• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN EFEKTIVITAS PENERAPAN PROGRAM LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN EFEKTIVITAS PENERAPAN PROGRAM LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. LATAR BELAKANG

Setiap manusia melakukan kegiatan belajar untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam tercapainya daya pikir dan tindakan untuk memecahkan masalah. Pada masa sekarang ini, belajar menjadi sesuatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Hampir di sepanjang waktunya, manusia banyak melaksanakan kegiatan belajar. Apalagi sekarang ditunjang dengan sarana yang sangat memadai. Saat ini seseorang dapat belajar kapan saja dan dimana saja, sebab ditunjang dengan teknologi informasi yang dapat menampilkan informasi yang terbaru sekalipun melalui alat komunikasi yang multiguna. Di sisi lain, kemudahan ini membuat masyarakat mengalami kebingungan dalam memilih informasi mana yang dapat dipercaya, atau siapa sumber yang layak dikutip. Masyarakat informasi juga memunculkan adanya kekuatiran akan pemanfaatan informasi itu sendiri.

(2)

semakin bertambah dan semakin komplek. Untuk mencegahnya, setiap orang harus mempunyai kemampuan dalam mencari, menggunakan dan mengevaluasi informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efesien serta dapat mengembangkan menjadi pengetahuan yang baru. Kemampuan ini di masyarakat sering disebut dengan literasi informasi atau melek informasi.

Dalam perguruan tinggi, literasi informasi wajib dimiliki insan sivitas akademika jika tidak mau, maka akan ketinggalan dan menjadi asing di masyarakat yang telah dikelilingi informasi ini. Dalam tridarma perguruan tinggi sivitas akademika di tuntut untuk melaksanakan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Semua dapat terpenuhi apabila didukung dengan sumber-sumber informasi yang aktual dan akurat sehingga mendapatkan keluaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Perpustakaan perguruan tinggi sebagai jantung, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar untuk mewujudkan tridarma perguruan tinggi. Dalam menerapkan ketrampilan pencarian dan pengolahan informasi di dalam kurikulum pihak universitas tentu saja memerlukan sebuah tuntunan atau panduan. Association of College & Research Libraries (ACRL) sebenarnya telah membuat standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi. Menurut Association of College & Research Libraries (ACRL) seseorang yang telah menguasai ketrampilan literasi informasi, dapat :

1. Menentukan batas informasi yang dibutuhkan

(3)

4. Memadukan sejumlah informasi yang terpilih menjadi dasar pengetahuan seseorang

5. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu 6. Memahami masalah-masalah ekonomi, hukum, maupun sosial, sekitar

penggunaan informasi, mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan legal. (ACRL, 2000:1)

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka literasi informasi menjadi hal yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang untuk mengurangi pengaruh negatif dari pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini dan juga untuk meningkatkan kemampuan akademik seseorang. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, ruang lingkup dan keragaman informasi yang digunakan dalam proses pembelajaran menjadi sangat beragam. Menjadi sebuah tantangan utama bagi semua orang khususnya mahasiswa untuk meningkatkan ketrampilan, ilmu pengetahuan, dan kefasihan untuk secara efektif menggunakan informasi yang di dapatnya. Seseorang yang memiliki ketrampilan tersebut dapat dikatakan orang yang melek informasi atau information literate.

(4)

yang di lakukan perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta diberikan kepada mahasiswa S1 maupun Pascasarjana dengan mengajarkan pemustaka cara mengakses sumber-sumber informasi baik manual maupun melalui database jurnal yang dilanggan. Sampai tahun 2009, literasi informasi dilaksanakan dalam kegiatan promosi perpustakaan .

Pada tahun 2009-2010 perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta mulai membenahi kegiatan literasi informasi dengan menyiapkan materi-materinya dan pustakawan yang ditunjuk untuk mengajar literasi informasi. Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta juga bekerjasama dengan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) dan Jaringan Perpustakaan Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik telah mengirimkan pustakawannya guna mengikuti pelatihan Literasi Informasi. Pada tahun 2011 perpustakaan universitas Atma Jaya Yogyakarta mulai mengadakan latihan Literasi informasi setiap 2 bulan sekali. Materi pelatihan masih tahap pengenalan sumber-sumber informasi dari database online seperti skripsi, tesis, prosiding dan e-journal.

(5)

pada efektivitas pelatihan program literasi informasi mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang merupakan pengguna langsung perpustakaan.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana ketergunaan literasi informasi yang dilaksanakan Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, berdasarkan perspektif pemustaka khususnya mahasiswa ?

2. Apakah sudah sesuai penerapan standar literasi informasi menurut ACRL di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta ?

3. Perbaikan apa saja yang perlu dilakukan Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta untuk menjadikan program literasi informasi Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta menjadi lebih baik ?

C. RUMUSAN MASALAH

(6)

D. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan

1. Untuk mengetahui ketergunaan literasi informasi yang dilaksanakan Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta kepada pemustaka khususnya mahasiswa.

2. Untuk mengetahui penerapan standar literasi informasi menurut ACRL (The Association of College and Research Libraries) di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta .

3. Untuk mengetahui perbaikan yang harus dilakukan oleh Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta untuk menjadi program literasi informasinya menjadi lebih baik.

4. Untuk mengetahui efektivitas penerapan program literasi informasi di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Keilmuan, menambah pengetahuan calon pustakawan dalam literasi informasi.

2. Institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan barometer terhadap kompetisi literasi informasi yang dimiliki oleh mahasiswa Univesitas Atma Jaya Yogyakarta.

(7)

sendiri, salah satunya peningkatan kemampuan dalam pemberdayaan informasi.

