• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semiotik Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Semiotik Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh: Triana Afrianti NIM: 1110051100001

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2014

(5)

ABSTRAK

Triana Afrianti

Semiotik Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013

Koran adalah salah satu alat untuk penyampaian informasi yang saat ini sangat diminati oleh setiap kalangan, baik dari kalangan menengah atas maupun kalangan bawah. Pada halaman depan terdapat berita utama atau biasa disebut dengan headline yang memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi dengan ilustrasi maupun foto-foto. Ilustrasi pada headline koran yang diterbitkan tentu saja harus mampu mewakili isi pesan yang terkandung. Ilustrasi sebagai gambaran pesan yang tak terbaca, namun bisa mengurai cerita, berupa gambar dan penulisan, yaitu bentuk grafis, informasi yang memikat.

Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana koran Tempo mengemas ilustrasi gambar yang juga menjadi bagian dari headline tersebut? Makna apa yang terkandung dalam ilustrasi gambar headline koran Tempo?

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tinjauan teoristis semiotika menurut Charles Sander Peirce yaitu dengan melihat makna atas graound, objek (ikon, indeks, simbol) dan interpretan. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau objeknya bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan ini berdasarkan perjanjian masyarakat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan model deskriptif. Data yang didapatkan adalah ilustrasi headline Koran Tempo edisi 2013 tentang kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah dipilih agar dapat mendeskripsikan ilustrasi tersebut.

Setelah melihat kedelapan ilustrasi headline koran Tempo yang diteliti, maka kesimpulannya adalah setiap berita headline yang dimuat pada kasus korupsi Ratu Atut, ilustrasi Ratu Atut lebih dominan dan dibuat seperti menyindir, juga setiap judul ada yang diberi warna merah sebagai tanda bahwa warna merah tersebut adalah inti dari berita yang akan disajikan.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan hanya

kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat dan karunia yang begitu banyak sehingga dengan Ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAWyang telah memberikan banyak pencerahan kepada umatnya, dari zaman Jahiliyah menuju zaman penuh ilmu seperti yang kita rasakan sekarang.

Alhamdulillah peneliti telah menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir pendidikan Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, penelitian skripsi ini tidak akan selesai, untuk itu pada kesempatan kali ini peneliti ining menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan. M,Ag.Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M,Pd, M.A, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, MA.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.si Yang telah banyak waktunya untuk membantu menyelesaikan kuliah.

(7)

4. DR. Rulli Nasrullah, M.Si selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan pengarahan dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Teruntuk kedua orang tua tercinta, Bapak (Kasmui) dan mama (Marwiyah) yang tidak pernah putus mendoakan penulis, terima kasih atas seluruh rasa sayangnya, cintanya, materi, suport, Serta tidak henti-hentinya mengatakan

“kapan lulus?” sebagai satu motivasi untuk penulis. Sampai kapan pun penulis

tidak akan pernah bisa membalas semuanya. Mungkin dengan selesainya skripsi ini bisa memberi sedikit rasa bangga untuk bapak dan mama. Hanya doa penulis kepada Allah SWT semoga Ridho-Nya menyertai bapak dan mama. Amiin.

6. Untuk kedua jagoan, mas Iwan Purwanto dan adik Iman Ardiansyah atas guyonnya, marahnya, bawelnya, semangatnya, dan suportnya tiap hari.

7. Untuk teman seperjuangan, Jurnalistik angkatan 2010 terutama NAJUA (Jurnalistik A) yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangatnya dan semua kenangan. Semoga pertemanan kita tidak hanya sampai perkuliahan saja.

8. Tema-teman KKN GUNTUR, terutama Rosyid, Arfan, Fajri, Devi, Mentari, Nabila, Ayunda, Mila. Terima kasih suportnya dan semangatnya. Kalian luar biasa.

(8)

10. Sahabat sekaligus kakak perempuan penulis, Naila Hadawiyah (mamoii) terima kasih untuk suport, semangat dan menjadi tempat berbagi untuk penulis. “to finish a dream”.

Penulis mohon maaf karena tidak dapat menyebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang sudah banyak membantu. Semoga Allah SWT selalu menyayangi kalian dan membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan untuk penulis. Harapan penulis semoga karya ini dapat bermanfaat untuk para pembacanya. Amiin

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Desember 2014

(9)

DAFTAR ISI

B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 6

F. Metodologi Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Headline Di Media Cetak ... 12

B. Korupsi ... ...21

C. Semiotika ... 23

BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM KORAN TEMPO A. Sejarah Dan Perkembangan Koran Tempo... 43

B.Tentang Ratu Atut Chosiyah ... 45

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Objek Semiotika dalam Headline Koran Tempo ... 49

B. Hasil Temuan Dalam Headline Koran Tempo ... 53

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 102

B.Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA...104

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Trikotomi Model Semiotik Peirce...31

Tabel 4.1 Headline Koran Tempo Yang Diteliti ... 50

Tabel 4.2 Tanda Ground Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013 ... 55

Tabel 4.3 Tanda Object Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013 ... 57

Tabel 4.4 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013 ... 59

Tabel 4.5 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013... 60

Tabel 4.6 Tanda Ground Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013 ... 63

Tabel 4.7 Tanda Object Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013 ... 64

Tabel 4.8 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013 ... 66

Tabel 4.9 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013... 66

Tabel 4.10 Tanda Ground Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 ... 70

Tabel 4.11 Tanda Object Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 ... 71

Tabel 4.12 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 ... 73

Tabel 4.13 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 ... 74

Tabel 4.14 Tanda Ground Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 ... 75

Tabel 4.15 Tanda Object Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 ... 78

Tabel 4.16 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 ... 80

Tabel 4.17 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 ... 80

Tabel 4.18 Tanda Ground Headline Koran Tempo 4 November 2013 ... 84

Tabel 4.19 Tanda Object Headline Koran Tempo 4 November 2013 ... 85

Tabel 4.20 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 4 November 2013 ... 87

Tabel 4.21 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 4 November 2013 ... 87

Tabel 4.22 Tanda Ground Headline Koran Tempo 5 November 2013 ... 91

Tabel 4.23 Tanda Object Headline Koran Tempo 5 November 2013 ... 92

Tabel 4.24 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 5 November 2013 ... 93

Tabel 4.25 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 5 November 2013 ... 93

Tabel 4.26 Tanda Ground Headline Koran Tempo 18 Desember 2013 ... 97

Tabel 4.27 Tanda Object Headline Koran Tempo 18 Desember 2013 ... 98

Tabel 4.28 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 18 Desember 2013 ... 100

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013 ... 51

Gambar 4.2 Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013 ... 51

Gambar 4.3 Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 ... 51

Gambar 4.4 Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 ... 51

Gambar 4.5 Headline Koran Tempo 4 November 2013 ... 52

Gambar 4.6 Headline Koran Tempo 5 November 2013 ... 52

Gambar 4.7 Headline Koran Tempo 18 November 2013 ... 52

Gambar 4.8 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013 ... 53

Gambar 4.9 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013 ... 61

Gambar 4.10 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 ... 68

Gambar 4.11 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 ... 75

Gambar 4.12 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 4 November 2013 ... 82

Gambar 4.13 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 5 November 2013 ... 89

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Surat kabar harian atau yang biasa disebut dengan koran adalah salah satu alat untuk penyampaian informasi yang saat ini sangat diminati oleh setiap kalangan, baik dari kalangan menengah atas maupun kalangan bawah.

