• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar wudhu siswa kelas VI MI Nurul Falah melalui penerapan metode demonstrasi. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan hasil belajar wudhu siswa kelas VI MI Nurul Falah melalui penerapan metode demonstrasi. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Villa Mutiara Ciputat Tangerang Selatan

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

(S. Pdi) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh

Suprianti

(1810011000071)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

Suprianti, 1810011000071. Peningkatan hasil belajar wudhu siswa kelas VI MI Nurul Falah melalui penerapan metode demonstrasi. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014

Madrasah Ibtidaiyah Nurul Falah Merupakan salah satu Madrasah swasta yang terletak di Wilayah Sawah baru Ciputat.

MI ini didirikan tahun 1986. Pada awalnya siswa MI ini hanya masyarakan pribumi yanag berada di sekitarnya, kemudian dengan berjalannya waktu peminat sekolah ini adalah orang-orang pendatang yang wali muridnya mempunyai pendidikan yang baik, hal ini dapat meningkatkan mutu dari MI Nurul Falah.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif Penelitian Tindakan Kelas(PTK). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VI di MI Nurul Falah tahun pelajaran 2013/2014. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah observasi penelitian wawancara.

(6)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Suprianti

Tempat/Tgl. Lahir : Tangerang, 9 Juni 1969

NIM : 1810011000071

Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : PENINGKATAN HASIL BELAJAR WUDHU SISWA KELAS VI MI NURUL FALAH MELALUI PENERAPAN METODE

DEMONSTRASI

Dosen Pembimbing : 1. Drs. Abdul Gofhur, MA

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat wisuda.

Jakarta, 28 September 2014 Mahasiswa Ybs.

Suprianti

(7)

Alhamdulllahi rabbil Alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kehadirat baginda Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari zaman jahillyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, maka penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Nurlena Rifai, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. Kepala jurusan fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Abdul Ghofur, MA., pembimbing dalam penyusunan skripsi ini yang dengan penuh kesabaran dan kearifan telah memberikan bimbingan, arahan, koreksi, dan masukan-masukan kepada penulis demi kesempurnaannya penulisan skripsi ini. 5. Dra. Eni Susilowati. Selaku kepala sekolah RA Assyifa Villa Mutiara.

6. Segenap Dosen dan staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kontribusi keilmuan kepada penulis selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Segenap pimpinan, dewan guru dan karyawan Madrasah Nurul Falah Ciputat yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian guna memenuh salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

8. Orang tua tercinta, Bapak Solihin(Alm) dan Ibu Suliyah yang telah mengasuh penulis dengan penuh kasih sayang, memberikan dorongan baik moril, materil maupun spiritual. Karena cinta kasih beliaulah, penulis dapat menjalani hidup dan memperoleh kesempatan belajar sampai saat ini.

(8)

dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Sahabat-sahabat ku di RA Assyifa Yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan doanya.

Penulis sadar, bahwa penulisan spripsi ini berjumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan sumbangan pemikiran, saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya , mohon dibukakan pintu maaf apabila penulis skripsi ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian.

(9)

Lembar Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Abstrak ... iii

Surat Pernyataan ... iv

Daftar isi .. ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DI MI A. Pembelajaran Fiqh 1. Pengertan Pembelajaran Fiqh ... 6

2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tentang Wudhu ... 10

3. Metode dan Tehnik Pembelajaran Fiqh ... 11

4. Media Pembelajaran Fiqh ... 14

B. Materi Wudhu 1. Pengertian Wudhu dan Persyariatannya ... 16

2. Rukun Wudhu ... 17

3. Sunnah-sunnah Wudhu ... 20

4. Hal-hal Yang Membatalkan Wudhu ... 23

5. Perbuatan Yang Disyaratkan Untuk Berwudhu Sebelumnya ... 24

6. Perbuatan Yang Disunnahkan Dalam Keadaan Berwudhu ... 25

7. Perbuatan Makruh Ketika Berwudhu ... 27

8. Doa Sebelum dan Sesudah Wudhu ... 27

C. Kerangka Berfikir ... 30

(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 31

C. Subjek Penelitian ... 32

D. Peran dan Posisi Penelitian ... 33

E. Tahapan Perencanaan Penelitian ... 34

F. Hasil Intervensi Yang Diharapkan ... 36

G. Data dan Sumber Data ... 36

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 36

I. Teknik Pengumpulan Data ... 37

J. Teknik pemeriksaan keterpercayaan ... 37

K. Analisa data dan interpretasi hasil data ... 37

L. Pengembangan perencanaan tindakan ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Temuan Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan ... 59

C. Keterbatasan Penelitian ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 63

Daftar Pustaka

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam merupakan satu diantara sarana pembudayaan (enkulturasi) masyarakat. Ajaran Islam tidak hanya membahas mengenai satu aspek saja, tetapi mencakup semua aspek yang lain, sehingga dengan pendidikan Islam pola hidup dan perilaku masyarakat menjadi terarah sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai yang luhur. Sebagai suatu sarana, pendidikan dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia (sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada harapan dan tujuam yamg merupakan titik optimal kemampuan seorang hamba yaitu untuk memperoleh kesejahteraan hidup baik lahir maupun batin di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.1

Mengenai pendidikan Islam, Prof. Dr. Zakiah Daradjat menjelaskan sebagai berikut :

1. Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat

1

(12)

memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam, serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.

2. Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.

3. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran Agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran Agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya, demi keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.2

Pendidikan yang paling penting bagi setiap manusia adalah pendidikan Islam. Pendidikan Islam bertujuan untuk menyempurnakan atau memperbaiki budi pekerti manusia menurut Islam, yang berlandaskan syariat Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits.3

Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4

Di dalam UU No. 2 Tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi pendidikan agama Islam dan bahasa arab di

2

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet Ke-2.h.86 3

Shefftie.blogspot.com 4

Abd.Rozak, Fauzan, Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Uin Syarif

(13)

Madrasah. Kurikulum di dalam Madrasah Ibtidaiyah terdiri dari Al-Quran dan Hadits, akidah akhlaq, fikih, sejarah kebudayaan Islam, bahasa arab.5

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik, sehingga ajaran agama islam benar-benar dapat menjiwai bagian yang integral dalam pribadinya. Pendidikan Agama Islam pun diberikan kepada peserta didik di bangku sekolah, selain itu untuk menanamkan pendidikan Agama Islam juga dimulai dari keluarga, lingkungan dan masyarakat yang baik. Salah satu ajaran pendidikan Agama Islam adalah wudhu.

Wudhu adalah sifat yang nyata (suatu perbuatan yang dilakukan dengan anggota-anggota badan yang tertentu) yang dapat menghilangkan hadas kecil yang ada hubungannya dengan shalat.6

Realitanya di sekolah masih banyak anak yang belum mengetahui pengertian wudhu, wajib wudhu dan sunnah wudhu.Seorang guru fiqih mengatakan bahwa masih banyak anak yang belum mengerti tentang wudhu beliau mengatakan “wudhu merupakan penyempurna bersuci atau thaharah ketika seorang muslim ingin melakukan ibadah ritual (shalat)”7. Pendapat tersebut belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru fiqih di sekolah.