4. Pembaca, memberi pemahaman terhadap pembaca bahwa kemampuan terhadap literasi informasi dibutuhkan untuk mendukung kehidupan dan menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Penulis menggunakan sistematika penulisan yang di susun dalam 4 (empat) Bab yaitu :

Bab I. Pendahuluan Latar belakang Identifikasi masalah Rumusan masalah Tujuan penelitian Manfaat penelitian

Sistematika penulisan skripsi Kajian riset sebelumnya Landasan teori

Metode penelitian. Bab II. Deskripsi lokasi

(8)

Misi

Komitmen dan sasaran perpustakaan UAJY Struktur organisasi perpustakaan UAJY Lokasi / gedung, koleksi

Keanggotaan

Pengguna / Pemustaka

Layanan baik sistem layanan maupun jenis layanan. Bab III. Analisa Data

Statistik deskriptif Teknik analisa data Uji kualitas data

Interpretasi hasil analisis. Bab IV. Penutup

Kesimpulan Saran

G. KAJIAN RISET SEBELUMNYA

1. Penelitian Listika Fadhilatu Rizka Nasution

(9)

“ Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui literasi informasi di program Studi Ilmu Perpustakaan (PSIP) S1 (semester VII/T.A 2009/2010) dengan menggunakan standar yang dibuat oleh Association of college and research (ACRL). Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa PSIP semester VII/ T.A 2009/2010, berjumlah 30 orang. Sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu mengambil seluruh populasi menjadi sampel. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2009.

Hasil analisa menunjukkan literasi informasi yang dimiliki mahasiswa PSIP dengan menggunakan acuan standar yang dibuat ACRL adalah sebagai berikut: kemampuan yang dimiliki hampir setengah mahasiswa untuk menentukan kealamiahan dan keluasan informasi dapat dikatakan sudah baik. Dalam hal kmampuan mengakses informasi, dapat disimpulkan sebagian besar mahasiswa telah memiliki kemampuan yang baik. Untuk mengevaluasi informasi yang diperoleh secara kritis, mayoritas mahasiswa sudah melakukannya dengan baik. Kemampuan sebagian besar mahasiswa dalam menggunakan dan mengkomunikasikan informasi juga sudah baik. Setengah mahasiswa juga telah paham terhadap isu hukum, ekonomi dan sosial seputar informasi secara etis dan legal dapat dikatakan sudah cukup baik. Dari penjabaran kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa, maka dapat dikatakan literasi informasi mahasiswa PSIP sudah cukup baik”.

Kata kunci :Literasi informasi

Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian di atas adalah

kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam berliterasi informasi.

Perbedaannya adalah obyek penelitian yang diteliti dengan waktu

penelitian.

H. LANDASAN TEORI

1. Efektivitas

Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh

sebuah organisasi. Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan efektivitas

adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan

(10)

sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber

daya secara cermat.

Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai

tingkat perwujudan sasaran yang menunjukkan sasaran telah dicapai.

Gibson dalam Tangkilisan (2005:65) mengatakan bahwa efektivitas

organisasi dapat diukur melalui :

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai

b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan

c. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap

d. Perencanaan yang matang

e. Penyusunan program yang tepat

f. Tersedianya sarana dan prasarana

g. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik

Efektivitas berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja yang maksimal

dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan

waktu. Jadi efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran. Sedangkan

masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama.

Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan oleh para pakar di atas,

dapat simpulkan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti

tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan. Jadi apabila tujuan

(11)

2. Literasi Informasi a. Pengertian

Literasi informasi diperkenalkan oleh Paul Zurkowski pada tahun

1974. Beliau ketika itu menjabat sebagai President of Information Industry Association mengajukan proposal kepada The National Commission on Libraries and Information Science (NCLIS) USA. Paul Zurkowski menyatakan bahwa dalam program nasional, salah satu yang

harus dicapai adalah literasi informasi secara universal. Sedangkan

definisi literasi informasi sendiri menurut Amstrong dalam Webber

(2008:40) yang menyatakan bahwa pengertian literasi informasi :

“Information literacy is knowing when and why you need information, where to find it, and how to evaluate, use and communicate it in an ethical manner”.

Dalam pengertian tersebut menyatakan bahwa literasi informasi

adalah sebuah kemampuan untuk mengetahui kapan dan mengapa kita

memerlukan informasi, dimana menemukannya, dan bagaimana

mengevaluasinya, menggunakan dan mengkomunikasikannya secara

etis. Menurut Dictionary for Library and Information Science oleh Reitz (2004:356) literasi informasi adalah

(12)

on which information transmission is based, including its social, and cultural context and impact”.

Dari pernyataan di atas dikatakan bahwa literasi informasi adalah

kemampuan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan, termasuk

pemahaman bahan perpustakaan yang diatur, akrab dengan sumber yang

tersedia (termasuk format informasi dan alat penelusuran otomatis) dan

ilmu pengetahuan dari teknik yang dapat digunakan. Konsep tersebut

juga mencakup kemampuan yang dibutuhkan untuk mengevaluasi isi

informasi dengan kritis dan menggunakannya secara efektif, seperti

pemahaman terhadap alat-alat teknologi sebagai dasar penyampaian

informasi, termasuk bidang sosial, politik, konteks budaya dan

dampaknya. Dalam final report America Library Association’s

Presidential committee on Information Literacy (ALA: 1989)

memberikan definisi yang banyak digunakan yaitu, “Information literacy is a set of abilities reuiring individuals to recognize when

information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use

effetivelly the needed information.”

Artinya bahwa literasi informasi adalah seperangkat kemampuan yang

dimiliki seseorang untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan dan

memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan

menggunakannya secara efektif. Hal senada juga diberikan oleh Asosiasi

Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI) yaitu literasi informasi

(13)

suatu masalah yang ada. Ketrampilan ini meliputi mengidentifikasi

masalah, mencari informasi, menyortir, menyusun, memanfaatkan,

mengomunikasikan dan mengevaluasi hasil jawaban dari pertanyaan

atau masalah yang dihadapi (APISI: 2007).