Menurut Onong Uchjana Effendy, “surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana

saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca”.1 Karena terbitnya secara periodik, jadi kita bisa mendapatka berita yang aktual setiap harinya tanpa takut ketinggalan informsi. Pada surat kabar, terdapat berita utama yang berupa pada halaman depan surat kabar. Berita utama atau headline adalah berita yang menurut penilaian redaksi surat kabar merupakan berita penting dari semua berita yang disajikan surat kabar pada hari itu. Karena itu, headline diberikan tempat utama, yang mudah dibaca, yaitu halaman satu atau halaman pertama dan bagian atas yang paling kiri. Headline biasanya terdiri dari 3,4 atau 5 kolom.2 Biasanya pembaca melihat berita utama pada halaman depan surat kabar. Pembaca selain melihat dari berita utamanya, yang membuat menarik perhatian pembaca untuk membaca surat kabar tersebut adalah bagaimana tampilan halaman depan yang

1

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h.241

2

A.M. Hoeta Soehoet, Dasar-dasar Jurnalistik, (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP, 2003), h. 78

(13)

berisikan berita utama disajikan secara menarik. Baik dari tulisannya maupun dari gambarnya. Semakin menarik tampilan berita utama semakin tertarik para pembaca untuk membeli surat kabar tersebut. Pada surat kabar biasanya menampilkan sebuah ilustrasi dari berita yang disajikan. Terkadang ilustrasi tersebut membuat timbul pertanyaan dari para pembaca, apa maksud dari ilustrasi tersebut.

Ilustrasi pada majalah biasanya dijumpai pada cover atau sampul. Ilustrasi pada headline surat kabar yang diterbitkan tentu saja harus mampu mewakili isi pesan yang terkandung. Sedangkan dari segi pemasaran, ilustrasi harus mampu menjadi nilai tambah agar mampu menarik perhatian khalayak, yang diikuti oleh perilaku pembeli. Ilustrasi digunakan untuk membantu mengkomunikasikan pesan dengan cepat, tepat, serta tegas, dan merupakan sebuah terjemahan dari sebuah judul. Ilustrasi yang berupa gambar dan tulisan dapat mengurai suatu cerita yang berupa bentuk grafis yang berupa informasi yang memikat.

Mengilustrasikan seorang wanita biasanya digambarkan dengan kecantikan, menonjolkan sifat kelembutannya sebagai seorang wanita. Dengan pakaian yang melekat dari seorang wanita mencirikan bagaimana wanita tersebut dipandang dan bagaimana wanita tersebut tergambar dari kepribadiannya.

(14)

beberapa edisi yang mengilustrasikan Ratu Atut dalam kasusnya. Sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana Koran Tempo dalam mengilustrasikan seorang wanita yang terlibat dalam kasus korupsi. Di indonesia sendiri kasus korupsi yang melibatkan peran wanita bukan hanya terjadi pada Gubernur Banten saja. Ada beberapa nama wanita yang terlibat dalam kasus korupsi, salah satunya seperti Angelina Shondakh. Akan tetapi peneliti hanya ingin meneliti dan memfokuskan penelitian pada Ratu Atut saja. Karena dari hasil korupsinya Ratu Atut sampai memiliki Dinasti Ratu Atut yang melibatkan keluarganya.

Mengapa Koran Tempo? Tempo merupakan media cetak besar di Indonesia. Tempo menyajikan berita-berita investigasi, terutama yang berkaitan dengan korupsi dan penyalagunaan kekuasaan. Dari situlah Tempo sering mendapatkan beberapa penghargaan, salah satunya memperoleh penghargaan sebagai koran paling kredibel dariDewanPers pada tahun 2002.3

Headline Koran tersebut memiliki ilustrasi yang unik dan karena keunikan dari ilustrasi tersebut setiap orang dapat mengartikan sendiri ilustrasi tersebut. karena itu memahami ilustrasi dari sebuah headline koran pada kenyataannya bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Dalam penelitian ini, peneliti, menggunakan metode semiotika Charles Sanders Peirce guna menggali makna dan tanda dari Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013. Pada metode semiotika Pierce ditekankan pada objek tanda yang dibagi ke dalam ikon, indeks, dan simbol. Penggunaan metode Peirce ini sangat tepat dalam memaknai keseluruhan ilustrasi halaman depan surat kabar tersebut

3

(15)

karena pada ilustrasi berita utama tersebut terdiri dari beberapa tanda yaitu tulisan, gambar, dan simbol-simbol yang ada pada berita utama. Menurut Peirce tulisan, gambar maupun simbol-simbol adalah sebuah tanda yang saling berhubungan dalam menghasilkan suatu pemaknaan dan menjadi landasan bagi teori semiotika komunikasi.4 Selain itu peneliti juga menggunakan warna sebagai acuan untuk meneliti berita utama karena warna memiliki makna yang bermacam-macam.

Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Peirce, maka tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks, simbol. Dari interpretasi tersebut, maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.

B.Pembatasan Dan Rumusan Masalah

Menyadari pengetahuan penulis dalam pengetahuan, pengalaman, waktu dan dana. Maka penelitian ini penulis membatasi pada Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.

Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana makna ikon dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013?

2. Bagaimana makna indeks dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus KorupsiPada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013?

4

(16)

3. Bagaimana makna simbol dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, tujuan diadakanya penelitian ini yaitu untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana makna ikon dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.

2. Untuk mengetahui bagaimana makna indeks dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.

3. Untuk mengetahui bagaimana makna simbol dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan keilmuan komunikasi, khususnya bagi penelitian yang bersifat Analisis Semiotika. 2. Manfaat Praktis

(17)

sarana bagi sebagian orang dalam mengekspresikan permasalahan-permasalahan sevara sederhana tetapi tetap lugas dan mudah dipahami.

E.Tinjaan Pustaka

Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada Perpustakaan Utama dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan universitas lainnya, ada beberapa contoh judul yang menjadi inspirasi untuk penulis beberapa judul yang menginspirasi penulis untuk memfokuskan penelitian pada Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Edisi Tahun 2013 adalah:

1. Analisis Semiotika Foto Berita Headline Koran Tempo oleh Angga Rizal Nurhuda Pendidikan Konsentrasi Jurnalistik Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi 2009.

2. Analisis Semiotika Kepemimpinan Dalam Komik Strip Si Bujang oleh Novita Intan Sari Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.

F. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

(18)

tidak ada suatu pandangan atau teori pun yang bersifat netral dan objektif, melainkan salah satu diantaranya sangat tergantung pada paradigma yang digunakan. Setiap penelitian berpegang pada paradigma tertentu. Pada penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka.5

Penjelasan tentang konstruksivisme diambil dari teori George Kelley, teori ini menyatakan bahwa individu menginterpretasikan pesan dan bertindak berdasar pada kategori yang terkonsep pada pikiran. Realitas yang terjadi dan pesan yang disampaikan tidak sedemikian adanya, tetapi melalui proses seleksi dari perspektif induvidu. Konstruksivisme tersusun dari teori konstruk personal yang memandang bahwa seseorang memahami pengalamannya melalui kejadian-kejadian yang dikelompokan berdasarkan kesamaan dan perbedaan yang dimiliki tentang sesuatu. Individu akan memberikan makna pada pengalaman tersebut melalui pengklasivikasian. Teori konstruksivisme juga mengakui bahwa konstruk-konstruk mempunyai kondisi sosial yang alami dan dipelajari melalui hubungan dengan orang lain. Budaya menjadi penting dalam memaknai suatu peristiwa.6 2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang pakai pada penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Pendekatan kualitatif

5

Dedy N, Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik, (Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, 2003), h. 3

6

(19)

menurut taylor adalah sebagai prosedur sebuat penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati.7

Pendekatan penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman bersifat umum yang diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut. mengenai sumber data utama dalam pendekatan kualitatif menurut lofland ialah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.8

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti, menggunakan metode semiotika Charles Sanders Peirce guna menggali makna dan tanda dari ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013. Pada metode semiotika Peirce ditekankan pada objek tanda yang dibagi ke dalam ikon, indeks, dan simbol. Penggunaan metode Peirce ini sangat tepat dalam memaknai keseluruhan ilustrasi berita utama pada surat kabar tersebut karena pada ilustrasi berita utama tersebut terdiri dari beberapa tanda yaitu tulisan, gambar, dan simbol-simbol yang ada pada berita utama. Menurut Peirce tulisan, gambar maupun simbol-simbol adalah sebuah tanda yang saling berhubungan dalam menghasilkan suatu pemaknaan dan menjadi landasan bagi teori semiotika komunikasi.9

a. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah peneliti mewawancarai pembuat ilustrasi pada Koran Harian Tempo.

7

Lexy J.Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal .4

8

Lexy J.Moleong, Metode Kualitatif, hal.157

9

(20)

Dan Objek dari penelitian ini adalah Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.

b. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari Maret 2014 sampai dengan selesai. Dari penelitian ini peneliti mengambil tempat di kantor redaksi Tempo Kebayoran Centre Blok A11- A15 Jalan Kebayoran Baru, Mayestik, Jakarta 12240, Telp. 021-7255625, Faks 725-5645/50 Email red@tempo.co.id, untuk membatu dalam berjalannya penelitian ini.

c. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.10 Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

a. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang yang diperlukan.11 Menurut Indriantoro dan Supomo, obsevasi adalah proses encatatan pola perilaku subjek (orang), objek (benda-benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu. Data yang dikumpulakan pada umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan rinci, serta bebas dari respon bias.12 Dalam penelitian ini, penelitian melakukan pengamatan dengan melihat serta mencermati langsung tanda-tanda pada objek penelitian

10

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 62

11

Lexy J.Moleong, Metode Kualitatif, hal.4

12

(21)

Yaitu ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Headline pada Koran Harian Tempo Tahun 2013.

b. Dokumentasi adalah representasi dari arsi. Dokumen adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan.13 Dokumentasi adalah penelitian mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai bentuk data tulisan (buku, koran, atau tulisan) yang terdapat diperpustakaan, internet, atau instansi lain yang dijadikan analisis dalam penelitian. Peneliti mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian berupa ilustrasi Headline Koran Harian Tempo.

c. Wawancara (interview) merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku atau aktor).14 Dalam penelitian ini dilakukan wawancara mendalam (in-depth interview), yaitu wawancara yang bersifat struktur dan mendetail.15 Dalam hal ini, wawancara langsung dan mendalam dilakukan kepada Rdaktur Koran Tempo.

d. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti, menggunakan metode semiotika Charles Sanders Peirce guna menggali makna dan tanda dari Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013. Pada metode semiotika Peirce ditekankan pada objek tanda yang dibagi ke

13

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 97

14

Parwito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara, 2007), hal.37-38

15

(22)

dalam ikon, indeks, dan simbol. Penggunaan metode Peirce ini sangat tepat dalam memaknai keseluruhan ilustrasi berita utama surat kabar tersebut karena pada berita utama tersebut terdiri dari beberapa tanda yaitu tulisan, gambar, dan simbol-simbol. Menurut Peirce tulisan, gambar maupun simbol-simbol adalah sebuah tanda yang saling berhubungan dalam menghasilkan suatu pemaknaan dan menjadi landasan bagi teori semiotika komunikasi.16

16

(23)

LANDASAN TEORI

A. Headline Di Media Cetak 1. Pengertian Media Cetak

Media massa cetak merupakan media komunikasi pertama yang dikenal manusia sebagai media yang memenuhiciri-ciri komunikasi massa (satu arah, melembaga, umum, serempak). Media massa cetak berbentuk surat kabar, tabloid, buletin, koran, dan majalah.

Menurut Onong Uchjana Effendy, kegiatan jurnalistik sudah sangat tua, yaitu dimulai dari zaman Romawi Kuno ketika Julius Caesar berkuasa. Waktu ia mengeluarkan peraturan agar kegiatan-kegiatan senat setiap hari diumumkan kepada khalayak dengan detempel pada semacam papan pengumuman yang disebut dengan Acta Diurna.1

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya. Menurut Onong Uchjana Effendy,

“surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakatdengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa

1

Sudirman Tebba, “Jurnalistik Indonesia: menulis berita dan feature (Panduan Praktis Jurnalis Profesional), (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya , 2005), h. 4

(24)

dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui

pembaca”.2

Pada umumnya kalau kita berbicara mengenai pers sebagai media massa tercetak ialah dalam pengertian sempit, yakni surat kabar. Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat ciri yang dapat dikatakan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat kabar, antara lain:3

a. Publisitas (Publisity)

Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik. Karena diperuntukan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat kabar ini terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum. Untuk itu penerbitan yang meskipun sama dengan surat kabar tidak bisa disebut sebagai surat kabar jika hanya ditunjukan kepada sekelompok orang atau golongan.

b. Periodesitas (Periodisity)

Yang berkaitan dengan keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturanini bisa satu kali sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karenamempunyai keteraturan dalam penerbitannya, maka penerbit buku tidak dapat dikategorikan sebagai surat kabar meskipunisinya menyangkut kepentingan umum karena tidak disebarkan secara periodik dan berkala.

2

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 241

3

(25)

c. Universalitas ( Universality)

Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai penjuru dunia. Untuk itu jika sebuah penerbit berkala isinya hanya mengkhususkan diri pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kdokteran, arsitektur, koperasi, atau pertanian, tidak termasuk surat kabar. Memang benar bahwa berkala itu ditunjukan kepada khalayak umum dan diterbitkan secara berkal, namun bila isinya hanya mengenai salah satu aspek kehidupan saja maka tidak dapat dimasukan ke dalam kategori surat kabar

d. Aktualitas (actuality)

Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”.

Kedua-duanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar. Berita adalah laporanmengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan perkataan lain laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan itu harus benar. Tetapi yang dimaksudkan aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah pertama, yaitu kecepatan laporan, tanpa menyampaikan pentingnya kebenaran berita.

