• Tidak ada hasil yang ditemukan

Effektifitas metode dakwah mauidzon hasanah dalam pembinaan akhlak santri at-taqwa putra bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Effektifitas metode dakwah mauidzon hasanah dalam pembinaan akhlak santri at-taqwa putra bekasi"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI AT-TAQWA PUTRA BEKASI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh: Dedeh Mahmudah

104051001858

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH

DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI

AT-TAQWA PUTRA BEKASI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh:

Dedeh Mahmudah NIM : 104051001858

Pembimbing

,

Drs. HASANUDDIN, MA NIP: 150270815

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 17 Juni 2008

(4)

ABSTRAK

Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dalam Pembinaan Akhlak Santri

Islam adalah agama dakwah. Artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya ummat Islam sangat bergantungan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya. Dakwah dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu dengan dakwah bil-lisan dakwah bil-qalam dan dakwah bil-hal asalkan tujuannya sama, sehingga makna dakwah kepada Allah adalah mengajak dan menyeru manusia untuk melaksanakan perintah Alah berupa iman kepada-Nya dan seluruh ajaran para Rasul-Nya.

Untuk mengetahui apakah metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan pondok pesantren At-Taqwa efektif terhadap pembentukan akhlak santri? Untuk mengetahui bagaimana metode dakwah mauidzoh hasanah diterapkan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi?

Dalam penelitian ini di harapkan dapat berguna secara akademis untuk menambah pengetahuan dalam dunia dakwah mauidzoh hasanah dan sebagai masukan untuk para aktivis dakwah.

Penulisan skripsi ini menggunakan teori efektifitas dan dakwah tujuannya untuk melihat seberapa besar pengaruh metode dakwah mauidzoh hasanah dalam pembinaan akhlak santri At-Taqwa Putra Bekasi

Teknik olah data yang digunakan peneliti yaitu dengan dokumentasi atau pengumpulan bahan dari buku, internet dan sebagainya. Selain itu observasi yang didalamnya wawancara dengan nara sumber para mad’u peneliti pun menyebar angket yang berisi pertanyaan guna mengetahui seberapa besar pengaruh metode dakwah mauidzoh hasanah pada santri dalam pembinaan akhlak.

Kegiatan dakwah tersebut secara keseluruhan mampu meningkatkan pengalaman keagamaan para santri, seperti : Bersikap amanah, bijak, rasa syukur serta mempunyai budi pekerti yang baik.

(5)

Wawancara dengan Drs. Mawardi MH. Mp.d

(Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa Putra Bekasi)

Tempat : Kantor Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Tanggal : 16 Juni 2008

Pukul : 10. 00 WIB

Pertanyaan dan Jawaban

1. P : Apa yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi?

J : 1. Amanah yang harus dijalankan sebagai seorang ulama yang punya tanggung jawab langsung kepada Allah

2. Keadaan masyarakat yang masih minim dengan pengetahuan Agama

3. Sebagai benteng pertahanan, sebab di pesantrenlah satu-satunya

tempat untuk mencetak kader-kader ulama yang mutafaqqih fiddin.

Jadi tiga hal inilah yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren

At-Taqwa Putra Bekasi.

2. P : Materi atau kitab Akhlak apa saja yang diajarkan di Pondok Pesantren At- Taqwa Putra?

J : Materi atau kitab yang diajarkan pada Pondok Pesantren ada 4 yaitu: Ta’lim Muta’lim

Nasaihul Ibad

Risalatul Muawwanah

(6)

3. P :Media apa yang dipakai ketika proses belajar? J : a. Alat-alat tulis manual

b. Alat Praga

c..Perangkat Lainnya seperti: Komputer, OHP, Laboratorium, Ruang

Perpustakaan dll.

4. P : Metode dakwah mauidzoh hasanah bagaimana yang diterapkan oleh Pondok Pesantren At-Taqwa Putra?

J : 1. CBSA yaitu cara belajar siswa aktif yang dilaksanakan di ruang belajar mereka masing-masing dengan bimbingan seorang guru.

2. Diskusi: seluruh santri diajarkan untuk berdiskusi dengan baik. yaitu

mencari solusi/ kebenaran dari permasalahan

3. Ceramah: metode ini dilakukan oleh segenap guru/ ustadz, seorang

guru memberikan penyampaian pesan dakwah terhadap santri,

penyampaian ini biasanya dilakukan diatas mimbar. Selain itu metode

ceramah ini kerap diikuti oleh seluruh santri dalam sebuah acara yang

bernama muhadhoroh

5. P :Kapan metode dakwah mauidzoh hasanah dilaksanakan?

J : Kapan saja bisa dilakukan bukan hanya di atas mimbar. mauidzoh hasanah itu kan merupakan dakwah bil-lisan, artinya dakwah dapat dilakukan di

dalam kelas baik dengan cara belajar mengajar maupun diskusi

keagamaan. Dapat juga dilakukan diluar kelas dengan cara memberikan

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, selalu mendengarkan do’a hamba-Nya, serta tidak

pernah berhenti untuk membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas

akhir akademis sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda

Rosulullah SAW yang telah membawa ummatnya dari zaman kebodohan menuju

zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Syukur alhamdulillah dengan usaha maksimal dan tekad yang bulat serta

dorongan yang kuat dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, selayaknyalah penulis ucapkan terima

kasih kepada:

1. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan sayangi. Teruntuk ayahanda

H. Abdurrahman yang banyak memberikan ruang kedewasaan penulis untuk selalu berfikir akan sesuatu hal, dan memberikan rasa optimis yang tinggi, dan

selalu mengajarkan untuk berbuat baik sesamanya. Ibunda Hj. Ilah Rosilah, Sosok yang menawarkan kesabaran dalam hidup, bijak dalam bertindak, dan

selalu memahami penulis dalam keadaan apapun sejak kecil sampai saat ini.

(8)

sartika, Yuliana & Ricky Devis Sugiarto, yang selalu mendo’akan penulis dan memotivasi penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA,

Penulis haturkan terima kasih atas segala tuntunanya dalam menunjukan

penulis akan keberhasilan ilmu pengetahuan.

3. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. H. Murodi, MA., yang

telah mendidik penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga beliau mendapat pahala yang besar atas ilmu yang telah diberikannya

kepada penulis.

4. Drs Wahidin Saputra, MA. Sebagai Ketua Jurusan dan Ibu Umi Musyarofah,

MA., sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah

memberikan penulis masukan, dukungan, nasehat serta do’a.,

5. Dosen Pembimbing skripsi, Drs. Hasanuddin MA., tiada kata yang pantas

terucap selain terima kasih yang mendalam atas kesediaannya untuk

meluangkan waktu di tengah kesibukannya guna memberi masukan, diskusi

dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan batas

waktunya.

6. Kakanda Achmad Marsaidi S.Sos.I yang melimpahkan kasih sayang dan

do’anya. Mendampingi penulis dalam suka maupun duka mengorbankan

waktunya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Mudah-mudahan sukses selalu amiiiiien.

7. Bapak Drs. KH. Mawardi HM, M.Pd dan Stap Pengurus Pondok Pesantren

(9)

penjelasan mengenai data-data yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh penulis.

8. Para Santri At-Taqwa Putra yang telah rela meluangkan waktunya untuk

mengisi angket yang diberikan oleh penulis, sehingga penelitian dapat

berlangsung dengan lancar.

9. Teman-teman KPI D angkatan 2004 yang bersama-sama melewati samudera

dan rutinitas perkuliahan di kampus pembaharu ini, semoga persahabatan ini

akan terjalin selamanya. Serta kenangan manis KKN 2007 di Cianjur Ds.

Cilubang yang tak akan pernah terlupakan.