Dari definisi tersebut literasi informasi merupakan kemampuan untuk

mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dari berbagai

jenis sumber. Literasi informasi menjadi hal yang sangat penting

dimiliki oleh setiap orang khususnya mahasiswa untuk mengurangi

pengaruh negatif dari pesatnya perkembangan teknologi informasi saat

ini dan juga untuk meningkatkan kemampuan akademik seseorang.

b. Tujuan Literasi Informasi

Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting

dimiliki seseorang terutama dalam dunia perguruan tinggi karena pada

saat ini semua orang dihadapkan dengan berbagai jenis sumber

informasi yang berkembang sangat pesat, namun belum tentu semua

informasi yang ada dan diciptakan tersebut dapat dipercaya dan sesuai

dengan kebutuhan informasi para pencari informasi. Literasi informasi

akan memudahkan seseorang untuk belajar secara mandiri dimana pun

berada dan berinteraksi dengan berbagai informasi. Literasi informasi

juga sangat berguna dalam dunia perguruan tinggi untuk mendukung

pendidikan dan dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi

yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan informasi bagi

(14)

dengan memiliki literasi informasi maka para peserta didik mampu

berpikir secara kritis dan logis serta tidak mudah percaya terhadap

informasi yang diperoleh sehingga perlu mengevaluasi terlebih dahulu

informasi yang diperoleh sebelum menggunakannya.

Menurut ACRL (Association of Colloge & Research Libraries)

menyatakan bahwa, individu yang menguasai literasi informasi akan

mampu untuk:

a. Menentukan informasi yang dibutuhkan.

b. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efesien

c. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis.

d. Memasukkan informasi yang dipilih ke dalam basis pengetahuan

seseorang.

e. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan

tertentu.

f. Memahami masalah-masalah ekonomi, mengakses dan menggunakan

informasi secara etis dan legal.

Dengan demikian, literasi informasi menjadi sangat penting untuk

dimiliki dan terus ditingkatkan oleh setiap orang terutama dikalangan

mahasiswa terlebih di dalam era globalisasi informasi agar dapat

memperoleh dan memanfaatkan informasi sesuai dengan kebutuhannya

sebagai orang yang berintelektual. Literasi informasi memiliki tujuan

dalam membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasinya

baik untuk kehidupan pribadi (pendidikan, kesehatan, pekerjaan)

(15)

c. Manfaat Literasi Informasi bagi mahasiswa di perpustakaan Universitas

Atma Jaya Yogyakarta

Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dan

harus dimiliki oleh seseorang terutama orang yang berada dalam dunia

pendidikan. Dengan adanya literasi informasi yang diadakan di

perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta secara berkelanjutan,

mahasiswa akan mendapatkan manfaat dalam pemahaman mengenai

cara menggunakan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan secara

legal dan beretika. Menurut Adam (2009:1) manfaat literasi informasi

adalah

1. Membantu dalam pengambilan keputusan

Apabila seseorang tertimpa suatu permasalahan, pemecahannya

adalah mencari informasi supaya dapat segera memecahkan

permasalahan tersebut. Jika seseorang tersebut telah mempunyai

kemampuan literasi informasi niscaya ia akan tahu caranya mencari,

menemukan, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menggunakan

informasi secara efesien efektif, beretika dan legal untuk mengambil

keputusan dalam memecahkan suatu permasalahan yang

dihadapinya.

2. Menjadi manusia pembelajar

Informasi merupakan kebutuhan yang vital bagi setiap orang.

Dengan mempunyai kemampuan literasi informasi seseorang

(16)

peran yang strategis dalam meningkatkan kemampuan. Dengan

orang semakin terampil dalam mencari, menemukan, mengevaluasi,

dan menggunakan informasi semakin terbuka pula kesempatan

seseorang untuk melakukan pembelajaran secara mandiri.

3. Menciptakan pengetahuan baru

Seseorang yang memiliki kemampuan literasi yang tinggi dicirikan

oleh kemampuannya dalam memecahkan masalah dan

mengkomunikasikan gagasannya dengan baik. Selain itu ia juga

dapat berpikir kritis, analitis dan membangun argumentasinya secara

logis dengan didukung fakta dan informasi yang diperlukan. Dengan

memiliki kemampuan literasi informasi yang baik, seseorang dapat

membuat inovasi baru dari pengetahuan sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang manfaat literasi informasi

yang telah diuraikan di atas, Perpustakaan Universitas Atma Jaya

Yogyakarta mengadakan kegiatan pelatihan literasi informasi secara

terstruktur dan sudah terjadwal. Dengan adanya pelatihan literasi di

Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta mahasiswa

mendapatkan manfaat yang telah diuraikan di atas. Mahasiswa yang

telah mengikuti pelatihan literasi informasi di Perpustakaan Universitas

Atma Jaya Yogyakarta diharapkan menjadi mahasiswa yang literat

(information literate), yaitu menjadi manusia pembelajar mandiri dan

(17)

d. Model Literasi Informasi

Sejak diperkenalkan tahun 1974, model literasi informasi kemudian

berkembang. Perkembangan ini menunjukkan keragaman pendekatan

terhadap pemahaman literasi informasi di beberapa negara maju. Ada

banyak model literasi informasi yang digunakan sebagai rujukan, untuk

mengajarkan literasi informasi. Model-model literasi informasi

merupakan cara yang terpola dalam mengajarkan pemustaka agar

memiliki kemampuan untuk mencari informasi. Berikut adalah beberapa

model literasi informasi yang sering digunakan dengan keunikan

masing-masing :

a. British Models

British Model(George, 2013) adalah sebuah model yang pertama

dikembangkan pada tahun 1981 oleh Michael Marland dalam

bukunya Information Skills in the Secondary Currriculum

(George, 2013:1). Model ini diterapkan di sekolah dan disebut

dengan keterampilan informasi. British Model mempunyai sembilan

langkah untuk memecahkan masalah yaitu :

a) Memformulasikan dan menganalisa kebutuhan

b) Mengidentifikasi dan memeriksa sumber-sumber informasi

c) Menelusur dan menemukan sumber-sumber individu

d) Menguji, memilih sumber-sumber informasi

e) Mengintegrasikan sumber-sumber informasi tersebut

(18)

g) Menginterpretasikan, menganalisa, mensintesiskan dan

mengevaluasi informasi

h) Mempresentasikan atau mengkomunikasikan informasi dan

i) Mengevaluasi.

