commit to user
PROFIL POLA PENGELUARAN WISATAWAN ASING ALA
“BACKPACKER”
DI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh:
DEVI PUTRI MARITHA
F0106029
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan Judul:
PROFIL POLA PENGELUARAN WISATAWAN ASING ALA
“BACKPACKER” DI YOGYAKARTA
Surakarta, 20 Juli 2010
Disetujui dan diterima oleh
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dangan baik oleh tim Penguji Skripsi Jurusan
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta,
guna melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user MOTTO
Sometimes, in life you don’t always feel like a winner, but that doesn’t mean that you not win
(Lady Gaga)
Jangan pernah takut untuk tidak dicintai, selama kita masih mempunyai
banyak cinta untuk dibagi
(Oppie Andaresta)
Kita tidak pernah benar – benar kehilangan sesuatu karena kita
pun tidak pernah benar – benar memiliki sesuatu
(penulis)
Hanya ada dua jenis manusia di dunia, manusia penuntut
perubahan dan manusia pencipta perubahan
(Pandji Pragiwaksono)
Learn from the past, focus on the present and go forward to the
future bravely! Live, Learn, and Love
(@ihatequotes)
Tidak ada yang tidak mungkin kecuali makan kepalamu sendiri
commit to user PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah SWT kupersembahkan karya ini untuk:
Bapak Sumarwoto, SE dan Nyonya Dede Suyanti orang tuaku yang hebat
Ramak dan Biyung my lovely Grandfather and Grandmother
Yunitha Putri Dewi my beloved sister
The Djogo’s big family and The Somo’s big family
Mbak tuti and her son Reza for the very big support
Mbak Susi and Family for the big help
Bangsa dan negara ku Indonesia.
Sahabat-sahabatku terkasih atas supportnya.
commit to user KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi rabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT, berkat limpahan rahmat-NYA penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul “PROFIL POLA PENGELUARAN WISATAWAN ASING
ALA ”BACKPACKER” DI YOGYAKARTA”.
Latar belakang pemilihan tema kepariwisataan pada penelitian ini adalah
karena dalam banyak literatur telah diungkapkan kontribusi sektor kepariwisataan
pada perekonomian. Dengan berkembangnya kemajuan teknologi dan informasi,
dan turunya biaya berwisata maka dewasa ini berwisata dengan cara murah atau
yang biasa disebut backpacking mulai muncul kembali.Akan tetapi, pada
kenyataanya segmen wisata ini masih dilirik sebelah mata oleh pemerintah
terutama di negara berkembang di Indonesia. Penelitian – penelitian di luar negeri
seperti di Malaysia dan Australia yang menghasilkan dampak pariwisata sektor ini
terhadap masyarakat lokal mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini.
Penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pola
pengeluaran wisatawan asing ala backpacker di Yogyakarta serta karakteristiknya.
Selain itu, penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam
rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini
commit to user
karena itu, dengan segala kerendahan hati dan kebanggaan, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak, baik instansi maupun perorangan yang dengan
caranya masing-masing telah membantu kelancaran penelitian ini. Tidak lupa,
peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si., selaku pembimbing skripsi yang
dengan sabar telah membimbing, mengarahkan, memotivasi serta
meluangkan waktu dalam penyusunan ide dan penulisan skripsi ini.
2. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan di Fakultas Ekonomi UNS.
3. Keluarga tercinta atas supportnya, my great parents Mr and Mrs.
Sumarwoto, SE and My sister Yunitha Putri Dewi.
4. Keluarga besar Djogo Dikromo dan Somo Pawiro untuk do’a dan bantuan
baik secara materiil dan non materiil.
5. The one and only gank busuk. Tyas ”the jendral”, kodex, Moer, Kurakura
Nindy, Superdijah, Shreek, Mila Onyeng, Rincex, Piyuth, Gitoet, Vita,
Poe, Cici, Wida & Rena ”the new member”. Onggho ”onyet”, Ucup ”yusuf”, Iyus. Thanks for all the AMAZING BUSUKNESS all this time,
will miss that so bad. And also for Ratih Rara, Farahita ”the model”, Poe ”ibu ibu rocker” akan sangat merindukan kalian, bertumpuk tumpuk di
sebuah kamar kos. Hehe.
6. Teman – teman di Fakultas Ekonomi UNS 2006 terutama EP HoliQ 2006.
commit to user
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara
langsung maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga
terselesaikannya penelitian ini.
Kritik dan saran masih sangat penulis harapkan dari siapa saja yang peduli
dengan topik penelitian ini. Akhirnya besar harapan agar skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Juli 2010
commit to user DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
ABSTRAKSI ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... . iv
1. Permintaan Dalam Industri Pariwisata ... 22
2. Penawaran Dalam Industri Pariwisata ... 26
F. Backpacker Dalam Pariwisata... 28
1. Sejarah dan Pengertian Backpacker ... 28
2. Backpacker Tourism dan Pengembangan Ekonomi ... 31
commit to user
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta ... 42
1. Geografis ... 42
2. Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta ... 43
3. Penduduk……….. 45
4. Perekonomian Provinsi………. 46
5. Adat dan Budaya ………. 47
c. Opini responden terhadap komponen penawaran ……… 86
commit to user
e. Keinginan merekomendasikan Yogyakarta ………. 139
f. Keinginan kembali ke Yogyakarta ……….. 139
g. Pendapat Umum Responden ……… 141
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 144
B. Kendala Penelitian ………. 146
C. Saran ... 147
DAFTAR PUSTAKA ... 151
commit to user DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.3 Perbandingan Komposisi Pengeluaran Antara
Wisatawan Konvensional dan Wisatawan Backpacker... 6
Tabel 1.4 Perkembanga jumlah wisatawan DIY 2004 - 2008………... 8
Tabel 4.1 Data Pengunjung Unit Taman Wisata Candi Prambanan 2005 s/d 2008 ... 57
Tabel 4.2 Data Kunjungan Wisata di Kraton Yogyakarta ...…. 59
Tabel 4.3 Data Kunjungan Wisatawan di Taman Sari... 60
Tabel 4.4 Karakteristik Demografik Responden ………... 62
Tabel 4.5 Karakteristik Demografik Responden (Umur)... ... ... 63
Tabel 4.6 Karakteristik Tingkat Pendidikan Wisatawan... ……... 63
Tabel 4.7 Negara Asal Wisatawan...………... 64
Tabel 4.8 Latar Belakang Pekerjaan Wisatawan... 65
Tabel 4.9 Karakteristik Perjalanan Wisatawan ……...…….. 66
Tabel 4.10 Intensitas Kunjungan Wisatawan ...………… 67
Tabel 4.11 Transportasi Yang digunakan wisatawan... ...…… 68
Tabel 4.12 Rute Perjalanan Wisatawan ... 69
commit to user
Tabel 4.14 Destinasi Wisata yang direncanakan dikunjungi
di Yogyakarta ...……... 72
Tabel 4.15 Destinasi Wisata yang telah dikunjungi
di Yogyakarta ………..………...……… 75
Tabel 4.16 Akomodasi yang digunakan selama kunjungan
Wisata di Yogyakarta... ………....……... ... 78
Tabel 4.17 Tempat Makan yang digunakan selama kunjungan
Wisata di Yogyakarta ……….…..……….. 79
Tabel 4.18 Sumber Informasi Tentang Yogyakarta……… 80
Tabel 4.19 Sumber Informasi yang digunakan wisatawan untuk
Merencanakan wisatanya ... ………... 82
Tabel 4.20 Opini Responden Terhadap Bandara di Yogyakarta……….. 84