10.Teman-teman seluruh angkatan 2004 Fakultas Dakwah dan Komunikasi atas

segala dukungannya, tetep semangat ya….kawan-kawan HMI Komfakda,

KOHATI Ciputat, HIQMA, FKMA, JJF, LSI, Al-Adzkar….Semoga

Silaturrahmi ini semakin erat sampe kakek nenek.

Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Walaupun demikian, skripsi ini merupakan tanggung jawab

penulis.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Jakarta, 17 Juni 2008

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH DAN AKHLAK SANTRI A. Metode Dakwah Mauidzhoh Hasanah ... 15

1. Pengertian Efektifitas ... 15

2. Pengertian Metode Dakwah ... 17

3. Macam-Macam Metode Dakwah ... 19

4. Pengertian Mauidzoh Hasanah ... 23

5. Ruang Lingkup Mauidzoh Hasanah ... 25

B. Akhlak Santri ... 35

1. Pengertian Akhlak Santri ... 35

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak Santri ... 36

3. Cakupan Akhlak santri ... 40

a. Akhlak terhadap Allah ... 40

b. Akhlak terhadap manusia ... 41

c. Akhlak terhadap lingkungan ... 45

(11)

B. Visi Dan Misi dan Tujuan Pondok Pesantren At-Taqwa ... 53

C. Stuktur Organisasi Pondok Pesantren At-Taqwa ... 55

D. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren At-Taqwa ... 57

BAB IV EFEKTIFITAS MAUIDZOTULHASANAH PONDOK PESANTREN AT-TAQWA TERHADAP PERILAKU SANTRI A. Implementasi Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah 1. Nasihat ... 62

2. Tabsyir wa Tandzir ... 63

3. Wasiat ... 64

4. Kisah ... 65

B. Temuan dan Analisis ... 65

1. Identitas Responden ... 65

2. Pembahasan hasil penelitian ... 66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 85

B. Saran-saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Responden berdasarkan jenis kelamin ... 66 Tabel 2 Responden berdasarkan umur ... 66 Tabel 3 Dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjarkan kebaikan

dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mandapat

kebahagiaan di dunia dan akhirat ... 67 Tabel 4 Dakwah bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak harus orang tua

atau pun guru/ustadz. ... 67 Tabel 5 Syariat Islam menganjurkan kepada setiap umatnya untuk

berdakwah sesuai dengan kadar kemampunannya ... 68 Tabel 6 Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai metode, tidak hanya

dilakukan di atas mimbar ... 68 Tabel 7 Mauidzoh hasanah adalah salah satu dakwah dengan cara

memberikan nasihat, bimbingan dan petuah yang baik ... 69 Tabel 8 Mauidzoh hasanah adalah salah satu metode dakwah yang

dilakukan di berbagai pondok pesantren ... 70 Tabel 9 Metode dakwah mauidzoh hasanah dapat dilakukan oleh siapa

saja ... 70 Tabel 10 Metode dakwah mauidzoh hasanah selain dapat memberikan

siraman rohani juga dapat memberikan wawasan terhadap santri .... 71 Tabel 11 Metode dakwah mauidzoh hasanah dapat mendorong santri

untuk merubah prilaku yang baik ... 71 Tabel 12 Mauidzoh hasanah adalah metode dakwah yang efektif dalam

menyerukan ajaran agama di pondok pesantren ... 72 Tabel 13 Akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang

menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah

tanpa memerlukan pikiran dan pertumbuhan ... 73 Tabel 14 Ajaran Islam menuju kepada satu tujuan, yakni

menyempurnakan akhlak agar lebih baik di dalam kehidupan

sehari-hari ... 73 Tabel 15 Akhlak seseorang merupakan bawaan sejak lahir ... 74 Tabel 16 Akhlak dapat dibentuk melalui bimbingan orang tua, guru serta

tokoh-tokoh ... 74 Tabel 17 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak yang baik

sesama umatnya ... 75 Tabel 18 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku bijaksana

terhadap sesama muslim ... 76 Tabel 19 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku amanah

terhadap sesama muslim ... 76 Tabel 20 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku atau

berpandangan masa depan ... 77 Tabel 21 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak mulia

(13)

Tabel 22 Islam pengajarkan kepada seluruh umatnya agar bersyukur

terhadap Allah atas nikmat yang diberikannya ... 78 Tabel 23 Islam mengajarkan kepada seluruh umatnya agar taat dan patuh

terhadap perintah Allah ... 78 Tabel 24 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak baik terhadap

lingkungan ... 79 Tabel 25 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku bijaksana

terhadap sesama muslim ... 80 Tabel 26 Islam mengajarkan kepada umatnya agar berprilaku amanah

terhadap sesama muslim ... 80 Tabel 27 Islam mengajarkan seluruh umatnya agar menjaga dan

memelihara lingkungan ... 81 Tabel 28 Setiap kerusakan terhadap lingkunagan manusia harus

mempertanggung jawabkannya ... 81 Tabel 29 Islam melarang umatnya agar tidak mencabut dan menebang

pohon sembarangan ... 82 Tabel 30 Tidak ada sesuatu yang melebihi berat dalam timbangan (amal)

seorang mukmin pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur ... 83 Tabel 31 Seluruh umat Islam wajib mempertanggungjawabkan di akhirat

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah.1 Artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju

mundurnya ummat islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan

kegiatan dakwah yang dilakukannya.2 Karena itu al-Qur’an dalam menyebut kegiatan dakwah dengan Ahsanu Qaula.3 Dengan kata lain bisa kita simpulkan bahwa dakwah menepati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama

Islam.

Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut

ummatnya agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan

aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung

dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan

coraknya.

Dakwah dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu dengan

dakwah bil-lisan dakwah bil-qolam dan dakwah bil-hal asalkan tujuannya

sama, sehingga makna dakwah kepada Allah adalah mengajak dan menyeru

manusia untuk melaksanakan perintah Alah berupa iman kepada-Nya dan

seluruh ajaran para Rasul-Nya.4

1

M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Jakarta: Al-Amin Press, 1997, h. 8

2

Didin Hafiduddin,, Dakwah Aktual, Jakarta : Gema Insani Press. Cet. 3, 1998 h. 76.

3

Surat fushilat: 33

4 Fawaaz bin Hulail Al Suhaimi,

(15)

Dakwah bil-lisan yaitu ajakan atau seruan dengan menggunakan

ucapan, dakwah semacam ini sering kita lihat pada seseorang yang sering

ceramah ataupun berbicara dengan tujuan ke arah kebaikan. Dakwah

bil-qolam yaitu ajakan atau seruan dengan menggunakan pena yang dituliskan di

atas kertas dengan maksud tujuan yang positif, hal ini bisa kita lihat di

berbagai media cetak atau buku-buku islami, sedangkan dakwah bil-hal yaitu

ajakan atau seruan dengan tingkah laku kita, tentunya mengarah ke jalan Allah

SWT

Efektifitas Dakwah dengan segala kegiatannya yang akurat dapat

berjalan dengan efisien dan bahkan menjadi pendorong bagi perubahan umat

ke arah yang lebih baik, bila dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan

sistematis.

Oleh karena itu untuk melakukan kegiatan berdakwah maka

diperlukan metode-metode yang representatif dengan menggunakan bahasa

yang lugas, menarik, bijaksana sehingga komunikasi menjadi menarik.

Dalam surat an-nahl ayat 125, allah berfirman:

!

#$

%

&

'()

*

+- %

./

0 &

1234%

5

6

7()89&:

;<

=

$>6

?+ @8&:

7

; (A

7 

B

:

*

$>6 &

?+ @8&:

CD

. E8-

%

FAG

(16)

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. an-nahl:125).