b. Big6 (George, 2013)

Model literasi informasi Big6 dikembangkan oleh dua pakar literasi

informasi yaitu Mike Eisenberg dan Bob Berkowitz pada tahun

1988. Model ini merupakan model yang paling banyak digunakan

dalam mengajarkan keahlian literasi informasi. Model ini banyak

digunakan di sekolah maju dalam kegiatan program literasi

informasi mereka. Bahan-bahan tentang model ini juga sangat

mudah diperoleh di internet dibandingkan model-model lainnya. Itu

sebabnya, pengguna model ini dapat dengan mudah memperoleh

hal-hal baru yang dikembangkan oleh Eisenberg dan Berkowitz

melalui internet. Dengan demikian, penggunaannya juga semakin

memasyarakat. Apalagi, pengembang model ini juga menciptakan

model sederhana bagi para siswa di sekolah dasar untuk

memudahkan mereka dalam mengembangkan keterampilan literasi

informasi sejak dini. Model ini disebut dengan Super3 yaitu Plan,

Do danReview. Sejauh ini, hanya model ini yang dikembangkan

(19)

Enam langkah dalam model Big6adalah :

a) Definisi tugas atau masalah

1. Mendefinisikan masalah informasi

2. Mengidentifikasikan kebutuhan informasi

b) Strategi pencarian informasi

1. Menetapkan semua sumber yang dapat digunakan

2. Menyeleksi sumber terbaik

c) Lokasi dan Akses

1. Melokasikan sumber-sumber informasi secara

intektual maupun fisik

2. Menemukan informasi dalam sumber

d) Pemanfaatan informasi yang sudah diperoleh

1. Menghubung-hubungkan informasi

2. Menyarikan informasi yang relevan

e) Pengintegrasian informasi yang diperoleh dari

sumber-sumber tersebut /Sintesa

1. Mengorganisasi informasi dari berbagai sumber

2. Mempresentasikan informasi

f) Pengevaluasian terhadap hasil informasi yang diperoleh

dan proses pemecahan masalahnya.

1. Nilai produk yang dihasilkan dari segi efektivitas

(20)

c. Sconul Seven Pillars Model

Seven Pillar Model dibuat oleh Standing Conference of National and

University Libraries (SCONUL), pada tahun 1999. Model ini

menggabungkan ide-ide tentang berbagai ketrampilan yang terlibat

dengan kedua kebutuhan untuk menjelaskan dan menggambarkan

hubungan antara informasi, ketrampilan dan kemampuan teknologi

informasi, serta gagasan tentang kemajuan dalam pendidikan

perguruan tinggi yang terkandung dalam pengembangan kurikulum

pendidikan tinggi. Dalam SCONUL Seven Pillars Models for

Information Literacy disebutkan bahwa ketrampilan dalam Sconul

Seven Pillar Model (SCONUL, 2013) ini yaitu :

a) Mengenal kebutuhan informasi

b) Membedakan cara mengatasi kesenjangan, mengetahui

sumber informasi

c) Membangun strategi untuk menentukan lokasi informasi

d) Menentukan lokasi dan akses informasi

e) Membandingkan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh

dari sumber yang berbeda

f) Mengorganisir, menerapkan dan mengkomunikasikan

informasi ke orang lain dengan cara yang sesuai dengan

situasi

g) Menyatukan dan membangun atas informasi yang ada dan

(21)

d. Empowering Eight (E8TM)

Empowering 8 (E-8) adalah sebuah model pemecahan masalah untuk

model pembelajaran berbasis sumber belajar. E-8 dikembangkan

pada bulan November 2004 dalam International Workshop on

Information Skills for Learning di University of Colombo, Sri

Langka. Kegiatan ini didukung penuh oleh IFLA/ALP dan NILIS di

University of Colombo, Sri Lanka. Model yang dihasilkan oleh

peserta dari negara-negara Asia ini disebut dengan Empowering

8 dan dipercaya sebagai model yang cocok penerapannya di

negara-negara Asia. Unsur-unsur yang tercakup dalam E-8 adalah :

a) Identifikasi /Identify

1. Menentukan subyek/topic

2. Menentukan dan memahami target pendengar

3. Memilih bentuk yang cocok untuk produk akhir

4. Mengidentifikasi kata kunci

5. Merencanakan strategi penelusuran

6. Mengidentifikasi jenis sumber informasi dan lokasi

informasi dapat ditemukan

b) Eksplorasi / Explore

1. Menentukan sumber-sumber yang cocok dengan

topik yang dipilih

2. Menemukan informasi yang cocok dengan topik

(22)

3. Melakukan wawancara, karya wisata atau penelitian

luar lainnya.

c) Memilih / Select

1. Memilih informasi yang sesuai

2. Menentukan informasi dari yang terlalu mudah

sampai yang terlalu sulit

3. Mencatat informasi dengan membuat pengaturan

visual seperti chart, grafik dan sejenisnya.