Dengan ini penulis akan melakukan penelitian dengan metode demonstrasi. Adapun metode demonstrasi adalah suatu upaya pembelajaran atau proses belajar dengan cara praktek menggunakan peragaan yang di tujukan pada siswa dengan tujuan agar semua siswa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekkan apa yang telah

5

Abd.Rozak, Fauzan, Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2010), Cet Ke-1.h.530 6

Rahman Ritonga,Zainuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama Jakarta, 1997),Cet Ke-2.h.29

7

(14)

diperolehnya dan dapat mengatasi suatu permasalahan yang terjadi sehubungan dengan yang sudah didemonstrasikan.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal seorang guru fiqh mengatakan harus ada kerjasama antara guru dan orang tua,karena pembelajaran wudhu di sekolah hanya beberapa kali pertemuan, sedangkan di rumah anak-anak dapat belajar setiap waktu bila hendak mengerjakan shalat.8

Berdasarkan uraian diatas dan mengingat pentingnya melaksanakan ibadah wudhu, maka penulis tertarik untuk menelaah

menganai “Peningkatan hasil belajar implementasi pembelajaran wudhu kelas VI di MI Nurul Falah melalui metode demonstrasi

”.

B.

Identifikasi Masalah

Melihat latar belakang di atas peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Banyak siswa yang belum memahami tentang wudhu.

2. Banyak siswa yang belum dapat melaksanakan wudhu dengan baik. 3. Banyak siswa yang belum tertib dalam melaksanakan wudhu.

C.

Batasan Masalah

Untuk mempertajam fokus penelitan yang kami lakukan maka kami batasi penelitian ini pada:

1. Proses pembelajaran wudhu yang dilakukan oleh guru dalam membantu siswa belajar wudhu yang meliputi syarat, rukun dan sunnah wudhu.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa MI Nurul Falah Ciputat.

8

(15)

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana implementasi pembelajaran wudhu dan hasilnya di MI Nurul Falah”.

E.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui data-data secara ilmiah penulis meneliti implementasi pembelajaran wudhu dan hasilnya di MI Nurul Falah Ciputat.

F.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat atau kegunaan baik yang bersifat akademis maupun praktis, yaitu :

1. Berguna untuk menyumbangkan pemikiran bagaimana upaya untuk meningkatkan disiplin beribadah (berwudhu).

2. Menjadi referensi tambahan bagi sekolah yang diteliti.

(16)

BAB II

KAJIAN TEORI

Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multi dimensional. Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan siapapun, kapan pun dan dimana pun. Karena itu bisa saja siswa merasa tidak butuh dengan proses pembelajaran yang terjadi dalam ruangan terkontrol atau lingkungan terkendali. Waktu belajar bisa saja waktu yang bukan dikehendak siswa.

A.

Pembelajaran Fiqih

Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak, serta didukung dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa.

1.

P

engertian Pembelajaran Fiqih

1.1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.1 Secara sederhana, istilah pembelajaran (intruction) bermakna sebagai” upaya

1

(17)

untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.” Pembelajaran dapat juga dipandang sebagaikegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan terencana yang mengondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan dengan tujuan pembelajaran.2

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.

Dalam proses pembelajaran dapat melibatkan manusia meliputi guru, siswa, tenaga pendidikan dan masyarakat. Dari segi material melputibuku, papan tulis, kapur tulis, audio dan audio visual. Dari seg fasilitas dan perlengkapan meliputi ruang kelas, laboratorium, lapangan olah raga, mushalla, perpustakaan dan sebagainya. Dan dari segi prosedur melputi perencanaan pembelajaran, metode pembelajaran, tujuan dan sebagainya.

Karskteristik interakasi belajar mengajar dalam pendekatan proses belajar mengajar meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan

2

(18)

pembelajaran. Mengajar adalah upaya penyampaian pengetahuan kepada peserta didik yang rumusan konsepnya sebagai berikut

1. Pembelajaran merupakan persiapan di masa depan, dalam hal ini masa depan anak yang ditentukan orang tua. Oleh karenanyan, sekolah berfungsi untuk mempersiapkan mereka agar mampu hidup dalam masyarakat.

2. Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menggunakan metode imposisi, dengan cara menuangkan pengetahuan kepada siswa.

3. Tujuan utama pembelajaran ialah penguasaan pengetahuan. Pengetahuan bersumber dari perangkat mata ajaran yang disampakan di sekolah. Oleh karena itu,mata ajaran tersebut meliputi berbagai pengalaman yang berasal dari orang tua.

4. Kegiatan pembelajaran hanya berlangsung dalam kelas.Kegiatan pengajaran hanya dilaksanakan sebatas ruangan kelas saja.3

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mujiono adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif,yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.4

Istilah pembelajaran secara tektual tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1, yatu bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.5

Dengan demikian pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorsng untuk mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis

3

Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2009), Cet Ke-3.h.25-26

4

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineke Cipta, 2006) Cet Ke-3.h.297

5

Abd.Rozak, Fauzan, Ali Nurdin, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Uin Syarif

(19)

melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

Dalam proses pembelajaran digambarkan adanya interaksi antara pendidik dan peserta didik. Guru sebagai sumber belajar, penentu metode belajar,dan juga penilai kemajuan belajar meminta para pendidik untuk menjadikan pembelajaran lebih efektf dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

1.2. Pengertian Fiqih

Fiqih secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam tentang tujuan suatu ucapan dan perbuatan.

Pegertian fiqih menurut terminologi adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syara mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalil yang terinci (mendetail).

Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa pembahasan ilmu fiqih itu ada 2 macam yaitu :

1. Pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia yang praktis. Oleh karena itu, hukum-hukum mengenai

i’tiqad (keyakinan) seperti ke-Esa-an Allah, terutama para rasul, serta penyampaian risalah Allah oleh para rasul, keyakinan tentang hari kiamat dan hal-hal yang terjadi pada saat itu. Kesemuanya tidak termasuk dalam pengertian fiqih menurut istilah.

2. Pengetahuan tentang dalil-dalil yang terperinci (mendetail) pada setiap permasalahan, seperti bila dikatakan, membeli secara berpesan, itu harus menyerahkan uangnya terlebih dahulu pada waktu akad, maka ia disertai dalilnya dari Al-Quran. Jika dikatan, bahwa setiap penambahan dari harta pokok itu disebut riba.

(20)

Dari sini dapat diketahui, bahwa pembahasan ilmu fiqih adalah hukum yang terinci pada setiap perbuatan manusia, baik halal, haram, makruh atau wajib beserta dalilnya masing-masing.

Objek fiqih adalah hukum yang berhubungan dengan perbuatan manusia beserta dalil-dalilnya yang terperinci. Fiqih membahas dalil-dalil tersebut untuk menetapkan hukum-hukum cabang yang berhubungan dengan perbuatan manusia.6

1.3. Pengertian Pembelajaran Fiqih

Mata pelajaran fiqih adalah salah satu bagian dari Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

2.

Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar tentang

Wudhu

Penetapan standar kompetensi atau SK dimaksudkan untuk menetapkan ukuran minimal atau kecukupan mencakup kemampuan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dilakukan oleh peserta didik

SK ( Standar Kompetensi ) adalah standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas atau semester pada suatu mata pelajaran.

6

(21)

SK merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang struktur. SK juga merupakan fokus dari penilaian, sehingga pengembangan kurikulum adalah fokus dari penilaian meskipun kurikulum lebih banyak tentang dokumen pengetahuan, keterampilan dan sikap daripada bukti-bukti untuk menunjukan bahwa peserta didik yang akan belajar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan awal. Adapun SK dari pembelajaran wudhu adalah mengenal tata cara wudhu.

Kompetensi dasar (KD) adalah merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun kompetensi dasar (KD) dalam pembelajaran wudhu adalah :

1. Menyebutkan pengertian berwudhu. 2. Menjelaskan hukum berwudhu. 3. Menyebutkan rukun wudhu.

4. Menyebutkan hal-hal yang membatalkan wudhu. 5. Mendemonstrasikan cara berwudhu7

3.