Dari ayat di atas dapat mengambil kesimpulan bahwa secara garis

besar metode-metode yang terdapat dalam al-Quran ada tiga, yaitu:

1. Al-hikmah.

2. Al-mau’idzoh al-hasanah.

3. Al-mujadalah bi-al-lati hiya ahsan

Dari ketiga metode di atas salah satunya yaitu metode dakwah

bil-lisan yaitu al-mau’idzoh al-hasanah. Al-mau’idzoh hasanah yang berarti tutur

kata yang baik, nasehat yang baik dan harus dapat dirasakan oleh sasaran

dakwah sebagai suatu bimbingan ajakan dan pengarahan penuh perhitungan.

Sarana dakwah mempunyai peranan dan kedudukan yang sama jika

dibandingkan dengan komponen atau unsur dakwah yang lainnya oleh karena

itu, pentingnya sarana dakwah sebagai salah satu unsur dakwah, maka sudah

seharusnya dalam proses dakwah, unsur dakwah tersebut harus digunakan dan

dimanfaatkan secara baik, tepat dan benar.

Pesantren atau Pondok Pesantren (biasanya juga disebut pondok saja)

adalah sekolah Islam berasrama (Islamic boarding school). Para pelajar

pesantren (disebut sebagai santri) belajar pada sekolah ini, sekaligus tinggal

pada asrama yang disediakan oleh pesantren. Dakwah yang berada di pondok

pesantren bukan hanya belajar mengajar semata, akan tetapi di dalamnya

terdapat berbagai macam metode dakwah, salah satunya yaitu dakwah dengan

(17)

Mauidzoh al-Hasanah secara bahasa berarti nasehat, bimbingan,

pendidikan dan peringatan. Kata hasanah merupakan akronim dari kata

sayyi’ah (keburukan), hasanah berarti kebaikan atau baik.5

Mau’izatul hasanah wa mujahadah billati hiya ahsan.” Metode ini biasa digunakan untuk tokoh-tokoh khusus (pemimpin), misalnya para bupati, adipati, para raja, maupun para tokoh-tokoh masyarakat setempat. Dasar metode ini adalah QS An-Nahl (16): 125, yang artinya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Orang muslim meyakini bahwa sesama muslim adalah saudara

seagamanya, mempunyai hak-hak dan etika-etika yang harus diterapkan

terhadapnya, kemudian ia melaksanakannya kepada saudara seagamanya,

karena ia berkeyakinan bahwa itu adalah ibadah kepada Allah SWT. Dan

sebagai upaya pendekatan kepadanya. Hak-hak dan etika-etika ini diwajibkan

Allah SWT kepada orang muslim agar ia mengerjakannya kepada saudara

seagamanya. Jadi, menunaikan hak-hak tersebut adalah bentuk ketaatan

kepada Allah SWT dan sebagai upaya pendekatan kepadanya tanpa diragukan

sedikit pun.

Diantara hak-hak dan etika-etika tersebut adalah sebagai berikut:

a. Berprilaku bijaksana terhadap saudara sesama muslim.

b. Berprilaku amanah terhadap saudara sesama muslim.

c. Berperilaku atau berpandangan masa depan.

5

(18)

Berdasarkan masalah diatas maka penulis berusaha membahas

mengenai :"Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dalam

pembinaan Akhlak Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi". Adapun pertimbangannya bahwa metode dakwah mauidzotul hasanah di

pondok pesantren sangat memberi pengaruh terhadap prilaku santri ke arah

yang positif.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, Ada tiga metode dakwah yang

disebutkan dalam al-Qur’an, yaitu : hikmah, mauidzoh hasanah,

Al-mujadalah, dari ketiga metode ini tidak semua dikaji, peneliti hanya mengkaji

satu metode saja yaitu : Metode dakwah mauidzoh hasanah maka masalah

yang akan diteliti hanya dibatasai pada metode dakwah mauidzoh hasanah

dalam pembinaan akhlak santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi.

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka penulisan merumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan oleh

Pondok pesantren at-Taqwa Bekasi?

2. Apakah metode dakwah mauidzoh hasanah yang diterapkan pondok

pesantren at-Taqwa efektif terhadap pembentukan akhlak santri?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(19)

a. Untuk mengetahui apakah metode dakwah mauidzoh hasanah yang

diterapkan pondok pesantren at-Taqwa efektif terhadap pembentukan

akhlak santri?

b. Untuk mengetahui bagaimana metode dakwah mauidzoh hasanah

diterapkan oleh pondok pesantren at-Taqwa Bekasi?

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Akademis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat berguna secara akademis, yaitu

untuk menambah pengetahuan dalam dunia dakwah mauidzah hasanah

di Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi.

b. Kegunaan Praktis

Sebagai masukan untuk para aktifis Dakwah.

D. Metodelogi Penelitian

1. Model dan Desain Penelitian

Model penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karna

pendekatan kuantitatif dapat mengahasilkan data yang akurat setelah

setelah perhitungan yang tepat. Pendekatan kuantitatif merupakan salah

satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang

dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.6 Penelitian Kuantitatif sifatnya objektif, sehingga kita dapat melihat

6

(20)

langsung sebuah keadaan. Sedangkan desain penelitian ini adalah survey

yaitu dengan mensurvey dan mengetahui efektifitas metode dakwah

mauidzoh hasanah dalam pembinaan akhlak santri At-Taqwa Putra

Bekasi.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Pondok

Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi. Adapun yang menjadi objek dalam

penelitian ini adalah Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah

Dalam Pembinaan Akhlak Santrinya.

3. Populasi dan Sample

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, untuk keperluan

penelitian diambil populasi dengan berpedoman pada pendapat Suharmini

Arikunto: “Apabila subjek kurang kurang dari 100 orang, lebih baik

diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 %

atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat

dari segi waktu, tenaga dan dana”.7 Dalam penelitian ini yang dijadikan

populasi adalah santri at-Taqwa bekasi yang berjumlah 1000 orang.

Sample adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara

tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang

dianggap bisa mewakili populasi.8 Dalam penelitian ini populasi 1000

7

Suharmini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 106

8

(21)

orang, penulis mengambil sample 10 % dari populasi yang ada yaitu 100

orang.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang objektif maka dalam penelitian

lapangan ini menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan pengajuan pertanyaan

secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada

informan, dan jawaban-jawaban informan, dicatat atau direkam

dengan alat perekam (tape recorder).9 Dalam penelitian ini, penulis

melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah Mts At-Taqwa Putra

Bekasi untuk memperoleh data mengenai Pondok Pesantren At-Taqwa

Putra Bekasi.

b. Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau

mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.10

Dalam penelitian ini, penulis menyebarkan angket kepada Para Santri

Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi.

c. Observasi

Observasi menurut Karl Weeick mendefinisikan observasi sebagai

“Pemilihan, Pengubahan, Pencatatan dan pengodean serangkaian

prilaku dan suasana yang berkenaan dengan Organisme in Situ, sesuai

9

Irawan Soehartono, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-VI, h. 68

10

(22)

dengan tujuan-tujuan empiris.11 Metode yang digunakan oleh penulis

dalam observasi yaitu partisipatoris, yakni dengan cara terlibat dalam

metode dakwah mauidzoh hasanah dalam pembinaan akhlak santri

at-Taqwa Bekasi.

d. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data mengenai hal-hal yang

akan diteliti dan juga berhubungan dengan objek penelitian. Dalam

penelitian ini penulis mengumpulkan data dari Buku, majalah, CD,

foto dan lain sebagainya.

5. Tehnik Pengumpulan Data

a. Editing yaitu mempelajari kembali berkas-berkas data yang telah

terkumpul, sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan dapat

dinyatakan, sehingga dapat disiapkan untuk proses selanjutnya.

b. Tabulating yaitu memudahkan jawaban-jawaban responden ke dalam

tabel kemudian dicari presentasenya untuk dianalisis.

c. Analisa dan interpretasi, yaitu membunyikan data kuantitatif dalam

bentuk verbal (kata-kata), sehingga persentase jadi bermakna.

d. Kesimpulan yaitu penulis memberikan kesimpulan dari hasil analisis

dan interpretasi data.