4. Menentukan tahapan proses

5. Mengumpulkan sitasi yang cocok

d) Mengorganisir /Organise

1. Menyeleksi informasi

2. Membedakan antara fakta, opini dan fiksi

3. Memeriksa ketumpangtindihan di antara sumber

4. Menyusun informasi dalam susunan yang logis

5. Menggunakan visual organizer untuk menguji

e) Mencipta /Create

1. Menyiapkan informasi dengan menggunakan

bahasa yang dibuat sendiri

2. Merevisi

(23)

f) Menyajikan / Present

1. Menyajikan atau mempresentasikan hasil karya

ilmiah / penelitian

2. Membagikan informasi kepada peserta/audien

3. Menayangkan informasi dalam bentuk yang tepat

dan sesuai dengan peserta/audien

4. Menyiapkan dan menggunakan perlengkapan

dengan semestinya

g) Menaksir / Assess

1. Menerima masukan dari peserta / audien

2. Menilai penampilan orang lain sebagai respons

hasil karya orang lain

3. Merefleksikan hasil karya ilmiah / penelitian

4. Mengungkapkan ketrampilan baru yang telah

dipelajari dalam proses penelitian

5. Memperhatikan hal-hal yang dapat dilakukan

dengan lebih baik lagi di waktu mendatang

h) Menerapkan / Apply

1. Meninjau ulang semua masukan dan penilaian yang

telah diberikan

2. Menggunakan masukan dan penilaian untuk tugas

(24)

3. Menggunakan pengetahuan baru yang didapat

dalam berbagai situasi

4. Menentukan subjek lain yang dapat menerapkan

ketrampilan ini

5. Memberi tambahan pada portfolio yang dibuat

e. Tujuh LangkahKnowledge Management(Diao Ai Liem et.al, 2007)

Di Indonesia, lahir sebuah model baru yang disebut dengan

Tujuh LangkahKnowledge Managementyang dikembangkan oleh

Diao Ai Lien dan kawan-kawan dari Universitas Katolik Atmajaya

Jakarta pada tahun 2007. Model ini merupakan gabungan

antara Big6 dan Empowering Eightyaitu dengan menambahkan

kemampuan ke-8 dariEmpowering Eightke dalam Big6 (Diao Ai

Lien et.al, 2007:6). Model ini dikembangkan untuk membantu para

mahasiswa dalam menyelesaikan tugas penelitian mereka di

kampus. Dengan target pengguna yang spesifik ini maka pada

langkah menciptakan kegiatan yang secara jelas dilakukan adalah

menulis, yaitu menulis hasil karya penelitian maupun skripsi

mereka.

Tujuh langkah langkah yang dicakup dalam model ini yaitu :

a. Merumuskan masalah

b. Mengidentifikasi dan mengakses informasi (fisik dan

intelektual)

(25)

d. Menggunakan informasi

e. Menciptakan karya

f. Mengevaluasi karya

g. Menarik pelajaran

Dari model-model literasi informasi yang telah sedikit diuraikan,

perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta menggunakan

Empowering Eight dan Sconul Seven Pillar Model untuk program

literasi informasinya.

e. Standar Literasi Informasi untuk Perguruan Tinggi

Association of College & Research Libraries (ACRL) telah

membuat suatu kerangka standar untuk menilai kemampuan literasi

informasi individu, kerangka ini memuat garis besar proses fakultas,

pustakawan, dan staf lainnya dapat menentukan indikator tertentu

untuk mengetahui seorang mahasiswa dapat dianggap memiliki

kemampuan literasi informasi. Di pihak mahasiswa juga akan mendapati

bahwa kompetensi literasi informasi ini akan berguna, karena

kompetensi ini memberikan mahasiswa suatu kerangka untuk

mengendalikan interaksi mereka dengan informasi yang berada di

lingkungan mereka.

Standar Literasi Informasi untuk Pendidikan Tinggi (information

Literacy Competency Standar for Higher School) yang disetujui Dewan

(26)

standar yang memiliki 22 (dua puluh dua) indikator yang berfokus pada

kebutuhan mahasiswa pendidikan tinggi. Lima standar tersebut adalah :

1. Standar Satu

Mahasiswa yang literat menentukan jenis dan batas informasi yang

diperlukan.

Indikatornya

a) Mahasiswa yang literat mendefinisikan dan menyatakan

dengan jelas kebutuhannya terhadap informasi.

b) Mahasiswa yang literat mengidentifikasi berbagai jenis dan

bentuk dari sumber informasi yang potensial.

c) Mahasiswa yang literat mempertimbangkan biaya dan

keuntungan yang diperoleh dari informasi yang dibutuhkan

d) Mahasiswa yang literat mengevaluasi jenis dan batas

informasi yang diperlukan.

2. Standar Dua

Mahasiswa yang literat mengakses informasi yang diperlukan

dengan efektif dan efesien

Indikatornya

a) Mahasiswa yang literat dapat memilih metode pencarian atau

sistem penelusuran informasi yang paling sesuai untuk

mengakses informasi yang dibutuhkan.

b) Mahasiswa yang literat membuat dan melakukan strategi

(27)

c) Mahasiswa yang literat melakukan temu kembali informasi

secara pribadi maupun secara online dengan menggunakan

berbagai metode.

d) Mahasiswa yang literat memperbaiki strategi penelusurannya

jika diperlukan.

e) Mahasiswa yang literat mengutip, mencatat, mengelola

informasi dari sumber-sumbernya.

3. Standar Tiga

Mahasiswa yang literat mengevaluasi dari sumber-sumbernya

secara kritis dan memasukkan informasi yang telah dipilihnya ke

dalam sistem pengetahuan dan nilai yang dimilikinya.

Indikatornya

a) Mahasiswa yang literat dapat merangkum ide utama yang

akan diambil dari informasi yang dikumpulkan.

b) Mahasiswa yang literat menentukan dan menerapkan kriteria

awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya.

c) Mahasiswa yang literat dapat menyatukan ide-ide utama

untuk membentuk konsep baru.

d) Mahasiswa yang literat dapat membandingkan pengetahuan

baru dengan pengetahuan sebelumnya untuk menentukan

nilai tambah, kontradiksi, atau karakteristik unik lainnya dari

(28)

e) Mahasiswa yang literat mengetahui dan menentukan

pengetahuan baru memiliki dampak pada sistem nilai

individu dan mengambil langkah untuk menyatukan

perbedaan.

f) Mahasiswa yang literat memeriksa kebenaran pemahaman

dan interprestasi informasi melalui wacana dengan individu

lain, para ahli di bidangnya dan para praktisi.

g) Mahasiswa yang literat menentukan apakah pertanyaan awal

harus diperbaiki.

