidak dikehendaki atau tidak disukai oleh yang menjadi sasaran pemaksaan. Reaksi yang lazim ditemui adalah sikap menentang. Penentangan terhadap suatu paksaan dapat saja mengambil bentuk yang keras ataupun lunak, tergantung kepada karakter daripada objek pemaksaan, disamping dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan aksi keras yang diberikan terhadap upaya pemaksaan itu dapat berkembang menjadi faktor yang mengancam stabilitas sistem politik.

b. Perubahan Sesaat

(41)

13

melestarikan orientasi yang dipaksakan itu, dan akan memberikan orientasi politiknya kepada penguasa pemerintah hal ini berarti bahwa orientasi politik akan hidup selama penguasa mampu menunjang kehadirannya kepada masyarakat

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, penulis memaknai bahwa orientasi politik adalah suatu cara pandang suatu individu atau golongan masyarakat terhadap fenomena-fenomena politik yang dilatar belakangi oleh nilai-nilai yang dimililkinya. Nilai-nilai tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal sehingga dapat membentuk sikap yang terpola dalam memandang suatu objek politik.

2. Klasifikasi Orientasi Politik

Menurut Almond dalam Arifin Rahman (1998: 33-34), untuk mengetahui bagaimana sikap individu atau masyarakat terhadap sistem politik, kita dapat menggunakan tiga komponen orientasi politik, yakni komponen kognitif, komponen afektif, komponen evaluatif.

a. Orientasi Politik Kognitif

(42)

14

b. Orientasi Politik Afektif

Orientasi Politik afektif akan berbicara tentang perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para actor dan penampilannya yang membuat seseorang menerima atau menolak suatu sistem politik.

c. Orientasi Politik Evaluatif

Orientasi ini mengenai keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik yang secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan. Orientasi ini ditentukan oleh evaluasi moral yang telah dimiliki seorang dan juga berkaitan dengan evolusi normatif, moral politik dan etika politik

Menurut Almond dalam Arifin Rahman (1998: 35), orientasi seseorang dapat dilihat secara sistematis jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengetahuan apa yang dimiliki seorang tentang negara dan sistem politikya dalam pengertian umum, sejarah, ukuran lokasi, kekuasaan, sifat-sifat konstitusional dan lain-lain. Bagaimana perasaan-perasaannya terhadap karakteristik sistemik ini, dan bagaimana pendapatnya tentang kelebihan atau kekurangan serta penilainnya terhadap karakteristik yang sistemik tersebut?

b. Bagaimana pemahaman seorang tentang struktur dan peranan, kaum elit politik dan pengajuan-pengajuan kebijaksanaan yang diperkenalkan di dalam arus pembuatan kebijaksanaan yang bersifat ”upward”? bagaimana

(43)

15

c. Bagamana pemahaman yang dimiliki tentang arus pengokohan kebijaksanaan yang ”downward” struktur-struktur, individu-individu,

keputusan-keputusan yang dilibatkan dalam seluruh rangkaian proses ini? Bagaimana perasaan dan pendapatnya terhadap hal-hal itu?

d. Bagaimana perasaan pribadinya sebagai anggota sistem politik tersebut? Bagaimana pemahamannya tentang haknya, kekusaannya, kewajibannya dan strategi untuk dapat memasuki kelompok orang-orang yang berpengaruh? Bagaimana penilaiannya terhadap kemampuan norma-norma partisipasi dan penampilan apa yang diketahui dan dipergunakannya dalam membuat penilaian politik, atau dalam menyampaikan pendapatnya.

3. Kategori Orientasi Politik

Menurut Rusadi KantaPrawira (1998: 31), orientasi politik yang dimiliki sesorang terhadap objek-objek politik dapat dikategorikan menjadi:

a. Orientasi positif, orientasi ini yang ditunjukkan dengan tingkat pengetahuan dan frekuensi kesadaran yang tinggi, perasaan dan evalusi posistif terhadap objek politik.

b. Orientasi negatif, orientasi yang ditunjukkan dengan tingkat pengetahuan dan frekuensi kesadaran yang rendah, evaluasi dan perasaan negatif yang tinggi terhadap objek politik.