Tabel 4.22 Opini Responden Terhadap Stasiun Kereta
di Yogyakarta……… 85
Tabel 4.24 Opini Responden terhadap Terminal Bus
di Yogyakarta……….. 86
Tabel 4.26 Opini Responden Terhadap Jaringan Transportasi Lokal
di Yogyakarta……….. 87
Tabel 4.28 Opini Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan
di Yogyakarta……… 88
Tabel 4.30 Opini Responden Terhadap Jaringan Telekomunikasi
di Yogyakarta………. 90
commit to user
di Yogyakarta………. 91
Tabel 4.34 Opini Responden Terhadap Fasilitas Parkir
di Yogyakarta………. 92
Tabel 4.36 Opini Responden Terhadap Infrastruktur
Di Yogyakarta………. 93
Tabel 4.37 Opini Responden Terhadap atraksi Wisata “Landscape”
Di Yogyakarta……….. 95
Tabel 4.39 Opini Responden Terhadap Atraksi Wisata “Mountain”
di Yogyakarta ……….. 96
Tabel 4.41 Opini Responden Terhadap Atraksi Wisata Alam “Beach” Di Yogyakarta ………... 97
Tabel 4.43 Opini Responden tentang Bangunan bersejarah dan Modern
di Yogyakarta ……… 99
Tabel 4.45 Opini Responden Tehadap Built Atraction “Castles”
di Yogyakarta ………. 100
Tabel 4.47 Opini Responden Terhadap Built Atraction Monument
di Yogyakarta ……….. 101
Tabel 4.49 Opini Responden Tehadap Garden & Park yang ada
di Yogyakarta ……….. 103
Tabel 4.51 Opini Responden Terhadap Objek Wisata Museum
di Yogyakarta ……… 104
Tabel 4.53 Opini Responden Terhadap Theathers di Yogyakarta ……. 105
commit to user
Tabel 4.57 Opini Responden Terhadap History di Yogyakarta ………... 107
Tabel 4.59 Opini Responden Terhadap Carnival di Yogyakarta ……… 108
Tabel 4.61 Opini Responden terhadap Atraksi Wisata Festival
di Yogyakarta ………. 109
Tabel 4.63 Opini Responden Terhadap Infrastruktur
di Yogyakarta………. 111
Tabel 4.64 Opini Responden Terhadap Akomodasi di Yogyakarta …… 112
Tabel 4.66 Opini Reponden Terhadap Bus Trans Jogja ……….. 114
Tabel 4.68 Opini Responden Terhadap Transportasi Bus Umum
di Yogyakarta………. 115
Tabel 4.70 Opini Responden Terhadap Transportasi Tradisional
di Yogyakarta………. 116
Tabel 4.72 Opini Responden Terhadap Transportasi Taksi
di Yogyakarta ……… 117
Tabel 4.74 Opini Responden Terhadap Restoran di Yogyakarta…… 119
Tabel 4.76 Opini Responden Tentang Ketersediaan
Bank/Money Changer di Yogyakarta ……….. 120
Tabel 4.78 Opini Responden terhadap Tourist Information Centre
di Yogyakarta ……….. 122
Tabel 4.79 Opini Responden Terhadap Retail Outlet yang Ada
di Yogyakarta ……… 123
commit to user
Tabel 4.83 Opini Responden Terhadap Infrastruktur
di Yogyakarta ………. 126
Tabel 4.85 LOS Wisatawan Asing Ala Backpacker
di Yogyakarta ………. 128
Tabel 4. 86 Budget Wisatawan Asing Backpacker Selama Kunjungan
di Yogyakarta ………. 128
Tabel 4.87 Alokasi Budget Para Wisatawan Asing Backpacker untuk
Akomodasi selama di Yogyakarta ……… 129
Tabel 4.88 Alokasi Budget Para Wisatawan Asing Backpacker untuk
Shopping selama di Yogyakarta……….. 130
Tabel 4.89 Alokasi Budget Para Wisatawan Asing Backpacker
untuk Food & Beverages selama di Yogyakarta…………. 130
Tabel 4.90 Alokasi Budget Para Wisatawan Asing Backpacker untuk
Sightseeing selama di Yogyakarta ……….. 131
Tabel 4.91 Alokasi Budget Para Wisatawan Asing Backpacker
untuk transportasi selama di Yogyakarta ………. 132
Tabel 4.92 Alokasi Budget Para Wisatawan Asing Backpacker untuk
Entertainment selama di Yogyakarta ……… 132
Tabel 4.93 Alokasi Budget Para Wisatawan Asing Backpacker
untuk lain – lain selama di Yogyakarta ………. 133
Tabel 4.94 Rata – rata Prosentase Pola Pengeluaran Wisatawan Asing
commit to user
Tabel 4.95 Perbedaan Pola Konsumsi Antara Wisatawan Backpacker
di Yogyakarta dan Wisatawan Backpacker
Pada Umumnya ……… 135
Tabel 4.98 Keinginan Para Responden Untuk Kembali
Mengunjungi Yogyakarta ………. 136
Tabel 4.97 Kesediaan Wisatawan Untuk Merekomendasikan Yogyakarta
Sebagai Salah Satu Destinasi Pariwisata
Terbaik di Indonesia……… 136
Tabel 5.1 Pola Pengeluaran Wisatawan Asing Ala Backpacker
commit to user DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Backpacker numbers year on year growth
Australia 2006 ………... 4
Gambar 1.2 Backpacker visitor nights year on year growth
Australia 2006 ……… 5
Gambar 1.5 Grafik Perkembangan penggunaan akomodasi
Hotel Melati dan Hotel Bintang di DIY
tahun 2004 – 2008……… 9
Gambar 4.21 Opini Responden terhadap bandara di Yogyakarta …… 85
Gambar 4.23 Opini Responden terhadap Stasiun Kereta
di Yogyakarta ………. 86
Gambar 4.25 Opini Responden terhadap Terminal Bus
di Yogyakarta……….. 87
Gambar 4.27 Opini Responden terhadap Jaringan Transportasi Lokal
di Yogyakarta ………. 88
Gambar 4.29 Opini Responden terhadap Pelayanan Kesehatan
di Yogyakarta………... 89
Gambar 4.31 Opini Responden terhadap Jaringan Telekomunikasi
di Yogyakarta……… 91
commit to user
di Yogyakarta……… 92
Gambar 4.35 Opini Responden terhadap Fasilitas Parkir
di Yogyakarta……….. 93
Gambar 4.38 Opini Responden terhadap Atraksi Wisata “Landscape”
di Yogyakarta ………. 96
Gambar 4.40 Opini Responden terhadap Atraksi Wisata “Mountain”
di Yogyakarta……….. 97
Gambar 4.42 Opini Responden terhadap Atraksi Wisata Pantai
di Yogyakarta………. 98
Gambar 4.44 Opini Responden terhadap Bangunan Bersejarah dan Modern
di Yogyakarta ……… 100
Gambar 4.46 Opini Responden terhadap Built Attraction “Castels”
di Yogyakarta ……….. 101
Gambar 4.48 Opini Responden terhadap Built Attraction “Castels”
di Yogyakarta ……… 102
Gambar 4.50 Opini Responden terhadap Garden & Park
di Yogyakarta………. 103
Gambar 4.52 Opini Responden terhadap Garden & Park
di Yogyakarta……….. 105
Gambar 4.54 Opini Responden terhadap Theatres di Yogyakarta……… 106
Gambar 4.56 Opini Responden terhadap Art & Craft
di Yogyakarta ……… 107
commit to user
Gambar 4.60 Opini Responden terhadap Carnival di Yogyakarta……….. 109
Gambar 4.62 Opini Responden terhadap Festival di Yogyakarta ……… 110
Gambar 4.65 Opini Responden terhadap Akomodasi di Yogyakarta……. 113
Gambar 4.67 Opini Responden terhadap Bus Trans Jogja
di Yogyakarta………. 115
Gambar 4.69 Opini Responden terhadap Bus Umum di Yogyakarta……. 116
Gambar 4.71 Opini Responden terhadap Transportasi Tradisional
di Yogyakarta……….. 117
Gambar 4.73 Opini Responden terhadap Transportasi Taksi
di Yogyakarta ………. 118
Gambar 4.75 Opini Responden terhadap Restoran di Yogyakarta ……… 120
Gambar 4.77 Opini Responden terhadap Bank/Money Changer
di Yogyakarta ……… 121
Gambar 4.79 Opini Responden terhadap Tourist Information Centre
di Yogyakarta ………. 122
Gambar 4.81 Opini Responden terhadap Retail Outlet di Yogyakarta ….. 124
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data Demografik Responden ... ... 156
Lampiran 2 Data Budget Responden... ... 169
commit to user
ABSTRAKSI
PROFIL POLA PENGELUARAN WISATAWAN ASING ALA
“BACKPACKER” DI YOGYAKARTA
DEVI PUTRI MARITHA
NIM F0106029
Penelitian yang berjudul PROFIL POLA PENGELUARAN ASING ALA
“BACKPACKER” DI YOGYAKARTA ini bertujuan untuk (1) megetahui pola pengeluaran backpackers di Yogyakarta, (2) mengetahui karakteristik sosio demografik backpackers di Yogyakarta, (3) mengetahui karakteristik transportasi dan travel para backpacker di Yogyakarta, (4) mengetahui sumber informasi yang digunakan para backpacker yang berada di Yogyakarta dalam merencanakan perjalananya.
