EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI AT-TAQWA PUTRA BEKASI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh: Dedeh Mahmudah
104051001858
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH
DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI
AT-TAQWA PUTRA BEKASI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh:
Dedeh Mahmudah NIM : 104051001858
Pembimbing
,
Drs. HASANUDDIN, MA NIP: 150270815
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 17 Juni 2008
ABSTRAK
Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dalam Pembinaan Akhlak Santri
Islam adalah agama dakwah. Artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya ummat Islam sangat bergantungan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya. Dakwah dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu dengan dakwah bil-lisan dakwah bil-qalam dan dakwah bil-hal asalkan tujuannya sama, sehingga makna dakwah kepada Allah adalah mengajak dan menyeru manusia untuk melaksanakan perintah Alah berupa iman kepada-Nya dan seluruh ajaran para Rasul-Nya.
Untuk mengetahui apakah metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan pondok pesantren At-Taqwa efektif terhadap pembentukan akhlak santri? Untuk mengetahui bagaimana metode dakwah mauidzoh hasanah diterapkan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi?
Dalam penelitian ini di harapkan dapat berguna secara akademis untuk menambah pengetahuan dalam dunia dakwah mauidzoh hasanah dan sebagai masukan untuk para aktivis dakwah.
Penulisan skripsi ini menggunakan teori efektifitas dan dakwah tujuannya untuk melihat seberapa besar pengaruh metode dakwah mauidzoh hasanah dalam pembinaan akhlak santri At-Taqwa Putra Bekasi
Teknik olah data yang digunakan peneliti yaitu dengan dokumentasi atau pengumpulan bahan dari buku, internet dan sebagainya. Selain itu observasi yang didalamnya wawancara dengan nara sumber para mad’u peneliti pun menyebar angket yang berisi pertanyaan guna mengetahui seberapa besar pengaruh metode dakwah mauidzoh hasanah pada santri dalam pembinaan akhlak.
Kegiatan dakwah tersebut secara keseluruhan mampu meningkatkan pengalaman keagamaan para santri, seperti : Bersikap amanah, bijak, rasa syukur serta mempunyai budi pekerti yang baik.
Wawancara dengan Drs. Mawardi MH. Mp.d
(Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa Putra Bekasi)
Tempat : Kantor Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Tanggal : 16 Juni 2008
Pukul : 10. 00 WIB
Pertanyaan dan Jawaban
1. P : Apa yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi?
J : 1. Amanah yang harus dijalankan sebagai seorang ulama yang punya tanggung jawab langsung kepada Allah
2. Keadaan masyarakat yang masih minim dengan pengetahuan Agama
3. Sebagai benteng pertahanan, sebab di pesantrenlah satu-satunya
tempat untuk mencetak kader-kader ulama yang mutafaqqih fiddin.
Jadi tiga hal inilah yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren
At-Taqwa Putra Bekasi.
2. P : Materi atau kitab Akhlak apa saja yang diajarkan di Pondok Pesantren At- Taqwa Putra?
J : Materi atau kitab yang diajarkan pada Pondok Pesantren ada 4 yaitu: Ta’lim Muta’lim
Nasaihul Ibad
Risalatul Muawwanah
3. P :Media apa yang dipakai ketika proses belajar? J : a. Alat-alat tulis manual
b. Alat Praga
c..Perangkat Lainnya seperti: Komputer, OHP, Laboratorium, Ruang
Perpustakaan dll.
4. P : Metode dakwah mauidzoh hasanah bagaimana yang diterapkan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Putra?
J : 1. CBSA yaitu cara belajar siswa aktif yang dilaksanakan di ruang belajar mereka masing-masing dengan bimbingan seorang guru.
2. Diskusi: seluruh santri diajarkan untuk berdiskusi dengan baik. yaitu
mencari solusi/ kebenaran dari permasalahan
3. Ceramah: metode ini dilakukan oleh segenap guru/ ustadz, seorang
guru memberikan penyampaian pesan dakwah terhadap santri,
penyampaian ini biasanya dilakukan diatas mimbar. Selain itu metode
ceramah ini kerap diikuti oleh seluruh santri dalam sebuah acara yang
bernama muhadhoroh
5. P :Kapan metode dakwah mauidzoh hasanah dilaksanakan?
J : Kapan saja bisa dilakukan bukan hanya di atas mimbar. mauidzoh hasanah itu kan merupakan dakwah bil-lisan, artinya dakwah dapat dilakukan di
dalam kelas baik dengan cara belajar mengajar maupun diskusi
keagamaan. Dapat juga dilakukan diluar kelas dengan cara memberikan
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, selalu mendengarkan do’a hamba-Nya, serta tidak
pernah berhenti untuk membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas
akhir akademis sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda
Rosulullah SAW yang telah membawa ummatnya dari zaman kebodohan menuju
zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Syukur alhamdulillah dengan usaha maksimal dan tekad yang bulat serta
dorongan yang kuat dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, selayaknyalah penulis ucapkan terima
kasih kepada:
1. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan sayangi. Teruntuk ayahanda
H. Abdurrahman yang banyak memberikan ruang kedewasaan penulis untuk selalu berfikir akan sesuatu hal, dan memberikan rasa optimis yang tinggi, dan
selalu mengajarkan untuk berbuat baik sesamanya. Ibunda Hj. Ilah Rosilah, Sosok yang menawarkan kesabaran dalam hidup, bijak dalam bertindak, dan
selalu memahami penulis dalam keadaan apapun sejak kecil sampai saat ini.
sartika, Yuliana & Ricky Devis Sugiarto, yang selalu mendo’akan penulis dan memotivasi penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA,
Penulis haturkan terima kasih atas segala tuntunanya dalam menunjukan
penulis akan keberhasilan ilmu pengetahuan.
3. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. H. Murodi, MA., yang
telah mendidik penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga beliau mendapat pahala yang besar atas ilmu yang telah diberikannya
kepada penulis.
4. Drs Wahidin Saputra, MA. Sebagai Ketua Jurusan dan Ibu Umi Musyarofah,
MA., sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah
memberikan penulis masukan, dukungan, nasehat serta do’a.,
5. Dosen Pembimbing skripsi, Drs. Hasanuddin MA., tiada kata yang pantas
terucap selain terima kasih yang mendalam atas kesediaannya untuk
meluangkan waktu di tengah kesibukannya guna memberi masukan, diskusi
dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan batas
waktunya.
6. Kakanda Achmad Marsaidi S.Sos.I yang melimpahkan kasih sayang dan
do’anya. Mendampingi penulis dalam suka maupun duka mengorbankan
waktunya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Mudah-mudahan sukses selalu amiiiiien.
7. Bapak Drs. KH. Mawardi HM, M.Pd dan Stap Pengurus Pondok Pesantren
penjelasan mengenai data-data yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh penulis.
8. Para Santri At-Taqwa Putra yang telah rela meluangkan waktunya untuk
mengisi angket yang diberikan oleh penulis, sehingga penelitian dapat
berlangsung dengan lancar.
9. Teman-teman KPI D angkatan 2004 yang bersama-sama melewati samudera
dan rutinitas perkuliahan di kampus pembaharu ini, semoga persahabatan ini
akan terjalin selamanya. Serta kenangan manis KKN 2007 di Cianjur Ds.
Cilubang yang tak akan pernah terlupakan.