4. Standar Empat

Mahasiswa yang literat secara individu atau sebagai anggota

kelompok, menggunakan informasi dengan efektif untuk mencapai

tujuan tertentu.

Indikatornya

a) Mahasiswa yang literat menerapkan informasi baru dan yang

lama untuk merencanakan dan menciptakan hasil tertentu.

b) Mahasiswa yang literat memperbaiki proses pengembangan

suatu hasil karya.

c) Mahasiswa yang literat mengkomunikasikan hasil karya atau

kinerja secara efektif kepada orang lain.

5. Standar Lima

Mahasiswa yang literat memahami isu ekonomi, hukum, dan sosial

(29)

Indikatornya

a) Mahasiswa yang literat memahami banyak tentang masalah

etika, hukum dan sosial-ekonomi seputar informasi dan

teknologi.

b) Mahasiswa yang literat mematuhi undang-undang peraturan,

kebijakan institusi dan etika yang berhubungan dengan akses

dan penggunaan sumber informasi.

c) Mahasiswa yang literat mengakui penggunaan sumber-sumber

informasi saat menunjukkan hasil karyanya.

Standar literasi informasi inilah yang diterapkan di Perpustakaan

Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam melakukan kegiatan pelatihan

program literasi informasi kepada para mahasiswa.

3. Perpustakaan Perguruan Tinggi a. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Sebagai bagian dari institusi perguruan tinggi, perpustakaan

diselenggarakan dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan program

perguruan tinggi sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi, yaitu

pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada

masyarakat yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

- Dalam menunjang pendidikan dan pengajaran maka perpustakaan

(30)

menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi untuk

mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

- Dalam menunjang penelitian maka kegiatan perpustakaan

perguruan tinggi adalah mengumpulkan, mengolah, menyimpan,

menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi peneliti baik

intern institusi atau ekstern di luar institusi.

- Dalam menunjang pengabdian kepada masyarakat maka

perpustakaan perguruan tinggi melakukan kegiatan dengan

mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan

menyebarluaskan informasi bagi masyarakat.

- Pada dasarnya tugas perpustakaan perguruan tinggi secara umum

adalah menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk

mengadakan, mengolah dan merawat pustaka serta

mendayagunakan untuk kepentingan civitas academika pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya.

b. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Berdasarkan standarisasi sebagai lembaga, fungsi perpustakaan adalah

(Utomo,2002:1):

- Lembaga pengelola sumber-sumber informasi

- Lembaga pelayanan dan pendayagunaan informasi

- Wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan

- Lembaga pendukung pendidikan (pencerdas bangsa)

(31)

Dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

No. 0103/o/1981 menyatakan Perpustakaan Perguruan Tinggi

berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar, pusat penelitian

dan pusat informasi bagi pelaksanaan tridarma perguruan tinggi.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

komunikasi dan budaya serta peningkatan kebutuhan pemustaka maka

fungsi PPT dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut :

a) Studying Center,artinya bahwa perpustakaan merupakan pusat

belajar maksudnya dapat dipakai untuk menunjang belajar

(mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan dalam jenjang

pendidikan)

b) Learning Center, artinya berfungsi sebagai pusat pembelajaran

(tidak hanya belajar) maksudnya bahwa keberadaan perpustakaan

di fungsikan sebagai tempat untuk mendukung proses belajar dan

mengajar. (Undang-undang No 2 Tahun 1989 Ps. 35:

Perpustakaan harus ada di setiap satuan pendidikan yang

merupakan sumber belajar).

c) Research Center, hal ini dimaksudkan bahwa perpustakaan dapat

dipergunakan sebagai pusat informasi untuk mendapatkan bahan

atau data atau informasi untuk menunjang dalam melakukan

(32)

d) Information Resources Center,maksudnya bahwa melalui

perpustakaan segala macam dan jenis informasi dapat diperoleh

karena fungsinya sebagai pusat sumber informasi.

e) Preservation of Knowledge center,bahwa fungsi perpustakaan

juga sebagai pusat pelestari ilmu pengetahuan sebagai hasil karya

dan tulisan bangsa yang disimpan baik sebagai koleksi deposit,

local contentataugrey literatur

f) Dissemination of Information Center,bahwa fungsi perpustakaan

tidak hanya mengumpulkan, pengolah, melayankan atau

melestarikan namun juga berfungsi dalam menyebarluaskan atau

mempromosikan informasi. Dissemination of Knowledge

Center,bahwa disamping menyebarluaskan informasi

perpustakaan juga berfungsi untuk menyebarluaskan pengetahuan

(terutama untuk pengetahuan baru)

c. Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi

Secara umum tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah

menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan,

mengolah, dan merawat pustaka serta mendayagunakannya baik

bagi sivitas akademika maupun masyarakat luar kampus.

Menurut pedoman umum pengelolaan koleksi Perpustakaan

Perguruan Tinggi tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi dapat di rinci

(33)

- Mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan

menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran atau

proses pembelajaran

- Menyediakan pustaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

tugas-tugas dalam rangka studi

- Mengikuti perkembangan mengenai program-program penelitian

yang diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya

dan berusaha menyediakan literatur ilmiah dan bahan lain yang

diperlukan bagi peneliti.