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan rumus :

P = f x 100 % N

P = besarnya persentase

11

(23)

F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = jumlah frekuensi

Kemudian dimasukan ke dalam tabel distribusi frekuensi relatif.12

Adapun pedoman penulisan skripsi ini penulis menggunakan buku

“Pedoman Penuliasan Skripsi, Tesis, Dan Disertasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.” 13

E. Tinjauan Pustaka

Dari penelitian awal ditemukan beberapa karya ilmiah baik dalam

bentuk buku maupun skripsi yang membahas objek yang hampir sama yaitu:

1. Buku Metode Dakwah berbicara secara umum tentang metode dakwah.

Menurut Al-Qur’an dalam surat an- Nahl:125

!

#$

%

&

'()

*

+- %

./

0 &

1234%

5

6

7()89&:

;<

=

$>6

?+ @8&:

7

; (A

7 

B

:

*

$>6 &

?+ @8&:

CD

. E8-

%

FAG

Artinya :

“Serulah manusia kepda jalan tuhanmu dengn hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl : 125)

Dari ayat tersebut menunjukan bahwa metode dakwah itu meliputi tiga

12

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2008), h. 43

13

(24)

cakupan, yaitu :

a. Al-Hikmah

Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi

yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang

kepada agama atau Tuhan.

Al-Hikmah juga berarti pengetahuan yang dikembangkan dengan

tepat hingga menjadi sempurna. Menurut pendapat ini, al-hikmah

termanifestasikan ke dalam empat hal: Kecakapan manajerial,

kecermatan, kejernihan pikiran pikiran dan ketajaman pikiran.

b. Al-Mauidzoh Hasanah

Mauidzhoh hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang

mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita

gembira, peringatan, pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan

pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia akhirat.

c. Al-mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan

Al-mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan dua

belah pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan

tujuan agar lawn menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan

argumentasi dan bukti yang kuat.

2. Masykur Kadir

Judul Skripsi: Manajemen pondok pesantren Miftahuddin Oe-ekam dalam

kegitan dakwah dan sosial pada masyarakat.

(25)

dakwah dan sosial pada masyarakat dan tinjauan empiris manajemen

pondok pesantren Miftahuddin Oe-ekam.

3. Zubaedah

Judul Skripsi : Pondok Pesantren Sebagai lembaga dakwah (study kasus

pondok pesantren Nurul Huda Assuriyah Bojong Sari Sawangan Depok.

Secara garis besar berisi tentang : “Pesantren sebagai lembaga dakwah dan

analisis terhadap Pondok Pesantren Nurul Huda Assuriyah sebagai

lembaga dakwah.

4. Syaiful Alawi

Judul Skripsi : Manajemen Strategi Pondok Pesantren At-Taqwa Putra

Bekasi dalam meningkatkan kualitas santri.

Secara garis besar berisi tentang : “Manajemen Strategi perumusan upaya

At-Taqwa lebih kepada kualitas santri dan evaluasi strategi.

5. Jojoh Nurendah

Judul Skripsi : Metode Dakwah Hj. Ijjah Sathari dalam pembinaan akhlak

santri bapenpori Babakan Caringin Cirebon.

Secara garis besar berisi tentang : Metode dakwah menurut Hj. Ijjah

Sathari dalam pembinan akhlak santri Bapenpori Babakan Caringin

Cirebon.

Sekilas judul-judul diatas memiliki kemiripan dengan penelitian ini tetapi

bila ditelusuri lebih jauh akan tampak perbedaanya yaitu:

1. Buku Metode Dakwah Bicara Secara Umum, mengenai ketiga metode

(26)

2. Masykur Kadir, meneliti tentang manajemen pondok pesantren

3. Zubbaedah, meneliti tentang pondok pesantrwen sebagai lembaga

dakwah

4. Syaiful Alawi, meneliti tentang Manajemen strategi pondok

pesanten

5. Jojoh Nurendah meneliti lebih melihat kepada metode dakwah menurut

Al-Qur’an yang diterapkan Hj. Ijjah Sathari.

Sementara penelitian ini lebih terfokus pada metode dakwah mauidzoh

hasanah yang diterapkan pada pondok pesantren At-Taqwa putra bekasi.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan

dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke

dalam lima bab. Masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan

pewnulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, Meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian

dan Analisis data, Tinjauan Pustaka, serta sistematika penulisan.

BAB II : Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah dan Akhlak Santri

(Kerangka teori), Meliputi pengertian metode dakwah mauidzoh

hasnah, ruang lingkup mauidzoh hasanah, pengertian akhlak

santri, Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak

(27)

BAB III : Gambaran Umum Pondok Pesantren At-Taqwa Putri Bekasi,

Meliputi Sejarah Berdirinya pondok pesantren, visi dan misi,

Latar Belakang Berdirinya pondok pesantren, struktur organisasi

serta sistem pendidikan pondok pesantren .

BAB VI : Temuan Lapangan dan Analisis, Meliputi : Metode dakwah

mauidzoh hasanah pada pondok pesantren at-taqwa putra bekasi,

faktor pendorong dan penghambat dalam menjalankan kegiatan

metode dakwah mauidzoh hasanah, respon santri terhadap

kegiatan-kegiatan metode dakwah mauidzoh hasanah.

(28)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

TENTANG EFEKTIFITAS METODE DAKWAH MAUIDZOH HASANAH DAN AKHLAK SANTRI

C. Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah 1. Pengertian Efektifitas

Kata efektivitas mempunyai beberapa arti. Dalam Kamus besar

bahasa Indonesia menyebutkan tiga arti efektifitas, arti pertama adalah

adanya suatu efek, akibatnya, pengaruhnya dan kesannya. Arti kedua

manjur atau mujarab dan arti ketiga dapat membawa hasil atau hasil guna.

Kata efektif juga diambil dari kata efek yang artinya akibat atau

pengaruh, dan kata efektif yang berarti adanya pengaruh atau akibat dari

sesuatu. Jadi efektivitas ialah keberpengaruhan atau keberhasilan setelah

melakukan sesuatu.14

Secara bahasa efektifitas diambil dari kata “efek” yang berarti

akibat atau pengaruh, sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh atau

adanya akibat serta penekanannya, jadi sesuatu. Jadi “efektifitas” berarti

keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah

melakukan sesuatu)15. Sedangkan menurut ensiklopedi umum, efektifitas

14

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B),

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-7, edisi ke-2, h. 250

15

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa (P3B),

(29)

menunjukan taraf tercapainya turut usaha dikatakan efektif kalau usaha itu

mencapai tujuannya secara ideal ke efektifan adalah pencapaian prestasi

dari tujuan taraf efektifitas dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.16

Menurut John. M. Echols dan Hasan Shadily dalam kamus bahasa

Inggris-Indonesia secara etimologi efektivitas berasal dari kata efektif

yang artinya berhasil guna.17

The Oxford English Dictonary mengartikan efektivitas sebagai The

Quality of being effective. In various sebse. Efectivity the quality or state

being effective and power to be effective. Secara sederhana dapat diartikan

sebagai suatu kualitas yang menjadi efektif dalam berbagai hal atau

bidang. Efektifitas ialah status mutu menjadi efektif dan menggerakan

untuk bisa efektif.18

Dalam kamus umum bahasa Indonesia efektivitas merupakan

keterangan yang artinya ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam

pencapaian tujuan.19

Menurut Dennis Mc Quail efektivitas secara teori komunikasi

berasal dari kata efektif. Artinya terjadinya suatu perubahan atau tindakan,

sebagai akibat diterimanya suatu pesan. Dan perubahan terjadinya dalam

16

A. b. pridodgdo, Hasan Shadily, ensiklopedi umum, (yogyakarta: kanisius, 1990) cet ke-8, h. 296

17

John. M. Echols dan Hasan Syadily, kamus inggris-indonesia, (Jakarta: PT Gramedia. Pustaka Utama, 1990), Cet. Ke-8, h. 207