10.Teman-teman seluruh angkatan 2004 Fakultas Dakwah dan Komunikasi atas
segala dukungannya, tetep semangat ya….kawan-kawan HMI Komfakda,
KOHATI Ciputat, HIQMA, FKMA, JJF, LSI, Al-Adzkar….Semoga
Silaturrahmi ini semakin erat sampe kakek nenek.
Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Walaupun demikian, skripsi ini merupakan tanggung jawab
penulis.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Jakarta, 17 Juni 2008
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Metodologi Penelitian ... 6
E. Tinjauan Pustaka ... 10
F. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH DAN AKHLAK SANTRI A. Metode Dakwah Mauidzhoh Hasanah ... 15
1. Pengertian Efektifitas ... 15
2. Pengertian Metode Dakwah ... 17
3. Macam-Macam Metode Dakwah ... 19
4. Pengertian Mauidzoh Hasanah ... 23
5. Ruang Lingkup Mauidzoh Hasanah ... 25
B. Akhlak Santri ... 35
1. Pengertian Akhlak Santri ... 35
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak Santri ... 36
3. Cakupan Akhlak santri ... 40
a. Akhlak terhadap Allah ... 40
b. Akhlak terhadap manusia ... 41
c. Akhlak terhadap lingkungan ... 45
B. Visi Dan Misi dan Tujuan Pondok Pesantren At-Taqwa ... 53
C. Stuktur Organisasi Pondok Pesantren At-Taqwa ... 55
D. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren At-Taqwa ... 57
BAB IV EFEKTIFITAS MAUIDZOTULHASANAH PONDOK PESANTREN AT-TAQWA TERHADAP PERILAKU SANTRI A. Implementasi Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah 1. Nasihat ... 62
2. Tabsyir wa Tandzir ... 63
3. Wasiat ... 64
4. Kisah ... 65
B. Temuan dan Analisis ... 65
1. Identitas Responden ... 65
2. Pembahasan hasil penelitian ... 66
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 85
B. Saran-saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Responden berdasarkan jenis kelamin ... 66 Tabel 2 Responden berdasarkan umur ... 66 Tabel 3 Dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjarkan kebaikan
dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mandapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat ... 67 Tabel 4 Dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak harus orang tua
atau pun guru/ustadz. ... 67 Tabel 5 Syariat Islam menganjurkan kepada setiap umatnya untuk
berdakwah sesuai dengan kadar kemampunannya ... 68 Tabel 6 Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai metode, tidak hanya
dilakukan di atas mimbar ... 68 Tabel 7 Mauidzoh hasanah adalah salah satu dakwah dengan cara
memberikan nasihat, bimbingan dan petuah yang baik ... 69 Tabel 8 Mauidzoh hasanah adalah salah satu metode dakwah yang
dilakukan di berbagai pondok pesantren ... 70 Tabel 9 Metode dakwah mauidzoh hasanah dapat dilakukan oleh siapa
saja ... 70 Tabel 10 Metode dakwah mauidzoh hasanah selain dapat memberikan
siraman rohani juga dapat memberikan wawasan terhadap santri .... 71 Tabel 11 Metode dakwah mauidzoh hasanah dapat mendorong santri
untuk merubah prilaku yang baik ... 71 Tabel 12 Mauidzoh hasanah adalah metode dakwah yang efektif dalam
menyerukan ajaran agama di pondok pesantren ... 72 Tabel 13 Akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah
tanpa memerlukan pikiran dan pertumbuhan ... 73 Tabel 14 Ajaran Islam menuju kepada satu tujuan, yakni
menyempurnakan akhlak agar lebih baik di dalam kehidupan
sehari-hari ... 73 Tabel 15 Akhlak seseorang merupakan bawaan sejak lahir ... 74 Tabel 16 Akhlak dapat dibentuk melalui bimbingan orang tua, guru serta
tokoh-tokoh ... 74 Tabel 17 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak yang baik
sesama umatnya ... 75 Tabel 18 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku bijaksana
terhadap sesama muslim ... 76 Tabel 19 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku amanah
terhadap sesama muslim ... 76 Tabel 20 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku atau
berpandangan masa depan ... 77 Tabel 21 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak mulia
Tabel 22 Islam pengajarkan kepada seluruh umatnya agar bersyukur
terhadap Allah atas nikmat yang diberikannya ... 78 Tabel 23 Islam mengajarkan kepada seluruh umatnya agar taat dan patuh
terhadap perintah Allah ... 78 Tabel 24 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak baik terhadap
lingkungan ... 79 Tabel 25 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku bijaksana
terhadap sesama muslim ... 80 Tabel 26 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku amanah
terhadap sesama muslim ... 80 Tabel 27 Islam mengajarkan seluruh umatnya agar menjaga dan
memelihara lingkungan ... 81 Tabel 28 Setiap kerusakan terhadap lingkunagan manusia harus
mempertanggung jawabkannya ... 81 Tabel 29 Islam melarang umatnya agar tidak mencabut dan menebang
pohon sembarangan ... 82 Tabel 30 Tidak ada sesuatu yang melebihi berat dalam timbangan (amal)
seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur ... 83 Tabel 31 Seluruh umat Islam wajib mempertanggungjawabkan di akhirat
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah.1 Artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju
mundurnya ummat islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan
kegiatan dakwah yang dilakukannya.2 Karena itu al-Qur’an dalam menyebut kegiatan dakwah dengan Ahsanu Qaula.3 Dengan kata lain bisa kita simpulkan bahwa dakwah menepati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama
Islam.
Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut
ummatnya agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan
aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung
dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan
coraknya.
Dakwah dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu dengan
dakwah bil-lisan dakwah bil-qolam dan dakwah bil-hal asalkan tujuannya
sama, sehingga makna dakwah kepada Allah adalah mengajak dan menyeru
manusia untuk melaksanakan perintah Alah berupa iman kepada-Nya dan
seluruh ajaran para Rasul-Nya.4
1
M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Jakarta: Al-Amin Press, 1997, h. 8
2
Didin Hafiduddin,, Dakwah Aktual, Jakarta : Gema Insani Press. Cet. 3, 1998 h. 76.
3
Surat fushilat: 33
4 Fawaaz bin Hulail Al Suhaimi,
Dakwah bil-lisan yaitu ajakan atau seruan dengan menggunakan
ucapan, dakwah semacam ini sering kita lihat pada seseorang yang sering
ceramah ataupun berbicara dengan tujuan ke arah kebaikan. Dakwah
bil-qolam yaitu ajakan atau seruan dengan menggunakan pena yang dituliskan di
atas kertas dengan maksud tujuan yang positif, hal ini bisa kita lihat di
berbagai media cetak atau buku-buku islami, sedangkan dakwah bil-hal yaitu
ajakan atau seruan dengan tingkah laku kita, tentunya mengarah ke jalan Allah
SWT
Efektifitas Dakwah dengan segala kegiatannya yang akurat dapat
berjalan dengan efisien dan bahkan menjadi pendorong bagi perubahan umat
ke arah yang lebih baik, bila dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan
sistematis.
Oleh karena itu untuk melakukan kegiatan berdakwah maka
diperlukan metode-metode yang representatif dengan menggunakan bahasa
yang lugas, menarik, bijaksana sehingga komunikasi menjadi menarik.
Dalam surat an-nahl ayat 125, allah berfirman:
!
#$
%
&
'()
*
+- %
./
0 &
1234%
5
6
7()89&:
;<
=
$>6
?+ @8&:
7
; (A
7
B
:
*
$>6 &
?+ @8&:
CD
. E8-
%
FAG
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. an-nahl:125).
