• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunis dalam perspektif Bung Hatta : pandangan dan kritik Bung Hatta terhadap Partai Komunis Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunis dalam perspektif Bung Hatta : pandangan dan kritik Bung Hatta terhadap Partai Komunis Indonesia"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIS DALAM PERPSPEKTIF BUNG HATTA

PANDANGAN DAN KRITIK BUNG HATTA TERHADAP

PARTAI KOMUNIS INDONESIA

Oleh:

ACHMAD KOMARUDIN NIM : 9933216562

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ………….………….………….………….…... i

DAFTAR ISI ………….………….………….………….………….…. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………….…………. 1 B. Tujuan Penelitian ………….………….……... 6 C. Pembatasan Masalah ………….………….…. 7 D. Perumusan Masalah ………….………….…... 7 E. Metodelogi Penelitian ………….………….… 8 F. Sistematika Penulisan ………….………. 9

BAB II SEJARAH SINGKAT BUNG HATTA

A. Gambaran Umum Lingkungan dan Kondisi

Sosial Masyarakat Minangkabau ………….…………. 13 B. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan ……… 19 C. Perjuangan Mohammad Hatta Dalam

Menegakkan Kemerdekaan Republik Indonesia ……… 25

BAB III KOMUNIS DALAM KONTEK KEINDONESIAAN

(3)

BAB IV KOMUNIS DALAM PANDANGAN HATTA

A. Perkembangan Komunis dari Waktu ke Waktu …………. 45 B. Kritik Bung Hatta Terhadap Perkembangan PKI ………… 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………….………….………….………….…. 62

B. Saran ………….………….………….………….………… 64

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena karunia dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kehadirat manusia yang paling agung Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia menuju jalan yang diridhoi-Nya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini dapat terwujud karena dukungan moril dan spirituil rekan-rekan yang telah memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Maka pada kesepatan yang berharga ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun secara tidak langsung telah membantu dan memberi kesempatan penulis dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada :

1. Kepada Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Azyumardi Azra beserta staf, dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Komarudin Hidayat.

2. Kepada pihak Dekanat Fakultas Ushuluddin Bapak Prof. Dr. Amsal Bachtiar MA beserta staf terkait

3. Kepada Ketua Jurusan Bapak Agus Darmaji M.A dan Sekretaris Jurusan Dra. Wiwi Siti Sajaroh M.Ag.

(5)

5. Kedua orang tua tercinta H. Mohammad Sukih dan Hj. Sapinah yang tiada henti-hentinya memberikan dukungan moril dan sprituil, semoga amal kebaikannya mendapat ganjaran yang setimpal.

6. Kakak-kakakku tercinta Sa’wan, Sofiyati, Achmad Sopian dan adikku Nurhasanah penulis ucapkan terima kasih atas semua do’anya.

7. Rekan-rekan seperjuangan PPI angkatan 99 yang telah memberikan motifasi terutama Sayid Nur Fatah, Mustafid “Gade”, Muhammad Yusuf, Hadi “Ambon” Fahmi, M. Rafiuddin, Ulfi Fauzi, Reza “Bejo” Nurdiyansyah, Ricky Haryanto, Singgih dan rekan-rekan lainnya, terima kasih atas motifasinya.

8. Kawan-kawan Majlis Ta’lim Miftahul Huda yang selalu memperjuangkan dan menghidupkan nilai-nilai Islam terutama Ustadz H. A. Naufal Ma’mun, bang Jibud, Babet, Ojie, Firman, Aziz “Habib”, “Aqi” Iskandardan kawan-kawan lainnya.

9. Untuk teman diskusi, Abdul “Jagur” Hannan, Abdul Aziz “Olay”, Ahmad Suprayoga, Suhaidi “P-tet”, N-cep, Wahyu “Dewo” Haryanto “Nyamoex”, Dady “Biaggi”, yang telah menemani dalam penyusunan skripsi ini dan “seseorang” yang telah memberikan inspirasi dan semangat.

Akhirnya untuk semua pihak penulis mengucapkan jazakumullah khairan katsiro. Semoga Allah ‘azza wajalla membalas semua kebaikannya. Amin.

Wallahu al-Muwafiq ilaa Aqwami ath-Thariq.

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Mohammad Hatta (1902-1980) merupakan seorang tokoh nasionalis yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan seorang keturunan Minangkabau yang berlatar belakang dari kalangan ulama terkemuka. Dengan latar belakang itulah, kehidupan beragama mengakar dalam diri Hatta sehingga dapat digambarkan bahwa Hatta merupakan seorang muslim yang taat menjalankan ajaran agamanya serta luas pengetahuannya tentang ajaran Islam. Hal ini senada dengan perkataan yang dilontarkan oleh Deliar Noer: “Bung Hatta merupakan tokoh unik yang berlainan dengan tokoh yang lain yang mendahului

kita, yang saya maksud adalah sifat taqwa beliau”.1

Masa muda Hatta dihabiskan dalam dunia pendidikan dan organisasi. Ia pernah aktif dalam Jong Sumatranean Bond (JSB) yang bersifat primordialis, Perhimpunan Indonesia (PI) yang bersifat nasionalis sekuler di Belanda dan Pendidikan Nasionalis Indonesia (PNI-Baru).

Dalam Perhimpunan Indonesia (PI) Hatta mencoba memperkenalkan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia pertama kalinya dalam dunia internasional pada Kongres Internasional Menentang Kolonialisme di Brussel. Keberhasilan Hatta dan kawan-kawan Perhimpunan Indonesia (PI) dalam menentang kolonialisme tentulah bukan perjuangan organisasi ataupun

1

B. Setiawan, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990), h. 619.

(7)

perorangan, melainkan perwakilan dari rakyat Indonesia. Ikut pula menghadiri Kongres tersebut dari golongan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang diwakili Semaun.

Pada awalnya PKI di bawah komando Semaun dan kawan-kawan muncul sebagai langkah perjuangan untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia, tetapi pada perkembangan selanjutnya organisasi ini bertolak haluan. Pada awal kemerdekaan Indonesia, PKI malah merongrong pemerintahan sah yang baru terbentuk. Terlebih-lebih ketika Indonesia dalam masa menentukan arah kemerdekaan, PKI muncul sebagai kekuatan tandingan dan berusaha mengambil alih kekuasaan negara yang lebih dikenal dengan peristiwa Gerakan 30 September PKI.

Di Indonesia, paham dan gerakan komunis pertama kali muncul pada saat bangsa tersadar bahwa bangsa Indonesia masih terjajah oleh bangsa lain, seperti ungkapan Hattta yang dikutip oleh Ingelson “Kami yang ada di sini (di Belanda)... sedang berusaha membentuk suatu blok nasionalis yang berintikan

kaum nasionalis radikal yang kuat, termasuk orang komunis. Kerjasama dengan

orang komunis tidak ada bahayanya; malahan sebaliknya, asal kita tidak

melengahkan dasar-dasar ideologi kita sendiri, akan bertambah kuat membentuk

blok nasionalis”.2

Keinginan untuk mewujudkan kemerdekaan diaktualisasikan dalam sebuah gerakan yang bersifat organisasi ataupun pergerakan, baik yang bersifat kooperatif maupun yang nonkooperatif. Golongan kooperatif merupakan golongan elite pada

2

(8)

waktu itu yang memperjuangkan kemerdekaan dengan jalan menempatkan wakil-wakilnya dalam dewan-dewan perwakilan rakyat yang dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda seperti menjadi anggota DPR sekarang atau pada tingkat DPRD. Yang termasuk dalam golongan ini antara lain Parindra (Partai Indonesia Raya) yang merupakan fusi dari Budi Utomo, Sarekat Sumatra, Partai Sarekat Celebes, dan Persatuan Bangsa Indonesia. Sedangkan golongan yang termasuk non kooperatif pada waktu itu adalah PNI (Partai Nasional Indonesia) yang dipimpin oleh Soekarno dan PNI Baru (Pendidikan Nasional Indonesia) yang dipimpin oleh Mohammad Hatta.

Syarekat Islam secara langsung telah menjadi wadah awal munculnya gerakan komunis di Indonesia. Hal ini disebabkan karena kadernya seperti Semaun dan Darsono yang mencoba memulai dengan ide menuju “kekiri-kirian” dengan ide-ide sosialisme. Semaun dan Darsono selalu menjadi oposisi dalam Sarekat Islam. Dan pada tahun 1917 berdirilah PKI secara tidak resmi dan diam-diam yang merupakan fraksi kiri di dalam Syarikat Islam.3

Indonesia sebagai negara berkembang pada jaman pergerakan dan awal-awal kemerdekaan pernah melewati hitam kelabu bangsa dengan gerakan komunis. Tercatat telah terjadi beberapa kali gerakan komunis muncul sebagai gerakan pemberontak dan muncul sebagai atribut partai, yaitu dengan nama PKI (Partai Komunis Indonesia). PKI sebagai pengusung gerakan komunis tercatat telah beberapa kali melakukan gerakan-gerakan oposisi pemerintah. Pada tahun 1926 melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Belanda yang berkuasa di

3

(9)

Indonesia, 1948 melakukan pemberontakan di Madiun, pada tahun 1965 melakukan rencana kudeta terhadap pemerintahan yang sah yaitu pemerintahan Republik Indonesia. Tetapi semua usaha yang dilakukan PKI dapat ditumpas.

PKI sebagai salah satu partai yang turut meramaikan konstalasi perpolitikan nasional pada waktu itu sebenarnya memiliki pengikut massa yang cukup besar selain golongan nasionalis dan Islam. Visi dan misi PKI menawarkan persamaan hak-hak rakyat secara umum sangat digandrungi oleh rakyat kecil, terutama para petani dan buruh. Hal ini bisa dilihat dari perolehan suara PKI pada Pemilu pertama tahun 1955 dengan masuk sebagai lima partai besar yang meraih suara terbanyak dibanding dengan partai-partai lainnya bahkan partai Islam sekalipun.