(44)

16

Kategori di atas sesuai dengan penjelasan Setiajid (2011), dengan mengutip pendapat Almond, bahwa orientasi seseorang terhadap obyek-obyek politik, diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Orientasi Positif, yaitu orientasi yang ditunjukkan dengan tingkat pengetahuan dan frekuensi kesadaran yang tinggi, perasaan dan evaluasi positif terhadap obyek politik.

b. Orientasi Negatif, yaitu orientasi yang ditunjukkan dengan tingkat pengetahuan dan frekuensi kesadaran yang rendah, evaluasi dan perasaan negatif yang tinggi terhadap obyek politik.

c. Orientasi Netral, yaitu orientasi yang ditunjukkan oleh frekuensi ketidakpedulian yang tinggi atau memiliki tingkat orientasi yang sangat terbatas bahkan tidak memiliki orientasi sama sekali terhadap obyek-obyek politik.

Kategori orientasi politik tersebut berhubungan dengan empat macam obyek politik, yaitu sebagai berikut:

a. Sistem politik secara keseluruhan, yakni meliputi antara lain: intenistas pengetahuan, ungkapan perasaan yang ditandai oleh apresiasi terhadap sejarah, ukuran lingkup lokasi, persoalan kekuasaan, karakteristik konstitusional negara atau sistem politiknya.

(45)

17

antara lain meliputi pula pengamatan atas partai politik, kelompok kepentingan, dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai sarana penampung berbagai tuntutan. c. Proses output, meliputi antara lain: intensitas pengetahuan dan perbuatan

tentang proses aktivitas berbagai cabang pemerintahan yang berkenan dengan penerapan dan pemaksaan keputusan-keputusan otoritatif. Singkatnya berkenaan dengan fungsi pembuatan peraturan/perundang-undangan oleh lembaga legislatif, fungsi pelaksanaan aturan oleh eksekutif (termasuk birokrasi) dan fungsi peradilan.

d. Diri sendiri, meliputi antara lain: intensitas pengetahuan dan frekuensi perbuatan seseorang dalam mengambil peranan di arena sistem politik. Dipersoalkan apakah yang menjadi hak, kekuasaan dan kewajibannya. Apakah yang bersangkutan dapat memasuki lingkungan orang atau kelompok yang mempunyai pengaruh atau bahkan bagaimana caranya untuk meningkatkan pengaruhnya sendiri. Kemudian lebih lanjut dipersoalkan kriteria apakah yang dipakainya dalam membentuk pendapat dalam masyarakat atau sebagai keseluruhan sistem politik.

4. Hubungan antara Orientasi Politik dan Budaya Politik

(46)

18

Almond dan Verba dalam Arifin Rahman (1998: 43), mengartikan budaya politik sebagai suatu sikap orientasi yang khas dari warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada dalam sistem itu. Almond mengklasifikasikan budaya politik menjadi tiga macam, yaitu:

a. Budaya Politik Parokial

Suatu budaya politik di mana tingkat partisipasi politik sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif (misalnya tingkat pendidikan rendah). Budaya politik parokial menyatakan, ketiadaanya harapan-harapan terhadap perubahan yang diperbandingkan dengan sistem politiknya, dengan demikian parokialisme dalam sistem bersifat yang diferensiatif, lebih bersifat efektif dan orientatif daripada kognitifnya.

b. Budaya Politik Subyek

Suatu budaya politik di mana masyarakat sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya, tetapi masih relatif pasif. Budaya politik subyek sering terwujud dalam masyarakat yang tidak terdapat struktur masukan yang diferensiasi, sedangkan orientasi politik dalam sistem politiknya lebih bersifat normatif dan afektif daripada kognitif.

c. Budaya Politik Partisan

(47)

19

B. Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat

Menurut Koentjaraningrat (1998: 147), masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat merupakan sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Soekanto (2002: 148) berpendapat bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang melakukan ineraksi berdasarkan hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya sesuai dengan kepentingan manusia dan kelompoknya yang terlihat dari adanya suatu identitas bersama.

Menurut Weber dalam Soekanto (2002: 24), masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem dari kebiasaan atau tata cara dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia, keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan masyarakat, masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah

(48)

20

menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan menempati suatu wilayah tertentu dan menjalankan hubungan diantaranya dengan menjalankan suatu fungsi-fungsi tertentu yang saling menentukan satu sama lain.