Metode Pembelajaran Fiqih.

3.1 Pengertian Metode Pembelajaran

Metode adalah proses belajar mengajar merupakan nteraksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam sua tu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Berbagai ketetapan yang digunakan dalam pembelajaran agama islam harus

7

(22)

dijabarkan kedalam metode pembelajaran PAI yang bersifat prosedural.8

Metode dan teknik dalam pembelajaran fiqh adalah: 1. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan cara menyampaikan materi ilmu pengetahuan dan agama kepada anakdidik dilakukan secara lisan. 2. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan kepada peserta didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang berpikirdan membimbingnya dalam mencapai kebenaran.

3. Metode Diskusi

Merupakan salah satu cara mendidk yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masng mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.

4. Metode Kisah

Al-Quran dan al-hadis banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah malaikat, para Nabi, umat terkemuka pada zaman dahulu dan sebagainya, dalam kisah itu tersmpan nilai-nilai pedagogis-religius yang memungkinkan anak didik mampu meresapinya.

5. Metode Perintah Berbuat Baik dan Saling Menasehati

Metode ini anak didik diperintahkan untuk berbuat baik dan saling menasehati agar berlaku benar dan memakan makanan yang halal, dan diperintahkan juga untuk saling menasehati agar meninggalkan yang salah, yang buruk, dan segala perbuatan yang haram.

6. Metode Suri Teladan

8

(23)

“Seseorang itu akan sama dengan orang yang dicintainya, dan baginya apa yang diusahakannya (HR. Turmudzi 4/595 h.n 4833). Kesanggupan mengenai Allah adalah kesanggupan paling awal dari manusia. Ketika Rasulullah bersama Siti Khadijah mengerjakan shalat, Sayyidina Ali yang masih kecil datang dan menunggu sampai

selesai, untuk kemudian menanyakan, “apakah yang anda sedang lakukan?” Dan Rasulullah menjawab, “kami sedang menyembah Allah, Tuhan pencipta alam seisinya ini.” Lalu Ali spontan

menyatakan ingin bergabung. Hal ini menunjukan bahwa keteladanan dan kecintaan yang kita pancarkan kepada anak, serta modal kedekatan yang kita bina dengannya, akan membawa mereka mempercayai pada kebenaran perilaku, sikap dan tindakan kita. Dengan demikian menabung kedekatan dan cinta kasih dengan anak, akan memudahkan kita nantinya membawa mereka pada kebaikan. 7. Metode Hikmah dan Mau’izhah Hasanah

Dalam mengajak seseorang untuk mengikuti tuntunan-Nya, Rasulullah ramah dan tidak pernahberbuat kasar,sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran:”Maka disebabkan rahmat dari Allah SWT-lah bagi berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari

sekelilingmu” (QS. Al’Imran: 159).

8. Metode Demonstrasi

(24)

a. Manfaat demonstrasi yaitu :

1. Perhatian siswa lebih dipusatkan

2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang dipelajari

b. Langkah – langkah demonstrasi

1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan antara lain:

a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan dan keterampilan tertentu.

b) Persiapkan garis-garis besar langkah-langkah

demonstrasi yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kegagalan.

c) Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.

2. Tahap pelaksanaan a) Langkah pembukaan

Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus dilakukan antara lain:

 Aturlah siswa agar dapat melihat dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

 Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai peserta didik.  Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, misalnya ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang penting dari pelaksanaan demonstrasi.

b) Langkah pelaksanaan demonstrasi

 Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang peserta didik untuk berfikir. Misalnya

pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki

sehingga mendorong peserta didik tertarik untuk

memperhatikan demonstrasi.

 Ciptakan suasana yang menyejukkan dan menghindari suasana yang menegangkan.

(25)

 Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi.

c) Langkah mengakhiri demonstrasi

Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.

9. Metode Tadrij (Pentahapan)

Metode ini menyampaikan secara bertahap sesuai dengan proses perkembangan anak didik. Artinya dilaksanakan dengan cara pemberian materi pendidikan dengan bertahap, sedikit demi sedikit dan berangsur-angsur.9

Berkenaan dengan metode tersebut, Allah SWT berfrman: “ Berkatalah orang-orang kafir:’Mengapa al-Quran itu tidak diturunkan

kepadanya sekali turun saja?’ Demikianlah supaya Kami perkuat

hatimu dengannya, dan kami membacakannya kelompok demi

kelompok” (al-Furqan: 32).

4.

Media Pembelajaran Fiqih

Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalamproses pendidikan terdapat komunikator, komunikan, dan pesan,yakni sebagai komponen-komponen komunikasi. Pembelajaran yang efektif memerlukan media yang sesuai dengan karakter materinya.:

Media berasal dari bahasa latin, yakni medium yang secara harfiahnya berarti tengah, pengantar atau perantara. Dalam bahasa arab media disebut wasail bentuk jama dan wasilah yakni sinonim al-wasth yang artinya juga tengah kata tengah itu sendiri berarti berada diantara dua sisi, maka disebut juga sebagai perantara (wasilah) atau yang

9

(26)

mengantarai kedua sisi tersebut.10 Pembelajaran yang efektif memerlukan media yang sesuai dengan karakter materinya.

Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media digunakan pula dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran.

Sedangkan definisi media pendidikan atau media pembelajaran menurut Rossi dan Breidle dalam bukunya Wina Sanjaya mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.

Dalam proses pembelajaran media dapat dikatakan sebagai alat Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan belajar anak didik dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti kegiatan belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dari pada tanpa menggunakan bantuan media.

Sedangkan media pembelajaran fiqih adalah alat bantu yang digunakan untuk mempermudah dalam penyampaian materi pembelajaran fiqih dengan berbagai ketentuan dan pertimbangan dalam penggunaannya demi kelancaran proses pembelajaran Fiqih. Pemanfaatan media secara maksimal dalam pembelajaran Fiqih sangat mendukung bagi tercapainya pembelajaran Fiqih secara secara maksimal pula.

Hal ini mengingat materi fiqih diajarkan tidak hanya untuk dipahami saja, melainkan juga harus benarbenar dapat dipraktekkan

10

(27)

peserta didik secara nyatadalam kehidupan seharihari. Dari hal itu maka peserta didik perlu banyak latihan sedini mungkin untuk dapat mengimplementasikan dalam kehidupan nyata. dari apa yang telah diajarkan. Maka peranan media dalam pembelajaran fiqih sangat penting, disamping mempermudah pendidik dalam menyampaikan pembelajaran juga dapat mempermudah peserta didik dalam mencerna materi pelajaran yang telah diajarkan.

Media yang digunakan dalam pembelajaran Fiqih tidak jauh berbeda dengan media yang digunakan dalam pembelajaran padaumumnya. Tidak ada media yang secara kusus digunakan dalam menyampaikan pembelajaran fiqih. Membantu yang dapat memperlicin jalan menuju tercapainya tujuan pembelajaran.

B.

Materi Wudhu

Berwudhu cukup dikenal bahwa maksudnya ialah bersuci dengan air mengenai muka, kedua tangan,kepala, dan kedua kaki.