Penelitian ini menggunakan data primer yang didapat dari penyebaran kuisioner dan wawancara terhadap responden. Sample dari penelitian ini sebanyak 200 orang, dan analisis yang digunakan adalah statistika deskriptif yang pengolahan data nya dibantu dengan SPSS versi 16.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa wisatawan backpacker di Yogyakarta di dominasi oleh wanita (56%), dengan range umur antara 20 – 30 tahun (60%), mereka adalah pelajar/mahasiswa (22,5%) dengan tingkat pendidikan S1(45,5%). Mereka adalah wisatawan dari Eropa (82,50%), melakukan perjalanan secara individu (86,5%) dan menggunakan guidebook untuk merencanakan perjalananya. Mereka tinggal di akomodasi murah (91,5%) dan makan di restoran lokal (63%). Rata – rata lama tinggal mereka 4,57 hari dengan budget rata – rata sebesar Rp.1,655,890,00. Mereka mengalokasikan budget mereka untuk sightseeing (26,47%), akomodasi (25,22%), Food & beverages (22,56%), Shopping (9,48%), transportasi (9,16%), entertaiment (3,58%), dan lain- lain (3,53%).
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah ekspansi promosi wisata ke negara – negara lain tidak fokus pada Eropa saja. Peningkatan pelayanan wisata seperti TIC dan melengkapi informasi wisata untuk membuat wisatawan merasa nyaman dan aman. Penambahan atraksi wisata, seperti karnaval dan festival seni juga sangat diperlukan mengingat wisatawan asing backpacker di Yogyakarta ini tidak fokus pada wisata belanja tetapi pada wisata budaya.
commit to user ABSTRACT
FOREIGN BACKPACKER TOURIST EXPENDITURE PATTERN PROFILE IN YOGYAKARTA
DEVI PUTRI MARITHA
NIM F0106029
The research entitled Foreign Backpacker Tourist Expenditure Pattern Profile in Yogyakarta has purposes (1) to know the foreign backpacker tourist expenditure pattern in Yogyakarta, (2) to obtain a demographic profile of foreign
backpacker in Yogyakarta (3) to understand backpackers’ transportation and
travel characteristics in Yogyakarta (4) to know the source information that used by backpacker to plan their trip.
This research uses uses primary data that is got from interview and distribute questionnaire to the respondents. This research uses descriptive statistics analysis. Statiscal data were then analysed using the SPSS version 16 software.
The result from this research based on quantitative analysis is that most of the respondents were female (56%), with the age between 20 – 30 years old (69%). Most of the respondents were student (22,5%) with the educational level bachelor degree (45,5%). They were dominated by tourist from Europe (82,50%).The tourist most used guidebook, internet, and recommendation for their source information to plan their trip.Most of the tourists used cheap accomodation (91,5%) and local restaurant (63%). Their LOS in Yogyakarta is 4,57 days. Average budget that they spent about Rp.1,655,890,00. Their average allocate budget for acomodation (25,22%), Sightseeing (26,47%), Food & Beverages (22,56%), Shopping (9,48%), entertainment (3,58%), others (3,53%).
suggestion that can be given more increase tourism service so that make the tourist feel comfortable. Prepare information as complete as - wholy for tourist. More stimulate promotion so that tourism impact more can spread to every regency. Begin to pay attention to backpacker segment as one of [the] local society economics contributor. Increasing tourism attraction also needed, like carnival and festivel, because the backpacker tourist in DIY are not concern to shopping but culture tourism,
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pariwisata merupakan industri yang terus berkembang di dunia. Sejak lama
pariwisata bagi negara maju telah merupakan bagian dari kebutuhan hidup.
Kegiatan kepariwisataan bahkan sudah merupakan suatu aktivitas dan permintaan
yang wajar. Dengan berkembangnya waktu, kini kegiatan berwisata sudah bukan
merupakan hal yang mahal lagi. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk dapat
berwisata. Salah satu cara adalah dengan “backpacking”. Menurunya biaya
transportasi dan pertumbuhan media komunikasi melalui internet membuat minat
perjalanan wisata backpacking ini terus meningkat (Kompas, 17 Mei 2010).
Backpacking adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mencerminkan
sebuah bentuk dari perjalanan berwisata dengan biaya murah
(www.wikipedia.com). Orang yang melakukan perjalanan dengan cara ini biasa di
sebut backpackers. Berikut adalah beberapa definisi mengenai backpacker :
“A backpacker is a traveller who spent one night or more in Backpacker/hostel accommodation.”( Bureau of Tourism Statistik Australia tahun 2002)
“They are often traveller with their own intineraries, who drive themselves or use public transport, stay in variety of accomodation, have few pre-planed or pre-purchased trip feature. They visit for longer but with lower daily expanditure, and “tend to visit many different parts of the country off the main tourist track” (Hamilton 1998 dalam Markward 2008).
commit to user
Sementara dalam Backpacker Market Handout Tourism Australia (2006)
backpacker didefinisikan sebagai wisatawan ber-budget ketat dan suka
berpetualang. Backpacker biasanya merupakan anak muda yang melakukan
perjalanan jauh yang mempunyai banyak tujuan dalam membangun dunia ( Noy
dalam Markward 2008). Kebanyakan penelitian tentang backpacker
mengindikasikan bahwa lebih dari 80% dari backpacker berusia kurang dari 30
tahun (Richard & Wilson dalam Markwad 2008).
Kemunculan istilah backpacker menggambarkan sebuah gaya berwisata
jangka panjang yang independen yang menumbuhkan semangat berwisata anak
muda seperti di Australia, New Zealand and Thailand. Backpacker juga turut
menumbuhkan industri backpacker itu sendiri (WTO, Tourism Market Trend
2005).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WYSE Travel Confederation
(sebuah organisasi dengan lebih dari 550 anggota mewakili sebuah komunitas
global dari youth travel, student travel, cultural exchange dan international
education specialists), backpacking dan youth travel adalah segmen pariwisata
yang paling cepat tumbuh sekitar 20% dari total wisatawan, dan menghasilkan
sekitar USD 109 milyar setiap tahun (Richard 2007 dalam Backpacking and Youth
Travel in South Afrika)
Studi mengenai backpacker dimulai ketika Cohen (1972) dalam Ian dan
musa (2005) membedakan antara non-institutionalized dan institutionalized
tourist. Bentuk – bentuk dari non-institutionalized tourist terus
commit to user
a. Drifters, explorers (Cohen 1972 dalam Ian dan Musa 2005);
b. Nomads (Cohen 1973 dalam Ian dan Musa 2005);
c. Youthful travelers (Teas 1974 dalam Ian dan Musa 2005);
d. Wanderers (Vogt 1976 dalam Ian dan Musa 2005);
e. Hitchhikers (Mukerji 1978 dalam Ian dan Musa 2005);
f. Tramping youth (Adler 1985dalam Ian dan Musa 2005)
g. And long-term budget travelers (Riley 1988 dalam Ian dan Musa 2005).