2. Ciri-Ciri Masyarakat

Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang secara nyata ada maupun fiktif bertempat di wilayah tertentu, di mana anggota-anggotanya memiliki kepentingan tertentu, mempunyai suatu kesamaan perasaan bahwa hanya dengan hidup demikianlah maka kebutuhan-kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidupnya dapat terpenuhi. Masyarakat juga dapat dimaknai sebagai hubungan antar manusia bersifat pribadi, kenal mengenal dengan akrab, sepahit-semanis, seduka-sesuka, disertai saling percaya mempercayai yang berakar pada kesatuan keturunan dan kesatuan keluarga, mempunyai kesatuan adat dan kepercayaan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Menurut Seokanto (2002: 150-151), ada beberapa unsur yang dapat dijadikan ciri suatu kelompok masyarakat, yaitu:

a. Seperasaan

Unsur perasaan akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kelompok tersebut, sehingga kesemuanya dapat menyebutkan dirinya sebagai “kelompok

(49)

21

b. Sepenanggungan

Setiap individu sadar akan perannya dengan kelompok dan masyarakat sendiri memungkinkan perannya, dalam kelompok dijalankan, sehingga dia mempunyai kedudukan yang pasti dalam darah dagingnya sendiri.

c. Saling memerlukan

Individu yang tergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada komunitasnya yang meliputi kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikologis.

Selanjutnya menurut Seokanto (2002: 154), masyarakat merupakan sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu sebagai satu kesatuan hukum, terorganisir, memiliki lembaga baik formal maupun non formal, dan berkaitan dengan hukum dan pemerintahan, memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Ada empat komponen penting dalam suatu kelompok yang bisa membentuk suatu masyarakat, yaitu sebagai berikut:

a. Interaksi

Interaksi dalam suatu kelompok merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi, individu dapat melihat perbedaan antara kelompok atau dengan istilah coact, yaitu orang yang secara serentak terikat dalam aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi antara satu dengan lainnya. b. Waktu

(50)

22

memiliki karakteristik atau cirri ang tidak dimiliki oleh kumpulan sementara.

c. Ukuran atau jumlah partisipan dalam kelompok

Dalam hal ini tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok.

d. Tujuan

Mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannnya.

(51)

23

Manusia adalah makhluk yang memiliki akal yang dengan akalnya tersebut manusia dapat membayangkan dirinya serta peristiwa-peristiwa yang mungkin dapat terjadi pada dirinya, sehingga manusia dapat mengadakan pilihan serta seleksi pilihan serta seleksi terhadap berbagai alternatif dalam tingkah lakunya untuk mencapai efektifitas yang optimal dalam mempertahankan hidupnya. Jika ditemukan suatu tingkah laku yang kolektif dalam menanggulangi hidup, maka manusia cenderung untuk mengulanginya. Kemudian dengan komunikasi terhadap individu lain terutama terhadap keturunannya, maka ini akan menjadi suatu pola yang mantap. Hal inilah yang biasanya membentuk adat istiadat atau suatu kebiasaan dalam lingkungan kolektif.

(52)

24

Menurut Koentjaraningrat (1998: 172), proses ini mengakibatkan terjadinya aneka warna dalam kehidupan diberbagai tempat di muka bumi. Adanya sarana untuk berintegrasi menyebabkan warga dari suatu kolektif akan saling berintegrasi. Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia mejadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai faktor kehidupannya dalam batas kesatuan itu yang menjadi sebuah adat istiadat dan bersifat kontiniu. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berintegrasi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu dan yang terikat oleh satu rasa identitas yang sama.

a. Komunitas adalah satu kesatuan hidup manusia yang menempeti suatu wilayah yang nyata dan berintegrasi menurut sistem adat istiadat dan terikat oleh rasa identititas komunitas.

b. Kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri yang objetif yang dapat dikenakan kepada manusia-manusia itu. c. Golongan sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena suatu ciri

yang dikenakan kepada masyarakat yang bersifat spesifik dari pihak luar d. Kelompok dan perkumpulan adalah adanya interaksi dari tiap anggota

dengan adanya adat istiadat serta norma yang mengatur secara kontiniuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggota.