- Memutakhirkan koleksi dengan mengikuti terbitan-terbitan yang

baru baik berupa tercetak maupun tidak tercetak

- Menyediakan fasilitas, yang memungkinkan pemustaka

mengakses perpustakaan lain maupun pangkalan-pangkalan data

melalui jaringan lokal (intranet) maupun global (internet) dalam

rangka pemenuhan kebutuhan informasi yang diperlukan. (PNRI,

2004)

I. METODE PENELITIAN 1. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai metode penelitian, karena

peneliti ingin mengetahui tingkat efektifitas program literasi informasi

mahasiswa di Perpustakaan Uniersitas Atma Jaya Yogyakarta dengan

(34)

data. Sedangkan pengumpulan data dilakukan penyebaran kuesioner

kepada responden sebagai sampel penelitian. Kuesioner mengenai literasi

informasi, didukung observasi serta wawancara yang kemudian

diinterprestasikan. Kuesioner disusun dengan mengacu pada Information

Literacy Competency Standards for Higher Education dari Association of

College and Research Libraries (ACRL), sebagai indikator pengukuran

mahasiswa UAJY dalam penilaian tingkat literasi informasi.

2. Lokasi penelitian

Lokasi yang dipilih oleh peneliti yaitu di Perpustakaan Universitas

Atma Jaya Yogyakarta. Dengan alasan peneliti ingin mengetahui

efektivitas penerapan program literasi informasi di perpustakaan sehingga

hasil yang diperoleh menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi

perpustakaan tempat peneliti selama ini mengabdi sekaligus untuk

meningkatkan mutu program literasi informasi.

3. Variabel penelitian

a. Definisi Konseptual

Pada penelitian ini penulis menerangkan serta memaparkan

efektivitas program literasi informasi yang dilaksanakan di

Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Literasi informasi adalah

kemampuan seseorang dalam mencari, menggunakan dan

mengevaluasi informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efesien

(35)

Konseptual literasi informasi menggunakan standar ACRL

(Association of College & Research Libraries ) meliputi :

menentukan sifat dan cakupan informasi yang dibutuhkan,

mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien,

mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis,

menggunakan informasi untuk menyelesaikan tujuan tertentu, dan

memahami aspek ekonomi, hukum, dan sosial yang berkaitan dengan

penggunaan informasi.

b. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah sesuatu yang menjadi obyek

pengamatan dalam penelitian yang berdasarkan atas sifat atau

hal-hal yang dapat didefinisikan atau diobservasikan.

Obyek penelitian dikhususkan kepada mahasiswa pemustaka

Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Association of

College & Research Libraries (ACRL) telah membuat suatu

kerangka standar untuk menilai kemampuan literasi informasi

individu, kerangka ini memuat garis besar proses fakultas,

pustakawan, dan staf lainnya dapat menentukan indikator tertentu

untuk mengetahui seorang mahasiswa dapat dianggap memiliki

kemampuan literasi informasi.

Standar Literasi Informasi untuk Pendidikan Tinggi

(information Literacy Competency Standar for Higher School)

(36)

standar ini disebutkan lima standar yang memiliki 22 (dua puluh

dua) indikator yang berfokus pada kebutuhan mahasiswa

pendidikan tinggi. Lima standar tersebut adalah :

1) Standar Satu

Mahasiswa yang literat menentukan jenis dan batas informasi

yang diperlukan.

Indikatornya

a). Mahasiswa yang literat mendefinisikan dan menyatakan

dengan jelas kebutuhannya terhadap informasi.

b). Mahasiswa yang literat mengidentifikasi berbagai jenis dan

bentuk dari sumber informasi yang potensial.

c). Mahasiswa yang literat mempertimbangkan biaya dan

keuntungan yang diperoleh dari informasi yang

dibutuhkan.

d). Mahasiswa yang literat mengevaluasi jenis dan batas

informasi yang diperlukan.

2) Standar Dua

Mahasiswa yang literat mengakses informasi yang

diperlukan dengan efektif dan efesien.

Indikatornya

a) Mahasiswa yang literat dapat memilih metode pencarian

atau sistem penelusuran informasi yang paling sesuai untuk

(37)

b) Mahasiswa yang literat membuat dan melakukan strategi

penelusuran yang telah dirancang dengan efektif.

c) Mahasiswa yang literat melakukan temu kembali informasi

secara pribadi maupun secara online dengan menggunakan

berbagai metode.

d) Mahasiswa yang literat memperbaiki strategi

penelusurannya jika diperlukan.

e) Mahasiswa yang literat mengutip, mencatat, mengelola

informasi dari sumber-sumbernya.

3) Standar Tiga

Mahasiswa yang literat mengevaluasi dari sumber-sumbernya

secara kritis dan memasukkan informasi yang telah dipilihnya ke

dalam sistem pengetahuan dan nilai yang dimilikinya.

Indikatornya

a) Mahasiswa yang literat dapat merangkum ide utama yang

akan diambil dari informasi yang dikumpulkan.

b) Mahasiswa yang literat menentukan dan menerapkan kriteria

awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya.

c) Mahasiswa yang literat dapat menyatukan ide-ide utama

untuk membentuk konsep baru.

d) Mahasiswa yang literat dapat membandingkan pengetahuan

(38)

nilai tambah, kontradiksi, atau karakteristik unik lainnya dari

informasi.

e) Mahasiswa yang literat mengetahui dan menentukan

pengetahuan baru memiliki dampak pada sistem nilai

individu dan mengambil langkah untuk menyatukan

perbedaan.

f) Mahasiswa yang literat memeriksa kebenaran pemahaman

dan interprestasi informasi melalui wacana dengan dengan

individu lain, para ahli di bidangnya dan para praktisi.

g) Mahasiswa yang literat menentukan apakah pertanyaan awal

harus diperbaiki.

4) Standar Empat

Mahasiswa yang literat secara individu atau sebagai anggota

kelompok, menggunakan informasi dengan efektif untuk mencapai

tujuan tertentu.

Indikatornya

a) Mahasiswa yang literat menerapkan informasi baru dan yang

lama untuk merencanakan dan menciptakan hasil tertentu.

b) Mahasiswa yang literat memperbaiki proses pengembangan

suatu hasil karya.

c) Mahasiswa yang literat mengkomunikasikan hasil karya atau

(39)

5) Standar Lima

Mahasiswa yang literat memahami isu ekonomi, hukum, dan sosial

seputar penggunaan akses informasi secara etis dan sesuai hukum.