1. Pengertian Wudhu dan Persyariatannya

Wudhu adalah sifat yang nyata atau (suatu perbuatan yang dilakukan dengan anggota-anggota badan yang tertentu) yang dapat menghilangkan hadas kecil yang ada hubungannya dengan shalat.11

Berwudhu disyariatkan berdasarkan tiga macam alasan sebagai berikut. 1. Berdasarkan firman Allah SWT

11

(28)

اَي

ِن

ۚ

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.”(QS: Al-Maidah Ayat: 6)

Di dalam ayat ini menerangkan bahwa anggota wudhu itu empat : muka, tangan, kepala, kaki, dan ayat ini tidak menerangkan tiga kalinya. Dari itu sekurang-kurangnya wajib kita cuci sekali-sekali, wajib usap pun sekali saja.12

2. Sunnah

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a bahwa nabi bersabda yang artinya : “Allah tidak menerima shalat salah seorang di antaramu bila ia berhadas, sampai ia berwudhu lebih dahulu.” (H.r Bukhari dan Muslim, Abu Daud dan Turmudzi)

3. Ijma

Telah terjalin kesepakatan kaum muslimin atas disyariatkannya wudhu, semenjak zaman Rasulullah hingga sekarang ini, hingga tak dapat disangka lagi bahawa ia adalah ketentuan yang berasal dari agama.13

Ditinjau dari segi hukumnya, air yang digunakan untuk bersuci adalah ir suci dan mensucikan, yaitu air mutlak artinya air yang masih murni, dapat digunakan untuk bersuci dengan tidak makruh. (air mutlak artinya air yang sewajarnya).

12

A.Hassan, Tarjamah Bulughul Maram, (Bandung: CV Diponegoro, 1975),Cet Ke-1 h.58

13

(29)

2. Rukun Wudhu

Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedang menurut

syara’ artinya membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadats

kecil. Orang yang hendak melaksanakan shalat, wajib lebih dahulu berwudhu, karena wudhu adalah menjadi syarat syahnya shalat.

Secara rinci rukun wudhu adalah sebagai berikut :

1. Niat

2. Membasuh muka

3. Membasuh kedua tangan sampai siku 4. Mengusap sebagian rambut kepala

5. Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki 6. Tertib

Dari keenam tersebut perincian sebagai berikut :

1. Niat

Berdasarkan hadits niat yang artinya : “Sesungguhnya amal itu bergantung niatnya”. Maka dari itu segala sesuatu harus diawali dengan niat begitu juga wudhu.

2. Membasuh Muka.

Ditetapkan berdasarkan ayat Al-Quran dan ijma

...Maka basuhlah mukamu...(QS 5:6)

(30)

3. Membasuh Kedua Tangan Hingga Siku Allah SWT berfirman:

... ...Dan tangan-tanganmu hingga siku...(QS 5:6)

Siku adalah pertemuan lengan bagian atas dengan lengan bagian bawah atau hasta. Membasuh siku, menurut jumhur ulama hukumnya wajib.

Dengan demikian pengertian ayat ini adalah “basuhlah tanganmu bersama

dengan siku”. Orang yang terpotong tangannya sampai siku wajib membasuh ujung tulang lengannya (siku) yang masih ada. Tetapi kalau yang terpotong itu diatas siku maka disunahkan membasuh lengannya yang tersisa. Jumhur ulama berpendapat bila seseorang memakai cincin, wajib mengerak-gerakannya pada saat membasuhnya.

4. Mengusap Kepala Allah SWT berfirman:

... ...Dan sapulah kepalamu...(QS 5:6)

Mengusap adalah melakukan tangan kepada anggota badan. Sedangkan kepala adalah tempat tumbuh rambut yang biasa mulai dari atas kening sampai kepada tengkuk (bagian belakang kepala), termasuk kedalamnya pelipis yang terletak antara mata dan telinga.

(31)

rambut tidak ada maka cukup menyapu kulit kepala saja karena ia sebagai pengganti rambut.14

Golongan syafi’iyah berpendapat wajib menyapu sebagian kepala

sekalipun sehelai rambut. Sedangkan membasuhnya dibolehkan, karena membasuh itu tercakup didalamnya menyapu. Dan boleh juga meletakan tangan diatas kepala walaupun sekedar menempelkannya, karena yang dituju dari menyapu adalah membasahkan kepala.15

Golongan hanabilah yang dalam pendapatnya yang shahih mengatakan tidak cukup menyapu bila tidak melakukan tangan diatas kepala. Sedang membasuh dibolehkan, namun hukumnya makruh.16

5. Membasuh Kedua Kaki Hingga Mata Kaki Allah SWT berfirman:

ِن

...

...Dan kakimu hingga mata kaki...(QS 5:6)

Mata kaki adalah dua tulang yang menonjol pada dua sisi kaki bagian bawah. Menurut jumhur ulama kewajiban membasuh hanya satu kali. Bila mata kaki tidak ada dibasuh apa adanya, sama halnya dengan membasuh siku pada tangan. Tidaklah memadai apabila kedua mata kaki disapu dengan air, karena Nabi saw selalu membasuhnya dan beliau mengancam dengan neraka wail terhadap orang yang tidak menyapu mata kaki.17

6. Tertib

Yang dimaksud dengan tertib di sini adalah menyucikan anggota wudhu satu persatu sesuai dengan urutan yang ditetapkan Al-Quran, yaitu dimulai

14

Rahman Ritonga,Zainuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997),Cet Ke-2.h.35 15 Ibid., h.36 16 Ibid., h.37 17

(32)

dengan membasuh muka, dua tangan, menyapu kepala dan terakhir membasuh kaki.18

3. Sunnah-sunnah Dalam Wudhu

Yaitu ucapan atau perbuatan yang terus-menerus dilakukan oleh Nabi SAW, dan tiada pula dicegah atau meninggalkannya. Perinciannya adalah sebagai berikut:

1. Memulai dengan basmalah. Untuk membaca basmalah ketika akan berwudhu ini ada beberapa hadis yang dha’if, tetapi keseluruhannya menambah kekuatan yang menunjukkan bahwa ia bukan tidak berdasar. Di samping itu membaca basmalah itu sendiri adalah baik, pada umumnya

disyar’atkan.

2. Menggosok gigi atau siwak. Swak itu dapat diartikan kayu yang biasa untuk menggosok gigi, bisa juga menggosok gigi itu sendiri,yakni nenyikat gigi dengan kayu tersebut, atau dengan setiap benda kesat yang dapat dipakai untuk membershkan gigi.19

3. Membasuh dua telapak tangan sampai pada pergelangan, sebelum berkumur-kumur. Keterangannya adalah amal Rasulullah SAW , sendiri yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.

4. Berkumur-kumur, keterangan juga perbuatan Rasulullah sendiri yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.20

5. Memasukkan air ke hidung kemudian mengeluarkannya sebanyak tiga

kali, berdasarkan hadis Abu Hurairah r.a, yang artinya”Bahwa Nabi SAW telah bersbda:”Bila salah seorang diantaramu berwudhu, hendaknya dimasukkannya air ke dalam hidungnya kemudian dikeluarkannya”.

6. Menyilang-nyilangi jenggot yang tebal sebagaimana yang biasakan oleh Nabi Muhammad SAW ketika hendak berwudhu.

Dari Usman bin Affan bahwa Nabi SAW menyilang-nyilang jenggotnya (ketika berwudhu). ( HR Ibn Majah dan Turmiji)

18

Ibid., h.40

19

Sayyid Sabi , Fikih Su ah , Ba du g: Al Ma’a if, ,Cet Ke-6.h.92

20

(33)

7. Menyilangi-nyilangi anak-anak jari, berdasarkan hadits Ibnu „Abbas r

.a.:yang artinya: “Bahwa Nabi SAW bersabda :”Jka kamu berwudhu,

silang-silanglah jari kedua tangan dan kedua kakimu” (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Turmuji).

8. Tiga kali dalam membasuh, menyapu seluruh kepala satu kali berdasarkan hadits yang artinya:

Dari al-Maqdam bin Ma’di Kariba, dia berkata: Dderikan kepada Rasululullah SAW air wudhu , membasuh kedua telapak tangannya tiga kali, membasuh muka tiga kali, kemudian membasuh kedua lengannya tiga kali. (HR Abu Daud).