2. Pengertian Headline

Headline menurut Kurniawan Junaedhi merupakan berita utama atau lebih populer dengan istilah headline news adalah yang dianggap layak dipadang dihalaman depan, dengan judul yang merangsang perhatian dan menggunakan tipe huruf yang relatif besar. Pendeknya adalah berita yang istimewa.4

4

(26)

Sementara Onong Uchjana Effendy mengatakan, “headline news atau berita

utama adalah berita surat kabar, majalah, radio, atau televisi yang dinilai terpenting untuk suatu masa penyiaran”.5

Secara sederhana headline news didefinisikan sebagai kepala berita atau judul berita. Dibagian inilah sari berita akan ditampilkan. Dibagian ini pula yang akan membuat seseorang pembaca berhenti dan membaca berita yang bersangkutan atau akan melewatinya begitu saja. Headline news yang bagus adalah yang mampu membuat orang tertarik dan penasaran membaca berita hingga tuntas. Disamping itu ada pula pengertian headline news lain yaitu berita-berita menarik yang dijadikan berita utama dan dipasang di halaman depanpada media massa koran.6 Tidak hanya itu headline news juga sebagai suatu yang dianggap paling layak untuk dimuat di halaman depan, dengan judul yang menarik perhatian dan menggunakan tipe huruf lebih besar dari suatu surat kabar.7

Berita utama adalah berita yang menurut penilaian redaksi surat kabar merupakan berita penting dari semua berita yang disajikan surat kabar pada hari itu. Karena itu, headline diberikan tempat utama, yang mudah dibaca, yaitu halaman satu

5

Onong Uchajana Efendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1981), h.160

6

Teofillus G.P Anis, Proses Penentuan Headline Surat Kabar, Studi Pada Harian Manado Post, (Jurnal Portal Garuda, 2013), h. 7

7

(27)

atau halaman pertama dan bagian atas yang paling kiri. Headline biasanya terdiri dari 3, 4 atau 5 kolom.8

Berdasarkan isi headline dapat dikelompokan kedalam dua kategori yaitu langsung dan tidak langsung. Headline seperti ini cenderung menggunakan daya tarik rasional menunjukan bahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat yang dikatakan. Contoh headline yang menunjukan kualitas, nilai ekonomis, manfaat, atau kinerja suatu produk. Ditinjau dari segi demoografis dan psikografi, tampaknya audience pada kebudayaan industrial paling respontif tehadap headline ini.

Headline tidak langsung tidak seselektif headline langsung dalam memberi informasi. Headline jenis ini cenderung menggunakan daya tarik emosional. Daya tarik emosional mencoba membangkitkan emosi positif atau negatif yang akan memotivasi pembelian. Dalam hal ini headline memiliki asosiasi yang unik bagi audience yang secara emosional mampu mendorong munculnya suatu image yang baikmengenai produk yang diiklankan. Hal itu dapat dicapai dengan menggunakan daya tarik negatif seperti rasa takut, rasa bersalah, dan malu agar orang berhenti melakukan hal yang seharusnya mereka tidak lakukan. Selain itu, juga dapat digunakan daya tarik emosional yang positif seperti humor, cinta, kebanggaan, dan kebahagiaan.

Berdasarkan bentuknya headline dikelompokan ke dalam enam kategori, diantaranya:9

8

(28)

1. Headline berita menyatakan suatu berita ( “Krisis Multifungsi Segera

Selesai...”)

2. Headline pertanyaan biasanya mengajukan pertanyaan problematik (“Saban

Bulan Menggangu Sampeyan?”)

3. Headline narasi menceritakan sesuatu peristiwa yang mengesankan (“Permen

yang Terlalu Enak Buat Anak Kecil...”)

4. Headlune perintah biasanya mensugesti audiens untuk melakukan suatu

tindakan (“Jangan Membeli Sebelum Anda Mencoba Ketiganya...”)

5. Headline cara-1-2-3 berisi kiat untuk mengatasi persoalan (“12 Cara Untuk

Mengurangi Pajak Penghasilan Anda”)

6. Headline bangaimana-apa-mengapa-mengungkapkan rangkaian kejadian sbab-akibat (Mengapa Mereka Tidak Dapat Berhenti Membeli”)

Dari pengertian yang sudah ada, headline memiliki fungsi yang penting dalam suatu media cetak. Pada dasarnya, headline yang bagus akan menarik perhatian audience yang memiliki prospek; headline tidak akan menarik perhatian mereka yang tidak berkepentingan dengan produk. Sebuah headline yang bagus akan memilih target audience-nya dengan membicarakan kesenangan mereka.

Headline berfungsi untuk menghentikan audience. Salah satu cara untuk menghentikannya adalah dengan melalui pesan yang menantang. Teknik iniakan semakin memiliki pengaruh jika mengundang audience untuk berpatisipasi dalam

9

(29)

mengembangkan pesan, atau dipaksa untuk membaca dan menemukan jawabannya. Untuk itu, pesan yang agak tidak sesuai dengan yang diyakini audience mrupakan penarik perhatian yang paling berharga.

10

Headline juga berfungsi untuk menerangkan produk dan merk. Untuk itu, headline mengemban tugas untuk menjawab pertanyaan: “apa kebaikan merk itu?” satu dari tantangan terbaik dalam perancangan headline ialah menciptakan memori, bahwa merk yang ditawarkan merupakan yang terbaik untuk jenis produk itu. Sehubungan dengan itu, dibutuhkan kunci verbal sebagai pengingat dan pemandu identitas suatu merk. Kunci verbal yang bagus antara lain ditunjukan oleh headline 7-up yang memberitakan bahwa 7-7-up bukanlah minuman cola dengan “the un cola”.

fungsi lain dari headline yang bagus adalah untuk mengenalkan ide yang hendak dijual. Hal ini dapat dilakukan jika iklan akan dibarengi dengan perencanaan penjualan, strategi pemasaran, atau strategi promosi yang unik. Akhirnya headline yang bagus akan mengajak audience untuk membaca bodycopy. Hal ini bukanlah halyang mudah, sebab riset telah menunjukan bahwa hanya 20% mereka yang membaca headline meneruskan untuk membaca bodycopy. Idealnya, setiap target audience yang membaca headline melanjutkannya untuk membaca bodycopy. Jika hal ini tidak terjadi, headline tidak berfungsi secara baik. Headline hanya berfungsi untuk menarik perhatian, tetapi tidak mampu mengikat perhatian.

Headline dapat diartika sebagai berita utama. Secara bahasa head berarti kepala line berarti garis. Jadi, dapat diartikan kepala garis atau kepala berita. Dalam media

10

(30)

cetak headline merupakan berita yang paling banyak dibaca dan menarik perhatian. Jika peristiwa itu dijadikam headline maka pihak terkait atau khalayak menganggapnya sebagai peristiwa penting. Di sinilah media sangat berperan membentuk opini publik (public opinion).

Headline yang peneliti maksud adalah berita utama yang ditempatkan pada halaman depan surat kabar yang diteliti. Hal ini menjadi pertimbangan karena headline yang berada pada halama depan adalah peristiwa yang dianggap pentik oleh pemilik dan orang-orang yang berada di media tersebut.

Grand M. Hyde dalam bukunya The Journalitic Writing, mengatakan bahwa judul dalam sebuh surat kabar dapat dinamakan headline. Sedangkan dalam majalah disebut heading atau titles

3. Ilustrasi dalam Headline

(31)

ilustrasi merupakan attention – getter (penarik perhatian). yang paling efektif, tetapi akan lebih efektif lagi bila ilustrasi tersebut juga menunjang pesan yang terkandung.11

Ilustrasi adalah gambaran singkat alur cerita suatu cerita guna lebih menjelaskan salah satu adegan. Dengan demikian, gambar ilustrasi adalah gambar yang bercerita yang memiliki tema sesuai dengan tema isi cerita tersebut.12

Dalam proses belajar mengajar ilustrasi merupakan bagian yang paling menarik untuk belajar sesuai gambar-gambar, dari hasil penelitian Seth Spaulding menyimpulkan ilustrasi gambar sebagai berikut:

1. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pelajaran yang sangat menarik minat belajar siswa.