(53)

25

C. Pemilihan Kepala Daerah

1. Pengertian Pemilihan Kepala Daerah

Menurut Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Pasal 58 menyebutkan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah warga negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat:

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik lndonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah; c. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas dan/atau

sederajat;

d. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun;

e. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim dokter;

f. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau lebih;

(54)

26

h. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya; i. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan; j. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau

secara badan hukum yang menjadi tanggungjawabnya yang merugikan negara.

k. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

l. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela;

m. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang belum n. Mempunyai NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran pajak;

o. Menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami atau istri; p. Belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah

selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama; dan q. Tidak dalam status sebagai penjabat kepala daerah.

Pemilihan Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung memiliki beberapa kelebihan atau keunggulan, sebagaimana dikemukakan Amirudin (2003: 184-186), yaitu:

(55)

27

memberi keleluasaan bagi merembesnya nilai-nilai transparansi, independensi dan kejujuran.

b. Adanya kemungkinan kekerasan terhadap proses dan kekerasan terhadap data, sedikit terkurangi.

c. Berkurangnya praktek premanisme politik uang. Jika Pemilihan Kepala Daerah dilakukan secara langsung, kemungkinan politik uang dapat diminimalisasi

Sementara itu kelemahan dari Pemilu sistem langsung adalah sebagai berikut: a. Makin terpolarisasinya politik uang. Sistem Pemilu Langsung bukan

berarti menjadi satu-satunya cara yang sanggup mengatasi politik uang. b. Kerawanan sosial politik. Jika politik uang tetap berjalan didukung dengan

pengendalian diri dari bakal calon maupun massa pendukung yang rendah, sempurnalah kerawanan sosial potensial terlahir dalam sistem Pemilu secara langsung.

c. Problem kelembagaan politik yang baru. Pemilu langsung bukanlah harus dipahami sebatas bahwa ia merupakan mekanisme demokrasi yang paling otentik.

2. Fungsi Pemilihan Kepala Daerah

Muhammad A.S. Hikam (2002), menyebutkan setidaknya ada beberapa fungsi terpenting Pemilu, yaitu sebagai berikut:

a. Legitimasi politik

(56)

28

memiliki kedaulatan. Dalam hal ini, kebijaksanaan yang dibuat pemerintah selaku decission maker akan memperoleh dukungan atau sangsi yang kuat, karena keduanya berlandaskan sepenuhnya pada aspirasi rakyat, bukan pemaksaan

b. Sirkulasi elit politik

Dengan Pemilu, terjadinya sirkulasi atau pergantian elit kekuasaan dilakukan secara lebih adil, karena warga negaralah yang langsung menentukan siapa yang masih dianggap memenuhi syarat sebagai elit politik dan siapa yang tidak. Secara tidak langsung ini pula menggambarkan bahwa Pemilu memiliki fungsi kontrol warga negara terhadap pemerintahnya.

c. Pendidikan politik Pemilu berfungsi sebagai alat untuk melakukan pendidikan politik bagi warga negara agar dapat memahami hak dan kewajiban politiknya. Dengan keterlibatan dalam proses pelaksanaan Pemilu, diharapkan warga negara akan mendapat pelajaran langsung tentang bagaimana selayaknya warga negara berkiprah dalam sistem demokrasi. Sehingga pada tataran selanjutnya akan mengakar pemahaman bahwa warga negara adalah pemegang kedaulatan tertinggi dan sangat menentukan gerak serta perjalanan bangsa dan negara.

D. Kerangka Pikir

(57)

29

cara pandang tersebut bisa dilatar belakangi oleh nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai yang berasal dari dalam seperti nilai-nilai budaya yang telah dimilki oleh masyarakat dimana nilai-nilai tesebut telah tertanam. Sedangkan nilai-nilai yang berasal dari luar masyarakat seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, lingkungan dan sebagainya.

Komponen orientasi kognitif berkenaan dengan tingkat pengetahuan pemilih mengenai jalannya pemerintahan, simbol-simbol negara, simbol-simbol politik, tokoh-tokoh atau aktor-aktor pemerintahan dan kebijakan-kebijakan yang mereka ambil. Orientasi afektif berbicara tentang perasaan pemilih terhadap aspek-aspek politik. Sedangkan komponen evaluatif berbicara tentang penilaian terhadap sistem politik dan bagian-bagiannya. Orientasi evaluatif juga berkaitan dengan keputusan dan pendapat masyarakat terhadap partai politik pilihan, penyelesaian persoalan ekonomi, politik dan keamanan oleh pemimpin terpilih dan keterlibatan publik dalam kampanye.