9. Menyapu telinga sekalipun dengan air bekas kepala, sesua dengan hadits berikut yang artinya:

Dari Nabi SAW, beliau bersabda: Kedua telinga termasuk bagian dari kepala. (HR Ibn Majah).

10. Mengusapkan (melakukan) telapak tangan ke tempat anggota wudhu, yang dikenai air, karena nabi selalu mengusap anggota wudhu, yang disiramnya dengan air.

11. Memanajangkan cahaya,baik bagan depan maupun bagian anggota-anggota lain. Memanjangkan bagian depan ialah dengan jalan membasuh bagaian depan kepala melebih yang fardhu sewaktu membasuh muka. Sedang mengenai batas anggota-anggota lain ialah dengan membasuh lengan diatas kedua siku, serta betis d sebelah atas mata kaki. Hal ini berdasarkan

hadits Abu Hurairah r.a, yang artinya:“Bahwa Nabi SAW, bersabda:”Sesungguhnya umatku akan muncul pada hari kiamat dengan

wajah gemilang dan kedua anggotayang bercahaya-cahaya disebabkan bekas wudhu.Kemudian ulas Abu Hurairah:”Maka siapa-siapa diantaramu yang sanggup memanjangkan cahayanya, hendaklah diusahakannya. (Riwayat Ahmad serta Bukhari dan Muslim).21

21

(34)

12.Sederhana, tidak boros memakai air walau disauk dari laut sekalipun, berdasarkan hadits Anas r.a yang artinya:Nabi SAW, biasa mandi dengan

memakai satu sha’ sampai lima mud air, dan berwudhu dengan satu mud.

13. Berdoa setelah berwudhu berdasarakan hadits Umar r.a. yang artinya:

“Telah bersabda Rasulullah SAW.: “Tidak seorang pun diantaramu yang berwudhu lalu menyempurnakannya, kemudian membaca:” Asyhadu alla

ilaaha illal-laahu wahdahu laasyarikalah wa asyhadu anna Muhammadan

„abduhu warasuluh” (Aku mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan aku mengakui bahwa Muhammad itu hamba dan utusan-Nya), kecuali dibukakanlah baginya pintu suga yang delapan buah itu, hingga ia

dapat masuk dari mana pun disukainya.” (H. R. Muslim).

14. Shalat dua rokaat setelah berwudhu, berdasarkan hadits Abu Hurairah yang artinya:“Bahwa Rasulullah SAW, bersabda kepada Bilal, katakanlah kepadaku pekerjaan yang amat kau pentingkan sekali dalam slam, karena saya dengar bunyi sandalmu di hadapanku dalam surga, Ujar Bilal:” Tak satu pun pekerjaan yang lebih saya utamakan hanyalah setiap saya melakukan wudhu, baik di wakktu siang maupun malam, maka saya shalat

dengan wudhu tersebut sekedar kesanggupanku,” (Disepakati oleh ahli -ahli hadits).22

4. Hal-hal yang Membatalkan Wudhu

Ada beberapa macam yang dipandang oleh ulama dapat membatalkan wudhu. Pada umumnya hal itu disepakati oleh para ulama dan hanya sebagian kecil yang tidak disepakati. Beberapa hal yang membatalkan wudhu itu ialah:

1. Keluar sesuatu dari salah satu dua jalan (qubul dan dubur), baik yang keluar itu sesuatu yang biasa, seperti buang air besar, buang air kecil, buang angin , madji, wadi, mani dan maupun yang tidak biasa seperti

22

(35)

ulat, kerikil dan darah sedikit atau banyak. Hal ini diterima oleh jumhur ahli fiqh dengan alasan:

...”atau datang kepada salah seorang kamu buang air kecil”...(QS 5:6)

Ayat tersebut mengandung arti bahwa salah satu yang membatalkan wudhu adalah munculnya hadas dari qubul dan dubur.

Dalam hadits dinyatakan oleh rasulullah saw yang artinya : “Allah tidak menerima shalat diantara kamu jika berhadas, sehingga lebih dahulu ia

berwudhu”. (HR. Bukhari dan Muslim).23

2. Hilang akal. Hilang akal karena mabuk atau gila. Demikian pula karena tidur dengan tempat keluar angin yang tidak tertutup. Sedangkan tidur dengan pintu keluar angin yang tertutup,seperti orang tidur dengan duduk yang tetap, tidaklah batal wudhunya.

Rasulullah SAW. Bersabda yang artinya: “Kedua mata itu tali yang

mengikat pintu dubur. Apabila kedua mata tidur, terbukalah ikatan pintu

itu. Maka barasng siapa yang tidur, hendaklah ia berwudhu.” (Riwayat

Abu Dawud).

Adapun tidur dengan duduk yang tetap keadaan badannya, tidak membatalkan wudhu karena tiada timbul sangkaan bahwa ada sesuatu yang keluar darinya. Adapula hadits riwayat Muslim, bahwa sahabat-sahabat Rasulullah SAW. Pernah tertidur, kemudian mereka shalat tanpa berwudhu lagi.24

3. Tersentuh kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya dengan tidak memakai tutup, ( muhrim artinya keluarga yang tidak boleh dinkahi),25

Frman Allah SWT

23

Moh. Rifa’i, Il u Fi ih Isla Le gkap, Se a a g: PT. Ka ya Toha Put a, , h.

24

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), Cet Ke-42.h.31

25

(36)

...”atau kamu menyentuh perempuan”...(QS 5:6)

Pendapat tersebut menurut madzhab Syafi’i, sedangkan madzhab lain

adapula yang berpendapat bahwa bersentuhan kult laki-laki dengan perempuan itu tidak membatalkan wudhu, yang membtalkan wudhu ialah bersetubuh. Pendapat itu berdasarkan pula pada ayat tersebut, mereka menafsrkan kata-kata “la mastum” sebagai “bersetubuh”.26

5. Perbuatan yang Disyaratkan untukBerwudhu Sebelumnya

Diwajibkan berwudhu untuk mengerjakan tiga perkara

a. Shalat apapun juga, baik fardu atau sunnah, dan termasuk juga shalat

jenazah.Nabi bersabda yang artinya:” Allah tiadalah menerima shalat tanpa

bersuci, dan tidak pula sedekah dari hasil rampasan yang dicuri sebelum dibagi.”(HR. Jama’ah kecual Bukhari).

b. Thawaf di Baitullah, berdasarkan apa yang diwakilkan oleh Abu Abbas r.a.

yang artinya:” Bahwa Nabi SAW. Telah bersabda: Thawaf itu merupakan

shalat, kecuali bahwa di dalamnya dihalalkan oleh Allah berbicara. Maka siapa yang berbicara hendaklah yang dibicarakan itu yang baik-baik!. (HR. Turmudji, Daruquthni dan disahkan oleh Hakim, Ibnus Sikkin dan Ibnu Khuzaimah).

c. Menyentuh Mush-haf, berdasarkan riwayat Abu Bakar bin Muhammad bin

„Amar bin Hazmin yang diterimanya dari bapaknya, seterusnya dari kakeknya r.a., Yang artinya:” Bahwa Nabi SAW. Menulis sepucuk surat kepada

peduduk Yaman yang diantara isinya adalah : Al-Quran itu tidak boleh

26

(37)

disentuh kecuali oleh orang yang suci. (HR. Nasa’i, Daruquthni, Baihaqi dan Al-Atsram).27