2. Ilustrasi gambar membatu siswa membaca dalam penafsiran dan mengingat isi materi teks yang menyertainya.

3. Pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau sehalaman penuh bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas.

4. Ilustrasi gambar harus dikaitkan dengan kehidupan yang nyata, agar minat siswa menjadi efektif.

5. Ilustrasi gambar hendaknya ditata sedemikian rupa.

Ilustrasi adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing, lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan subjek dengan tulisan yang dimaksud daripada bentuk. Tujuan ilustrasi adalah untuk

11

Kusmiati, A, S. Pudjiastuti , P. Suptandar, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, (Jakarta: Djambatan,1999), h. 44

12

(32)

menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi, atau informasi tertulis lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan tersebut lebih mudah dicerna.13

Fungsi ilustrasi dalam iklan adalah : a. Menarik perhatian.

b. Merangsang minat membaca keseluruhan pesan c. Menonjolkan salah satu keistimewaan produk.· d. Menjelaskan suatu pernyataan.

e. Memenangkan persaingan dalam menarik perhatian pembaca di antara rentetan pesan lainnya dalam suatu media yang sama.

f. Menciptakan suatu suasana yang khas. g. Mendramatisasi pesan.

h. Menonjolkan suatu merk atau menunjang semboyan yang ditampilkan. i. Mendukung judul iklan.

B. Korupsi

Pakar Korupsi Robert Klitggard menulis bahwa munculnya korupsi disebabkan oleh tumbuhnya kesempatan, resiko kecil, dan mental lembek. Menurut Baharuddin Lopa, salah satu yang menyebabkan terjadinya korupsi dan pelanggaran hukum adalah oleh karena pejabat yang serakah.14

13

Kusmiati, A, S. Pudjiastuti , P. Suptandar, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, h.47

14

(33)

Syed Husein Alatas sejalan dengan pendekatan yang digunakan Willian J. Chambliss dan Dillon melihat korupsi sebagai bagian yang integral dari setiap birokrasi sebagai akibat dari konflik kepentingan antara segelintir pengusaha, penegak hukum, birokrat dan politisi. Teori yang dikemukakan Alatas adalah hasil refleksi dari gejala korupsi di Asia. Pendekatan Chambliss merupakan sebuah refleksi

terhadap munculnya “cabal” (jejaring) disebagian besar kota-kota di Amerika Serikat.

Chambliss menyebut korupsi sebagai kejahatan yang teroganisir dan bukan bagian yang terpisah, melainkan semacam birokrasi pemerintah yang berbentuk jejaring yang terdiri dari birokrat, politisi, pengusaha, dan aparat penegak hukum. Sedangkan Djilas menggali persoalan korupsi dan koruptor dai siste ekonomi yang sosialis, yang

kemudian menimbulkan “kelas baru” dalam sebuah negara. Hal ini mirip dengan

zama orde baru di Indonesia, dengan partai tunggalnya Golkar15

Alatas menekankan kepada tiga tipe fenomena yang tercangkup dalam peristiwa korupsi: penyuapan (bribery), pemerasan (extortion), dan nepotisme16. Terdapat tiga lapis korupsi menurut kerangka teori Alatas, Chambliss, dan Djilas. Korupsi lapisan pertama berupa suap (bribery), dan pemerasan (extortion). Korupsi lapisan kedua nepotisme dan kronisme. Lapisan ketiga jejaring yang meliputi pengusaha, politisi, pengusaha, dan aparat penegak hukum. Namun bila dilihat lebih jauh ketiga kerangka teori ini bergerak untuk level dan skala yang besar. Meskipun

15

George Junus Aditjondro, kembar siam pengusaha politik dan ekonomi indonesia, (jakarta: LP3ES), h. 5-7, dalam Jurnal Demokrasi Vol. VI. No. 1 Thn. 2007

16

(34)

dalam skala yang kecil ia merupakan bagian yang integral dari korupsi skala besar. Menurut budayawan Mochtar Lubis, penyebab korupsi merajalela di Indonesia adalah

“birokrasi patrimonial”17

yaitu ketika dalam birokrasi orang-orang (aparat birokrasi) lebih mengutamakan hubungan-hubungan trasional daropada hubungan yang rasional, misalnya: sanak famili dan teman dekat, serta tidak adanya nilai yang memisahkan secara tajam antara milik masyarakat dengan milik pribadi.

D. Semiotik

1. Pengertian Semiotik

Secara etimologis istilah Semiotik berasal dari kata Yunani semion, yang beraarti tanda.18 Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu hal yang lain. Contohnya, asap menandai adanya api, sirine mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran di sudut kota.

Secara terminologis, Semiotik dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaanh sebagai tanda.19

17

Mochtar Lubis dan James C Scott, (ed), 1985, Bunga Rampai Korupsi, Jakarta: LP3ES, p, xvi-xvii, Liat Juga Andri Febrianto, 2005, “Korupsi Dari Sudut Pandang Antropologi” Dalam Jurnal Antropologi, Tahun V, Nomor 7, Januari- Juni 2004 dan Dalam Jurnal Demokrasi Vol. VI. No. 1 Thn. 2007.

18

Sumbo Tinaarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2008), h. 11

19

(35)

Berkenaan dengan studi semiotik, pada dasarnya pusat perhatian pendekatan semiotika adalah pada tanda (sign). Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting dalam studi semiotik, yakni (Fiske,1990: 40):

a. Tanda itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seerti cara mengantarkan makna serta cara menghubungkannya dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang menggunakannya.

b. Kode atau sistem di mana lambang-lambang disusun. Studi ini meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan.

c. Kebudayaan di mana kode dan lambang itu beroprasi.

Semiotik digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis teks media dengan asumsi bahwa media itu sendiri dikonsumsikan melalui seperangkat tanda. Teks media yang tersusun atas seperangkat tanda tersebut tidak pernah membawa makna tunggal. kenyataannya, teks media selalu memiliki ideologi dominan yang terbentuk melalui tanda tersebut.20

Terdapat dua kubu semiotik, yakni semiotik kontimental Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan semiotik Amerika Charles Sanders Peirce (1834-1914). Kedua tokoh semiotik ini sesungguhnya tidak saling berseteru, tidak saling beroposisi, melainkan saling mengisi dan melengkai. Semiotik signifikansi identik dengan

20

(36)

Saussure dan semiotik komunikasi identik dengan Peirce. Dengan demikian, tidak merupakan sebuah oposisi biner, melainkan sebuah totalitas teori bahasa yang saling menghidupi.

Semiotik signifikasi yang berakar pada pemikiran bahasa Saussure, meskipun lebih menaruh perhatian pada tanda sebagai sebuah sistem dan struktur, akan tetapi tidak berarti mengabaikan penggunaan tanda secara konkret oleh individu-individu didalam konteks sosial.

Semiotik komunikasi yang memunyai jejaknya ada pemikiran Peirce, meskipun menekankan produksi tanda secara sosial dan proses interpretasi yang tanpa akhir (semiosis), akan tetapi tidak berarti mengabaikan sistem tanda. Kedua semiotik ini justru hidup dalam relasi saling mendinamisasi.21

Menurut Pateda, Semiotik ada sembilan macam, yaitu:

1. Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisa sistem tanda. Peirce mengatakan bahwa semiotik berobjekan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, objek dan makna.