Di sisi lain kehadiran PKI di Indonesia juga mendapat dukungan kuat dari negara luar yang ingin meng-hegemoni komunis dan sosialis di Indonesia dengan sebagai prinsip-prinsip yang sudah mereka terapkan dalam mengatur Negara. Negara tersebut adalah Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina (RRC).

Kehadiran gerakan komunis di Indonesia yang berwujud PKI dari awalnya sebenarnya sudah banyak melahirkan kritik dan phobia di berbagai kalangan, terutama kalangan “Islam”. Hal ini didasarkan pada bahwa ideologi komunis bersebrangan dan bertentangan dengan ideologi Pancasila. Awal pertentangan Islam dan komunis adalah ajaran tentang agama yang dianggap sebagai candu dan hanya dipakai menjadi alat kelas penindas untuk “menina bobokan” kaum tertindas.4

4

(10)

Untuk mengembangkan ideologinya dan menarik simpati di dalam masyarakat komunis menawarkan wacana sama rata sama rasa. Maksudnya adalah semua rakyat diberikan hak-hak yang sama dan tidak ada perbedaan dalam kelas-kelas sosial.

Pada awal kemunculannya PKI memang telah menuai kritik. Salah satu tokoh yang juga mengkritik pola gerakan PKI ini adalah Bung Hatta. Sebagai tokoh yang tergabung dalam Partai Nasional Indonesia sebenarnya Bung Hatta juga dianggap sebagai representasi tokoh Islam yang tergabung dengan Partai Nasional Indonesia. Bung Hatta dianggap sebagai sosok yang memahami ajaran Islam secara mendalam dan mengamalkannya dengan taat.

Sebagai tokoh politis dan gerakan yang mengenyam pendidikan dari dalam dan luar negeri. Bung Hatta sangat memahami betul konstalasi perpolitikan nasional. Dari permasalahan internal kenegaraan sampai pada permasalahan hubungan luar negeri, yang berlangsung pada waktu itu mengingat Bung Hatta adalah wakil Presiden Republik Indonesia sejak negara Indonesia memproklamasikan diri sebagai negara yang merdeka dari para penjajah.

Bung Hatta yang tergabung dalam Pendidikan Nasionalis Indonesia (PNI-Baru) adalah juga tokoh yang memiliki wawasan luas dalam bidang ekonomi. Seperti dikatakan oleh Rikard Bagun, “pemikiran Bung Hatta dalam bidang ekonomi dianggap masih relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Sejak awal,

(11)

ekonomi Hatta dijalankan secara benar, mungkin kondisi Indonesia tidak akan

menjadi separah ini”.5

Bung Hatta merasa terpanggil untuk pembangunan ekonomi yang berkeadilan sosial yang memperbaiki dan meratakan kemakmuran kepada rakyat. Hal ini seperti yang dilihat dan dialaminya sendiri pada koperasi-koperasi di Skandinavia. Dalam diri Bung Hatta terbersit niat untuk menjadikan koperasi sebagai instrumen demokrasi ekonomi di Indonesia, tetapi dalam realitasnya gagasan ini tidak terealisasikan. Atas jasa-jasa beliau dalam upaya mengembangkan dunia perkoperasian di Indonesia, nama Bung Hatta diabadikan sebagai Bapak Koperasi Indonesia. 6

B. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih jelas tentang pandangan dan kritik Bung Hatta tentang gerakan komunis di Indonesia, yang terwujud dalam gerakan komunis di Indonesia itu adalah PKI (Partai Komunis Indonesia).

Harus diakui penelitian tentang hal tersebut telah banyak dilakukan oleh sarjana-sarjana yang termotivasi untuk maksud yang sama, ataupun untuk sekedar pengembangan intelektualitasnya terhadap objek penelitian.

Melihat adanya kenyataan dari sekian banyaknya upaya yang telah dilakukan untuk menganalisa keberadaan seorang tokoh yang secara langsung juga untuk menganalisa sebuah peristiwa sejarah sudah pasti tidak menutup kemungkinan

5

Rikard Bagun, Bung Hatta, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003) Cet. Ke-1, h.x

6

(12)

terjadinya distorsi, maka dalam hal ini secara khusus tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan apreasiasi terhadap kiprah seorang tokoh di masa pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Dan sebagai harapannya adalah tulisan ini bisa memberikan khazanah kepustakaan tentang diskursus kritik gerakan komunis di Indonesia. Tulisan ini pada dasarnya juga menuntut standar-standar keilmiahan untuk memenuhi persyaratan meraih gelar S-1 (Sarjana satu).

C. Pembatasan Masalah

Dengan menitik-fokuskan pengkajian pada seorang tokoh, penulisan skripsi Komunis dalam Perspektif Bung Hatta; “Pandangan dan Kritik Bung Hatta terhadap Partai Komunis Indonesia” ini penulis batasi pada pembatasan seorang tokoh nasional yaitu Bung Hatta, sedangkan untuk pembahasan wacananya adalah tentang kritik-kritik Bung Hatta terhadap gerakan komunis di Indonesia dengan mengambil PKI sebagai objeknya, yang berlangsung pada masa pasca kemerdekaan sampai akhir pemerintahan Orde Lama.

D. Perumusan Masalah

(13)

nasional pada waktu itu, terlebih-lebih memahami bagaimana langkah-langkah PKI untuk mewujudkan negara komunis.

Dari asumsi tersebut diperoleh turunan pertanyaan yang kemudian penulis mencoba untuk mendiskusikannya, yaitu:

- Konstribusi apa yang telah diberikan Mohammad Hatta dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia?

- Apakah Partai Komunis Indonesia (PKI) itu dan bagaimanakah pemikiran-pemikiran atau ide-ide PKI tentang negara komunis?

- Kritik-kritik apa saja yang disampaikan Bung Hatta terhadap PKI?

E. Metodologi Penelitian

Berkaitan dengan tema besar dari penelitian yang penulis lakukan yakni studi tokoh dan pemikiran politiknya, maka metode yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Dengan demikian sang tokoh dan peristiwa historis yang dimaksud senantiasa menjadi fokus analisa yang diharapkan dapat memberikan gambaran utuh dan objektif bagi kepentingan dunia akademis.

(14)

maka salah satu diantaranya adalah terpenuhinya data-data yang orisinil melalui penelitian kepustakaan yang juga menjanjikan objektifitas terhadap objek kajian yang akan dianalisa; ketiga, kajian kepustakaan dilakukan sebagai langkah awal dari upaya pengumpulan data, dan kemudian sebagai langkah alternatif dari upaya riset lapangan, dimana riset lapangan tersebut membutuhkan waktu yang sangat panjang.

Metodologi penelitian ini didukung dengan teknis penulisan, dalam hal ini mengacu pada buku petunjuk “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang diterbitkan UIN Jakarta Press.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan atas penelitian ini dibagi atas beberapa bab, yang masing-masing bab mempunyai sub bab yang satu sama lainnya saling berkaitan.

Bab I Pendahuluan yang di dalamnya membahas secara global permasalahan yang tercakup dalam skripsi ini meliputi; latar belakang masalah; kemudian dilengkapi dengan pembatasan dan perumusan permasalahan; dan bagian yang terpenting lain dalam penelitian, yaitu metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

(15)

berbagai organisasi yang pernah ditekuninya sampai dengan perjuangan Mohammad Hatta dalam menegakkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Bab III Pada bab ini penulis akan membahas tentang komunis dan latar belakang lahirnya komunis secara umum dan pengertian komunis, komunis dalam kontek ke-Indonesiaan, latar belakang berkembangnya komunis di Indonesia, dan PKI sebagai wujud gerakan komunis.

Bab IV Pada bab ini penulis mengupas tentang pemikiran sang tokoh sebagai pelaku sejarah yang diantaranya tentang pandangan Bung Hatta terhadap komunis secara umum dan di Indonesia, kritik-kritik Bung Hatta terhadap perkembangan PKI.

(16)

BAB II

SEJARAH SINGKAT MOHAMMAD HATTA

Antara Mohammad Hatta dengan sejarah Indonesia terdapat hubungan timbal balik yang unik. Hatta ikut dipengaruhi sejarah Indonesia, dan sebaliknya pula Hatta ikut menentukan arah perkembangan sejarah Indonesia itu sendiri.

Mohammad Hatta terkenal sebagai seorang nasionalis dan demokrat. Ini bisa dilihat dari awal kiprahnya dalam dunia pergerakan pada masa pra kemerdekaan. Schulte Nordholt, seorang mantan pejabat kolonial Belanda, memuat nama Bung Hatta sebagai lima pemimpin Asia dengan perpaduan kesadaran agamanya (Islam) dan tradisi (Minangkabau) menumbuhkan rasa nasionalisme untuk kemerdekaan bangsanya yang terjajah dengan pemikirannya yang modern.

(17)

(europeesche Lagere School), lalu ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), kemudian ke PHS (Prins Hendriks School) yang pada kelanjutannya ia melanjutkan belajar ke negeri Belanda. Meskipun Hatta dikenal sebagai seorang muslim yang taat, pendidikan Belanda (umum) bukan menjadi hambatan dalam agamanya untuk siapa saja yang ingin mempelajarinya. Menurut Schulte Nordholt mengatakan bahwa, bagi Hatta modernisme Islam adalah pilihan sewajarnya.7

Realitas kehidupan rakyat Indonesia yang tertindas, diberlakukan tidak adil, dan kesewenang-wenangan yang dilakukan para penjajah menggugah hatinya untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Tetapi hal ini tentulah tidak mudah mengingat persatuan dan kesatuan dirasakan kurang diantara rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan impian tersebut diperlukan suatu wadah atau organisasi yang dapat menyatukan visi dan misi. Oleh karena itu dalam tahap awal pendidikannya, Hatta tidak hanya aktif dalam hal belajar saja, tetapi ia juga aktif dalam organisasi-organisasi, baik organisasi yang bersifat kedaerahan (primordialis) seperti JSB (Jong Sumatranen Bond) maupun yang bersifat nasional seperti PI (Perhimpunan Indonesia) pada masa-masa selanjutnya.