6. Perbuatan yang Disunnahkan dalam Keadaan Berwudhu

Diutamakan dan disunnahkan berwudhu pada hal-hal berikut

a. Ketika dzikir atau menyebut nama Allah „azza wa jalla, berdasarkan

hadits Muhajir bin Qunfudz r.a. yang artinya:”Bahwa ia mengucapakan

salam kepada Nabi SAW. Yang ketika itu sedang berwudhu. Maka tidak dijawab Nabi salam itu sampai selesai, kemudian baru dijawabnya da berkata: Tidak ada halangannya saya membalas salammu itu hanyalah karena saya tak ingin menyebut nama Allah kecuali dalam keadaan

suci.”kata Qatadah :” Itulah sebabnya Hasan tidak mau membaca Al

-Quran atau menyebut nama Allah sebelum bersuci.” (HR. Ahmad, Nasa’i

dan Ibnu Majah).28

b. Ketika hendak tidur, karena apa yang diriwayatkan oleh Bara’bin „Azib

r.a. yang artinya: “Telah bersabda Rasulullah SAW.: “Bila kamu hendak

tidur, hendaklah berwudhu seperti buat shalat, kemudian berbaring di

rusuk kanan dan ucapkan do’a: “Allahumma aslamtu nafsi ilaika,

wawajjahtu wajhi ilaika, wafawwadhtu amri ilaika, walja’tu zhahri ilaika, raghbatan warahbatan ilaika, la malja’a wala manja minka illa ilaika, Allahumma amantu bikitabikalladzi anzalta, wanabiyyika’lladzi arsalta.

Ya Allah, kuserahkan diriku Mu, kuhadapkan mukaku kepada-Mu, dan kulindungkan punggungku kepada-kepada-Mu, kupulangkan urusanku kepada-Mu, dem cntaku dan takutku kepada-Mu. Tak ada tempat

27

Sayyid Sabi , Fikih Su ah , Ba du g: Al Ma’a if, ,Cet Ke-6.h.119

28

(38)

bernaung dan tak seorangpun jadi pelindung dari amarah murka-Mu kecuali kepada-Mu.

Ya Allah, aku beriman kepada Kitab-Mu yang telah engkau turunkan,dan kepada Nabi-Mu yang telah engkau utus.

Seandanya kamu mati pada malam itu, maka kamu suci sebagai mula

dilahirkan, dari itu jadikanlah do’a tersebut sebagai akhir kata yang kamu

ucapkan! Berkata Barra’: “Maka saya lancarkan do’a itu di depan Nabi

SAW, dan setelah selesai membaca “Allahumma amantu bikitabika’lladzi anzalta” saya katakan: “warasulika”, maka Nabi pun bersabda: “Bukan, tetapi wanabiyika’lladzi arsalta.” (HR. Ahamad,

Bukhari dan Turmudzi).29

c. Disunnahkan pula berwudhu bagi orang junub, jika ia bermaksud hendak makan, minum atau hendak mengulangi senggama, berdasarkan hadits

Aisyah r.a., yang artinya:”Bila Nabi SAW. Dalam keadaan janabat, dan ia

hendak makan atau tidur, maka ia pu berwudhu.” Dan dari Ammar bin Yasir,bahwa Nabi SAW. Memberi keringanan bagi orang junub yang bermaksud hendak makan, minum, atau tidur, buat berwudhu seperti wudhu shalat.

d. Disunnahkan sebelum mandi, biar mandi itu mandi wajib atau mandi sunnah, berdasarkan hadits Aisyah r.a. yang artinya: “Bila Rasulullah SAW, bermaksud hendak mandi disebabkan janabat maka ia mulai dengan membasuh kedua tangan, lalu menuangkan air dengan tangan kanan ke tangan kirinya dan mencuci kemaluannya, kemudian ia berwudhu seperti wudhunya buat shalat.” (Sampai akhir hadits yang

diriwayatkan oleh jama’ah).

e. Membarui wudhu untuk setiap shalat, berdasarkan hadits Buraida r.a.

yang artinya: “Biasanya Nabi SAW. Berwudhu setiap hendak melakukan

shalat. Maka pada hari takluknya Mekah ia berwudhu dan menyapu kedua sepatunya serta mengerjakan shalat itu dengan satu wudhu.

29

(39)

Maka bertanya Umar: “Ya Rasulullah, Anda melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan selama ini!” Ujar Nabi: “Memang sengaja saya melakukan itu, hai Umar!” (HR. Ahmad, Muslim dan lain-lain.

7

. Perbuatan Makruh Ketika Berwudhu

Adapun yang makruh dilakukan oleh orang yang berwudhu adalah: a. Berlebihan dalam menggunakan air

b. Melempar muka atau anggota wudhu, yang lain dengan air c. Berbicara

d. Minta tolong kepada orang lain tanpa uzur e. Berwudhu, di tempat yang bernajis

f. Menyapu leher dengan air (menurut jumhur selain Hanafiyah) g. Menyengaja meninggalkan sunnah wudhu

h. Berwudhu, dengan air sisa wudhu,wanita bila air itu sedikit (menurut golongan Hanabilah, sedangkan menurut jumhur dibolehkan).

i. Berwudhu, dengan air panas karena dimasak atau yang dipanasi oleh matahari.30

8. Doa Sebelum dan Sesudah Wudhu

a. Doa Sebelum Wudhu

Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil fardu karena Allah semata.”

30

(40)

b. Doa Sesudah Wudhu

“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan tidak ada yang menyekutukanNya. Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-hamba-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang ahli bertobat, jadikanlah aku orang yang suci, dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang saleh.”31

c. Kerangka Berpikir

Pendidikan agama islam merupakan pondasi yang mendasari umat slam dalam menjalankan kehidupan, sehingga dalam sekolah pendidikan agama sangatlah penting dan harus dimulai sejak dini atau pada jenjang taman kanak-kanak. Mendidik siswa sangatlah sulit apalagi dalam hal menyangkut ibadah sesuatu yang mungkn tidak kasat mata hasilnya dan tidak ada satu orang pun yang tahu mengenai kekhusuannya. Hanya Allah SWT yang mengetahui ibdah seorang hamba-Nya. Dari sisi inilah seseorang menganggap badah itu sebagai suatu hal yang tidak penting dan sering melalaikannya, terutama pada usia sekolah.

Oleh karena itu sebaga pendidik harus dapat mengatasi perilaku anak didik terutama dalam hal ibadah, apakah mereka sudah menjalankan dengan benar sesuai ajaran yang telah didapat atau sebaliknya. Dalam menyikapi hal ini salah satu yang harus diperhatikan adalah disiplin beribadah. Dengan menykapi hal ini salah satu yang harus diperhatikan adalah disiplin beribadah. Dengan adanya disiplin beribadah secara otomatis ada pembelajaran bagi siswa untuk meningkatkan badahnya kepada Allah SWT sebagai mahluk-Nya. Dalam pembelajaran berwudhu

31

(41)

penulis menggunakan metode demonstrasi bertujuan untuk menghasilkan nilai yang baik sesuai dengan tata cara berwudhu karena dengan menggunakan metode ini siswa dapat melihat langsung tata cara berwudhu yang dicontohkan oleh penulis.

d. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritis dan penyusunan kerangka konseptual

diatas maka hipotesis tindakan yang dirumuskan adalah “Dengan

penerapan metode demonstrasi maka dapat meningkatkan motivasi belajar

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI MI Nurul Falah, yang berlokasi di Villa Mutiara Ciputat. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tepatnya mulai bulan Maret sampai dengan bulan April 2014.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran.1 Metode penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada mata pelajaran Fiqih dengan menggunakan pendekatan pembelajaran metode demonstrasi untuk meningkatkan motivasi belajar PAI siswa.