2. Semiotik Deskriptif, yaitu semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.

3. Semiotik Faunal (zoomsemiotic), yaitu semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda

21

(37)

untuk berkomunikasi dengan sesamanya, tetapi sering juga menghasilkan tanda yang dapat ditafsirkan oleh manusia.

4. Semiotik Cultural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun-menurun dipertahankan dan dihormati.

5. Semiotik Naratif, yaitu semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore). Itu sebabnya Greimas (1987) melalui pembahasannya tentang nilai-nilai kultural ketika ia membahas persoalan semiotika naratif.

6. Semiotik NaturalI, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam.

7. Semiotik Normativ, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma.

(38)

9. Semiotik Sruktural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.22

Dari pengertian yang ada yang dapat diartikan dari studi semiotik adalah disiplin ilmu yang mempelajari makna dari tanda-tanda. Teori semiologi yang juga dapat disebut semiotik mempunyai dua pengertian mendasar. Pertama semiologi signifikansi dan yang kedua semiologi komunikasi atau semiologi pragmatic. Semiologi signifikansi adalah alat tafsir yang digunakan oleh masyarakat untuk memberi makna pada tanda-tanda. Sedangkan semiologi komunikasi juga alat tafsir yang digunakan oleh masyarakat untuk memberi makna pada tanda-tanda, tetapi mengkhususkan mengkaji makna-makna pesan yang disampaikan komunikator dalam proses komunikasi, jadi tanda mempunyai maksud tertentu yaitu pesan komunikator kepada komunikan, khalayak atau publik. Studi bahasa telah dipengaruhi oleh semiotik dan sebaliknya, keduanya saling berinteraksi dan memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi keduanya. Bahasa oleh Saussure dipandang sebagai sistem terstruktur yang mempresentasikan realitas. Ia mengarahkan bahwa kajian-kajian mengenai bentuk, bunyi dan tata bahasa menjadi sangat penting dalam kajian atau studi-studi bahasa.23

22

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 100-102

23 Agitha Fregina Pondaag, Analisis Semiotika Iklan A Mild Go Ahead Versi “Dorong

(39)

2. Semiotik Charles Sander Peirce

Peirce, ahli filsafat dan logika asal Amerika, memulai ketertarikannya pada tanda dengan kesadaran behwa logika harus mempelajari bagaimana orang lain bernalar, yaitu melalui tanda-tanda yang dapat dijadikan petunjuk.24

Sebuah tanda atau representamen, menurut Charles Sanders Peirce (1986: 5 & 6), adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu dinamakan sebagai interpretant dari tanda yang pertama pada gilirannya mengacu kepada objek. Dengan demikian, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi triadik langsung dengan interpretant dan objeknya.25

Peirce membedakan hubungan antara tanda dengan acuannya ke dalam tiga jenis hubungan, yaitu:

1. Ikon

Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” (resemblance)

sebagaimana dapat dikenali oleh para pemakainya. Didalam ikon hubngan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai “semaan dalam beberapa kualitas”. Suatu peta atau lukisan misalnya, memiliki hubungan ikonik dengan objeknya sejauh antara keduanya terdapat keserupaan.26

24

Aart Van Zoest, Interpretasi dan Semiotika dalam Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, Serba-Serbi Semiotika (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 1

25

Kris Budiman, Semiotika Visual,h. 17

26

(40)

2. Indeks

Berhubungan dengan kedekatan eksistensi. Misalnya, asap hitam tebal membubung menandai kebakaran, wajah yang muram menandai hati yang sedih, dan sebagainya.

3. Simbol

Proses pemaknaan tanda pada peirce mengikuti hubungan prosesual antara tiga titik, yaitu representamen [R] objek [O] interpretan [P]. [R] adalah bagian tanda yang dapat dipersepsi (secara fisik atau mental) yang merujuk pada sesuatu yang diwakili olehnya [O] . kemudian [I] adalah bagian dari proses yang menafsirkan hubungan [R] dengan [O]. Oleh karena itu, bagi Pierce tanda tidak hanya representatif tapi juga interpretatif. Pierce membedakan tiga jenis tanda, yakni, indeks, ikon, dan lambang.27

Dalam buku Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya karya Benny H. Hoed yang dikutip dari W. Noth, membedakan tiga jenis tanda dalam kaitannya dengan objek (hal yang dirujuk), yaitu indeks, ikon, dan lambang. Indeks adalah tanda yang hubungan representamen dengan objeknya bersifat langsung, bahkan didasari hubungan kontiguitas atau sebab akibat. Ikon adalah tanda yang representamennya berupa tiruan identitas objek yang dirujuknya. Lambang adalah tanda yang representamen dengan objeknya didasari konvensi.28

Pierce menandaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Peirce mengemukakan

27

Benny H Hoed, Semiotik dan Dinamika SosialBudaya (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), h. 46-47

28

(41)

teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (representament), object, dan interpretant. Yang dikupas teori segitiga adalah bagaimana muncul dari sebuah tanda digunakan orang pada waktu berkomunikasi.29

Menurut Peirce, tanda atau representament adalah “is something wich stands to

somebody for something in sone respect oe capacity”, atau sesuatu bagi

seseorang yang mewakili „sesuatu yang lai‟ dalam beberapa hal. Sesuatu yang

lain itu kemudian dinamakan sebagai objek. Mengacu disini dapat diartikan sebagai menggantikan atau mewakili. Tanda tersebut baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretan. Jadi interpretan adalan pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima makna. Ini beerarti sebuah tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahamannya terjadi berkat Graound,yaitu pengetahuan tentang sistem tanda dalam suatu masyarakat.30

Dalam mengkaji tanda, model Peirce memiliki trikotomi atau elemen-elemen yang dapat dilihat sebagai berikut ini:

29

Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, Analisis Semiotik Korupsi Terhadap Sampul Majalah Tempo Pada kasus Simulator SIM),h. 40

30

(42)

Tabel 2.1

a. Trikotomi Pertama: Qualisign, Sinsign, Legisign

(43)

Pertama, qualisign, tanda yang berkaitan dengan kualitas, walaupun pada dasarnya tanda tersebut belum dapat menjadi tanda sebelum mewujud. Tanda ini biasanya berdiri sendiri dalam artian belum dikaitkan dengan tanda lainnya.

Kedua, sinsign, adalah suatu hal yang ada secara aktual yang berupa tanda tunggal. Ia hanya dapat menjadi tanda melalui kualitas-kualitannya sebagai melibatkat sebuah atau beberapa qualisign. Sinsign pada umumnya merupakan perwujudan dari qualisign.

Ketiga, legisign, adalah suatu hukum atau kaidah yang merupakan tanda. Setiap tanda konvensional kebahasaan adalah legisign. 31

b. Trikotomi Kedua: Ikon, Indeks, dan Simbol

Dipandang dari sisi hubungan representamen dengan objeknya, yakni

hubungan “menggantikan”, atau “the standing for” relation, tanda-tanda

diklasifikasikan menjadi ikon, indeks, simbol.