Kematangan Hatta dalam pola berpikir banyak didapatkannya dari pertemuan-pertemuan dengan siswa-siswa lain yang mempunyai misi dan visi yang sama ketika ia belajar di PHS (Prins Hendrik School) ia sering berkunjung ke STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen) yaitu sekolah kedokteran. Di Belanda ia bergabung dalam organisasi PI (Perhimpunan

7

(18)

Indonesia). Pada organisasi inilah titik awal kiprah Mohammad Hatta dalam dunia politik.

A. Gambaran Umum Lingkungan dan Kondisi Sosial Masyarakat

Minangkabau

Ketika revolusi kemerdekaan meletus, Sumatera Barat merupakan salah satu daerah yang paling tegar menghadapi agresi Belanda.8 Mungkin latar belakang ini dapat menerangkan keterlibatan cendikiawan seperti KH. Agus Salim, Natsir, Sjahrir dan Hatta yang berasal dari Minangkabau dalam kepemimpinan nasional yang secara proporsional jauh melebihi perbandingan besar cendikiawan dari daerah lain.

Minangkabau yang sebagian besar wilayahnya termasuk Propinsi Sumatera Barat, dari segi sosio-kultural dan agama mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan dengan suku bangsa lainnya yang ada di Indonesia. Karena di daerah ini berlaku sistem sosial yang matrilineal, dimana garis keturunan seseorang ditarik dari pihak ibunya bukan ditarik dari keturunan laki-laki atau ayah (patrilineal). Berbeda dengan daerah-daerah yang berada di Indonesia pada umumnya, dimana garis keturunan ditarik dari pihak bapak. Jadi, sistem dalam keluarga Minangkabau seorang anak laki-laki mempunyai tanggung jawab penuh terhadap kemenakannya, bukanlah ayah terhadap anaknya. Seperti halnya laki-laki dalam kelurga Minangkabau, Hatta mempunyai tanggung jawab terhadap kemenakannya.

8

(19)

Begitu pula dalam pembagian harta warisan seperti sawah, ladang dan tempat kediaman, kaum wanita menduduki tempat yang dominan. Seperti dilukiskan dalam legenda Lindu Mato, wanita dalam hal ini bundo kanduang sebagai ratu adalah rajo usali (raja sebenarnya), sementara putranya Dang Tuangku sebagai “Raja Alam” hanya berfungsi sebagai pelaksana pemerintah sehari-hari. Bundo kanduanglah yang menjadi sumber pengetahuan, kebijaksanaan dan adat-istiadat bagi Dang Tuangku.9

Meskipun menganut sistem matrilineal, namun dalam hal sistem kekuasaan Minangkabau bukanlah penganut matriakhaat. Kekuasaan pada prakteknya dalam kehidupan sehari-hari dipegang oleh Mamak; saudara laki-laki ibu. Dengan demikian pemusatan kekuasaan tidak berada di tangan wanita seperti yang terdapat pada kekuasan matriakhaat. Laki-laki dan perempuan mempunyai peranan dan kedudukan sendiri-sendiri yang sama pentingnya.10

Jika kedudukan laki-laki pada segi lain dipandang rendah dan tak berkuasa apa-apa dalam pepatah Minang disebut “bagai abu di atas tunggul”, adalah dalam kontek hubungan yang terjadi melalui perkawinan. Dalam hal ini (suami orang Sumando), menurut adat Minangkabau, tidak berkuasa atas anak maupun harta dalam keluarga isterinya. Anak-anak berada dalam kekuasaan mamaknya. Sang suami hanya berkuasa dalam keluarga asalnya –sebagai mamak dari kemenak-kemenakannya- tidak dalam keluarga isterinya. Karena itu jika bercerai dengan

9

Azyumardi Azra, Surau di Tengah Krisis; Pesantren dalam Perspektif Minangkabau dalam M. Dawam Rahardjo (ed), Pergulatan Dunia Pesantren; Membangun dari Bawah, (Jakarta: P3IM, 1985), cet. I, h. 150

10

(20)

isterinya, maka sang suami tadi keluar dari rumah hanya dengan membawa pakaian yang melekat di tubuhnya. 11

Sistem adat Minangkabau yang unik itu semakin unik dan khas, bisa dilihat dalam hubungannya dengan Islam. Menurut falsafah hidup Minangkabau, tidak ada pertentangan antara adat dengan agama. Keduanya berjalan seiring tanpa harus terlibat konflik, karena adat sebagai institusi kebudayaan berlaku dalam masyarakat setelah mendapat legitimasi dari agama. Hubungan adat dan agama yang demikian itu dengan indah sekali diungkapkan dalam pepatah : adat bersandi syara, syara bersandi kitabullah (adat bersendi syara, syara bersendi kitabullah).12 Hubungan adat dan agama lebih lanjut digambarkan dalam lambang kelengkapan sebuah nagari di Minangkabau, yaitu balai adat dan masjid. Tidaklah lengkap dan sempurna sebuah nagari, bila salah satu dari yang dua itu tidak ada. Balai adat adalah lembaga kebudayaan, sedangkan masjid merupakan lembaga agama. Kedudukan masjid, di samping sebagai balai adat juga pernyataan keharmonisan ninik mamak dan alim ulama dalam masyarakat Minangkabau.13

Bagaimanapun juga hubungan antara adat dan agama demikian, jika ditelusuri dari sejarah Minangkabau sesungguhnya tercapai setelah melalui proses yang cukup panjang, dan berkaitan erat dengan konsepsi “Alam Minangkabau”. Pola hubungan antara agama dan adat itu tercapai setelah berlangsung proses islamisasi secara terus-menerus di dalam masyarakat Minangkabau, terutama dengan

11

Hamka, Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi, (Jakarta: Tekad, 1963), h. 49

12

Taufik Abdullah, “Tidak Generasi Kerdil”, Rikard Bagum (ed) dalam Bung Hatta (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003), cet. Ke-1, h. 15

13

(21)

pengenalan gagasan-gagasan baru dalam Islam yang dibawa oleh orang-orang Minangkabau yang kembali dari Mekkah, Madinah dan Mesir.

Pembaharuan dalam penghayatan dan pengamalan Islam inilah yang menimbulkan dinamika sekaligus konflik dalam masyarakat Minangkabau. Hamka mencatat, gerakan pembaharuan di Minangkabau adalah gerakan paham Islam yang pertama kali berlangsung di Indonesia akibat proses pembaharuan di Minangkabau. Daerah ini kemudian memegang peranan penting dalam menyebarkan ide-ide pembaharuan Islam ke daerah-daerah lain sementara di Minangkabau telah muncul tanda-tanda pertama pembaharuan, ketika itu pula daerah-daerah lain kelihatan hampir tenggelam dalam kegiatan keagamaan praktik tradisional.14

Gerakan pembaharuan pemahaman Islam tak pelak lagi menimbulkan krisis dalam masyarakat Minangkabau. Premis-premis kultural dan adat yang merupakan paradigma dominan selama ini mulai goyah. Keinginan sementara masyarakat Minangkabau untuk mempertahankan validitas nilai dan premis-premis kultural yang ada serta kebutuhan untuk menutupinya dengan elemen-elemen baru yang dibutuhkan menimbulkan konflik nilai dan sosial serta usaha yang tak kunjung berhenti guna merumuskan kembali konsepsi Alam Minangkabau yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.

Sekolah-sekolah Belanda sebagai sistem pendidikan modern di Sumatera secara tidak langsung menjadi ‘tandingan’ sistem pendidikan surau muncul sebagai hasil dari dihapusnya sistem belasting (pajak) dan diberlakukannya

14

(22)

kewajiban bagi para penduduk untuk menjual hasil kopi (monopoli) kepada Kompeni Belanda. Pada kelanjutan kehidupan Hatta, ia lebih memilih jalur pendidikan ini. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada sub bab berikutnya.

Pendirian sekolah-sekolah yang pada awalnya dikhususkan pada kalangan raja atau penghulu adat dan calon pegawai yang akan duduk di pemerintahan kemudian berangsur-angsur menjadi sekolah guru. Pada dasa warsa abad 20 suasana optimis menghadapi masa depan telah mulai bersemi di kota-kota Minangkabau. Pemulihan perekonomian rakyat setapak demi setapak menunjukkan kemajuan setelah mengalami peperangan selama hampir setengah abad.

(23)

tidak pernah dilupakannya.15 Pemberontakan ini dapat dipadamkan dalam waktu yang relatif sebentar yaitu antara dua sampai tiga bulan saja.

Berakhirnya sistem tanam paksa (monopoli) dan diberlakukannya sistem belasting ternyata memberi kesempatan yang lebih luas bagi anak negeri untuk terlibat dalam ekonomi pasar. Terlebih-lebih ketika terbukanya pintu ke pantai timur ke Selat Malaka, maka kemajuan ekonomi rakyat semakin menaik juga. Penetrasi ekonomi pasar yang semakin jauh ini juga memberi dampak dalam tata perilaku sosial, bahkan juga mulai menggugah sistem status sosial. Dalam masa inilah terjadinya pertumbuhan sekolah-sekolah dan terjadinya peningkatan siswa-siswa yang belajar di sekolah.

Pergolakan intelektual yang melanda Sumatera tidak hanya berdampak pada kaum laki-laki saja, tetapi juga berimbas pada kaum perempuan. Hal ini ditandai dengan diserukannya kewajiban pendidikan bagi perempuan oleh Datuk Sutan Maharaja. Ia juga mendirikan beberapa kursus tenun bagi perempuan dan menerbitkan surat kabar perempuan Soenting Melajoe.