Akan tetapi, pada akhir dekade penelitian menyebut sebuah bentuk baru dari
cara perjalanan tersebut sebagai backpackers (Pearce 1990a, Loker 1993, and
Loker-Murphy and Pearce 1995 dalam Ian dan Musa 2005). Para backpacker itu
sendiri mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Melakukan perjalanan dalam waktu yang panjang, tidak mempunyai rencana
yang kaku (Cohen 1972,1973, 1982; Vogt 1976; Riley 1988 dalam Nathan,
Yonai dan Dalit 2006).
b. Keterbatasan pada dana yang akan mereka belanjakan (Teas 1974; Riley 1988
dalam Nathan, Yonai dan Dalit 2006)
c. Mereka makan di restoran murah, tidak tinggal di hotel yang mahal (Cohen
1972, 1973; Vogt 1976; Riley 1988; Pearce 1990a, Loker 1993, and
Loker-Murphy and Pearce 1995 dalam Nathan, Yonai dan Dalit 2006).
d. Mencari petualangan, keaslian, dan pengalaman yang mendalam (Nathan,
Yonai dan Dalit 2006)
Meskipun wisata ala backpacker sekarang ini sudah cukup berkembang,
commit to user
perencanaan pariwisata, terutama di negara – negara Asia Tenggara (Lee Tzan Ian
and Ghazali Musa, 2005). Sangat berbeda dengan apa yang terjadi di Australia.Di
Negara Australia, para backpackers tahun 2006 terhitung 11% dari total
wisatawan asing, atau sekitar 545,200 orang. Laju pertumbuhan backpackers
internasional di Australia rata – rata meningkat sekitar 3% selama 4 tahun
(Gambar 1.1). Lama tinggal pun juga meningkat sebanyak 5% (Gambar 1.2).
Wisata ala backpackers di Australia mampu menghasilkan 2.5 milyar dolar
Australia setiap tahunya (International Backpacker Market Australia, 2006).
Gambar 1.1
Backpacker numbers year on year growth Australia 2006
Sumber :International backpacker market
Gambar 1.2
Backpacker visitor nights year on year growth Australia 2006
commit to user
Sementara itu penelitian di New Zealand menyebutkan bahwa pada tahun
2005 10,6 % dari total wisatawan adalah backpacker dan dengan total
pengeluaran 9,9% dari total pengeluaran wisatawan internasional. Para
backpacker ini menghasilkan USD 642 pada tahun 2005. Rata – rata lama tinggal
30,5 hari dan menghabiskan sebanyak NZD 2.766 per orang. Sepertiga dari
mereka tinggal lebih dari sebulan penuh. Sebagai perbandingan, wisatawan non
backpacker mempunyai rata – rata lama tinggal 19.3 hari dan menghabiskan NZD
2.993 per orang (Ministry Of Tourism ,2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Lee Tzan Ian dan Ghazali Musa (2005)
tentang backpackers asing di Malaysia menghasilkan pola konsumsi backpackers
di Malaysia serta karakteristiknya. Rata – rata pengeluaran wisatawan
backpackers di Malaysia setiap harinya sekitar USD 59,75. Rata – rata lama
tinggal wisatawan di Malaysia menurut Tourism Malaysia tahun 2004 adalah 6,0
hari, sedangkan menurut penelitian ini rata – rata lama tinggal backpacker di
Malaysia selama 19,5 hari. Perkiraan pengeluaran per orang dari wisatawan
backpacker tersebut adalah sebesar USD 1.165. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Lee Tzan Ian Ghazali Musa (2005) juga menyuguhkan perbedaan pola
pengeluaran antara wisatawan konvensional dan wisatawan backpacker secara
commit to user Tabel 1.3
Perbandingan Komposisi Pengeluaran Antara Wisatawan Konvensional dan Wisatawan Backpacker
Keterangan Wisatawan Konvensional (%)
Wisatawan Backpacker (%)
Accomodation 36,6 15,6
Local transportation 13,7 11,7
Food and beverages 17,3 25,7
Shopping 20,6 38,2
Others 11,8 8,8
Sumber : Uncovering The International Backpackers to Malaysia 2005
Dari tabel di atas, dapat dilihat perbedaan yang sangat jelas dalam pola
pengeluaran antara wisatawan konvensional dengan wisatawan backpacker.
Wisatawan konvensional menghabiskan 36,5 % dari anggaran mereka untuk
akomodasi, sementara wisatawan backpacker hanya 15,6 % saja. Wisatawan
backpacker lebih banyak menghabiskan biaya untuk berbelanja yaitu sebesar
38,2%.
Wisatawan ala backpacker lebih banyak melakukan pengeluaran pada
berbelanja dan makanan serta minuman. Jika dilihat dari komposisi tersebut,
justru wisatawan segmen backpacker lah yang dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat lokal. Karena mereka langsung bersentuhan dan berhubungan dengan
masyarakat lokal. Jika wisatawan konvensional memberikan 36,6% dari budget
mereka untuk para pemilik hotel berbintang, maka para backpaker justru
memberikan 38,2% dari budget mereka untuk para pedagang cindera mata, baju,
oleh – oleh, makanan, minuman, yang notabene masyarakat biasa.
Indonesia termasuk dalam rangkaian wisata backpacker Asia Tenggara yang
commit to user
2005). Melihat fenomena tersebut, sudah selayaknya Indonesia sebagai negara
yang terkenal dengan wisatanya mulai juga memperhatikan segmen wisata
backpacker. Berkembangnya dan munculnya kembali wisata ala backpackers
merupakan peluang bagus bagi Indonesia. Dengan keanekaragaman yang dimiliki
dan harga yang relatif terjangkau, Indonesia dapat memberikan surga bagi para
backpackers. Hampir di semua daerah tujuan wisata di Indonesia mempunyai
daerah khusus backpackers.
Virgies Travel Guide yang ditayangkan di Metro TV misalnya,
menghadirkan lima kampung backpacker terbaik di Indonesia dalam segmen top
five list pada episode 24 , Minggu 29 November 2008. Top five list tersebut
menghadirkan Popies Lane (Kuta, Bali) sebagai peringkat pertama, di susul oleh
Sosrowijayan (Yogyakarta), kemudian Jalan Jaksa (Jakarta Pusat) sebagai
peringkat ke tiga, dan peringkat keempat Monkey Forest (Ubud, Bali) dan posisi
terakhir di tempati oleh Prawirotaman (Yogyakarta).
Melihat komposisi lima kampung backpacker terbaik di atas, dapat dilihat
Yogyakarta mampu menempatkan dua daerah di jajaran top five list tersebut. DIY
sebagai daerah tujuan wisata ke dua setelah Bali, memang sudah seharusnya
selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam menyediakan sarana wisata bagi
wisatawanya. Bahkan, Yogyakarta baru-baru ini mendapatkan penghargaan
sebagai kota tujuan wisata terbaik tahun 2009 sehingga berhak mendapatkan ITA
(Indonesian Tourism Award) yang untuk pertama kalinya diadakan Departeman
commit to user
Denpasar,Malang, Surabaya, Tana Toraja, Manado, Kutai Kertanegara, Badung
(Bali), Solo, dan Lombok Barat.
Pariwisata memang merupakan sektor andalan DIY dalam meningkatkan
pendapatan daerah. Dengan keanekaragaman budaya dan alam yang ada, sektor
pariwisata DIY mampu menyumbangkan pendapatan sebesar Rp.
56.712.059.189,93 terhadap PAD DIY tahun 2007. Walaupaun sempat mengalami
penurunan di tahun 2006, akan tetapi jumlah kunjungan wisata DIY kini sudah
kembali pulih.
Tabel 1.4
Perkembangan Wisatawan DIY tahun 2004 – 2008 (berdasarkan pemakaian akomodasi)
Tahun Hotel Melati Jumlah Hotel Bintang Jumlah
Wisnus Wisman Wisnus Wisman
2004 440.754 8.388 449.142 635.514 95.013 730.527 2005 428.147 11.215 439.362 539.302 92.273 631.575 2006 337.991 10.492 348.483 498.691 67.653 566.344 2007 558.304 17.281 575.585 587.893 85.943 673.836 2008 559.805 21.136 580.941 596.296 107.524 703.816
Sumber : Statistik Kepariwisataan 2008 Dinas Pariwisata Prov. DIY
Keterangan :
Wisman :Wisatawan Mancanegara
Wisnus : Wisatawan Nusantara
Pada tabel 1.4 tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 terjadi
penurunan yang sangat besar yaitu sebesar 156.110 wisatawan. Hal ini
dikarenakan pada tahun 2006 DIY terkena bencana alam gempa bumi. Akan tetapi
di tahun 2007 jumlah kunjungan wisatawan mulai naik kembali dan bahkan
commit to user
Dari data di atas (tabel 1.4) juga dapat dilihat bahwa sekitar 40 % dari para
wisatawan yang datang setiap tahunya memilih untuk menghabiskan kunjungan
mereka dengan menggunakan hotel Melati yang notabene lebih murah.