Model penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain PTK model Kurt Lewin. Model ini terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)2. Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua siklus, dimana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan seperti yang tersebut di atas, yaitu:

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. Ke-14, h. 135.

2

(43)

1. Perencanaan ( planning )

Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrument penelitian yang terdiri dari atas materi ajar, lembar tes siklus, lembar angket motivasi belajar dan lembar observasi.

2. Tindakan ( acting)

Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau isi rancangan, yaitu pelaksanaan tindakan kelas.

3. Pengamatan ( observing )

Tahap ketiga yaitu selama tahap pelaksanaan peneliti bekerja sama dengan kolaborator mengobservasi keaktifan dan respon siswa terhadap pembelajaran yang dibuat peneliti dengan menggunakan lembar obsrvasi. 4. Refleksi (reflecting)

(44)

[image:44.612.133.518.132.539.2]

Jika permasalahan belum selesai, dilanjutkan ke siklus berikutnya Gambar I

Model PTK Kurt Lewin

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI MI Nurul Falah yang berjumlah 40 orang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 18 perempuan.

D. Peran dan Posisi Penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pelaksana kegiatan. Peneliti membuat perencanaan kegiatan , melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil

Refleksi Tindakan

Pengamatan Perencanaan

Siklus I

Refleksi Tindakan

Pengamatan Perencanaan

(45)

penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh guru Fiqih kelas VI yang bertindak sebagai kolaborator.

E. Tahapan perencanaan Penelitian

Tahap penelitian ini dimulai dengan kegiatan

Pendahuluan ( pra penelitian) yang akan dilaanjutkan dengan siklus I, setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I penelitian akan dilajutkan dengan siklus II dan seterusnya,

Adapun tahapan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksaakan adalah sebagai berikut:

1. Tahapan penelitian kegiatan penelitian a. Meminta izin kepada kepala sekolah b. Mengurus surat izin penelitian

c. Wawancara terhadap guru mata pelajaran d. Menentukan kelas penelitian

e. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian

f. Sosialisasi pembelajaran Fiqih dengan menggunakan metode demonstrasi 2. Tahap penelitian siklus I

a. Membuat Tahap perencanaan 1) Menyiapkan kelas penelitian

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3) Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator

4) Menyiapkan instrument penelitian yang terdiri dari lembar penilaian, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dan tes siklus I

5) Menyiapkan alat dokumentasi b. Tahap tindakan melaksanakan kegiatan

1) Menyiapkan langkah-langkah pembelajaran melalui metode demonstrasi

(46)

c. Tahap pengamatan

Tahap ini bersamaan dengan tahap pelaksanaan yang berupa observasi terhadap siswa, mencatat semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran.

d. Refleksi

Menentukan keberhasilan dan kekurangan dari pelaksanaan siklus I yang akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus berikutnya.

3. Tahap penelitian siklus II

Berdasarkan refleksi dari siklus I maka peneliti menentukan kegiatan siklus II sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan

1) Menyiapkan kelas penelitian

2) Membuat Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP) 3) Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator

4) Menyiapkan instrument penelitian yang terdiri dari lembar penilaian. 5) Menyiapkan alat dokumentasi

b. Tahap tindakan

1) Memberikan pengarahan dan bimbingan lebih ekstra terhadap siswa yang terlihat masih kesulitan dalam melaksanakan wudhu.

2) Adanya peran tutor sebaya dalam proses pembelajaran. 3) Membagi siswa menjadi 8 kelompok.

4) Dokumentasi

c. Tahap pengamatan

Menganalisis data yang telah terkumpul pada setiap pertemuan. d. Tahap refleksi

(47)

F. Hasil Intervensi yang Diharapkan

Hasil penelitian yang diharapkan adalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan kemampuan wudhu siswa kelas VI MI Nurul Falah melalui metode demonstrasi dalam pembelajarannya dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

1. Hasil pengukuran lembar penilaian belajar Fiqih terutama dalam berwudhu diakhir siklus menujukan rata-rata 69.95.

2. Tes yang diberikan pada akhir siklus I menunjukan bahwa 87.5 % dari jumlah siswa mendapatkan nilai lebih dari nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan oleh sekolah yaitu 68 sedangkan pada siklus II menunjukan bahwa 100% siswa lebih dari KKM.

G. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data kualitatif : hasil observasi proses pembelajaran, hasil wawancara terhadap guru, hasil dokumentasi berupa foto kegiatan pembelajaran.

2. Data kuantitatif : nilai hasil demonstrasi tiap siklus

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru Fiqih.

H. Instrumen-instrumen pengumpulan data yang digunakan.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Pedoman obsrvasi pembelajaran

Pedoman observasi pembelajaran digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Lembar penilaian

(48)

I. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Melakukan observasi terhadap aktivitas siswa yang diisi oleh observer dan peneliti.

2. Menyiapkan lembar penilaian siswa untuk mengisi nilai pada tiap akhir siklus.

3. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran, dokumentasi yang dimaksud adalah foto-foto yang diambil pada saat pmbelajaran berlangsung oleh peneliti.

Setelah data diperoleh, peneliti berkolaborasi dengan guru Fiqih untuk melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang peningkatan motivasi belajar, aktivitas belajar dan hasil belajar siswa serta membahas tentang kekurangan dan kelebihan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan.

J. Teknik pemeriksaan keterpercayaan (trustworthiness) studi

Untuk memperoleh data yang objektif peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu membandingkan persepsi sumber data/informan yang satu dengan yang lain di dalam/mengenai situasi yang sama. Siswa merupakan salah satu sumber dari data yang diperoleh. Diskusi dengan kolaborator juga merupakan pemeriksaan terhadap keabsahan data. Selain itu juga menggunakan teknik member cek yaitu memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul dan melakukan pengolahan dan anlisa data yang telah terkumpul.

K. Analisa data dan interpretasi hasil data.

Teknik analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(49)

2. Data yang diperoleh dari tes hasil belajar diolah dengan cara mencari rata-rata dan prosentase keberhasilan belajar, serta dibandingkan dengan nilai KKM nya.

3. Data yang diperoleh dari hasil observasi diolah dengan cara mencari prosentase tiap indikator, mencari prosentase rata-rata dari tiap pertemuan kemudian mencari skor rata-ratanya.

L. Pengembangan perencanaan tindakan

Dalam melakuan penelitian ini, peneliti membuat pengembangan perencanaan tindakan agar dapat menjadi referensi bagi guru atau pembaca. Untuk keperluan ini, peneliti menyiapkan instrument penelitian seperti lembar observasi, lembar penilaian, RPP.

Penelitian ini berkahir apabila telah berhasil menguji penggunaan demonstrasi dalam meningkatkan motivasi belajar Fiqih terutama dalam berwudhu siswa.

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

TEMUAN HASIL PENELITIAN

1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian tindakan kelas ini di mulai dengan melakukan observasi awal di MI Nurul Falah Ciputat. Sebelum diadakan penelitian, penulis melakukan analisis kebutuhan terlebih dahulu. Dari analisis kebutuhan diperoleh gambaran mengenai situasi dan kondisi belajar tempat penelitian diadakan. Analisis kebutuhan kegiatan ini meliputi wawancara dengan guru mata pelajaran fiqh dan siswa kelas VI. Serta melakukan observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran figh. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, serta hasil belajar yang diperoleh selama proses pembelajaran fiqh di MI Nurul Falah.

(51)

proses pembelajaran fiqh, salah satu kendalanya adalah fasilitas yang kurang memadai.