(58)

30

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mengetahui Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandar Lampung Terhadap Pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung, sebagaimana dapat dilihat pada bagan kerangka pikir berikut ini:

[image:58.595.113.481.227.692.2]

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Pemilihan Gubernur Lampung

Tahun 2014

Pencalonan Herman HN

Orintasi Politik Masyarakat

Orientasi Kognitif (Pemahaman dan

Kesadaran Masyarakat)

Orientasi Afektif (Sikap dan Perasaan

Masyarakat)

Orientasi Evaluatif (Penilaian dan

Tindakan Masyarakat)

Kategori Orientasi Politik

 Positif

 Negatif

(59)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendy (2002: 5), penelitian deskriftif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku, di dalamnya terdapa-apat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi atau ada. Pendekatan kuantitatif adalah analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan perhitungan rumus dan angka-angka atau analisis statistik.

Menurut Nazir (2003: 54), metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena, metode penelitian deskriptif juga ingin mempelajari berbagai norma atau standar.

B. Definisi Konsep

(60)

32

Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi konsep orientasi politik merupakan cara pandang masyarakat terhadap objek berupa pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung, sehingga dapat membentuk sikap dan menjadi terpola oleh mereka untuk memandang objek politik.

C. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun dan Effendi (2002: 68), definisi operasional atau operasionalisasi variabel adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka akan diketahui baik buruknya variabel tersebut. Berdasarkan pengertian di atas maka definisi operasional mengenai orientasi politik merupakan suatu cara pandang masyarakat terhadap objek berupa pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung, adalah sebagai berikut:

1. Orientasi kognitif, berkaitan dengan pemahaman masyarakat pada pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung, dengan indikator sebagai berikut:

a. Pemahaman masyarakat pada pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung

b. Pemahaman masyarakat pada sosialiasasi dalam pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung

c. Pemahaman masyarakat pada latar belakang Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung

(61)

33

2. Orientasi afektif, berkaitan dengan perasaan dan sikap masyarakat pada pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung, dengan indikator sebagai berikut:

a. Sikap masyarakat pada visi Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung

b. Sikap masyarakat pada misi Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung

c. Sikap masyarakat pada pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung

3. Orientasi evaluatif, berkaitan dengan penilaian dan tindakan yang dilakukan masyarakat pada pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung, dengan indicator sebagai berikut:

a. Penilaian masyarakat pada program Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung

b. Penilaian masyarakat pada kemampuan Herman HN dalam melaksanakan program jika terpilih menjadi Gubernur Lampung

Orientasi politik tersebut selanjutnya dikategorikan sebagai berikut:

1. Orientasi politik positif, apabila orientasi yang ditunjukkan dengan tingkat pengetahuan dan frekuensi kesadaran yang tinggi, perasaan dan evaluasi positif terhadap obyek politik berupa pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung

(62)

34

negatif yang tinggi terhadap obyek politik berupa pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung

3. Orientasi Netral, yaitu orientasi yang ditunjukkan oleh frekuensi ketidakpedulian yang tinggi atau memiliki tingkat orientasi yang sangat terbatas bahkan tidak memiliki orientasi sama sekali pada obyek politik berupa pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung

Pertimbangan dilakukannya pengelompokan terhadap orientasi politik masyarakat kota bandar lampung terhadap pencalonan Herman HN dalam kategori positif, netral dan negatif tersebut adalah agar diketahui arah atau kecenderungan orientasi politik masyarakat, sebagai dasar untuk menentukan ada atau tidaknya dukungan masyarakat terhadap objek politik berupa pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian baik berupa manusia, benda, peristiwa maupun berbagai gejala yang terjadi, yang merupakan variabel yang diperlukan untuk memecahkan masalah penelitian. Dengan demikian, maka populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung yang mengetahui adanya aktivitas pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung, yang berjumlah 3.983 orang dengan kriteria sebagai berikut:

(63)