Perkembangan para peminat hotel ini pun juga realtif meningkat setiap
tahunya.Berikut perkembangan dari penggunaan akomodasi para wisatawan di
DIY dari 2004 – 2008 :
Gambar 1.5
Grafik Perkembangan penggunaan akomodasi Hotel Melati dan Hotel Bintang di DIY tahun 2004 – 2008
Sumber : Data diolah dari statistik Kepariwisataan 2008 Dinas Pariwisata Prov DIY
Jika kita lihat pada gambar 1.5 , tingkat pemilihan penggunaan hotel melati
oleh para wisatawan terus meningkat tiap tahunya. Bahkan ketika tahun 2006
penurunanya tidak setajam seperti yang terjadi pada hotel bintang. Dengan terus
berkembangnya ketersediaan tempat tinggal yang murah (ex : hotel melati,
pondok wisata) di Yogyakarta, serta dioperasikanya Bus Trans Jogja yang
semakin memudahkan dijangkaunya tujuan wisata dengan harga yang murah,
maka akan meningkatkan potensi minat para backpacker untuk mengunjungi
commit to user
Dengan segala potensi alam dan pencapaian yang telah di raih Yogyakarta,
bukan hal yang tidak mungkin mengembangkan backpacking tourism menjadi
salah satu sektor andalan pariwisata Yogyakarta. Oleh karena itu, melihat
besarnya sumbangsih backpacking tourism terhadap perekonomian lokal, maka
penelitian ini dibuat untuk dapat memberikan gambaran mengenai profil
keberadaan para wisatawan backpacker yang ada di Yogyakarta.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pembahasan dari skripsi ini akan
dibatasi pada pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah profil dan gambaran umum pola pengeluaran wisatawan asing
ala backpacker di Yogyakarta ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah penulis jabarkan sebelumnya
maka tujuan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan karakteristik sosio demografik backpackers di
Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui dan karakteristik transportasi dan travel para
backpacker di Yogyakarta
3. Untuk mengetahui sumber informasi yang digunakan para backpacker
yang berada di Yogyakarta dalam merencanakan perjalananya
commit to user
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan gambaran yang memadai mengenai keberadaan dan potensi
minat backpacker di Yogyakarta
2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DIY
dalam membuat rencana pariwisata kedepanya.
3. Sebagai referensi peneliti lain dalam mengembangan penelitian tentang
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pariwisata
Pariwisata merupakan konsep yang sangat multidimensional (Diarta &
Pitana 2009). Beberapa pengertian pariwisata dipakai oleh para praktisi dengen
tujuan dan perspektif yang berbeda sesuai tujuan yang ingin dicapai. Menurut UU
No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.
Secara etimologis kata periwisata berasal dari bahasa sansekerta, yaitu „pari‟
yang berarti banyak, berkali – kali, berputar – putar, dan „wisata‟ yang berarti
perjalanan atau berpergian. Sinonim dengan pengertian „tour‟ (perjalanan ke
tempat lain dengan sesuatu maksud dan dilakukan lebih dari 24 jam). Pengertian
yang lebih luas untuk kata „pariwisata‟ dapat dijabarkan sebagai berikut (Yoeti,
2001:xix) :
a. Wisata : perjalanan
b. Wisatawan : orang yang melakukan perjalanan
c. Pariwisata : perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ke
tempat lain
commit to user
Diarta dan Pitana (2009) merumuskan bahwa semua definisi tentang
pariwisata mengandung beberapa ciri pokok yaitu :
1. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari satu
tempat ke tempat lainya.
2. Adanya unsur „tinggal sementara‟ di tempat yang bukan merupakan
tempat tinggal biasanya, dan
3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari
penghidupan/pekerjaan di tempat yang dituju.
Selanjutnya, Matthieson dan Wall (dalam Diarta & Pitana 2009)
mengatakan bahwa pariwisata mencakup tiga elemen, yaitu :
1) A dynamic element, yaitu travel ke suatu destinasi wisata
2) A static elemen, yaitu singgah di daerah tujuan, dan
3) A consequential element, yaitu akibat dari dua hal di atas (khususnya
terhadap masyarakat lokal), yang meliputi dampak ekonomi, sosia dan fisik
dari adanya kontal dengan wisatawan.
Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara
dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergianya adalah berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi,
sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lain seperti
sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.
Istilah pariwisata berhubungan erat dengan perjalanan pariwisata, yaitu
commit to user
tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang
menghasilkan upah (Yoeti, 2001:xix)
Dengan demikian dapat dikatakan dengan tujuan antara lain untuk
mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat
juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk
kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha lainya. (Suwantoro,
1997:3-4).
B. Jenis – Jenis Pariwisata
Adapun jenis dan macam pariwisata adalah sebagai berikut ( Yoeti,
1985 :111) :
1. Menurut letak geografisnya dimana kegiatan pariwisata berkembang.
a. Pariwisata Lokal (local Tourism). Yaitu pariwisata setempat yang
mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan terbatas pada tempat tertentu
saja.
b. Pariwisata Regional (Regional Tourism). Yaitu kegiatan pariwisata yang
berkembang di suatu tempat atau daerah yang lingkupnya lebih luas dari
pariwisata lokal tetapi lebih sempit dari pariwisata nasional.
c. Pariwisata Nasional ( National Tourism).
Jenis pariwisata ini dibagi menjadi 2 yaitu :
1 Pariwisata Nasional dalam arti sempit yaitu kepariwisataan yang
berkembang dalam wilayah suatu negara dimana adalah seorang
commit to user
2 Pariwisata nasional dalam arti luas yaitu kegiatan kepariwisataan
yang berkembang di suatu negara selain kegiatan wisatawan
domestik juga terdapat wisatawan asing.
d. Pariwisata Regional – Internasional (Regional – International Tourism).
Yaitu kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional
yang terbatas pada Negara tertentu seperti pariwisata ASEAN.
e. Pariwisata Internasional (International Tourism). Yaitu kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di seluruh Negara.
2. Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran
a.Pariwisata aktif (In Bound Tourism). Yaitu pariwisata yang ditandai
dengan gejala masuknya wisatawan asing ke suatu negara yang
dikunjungi.
b.Pariwisata pasif (Out Going Tourism). Yaitu pariwisata yang ditandai
dengan gejala keluarnya wisatawan ke luar negeri atau ke suatu negara
asing yang dikunjungi.
3. Menurut alasan atau tujuan dari pelaksanaan wisata.
a.Pariwisata bisnis (Business Tourism). Yaitu jenis pariwisata dimana
pengunjung datang untuk tujuan usaha dagang, dinas, seminar,
simposium, dan lain – lain.
b.Vocational Tourism. Yaitu jenis pariwsata dimana pengunjung datang
commit to user
c.Widya Wisata ( Educational Tourism). Yaitu jenis pariwisata dimana
pengunjung datang dengan tujuan untuk melakukan studi atau
mempelajari ilmu pengetahuan.
4. Menurut waktu berkunjung
a.Pariwisata musiman (Seasional Tourism). Yaitu jenis pariwisata dimana
kegiatanya berlangsung pada waktu tertentu.
b.Occational Tourism. Yaitu pariwisata yang kegiatanya dihubungkan
dengan acara tertentu.