18

Eric Buckley, The Oxford English Dictionary, (Oxford: The Clarendom Press, 1978), Vol. III, P. 49

19

(30)

segi hubungan antara keduanya, yakni pesan yang diterima dan tindakan

tersebut.20

Peter. F. Drucker merupakan salah satu tokoh yang memberikan

perhatian besar terhadap efektivitas. Menurutnya bahwa efektivitas itu

dapat dan harus dipelajari secara sistematis, sebab ia bukanlah bentuk

sebuah keahlian yang lahir secara ilmiah. Efektifitas kerja dapat

diwujudkan melalui sebuah rangkaian kerja, latihan yang intens, terarah

dan sistematis, bekerja dengan cepat sehingga menghasilkan kreativitas.21

Efektivitas juga merupakan teknologi pekerja ilmu yang bersifat

khusus dalam sebuah organisasi untuk itu diperlukan kecakapan, kemauan

bekerja, dan yang terpenting bukan sekedar memastikan apakah suatu

pekerjan dan pelaksanaan tugasterselesaikan sebagaimana mestinya.

Kecakapan kerja dapat diukur dengan meningkatkan output dalam sektor

pekerjaan. Dan pengukuran kerja sesuai dengan maksud dan tujuan

merupakan faktor besar dalam membentuk lingkungan kerja yang mampu

melahirkan efektivitas secara keseluruhan.22

Menurut F.X. Suwarto, keefektifan berasal dari kata dasar efektif

yang artinya ada efek, pengaruh, akibat dan kesan seperti manjur, mujarab

dan mempan dan juga mempunyai arti dalam penggunaan metode atau

20

Dennis Mc. Quail, Teori Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta : Erlangga Pratama, 1992), h. 281

21

Peter. F. Drucker, Bagaimana Menjadi Eksekutip Yang Efektif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1986), h. 5.

22

(31)

cara, sarana atau alat dalam melaksanakan aktivitas sehingga berhasil guna

atau mencapai hasil yang optimal.23

Menurut Gibson, James L, Wancevich, John M, Donelly

Pengertian efektifitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan

prestasi individu, kelompok dan organisasi. Makin dekat prestasi mereka

yang diharapkan atau prestasi yang standar. Maka akan makin efektif

dalam menilai mereka.24

Sementara itu efektifitas juga menunjukan taraf tercapainya tujuan.

Usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal

efektifitas dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti

misalnya: Usaha X, 60% dalam mencapai tujuan Y.25

Dari pengertian-pengertian efektivitas dapat disimpulkan menurut

beberapa sumber di atas, bahwa secara umum efektifitas diartikan sebagai

adanya suatu pengaruh, akibat, kesan. Efektifitas tidak hanya sekedar

memberi pengaruh atau pesan akan tetapi berkaitan juga dengan

keberhasilan tujuan, penetapan standar, profesionalitas, penetapan sasaran,

keberadaan program, materi, berkaitan dengan metode atau cara, sarana

atau fasilitas dan juga dapat memberikan pengaruh.

23

F. X. Suwarto. Prilaku Organisasi, (Yogyakarta, 1999), Cet. Ke-1

24

F.X. Suwarto, Enslikopedia Nasional, Jilid II, (CES-HAM), (Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1980), Jilid II, (CES-HAM), h..134

25

(32)

2. Pengertian Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta”

(melalui) dan “hodos” (jalan, cara).26 Dengan demikian kita dapat artikan

bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai

suatu tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari

bahasa jerman methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa

yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa

arab disebut thariq.27 Apabila kita artikan secara bebas metode adalah cara

yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu

maksud.

Sarana dakwah sebagai salah satu komponen dakwah banyak

macamnya. Salah satu diantaranya adalah pondok pesantren. Pendidikan di

dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang

al-Qur'an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa Arab dan

kaidah-kaidah tata bahasa bahasa Arab. Istilah Pondok sendiri berasal dari Bahasa

Arab ( , funduuq), sementara istilah Pesantren berasal dari kata pe-santri

-an.28

Sedangkan arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar ilmuan

adalah sebagai berikut:

26

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi aksara, 1991), Cet. I, h. 61

27

Drs. H. Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya), 1996, Cet. Ke-1, h. 35.

28

(33)

1. Pendapat Bakhial Khauli, dakwah adalah suatu proses Menghidupkan

suatu peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat

dari satu keadaan kepada keadaan lain.29

2. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk

mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka

berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka

mandapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.30 Pendapat ini juga selaras

dengan pendapat al-Gazali.31 Bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah

inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat Islam.

Dari pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa, metode

dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’I

(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar

hikmah dan kasih sayang.32 Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented

menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.

3. Macam-Macam Metode Dakwah

Allah SWT Berfirman dalam Q.S. An-nahl :125

! #$ % &

'() *

+- % ./ 0 &

1234% 5 6 7()89&: ;< = $>6 ?+ @8&: 7 ; (A 7  29

Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia; Nur Niaga SDN. BHD. 1996), Cet. I, h. 5

30

Abdul Kadir Syaid Abd. Rauf, Dirasah Fid dakwah al-Islamiyah, (Kairo; Dar El-Tiba’ah al-mahmadiyah, 1987), Cet. I, h. 10.

31

Beliau adalah seorang ulama besar, pemikir muslim zaman klasik, hidup sampai awal abad ke-12, pendapatnya dalam kitabnya yang sangat terkenal yaitu Ihya Ulumuddin

32

(34)

B : *

$>6 & ?+ @8&:

CD . E8- %

FAG

Artinya : “Serulah manusia kepada jalan tuhanmu yang hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang ledih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalanya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (an-Nahl;125)

Dari Ayat tersebut menunjukan bahwa metode dakwah itu meliputi

tiga cakupan, yaitu:

1. Al-Hikmah

Kata “Hikmah” dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 20 kali

baik dalam bentuk nakiroh maupun ma’rifat. Bentuk masdarnya adalah

“hukman” yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah dari

kedzoliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti

menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas

dakwah.

Menurut al- Ashma’i asal mula didirikan hukumah

(pemerintahan) ialah untuk mencegah manusia dari perbuatan dzalim.

Maka digunakan istilah Hikmatul Lijam, karena Lijam (cambuk atau

kekang kuda) itu digunakan untuk mencegah tindakan hewan.33

Al- Hikmah juga berarti tali kekang pada binatang sebagaimana

dijelaskan dalam kitab Misbahul Munir. Diartikan demikian karena tali

kekang itu membuat penunggang kudanya dapat mengendalikan

kudanya sehingga si penunggang kuda dapat mengaturnya baik baik

untuk perintah lari atau berhenti. Dari kiasan ini maka orang yang

33

(35)

memiliki hikmah berarti orang yang mempunyai kendali diri yang

dapat mencegah diri dari hal-hal yang kurang bernilai atau menurut

Ahmad bin munir al-Muqri’ al-fayumi berarti dapat mencegah dari

perbuatan yang hina.34

Orang yang mempunyai hikmah disebut al-hakim yaitu orang

yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu.

Kata hikmah juga sering dikaitkan dengan filsafat. Karna filsafat juga

mencari pengetahuan hakikat segala sesuatu.

Prof. DR. Toha Yahya Umar, M.A., mengartikan meletakan

sesuatu pada tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan

mengatur dengan cara sesuai keadaan zaman dengan tidak

bertentangan dengan larangan Tuhan.35

Sebagai metode dakwah, al-hikmah diartikan bijaksana, akal budi

yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian

orang kepada agama atau Tuhan.

Ibnu Qoyim berpendapat bahwa pengertian hikmah yang paling

tepat adalah seperti yang dikatakan oleh Mujahid dan Malik yang

mendefinisikan bahwa hikmah adalah pengetahuan tentang kebenaran

dan pengalamannya, ketepatan dalam perkataan dan pengalamannya.