Dari ayat di atas dapat mengambil kesimpulan bahwa secara garis
besar metode-metode yang terdapat dalam al-Quran ada tiga, yaitu:
1. Al-hikmah.
2. Al-mau’idzoh al-hasanah.
3. Al-mujadalah bi-al-lati hiya ahsan
Dari ketiga metode di atas salah satunya yaitu metode dakwah
bil-lisan yaitu al-mau’idzoh al-hasanah. Al-mau’idzoh hasanah yang berarti tutur
kata yang baik, nasehat yang baik dan harus dapat dirasakan oleh sasaran
dakwah sebagai suatu bimbingan ajakan dan pengarahan penuh perhitungan.
Sarana dakwah mempunyai peranan dan kedudukan yang sama jika
dibandingkan dengan komponen atau unsur dakwah yang lainnya oleh karena
itu, pentingnya sarana dakwah sebagai salah satu unsur dakwah, maka sudah
seharusnya dalam proses dakwah, unsur dakwah tersebut harus digunakan dan
dimanfaatkan secara baik, tepat dan benar.
Pesantren atau Pondok Pesantren (biasanya juga disebut pondok saja)
adalah sekolah Islam berasrama (Islamic boarding school). Para pelajar
pesantren (disebut sebagai santri) belajar pada sekolah ini, sekaligus tinggal
pada asrama yang disediakan oleh pesantren. Dakwah yang berada di pondok
pesantren bukan hanya belajar mengajar semata, akan tetapi di dalamnya
terdapat berbagai macam metode dakwah, salah satunya yaitu dakwah dengan
Mauidzoh al-Hasanah secara bahasa berarti nasehat, bimbingan,
pendidikan dan peringatan. Kata hasanah merupakan akronim dari kata
sayyi’ah (keburukan), hasanah berarti kebaikan atau baik.5
Mau’izatul hasanah wa mujahadah billati hiya ahsan.” Metode ini biasa digunakan untuk tokoh-tokoh khusus (pemimpin), misalnya para bupati, adipati, para raja, maupun para tokoh-tokoh masyarakat setempat. Dasar metode ini adalah QS An-Nahl (16): 125, yang artinya:
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Orang muslim meyakini bahwa sesama muslim adalah saudara
seagamanya, mempunyai hak-hak dan etika-etika yang harus diterapkan
terhadapnya, kemudian ia melaksanakannya kepada saudara seagamanya,
karena ia berkeyakinan bahwa itu adalah ibadah kepada Allah SWT. Dan
sebagai upaya pendekatan kepadanya. Hak-hak dan etika-etika ini diwajibkan
Allah SWT kepada orang muslim agar ia mengerjakannya kepada saudara
seagamanya. Jadi, menunaikan hak-hak tersebut adalah bentuk ketaatan
kepada Allah SWT dan sebagai upaya pendekatan kepadanya tanpa diragukan
sedikit pun.
Diantara hak-hak dan etika-etika tersebut adalah sebagai berikut:
a. Berprilaku bijaksana terhadap saudara sesama muslim.
b. Berprilaku amanah terhadap saudara sesama muslim.
c. Berperilaku atau berpandangan masa depan.
5
Berdasarkan masalah diatas maka penulis berusaha membahas
mengenai :"Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dalam
pembinaan Akhlak Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi". Adapun pertimbangannya bahwa metode dakwah mauidzotul hasanah di
pondok pesantren sangat memberi pengaruh terhadap prilaku santri ke arah
yang positif.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, Ada tiga metode dakwah yang
disebutkan dalam al-Qur’an, yaitu : hikmah, mauidzoh hasanah,
Al-mujadalah, dari ketiga metode ini tidak semua dikaji, peneliti hanya mengkaji
satu metode saja yaitu : Metode dakwah mauidzoh hasanah maka masalah
yang akan diteliti hanya dibatasai pada metode dakwah mauidzoh hasanah
dalam pembinaan akhlak santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi.
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka penulisan merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan oleh
Pondok pesantren at-Taqwa Bekasi?
2. Apakah metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan pondok
pesantren at-Taqwa efektif terhadap pembentukan akhlak santri?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah metode dakwah mauidzoh hasanah yang
diterapkan pondok pesantren at-Taqwa efektif terhadap pembentukan
akhlak santri?
b. Untuk mengetahui bagaimana metode dakwah mauidzoh hasanah
diterapkan oleh pondok pesantren at-Taqwa Bekasi?
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Akademis
Dalam penelitian ini diharapkan dapat berguna secara akademis, yaitu
untuk menambah pengetahuan dalam dunia dakwah mauidzah hasanah
di Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi.
b. Kegunaan Praktis
Sebagai masukan untuk para aktifis Dakwah.
D. Metodelogi Penelitian
1. Model dan Desain Penelitian
Model penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karna
pendekatan kuantitatif dapat mengahasilkan data yang akurat setelah
setelah perhitungan yang tepat. Pendekatan kuantitatif merupakan salah
satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang
dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.6 Penelitian Kuantitatif sifatnya objektif, sehingga kita dapat melihat
6
langsung sebuah keadaan. Sedangkan desain penelitian ini adalah survey
yaitu dengan mensurvey dan mengetahui efektifitas metode dakwah
mauidzoh hasanah dalam pembinaan akhlak santri At-Taqwa Putra
Bekasi.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Pondok
Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi. Adapun yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah
Dalam Pembinaan Akhlak Santrinya.
3. Populasi dan Sample
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, untuk keperluan
penelitian diambil populasi dengan berpedoman pada pendapat Suharmini
Arikunto: “Apabila subjek kurang kurang dari 100 orang, lebih baik
diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 %
atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat
dari segi waktu, tenaga dan dana”.7 Dalam penelitian ini yang dijadikan
populasi adalah santri at-Taqwa bekasi yang berjumlah 1000 orang.
Sample adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara
tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang
dianggap bisa mewakili populasi.8 Dalam penelitian ini populasi 1000
7
Suharmini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 106
8
orang, penulis mengambil sample 10 % dari populasi yang ada yaitu 100
orang.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang objektif maka dalam penelitian
lapangan ini menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan pengajuan pertanyaan
secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada
informan, dan jawaban-jawaban informan, dicatat atau direkam
dengan alat perekam (tape recorder).9 Dalam penelitian ini, penulis
melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah Mts At-Taqwa Putra
Bekasi untuk memperoleh data mengenai Pondok Pesantren At-Taqwa
Putra Bekasi.
b. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau
mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.10
Dalam penelitian ini, penulis menyebarkan angket kepada Para Santri
Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi.
c. Observasi
Observasi menurut Karl Weeick mendefinisikan observasi sebagai
“Pemilihan, Pengubahan, Pencatatan dan pengodean serangkaian
prilaku dan suasana yang berkenaan dengan Organisme in Situ, sesuai
9
Irawan Soehartono, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-VI, h. 68
10
dengan tujuan-tujuan empiris.11 Metode yang digunakan oleh penulis
dalam observasi yaitu partisipatoris, yakni dengan cara terlibat dalam
metode dakwah mauidzoh hasanah dalam pembinaan akhlak santri
at-Taqwa Bekasi.
d. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data mengenai hal-hal yang
akan diteliti dan juga berhubungan dengan objek penelitian. Dalam
penelitian ini penulis mengumpulkan data dari Buku, majalah, CD,
foto dan lain sebagainya.