5. Menurut objeknya
a. Pariwisata Budaya ( Cultural Tourism). Yaitu jenis pariwisata dimana
motivasi orang untuk melakukan perjalanan wisata disebabkan karena
daya tarik seni budaya suatu tempat atau daerah.
b. Pariwisata Kesehatan (Recuperational Tourism). Yaitu jenis pariwisata
dimana orang yang melakukan perjalanan wisata adalah untuk
penyembuhan suatu penyakit.
c. Pariwisata komersial (Comercial Tourism). Yaitu jenis pariwisata dimana
orang dilibatkan dengan kegiatan – kegiatan dagang nasional maupun
internasional.
d. Pariwisata Olahraga (Sport Tourism). Yaitu jenis pariwisata dimana orang
yang melakukan perjalanan wisata bertujuan untuk menyaksikan suatu
commit to user
e. Pariwisata Politik (Political Tourism). Yaitu jenis pariwisata dimana orang
yang melakukan perjalanan wisata dengan tujuan untuk menyaksikan suatu
peristiwa yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara.
f. Pariwisata Agama (Religiaon Tourism). Yaitu jenis pariwisata dimana
orang yang melakukan perjalanan wisata dengan tujuan untuk
menyaksikan atau menjalankan kegiatan keagamaan.
C. Pengertian Wisatawan
Menurut UU No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan yang dimaksud
dengan wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Wisata itu sendiri adalah
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Menurut International Union of office Travel Organization (IUOTO),
yang dimaksud wisatawan adalah setiap pengunjung yang tinggal paling sedikit
24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 bulan ditempat yang dikunjunginya dengan
maksud kunjungan antara lain :
a. Berlibur, rekreasi, dan olahraga
b. Bisnis, mengunjungi teman dan keluarga, kunjungan dengan alas an
kesehatan, atau kegiatan keagamaan.
Sedangkan Yoeti (1982:130) menyimpulkan bahwa seseorang dikatakan
wisatawan apabila :
a. Perjalanan tersebut dilakkan lebih dari 24 jam
commit to user
c. Orang yang melakukan tidak untuk mencari nafkah di tempat atau
Negara yang dikunjunginya
D. Tipologi Wisatawan
Wisatawan dapat diklasifikasikan dengan menggunakan berbagai dasar.
Menurut Murphy (1985) dalam Diarta & Pitana (2009) ,pada prinsipnya dasar –
dasar klasifikasi tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1) Berdasarkan interaksi ( Interactional Type)
Pada tipologi berdasarkan interaksi ini, penekannya pada sifat – sifat
interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal.
2) Berdasarkan Kognitif – Normatif ( Cognitive- Normative model)
Pada tipologi berdasarkan kognitif normatif lebih ditekankan pada motivasi
yang melatarbelakangi perjalanan.
Cohen (1972) mengklasifikasikan wisatawan atas dasar tingkat familiarsi
dari daerah yang akan dikunjungi, serta tingkat pengorganisasian perjalanan
wisatanya (Diarta & Pinata 2009). Atas dasar ini, Cohen menggolongkan
wisatawan ke dalam empat kelompok, yaitu :
1. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali
belum diketahuinya, yang berpergian dalam jumlah kecil.
2. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur
perjalananya sendiri tidak mau mengikuti jalan – jalan wisata yang sudah
umum melainkan mencari hal yang tidak umum (off the beaten track).
Wisatawan seperti ini bersedia memanfaatkan fasilitas dengan standart lokal
commit to user
3. Individual Mass Tourism, yaitu wisatawan yang hanya mau menyerahkan
pengaturan perjalananya kepada agen perjalanan, dan mengunjungi daerah
tujuan wisata yang sudah terkenal
4. Organized Mass Tourism, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi
daerah tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan fasilitas seperti yang sudah
ditemuinya di tempat tinggalnya, dan perjalanannya selalu dipandu oleh
pemandu wisata.
Sedangkan Smith (1977 dalam Diarta & Pitana 2009 ) mengklasifikasikan
wisatawan menjadi tujuh, yaitu :
1. Explorer, yaitu wisatawan yang mencari perjalanan baru dan berinteraksi
secara intensif dengan masyarakat lokal, bersedia menerima fasilitas
seadanya.
2. Elite, yaitu wisatawan yang mengunjungi daerah tujuan yang belum di
kenal, tetapi dengan pengaturan terlebih dahulu, dan bepergian dalam
jumlah yang kecil.
3. Off-Beat, yaitu wisatawan yang mencari atraksi sendiri, tidak ikut ke tempat
– tempat sudah ramai dikunjungi. Biasanya wisatawan seperti ini siap
menerima fasilitas seadanya di tempat lokal.
4. Unusual, yaitu wisatawan yang dalam perjalananya sekali waktu juga
mengambil aktivitas tambahan, untuk mengunjungi tempat – tempat baru
atau melakukan kativitas yang agak beresiko. Meskipun dalam aktivitas
tambahanya bersedia menerima fasilitas apa adanya tetapi program
commit to user
5. Incipient, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan secara individual
atau dalam kelompok kecil, mencari daerah tujuan wisata yang mempunyai
fasilitas standar tetapi masih menawarkan keaslian (authenticity).
6. Mass, yaitu wisatawan yang berpergian ke daerah tujuan wisata dengan
fasilitas yang sama seperti di daerahnya, atau bepergian ke daerah tujuan
wisata dengan environmental bubble yang sama. Interaksi dengan
masyarakat lokal sangat kecil, terkecuali dengan mereka yang langsung
berhubungan dengan usaha pariwisata.
7. Charter, yaitu wisatawan yang mengunjungi daerah tujuan wisata dengan
lingkungan yang mirip dengan daerah asalnya, dan biasanya hanya untuk
bersantai/bersenang – senang. Mereka berpergian dalam jumlah besar dan
meminta fasilitas berstandar internasional.
Dalam pendekatan kognitif – normatif, Plog (1972) dalam Diarta & Pitana
(2009) mengembangkan tipologi wisatawan sebagai berikut :
1. Allocentric, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi tempat – tempat yang
belum diketahui, bersifat petualangan (adventure), memanfaatkan fasilitas
yang disediakan masyarakat lokal.
2. Psychocentric, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi daerah tujuan
wisata yang sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang sama dengan
negaranya sendiri. Mereka melakukan perjalanan wisata dengan program
commit to user
3. Mid-centric, terletak diantara allocentric dan psychocentric
Berdasarkan perilaku wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata, Gray
(1970) membedakan wisatawan menjadi dua, yaitu (Diarta & Pitana 2009) :
1. Sunlust tourist, adalah wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah dengan
tujuan utama untuk beristirahat atau relaksasi. Wisatawan tipe ini
mengharapkan keadaan iklim, fasilitas, makanan, dan lain – lain yang sesuai
standar negara asalnya.
2. Wanderlust tourist, adalah wisatawan yang perjalanan wisatanya di dorong
oleh motivasi untuk mendapatkan pengalaman baru, mengetahui
kebudayaan baru, ataupunn mengagumi keindahan alam yang belum pernah
dilihat. Wisatawan seperti ini lebih tertarik pada DTW yang mampu
menawarkan keunikan budaya atau pemandangan alam yang mempunyai
nilai pembelajaran tinggi.
E. Industri Dalam Pariwisata
Menurut UU No. 10 tahun 2009 tetntang kepariwisataan yang dimaksud
dengan Industri pariwisata adalah adalah kumpulan usaha pariwisata yang
saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
Industri Pariwisata dapat dipandang sebagai sebuah sub-sistem dari
sistem pariwisata secara keseluruhan ( Diarta & Pitana 2009 ). Yoeti (2008)
membagi Industri pariwisata kedalam dua sisi yaitu sisi permintaan (demand)
commit to user 1. Permintaan dalam Industri Pariwisata
Permintaan dapat diartikan sebagai hubungan fungsional yang
menunjukkan jumlah barang yang akan dibeli dengan harga tertentu pada
waktu tertentu (Yoeti : 2008). Permintaan (demand) dapat ditinjau dari dua sisi
yaitu sisi ekonomi dan psikologi. Sisi ekonomi menyangkut gejala – gejala
permintaan dalam hubunganya dengan keseluruhan faktor – faktor ekonomi,
sedangkan sisi psikologis meninjau persoalan ini dari sisi manusia dalam
menentukan pilihhanya untuk membeli sesuatu barang kebutuhanya.