35

3) Terdaftar di DPT sebagai pemilih pada Pemilihan Gubernur Lampung Tahun 2014

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang akan dijadikan responden dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus T. Yamane sebagai berikut:

1 Nd N n 2   Keterangan:

n = Besarnya sampel N = Jumlah populasi d = Nilai presisi (10%) 1 = Bilangan Konstant (Sugiyono, 2002: 210)

Berdasarkan rumus di atas maka besarnya sampel adalah :

1 ) 1 , 0 ( 3.983 3.983 2

n =

1 ) 01 , 0 ( 3.983 3.983

 = 39,83 1

3.983

 = 40,83

3.983

= 97.55

Dengan demikian maka besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 97.55, dibulatkan menjadi 98 orang.

E. Jenis Data

Jenis data penelitian ini meliputi: 1. Data Primer

(64)

36

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian, seperti buku, majalah, literatur, dokumentasi berupa monografi dan sebagainya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Kuisioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan secara tertulis dengan menyertakan alternatif jawaban pilihan ganda, untuk mempermudah responden dalam menjawab soal dan untuk mempermudah analisis.

2. Dokumentasi, yaitu melakukan studi dokumentasi dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian, seperti buku, majalah, literatur dan referensi lain.

G. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan dengan:

1. Editing, yaitu memeriksa kembali data yang telah diperoleh, mengenai kesempurnaan jawaban atau kejelasan penulisan.

2. Koding, yaitu memberi kode-kode tertentu pada jawaban di daftar pertanyaan untuk memudahkan pengolahan data.

(65)

37

H. Skala Data dan Penentuan Skor

[image:65.595.133.458.261.345.2]

Skala data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval. Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2002: 112), skala interval adalah skala yang jarak antar datanya bernilai sama. Penentuan skornya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Penentuan Skor

No Jawaban Skor

1 A 3 (tiga)

2 B 2 (dua)

3 C 1 (satu)

I. Teknik Analisa Data

Analisa data kuantitatif yang digunakan adalah dengan model tabulasi tunggal, yaitu membagi kategori-kategori yang telah ditentukan pada tabel frekuensi, untuk dihitung dengan membuat persentase, dengan rumus sebagai berikut:

100 x N F P Keterangan:

P = Persentase jawaban

F = Frekuensi nilai yang diperoleh dari seluruh item N = Jumlah responden

(Suharsimi Arikunto, 2000: 123)

Untuk mengkategorikan operasional mengenai orientasi politik merupakan suatu cara pandang masyarakat terhadap objek berupa pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung digunakan rumus:

I =

K NR

NT

(66)

38

Keterangan: I = interval

NT = Nilai Tertinggi NT = Nilai Terendah K = Kategori Jawaban

(67)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

Responden penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung yang berjumlah 98 orang. Selanjutnya untuk mengetahui secara lebih jelas tentang responden, dideskripsikan identitas responden menurut jenis kelamin, kelompok umur, pendidikan dan pekerjaan.

1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

[image:67.595.115.514.531.619.2]

Identitas responden masyarakat Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung menurut jenis kelamin, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-Laki 66 67,35

2 Perempuan 32 32,65

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2014

(68)

49

2. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

[image:68.595.114.511.253.338.2]

Identitas responden masyarakat Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung menurut kelompok umur, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Frekuensi Persentase

1 47 tahun atau lebih 14 14.29

2 37-46 tahun 37 37.76

3 27-36 tahun 35 35.71

4 17-26 tahun 12 12.24

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2014

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 14 (14,14%) responden berusia 47 tahun atau lebih, sebanyak 38 (38,38%) responden berusia antara 37-46 tahun, sebanyak 35 (35,35%) responden berusia antara 27-36 tahun dan sebanyak 12 (12,12%) responden berusia antara 17-26 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia antara 37-46 tahun, yang bermakna bahwa pada umumnya responden berada pada kelompok usia yang masih produktif dalam melakukan pekerjaannya sehari-hari.

3. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan

(69)
[image:69.595.116.512.120.206.2]

50

Tabel 7. Identitas Responden Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Lulusan SD/sederajat 6 6.12

2 Lulusan SMP/sederajat 31 31.63

3 Lulusan SMA/sederajat 45 45.92

4 Lulusan perguruan tinggi 16 16.33

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2014

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 6 (6,12%) responden adalah lulusan SD/sederajat, sebanyak 31 (31,63%) responden adalah lulusan SMP/sederajat, sebanyak 45 (45,92%) responden adalah lulusan SMA/sederajat dan sebanyak 16 (16,33%) responden adalah lulusan perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah menyelesaikan pendidikan sampai jenjang pendidikan menengah atas.

4. Identitas Responden Menurut Pekerjaan

Untuk mengetahui identitas responden masyarakat Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung menurut pekerjaan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Identitas Responden Menurut Pekerjaan

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Pelajar/Mahasiswa 12 12,24

2 Perusahaan Swasta 17 17,35

3 Pedagang 22 22,45

4 Wiraswasta 44 44.90

5 PNS 3 3,06

Jumlah 98 100,00

[image:69.595.114.495.592.693.2]
(70)

51

Berdasarkan data pada tabel di atas, diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 12 (12,24%) responden adalah pelajar/wiraswasta, sebanyak 17 (17,35%) responden bekerja sebagai pada perusahaan swasta, sebanyak 22 (22,45%) responden bekerja sebagai pedagang, sebanyak 44 (44,90%) responden bekerja sebagai wiraswasta dan 3 (3,06%) responden bekerja sebagai PNS. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai wiraswasta atau mengusahakan lapangan pekerjaan sendiri.

B. Orientasi Politik Masyarakat Kota Bandar Lampung Terhadap Pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung

Orientasi politik merupakan suatu cara pandang masyarakat. khususnya di Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung terhadap objek berupa pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung. Urainnya adalah sebagai berikut:

1. Orientasi Kognitif (Pengetahuan)

Orientasi kognitif, berkaitan dengan pemahaman dan kesadaran masyarakat pada pencalonan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung, yang meliputi pengetahuan masyarakat pada pencalonan Herman HN, sosialiasasi pencalonan Herman HN, latar belakang Herman HN dan kemampuan kepemimpinan Herman HN dalam Pemilihan Gubernur Lampung.

a. Pemahaman Responden pada Langkah Herman HN dalam Melakukan Sosialisasi Menjelang Pemilihan Gubernur

(71)
[image:71.595.110.513.128.203.2]

52

Tabel 9. Pemahaman Responden pada Langkah Herman HN dalam Melakukan Sosialisasi Menjelang Pemilihan Gubernur

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Paham 70 71,43

2 Cukup Paham 22 22,45

3 Tidak Paham 6 6,12

Jumlah 98 100,00

Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 70 (71.43%) responden paham terhadap langkah Herman H.N melaksanakan sosialisasi menjelang Pemilihan Gubernur, sebanyak 22 (22.45%) responden menyatakan cukup paham terhadap langkah Herman H.N melaksanakan sosialisasi menjelang Pemilihan Gubernur dan sebanyak 6 (6.12%) responden menyatakan tidak paham pada langkah Herman H.N dalam melaksanakan sosialisasi menjelang Pemilihan Gubernur. Hal ini menunjukkan bahwa responden memahami langkah Herman H.N dalam melaksanakan sosialisasi menjelang Pemilihan Gubernur.

Menurut Almond dalam Arifin Rahman (1998: 33-34), salah satu komponen orientasi politik adalah komponen kognitif. Orientasi politik kognitif dapat diketahui dari pengetahuan seseorang atau masyarakat tentang kepercayaan pada politik peranan, dan segala kewajibannya serta input, dan outputnya dan juga untuk menilai tingkat pengetahuan seseorang mengenai jalannya sistem politik, tokoh-tokoh pemerintahan, kebijaksanaan yang mereka ambil, atau mengenai simbol-simbol yang dimiliki oleh suatu sistem politik.

Menurut Sjamsudin (1993: 7), orientasi politik merupakan cara pandang yang

(72)

53

politik suatu masyarakat dapat muncul dari dalam masyarakat itu sendiri atau dapat muncul dari luar masyarakat. Akan tetapi tanggapan anggota masyarakat terhadap orientasi itu berbeda-beda tergantung dari pengetahuan dan nilai-nilai yang dimilikinya.