5. Tehnik Pengumpulan Data
a. Editing yaitu mempelajari kembali berkas-berkas data yang telah
terkumpul, sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan dapat
dinyatakan, sehingga dapat disiapkan untuk proses selanjutnya.
b. Tabulating yaitu memudahkan jawaban-jawaban responden ke dalam
tabel kemudian dicari presentasenya untuk dianalisis.
c. Analisa dan interpretasi, yaitu membunyikan data kuantitatif dalam
bentuk verbal (kata-kata), sehingga persentase jadi bermakna.
d. Kesimpulan yaitu penulis memberikan kesimpulan dari hasil analisis
dan interpretasi data.
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan rumus :
P = f x 100 % N
P = besarnya persentase
11
F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = jumlah frekuensi
Kemudian dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi relatif.12
Adapun pedoman penulisan skripsi ini penulis menggunakan buku
“Pedoman Penuliasan Skripsi, Tesis, Dan Disertasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.” 13
E. Tinjauan Pustaka
Dari penelitian awal ditemukan beberapa karya ilmiah baik dalam
bentuk buku maupun skripsi yang membahas objek yang hampir sama yaitu:
1. Buku Metode Dakwah berbicara secara umum tentang metode dakwah.
Menurut Al-Qur’an dalam surat an- Nahl:125
!
#$
%
&
'()
*
+- %
./
0 &
1234%
5
6
7()89&:
;<
=
$>6
?+ @8&:
7
; (A
7
B
:
*
$>6 &
?+ @8&:
CD
. E8-
%
FAG
Artinya :
“Serulah manusia kepda jalan tuhanmu dengn hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl : 125)
Dari ayat tersebut menunjukan bahwa metode dakwah itu meliputi tiga
12
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2008), h. 43
13
cakupan, yaitu :
a. Al-Hikmah
Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi
yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang
kepada agama atau Tuhan.
Al-Hikmah juga berarti pengetahuan yang dikembangkan dengan
tepat hingga menjadi sempurna. Menurut pendapat ini, al-hikmah
termanifestasikan ke dalam empat hal: Kecakapan manajerial,
kecermatan, kejernihan pikiran pikiran dan ketajaman pikiran.
b. Al-Mauidzoh Hasanah
Mauidzhoh hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang
mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita
gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan
pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia akhirat.
c. Al-mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan
Al-mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan dua
belah pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan
tujuan agar lawn menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan
argumentasi dan bukti yang kuat.
2. Masykur Kadir
Judul Skripsi: Manajemen pondok pesantren Miftahuddin Oe-ekam dalam
kegitan dakwah dan sosial pada masyarakat.
dakwah dan sosial pada masyarakat dan tinjauan empiris manajemen
pondok pesantren Miftahuddin Oe-ekam.
3. Zubaedah
Judul Skripsi : Pondok Pesantren Sebagai lembaga dakwah (study kasus
pondok pesantren Nurul Huda Assuriyah Bojong Sari Sawangan Depok.
Secara garis besar berisi tentang : “Pesantren sebagai lembaga dakwah dan
analisis terhadap Pondok Pesantren Nurul Huda Assuriyah sebagai
lembaga dakwah.
4. Syaiful Alawi
Judul Skripsi : Manajemen Strategi Pondok Pesantren At-Taqwa Putra
Bekasi dalam meningkatkan kualitas santri.
Secara garis besar berisi tentang : “Manajemen Strategi perumusan upaya
At-Taqwa lebih kepada kualitas santri dan evaluasi strategi.
5. Jojoh Nurendah
Judul Skripsi : Metode Dakwah Hj. Ijjah Sathari dalam pembinaan akhlak
santri bapenpori Babakan Caringin Cirebon.
Secara garis besar berisi tentang : Metode dakwah menurut Hj. Ijjah
Sathari dalam pembinan akhlak santri Bapenpori Babakan Caringin
Cirebon.
Sekilas judul-judul diatas memiliki kemiripan dengan penelitian ini tetapi
bila ditelusuri lebih jauh akan tampak perbedaanya yaitu:
1. Buku Metode Dakwah Bicara Secara Umum, mengenai ketiga metode
2. Masykur Kadir, meneliti tentang manajemen pondok pesantren
3. Zubbaedah, meneliti tentang pondok pesantrwen sebagai lembaga
dakwah
4. Syaiful Alawi, meneliti tentang Manajemen strategi pondok
pesanten
5. Jojoh Nurendah meneliti lebih melihat kepada metode dakwah menurut
Al-Qur’an yang diterapkan Hj. Ijjah Sathari.
Sementara penelitian ini lebih terfokus pada metode dakwah mauidzoh
hasanah yang diterapkan pada pondok pesantren At-Taqwa putra bekasi.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan
dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke
dalam lima bab. Masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan
pewnulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, Meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian
dan Analisis data, Tinjauan Pustaka, serta sistematika penulisan.
BAB II : Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah dan Akhlak Santri
(Kerangka teori), Meliputi pengertian metode dakwah mauidzoh
hasnah, ruang lingkup mauidzoh hasanah, pengertian akhlak
santri, Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
BAB III : Gambaran Umum Pondok Pesantren At-Taqwa Putri Bekasi,
Meliputi Sejarah Berdirinya pondok pesantren, visi dan misi,
Latar Belakang Berdirinya pondok pesantren, struktur organisasi
serta sistem pendidikan pondok pesantren .
BAB VI : Temuan Lapangan dan Analisis, Meliputi : Metode dakwah
mauidzoh hasanah pada pondok pesantren at-taqwa putra bekasi,
faktor pendorong dan penghambat dalam menjalankan kegiatan
metode dakwah mauidzoh hasanah, respon santri terhadap
kegiatan-kegiatan metode dakwah mauidzoh hasanah.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
TENTANG EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH DAN AKHLAK SANTRI
C. Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah 1. Pengertian Efektifitas
Kata efektivitas mempunyai beberapa arti. Dalam Kamus besar
bahasa Indonesia menyebutkan tiga arti efektifitas, arti pertama adalah
adanya suatu efek, akibatnya, pengaruhnya dan kesannya. Arti kedua
manjur atau mujarab dan arti ketiga dapat membawa hasil atau hasil guna.