Hal ini tidak bisa dicapai kecuali dengan memahami al-Qur’an,

mendalami syariat serta hakikat iman.36

34

Ahmad bin Muhammad al-Muqrib’al al-fayumi, al-Misbahul munir, h.120.

35

Hasanudin, Hukum Dakwah, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35.

36

(36)

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi, arti

hikmah, yaitu dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan

pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan

keraguan.37

Dari beberapa pegertian di atas, dapat difahami bahwa al-hikmah

adalah merupakan kemampuan da’i dalam memilih,memilah dan

menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Di

samping itu juga al-hikmah merupakan kemampuan da,I dalam

menjelaskan dokrin-dokrin Islam serta realitas yang ada dengan

argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu,

al-hikmah adalah sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara

kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.

2. Al-Mauidzoh Al-Hasanah

Terminologi mauidzoh hasanah dalam persfektif dakwah

sangat popular, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan (baca

dakwah atau tablig) seperti maulid Nabi dan Isra’Mi’roj, istilah

mauidzoh hasanah mendapat porsi khusus dengan sebutan-sebutan

”acara yang ditunggu-tunggu” yang merupakan inti acara. Namun

demikian supaya tidak menjadi kesalahfahaman, maka akan dijelaskan

pengertian mauidzoh hasanah.

Secara bahasa, mauidzoh hasanah terdiri dari dua kata, mauidzoh

dan hasanah. Kata mauidzhoh berasal dari kata wa’adza-ya’idzu,

(37)

wa’dzan-idzatan yang berarti; Nasihat, bimbingan, pendidikan dan

peringatan.38, sementara hasanah merupakan kebaikan dari sayyiah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan.

3. Al-Mujadalah Bi-Al-Lati Hiya Ahsan.

Dari segi etimologi (Bahasa) lafazh mujadalah terambil dari

kata “jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan

alif pada huruf jim yang mengikuti wajan Faa’ala, “jaa dala” dapat

bermakna berdebat, dan “mujadalah” perdebatan.39

Kata “jadala” dapat bermakna menarik tali dan mengingatnya

guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik

dengan ucapan untuk menyakinkan lawannya dengan menguatkan

pendapatnya melalui argumantasi yang disampaikan.40

Dari segi istilah (Terminologi) terdapat beberapa pengertian

al-Mujadalah (al-Hiwar) dari segi istilah. (al-Hiwar) berarti upaya tukar

pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya

suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara

keduanya.41. Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi

38

Lois Ma’luf, Munjid fi al-Lugah wa A’lam (Beirut: Dar Fikr.1986) h. 907, Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab, Jilid VI (Beirud: Dar Fikr, 1990) h. 466.

39

Ahmad Warson al-Munawwir, KamusBesarBahasaArab, (Jakarta: Pustaka Progresif, 1997), Cet. Ke-14, h.175.

40

Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, Lentera Hati, 2000, Cet. Ke-1, h.553.

41

(38)

ialah, suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan

dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat.42

Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa,

al-Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak

secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar

lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan

argumentasi dan bukti yang kuat.

B. Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Pengertian Mauidzoh hasanah

Terminologi mauidzoh hasanah dalam perspektif dakwah sangat

popular, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan (baca dakwah atau

tablig) seperti maulid Nabi dan Isra’Mi’roj.

Secara bahasa, mauidzoh hasanah terdiri dari dua kata, mauidzoh dan

hasanah. Kata mauidzhoh berasal dari kata wa’adza-ya’idzu, wa’dzan-idzatan

yang berarti; Nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan.43, sementara

hasanah merupakan kebaikan dari sayyiah yang artinya kebaikan lawannya

kejelekan.

Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain:

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi yang dikutif oleh H.

Hasanuddin adalah sebagai berikut:

42

Sayyid. Muhammad Thantawi, Adab al-Hiwar Fil Islam, Dar al-Nahdhah, Mesir, diterjemahkan oleh zuhaeri misrawi dan zamroni kamal. (jakarta: azan, 2001), cet. Ke-1. Pada kata pengantar.

43

(39)

Al-Mauidzhoh Al-Hasanah adalah (perkataan-perkataan) yang tidak

tersembunyi bagi mereka, bahwa enkau memberikan nasihat dan

menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-Qur’an.44

Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-mauidzhah al-hasanah merupakan

salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah

dengan memberi nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka

mau berbuat baik.45

Mauidzhoh hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang

mengandung unsure bimbingan, pendidikan, pengajaran, kosah-kisah, berita

gembira, peringatan, persan-pesan positif (wasiyat) yang bisa dijadikan

pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.

Dari beberapa definisi di atas, Mauidzhoh hasanah tersebut bisa

diklasifikasikan dalam beberapa bentuk:

a. Nasihat atau petuah.46

b. Bimbingan, pengajaran (pendidikan)47

c. Kisah-kisah

d. Kabar gembira dan peringatan (al-Basyir dan al-Nadzir)

44

Hasanuddin, SH., Hukum Dakwah (Jakarta: pedoman Ilmu Jaya, 1996) h. 37.

45

Abd. Hamid al-Bilali, Fiqh al-Dakwah FI ingkar al-Mungkar (Kuwait: Dar al-Dakwah,1989) h. 260.

46

Nasihat bisaanya dilakukan oleh orang yang levelnya lebih tinggi kepada yang lebih rendah, baik tingkatan umur, maupun pengaruh, misalnya nasihat orang tua kepada anaknya, Perhatikan QS. Lukman:13 yang artinya: “dan ingatlah ketika luqman berkatakepada anaknya,

yaitu memberikan mauidzhoh (nasihat) kepadanya: hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mewmpersekutukan Allah adalah kedzaliman yang amat besar”.

47

(40)

e. Wasiat (pesan-pesan positif)

Menurut K. H. Mahfudz kata tersebut mengandung arti:

1. Didengar orang, lebih banyak lebih baik suara panggilannya.

2. Diturut orang, lebih banyak lebih baik maksud tujuannya sehingga

menjadi lebih besar kuantitas manusia yang kembali kejalan Tuhannya

yaitu jalan Allah SWT.

Sedangkan menurut pendapat Imam Abdullah bin Ahmad

an-Nasafi, kata tersebut mengandung arti al-Mauidzhoh al-hasanah adalah

(perkataan-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa enkau

memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau

dengan al-Qur’an.

Jadi kalo kita telusuri kesimpulan dari mauidzhoh hasanah, akan

mengandung arti kata-kata yang masuk kedalam kalbu dengan penuh kasih

sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak

membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemah

lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras

dan menjinakan kalbu yang liar, dan lebih mudah melahirkan kebaikan

dari pada larangan dan ancaman.

4. Ruang Lingkup Mauidzoh Hasanah

Diantara ruang lingkup metode mauidzhoh hasanah ialah:

1) Nasihat

2) Tabsyir Wa Tandzir

(41)

4) Kisah

1. Pengertian Nasihat

Kata nasihat berasal dari bahasa arab, dari kata kerja “Nashaha”

yang berarti khalasha yaitu murni dan bersih dari segala kotoran, juga

berarti “khata” yaitu penjahit. Dan dikatakan bahwa kta nasihat berasal

dari kata Nashaha arjulahu tsaubahu (Orang itu menjahit pakaianya)

apabila dia menjahitnya, maka mereka mengumpamakan perbuatan

penasehat yang selalu menginginkan kebaikan orang yang dinasehatinya

dengan jalan memperebaiki pakaiannya yang robek.