Pertama, ikon. Ikon adalah tanda yang didasarkan pada “keserupaan” atau

“kemiripan” diantara representamen dengan objeknya. Ikon merupakan bentuk

tanda yang menyerupai objek dari tanda tersebut. 32

31

Kris Budiman, Semiotik Visual: Semiotika Visual: kKonsep,Isu, Dalam Problem Ikonisita, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2013, Analisis Semiotik Kritik Sosial Dalam Kartun Bung Sentil Di Harian Umum Media Indonesia Edisi “Disapu Banjir),h. 20

32

(44)

Kedua, indeks. Indeks adalah yang memiliki keterkaitan fisik., eksistensial atau kausal di antara representamen dan objeknya sehingga seolah-olah akan kehilangan karakter yang menjadikannya tanda jika objeknya dipindahkan atau dihilangkan. Indeks merupakan tanda yang mempunyai hubungan langsung dengan objeknya.33

Ketiga, simbol. Adalah tanda yang representamennya merujuk kepada objek tertentu tanpa motivasi. Simbol terbentuk melalui konvensi atau kaidah, tanpa adanya kaitan langsung antara representamen dan objeknya. Kebanyakan unsur leksikal di dalam kosakata suatu bahasa adalah simbol.34

c. Trikotomi Ketiga: Rema, Disen, Argumen

Pembagian terakhir yakni menurut hakikat interpretannya, Peirce membedakan tanda-tanda menjadi rema (rheme), tanda disen (dicent sign) dan argumen (argument).

Pertama¸ rema adalah suatu tanda kemungkinan kualitatif, yakni tanda apapun yang tidak betul dan tidak salah. Sebuah huruf atau fonem yang berdiri sendiri adalah rema, bahkan nyaris semua kata tunggal dari kelas kata apapun, entah kata kerja, kata benda, kata sifat dan lain sebagainya adalah rema.kecuali kaa ya dan tidak atau benar dan salah.

33

Kris Budiman, Semiotik Visual: Semiotika Visual: kKonsep,Isu, Dalam Problem Ikonisita, (Hidayatullah Jakarta, 2013, Analisis Semiotik Kritik Sosial Dalam Kartun Bung Sentil Di Harian Umum Media Indonesia Edisi “Disapu Banjir),h. 21

34

Rachmat Krisyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, ( Analisis Semiotik Kritik Sosial Dalam Kartun Bung Sentil Di Harian Umum Media Indonesia Edisi “Disapu Banjir),h. 22

(45)

Kedua, tanda disen atau dicentsign adalah tanda eksistensi aktual, suatu tanda faktual, yang biasanya berupa ungkapan yang dapat dipercaya, disangka, atau dibuktikan kebenarannya. Jadi tanda ini telah berupa pernyataan atau sesuatu sudah nyata maknanya.

Ketiga, argumen adalah tanda hukum atau kaidah yang didasari oleh prinsip yang mengarah kepada kesimpulan tertentu yang cenderung benar. Apabila tanda disen hanya menegaskan eksistensi sebuah objek, maka argumen mampu membuktikan kebenarannya.35

Dalam buku Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya karya Benny H. Hoed yang dikutip dari W. Noth, membedakan tiga jenis tanda dalam kaitannya dengan objek (hal yang dirujuk), yaitu indeks, ikon, dan lambang. Indeks adalah tanda yang hubungan representamen dengan objeknya bersifat langsung, bahkan didasari hubungan kontiguitas atau sebab akibat. Ikon adalah tanda yang representamennya berupa tiruan identitas objek yang dirujuknya. Lambang adalah tanda yang representamen dengan objeknya didasari konvensi.36

Peirce muncul dengan skeatik triadik, yakni graound, objek, dan iterpretan. Atas dasar hubungan ini, menggandakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan graound dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya, kata-kata kasar, keras, lembut, merdu.

35

Kris Budiman, Semiotik Visual: Semiotika Visual: Konsep,Isu, Dalam Problem Ikonisita, (Analisis Semiotik Kritik Sosial Dalam Kartun Bung Sentil Di Harian Umum Media Indonesia Edisi “Disapu Banjir),h. 23

36

(46)

Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristwa yang ada pada tanda, misalnya, kata kabur atau kerus yang ada pada kata urutan kata air, sungan keruh yang menandakan adanya hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang terkandung oleh tanda, misalnya, rambu-rambu lalulintas yang menandakan adanya hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh manusia.37

Teori dari Peirce menjadi grand theory dalam semiotik. Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.38

Inti dari pemikiran Peirce ini adalah semua yang ada di bumi ini terdiri atas tanda-tanda (sign). Ini merupakan pandangan dari pansemiotik tentang jagat raya kita. Berdasarkan objeknya, pierce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau objeknya bersifat kemiripan. Misalnya, potret pada peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Misalnya, asam menandanya bahwa adanya api. Simbol adalah tanda

37

Christomy. T dan Untung Yuwono (ed), Semiotika Budaya, (Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2004), h. 83-84

38

(47)

yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petndanya. Hubungan ini berdasarkan perjanjian masyarakat.39

3. Semiotika Komunikasi Visual

Dilihat dari sudut pandang semiotik, desai komunikasi visual adalah sebuah sistem semiotik khusus, dengan perbendaharaan tanda (vocabulary) dan sintaks (syntag) yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni. Di dalam sistem, semiotika komunikasi visual melekat fungsi komunikasi, yaitu fungsitanda dalam menyampaikan pesan dari sebuah pengirim pesan kepada para penerima tanda berdasarkan aturan atau kode-kode tertentu.

Semiotika visual pada dasarnya merupakan salah sebuah bidang studisemiotika yang secara khusus menaruh minat pada penyelidika terhadap segala jenis makna yang disampaikan melalui sarana indra lihatan (visual senses).40

Sementara itu, pesan yang diungkapkan dalam karya desain komunikasi visual disosialisasikan kepada khalayak melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan visual. Tanda verbal adalah aspek bahasa, tema, dan pengertian yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkannya, apakah secara ikonis, indeksial, atau simbolis, dan bagaimana cara mengungkapkan idiom estektiknya. Tanda-tanda yang telah dilihat

39

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 41-42

40

(48)

dan dibaca dari dua aspek secara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari hubungan antara satu dengan yang lain.41

Semiotika komunikasi visual diperlukan untuk mengkaji tanda verbal (judul, subjudul, teks) dan tanda visual ilustrasi, logo, typografi, dan tata visual. Dengan komunikasi visual dengan pendekatan teori semiotika. Diharapkan analisis semiotika visual mampu menjadi salah satu pendekatan untuk memperoleh makna yang terkandung dibalik tanda verbal dan tanda visual karya desai komunikasi visual termasuk dalam sampul.42

Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan dalam pelbagai media komunikasi visual dengan mengelola elemen desain grafis yang terdiri atas gambar (ilustrasi), huruf, dan tipografi, warna, komposisi, dan layout. Semua itu dilakukan guna menyampaikan pesan secara visual, audio, dan/atau audio visual kepada target sasaran yang dituju.

a. Tipografi

Tipografi dalam konteks komunikasi visual, mencangkup pemilihan bentuk huruf, besar huruf, cara, dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau kalimat yang sesuai dengan karakter pesan (sosial atau komersial) yang ingin disampaikan.43

Huruf dan tipografi dalam perkembangannya menjadi ujungtombak guna menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang

41

Sambo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 9

42

Sambo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 9

43

(49)

bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan atau target sasaran.

Tipografi dalam hal ini adalah seni memilih dan menata huruf untuk pelbagai kepentingan menyampaikan informasi berbentuk sosial ataupun komersial. Dewasa ini, perkembangan tipografi banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi digital. Huruf yang telah disusun secara tipografis merupakan elemen dasar dalam bentuk sebuah tampilan desain komunikasi visual. Hal ini diyakini dapat memberikan inspirasi untuk membuat suatu komposisi yang menarik. Sedangkan bentuk-bentuk tipografi itu sendiri dapat dipergunakan secara terpisah atau dapat pula dikomposisikan dengan materi lain seperti ilustrasi han drawing ataupun image.