Kata efektif juga diambil dari kata efek yang artinya akibat atau
pengaruh, dan kata efektif yang berarti adanya pengaruh atau akibat dari
sesuatu. Jadi efektivitas ialah keberpengaruhan atau keberhasilan setelah
melakukan sesuatu.14
Secara bahasa efektifitas diambil dari kata “efek” yang berarti
akibat atau pengaruh, sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau
adanya akibat serta penekanannya, jadi sesuatu. Jadi “efektifitas” berarti
keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah
melakukan sesuatu)15. Sedangkan menurut ensiklopedi umum, efektifitas
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B),
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-7, edisi ke-2, h. 250
15
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa (P3B),
menunjukan taraf tercapainya turut usaha dikatakan efektif kalau usaha itu
mencapai tujuannya secara ideal ke efektifan adalah pencapaian prestasi
dari tujuan taraf efektifitas dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.16
Menurut John. M. Echols dan Hasan Shadily dalam kamus bahasa
Inggris-Indonesia secara etimologi efektivitas berasal dari kata efektif
yang artinya berhasil guna.17
The Oxford English Dictonary mengartikan efektivitas sebagai The
Quality of being effective. In various sebse. Efectivity the quality or state
being effective and power to be effective. Secara sederhana dapat diartikan
sebagai suatu kualitas yang menjadi efektif dalam berbagai hal atau
bidang. Efektifitas ialah status mutu menjadi efektif dan menggerakan
untuk bisa efektif.18
Dalam kamus umum bahasa Indonesia efektivitas merupakan
keterangan yang artinya ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam
pencapaian tujuan.19
Menurut Dennis Mc Quail efektivitas secara teori komunikasi
berasal dari kata efektif. Artinya terjadinya suatu perubahan atau tindakan,
sebagai akibat diterimanya suatu pesan. Dan perubahan terjadinya dalam
16
A. b. pridodgdo, Hasan Shadily, ensiklopedi umum, (yogyakarta: kanisius, 1990) cet ke-8, h. 296
17
John. M. Echols dan Hasan Syadily, kamus inggris-indonesia, (Jakarta: PT Gramedia. Pustaka Utama, 1990), Cet. Ke-8, h. 207
18
Eric Buckley, The Oxford English Dictionary, (Oxford: The Clarendom Press, 1978), Vol. III, P. 49
19
segi hubungan antara keduanya, yakni pesan yang diterima dan tindakan
tersebut.20
Peter. F. Drucker merupakan salah satu tokoh yang memberikan
perhatian besar terhadap efektivitas. Menurutnya bahwa efektivitas itu
dapat dan harus dipelajari secara sistematis, sebab ia bukanlah bentuk
sebuah keahlian yang lahir secara ilmiah. Efektifitas kerja dapat
diwujudkan melalui sebuah rangkaian kerja, latihan yang intens, terarah
dan sistematis, bekerja dengan cepat sehingga menghasilkan kreativitas.21
Efektivitas juga merupakan teknologi pekerja ilmu yang bersifat
khusus dalam sebuah organisasi untuk itu diperlukan kecakapan, kemauan
bekerja, dan yang terpenting bukan sekedar memastikan apakah suatu
pekerjan dan pelaksanaan tugasterselesaikan sebagaimana mestinya.
Kecakapan kerja dapat diukur dengan meningkatkan output dalam sektor
pekerjaan. Dan pengukuran kerja sesuai dengan maksud dan tujuan
merupakan faktor besar dalam membentuk lingkungan kerja yang mampu
melahirkan efektivitas secara keseluruhan.22
Menurut F.X. Suwarto, keefektifan berasal dari kata dasar efektif
yang artinya ada efek, pengaruh, akibat dan kesan seperti manjur, mujarab
dan mempan dan juga mempunyai arti dalam penggunaan metode atau
20
Dennis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta : Erlangga Pratama, 1992), h. 281
21
Peter. F. Drucker, Bagaimana Menjadi Eksekutip Yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1986), h. 5.
22
cara, sarana atau alat dalam melaksanakan aktivitas sehingga berhasil guna
atau mencapai hasil yang optimal.23
Menurut Gibson, James L, Wancevich, John M, Donelly
Pengertian efektifitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan
prestasi individu, kelompok dan organisasi. Makin dekat prestasi mereka
yang diharapkan atau prestasi yang standar. Maka akan makin efektif
dalam menilai mereka.24
Sementara itu efektifitas juga menunjukan taraf tercapainya tujuan.
Usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal
efektifitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti
misalnya: Usaha X, 60% dalam mencapai tujuan Y.25
Dari pengertian-pengertian efektivitas dapat disimpulkan menurut
beberapa sumber di atas, bahwa secara umum efektifitas diartikan sebagai
adanya suatu pengaruh, akibat, kesan. Efektifitas tidak hanya sekedar
memberi pengaruh atau pesan akan tetapi berkaitan juga dengan
keberhasilan tujuan, penetapan standar, profesionalitas, penetapan sasaran,
keberadaan program, materi, berkaitan dengan metode atau cara, sarana
atau fasilitas dan juga dapat memberikan pengaruh.
23
F. X. Suwarto. Prilaku Organisasi, (Yogyakarta, 1999), Cet. Ke-1
24
F.X. Suwarto, Enslikopedia Nasional, Jilid II, (CES-HAM), (Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1980), Jilid II, (CES-HAM), h..134
25
2. Pengertian Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta”
(melalui) dan “hodos” (jalan, cara).26 Dengan demikian kita dapat artikan
bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari
bahasa jerman methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa
yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa
arab disebut thariq.27 Apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara
yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu
maksud.
Sarana dakwah sebagai salah satu komponen dakwah banyak
macamnya. Salah satu diantaranya adalah pondok pesantren. Pendidikan di
dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang
al-Qur'an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa Arab dan
kaidah-kaidah tata bahasa bahasa Arab. Istilah Pondok sendiri berasal dari Bahasa
Arab ( , funduuq), sementara istilah Pesantren berasal dari kata pe-santri
-an.28
Sedangkan arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar ilmuan
adalah sebagai berikut:
26
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi aksara, 1991), Cet. I, h. 61
27
Drs. H. Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), 1996, Cet. Ke-1, h. 35.
28
1. Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu proses Menghidupkan
suatu peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat
dari satu keadaan kepada keadaan lain.29
2. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk
mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka
berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka
mandapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.30 Pendapat ini juga selaras
dengan pendapat al-Gazali.31 Bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah
inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat Islam.
Dari pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa, metode
dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’I
(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar
hikmah dan kasih sayang.32 Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented
menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.
3. Macam-Macam Metode Dakwah
Allah SWT Berfirman dalam Q.S. An-nahl :125
! #$ % &
'() *
+- % ./ 0 &
1234% 5 6 7()89&: ;< = $>6 ?+ @8&: 7 ; (A 7 29
Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia; Nur Niaga SDN. BHD. 1996), Cet. I, h. 5
30
Abdul Kadir Syaid Abd. Rauf, Dirasah Fid dakwah al-Islamiyah, (Kairo; Dar El-Tiba’ah al-mahmadiyah, 1987), Cet. I, h. 10.
31
Beliau adalah seorang ulama besar, pemikir muslim zaman klasik, hidup sampai awal abad ke-12, pendapatnya dalam kitabnya yang sangat terkenal yaitu Ihya Ulumuddin
32
B : *
$>6 & ?+ @8&:
CD . E8- %
FAG
Artinya : “Serulah manusia kepada jalan tuhanmu yang hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang ledih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalanya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (an-Nahl;125)
Dari Ayat tersebut menunjukan bahwa metode dakwah itu meliputi
tiga cakupan, yaitu:
1. Al-Hikmah
Kata “Hikmah” dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 20 kali
baik dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah
“hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah dari
kedzoliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti
menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas
dakwah.
Menurut al- Ashma’i asal mula didirikan hukumah
(pemerintahan) ialah untuk mencegah manusia dari perbuatan dzalim.
Maka digunakan istilah Hikmatul Lijam, karena Lijam (cambuk atau
kekang kuda) itu digunakan untuk mencegah tindakan hewan.33
Al- Hikmah juga berarti tali kekang pada binatang sebagaimana
dijelaskan dalam kitab Misbahul Munir. Diartikan demikian karena tali
kekang itu membuat penunggang kudanya dapat mengendalikan
kudanya sehingga si penunggang kuda dapat mengaturnya baik baik
untuk perintah lari atau berhenti. Dari kiasan ini maka orang yang
33
memiliki hikmah berarti orang yang mempunyai kendali diri yang
dapat mencegah diri dari hal-hal yang kurang bernilai atau menurut
Ahmad bin munir al-Muqri’ al-fayumi berarti dapat mencegah dari
perbuatan yang hina.34
Orang yang mempunyai hikmah disebut al-hakim yaitu orang
yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu.