Dari hasil wawancara ini, ditentukan kelas VI sebagai kelas yang cocok untuk diadakan penelitian, terkait dengan permasalahan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fiqh. Dalam pengamatan ini terlihat sikap siswa dari sebagian besar siswa di kelas kurang memiliki prestasi yang lebih dibandingkan dengan kelas lain. Hal ini terlihat dari hasil pelaksanaan pembelajaran wudhu siswa masih banyak yang belum dapat melaksanakan wudhu dengan baik dan benar. Dalam proses pembelajaran, masih banyak siswa yang takut untuk bertanya pada guru, kemudian semangat belajar siswa pun kurang, dan tidak memperhatikan guru saat guru menerangkan.

Selanjutnya peneliti mewawancarai 15 orang siswa kelas VI yang dijadikan sebagai sampel untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran fiqh di kelas. 15 orang siswa yang dipilih untuk di wawancarai berdasarkan peringkat di kelas, 8 siswa peringkat teratas, dan 7 siswa peringkat terbawah, terutama pada mata pelajaran fiqh. Tujuan wawancara dengan siswa adalah untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran fiqh, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar serta penggalian informasi tentang metode belajar yang diminati siswa. Dari hasil wawancara tersebut tercatat 9 orang siswa yang tidak menyukai pelajaran fiqh, dan 6 orang siswa kurang menyukai pelajaran fiqh. Alasan dari siswa yang kurang menyukai pelajaran fiqh adalah karena guru menjelaskan materi tidak jelas (ngambang), pada pembelajaran wudhu hanya teori saja yang disampaikan, sehingga siswa kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran wudhu. Selain itu gaduh nya kelas dari beberapa orang siswa, yang mengakibatkan siswa lain sulit berkonsentrasi. Serta siswa merasa hasil belajar yang ia peroleh pada pelajaran fiqh tidak memuaskan.

(52)

mempelajari pelajaran fiqh, karena pembelajaran yang dilakukan masih konvensional dengan metode ceramah, serta pemberian tugas yang banyak, pembelajaran yang tidak berpusat pada siswa, yang dapat mengaktifkan siswa, dan pembelajaran bersifat text book. Serta kegaduhan kelas yang sering diciptakan oleh beberapa orang siswa yang membuat siswa lain menjadi tidak konsentrasi dalam belajar. Oleh karena itu tugas guru untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, dengan melakukan pembelajaran secara bervariasi, agar tidak terjadi kebosanan pada diri siswa karena merasa mata pelajaran fiqh sulit untuk dipelajari. Serta perbaikan pada pengelolaan kelas serta model pembelajaran yang diterapkan sangat baik dilakukan oleh guru. Tujuannya adalah untuk meningkatkan hasil belajar fiqh terutama pada proses implementasi pembelajaran wudhu siswa.

Selain dengan wawancara, peneliti melakukan observasi, observasi dilakukan sebelum penelitian, hasil observasi di catat dan terlampir. Observasi proses pembelajaran dilakukan pada tanggal 24 Februari 2014 dan diperoleh gambaran mengenai situasi dan kondisi belajar siswa serta kondisi lingkungan sekolah dan fasilitas penunjang proses belajar yang ada. Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung keadaan kelas pada saat proses belajar mengajar pada mata pelajaran fiqh.Hasil observasi diolah dengan cara mendeskripsikan hasil pengamatan. Hasil observasi ini dijadikan data tambahan dan data pelengkap dari data kuantitatif yang berupa hasil Pre Test dan Post Test.

(53)

ceramah, serta pembelajaran yang dilakukan oleh guru bersifat text book, mengacu pada buku atau LKS. Dan dapat dikatakan seperti mendikte kan kalimat-kalimat, serta pembelajaran tidak berpusat pada siswa yang dapat mengaktifkan siswa, sehingga siswa merasa jenuh pada saat proses pembelajaran, karena siswa tidak dapat menemukan sendiri materi pokok serta kata kunci (key word) yang penting. Dan pada saat proses pembelajaran berlansung ada beberapa orang siswa yang terlihat malas untuk belajar, hal ini ditunjukkan dengan sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh siswa yang bersangkutan, seperti tidur di dalam kelas, bersenda gurau dengan teman, serta menunjukkan sikap yang antipati terhadap pembelajaran fiqh.

1. Tindakan Yang Dilakukan

Siklus I

Tahap Perencanaan

Kegiatan pada siklus I, dilaksanakan pada hari Rabu 20 Maret 2014 membahas implementasi pembelajaran wudhu.Pada tahap perencanaan siklus I, desain pembelajaran yang di siapkan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model demonstrasi dimana pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran berlangsung, dan guru hanya, mengawasi ketika siswa melaksanakan implementasi pembelajaran wudhu.peneliti menyiapkan lembar penilaian berupa instrumen untuk pre test dan post test siklus I, instrumen test pre test digunakan untuk

(54)

a. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2014 dan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut, Melaksanakan Pre Test terlebih dahulu. Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu siswa melaksanakan Pre Test demonstrasi untuk mengukur tingkat kemampuan siswa terhadap materi yang belum di ajarkan. Selanjutnya guru (peneliti) menjelaskan kepada siswa tentang implementasi pembelajaran wudhu dan memberikan gambaran tentang pelaksanaannya. Kemudian siswa melaksanakan praktek pembelajaran wudhu. Dan pembelajaran berakhir dengan melaksanakan Post Test demonstrasi yang dilakukan oleh seluruh siswa tentang materi pembelajaran wudhu.

b. Tahap Observasi

1. Catatan Lapangan

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada saat siklus I berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran demonstrasi pembelajaran wudhu diperoleh catatan lapangan sebagai berikut :

(55)

2. Wawancara

Setelah pelaksanaan tindakan Siklus I selesai, dilakukan wawancara, di luar kelas pada pukul 09.40. Wawancara dilakukan kepada 8 orang siswa, yang tergabung dalam satu kelompok dalam penelitian. Pencatatan dilakukan oleh peneliti dengan mewawancarai masing-masing siswa dalam satu kelompok yang dijadikan sebagai sampel wawancara. Berikut di peroleh data secara garis besar :

Siswa masih merasa senang dengan model pembelajaran demonstrasi tetapi meskipun awalnya membingungkan tetapi siswa merasa senang karena ada metode belajar baru yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya.

3. Hasil Belajar

Berdasarkan hasil test (Pre Test dan Post Test) yang diperoleh pada siklus I, mengenai implementasi pembelajaran wudhu dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang dalam satu kelas dengan menggunakan model pembelajaran demonstrasi. Data nilai Pre Test , diperoleh dari hasil praktek sebelum siswa mempelajari materi tersebut dan belum diterapkannya model pembelajaran demonstras

Gambar

Gambar I Model PTK Kurt Lewin
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
Tabel 1.1
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini diberitahukan kepada sudara, apabila dikuasakan harus disertai dengan surat kuasa atau surat tugas dari direktur kepada penerima kuasa atau penerima tugas dan

[r]

[r]

Sahabat MQ/ Kepala Badan Reserse dan Kriminal-Ito Sumardi- menjelaskan/ pihaknya telah menangkap salah seorang pelaku pembobolan ATM/ dengan inisial F/ yang

Single-mode dapat membawa data dengan bandwidth yang lebih besar dibandingkan dengan multi-mode fiber optik, tetapi teknologi ini membutuhkan sumber cahaya dengan

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya, dalam usaha memenuhi

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan wacana baru dalam bidang psikologi pendidikan terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan siswa ditinjau

KADISOBO PAROKI SANTO YOSEPH MEDARI”. Penulis memilih judul tersebut berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kurangnya minat kaum muda untuk ikut terlibat ambil