Indikatornya

a) Mahasiswa yang literat memahami banyak tentang masalah

etika, hukum dan sosial-ekonomi seputar informasi dan

teknologi.

b) Mahasiswa yang literat mematuhi undang-undang peraturan,

kebijakan institusi dan etika yang berhubungan dengan akses

dan penggunaan sumber informasi.

Semua indikator akan dijadikan sumber pedoman untuk

mendapatkan data primer yang berupa hasil dari kuesioner

ditambah dengan wawancara.

4. Populasi dan Teknik pengambilan sampel

a. Populasi

Menurut Sugiyono (2011:61) populasi adalah wilayah

generalisasi terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi

adalah keseluruhan dari obyek/subyek yang memiliki karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diamati, dipelajari dan

di teliti. Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa

(40)

informasi dalam 1 (satu) bulan terakhir yaitu bulan Oktober 2014

sebanyak 395 mahasiswa.

b. Teknik pengambilan sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili seluruh

populasi. Menurut Gay dalam Kuncoro (2009:126) sebaiknya untuk

penelitian deskriptif besarnya sampel adalah 10% dari populasi.

Maka untuk penelitian ini sampelnya sabanyak

395 x 10% = 39,5 dibulatkan menjadi 40

Maka oleh karena itu, peneliti membagikan kuesioner kepada 40

mahasiswa yang telah mengikuti pelatihan literasi informasi di

Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dengan

kualifikasi, mahasiswa semester V (lima) keatas, dengan

pertimbangan bahwa mahasiswa semester V telah memiliki

pemahaman yang lengkap terhadap literasi informasi. Dimana

pengambilan sampel menggunakan teknik sampling random atau

acak.

5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk mendapatkan data

primer dan data sekunder. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data seperti yang dikemukakan

(41)

a. Observasi

Pengumpulan data langsung pada objek yang akan diteliti,

melakukan pengamatan dan pencatatan langsung terhadap gejala

atau fenomena yang diteliti. Dalam metode ini, penulis

melakukan pengamatan secara langsung pada pelaksanaan

kegiatan literasi informasi yang dilakukan oleh Perpustakaan

Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

b. Kuesioner

Merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan

daftar pertanyaan kepada responden. Kuesioner ini dimaksudkan

untuk memperoleh data primer yaitu data yang langsung

diperoleh dari responden yang sudah ditentukan. Disusun secara

terstruktur yang berguna untuk menjaring data sehingga

diperoleh data yang akurat berupa tanggapan langsung dari para

responden. Kuesioner disebarkan kepada mahasiswa Universitas

Atma Jaya Yogyakarta yang telah mengikuti pelatihan program

literasi informasi.

c. Wawancara

Dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan pihak

yang berkepentingan dalam perpustakaan untuk mendapatkan

informasi yang diperlukan sehingga dapat mendukung penelitian.

Pada penelitian ini penulis memilih wawancara digunakan

(42)

kelengkapan data yang belum terdapat pada berbagai pertanyaan

kuesioner. Peneliti sekaligus sebagai seorang pewawancara telah

mempersiapkan pedoman pertanyaan terlebih dahulu secara

tertulis tentang yang hendak penulis tanyakan kepada responden

yang belum terdapat pada kuesioner tetapi keberadaannya

diperlukan sebagai penguat data.

d. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan tujuan untuk mencari teori

dan bahan lainnya yang berkaitan dengan penulisan melalui

buku-buku, referensi, artikel dan sumber data lainnya. Kegunaan

studi kepustakaan adalah untuk mendapatkan informasi yang

akurat dan relevan dengan masalah yang diangkat.

6. Analisis Data

Data yang dikumpulkan dari penyebaran kuesioner dianalisis dengan

menggunakan metode deskriptif. Proses analisis data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil kuesioner dan

bantuan wawancara, kemudian dideskripsikan dengan cara

menggunakan analisis persentase. Untuk menghitung persentase

jawaban yang diberikan responden, penulis menggunakan rumus

seperti yang dikemukakan Simamora (2008: 220) adalah sebagai

(43)

P = f/n x 100%

Dimana:

P = Persentase

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya (frekuensi jawaban)

n = Jumlah responden

Dalam penafsiran data digunakan metode penafsiran data

sebagaimana di kemukakan oleh Simamora, (2008: 220). Penafsiran

data menggunakan dua angka di belakang koma, sebagai berikut:

0,00% = Tidak ada

0,01% - 24,99% = Sebagian kecil

25% - 49,99% = Hampir setengah

50% = Setengahnya

50,01% - 74,99% = Sebagian besar

75% - 99,99% = Pada umumnya

100% = Seluruhnya

Setelah dibuat persentase, selanjutnya data diinterpretasikan

menggunakan analisis kuantitatif, dengan menggunakan metode

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah dilaksanakan selama 3 siklus terlihat adanya peningkatan hasil

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Komitmen Bersama PJB Intergity, dalam rangka mendukung implementasi PLN berintegritas dan Program PJB Integrity. Penandatangan pakta integritas tersebut dilakukan pada acara

Namun, pada saat tertentu isnad family juga dapat berkembang hanya melalui satu generasi, hal tersebut jika periwayat yang lebih tua menemukan cucu (murid)nya,

Putusan Pengadilan Negeri Tangerang ini patut diapresiasi karena sekalipun perjanjian antara Penggugat dan Tergugat itu sah dan mengikat sesuai Pasal 1320 KUH Perdata

Parahnya lagi, menurut hasil penelitian tersebut, para remaja yang terlanjur mendapat informasi seks yang salah dari media cenderung menganggap bahwa

Menjelaskan cara menyelesaikan soal cerita tentang penjumlahan atau pengurangan bilangan bulat Bersama siswa mendiskusikan cara penyelesaian soal cerita tentang penjumlahan