Kata hikmah juga sering dikaitkan dengan filsafat. Karna filsafat juga
mencari pengetahuan hakikat segala sesuatu.
Prof. DR. Toha Yahya Umar, M.A., mengartikan meletakan
sesuatu pada tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan
mengatur dengan cara sesuai keadaan zaman dengan tidak
bertentangan dengan larangan Tuhan.35
Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan bijaksana, akal budi
yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian
orang kepada agama atau Tuhan.
Ibnu Qoyim berpendapat bahwa pengertian hikmah yang paling
tepat adalah seperti yang dikatakan oleh Mujahid dan Malik yang
mendefinisikan bahwa hikmah adalah pengetahuan tentang kebenaran
dan pengalamannya, ketepatan dalam perkataan dan pengalamannya.
Hal ini tidak bisa dicapai kecuali dengan memahami al-Qur’an,
mendalami syariat serta hakikat iman.36
34
Ahmad bin Muhammad al-Muqrib’al al-fayumi, al-Misbahul munir, h.120.
35
Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35.
36
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi, arti
hikmah, yaitu dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan
pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan
keraguan.37
Dari beberapa pegertian di atas, dapat difahami bahwa al-hikmah
adalah merupakan kemampuan da’i dalam memilih,memilah dan
menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Di
samping itu juga al-hikmah merupakan kemampuan da,I dalam
menjelaskan dokrin-dokrin Islam serta realitas yang ada dengan
argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu,
al-hikmah adalah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara
kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.
2. Al-Mauidzoh Al-Hasanah
Terminologi mauidzoh hasanah dalam persfektif dakwah
sangat popular, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan (baca
dakwah atau tablig) seperti maulid Nabi dan Isra’Mi’roj, istilah
mauidzoh hasanah mendapat porsi khusus dengan sebutan-sebutan
”acara yang ditunggu-tunggu” yang merupakan inti acara. Namun
demikian supaya tidak menjadi kesalahfahaman, maka akan dijelaskan
pengertian mauidzoh hasanah.
Secara bahasa, mauidzoh hasanah terdiri dari dua kata, mauidzoh
dan hasanah. Kata mauidzhoh berasal dari kata wa’adza-ya’idzu,
wa’dzan-idzatan yang berarti; Nasihat, bimbingan, pendidikan dan
peringatan.38, sementara hasanah merupakan kebaikan dari sayyiah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan.
3. Al-Mujadalah Bi-Al-Lati Hiya Ahsan.
Dari segi etimologi (Bahasa) lafazh mujadalah terambil dari
kata “jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan
alif pada huruf jim yang mengikuti wajan Faa’ala, “jaa dala” dapat
bermakna berdebat, dan “mujadalah” perdebatan.39
Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengingatnya
guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik
dengan ucapan untuk menyakinkan lawannya dengan menguatkan
pendapatnya melalui argumantasi yang disampaikan.40
Dari segi istilah (Terminologi) terdapat beberapa pengertian
al-Mujadalah (al-Hiwar) dari segi istilah. (al-Hiwar) berarti upaya tukar
pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya
suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara
keduanya.41. Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi
38
Lois Ma’luf, Munjid fi al-Lugah wa A’lam (Beirut: Dar Fikr.1986) h. 907, Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab, Jilid VI (Beirud: Dar Fikr, 1990) h. 466.
39
Ahmad Warson al-Munawwir, KamusBesarBahasaArab, (Jakarta: Pustaka Progresif, 1997), Cet. Ke-14, h.175.
40
Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, Lentera Hati, 2000, Cet. Ke-1, h.553.
41
ialah, suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan
dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat.42
Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa,
al-Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak
secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar
lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan
argumentasi dan bukti yang kuat.
B. Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Pengertian Mauidzoh hasanah
Terminologi mauidzoh hasanah dalam perspektif dakwah sangat
popular, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan (baca dakwah atau
tablig) seperti maulid Nabi dan Isra’Mi’roj.
Secara bahasa, mauidzoh hasanah terdiri dari dua kata, mauidzoh dan
hasanah. Kata mauidzhoh berasal dari kata wa’adza-ya’idzu, wa’dzan-idzatan
yang berarti; Nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan.43, sementara
hasanah merupakan kebaikan dari sayyiah yang artinya kebaikan lawannya
kejelekan.
Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain:
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi yang dikutif oleh H.
Hasanuddin adalah sebagai berikut:
42
Sayyid. Muhammad Thantawi, Adab al-Hiwar Fil Islam, Dar al-Nahdhah, Mesir, diterjemahkan oleh zuhaeri misrawi dan zamroni kamal. (jakarta: azan, 2001), cet. Ke-1. Pada kata pengantar.
43
Al-Mauidzhoh Al-Hasanah adalah (perkataan-perkataan) yang tidak
tersembunyi bagi mereka, bahwa enkau memberikan nasihat dan
menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-Qur’an.44
Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-mauidzhah al-hasanah merupakan
salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah
dengan memberi nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka
mau berbuat baik.45
Mauidzhoh hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang
mengandung unsure bimbingan, pendidikan, pengajaran, kosah-kisah, berita
gembira, peringatan, persan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan
pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
Dari beberapa definisi di atas, Mauidzhoh hasanah tersebut bisa
diklasifikasikan dalam beberapa bentuk:
a. Nasihat atau petuah.46
b. Bimbingan, pengajaran (pendidikan)47
c. Kisah-kisah
d. Kabar gembira dan peringatan (al-Basyir dan al-Nadzir)
44
Hasanuddin, SH., Hukum Dakwah (Jakarta: pedoman Ilmu Jaya, 1996) h. 37.
45
Abd. Hamid al-Bilali, Fiqh al-Dakwah FI ingkar al-Mungkar (Kuwait: Dar al-Dakwah,1989) h. 260.
46
Nasihat bisaanya dilakukan oleh orang yang levelnya lebih tinggi kepada yang lebih rendah, baik tingkatan umur, maupun pengaruh, misalnya nasihat orang tua kepada anaknya, Perhatikan QS. Lukman:13 yang artinya: “dan ingatlah ketika luqman berkatakepada anaknya,
yaitu memberikan mauidzhoh (nasihat) kepadanya: hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mewmpersekutukan Allah adalah kedzaliman yang amat besar”.
47
e. Wasiat (pesan-pesan positif)
Menurut K. H. Mahfudz kata tersebut mengandung arti:
1. Didengar orang, lebih banyak lebih baik suara panggilannya.
2. Diturut orang, lebih banyak lebih baik maksud tujuannya sehingga
menjadi lebih besar kuantitas manusia yang kembali kejalan Tuhannya
yaitu jalan Allah SWT.
Sedangkan menurut pendapat Imam Abdullah bin Ahmad
an-Nasafi, kata tersebut mengandung arti al-Mauidzhoh al-hasanah adalah
(perkataan-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa enkau
memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau
dengan al-Qur’an.
Jadi kalo kita telusuri kesimpulan dari mauidzhoh hasanah, akan
mengandung arti kata-kata yang masuk kedalam kalbu dengan penuh kasih
sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak
membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah
lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras
dan menjinakan kalbu yang liar, dan lebih mudah melahirkan kebaikan
dari pada larangan dan ancaman.