Sebagian ahli ilmu berkata nasihat adalah perhatian hati terhadap

yang dinasehati siapapun dia. Nasihat adalah saru cara dari al-mauidzhah

al-hasanah yang bertujuan mengingatkan bahwa segala perbuatan pasti ada

sangsi dan akibat. Al-Asfahani memberikan pemahaman terhadap term

tersebut dengan makna al-mauidzhoh merupakan tindakan mengingatkan

seseorang dengan baik dan lemah lembut agar dapat melunakan hatinya.

Dan apabila ditarik suatu pemahaman bahwa al-mauidzhoh hasanah

merupakan salah satu manhaj dalam dakwah untuk mengajak kejalan

Allah dengan cara menggunakan nasihat.

Secara terminology Nasihat adalah memerintah atau melarang atau

menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman. Pengertian

(42)

petunjuk kepada jalan yang benar. Juga berarti mengatakan sesuatu yang

benar dengan cara melunakan hati. Nasihat harus berkesan dalam jiwa atau

mengikat jiwa dengan keoimanan dan petunjuk. Allah berfirman: (QS.

Annisa: 66).

#

$ % & HI&: JK#L MNO #PR#S @  <&: * T$>@M V #P ()!WI&: &&: * $0X Y 7 Z P O[X/ \

;Z  $>@ > ] ^_  @ V #PaR b cZ * #$ % & #PaR;d&: * $>@ > ] Z <$e! $\ B 9 <V % 'S#X Y #PfgLh.N4&: & iEj k F

Artinya: “Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pengajaran yang diberikan kepada mereka tentulah hal yang demikian itu lebih baik bgi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)”. (QS.an-Nisa:66)

A. Nasihat Dalam Perspektif Al-Qur’an

Perintah saling menasehati ini dapat kita lihat pada beberapa ayat

al-Qur’an diantaranya:

Dalam Surah al-Ashr ayat 1-3

m

SF

> %

&

FA

;<

Y7/()op5

qr %

sS8h Y

FG

^_

CD

V4t

*

$' Z

*

$>@

&

p/

@/uv%

*

#$(w

$  &

6x

%

*

#$(w

$  &

S#%uv%

F[

“Demi masa sesungguhnya manusia itu dalam kerugian

kecuali orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal soleh dan saling menasehati tentang kesabaran”. (Q.S. al-Ashr ayat 1-3)

Dalam ayat ini ada dua hal yang diminta untuk diwasiatkan yaitu

(43)

Al-haq dari segi bahasa berarti sesuatu yang mantap tidak berubah

apapun yang terjadi. Allah adalah al-haq karena tidak mengalami

perubahan. Nilai-nilai agma juga adalah al-haq. Seperti Nabi Mengatakan

: agama itu adalah nasihat. Allah SWT. Adalah al-haq, karena itu

sebagian para pakar tafsir, memahami kata al-haq dalam ayat ini dengan

arti yakni bahwa manusia hendaknya saling ingat mengingatkan tentang

keberadaan, kekuasaan, keesaan Allah serta sifat-sifat lain-Nya. Hal-hal

yang diwasiatkan dalam al-Qur’an antara lain adalah :

a) Pelaksanaan agama, bersatu padu, tidak bercerai berai.

b) Bertaqwa kepada-Nya. (Q.S. An-Nisa : 13)

c) Berbuat baik kepada orang tua, khususnya kepada ibu. (Q.S. Luqman : 1

d) Beberapa perincian ajaran agama seperti : pembagian harta warisan (Q.S.

An-Nisa : 11), Sholat dan zakat.

e) Sepuluh hal yang disebutkan dalam surah al-An’am ayat 151-153 yaitu :

1. Jangan mempersekutukan-Nya 2. Berbuat baik kepada ibu-bapak, 3.

Jangan membunuh anak, 4. Jangan mendekati zinah. 5 Jangan membunuh

kecuali dengan cara yang syah dan dibenarkan, 6. Jangan menyalah

gunakan harta anak yatim, 7-8. Menyempurnakan timbangan dan takaran,

9. Percakapan atau sikap hendaklah secara benar dan adil, 10. Memenuhi

perjanjian yang dikuatkan atas nama Allah.

(44)

Adapun tabsyir dalam istilah dakwah adalah penyampaian dakwah yang

berisi kabar-kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikuti

dakwah.48

Di dalam al-Qur’an, kata tabsyir banyak disebutkan, menurut Muhammad

Abdul Baqi’ kata tabsyir atau mubasyir disebutkan selama 18 kali.49 Dari

sekian banyak tabsyir, semuanya diartikan dengan “kabar gembira atau berita

pahala”, hanya saja bentuk berita gembiranya beragam, antara lain kabar

gembira dengan syariat Islam, kabar gembira dengan datangnya Rasul, kabar

gembira tentang akan turunya al-Qur’an dan kabar gembira tentang syurga.

Dalam kontek dakwah, sesungguhnya bentuk kabar gembira tidak harus

menggunakan kata tabsyir, tetapi apa saja yang bisa membawa rasa gembira

bagi orang yang mendengarnya sehingga bisa dijadikan motivasi untuk

meningkatkan beribadah dan amal shaleh.

Kata tandzir atau indzar secara bahasa berasal dari kata na-dza-ra menurut

Ahmad bin faris adalah suatu kata yang menunjukan untuk penakutan

(takhwif)50.

Adapun tandzir menurut istilah dakwah adalah penyampaian

dakwah di mana isinya berupa peringatan terhadap manusia

tentang adanyakehidupan akhirat dengan segala konsekuensinya.51

48

Ali Mustafa Ya’kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1997), h. 50

49

Abdul Baqi’ Muhammad Fuad, al-mu;jam al-mufahras li alfadz al-Qur’an al-karim

(Cairo : Dar al-Kutub al-Misriyah) h. 120.

50

Ahmad bin Faris bin Zakaria, Mu’jam al maqayis fi al-lugah, (Beirut : Dar Fikr, 1994), h. 1021

51

(45)

Menurut pemakalah tandzir adalah ungkapan yanga mengandung

unsur peringatan kepada orang yang tidak beriman atau kepada

orang yang melakukan perbuatan dosa atau hanya untuk tindakan

preventif agar tidak terjerumus pada perbuatan dosa dengan dengan

bentuk ancaman berupa siksaan di hari kiamat.

Di dalam al-Qur’an istilah tandzir biasanya dilawankan

dengan kata tabsyir (QS. AL-Baqarah : 19, al-Maidah : 19)

&&:

y@z (vNO

Y7

cZ

t

))%

9

]

p/ {>@!

1.8

&

|#X

&

<$>@

> - }

3!c

>

/(w&:

T

C

PRd

~

Y7

cZ

x  $uv%

N

P#$

%

€t

&

•e

>‚

CD[X W/

%

FAƒ

FAƒ

Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tewntang penghuni-penghuni neraka.

6&…H/ \

2@/ Eq

%

8. V

#P O

tV

7

' %$

C

c†

\

#P

%

 

LJ S ‡ ]

Y7 cZ

 ˆX%

<&:

*

$ %$! 

Z

I

tV

7

O7

Z

%SX

‰JŠ

„_ &

%X\2

I

*

8. ]

P O

tV

7

SX

‰JŠ

‹X\2

I &

€t

&

 

Œ

O

: 1N•

‹X\

. V

(46)

Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah dating kepada kamu Rasul kami, menjelaskan (Syari’at Kami) kepadamu ketika terputus (Pengiriman) rasul-rasul, agar kamu tidak ,mengatakan : “Tidak dating kepad kami bauk seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan”. Sesumgguhnya telah dating kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

3. Wasiat

Pengertian wasiat secara etimologi berasal dari bahasa arab,

terambil dari kata Washa-Washiya-Wasihiatan, yang berarti “pesan

penting berhubungan dengan sesuatu hal.52

Pendapat lain mengatakan kata wasiat terambil dari kata Washa

-Washiayyatan, yang berarti : berpesan kepada seseoang yang bermuatan

pesan moral.53

Secara terminology ada beberapa yang akan dikemukakan berikut ini :

- Wasiat : Sekumpulan kata-kata yang berupa peringatan, support dan

perbaikan”.54.