Tetapi bagaimanapun juga perkembangan intelektual di Sumatera tidak terlepas dari keinginan untuk mempertahankan sesuatu yang dianggap dan terbukti baik (konservatif). Hatta sebagai orang yang merasakan berada dalam situasi multikultural dan suasana hirarki sosial yang ditentukan oleh ras dan sebagai anak zamannya tidak terlepas dari pengaruh sosio kultural Minangkabau yang selalu dibayang-bayangi oleh mitos Plakat Panjang.16

15

Taufik Abdullah, Tidak Generasi Kerdil, h. 23

16

(24)

B. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

Pada tanggal 12 Agustus 1902 Mohammad Hatta dilahirkan di Bukittinggi dari sebuah keluarga yang berlatar belakang surau di Batu Hampar, yaitu sebuah kampung di pingir jalan antara Bukittinggi dan Payakumbuh. Hatta merupakan anak kedua, sedangkan kakaknya bernama Rafi’ah.

Hatta kecil diberi nama oleh kakeknya dengan nama “Attar” yang berarti wewangian atau parfum. Dengan maksud supaya dengan nama tersebut sang kakek berharap cucunya di kemudian hari menjadi mashur dan harum namanya. Namun karena orang-orang Minangkabau sukar untuk menyebut nama “Attar” maka dalam kesehariannya nama tersebut berubah menjadi “Atta”. Nama ini dalam perkembangan selanjutnya menjadi nama baru yaitu “Hatta”.17

Ayahnya bernama Muhammad Djamil, seorang keturunan ulama besar di surau Batu Hampar yaitu Syaikh Abdurrahman.18 Ayahnya adalah seorang pedagang, ia tidak melanjutkan kehidupan ulama seperti kakeknya, karena pamannya yang menggantikan datuknya di surau tersebut. Tetapi hal ini tidaklah melepas pengaruh agama dari dirinya, karena memang semasa kecilnya ia sudah dididik agama baik ibadah maupun perilakunya dengan sangat disiplin. Tapi sayang Hatta kecil tidak pernah memperoleh kesempatan untuk mengenal ayahnya, karena ayahnya meninggal dunia dalam usia 30 tahun, sewaktu Hatta masih berumur 8 bulan.

17

Meutia Farida Swasono, Bung Hatta; Pribadinya dalam Kenangan, (Jakarta: UI Press, 1980), cet. ke-2, h. 5

18

(25)

Ibunda Mohammad Hatta bernama Siti Saleha binti Ilyas Bagindo Marah.19 Ibunya berasal dari kalangan pedagang. Kakeknya, Ilyas Bagindo Marah adalah seorang pedagang besar, ia biasa disapa oleh Hatta dengan sebutan Pak Gaek. Beberapa paman Hatta dari keturunan Pak Gaek ini juga menjadi pengusaha besar di Jakarta. Sepeninggal ayahnya, ibunya Siti Saleh menikah lagi dengan Haji Ning seorang pedagang asal Palembang. Haji Ning adalah kenalan dagang kakek Hatta, Pak Gaek. Hubungan Hatta dengan ayah tirinya sangat bak, haji Ning menganggap Hatta sebagai anak kandungnya sendiri. Karena sikapnya yang terlalu baik dan kasih sayang yang diberikannya itulah, sampai-sampai Hatta tidak menyangka bahwa haji Ning adalah ayah tirinya bukan ayah kandungnya.

Dalam masalah pendidikan kakek Hatta, Syaikh Abdurahman Batu Hampar menghendaki agar Hatta memperdalam ilmu agama. Hal ini diungkapkan ketika kakeknya Syaikh Abdurahman bermaksud akan ke Mekkah ia ingin membawa Hatta melanjutkan pelajaran di bidang agama, kemudian ke Mesir (Al-Azhar) yang dimaksudkan ketika Hatta kembali ke Minangkabau dapat meningkatkan kualitas keilmuan di surau Batu Hampar yang memang sudah menurun setelah ditinggal oleh Syaikh Abdurrahman. Akan tetapi keluarga ibunya dan seorang pamannya berkeberatan karena menganggap Hatta masih terlalu kecil. Dan pamannya mengusulkan agar paman Hatta yang bernama Idris menjadi pengganti Hatta. Akhirnya pada masa-masa selanjutnya pilihan melanjutkan belajar ke Mesir dan Mekkah tidak banyak dibicarakan.

19

(26)

Di masa kecil Hatta bersekolah di Bukittinggi di Padang di ELS (Europeesche Lagere School) yaitu sekolah dasar untuk orang kulit putih. Sekolah tersebut berbahasa Belanda. Di sekolah dasar ini Hatta sampai tahun 1913 kemudian melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lagere School) sampai tahun 1917.

Di samping sekolah umum Hatta kecil juga gemar belajar agama. Di Bukittinggi ia belajar agama di surau Nyik Djambek, sedangkan di Padang ia belajar agama kepada Haji Abdullah Ahmad (seorang dermawan yang menyantuni pelajar di sekolah Belanda).20 Kedua ulama tersebut merupakan ulama pembaharu di Minangkabau yang sangat berpengaruh di Indonesia.

Hatta dikenal sebagai orang yang kaku dalam hal waktu, sehingga apabila ada yang berjanji dengannya pada jam yang sudah ditentukan dan yang bersangkutan terlambat, maka ia tak segan-segan menolak untuk menemui orang yang terlambat tersebut.

Kedisiplinan tersebut didapatkan karena interaksinya dengan kedua guru agama maupun dengan kalangan serikat usaha yang sangat disiplin. Disiplin hidup itu juga menyangkut soal ibadah, akhlak dan moral. Dalam soal pengaruh ajaran Islam sangat kuat dalam diri Hatta. Sehingga dalam seluruh hidupnya dapat digambarkan, Hatta memperlihatkan pribadi yang asketik, tidak flamboyan dan sederhana. Ucapan dan tindakannya memperlihatkan bobot humanisme yang prosfektif, tidak ekslusif. Hatta taat beragama, tapi memperlihatkan pemahaman yang tinggi terhadap agama lain.

20

(27)

Hatta mulai terjun dalam dunia organisasi semenjak ia bersekolah di MULO. Organisasi yang pertama kali dilakoninya adalah JSB (Jong Sumateranen Bond) cabang Padang sebagai bendahara. Hatta sangat tekun mengikuti kinerja pergerakan nasional ketika ia masih bersekolah di Padang, terlebih-lebih di Jakarta. Dua tokoh nasional yang ketika Hatta bersekolah di Padang sering membangkitkan semangat rakyat adalah H. Agus Salim dan Abdoel Muis.21

Setelah lulus dari MULO Hatta melanjutkan sekolahnya di Jakarta yaitu di PHS (Prins Hendrik School) atau sering disebut sekolah dagang Prins Hendrik. Setelah di Jakarta tentulah wawasan Hatta dalam pergerakan nasional bertambah luas dan dalam. Hal ini dikarenakan intensitas pertemuan, berdiskusi atau bertukar pikiran diantara siswa STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen) atau sekolah kedokteran yang siswanya banyak berasal dari Minangkabau Sumatera. Keuntungan ini diperolehnya karena kapasitasnya sebagai bendahara pusat JSB. Hatta juga sering berkunjung ke rumah H. Agus Salim yang terkenal sangat dekat hubungannya dengan pemuda. Rumah H. Agus Salim ketika itu dijadikan pusat kaderisasi pemuda secara tidak resmi. Dan oleh H. Agus Salim pulalah Hatta mendapat penjelasan mengenai sosialisme menurut Islam.22

Setelah lulus dari PHS Hatta merumuskan untuk melanjutkan studinya ke Netherland, Belanda. Ia melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi Dagang (Nederlansche Handels Hooge School) di Rotterdam. Keputusan untuk melanjutkan studinya ke Belanda tentu saja mengundang banyak pertanyaan.

21

Deliar Noer, Mohammad Hatta; Hati Nurani Bangsa 1902-1980, h. 20

22

(28)

Hatta seorang keturunan orang yang taat beragama dan sangat tidak senang negerinya dijajah, malah berbalik belajar ke negeri penjajah.

Memang seperti telah dijelaskan di atas ada perbedaan mengenai masalah pendidikan Hatta. Dari keluarga ayahnya menginginkan agar Hatta memperdalam ilmu agama, sedangkan dari pihak keluarga ibu menginginkan agar Hatta melanjutkan pelajaran kepada ilmu umum.

Setelah melanjutkan sekolahnya ke Belanda, Hatta bukan saja termasuk mahasiswa yang kutu buku saja akan tetapi ia aktif dalam berorganisasi. Salah satu organisasi yang dilakoninya adalah Indische Vereniging (Perkumpulan Hindia) yang didirikan pada tahun 1908, yaitu sebuah organisasi yang pada mulanya bergerak di bidang sosial sebagai forum tempat bertemunya para siswa yang merantau ke negeri Belanda. Tetapi pada kelanjutannya, Indische Vereniging meluaskan wawasannya kepada persoalan tanah air setelah tiga tokoh partai hindia (Indische Partij) dibuang ke negeri Belanda tahun 1913, yaitu Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantoro), Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo. Organisasi tersebut kemudian berpindah haluan menjadi organisasi politik dalam hubungan dengan perkembangan tanah air ketika pelajar nasionalis yang melanjutkan studinya ke negeri Belanda bertambah banyak. Para pelajar tersebut merupakan pelajar yang semasa di Indonesia aktif dalam pergerakan Jong Java (Jawa Madura), Jong Sumatranen Bond dan Budi Utomo.23

Setelah diadakan rapat dan pada tahun 1924 Indische Vereniging berganti nama menjadi Indonesiche Vereeniging dan setahun kemudian menjadi

23

(29)

Perhimpunan Indonesia (PI). Dan pada tahun 1924 majalah Hindia Poetra (terbit tahun 1916) yang terbit di bawah bendera PI berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.24 Perubahan nama ini dimaksudkan untuk lebih mencerminkan tujuan politik Perhimpunan Indonesia yaitu menuju kemerdekaan Indonesia. Dalam organisasi dan surat kabar ini Hatta banyak menuangkan ide-ide dan pemikirannya untuk kemajuan rakyat dan bangsa Indonesia dan saran-saran positif bagi perjuangan bangsa Indonesia.