4. Ruang Lingkup Mauidzoh Hasanah
Diantara ruang lingkup metode mauidzhoh hasanah ialah:
1) Nasihat
2) Tabsyir Wa Tandzir
4) Kisah
1. Pengertian Nasihat
Kata nasihat berasal dari bahasa arab, dari kata kerja “Nashaha”
yang berarti khalasha yaitu murni dan bersih dari segala kotoran, juga
berarti “khata” yaitu penjahit. Dan dikatakan bahwa kta nasihat berasal
dari kata Nashaha arjulahu tsaubahu (Orang itu menjahit pakaianya)
apabila dia menjahitnya, maka mereka mengumpamakan perbuatan
penasehat yang selalu menginginkan kebaikan orang yang dinasehatinya
dengan jalan memperebaiki pakaiannya yang robek.
Sebagian ahli ilmu berkata nasihat adalah perhatian hati terhadap
yang dinasehati siapapun dia. Nasihat adalah saru cara dari al-mauidzhah
al-hasanah yang bertujuan mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada
sangsi dan akibat. Al-Asfahani memberikan pemahaman terhadap term
tersebut dengan makna al-mauidzhoh merupakan tindakan mengingatkan
seseorang dengan baik dan lemah lembut agar dapat melunakan hatinya.
Dan apabila ditarik suatu pemahaman bahwa al-mauidzhoh hasanah
merupakan salah satu manhaj dalam dakwah untuk mengajak kejalan
Allah dengan cara menggunakan nasihat.
Secara terminology Nasihat adalah memerintah atau melarang atau
menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman. Pengertian
petunjuk kepada jalan yang benar. Juga berarti mengatakan sesuatu yang
benar dengan cara melunakan hati. Nasihat harus berkesan dalam jiwa atau
mengikat jiwa dengan keoimanan dan petunjuk. Allah berfirman: (QS.
Annisa: 66).
#
$ % & HI&: JK#L MNO #PR#S @ <&: * T$>@M V #P ()!WI&: &&: * $0X Y 7 Z P O[X/ \;Z $>@ > ] ^_ @ V #PaR b cZ * #$ % & #PaR;d&: * $>@ > ] Z <$e! $\ B 9 <V % 'S#X Y #PfgLh.N4&: & iEj k F
Artinya: “Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pengajaran yang diberikan kepada mereka tentulah hal yang demikian itu lebih baik bgi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)”. (QS.an-Nisa:66)
A. Nasihat Dalam Perspektif Al-Qur’an
Perintah saling menasehati ini dapat kita lihat pada beberapa ayat
al-Qur’an diantaranya:
Dalam Surah al-Ashr ayat 1-3
m
SF
> %
&
FA
;<
Y7/()op5
qr %
sS8h Y
FG
^_
CD
V4t
*
$' Z
*
$>@
&
p/
@/uv%
*
#$(w
$ &
6x
%
*
#$(w
$ &
S#%uv%
F[
“Demi masa sesungguhnya manusia itu dalam kerugian
kecuali orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal soleh dan saling menasehati tentang kesabaran”. (Q.S. al-Ashr ayat 1-3)
Dalam ayat ini ada dua hal yang diminta untuk diwasiatkan yaitu
Al-haq dari segi bahasa berarti sesuatu yang mantap tidak berubah
apapun yang terjadi. Allah adalah al-haq karena tidak mengalami
perubahan. Nilai-nilai agma juga adalah al-haq. Seperti Nabi Mengatakan
: agama itu adalah nasihat. Allah SWT. Adalah al-haq, karena itu
sebagian para pakar tafsir, memahami kata al-haq dalam ayat ini dengan
arti yakni bahwa manusia hendaknya saling ingat mengingatkan tentang
keberadaan, kekuasaan, keesaan Allah serta sifat-sifat lain-Nya. Hal-hal
yang diwasiatkan dalam al-Qur’an antara lain adalah :
a) Pelaksanaan agama, bersatu padu, tidak bercerai berai.
b) Bertaqwa kepada-Nya. (Q.S. An-Nisa : 13)
c) Berbuat baik kepada orang tua, khususnya kepada ibu. (Q.S. Luqman : 1
d) Beberapa perincian ajaran agama seperti : pembagian harta warisan (Q.S.
An-Nisa : 11), Sholat dan zakat.
e) Sepuluh hal yang disebutkan dalam surah al-An’am ayat 151-153 yaitu :
1. Jangan mempersekutukan-Nya 2. Berbuat baik kepada ibu-bapak, 3.
Jangan membunuh anak, 4. Jangan mendekati zinah. 5 Jangan membunuh
kecuali dengan cara yang syah dan dibenarkan, 6. Jangan menyalah
gunakan harta anak yatim, 7-8. Menyempurnakan timbangan dan takaran,
9. Percakapan atau sikap hendaklah secara benar dan adil, 10. Memenuhi
perjanjian yang dikuatkan atas nama Allah.
Adapun tabsyir dalam istilah dakwah adalah penyampaian dakwah yang
berisi kabar-kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti
dakwah.48
Di dalam al-Qur’an, kata tabsyir banyak disebutkan, menurut Muhammad
Abdul Baqi’ kata tabsyir atau mubasyir disebutkan selama 18 kali.49 Dari
sekian banyak tabsyir, semuanya diartikan dengan “kabar gembira atau berita
pahala”, hanya saja bentuk berita gembiranya beragam, antara lain kabar
gembira dengan syariat Islam, kabar gembira dengan datangnya Rasul, kabar
gembira tentang akan turunya al-Qur’an dan kabar gembira tentang syurga.
Dalam kontek dakwah, sesungguhnya bentuk kabar gembira tidak harus
menggunakan kata tabsyir, tetapi apa saja yang bisa membawa rasa gembira
bagi orang yang mendengarnya sehingga bisa dijadikan motivasi untuk
meningkatkan beribadah dan amal shaleh.
Kata tandzir atau indzar secara bahasa berasal dari kata na-dza-ra menurut
Ahmad bin faris adalah suatu kata yang menunjukan untuk penakutan
(takhwif)50.
Adapun tandzir menurut istilah dakwah adalah penyampaian
dakwah di mana isinya berupa peringatan terhadap manusia
tentang adanyakehidupan akhirat dengan segala konsekuensinya.51
48
Ali Mustafa Ya’kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1997), h. 50
49
Abdul Baqi’ Muhammad Fuad, al-mu;jam al-mufahras li alfadz al-Qur’an al-karim
(Cairo : Dar al-Kutub al-Misriyah) h. 120.
50
Ahmad bin Faris bin Zakaria, Mu’jam al maqayis fi al-lugah, (Beirut : Dar Fikr, 1994), h. 1021
51
Menurut pemakalah tandzir adalah ungkapan yanga mengandung
unsur peringatan kepada orang yang tidak beriman atau kepada
orang yang melakukan perbuatan dosa atau hanya untuk tindakan
preventif agar tidak terjerumus pada perbuatan dosa dengan dengan
bentuk ancaman berupa siksaan di hari kiamat.
Di dalam al-Qur’an istilah tandzir biasanya dilawankan
dengan kata tabsyir (QS. AL-Baqarah : 19, al-Maidah : 19)
&&:
y@z (vNO
Y7
cZ
t
))%
9
]
p/ {>@!
1.8
&
|#X
&
<$>@
> - }
3!c
>
/(w&:
T
C
PRd
~
Y7
cZ
x $uv%
N
P#$
%
€t
&
•e
>‚
CD[X W/
%
FAƒ
FAƒ
“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tewntang penghuni-penghuni neraka.