- Wasiat : Pelajaran tentang amar ma’ruf nahi mungkar atau berisi

anjuran berbuat baik dan ancaman berbuat jahat.55

- Wasiat : Pesan kepada seseorang untuk melaksanakan sesuatu sesudah

orang berwasiat meninggal disampaikan kepada seseorang.56

- Wasiat : Ucapan yang mengandung perintah tentang sesuatu yang

bermanfaat dan mencakup kebaikan yang banyak.57

52

Lois Ma’luf, Kamus Munjid, Fi lughah Wa al-A’lam, (Beirut : Dar al- Masyriq, 1986), h. 9091

53

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir, (Yogyakarta : Pustaka Progresif, 1984), h.1563

54

Selin bin Ie’d al-Hilali, Min Washaya al-Salafi, (Edisi Indinesia), (Jakarta : Pustaka Azzam, 1999), h. 14.

55

Madji al-Syayid Ibrahim, 50 Washiyyat min Washaya al-Rasulullah li al-Nisa’ (Edisi Indonesia). (Semarang : Cahaya Indah, 1994), h. ix-x.

56

(47)

Berdasarkan definisi di atas maka wasiat dapat dibagi pada dua

katagori, yaitu : 1) Wasiat orang masih hidup kepada orang hidup, yaitu

berupa ucapan, pelajaran, arahan tentang sesuatu.58 2) Wasiat orang yang

telah meninggal (ketika menjelang ajalnya tiba) kepada orang masih hidup

berupa ucapan atau berupa harta benda atau warisan.

Oleh karena itu, pengertian wasiat dalam konteks dakwah adalah :

Ucapan berupa arahan.(taujih) kepada orang lain (mad’u) terhadap sesuatu

yang belum dan akan terjadi (amran sayaqa Mua’yan).

Materi Wasiat

Ketepatan memberikan materi wasiat juga tidak kalah pentingnya

untuk diperhatikan. Materi wasiat yang diberikan kepada objek dakwah

adalah materi wasiat berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits, maka materi

wasiat dapat dikatagorikan sebagai berikut :

a. Materi secara umum

Materi secara umum adalah materi yang berupaya menggiring mad’u

menuju ketakwaan, yang pada giliranya mampu berorientasi hidup

bersih. Hal ini berdasarkan pada QS. : an-Nisa : 1 dan 131 dan

al-ahzab : 1.

b. Materi secara khusus

57

M. Qurais Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jilid II, (Jakarta : Lentera Hati, 2000), h. 584

58

(48)

Materi secara khusus wasiat berdasarkan QS. Al-hasr : 3. Wasiat ini

menurut para musafir diperuntukan bagi umat masa lalu dan umat

masa sekarang.59 Diantara Materi wasiat itu adalah:

1. Larangan menyekutukan Allah

2. Berbuat baik kepada kedua orang tua

3. Larangan menghilangkan nyawa orang lain

4. Larangan berbuat keji baik terang-terangan maupun tersembunyi

5. Larangan menggunakan harta anak yatim dengan jalan yang tidak

benar

6. Perintah menepati janji

7. Perintah berkata dengan baik

8. Perintah bersabar

9. Perintah menegakkan kebenaran

10.Perintah saling menyayangi

Perlu diperhatikan dalam penyampaikan materi tersebut harus

menyentuh akal dan perasaan. Seorang da’i harus menggugah daya nalar

mad’u dan menggugah daya ingat untuk selalu berbuat kebaikan. Begitu

juga seorang da’i harus mampu menajamkan perasaan mad’u untuk selalu

istiqomah dalam menjalani perintah Allah.

4. Kisah

A. Pengertian Qashash

59

(49)

Secara epistimologis lafadz qashash merupakan bentuk jamak dari

kata Qishah, lafazh ini merupakan bentuk masdar dari dari kata qassa ya

qussu.60

Dari lafazh qashash berarti menceritakan 2. lafazh qashash

mengandung arti menelusuri/mengikuti jejak.

Makna qashash dalam sebagian besar ayat-ayat berartikan kisah

atau cerita,61 sedangkan ayat-ayat yang berbicara menggunakan lafazh

qashash ternyata juga muncul dalam konteks cerita atau kisah tentang nabi

musa as.

Secara terminologis qashash berarti :

1. Menurut Abdul Karim al-Khatib, kisah-kisah al-Qur’an adalah berita

al-Qur’an tentang umat terdahulu.62

2. Kisah-kisah dalam al-Qur’an yang menceritakan ihwal umat-umat

terdahulu dan nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi

pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.63

B. Macam-macam kisah

Al- Qur’an bagi umat Islam merupakan petunjuk untuk

orang-orang yang bertakwa dan juga sebagai sebuah pedoman hidup,

ajaran-ajaran yang dikemukakan dalam berbagai bentuk seperti perintah, larangan

60

Ibnu Mandzur Lisanul Arab 12/148

61

DR. Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori pendidikan berdasarkan Al-qur’an, (Jakarta : Rineka Cipta 1994, Cet II), H. 205.

62

Mustafa Muhammad Sulaiman, Al-Qishash fi al-Qur’an al-Karim, (Mesir: Mathbah al- Amanah, 1994) h. 4.

63

(50)

dan lain-lain dikemukakan secara langsung maupun tidak langsung.64

Bentuk ajaran langsung dapat dilihat dari ayat-ayat perintah atau larangan

sedang yang tidak langsung dapat dilihat dari besarnya bagian al-Qur’an

yang dikemukakan dalam bentuk kisah.65

Dalam bentuk kisah yang bermacam-macam maka para ahli

mewngklasifikasikan muatan kisah-kisah dalam al-Qur’an.

Manna Khalil al-Qatthan membagi kisah-kisah al-Qur’an ke dalam

tiga bentuk :

1. Kisah para nabi menyangkut dakwah mereka dan tahapan-tahapan

serta perkembangannya, mukjizat mereka, posisi para penentang,

akibat orang-orang yang percaya dan yang mendustakan mereka dan

lain-lain.

2. Kisah peristiwa-peristiwa masa lalu dan pribadi-pribadi yang

Gambar

TABEL 1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
TABEL 3 Dakwah Mengajak Manusia Untuk Mengerjarkan Kebaikan dan Mengikuti
TABEL 5 Syariat Islam Menganjurkan Kepada Setiap Umatnya Untuk Berdakwah
Tabel di atas menunjukan bahwa responden menjawab sangat setuju
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui program bimbingan agama dalam pembinaan akhlak santri remaja yang digunakan di Pesantren Yatim Nurul Amanah, untuk

adalah “ Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam Membina Aqidah Santri Muallaf di Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Annaba Center- Tangerang Selatan

Aktivitas Dakwah Islam Di SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung dalam Pembinaan Akhlak Siswa. Aktivitas

Setelah mendengar dakwah mauidzah hasanah dan melihat uswatun hasanah dari Kyai Abdul Muiz, apakah santri Salafiyah sudah meneladani seperti yang dicontohkan

Skripsi ini membahas tentang Strategi Dakwah dalam Pembinaan Akhlak Siswa/Siswi di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kabupaten Jeneponto. Untuk membahas masalah tersebut

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa metode dakwah yang digunakan da’i di Desa Sidodadi dalam berdakwah sudah menerapkan Metode dakwah bil mau’idzah

Hasil penelitian yang didapat oleh peneliti yaitu metode dakwah mau’izhah hasanah Majelis Ta’lim Nurul Yaqin dalam pembinaan perilaku masyarakat di Desa Bumi Nabung Selatan

Adapun maksud dari judul penelitian pembinaan akhlak santri melalui pengajian kitab Riyadlus Shalihin di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Yayasan Islam Nahdlatuth Thalabah YASINAT Desa