Pada tahun 1926 tampuk kepemimpinan Perhimpunan Indonesia jatuh ke pundak Hatta sampai tahun 1930. Hal ini menyebabkan keterlambatan Hatta dalam menyelesaikan studinya. Tetapi hal ini juga menambah kematangan Hatta, karena ia mengambil pelajaran yang baru diperkenalkan di sekolahnya yaitu Ilmu Tata Negara.

Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi politik yang mengklaim sebagai kelompok nasionalis Indonesia di negeri Belanda yang merasa kecewa terhadap gerakan nasionalisme di Indonesia, terutama terhadap SI (Syarekat Islam) dan PKI (Partai Komunis Indonesia). Perhimpunan Indonesia kurang sepaham terhadap SI, karena lebih menonjolkan keislamannya, sedangkan terhadap PKI dengan cara-cara yang dilakukan PKI kurang disukainya. Oleh karena itu Hatta dan kawan-kawan merumuskan bahwa Perhimpunan Indonesia harus diarahkan untuk mencapai tiga tujuan:25

24

Deliar Noer, Mohammad Hatta; Hati Nurani Bangsa 1902-1980, h. 22

25

(30)

a. Agar kawan-kawan sepergerakan (PI) semakin merasa diri sebagai orang Indonesia dan mengembangkan komitmen yang bulat kepada Indonesia yang bersatu (nasionalis)

b. Perhimpunan Indonesia harus berusaha menghapuskan gambaran tentang Indonesia yang diciptakan oleh bangsa Belanda.

c. Mereka harus mengembangkan suatu ideologi yang kuat dan bebas dari pembatasan Islam dan komunisme.

C. Perjuangan Mohammad Hatta dalam Menegakkan Kemerdekaan

Republik Indonesia

Mohammad Hatta sebagai seorang pergerakan, pejuang, politikus dan proklamator banyak memberikan sumbangsihnya untuk kemerdekaan Indonesia. Semasa kecilnya ia sudah melihat dan merasakan ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan ketertindasan rakyat Indonesia yang dilakukan oleh penjajah. Karena latar belakang itulah yang menyebabkan terbukanya hati nuraninya untuk mewujudkan Indonesia merdeka, baik dengan pikiran, tenaga bahkan jiwa dan raganya.

Ketertindasan ini dirasakan karena kurang bersatunya rakyat Indonesia dalam melawan penjajah itu sendiri. Oleh karena itu langkah awal yang diambil Mohammad Hatta dalam upaya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah dengan pergerakan dan organisasi politik sebagai wadah pemersatu.

(31)

belajar selanjutnya, beliau selalu aktif dalam berorganisasi untuk menambah kematangannya dalam pergerakan.

Bagi Hatta organisasi sangat diperlukan untuk menuju ke arah Indonesia merdeka. Selain pengkaderan atau kaderisasi dalam organisasi juga sangat diperlukan, supaya organisasi tetap eksis dalam pergerakan. Hal ini diharapkan kontinuitas dalam tubuh organisasi itu sendiri, jika pucuk pimpinan terganjal masalah, organisasi atau pergerakan tersebut tidak putus sebelum tujuan tercapai. Karena dengan adanya kaderisasi akan timbul kader-kader baru yang siap melanjutkan misi yang belum terlaksana. Inilah hal yang sangat ditekankan oleh Bung Hatta.

Kalau dapat kita deskripsikan perjuangan Hatta untuk mewujudkan Indonesia merdeka lebih banyak dan matang di dalam pemikiran, wacana-wacana dan organisasi. Secara garis besar perjuangan Hatta dalam menegakkan kemerdekaan Indonesia dapat ditelusuri di bawah ini.

Pada tahun 1917-1920 masuk organisasi Jong Sumatrenan Bond (JSB) di Padang dan menjabat sebagai Sekretaris dan Bendahara dan aktif dalam penerbitan Soeara Perempoean yang menyuarakan perjuangan kemerdekaan. Dan ketika bersekolah di PHS (Prins Hendrik School) ia aktif kembali pada organisasi yang sama dan menjabat sebagai bendahara pimpinan pusat JSB.26

Pada tahun 1922-1924 Hatta aktif dalam Perhimpunan Indonesia (PI) yang berkedudukan di Belanda. Pada mulanya Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan

26

(32)

organisasi sosial tetapi kemudian berangsur menjadi organisasi politik. Dalam organisasi ini Hatta menjabat sebagai Bendahara.

Pada tahun 1926-1930 Hatta terpilih menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia yang menyebabkan ia agak telat menyelesaikan pendidikannya. Tetapi menambah kematangannya dalam berorganisasi. Dan pada tahun ini ia pula ia menjabat sebagai wakil Indonesia di Liga Anti Imprealis. Akibat politiknya dalam Liga, ia sempat dipenjarakan, tapi tak lama kemudian dibebaskan.

Pada tahun 1930-1941 sekembalinya dari Belanda, berdasarkan kontrak politik dan perjanjiannya dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) Hatta mendirikan partai dan menjadi ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Pendidikan. Pada tahun 1933 Mohammad Hatta kembali ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda dan dipenjarakan, lalu dibuang ke Boven Digul (Irian Barat) kemudian dipindahkan ke Banda Neira.

Pada tahun 1942-1945 pemerintah militer Jepang mengangkatnya sebagai penasehat pemerintah militer Jepang. Pada tahun yang sama ia ditunjuk sebagai penasehat pimpinan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat). Menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang kemudian berubah menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada tanggal 17 Agustus 1945 bersama Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Setahun kemudian PPKI memilihnya menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia.

(33)

menjadi delegasi Indonesia pada Konfrensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag Belanda untuk merundingkan penyerahan kekuasan pemerintah dari tangan Belanda yang membawa Indonesia ke bentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS).

(34)

BAB III

KOMUNIS DALAM KONTEK KEINDONESIAAN

A. Latar Belakang Lahirnya Komunis

Pada dekade abad 20 komunisme merupakan momok menakutkan bagi kalangan kapitalisme dan liberalisme. Komunisme lahir dan berkembang tidak terlepas dari beberapa tokoh yang merupakan sebagai pendiri dan penggerak dalam dunia komunis itu sendiri, terlebih-lebih Karl Marx. Karl Marx dikenal sebagai “Bapak Komunis” bahkan menurut Hatta ada pengikut Marx yang menganggap Marx sebagai “Nabi” yang akan memimpin kaum buruh ke alam bahagia.27

Teori-teori Marx dipakai sebagai dasar demokrasi dari negara-negara yang berpaham komunis yaitu diktator proletariat. Komunisme memandang bahwa paham yang bukan lahir dari komunis adalah salah dan musuh. Prinsip komunis ini dapat dilihat ketika pada masa pra kemerdekaan Indonesia ketika Hatta dan kawan-kawan melakukan kontrak politik dengan tokoh PKI terutama Semaun yang intinya PKI tunduk di bawah golongan nasionalis. Kejadian ini menyebabkan Semaun dikeluarkan dari Comintren.28

27

Mohammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ekonomi Sosiologi, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk, 2002), cet. ke-4, h. 102

28

(35)

Pertumbuhan dan perkembangan ajaran komunis dimulai dengan gerakan. Dan dalam perkembangannya, paham komunis ini terhitung cepat berkembang di sekitar abad ke 19. Paham ini muncul dalam tatanan masyarakat Eropa Barat yang dalam tatanan sosialnya terjadi kepincangan, yang miskin semakin miskin dengan kehidupannya begitu pula sebaliknya yang kaya semakin kaya dengan kekayaannya. Upah buruh sangat rendah, sedangkan tenaga-tenaga pekerja dioptimalkan untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya bagi para pemilik modal. Hal yang demikian itu ditambah lagi dengan kondisi lingkungan kerja dan lingkungan tempat tinggal yang tidak memungkinkan suatu kehidupan yang layak dan sehat. Tidak adanya hubungan timbal balik yang baik antara pekerja dan pemilik modal menimbulkan gejolak sosial yang mengakibatkan terjadinya revolusi besar-besaran.

Kondisi sosial tersebut tumbuh dan berkembang subur karena para pemilik modal merupakan keturunan bangsawan (feodal). Keadaan ini menggugah hati nurani para cendikiawan Eropa terutama Robert Owen di Inggris, Saint Simon dan Fourier di Perancis yang berusaha membanntu taraf hidup rakyat miskin tersebut.29 Namun demikian cara penyampaiannya kurang diterima dan dicerna oleh kalangan rakyat karena minimnya pengetahuan dan penyampaiannya dengan cara-cara filosofi. Oleh karena itu dapat dikatakan perjuangan para cendikiawan tidak membuahkan hasil, dan tidak membawa perubahan sama sekali.