Danton Sihombing mengelompokan keluarga huruf berdasarkan latar belakang sejarahnya:

1. Old style, jenis huruf ini meliputi: Bembo, Caslon, Galliard, Garamand. 2. Transitional, jenis huruf meliputi: Barkerville, Perpetua, Time News, Roman 3. Modern, jenis huruf ini meliputi: Bodoni

4. Egyptian, atau Slab Serif, jenis huruf ini meliputi: Bookman, Serifa

5. Sans Serif, jenis huruf ini meliputi: Franklin Ghotic, Futura, Gill Sans, Optima.44 Sejatinya masing-masing huruf harus menjadikan rangkaian huruf (kata atau kalimat) tidak sekedar dibaca atau dimengerti maknanya.tetapi lebih dari itu, seorang desainer komunikasi visual harus piawai menampilkan tipografi yang enak dipandang mata dan lebih melancarkan pembaca dalam memahami media komunikasi visual.

44

(50)

Dengan demikian, keberadaan tipografi dalam rancangan karya desain komunikasi visual sangat penting, sebab perencanaan dan pemilihan tipografi yang tepat baik ukuran, warna, maupun bentuk diyakini mampu menguatkan isi pesan verbal desain komunikasi visual tersebut.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi mudah atau tidaknya ketersampaian sebuah pesan verbal yang terkandung dalam karya desain komunikasi visual, diantaranya: pertama, latar belakang yakni warna dasar dan tekstur yang digunakan. Teks menjadi unsur pertama dari sebuah pesan verbal akan terlihat jelas manakala perbedaan warna huruf dan latarnya cukup kontras.

Kedua, besar huruf yang dugunakan. Ukuran ukuran standart teksk adalah antara 6 sampai 10 poin. Tergantuk luas ruangan yang tersedia dan banyak sedikitnya teks yang akan ditampilkan, juga menyesuaikan keluarga huruf yang akan ditampilkan.

(51)

Keempat, faktor-faktor sibjektif seperti jarak baca maupun kualitas penerangan ketika membaca.45

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka ketika desainer komunikasi visual mahir menguasai tipografi yang dipergunakan untuk menyampaikan informasi yang bersifat sosial ataupun komersial, maka sejatinya sang desainer tersebut mampu memposisikan dirinya sebagai kurir komunikasi. Komunikasi visual yang bertanggung jawab kepada masyarakat luas yang dijadikan target.

b. Komposisi Warna

Kerja dari desainer sebuah gambar visual tidak terlepas dari artistik, desain, warna, serta tema dari gambar yang ingin dibuat. Berikut pemaknaan yang akan dideskripsikan:

1. Merah

Melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian simbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian, perang, bahaya, kecepatan, panas, kekerasan. Warna ini dapat menyampaikan kecendrungan untuk menampilkan gambar dan teks secara lebih besar dan dekat. Warna merah dapat mengganggu apabila digunakan pada ukuran besar. Merah cocok untuk tema yang menunjukan keberanian seseorang. Energi misal mobil, kendaraan bermotor, olahraga, dan permainan.

2. Putih

Menunjukan kedamaian, permohonan maaf, pencapaian diri, spiritualitas, kedewaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kesempurnaan, kebersihan, cahaya, takbersalah, keamanan, persatuan. Warna putih sangat bagus untuk menampilkan atau menekankan arna lain serta memberi kesan kesederhanaan atau kebersihan.

3. Hitam

45

(52)

Melambangkan perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat, kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidak bahagiaan, perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang melanggar, harga dirin anti kemapanan. Sangat tepat untuk menambahkan kesan misteri. Latar belakang warna hitam dapat menampilkan perspektif dan kedalaman. Sangat bagus untuk menampilkan karya seni atau fotografi karna membantu penekanan pada warna lain.

4. Biru

Memberikan kesan komunikasi, peruntungan yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi spiritual, tenang, kelembutan, dinamis, air, laut, kreatifitas, cinta, kedamaian, kepercayaan, kepandaian, kepatuhan, panutan, kekuatan dari alam, kesedihan, kesadaran, pesan, ide, idealisme, persahabatan dan harmoni, kasih sayang, warna ini memberi kesan tenang dan menekankan keinginan. Biru tidak meminta mata untuk memperhatikan. Objek dan gambar biru pada dasarnya dapat menciptakan perasaan yang dingin dan tenang.warna biru juga dapat menampilkan kekuatan teknologi, kebersihan, udara air dan kedalaman laut. 5. Hijau

Menunjukan warna bumi, penyembuhan fisik, kelimpahan, keajaiban, tanaman dan pohon, kesuburan, pertumbuhan, muda, kesuksesan materi, pembaharuan, daya tahan, keseimbangan, ketergantungan, dan memenangkan pemikiran dan merangsang kreatifitas.

6. Kuning

Merujuk pada matahari, ingatan, imajinasi logis, energi sosial, kerjasama, kebahagiaan, kegembiraan, kehangatan, tekanan mental, pemahaman, kebijaksanaan, penghianatan, kecemburuan, penipuan, kelemahan, penakut, aksi, idealisme, optimisme, imajinasi, harapan, musim panas, filosofi, ketidakpastian, resah, dan curiga. Warna kuning merangsang aktifitas mental dan menarik perhatian, sangat efektif digunakan pada blogsite yang menekankan pada perasaan bahagia dan kekanakan.

7. Merah Muda

Warna merah muda menunjukan simbol kasih sayang dan cinta persahabatan, feminin, kepercayaan, niat baik, pengobatan emosi, damai, perasaan yang halus, perasaan yang manis dan indah

8. Unggu

Menunjukan pengaruh, pandangan ketiga, kekuatan spiritual, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, kebangsawanan, upacara, misteri pencerahan, telepati, empati, arogan, intuisi, kepercayaan, yang dalam, ambisi, megic, keajaiban, dan harga diri.

9. Orange

Gambar

gambar dan penulisan, yaitu bentuk grafis, informasi yang memikat. Meskipun
Tabel 2.1 Trikotomi Model Semiotik Peirce
Gambar 4.1
Gambar 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tambun Selatan pada Dinas Kesehatan

Proyek Pembangunan Kemang Village merupakan proyek âIntergrated Superblockâ yang dibangun di atas lahan seluas 15,5 ha di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, yang terdiri dari

Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) kinerja LKM-A PUAP tahun 2008, 2009 dan 2010 di Kabupaten Bantul termasuk dalam kategori cukup baik dengan penilaian kinerja yang

untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel tersebut.Karakteristik Petani dari segi usia dalam penelitian ini adalah usia petani

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh umur, jam kerja dan jumlah tanggungan dalam keluarga terhadap pendapatan pengemudi becak wisata

Skripsi ini berjudul “ PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR (US$/Rp) DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BEI ”9. diajukan

Perpustakaan Tun Abdul Razak (PTAR) UiTM Cawangan Melaka Kampus Jasin telah menerima kunjungan dan lawatan dari Persatuan Kebajikan Islam Malaysia (PERKIM) Cawangan Air Molek,

Dapatan kajian menunjukkan elemen mengikut pangkat tertinggi ialah elemen (i) perubahan dalam perpustakaan dihebahkan dengan jelas kepada kakitangan bagi konstruk komunikasi;