„
6&…H/ \
2@/ Eq
%
8. V
#P O
tV
7
' %$
C
c†
\
#P
%
LJ S ‡ ]
Y7 cZ
ˆX%
<&:
*
$ %$!
Z
I
tV
7
O7
Z
%SX
‰JŠ
„_ &
%X\2
I
*
8. ]
P O
tV
7
SX
‰JŠ
‹X\2
I &
€t
&
Œ
O
: 1N•
‹X\
. V
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah dating kepada kamu Rasul kami, menjelaskan (Syari’at Kami) kepadamu ketika terputus (Pengiriman) rasul-rasul, agar kamu tidak ,mengatakan : “Tidak dating kepad kami bauk seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan”. Sesumgguhnya telah dating kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
3. Wasiat
Pengertian wasiat secara etimologi berasal dari bahasa arab,
terambil dari kata Washa-Washiya-Wasihiatan, yang berarti “pesan
penting berhubungan dengan sesuatu hal.52
Pendapat lain mengatakan kata wasiat terambil dari kata Washa
-Washiayyatan, yang berarti : berpesan kepada seseoang yang bermuatan
pesan moral.53
Secara terminology ada beberapa yang akan dikemukakan berikut ini :
- Wasiat : Sekumpulan kata-kata yang berupa peringatan, support dan
perbaikan”.54.
- Wasiat : Pelajaran tentang amar ma’ruf nahi mungkar atau berisi
anjuran berbuat baik dan ancaman berbuat jahat.55
- Wasiat : Pesan kepada seseorang untuk melaksanakan sesuatu sesudah
orang berwasiat meninggal disampaikan kepada seseorang.56
- Wasiat : Ucapan yang mengandung perintah tentang sesuatu yang
bermanfaat dan mencakup kebaikan yang banyak.57
52
Lois Ma’luf, Kamus Munjid, Fi lughah Wa al-A’lam, (Beirut : Dar al- Masyriq, 1986), h. 9091
53
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir, (Yogyakarta : Pustaka Progresif, 1984), h.1563
54
Selin bin Ie’d al-Hilali, Min Washaya al-Salafi, (Edisi Indinesia), (Jakarta : Pustaka Azzam, 1999), h. 14.
55
Madji al-Syayid Ibrahim, 50 Washiyyat min Washaya al-Rasulullah li al-Nisa’ (Edisi Indonesia). (Semarang : Cahaya Indah, 1994), h. ix-x.
56
Berdasarkan definisi di atas maka wasiat dapat dibagi pada dua
katagori, yaitu : 1) Wasiat orang masih hidup kepada orang hidup, yaitu
berupa ucapan, pelajaran, arahan tentang sesuatu.58 2) Wasiat orang yang
telah meninggal (ketika menjelang ajalnya tiba) kepada orang masih hidup
berupa ucapan atau berupa harta benda atau warisan.
Oleh karena itu, pengertian wasiat dalam konteks dakwah adalah :
Ucapan berupa arahan.(taujih) kepada orang lain (mad’u) terhadap sesuatu
yang belum dan akan terjadi (amran sayaqa Mua’yan).
Materi Wasiat
Ketepatan memberikan materi wasiat juga tidak kalah pentingnya
untuk diperhatikan. Materi wasiat yang diberikan kepada objek dakwah
adalah materi wasiat berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits, maka materi
wasiat dapat dikatagorikan sebagai berikut :
a. Materi secara umum
Materi secara umum adalah materi yang berupaya menggiring mad’u
menuju ketakwaan, yang pada giliranya mampu berorientasi hidup
bersih. Hal ini berdasarkan pada QS. : an-Nisa : 1 dan 131 dan
al-ahzab : 1.
b. Materi secara khusus
57
M. Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid II, (Jakarta : Lentera Hati, 2000), h. 584
58
Materi secara khusus wasiat berdasarkan QS. Al-hasr : 3. Wasiat ini
menurut para musafir diperuntukan bagi umat masa lalu dan umat
masa sekarang.59 Diantara Materi wasiat itu adalah:
1. Larangan menyekutukan Allah
2. Berbuat baik kepada kedua orang tua
3. Larangan menghilangkan nyawa orang lain
4. Larangan berbuat keji baik terang-terangan maupun tersembunyi
5. Larangan menggunakan harta anak yatim dengan jalan yang tidak
benar
6. Perintah menepati janji
7. Perintah berkata dengan baik
8. Perintah bersabar
9. Perintah menegakkan kebenaran
10.Perintah saling menyayangi
Perlu diperhatikan dalam penyampaikan materi tersebut harus
menyentuh akal dan perasaan. Seorang da’i harus menggugah daya nalar
mad’u dan menggugah daya ingat untuk selalu berbuat kebaikan. Begitu
juga seorang da’i harus mampu menajamkan perasaan mad’u untuk selalu
istiqomah dalam menjalani perintah Allah.
4. Kisah
A. Pengertian Qashash
59
Secara epistimologis lafadz qashash merupakan bentuk jamak dari
kata Qishah, lafazh ini merupakan bentuk masdar dari dari kata qassa ya
qussu.60
Dari lafazh qashash berarti menceritakan 2. lafazh qashash
mengandung arti menelusuri/mengikuti jejak.
Makna qashash dalam sebagian besar ayat-ayat berartikan kisah
atau cerita,61 sedangkan ayat-ayat yang berbicara menggunakan lafazh
qashash ternyata juga muncul dalam konteks cerita atau kisah tentang nabi
musa as.
Secara terminologis qashash berarti :
1. Menurut Abdul Karim al-Khatib, kisah-kisah al-Qur’an adalah berita
al-Qur’an tentang umat terdahulu.62
2. Kisah-kisah dalam al-Qur’an yang menceritakan ihwal umat-umat
terdahulu dan nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.63
B. Macam-macam kisah
Al- Qur’an bagi umat Islam merupakan petunjuk untuk
orang-orang yang bertakwa dan juga sebagai sebuah pedoman hidup,
ajaran-ajaran yang dikemukakan dalam berbagai bentuk seperti perintah, larangan
60
Ibnu Mandzur Lisanul Arab 12/148
61
DR. Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori pendidikan berdasarkan Al-qur’an, (Jakarta : Rineka Cipta 1994, Cet II), H. 205.
62
Mustafa Muhammad Sulaiman, Al-Qishash fi al-Qur’an al-Karim, (Mesir: Mathbah al- Amanah, 1994) h. 4.
63
dan lain-lain dikemukakan secara langsung maupun tidak langsung.64
Bentuk ajaran langsung dapat dilihat dari ayat-ayat perintah atau larangan
sedang yang tidak langsung dapat dilihat dari besarnya bagian al-Qur’an
yang dikemukakan dalam bentuk kisah.65
Dalam bentuk kisah yang bermacam-macam maka para ahli
mewngklasifikasikan muatan kisah-kisah dalam al-Qur’an.
Manna Khalil al-Qatthan membagi kisah-kisah al-Qur’an ke dalam
tiga bentuk :
1. Kisah para nabi menyangkut dakwah mereka dan tahapan-tahapan
serta perkembangannya, mukjizat mereka, posisi para penentang,
akibat orang-orang yang percaya dan yang mendustakan mereka dan
lain-lain.
2. Kisah peristiwa-peristiwa masa lalu dan pribadi-pribadi yang