Yoeti (2008) menyebutkan bahwa permintaan dalam industri pariwisata
dapat dibagi menjadi dua yaitu potential demand dan actual demand. Potential
demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan
wisata (karena memiliki waktu luang dan punya tabungan relatif cukup).
Sedangkan yang dimaksud dengan actual demand adalah orang – orang yang
sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu DTW (Daerah Tujuan Wisata)
tertentu.
Permintaan terhadap barang dan jasa industri pariwisata ditentukan oleh
faktor – faktor umum dan khusus. Berikut ini adalah hal – hal yang secara
umum mempengaruhi permintaan terhadap industri pariwisata (Yoeti, 2008):
a. Purchasing Power (Kekuatan Untuk Membeli)
Kekuatan/Kemampuan untuk membeli ini sangat bergantung pada
dispopable income yang erat kaitanya dengan standar hidup. Lebih dari 4/5
commit to user
nya berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata ke negara – negara
berkembang (Yoeti, 2008).
b. Demographic Structure and Trend
Besarnya jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk akan
mempengaruhi permintaan terhadap produk industri pariwisata. Negara yang
memiliki penduduk banyak tetapi pendapatan per kapita kecil jelas memiliki
kesempatan kecil untuk melakukan perjalanan wisata. Faktor lain adalah
struktur usia penduduk. Penduduk yang masih muda dengan pendapatan rata –
rata relatif tinggi akan lebih besar pengaruhnya daripada penduduk yang
berusia tua (pensiunan) (Yoeti, 2008).
c. Social And Cultural Factors
Industrialisasi tidak hanya menghasilkan struktur pendapatan masyarakat
relatif tinggi, juga meningkatkan pemerataan pendapatan dalam masyarakat
sehingga memungkinkan orang mempunyai kesempatan untuk melakukan
perjalanan wisata untuk menghilangkan kejenuhan bekerja, menghilangkan
stress, sehingga melakukan rekreasi sudah merupakan keharusan (Yoeti, 2008).
Dengan meningkatnya waktu senggang dan adanya liburan yang dibayar
(paid vacation) membuat orang – orang berkecenderungan sering melakukan
perjalanan wisata ke DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang mereka inginkan
mencari pengalaman yang melihat negeri yang belum pernah dikunjungi
commit to user
d. Travel Motivation and Attitudes
Motivasi untuk melakukan perjalanan wisata sangat erat hubunganya
dengan kondisi sosial dan budaya masyarakatnya. Robert W. Macintosh dalam
Yoeti (2008) membagi motivasi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata
menjadi empat, yaitu :
1. Motivasi Fisik
Orang – orang melakukan perjalanan wisata, tujuanya untuk
mengembalikan keadaan fisik yang sudah lelah karena bekerja terus. Mereka
perlu beristirahat dan bersantai, melakukan kegiatan olahraga, agar sekembali
dari perjalanan wisata bergairah dan bersemangat kembali waktu masuk kerja.
2. Motivasi Kultural
Orang – orang tergerak hatinya untuk melakukan perjalanan wisata
disebabkan ingin melihat dan menyaksikan tingkat kemajuan kebudayaan suatu
bangsa, baik kebudayaan di masa lalu maupun apa yang sudah dicapainya
sekarang, di samping ingin melihat dan menyaksikan adat istiadat, kebiasaan
hidup (the way of life) suatu bangsa yang berbeda dengan apa yang dimiliki
negara lain.
3. Motivasi Personal
Orang – orang ingin melakukan perjalanan wisata karena adanya
keinginan untuk mengunjungi sanak keluarga yang sudah lama tidak bertemu
commit to user
4. Motivasi Status dan Prestise
Ada orang – orang tertentu yang beranggapan dengan melakukan
perjalanan wisata dapat meningkatkan status dan prestise keluarga,
menunjukkan mereka memiliki kemampuan ketimbang orang lain.
e. Opportunities to travel and Tourism Marketing Intensity
Adanya intensif untuk melakukan perjalanan wisata sekarang ini akan
meningkatkan perjalanan wisatawan ke seluruh dunia. Kesempatan untuk
melakukan perjalanan wisata itu tidak hanya karena biaya perjalanan yang
ditanggung perusahaan, juga memberi kesempatan kepada keluarga ikut
melakukan perjalanan wisata, anak istri mendampingi suami dalam
berpartisipasi dalam suatu konferensi tertentu.
Sedangkan berikut ini adalah faktor – faktor yang menentukan
permintaan khusus terhadap DTW tertentu yang akan dikunjungi, yaitu (Yoeti,
2008):
a. Harga
Faktor harga sangat menentukan dalam persaingan antara sesama tour
operator. Sering terjadi, paket wisata untuk suatu DTW yang sama ditawarkan
dengan harga berbeda. Bila perbedaan dalam fasilitas tidak berbeda banyak,
biasanya calon wisatawan akan lebih suka memilih harga paket wisata yang
lebih murah. Hampir pada kebanyakan indutri jasa soal harga biasanya
masalah kedua untuk menentukan permintaan yang diinginkan. Yang penting
adalah kualitas harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan sesuai dengan
commit to user
b. Daya tarik wisata
Biasanya keputusan untuk melakukan perjalanan lebih banyak
menyangkut pemilihan DTW yang akan dikunjungi. Pemilihan DTW ini lebih
banyak ditentukan oleh daya tarik yang terdapat di DTW yang akan
dikunjungi, apakah sesuai dengan keinginan wisatawan/anggota rombongan
yang menjadi peserta tour (Yoeti, 2008).
c. Kemudahan berkunjung
Asesibilitas ke DTW yang akan dikunjungi banyak mempengaruhi
pilihan wisatawan. Biasanya wisatawan menginginkan tersedianya macam –
macam transportasi yang dapat digunakan dengan harga yang bervariasi. Biaya
transportasi akan mempengaruhi biaya perjalanan secara keseluruhan (Yoeti,
2008).
d. Informasi dan layanan sebelum kunjungan
Wisatawan biasanya ingin bila tersedia pre-travel service di DTW yang
mereka kunjungi. Keberadaan TIC ( Tourist Information Centre) pada DTW
juga sangat brepengaruh untuk membantu para wisatwan dalam menjalankan
rancangan perjalanan wisata mereka (Yoeti, 2008).
2. Penawaran Dalam Industri Pariwisata
Dalam ilmu ekonomi, penawaran (supply) diartikan sejumlah barang,
produk, atau komoditi yang tersedia dalam pasar yang siap untuk dijual kepada
konsumen yang membutuhkanya. Penawaran (supply) dapat juga diartikan
commit to user
Pengertian penawaran dalam pariwisata meliputi semua macam produk
dan pelayanan/jasa yang dihasilkan oleh kelompok perusahaan industri
pariwisata sebagai pemasok, yang ditawarkan baik kepada wisatawan yang
datang secara langsung atau yang membeli melalui Agen Perjalanan (AP) atau
Biro Perjalanan Wisata (BPW) sebagai perantara (Yoeti, 2008).
Komponen penawaran pariwisata secara garis besar dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Yoeti, 2008) :
1.Infrastruktur
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah semua fasilitas yang
diperuntukkan bagi kepentingan umum (termasuk juga wisatawan yang
berkunjung) yang memungkinkan orang banyak merasa memperoleh
kemudahan, kenyamanan bila datang berdiam atau datang berkunjung pada
DTW tersebut (Yoeti, 2008). Beberapa komponen infrastruktur antara lain :
airport, railway station, bus station, electricity, parking area, telekomunication
network, health care, transportation network, dan sebagainya.