Di Jerman muncul pula seorang tokoh lain, yaitu Karl Marx. Ia dilahirkan di Trier pada tanggal 5 Mei 1818. Ia merupakan seorang Jerman keturunan Yahudi

29

(36)

yang menganut agama Kristen Protestan.30 Leluhur Marx turun temurun sampai ke datuknya menjabat sebagai rabi, pendeta, hanya bapaknya yang menyimpang dari jalan hidup pendeta. Bapaknya lebih memilih menjadi pengacara dan pada tahun 1824 ia masuk agama Kristen Protestan dan di dalam agama inilah Marx dididiknya.31

Karl Marx menggunakan metode-metode sejarah dan filsafat yang terkenal dengan historis materialisme untuk membangun teori tentang perubahan yang menunjukkan perkembangan masyarakat menuju suatu keadaan dimana ada keadilan sosial. Menurut Hatta teori historis materialisme Marx yang terdapat dalam Manifesto Komunis disandarkan pada dua unsur yaitu ekonomi dan keinsyafan kelas. Motif ekonomi mendorong orang berjuang untuk mencapai bangun produksi yang paling rasional untuk menghasilkan kebutuhan hidup masyarakat. Keinsyafan kelas merupakan tenaga yang mendorong perubahan masyarakat ke jurusan bentuk produksi yang terbaik tersebut, yang menurut Marx yaitu untuk melaksanakan pergantian kapitalis dengan sosialis.32

Marx berpendapat bahwa selama masih adanya kelas-kelas dalam masyarakat, maka kelas yang berkuasalah yang akan menghegemoni masyarakat kelas bawah. Hukum, filsafat, agama dan kesenian merupakan refleksi dari status ekonomi kelas tersebut. Namun, hukum-hukum perubahan berperan dalam sejarah sehingga keadaan tersebut dapat berubah baik melalui suatu revolusi atau jalan damai. Akan tetapi selama masih terdapat kelas yang berkuasa, maka masih akan terjadi ekploitasi terhadap kelas yang lebih lemah. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan

30

Muchtar Pakpahan, Ilmu Negara dan Politik, h. 178

31

Mohammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ekonomi Sosiologi, h. 84

32

(37)

pertikaian antar kelas-kelas tersebut, dan pertikaian akan berakhir apabila kelas yang lemah menang, sehingga terjadilah masyarakat tanpa kelas.33 Melihat keadaan sosial yang merugikan kelas bawah, Karl Marx berpendapat bahwa masyarakat tidak bisa diperbaiki dengan cara tambal sulam, tetapi harus dirubah secara radikal melalui pendobrakan sendi-sendi feodal yang telah menghegemoni kaum proletar, bila perlu cara-cara dilakukan dengan cara kekerasan atau revolusi. Pada awalnya, ide-ide ini dikemukakannya dalam disertasinya di Jena tahun 1842.34 Kemudian ia membuat teori sosialisme ilmiah. Karl Marx tidak berbicara teori saja, tapi kemudian ia melaksanakan teorinya di dalam dunia politik dan berusaha mengapresiasikannya dalam tataran praktis. Karena pahamnya inilah membuat ia terusir dari Jerman dan pergi ke Rusia lalu pindah ke Brussel dan pada akhirnya berdiam di London. Ketika berada di London ia menetap bersama Fredich Engels yang pada akhirnya mencetuskan Manifesto Komunis dan Das Kapital nya yang terkenal tersebut.

Tulisan Marx yang sekaligus merupakan ajarannya itu mencakup semua sendi kehidupan kecuali unsur psikologi. Marx menguraikan hakekat kehidupan manusia yang akhirnya menjadi dasar bertindak daripada pengikut komunis. Marx juga menguraikan masalah perekonomian di negara-negara komunis dan menguraikan demokrasi dalam negara yang pada akhirnya menjadi dasar demokrasi di negara-negara yang berpaham komunis.

Marx berpendapat ideologi dan cita-cita komunisnya selalu dikonfrontasikan dengan alat-alat aparatur negara. Oleh karena itu Marx selalu beranggapan negatif

33

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1999), cet. ke-28, h. 44

34

(38)

terhadap alat negara. Marx mengatakan bahwa alat negara bersifat memaksa. Marx berkeyakinan bahwa masyarakat tidak dapat terus menerus dipaksa hingga suatu saat masyarakat akan bersatu dengan membentuk komune-komune yang akan melepaskan diri dari paksaan yang pada akhirnya akan melenyapkan negara dan membentuk masyarakat komunis.

(39)

Hatta menilai Marx di dalam kerangka teorinya yang begitu logis dan kompak strukturnya tidak memperhatikan unsur-unsur lainnya yang sama penting yaitu psikologi. Hal ini menyebabkan munculnya suatu kejadian yang irasional semata-mata, yaitu munculnya gerakan fasisme dan nazi yang didukung oleh berjuta-juta kaum buruh yang mau bertempur dengan kelas mereka sendiri yang berpaham sosialis dan komunis. Dalam kerangka teori Marx tidak diperhitungkan masalah semacam ini, karena dasar tinjauannya semata-mata ekonomi dengan mengabaikan faktor psikologi.35

Historis materialisme Marx menurut Hatta jika dilihat sebagai teori atau metode ilmiah adalah tepat, tetapi jika historis materialisme sebagai ajaran politik yang mengabaikan psikologi rakyat atau massa dan faktor-faktor lainnya adalah suatu kealfaan yang besar konsekuensinya. Menurut Hatta kealfaan ini disebabkan karena sifat Marx sebagai seorang ilmuwan yang juga dalam menentukan garis politiknya tidak mau menyimpang dari analisa yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmu. Menurut Hatta di sinilah keterangan paradoks apa sebab Marx revolusioner dalam pandangan ilmunya tetapi ortodoks dalam pandangan politiknya.36 Dan yang menerima marxisme sebagai pandangan hidup tidak memusingkan sifat teori historis materialisme yaitu mereka yang menerima marxisme sebagai ajaran agama yang menjanjikan surga di dunia. Bagi penganut marxisme sebagai pandangan hidup (dogmatik) yaitu marxisme tidak dapat dipisahkan dari materialisme inilah yang kemudian berangsur-angsur menjadi komunis.

35

Mohammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ekonomi Sosiologi, h. 107

36

(40)

B. Pengertian Tentang Komunisme

Komunisme sebagai sebuah ideologi yang lahir dari kekacauan dan ketimpangan sosial yang terjadi di Eropa terutama yang dilakukan terhadap buruh. Paham ini pertama kali dikenalkan oleh para cendikiawan di Eropa oleh Robert Owen (1771-1858), Saint Simon (1960-1825) dan Fourier (1772-1837). Tetapi dari sekian banyak teori yang dikemukakan oleh para tokoh tersebut, teori Karl Marx (1818-1883)lah yang dapat diterima dan dicerna dan diterapkan dalam tataran praktisnya.

Menurut teori dialektika historis-nya Marx berpendapat bahwa seluruh perkembangan di jagat raya terjadi akibat adanya konflik. Teori sosialisme Marx telah mengalami beberapa modifikasi yang pada akhirnya melahirkan komunis. Dalam komunisme agama dianggap tidak ada, karena menurut Marx agama adalah candu bagi masyarakat. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa komunisme adalah suatu paham atau pandangan materialistis yang menghapuskan nilai-nilai keyakinan terhadap agama.

Mengenai pengertian komunis Hoetomo MA berpendapat bahwa komunis adalah pandangan atau usaha yang berpijak pada Marx dan Engel dalam penghapusan hak milik perseorangan dan menggantinya sebagai milik bersama yang diatur dalam undang-undang.37 Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadarminta,

37

(41)

komunis adalah usaha penghapusan milik perseorangan dan menggantinya sebagai milik bersama.38

Menurut Marx, komunis merupakan suatu sistem politik yang mencerminkan gaya hidup berdasarkan nilai-nilai atau asas-asas monoisme sebagai lawan terhadap pluralisme sehingga tidak adanya golongan dalam masyarakat. Dalam pandangan Marx, perjuangan kelas adalah motor perkembangan masyarakat, sedangkan dalam perkembangan itu sendiri berlaku menurut hukum dialektik historis.39 Menurut dialektik, tiap-tiap yang ada (position) ada lawannya (opposition) dan pertentangan antar keduanya menimbulkan keadaan baru sebagai kelanjutan (komposition).

Tujuan negara menurut paham ini juga untuk memberikan kebahagiaan hidup yang merata dan sama kepada setiap warganya. Kebahagiaan yang merata itu perlu dipertahankan dengan memberikan mata pencaharian bagi setiap manusia. Karena dengan adanya mata pencaharian maka manusia akan mendapat kehidupan yang layak. Negara juga perlu memberi jaminan bahwa hak-hak asasi manusia tidak akan dilanggar tanpa memandang kelasnya. Namun pada dasarnya memang manusia mempunyai sifat-sifat egois dan keinginan untuk memiliki kelebihan dari manusia yang lainnya, maka untuk menjamin pemberian rezeki yang layak dan merata pengakuan hak asasi dan kebebasan tanpa membedakan manusia maka negara membuat undang-undang.

C. Latar Belakang Berdirinya Komunis di Indonesia

38

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), cet. ke-3, h. 224

39

(42)

Awal kemunculan komunis di Indonesia terjadi pada awal-awal abad kedua puluh dan pada saat didirikannya ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereeniging) yang berdiri pada bulan Mei 1914 dan ditokohi oleh seorang Sneevlet. Dengan demikian transformasi yang dialaminya menjadi PKI yang lebih modern pada tahun 1920.

Sneevlet datang ke Hindia Belanda pada tahun 1913 ketika ia masih menjadi anggota Sociaal Democratische Arbeiderpartij (SDAP) yang revesionis dan Sociaal Democratische Partij (SDP) yang lebih radikal. SDP ini merupakan embrio daripada Partai Komunis Belanda. Di Hindia Belanda ia bergabung dengan staf editorial Soerabajasch Handeldsblad di Surabaya dan kemudian menjadi sekretaris di Handelsvereeninging (semacam perkumpulan dagang) di Semarang dan menjadi editor pada koran De Volharding milik VSTP (Vereeninging van Spoor enTramweg Personeel). Artikel yang ditulisnya pada tahun 1917 menyebabkan dia dituntut oleh pemerintah Hindia Belanda karena dianggap memprovokasi rakyat Hindia Belanda. Dalam artikelnya ia mengemukakan bahwa kekuasaan Belanda di Hindia Belanda yang menjadi kekuasaan Tsar di Rusia hanya akan terjadi apabila orang-orang Indonesia menyetujuinya.