Sosialisasi yang dilaksanakan dengan tepatnya maksudnya adalah Calon Gubernur berkampanye sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh KPU, tidak melakukan kampanye hitam atau kampanye yang menyudutkan calon lain serta memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Calon Gubernur tidak diperkenankan melakukan kampanye hitam atau kampanye yang menyudutkan calon lain serta tidak memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Kampanye jenis ini hanya menjadikan masyarakat sebagai objek politik, yaitu memanfaatkan suara rakyat demi kepentingan pribadi calon Gubernur untuk memperoleh kekuasaan.

b. Pemahaman Responden pada Materi Sosialisasi Menjelang Pemilihan Gubernur yang Dilaksanakan Herman HN

[image:72.595.113.514.623.729.2]

Pemahaman responden pada materi sosialisasi oleh Herman HN menjelang Pemilihan Gubernur Lampung, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Pemahaman Responden Pada Materi Sosialisasi oleh Herman HN Menjelang Pemilihan Gubernur Lampung

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase

1 Paham 49 50,00

2 Cukup Paham 38 38,78

3 Tidak Paham 11 11,22

Jumlah 98 100,00

(73)

54

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa dari 98 responden: sebanyak 49 (50,00%) responden menyatakan paham terhadap sosialisasi oleh Herman HN menjelang Pemilihan Gubernur Lampung, sebanyak 38 (38,37%) responden menyatakan cukup paham terhadap sosialisasi oleh Herman HN menjelang Pemilihan Gubernur dan sebanyak 11 (11,22%) responden menyatakan tidak paham terhadap sosialisasi oleh Herman HN menjelang Pemilihan Gubernur. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan paham terhadap sosialisasi oleh Herman HN menjelang Pemilihan Gubernur Lampung

Menurut Sjamsudin (1993: 8), orientasi seseorang bisa saja berubah sesuai dengan pengetahuan yang didapatnya dan nilai-nilai yang dimilikinya. Nilai-nilai itulah yang akan mempengaruhi, dan kadang-kadang dapat “membentuk”, keseluruhan “sikap” masyarakat terhadap suatu orientasi. Itulah yang muncul atau terpolakan

keatas permukaan sebagai orientasi politik masyarakat Nilai-nilai itu dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal, yakni faktor yang berasal dari luar individu, yang dapat berupa informasi, pengetahuan, lingkungan, teman sepermainan dan sebagainya. Sedangkan faktor internal, yakni faktor yang berasal dari dalam diri individu, berupa pendidikan, keluarga dan sebagainya.

(74)

55

ada penguasaan materi sosialisasi dan tidak tanggapnya calon dalam menjawab pertanyaan apabila ada audiens yang mengajukan pertanyaan. Adanya kemampuan dalam menguasai materi tersebut tentunya akan mendapatkan tanggapan yang baik dari masyarakat, sebab masyarakat bisa menilai salah satu calon yang dianggapnya dapat memimpin Provinsi Lampung. Pentingnya kemampuan dalam menguasai materi ini menunjukkan bahwa calon memiliki konsep kepemimpinan yang j

Gambar

Gambar 1.  Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 1. Penentuan Skor
Tabel 5. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin
Tabel 6. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata Danau Ranau di Kampung Lombok Kecamatan Sukau Kabupaten

Metode BCM (bermain, cerita dan menyanyi) dalam pembelajaran menghafalkan doa harian anak di RA Muslimat NU Miftahul Huda Karangmalang Gebog Kudus juga dapat

c) Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid

Walaupun ingin tahu merupakan kemampuan bawaan mahluk hidup, ia tidak bisa dikategorikan sebagai naluri (instink) karena ia tidak termasuk pola tindakan yang

Nama, Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Kepala Adat Kasepuhan di Kecamatan Leuwidamar Tahun

Ditetapkan di  Bogor pada tanggal  3 Juni 2009 WALIKOTA  BOGOR, ttd DIANI  BUDIARTO Diundangkan di Bogor pada tanggal  3 Juni 2009 SEKRETARIS DAERAH KOTA BOGOR,

Aneka Budaya Dan Komunitas Di Indonesia (terj.), Jakarta: Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial & FS UI.. Aneka Budaya dan Komunitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan konsep neighborhood unit, sebagai perumahan murah, Perumahan Praja Mulia dengan jumlah penduduk rencana sebanyak 1.380