2.Atraksi Wisata
Atraksi Wisata ini dapat di bagi lagi menjadi (Yoeti, 2008):
a.Natural Attraction, antara lain terdiri dari : Landscape, Mountain,
Beaches, Flora, Fauna, dan sebagainya.
b.Built Attraction, antara lain terdiri dari : historic & modern building,
mosques, castles, monuments, gardens & parks dan sebagainya.
c.Cultural Attractions, antara lain terdiri dari: Museums, Theatres, Art &
commit to user 3.Superstruktur
Superstruktur adalah segala fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh
wisatawan selama bekunjung ke sebuah DTW. Berbeda dengan infrastruktur,
yang dimaksud dengan superstructure adalah semua perusahaan yang
sesungguhnya tidak begitu penting bagi mereka yang bukan wisatawan, akan
tetapi sangat berarti bagi wisatwan. Komponen yang termasuk dalam
supersructure adalah accomodation, restaurant, transportation equipment, TIC
(Tourist Information Centre) , Bank/MC, Retail Outlet, dan sebagainya (Yoeti,
2008).
F. Backpacker dalam pariwisata
1. Sejarah dan Pengertian backpacker
Menurut wikipedia, backpacking secara historis diartikan sebagai perjalanan
wisata yang berbiaya rendah. Bermula di tahun 1970an, pada awal mulanya
backpacker ini adalah mereka kaum hippie di benua Eropa yang melakukan dan
menikmati perjalanan jauh dalam rangka mencari Tuhan serta jati diri mereka
dalam interaksi mereka selama perjalanan dengan orang- orang di
sekitarnya.Terkadang perjalanan yang mereka lakukan sampai melintasi benua.
Karena perjalanan yang jauh, uang menjadi salah satu hal yang tidak pernah
cukup jika menggunakan transportasi yang mahal. Oleh karena itu umumnya para
backpacker mencari transportasi dengan biaya termurah dan penginapan termurah
yang bisa didapat. Perjalanan ala backpacker ini pada intinya terdapat tiga unsur ,
commit to user
a. Menikmati alam (menikmati perjalanan)
b. Mengenal diri sendiri
c. Menikmati komunikasi dengan sang pencipta.
Penelitian awal mengenai backpacker ini demulai ketika Cohen (1972)
membedakan wisatawan menjadi dua yaitu non-institutionalized dan
institutionalized (Markward 2008). Non-institutionalized tourist terdiri dari
drifter dan eksplorer yang menggambarkan tentang wisatawan dengan interaksi
dengan masyarakat lokal tinggi serta penggunaan fasilitas lokal. Sementara
Institutionalized tourist terdiri dari Individual Mass Tourism dan Organized Mass
tourism yang menggambarkan wisatawan dengan standar fasilitas tertentu.
Seiring dengan berkembangnya jaman, penelitian mengenai
non-institutionalized terus berkembang. Akan tetapi, pada akhir dekade penelitian
menyebut bentuk baru dari non-institutionalized tourist tersebut sebagai
backpackers hinga saat ini (Pearce 1990a, Loker 1993, and Loker-Murphy and
Pearce 1995 dalam Ian dan Musa 2005). Pearce mendifinisikan backpacker
sebagai wisatawan yang melakukan hal – hal di bawah ini :
a. Pemilihan dalam akomodasi yang murah
b. Interaksi sosial dengan wisatawan lain
c. Independen dan fleksibilitas dalam rencana wisata
d. Lama melakukan perjalanan wisata lebih dari wisatawan konvensional
e. Ketertarikan pada kegiatan informal
Mereka menggambarkan backpacker itu sebagai seorang wisatawan muda,
commit to user
perjalanan yang terorganisir. Para backpacker ini mempunyai sedikit kontak
dengan industri pariwisata dan berusaha membagi gaya hidup mereka pada siapa
mereka berinteraksi. Para backpacker itu sendiri mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
a. Melakukan perjalanan dalam waktu yang panjang, tidak mempunyai rencana
yang kaku (Cohen 1972,1973, 1982; Vogt 1976; Riley 1988 dalam Nathan,
Yonai dan Dalit 2006).
b. Keterbatasan pada dana yang akan mereka belanjakan (Teas 1974; Riley 1988
dalam Nathan, Yonai dan Dalit 2006)
c. Mereka makan di restoran murah, tidak tinggal di hotel yang mahal (Cohen
1972, 1973; Vogt 1976; Riley 1988; Pearce 1990a, Loker 1993, and
Loker-Murphy and Pearce 1995 dalam Nathan, Yonai dan Dalit 2006).
d. Mencari petualangan, keaslian, dan pengalaman yang mendalam (Nathan,
Yonai dan Dalit 2006)
Walaupun dari literatur – literatur tersebut membagi karakteristik tertentu
yang berbeda dari wisatawan institusional, mereka (backpacker) bukanlah
kelompok yang homogen. Faktanya karakteristik dari kelompok ini juga di susun
dari waktu ke waktu untuk mencerminkan perubahan nilai dari masyarakat.
2. Backpacker Tourism dan Pengembangan Ekonomi Lokal
Hubungan antara pariwisata dan pengembangan ekonomi dari sebuah negara
telah banyak di bahas dalam berbagai literatur seperti Hampton (1998), Hamzah
(1997), Jarvis (2004), Riley (1988), Scheyvens (2002), Spreitzhofer (2002) and
commit to user a. Dampak Ekonomi
Segmen wisata ala backpacker, mempunyai banyak dampak positif terutama
bagi perekonomian masyarakat lokal. Hampton (2009) memberikan beberapa
dampak ekonomi yang ditimbukan dari backpacker seperti di bawah ini :
a. Devisa dan Kebocoran ( Foreign Exchange and Leakages)
Meskipun jika dibandingkan dengan wisatawan konvensional
backpacker menghasilkan devisa yang lebih kecil, akan tetapi backpacker
lebih unggul dalam rata – rata lama tinggal (Longer Average Length of Stay )
sehingga backpacker mempunyai pengeluaran yang lebih tinggi di sebuah
negara per wisatawan. Wisatawan konvensional mengalami tingkat
kebocoran hingga 70% sedangkan backpacker hanya sekitar 30% (Hampton
2009).
b. Hubungan dengan Ekonomi Lokal (Lingkages with Local Economic)
Wisatawan konvensional lebih suka menggunakan barang – barang
impor (bermerk), akan tetapi backpacker menggunakan produk – produk
lokal (makanan,transportasi, dan sebagainya)(Hampton, 2009). Dengan kata
lain, segmen backpacker mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan
perkembangan ekonomi lokal dari pada wisatawan konvensional (Hampton
2009) .
b. Infrastruktur dan Kepemilikan
Sering menjadi perdebatan, bahwa backpacker hanya membutuhkan
infrastruktur yang “minimalis” yang berarti akan menjadikan investasi berkurang
commit to user
“Thus, this category of traveler is not so concerned about amenities (e.g. plumbing), restaurants (e.g. westernized food), and transportation (e.g. air conditioning) geared specifically to the tastes of the mass tourist. If a budget traveler place has an appeal to Western tastes (e.g.banana pancakes), it requires minimal infrastructure”(Riley 1988 dalam Ian dan Musa 2005).
Infrastruktur yang biasa digunakan wisatawan konvensional biasanya
dibangun dengan investasi pihak asing. Sebaliknya, industri – industri kecil yang
digunakan oleh para backpacker biasanya didirikan/dimiliki oleh masyarakat lokal
dan memperkerjakan masyarakat lokal/keluarga mereka (Ian dan Musa 2005).
Itu berarti, ketika backpacker menggunakan fasilitas ini berarti para
backpacker ini ikut berkontribusi secara langsung terhadap pengembangan
ekonomi masyarakat lokal. Lebih jauh Hampton (2009) mengatakan walaupaun
infrastruktur yang digunakan wisatawan konvensinal lebih banyak menghasilkan
lapangan kerja langsung, akan tetapi mana yang lebih baik menjadi cleaning
service di Hotel berbintang atau memiliki sebuah guest house ? Industri Low
capital needs seperti ini akan lebih banyak memunculkan kepemilikan –
kepemilikan lokal. Biasanya penghasilan yang di dapat lenih tinggi dari pada
pertanian, perikanan, atau sektor informal lainya (Hampton, 2009).
Regina Scheyvens (2002) mengelompokkan menjadi dua kriteria bagaimana
backpacker dapat memfasilitasi pengembangan masyarakat lokal. Dua kriteria
tersebut adalah :
a) Economic Development Criteria
(1) Menghabiskan lebih banyak uang karena mempunyai waktu tinggal