(43)

organisasi-organisasi lainnya. Keberhasilannya dalam menggalang dan menyebar luaskan paham komunis di Belanda dan Hindia Belanda menempatkannya sebagai Direktorat Propaganda dalam Comintern untuk wilayah Timur Jauh.40

Dalam pandangan komunis internasional sesesungguhnya masyarakat Indonesia sejak berabad-abad sebelumnya telah memiliki aspek yang dipandang sebagai sifat-sifat komunistik. Hal ini dapat dilihat dari cara penyelenggaraan pemenuhan keperluan hidup sehari-hari seperti gotong-royong dan konsep pemilikan tanah secara bersama yang sebenarnya telah ada sejak masa sebelum lahirnya kekuasaan feodal maupun kekuasaan kapitalistik ternyata dapat bertahan dan tidak tergoyahkan di berbagai wilayah pedesaan di Indonesia. Konsep-konsep tradisional itulah yang bersamaan dengan berbagai faktor lainnya belakangan memainkan peranan yang amat penting bagi modifikasi terhadap marxisme khas Indonesia.41

Menurut Hatta pandangan komunis internasional tentang Indonesia bukanlah aspek yang bersifat komunistik. Pendapat tersebut terbantahkan, karena menurut Hatta hal itu merupakan sendi demokrasi asli yang terdapat di wilayah-wilayah Indonesia yang tercermin dalam tiga aspek.42 Pertama cita-cita rapat yang hidup dalam sanubari rakyat Indonesia yaitu musyawarah mufakat. Kedua cita-cita massa protes yaitu hak rakyat untuk merdeka bergerak, merdeka berkumpul dan berserikat, ketiga cita-cita tolong menolong. Hatta berpendapat bahwa sanubari

40

Peter Edman, Komunisme Ala Aidit; Kisah Partai Komunis Indonesia di Bawah Kepemimpinan DN. Aidit 1950-1965, (Jakarta: Center of Information Analysis, 2005), cet. ke-1, h. 11-12

41

Peter Edman, Komunisme Ala Aidit; Kisah Partai Komunis Indonesia di Bawah Kepemimpinan DN. Aidit 1950-1965, h. 13

42

(44)

rakyat Indonesia penuh dengan rasa kebersamaan (kolektif) sehingga jika seseorang ditimpa musibah maka ia tak perlu membayar orang lain untuk membantu melainkan ia ditolong bersama-sama oleh orang desa lainnya. Menurut Hatta disinilah tersimpan sendi perekonomian berkoperasi. Bila diperhatikan bahwa tanah sebagai mata penghasilan bagi masyarakat di desa terhitung milik bersama, orang hanya mempunyai hak memakai. Hal ini menandakan bahwa persekutuan asli di Indonesia memakai asas kolektivisme yang berdasarkan pada desentralisasi yaitu tiap-tiap bagian berhak menentukan nasibnya sendiri dan bukan berdasarkan sentralisasi (satu pimpinan dari atas). Bukti ini menurut Hatta terdapat pada sifat hak ulayat atas tanah, bukan negeri pada umumnya yang mempunyai hak ulayat tanah tersebut melainkan desa.

Menurut Hatta tiga sendi demokrasi asli Indonesia jika lingkungan dasarnya dijabarkan dan disesuaikan dengan kemajuan jaman, sendi tersebut menjadi dasar kerakyatan yang seluas-luasnya yaitu kedaulatan rakyat.43 Di atas sendi yang pertama dan yang kedua dapat didirikan tiang-tiang politik daripada demokrasi yang sebenarnya yaitu pemerintahan negeri yang dilakukan oleh rakyat dengan perantara wakil-wakilnya atau badan perwakilan sedangkan yang menjalankan kekuasan pemerintahan senatiasa takluk kepada kemauan rakyat. Dan di atas sendi yang ketiga dapat didirikan tonggak demokrasi ekonomi.

Dengan demikian varian komunisme yang diterapkan di Indonesia memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan konsep aslinya yang berasal dari Eropa. Hal ini dapat kita telusuri melalui tulisan Mortimer pada tahun 1978 yang

43

(45)

mengatakan bahwa: ”di Asia terdapat berbagai kecendrungan-kecendrungan nyata yang menuju ke arah sebuah interpretasi yang revolusioner terhadap Marxisme yang bertentangan secara mendasar dengan banyak elemen skematik dalam Marxisme, tetapi meskipun demikian ia masih memegang teguh semangat revolusioner Marxisme.44

Hal serupa juga pernah dicermati oleh Lenin yang melihat kondisi Asia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya berbeda dengan apa yang dihadapi di Eropa dalam pidatonya di hadapan para pemimpin komunis di negara-negara timur pada tahun 1919 yang mengatakan bahwa:

“Anda menghadapi sebuah tantangan yang sebelumnya belum pernah dihadapi oleh orang-orang komunis di seluruh dunia; dasarkanlah diri anda pada teori-teori komunis secara umum dan terapkan serta sesuaikan diri anda dengan kondisi-kondisi khusus yang tidak dijumpai di negara-negara Eropa. Anda harus dapat menjalankan teori ini dan menerapkannya pada keadaan dimana massa utama adalah masyarakat petani, dimana anda harus menyelesaikan tugas perjuangan yang bukannya melawan kaum kapitalis, melainkan melawan sisa-sisa abad pertengahan”.45

Pada kenyataannya memang terdapat varian berbeda antara marxisme di Asia dan Eropa. Di Asia terutama di Indonesia, marxisme merupakan ekspresi-ekspresi kemarahan, kekejaman yang melanda masyarakat petani, ketidak adilan, penjajahan menjadi landasan elemental untuk meraih perubahan ke arah kebaikan. Sedangkan di negara asalnya Eropa, marxisme merupakan sikap ketidaksabaran terhadap tradisi, sifat-sifat khas kebudayaan dan sebagai sikap akomodatif

44

Mortimer “Contributions to Asian Marxism” sebuah makalah dalam konfrensi Marxisme and Asia, dalam Peter Edman Komunisme Ala Aidit; Kisah Partai Komunis Indonesia di Bawah Kepemimpinan D.N. Aidit 1950-1965, (Jakarta: Center of Information Analysis, 2005), cet. ke-1, h. 11-14

45

(46)

terhadap keberagaman. Jadi yang menjadi faktor penentu utama dalam marxisme adalah rakyat yang terbangkitkan dari mimpi buruk.

Di Asia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya masa depan dipahami sebagai revitalisasi dan transformasi wilayah pedesaan ke arah yang positif dan dipergunakan secara ketat dalam pencapaian tujuan-tujuan yang bersifat egaliterian, partisifatoris dan pembebasan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Herber Feith agar jangan terjadi pengabaian terhadap faktor penting bagi perkembangan komunis Indonesia: “Jika kita membiarkan diri kita menjadi demikian terlibat dalam politik populis di perkotaan dan politik konstituensi internasional, kita akan mengabaikan sekelompok masyarakat dengan siapa kita menjalin suatu hubungan yang demikian bermakna di masa lalu dan dari siapa kekuatan politik nyata kita selalu berasal, yakni rakyat petani Indonesia.”46 Objek petani inilah yang pada masa-masa selanjutnya dicermati sebagai objek dasar bagi perkembangan komunis di Indonesia, yaitu pada masa PKI dipimpin oleh Aidit dan akan dijadikan sasaran utama kegiatan partai.

Menurut Aidit untuk membangun sebuah basis massa partai, petani merupakan suatu elemen yang sangat penting. Petani merupakan basis yang disekutukan dengan basis partai di perkotaan di semua front di seluruh wilayah nasional. Jika hal ini terjadi, maka perkembangan baru bagi komunis di Indonesia bahwa dengan sebuah basis yang besar ini komunis tidak dapat dikalahkan pada langkah-langkah ekspansi selanjutnya.

46

(47)

Untuk mengetahui lebih jauh tentang komunis di Indonesia, dapat kita telusuri perkembangan komunis dari jaman penjajahan pemerintah kolonial Belanda yang sering kita sebut sebagai jaman pra kemerdekaan sampai dengan masa kemerdekaan. Perkembangan komunis sendiri terbagi dalam beberapa periode. Pertama yang disebut dengan periode kanak-kanak yaitu komunis pada kepemimpinan Semaun dan kawan-kawan. Kedua periode remaja yaitu komunis di bawah kepemimpinan Muso dan Amir Syarifudin. Dan yang terakhir periode dewasa yaitu komunis di bawah kepemimpinan D.N. Aidit dan kawan-kawan.

Pada periode-periode ini pula Partai Komunis Indonesia telah beberapa kali berpindah kiblat dalam hal pandangan politiknya. Pada periode kanak-kanak dan remaja PKI berkiblat kepada Moskow. Tetapi pada masa dewasanya dirasakan kebijakan politik Moskow kurang menguntungkan dan haluan politik pun berkiblat ke Peking (RRC).

D. PKI Sebagai Wujud Gerakan Komunis

Indonesia memiliki akar dan warisan budaya asli yang dapat dilacak jauh ke belakang mempunyai unsur-unsur komunistik. Unsur inilah yang kemudian yang memantapkannya dalam penanaman benih-benih komunis yang sesunguhnya.

Syarekat Islam secara langsung telah menjadi wadah awal munculnya gerakan komunis di Indonesia. Hal ini disebabkan karena kader Syarekat Islam seperti Semaun dan Darsono yang mencoba memulai dengan ide menuju “kekiri-kirian” yaitu dengan ide-ide sosialisme.

(48)

bekerja di Semarang. Sneevlet sendiri merupakan sayap kiri dalam ISDV. Di Semarang itulah terjadi pertemuan dan kaderisasi secara tidak langsung antara Sneevlet dan Semaun. Syarekat Islam yang kurang memperhatikan nasib buruh merupakan lowongan baik bagi ide-ide radikal yang diinspirasikan oleh Sneevlet dimasukkan Semaun dan Darsono ke dalam tubuh Syarekat Islam.

Pada tahun 1921 ketika Haji Agus Salim menegakkan disiplin partai, Syarekat Islam resmi menjadi Partai Syarekat Islam dengan dasar non-kooperasi dan fraksi oposisi dikeluarkan dari kepartaian. Setelah dikeluarkannya dari Partai Syarekat Islam barulah PKI secara resmi muncul.

PKI yang baru berdiri pun dirasakan masih tidak kompak di antara para petinggi partai. Hatta menilai bahwa dalam diri Semaun dan Darsono pun terdapat perbedaan mencolok. Darsono terkenal sangat idealistik sedangkan Semaun lebih bersifat realistik. Hal ini pula yang menyebabkan kehancuran PKI pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, karena adanya perbedaan paham untuk melakukan suatu pemberontakan terhadap penjajah yang pada akhirnya PKI diberangus oleh penjajah Belanda.47

Partai ini pada mulanya melakukan gerakannya secara underground sampai saat diproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945. Setelah proklamasi kemerdekaan dan diberlakukannya Maklumat No. X barulah partai ini memberanikan diri untuk melibatkan diri secara aktif dalam kancah perpolitikan di Indonesia sampai dengan meletusnya peristiwa pemberontakan Madiun pada tahun 1948. Akibat kericuhan yang terjadi dalam tubuh partai

47

(49)

mengakibatkan terjadinya guncangan dalam kepemimpinan partai pada dekade 1950-1951. Dan pada masa inilah PKI dipimpin oleh seorang Dipa Nusantara Aidit.

(50)

BAB IV

KOMUNIS DALAM PANDANGAN HATTA

A. Perkembangan Komunis Dari Waktu ke Waktu

Komunisme sebagai suatu ideologi pernah ikut andil dalam meramaikan konstalasi perpolitikan di Indonesia. Pada masa pra kemerdekaan, komunis lahir sebagai wujud dari pergerakan rakyat Indonesia yang merasa tertindas oleh penjajah Belanda dan atas dasar keinsyafan untuk merdeka dari segala bentuk penjajahan. Di bawah dukungan komunis Rusia (Uni Sovyet), komunis di Hindia Belanda lahir. Tapi hal ini tidak berlangsung lama, karena pemerintah kolonial Belanda tidak menyetujui berdirinya komunis di Hindia Belanda yang pada akhirnya komunis yang baru lahir tersebut diberangus habis.

(51)

Menurut Hatta komunis Indonesia lahir dari haribaan organisasi Islam yaitu Syarekat Islam (SI). Syarikat Islam yang dibentuk tahun 1912 menelorkan dalam dirinya tokoh-tokoh diantaranya Semaun dan Darsono yang memulai ide-idenya menuju kekiri-kirian dengan ide-ide sosialisme. Dari gagasan sosial demokrasi berangsur-angsur berubah menjadi demokrasi sosial yang radikal. Semaun dan Darsono selalu menjadi oposisi dalam Syarikat Islam (SI) dan akhirnya pada tahun 1917 lahirlah PKI yang bersifat tidak resmi.48

Di dalam perkembangan PKI terdapat ketidak-kompakan diantara pemimpin PKI mengakibatkan PKI yang baru tumbuh dan berkembang itu hancur. Hal ini bisa dilihat dari pemberontakan pertama yang dilakukan PKI, dimana dalam setiap tindakannya PKI selalu meminta persetujuan dari Stalin sebagai pemimpin komunis internasional. Stalin tidak menyetujui diadakannya pemberontakan dan memerintahkan untuk segera membatalkan rencana tersebut. Menurut Stalin tidak adanya faktor yang objektif yang membolehkan untuk memberontak kepada penguasa kolonial Belanda. Menurut Stalin, jika hal ini terjadi maka kalian (Semaun dan kawan-kawan) akan menghancurkan partai dan PKI akan dihancurkan oleh tindakan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia.49 Karena keterbatasan komunikasi akhirnya pemberontakan ini dilaksanakan dan berdampak diberangusnya PKI.

Setelah PKI diberangus dan dilarang oleh pemerintah Belanda maka diadakanlah suatu kontrak politik antara Bung Hatta dan Semaun yang ditanda tangani oleh mereka berdua pada waktu Hatta masih melakukan studinya di

48

Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk. 2002), cet. ke-2, h. 6-7

49

(52)

Belanda. Kontrak politik tersebut berisikan pernyataan tertulis yang isinya: jikalau PKI tidak akan hidup kembali dan mengadakan perjuangan menentang kolonialisme, maka pimpinan pergerakan menentang penjajah diserahkan kepada Perhimpunan Indonesia (PI) yang akan mendirikan partai yang mirip dengan PI di Indonesia dan PKI tidak akan mengadakan oposisi kepada partai tersebut selama partai tersebut menuju Indonesia merdeka. Alat-alat yang ada pada PKI seperti mesin percetakan dan lain-lain akan diserahkan oleh PKI kepada partai baru yang akan dibentuk PI di Indonesia.50 Setelah kembalinya Hatta ke Indonesia berdasarkan perjanjian tersebut, maka dibentuklah sebuah partai PNI (Pendidikan Nasional Indonesia) meskipun tidak seradikal PI di Belanda tetapi tetap menuju kepada kemerdekaan.

Setelah sekian lama PKI tidak lagi terdengar gaungnya karena bergerak secara underground sampai dengan diproklamasikannya Maklumat No.X partai-partai yang pernah ada di Indonesia dihidupkan lagi, tapi dengan catatan untuk tujuan kemerdekaan Indonesia. Maklumat No. X ini bertujuan untuk menunjukkan image demokrasi bagi Indonesia yang baru saja merdeka dan untuk menghindarkan sangkaan diktator atau fasis peninggalan Jepang.

Atas Maklumat No. X ini pula PKI hidup kembali di Indonesia di bawah kepemimpinan Muso yang baru kembali dari Sovyet tetapi tidak bertujuan untuk kemerdekaan malah sebaliknya. Muso berusaha untuk menghidupkan kembali PKI dengan cara membangun dan membina kader-kader baru PKI.

50

(53)

Ketika Muso aktif kembali menghidupkan PKI ia mulai bergerak dengan meningkatkan pemogokan-pemogokan dan pengacauan-pengacauan. Di Delanggu PKI pernah menggerakan pemogokan dengan mengibarkan slogan-slogan dan bendera-bendera merah, sehingga semua kelihatan serba merah dan memberi kesan seakan-akan rakyat hidup dalam negeri PKI. Semuanya itu dalam rangka mematangkan situasi ke arah perlawanan rakyat.

Menurut rencananya, Muso mulai hendak memproklamirkan negara Sovyet Indonesia pada bulan November 1948, tetapi rencananya tersebut telah didahului oleh para pengikutnya. Muso dan para petinggi-petinggi PKI lainnya sedang dalam perjalanan ke Madiun, ketika mereka belum sampai ke Madiun, revolusi sudah dimulai dengan dibacakannya Proklamasi Negara Sovyet Indonesia.51

Mulanya terjadi bentrokan kecil antara unsur-unsur kiri dengan TNI Siliwangi yang menyebabkan jatuhnya korban seperti Dr. Muwardi. Lalu kemudian semakin memanas dan meruncing, PKI semakin bertindak brutal dan tidak berkeprimanusiaan. Akhirnya diadakanlah rapat diantara Badan Pekerja KNIP untuk menindaklanjuti permasalahan PKI. Akhirnya diperoleh suatu keputusan yang meminta agar kepada Presiden diberikan kekuasaan penuh selama 3 bulan untuk mengatasi keadaan dan memberantas PKI. Sesudah lahirnya keputusan akhirnya Presiden Soekarno memberikan pidato yang pendek yang mengatakan “Pilih Soekarno-Hatta atau Muso”. Pidato ini mempunyai pengaruh di masyarakat untuk menarik garis pemisah apakah negara ini akan diarahkan kepada demokrasi terpimpin atau komunis.

51

(54)

Kesalahan-kesalahan PKI di daerah-daerah tertentu juga mendapat perlawanan. Misalnya yang terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur PKI mengambil alih dan menguasai tanah bengkok yang diperuntukkan bagi Lurah sebagai pengganti gaji dalam memimpin masyarakat. Lurah waktu itu berpengaruh terhadap rakyat, sehingga revolusi yang dilakukannya itu tidak berlaku dalam masyarakat, terutama sekali di daerah yang luas bahkan rakyat berbalik menentang mereka.

Akibat tindakan yang dilakukan PKI tersebut akhirnya PKI dihancurkan dan menurut rencana para pimpinannya akan dituntut dan diadili di muka hakim. Jika dewan hakin resmi memutuskan bersalah karena memberontak terhadap pemerintahan yang sah itu akan membuka jalan untuk sampai kepada keputusan membubarkan dan melarang PKI. Tetapi pada kenyataannya waktu itu terjadi Agresi Militer Belanda II, yang mengakibatkan tokoh-tokoh PKI tidak dapat dituntut dan diadili, dengan alasan takut para pemimpin PKI tersebut beresiko menyebrang kepada pihak Belanda maka para pemimpin PKI tersebut akhirnya ditembak mati. Karena menurut Gatot Soebroto selaku Gubernur Militer berpendapat bahwa keadaan perang dengan PKI dan Belanda sama saja yaitu sama-sama menyerang Republik.

Referensi

Dokumen terkait

BAB V yaitu Hasil dan Pembahasan, terdiri dari hasil analisis tingkat kerentanan terhadap panas, variabel yang paling memengaruhi, dan perlilaku dalam menghadapi

To make a prediction using the regression model, multiply the slope coefficient by the forecast of the independent variable and add the result to

Berdasarkan pada pemahaman-pemahaman menurut mazhab Syafi’i, bahwa ketika akan mencuci pakaian hendaknya para pengguna mesin cuci atau usahawan laundry

Hasil yang dijumpai bervariasi, jika dianggap penyelesaian desain dari buku rujukan dianggap benar hasilnya maka steel design dengan SAP2000 pada sebagian elemen menunjukkan

Prosentase tertinggi pelaksanaan tugas perawat primer adalah melaksanakan operan jaga, melakukan kontrak dengan klien dan keluarga pada awal masuk ruangan, Memonitor

Pada penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan yang memungkinkan dilakukannya penelitian lanjutan untuk menghasilkan suatu material plate dan screw.Penelitian ini juga

Pengendalian standar dilaksanakan dengan prinsip umum yaitu untuk memastikan bahwa pelaksanaan program dan kegiatan di Universitas Bung Hatta berpedoman pada